Kajian Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Tanah Andepts pada Pengunaan Lahan Tanaman Kacang Tanah di Kebun percobaan Kwala Bekala USU

(1)

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) TANAH ANDEPTS PADA

PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN KACANG TANAH DI KEBUN

PERCOBAAN KWALA BEKALA USU

DELIMA LAILAN SARI NASUTION 060308013

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010


(2)

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) TANAH ANDEPTS PADA

PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN KACANG TANAH DI KEBUN

PERCOBAAN KWALA BEKALA USU

SKRIPSI Oleh:

DELIMA LAILAN SARI NASUTION 060308013

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010


(3)

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) TANAH ANDEPTS PADA

PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN KACANG TANAH DI KEBUN

PERCOBAAN KWALA BEKALA USU

SKRIPSI

Oleh :

DELIMA LAILAN SARI NASUTION 060308013/TEKNIK PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010


(4)

Judul Skripsi : Kajian Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Tanah Andepts pada Pengunaan Lahan Tanaman Kacang Tanah di Kebun percobaan Kwala Bekala USU

Nama : Delima Lailan Sari Nasution NIM : 060308013

Depatemen : Teknologi Pertanian Program Studi : Teknik Pertanian

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Prof. DR. Ir. Sumono, MS Ir. Edi Susanto, M.Si Ketua Anggota

Mengetahui,

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Ketua Departemen Teknologi Pertanian


(5)

ABSTRAK

DELIMA LAILAN SARI NASUTION: Kajian Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Tanah Andepts pada Penggunaan Lahan Tanaman Kacang Tanah di Kebun Percobaan Kwala Bekala USU, dibimbing oleh SUMONO dan EDI SUSANTO.

Lahan berlereng memiliki potensi longsor yang tinggi jika dikonversi menjadi lahan pertanian tanpa dibarengi tindakan konservasi. Untuk itu dilakukan penelitian pada lahan tanaman kacang tanah dengan kemiringan lereng 15,5% pada bulan Mei-Agustus 2010 dengan menggunakan prediksi USLE dan metode petak kecil. Parameter yang diamati adalah jenis tanah, kedalaman efektif tanah, permeabilitas tanah, kadar C-organik tanah, tekstur tanah, struktur tanah, kemiringan lereng dan curah hujan.

Hasil penelitian menunjukkan besarnya erosi yang terjadi dengan metode prediksi USLE sebesar 103,99 ton/(ha.thn) dan pengukuran erosi dengan metode petak kecil diperoleh rata-rata laju erosi 56,52 ton/(ha.thn) yang mana lebih kecil dibandingkan dengan metode USLE.

Kata kunci : Erosi, Lahan, Bahaya Erosi.

ABSTRACT

DELIMA LAILAN SARI NASUTION: The Study of Erosion Hazard Level (TBE) of Andepts Soil on Peanut Cultivation at Kwala Bekala Research Field University of North Sumatra, supervised by SUMONO and EDI SUSANTO.

Land with a high slope will increase landslide potential if converted into agriculture field without conservation. Therefore, research was carried out at peanut crop area with 15,5 percent landslope during Mei to August 2010 using the USLE and small square methods. The observed parameters were the kind of soil, the effective depth of soil, soil permeability, soil C-organic content, soil texture, soil structure, slope and rainfall.

The results showed that the grades of erosion using USLE methods was 103,99 ton/(ha.year) and the average of erosion that occurred according small square methods was 56,52 ton/(ha.year) that was smaller than the USLE method. Keywords: Erosion, Land, Erosion Hazard.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 16 Juli 1988 dari ayah Amran Nasution, SH dan ibu Fatimah. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMA 5 MEDAN dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih program studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA). Selain itu penulis juga aktif sebagai asisten pada praktikum Hidrologi Teknik dan praktikum Erosi dan Bangunan Pencegah.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate yang beralamat di Dolok Merangir dari tanggal 22 Juni sampai 22 Juli 2009.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Kajian Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Tanah Andepts pada Penggunaan Lahan Tanaman Kacang Tanah di Kebun Percobaan Kwala Bekala USU”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Sumono, MS dan Bapak Ir. Edi Susanto, M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis mulai dari menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Khusus untuk teman teman seperjuangan yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak memberi bantuan selama penelitian.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian yang sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Desember 2010 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Erosi dan Sedimentasi ... 6

Metode USLE ... 8

Metode Petak Kecil ... 10

Faktor yang Mempengaruhi Erosi ... 12

Faktor Iklim ... 12

Faktor Tanah ... 12

Faktor Topografi ... 17

Faktor Vegetasi ... 18

Faktor Manusia dan Tindakan Konservasi ... 18

Tanaman Kacang Tanah ... 20

Kondisi Umum Kwala Bekala ... 21

Kondisi Geologi Kwala Bekala ... 21

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

Alat dan Bahan Penelitian ... 23

Prosedur Penelitian ... 23

Metode penelitian ... 24

Pengamatan lapangan ... 25

Pengukuran Erosi dengan Metode Petak Kecil ... 25

Prediksi Erosi Menggunakan Metode USLE... 28

Laju Erosi yang Dapat Ditoleransi ... 31

Tingkat Bahaya Erosi ... 33

Parameter Penelitian ... 33

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kwala Bekala ... 36

Erosi yang Dapat Ditoleransikan ... 36

Erosi pada Lahan tanaman Kacang Tanah ... 38

Pengukuran Erosi dengan Metode Petak Kecil ... 38

Pengukuran Erosi dengan Metode USLE ... 43

Peninjauan Faktor Erosi ... 46


(9)

Faktor Erodibilitas (K) ... 46

Faktor Topografi ... 48

Faktor Vegetasi (C) dan Faktor Konservasi (P) ... 48

Tingkat Bahaya Erosi ... 50

KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Letak Kampus USU Kwala Bekala ... 22

2. Penampang Petak Kecil dan Kolektor ... 27

3. Proses Pengeboran dan Proses Permeabilitas ... 83

4. Gambar Pelampung dan Ring sampel Tanah ... 84

5. Peta Administratif Wilayah Kecamatan Pancur Batu ... 85


(11)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Golongan (order) tanah dan kumpulan (sub order) tanah

menurut sistem klasifikasi tahun 1970... 13

2. Pengaruh Tanaman terhadap Erosi dan Limpasan Permukaan ... 18

3. Harkat Struktur Tanah ... 29

4. Harkat Permeabilitas Tanah ... 29

5. Nilai Faktor (C) untuk berbagai Tipe Pengelolaan Tanaman ... 30

6. Nilai Faktor (P) untuk Berbagai Tindakan Konservasi Tanah ... 31

7. Nilai Faktor Kedalaman Tanah pada Berbagai Jenis Tanah ... 32

8. Kriteria Indeks Bahaya Erosi ... 33

9. Nilai Erosi yang Ditoleransikan pada Lahan Kacang Tanah ... 37

10.Nilai Erosi dengan Prediksi USLE ... 44

11.Nilai Indeks Bahaya Erosi pada Prediksi USLE ... 51


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Flowchart Pengukuran Laju Erosi Metode USLE ... 58

2. Flowchart Pengukuran Laju Erosi Metode Petak Kecil ... 59

3. Nilai Erosi Tanah pada tanaman Kacang Tanah dengan Metode Petak Kecil ... 60

4. Nilai Erosi Tanah pada Lahan Terbuka ... 65

5. Cara Perhitungan Erosi dengan Metode Petak Kecil ... 69

6. Nilai Erosi Tanah dengan Menggunakan Predisi USLE ... 72

7. Nilai Erosivitas Hujan Stasiun Pancur Batu ... 73

8. Perhitungan Nilai Erosivitas Hujan ... 75

9. Nilai Erodibilitas Tanah... 78

10.Perhitungan Nilai Erodibilitas Tanah ... 79

11.Nilai Erosi yang Ditoleransikan ... 81


(13)

ABSTRAK

DELIMA LAILAN SARI NASUTION: Kajian Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Tanah Andepts pada Penggunaan Lahan Tanaman Kacang Tanah di Kebun Percobaan Kwala Bekala USU, dibimbing oleh SUMONO dan EDI SUSANTO.

Lahan berlereng memiliki potensi longsor yang tinggi jika dikonversi menjadi lahan pertanian tanpa dibarengi tindakan konservasi. Untuk itu dilakukan penelitian pada lahan tanaman kacang tanah dengan kemiringan lereng 15,5% pada bulan Mei-Agustus 2010 dengan menggunakan prediksi USLE dan metode petak kecil. Parameter yang diamati adalah jenis tanah, kedalaman efektif tanah, permeabilitas tanah, kadar C-organik tanah, tekstur tanah, struktur tanah, kemiringan lereng dan curah hujan.

Hasil penelitian menunjukkan besarnya erosi yang terjadi dengan metode prediksi USLE sebesar 103,99 ton/(ha.thn) dan pengukuran erosi dengan metode petak kecil diperoleh rata-rata laju erosi 56,52 ton/(ha.thn) yang mana lebih kecil dibandingkan dengan metode USLE.

Kata kunci : Erosi, Lahan, Bahaya Erosi.

ABSTRACT

DELIMA LAILAN SARI NASUTION: The Study of Erosion Hazard Level (TBE) of Andepts Soil on Peanut Cultivation at Kwala Bekala Research Field University of North Sumatra, supervised by SUMONO and EDI SUSANTO.

Land with a high slope will increase landslide potential if converted into agriculture field without conservation. Therefore, research was carried out at peanut crop area with 15,5 percent landslope during Mei to August 2010 using the USLE and small square methods. The observed parameters were the kind of soil, the effective depth of soil, soil permeability, soil C-organic content, soil texture, soil structure, slope and rainfall.

The results showed that the grades of erosion using USLE methods was 103,99 ton/(ha.year) and the average of erosion that occurred according small square methods was 56,52 ton/(ha.year) that was smaller than the USLE method. Keywords: Erosion, Land, Erosion Hazard.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Laju pengurangan lahan pertanian yang tinggi mendorong banyak petani Indonesia merambah ke lahan berlereng. Sering kali mereka tidak mengindahkan risiko lebih jauh seperti bencana longsor yang sering terjadi saat musim hujan. Lahan berlereng memiliki potensi longsor yang sangat tinggi jika dikonversi menjadi lahan pertanian tanpa dibarengi dengan tindakan-tindakan konservasi lahan.

Padahal sebagian besar lahan di Indonesia berlereng lebih dari tiga persen. Topografinya pun bervariasi dari datar agak berombak, bergelombang, berbukit, sampai bergunung, yang mencakup 77 persen dari seluruh daratan Indonesia. Sedangkan lahan yang tergolong datar, yaitu yang lerengnya kurang dari 3 persen, luasnya hanya sekitar 42,6 juta ha, kurang dari seperempat wilayah Indonesia (Anonimous, 2010).

Sebagian wilayah Indonesia beriklim basah dengan curah hujan tinggi, umumnya lebih dari 2.000 mm/tahun. Kemiringan lahan dan curah hujan tinggi, merupakan faktor penting penyebab tingginya bahaya erosi. Proses erosi tanah paling dominan terjadi di Indonesia lebih banyak disebabkan air hujan. Jauh lebih besar bila dibandingkan dengan erosi oleh angin atau erosi (abrasi) pantai. Hal ini diakibatkan tingginya jumlah dan intensitas curah hujan, terutama di Indonesia bagian barat.

Laju erosi yang terlalu cepat (lebih tinggi dari batas ambang erosi) menyebabkan turunnya kesuburan tanah, mengganggu pertumbuhan tanaman, dan menurunkan hasil panen. Apabila proses erosi ini berlangsung terus, maka solum


(15)

tanah akan makin menipis, sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah makin memburuk.

Jika diamati beberapa kejadian hujan di lapangan, dapat dilihat bahwa pada suatu saat hujan turun mampu menimbulkan limpasan permukaan. Pada hujan yang lain yang jatuh pada lahan yang sama tidak menimbulkan limpasan permukaan. Lebih lanjut jika kita memperhatikan aliran limpasan permukaan yang terjadi, pada suatu saat berwarna jernih, dan pada saat lain keruh. Hujan yang menimbulkan limpasan permukaan yang jernih berarti hujan tersebut tidak menyebabkan erosi, kalaupun ada erosinya kecil sekali dan sebaliknya jika permukaannya keruh erosi yang ditimbulkan besar.

Permukaan kulit bumi akan selalu mengalami proses erosi, di suatu tempat akan terjadi pengikisan sementara ditempat lain akan terjadi penimbunan (sedimentasi), sehingga bentuknya akan selalu berubah sepanjang masa. Peristiwa ini terjadi secara alamiah dan berlangsung sangat lambat, sehingga akibat yang dimunculkan berpuluh tahun bahkan beratus tahun kemudian. Proses ini kemudian disebut erosi alam taau erosi geologi yang tanpa adanya campur tangan manusia. Pada tahap erosi geologi, alam akan mampu membentuk keseimbangan dinamis, sehingga ketebalan tanah tetap stabil. Dengan adanya aktivitas manusia, kesimbangan ini akan terganggu, karena pada umumnya aktivitas manusia akan mempercepat laju erosi (accelerated erotion). Pada tahap ini, manusia harus sudah mulai mengendalikan supaya laju erosi tidak melebihi batas yang dapat diterima (acceptable limit erotion) dengan cara pengawetan tanah (konservasi tanah). Nilai batas ini bukan harga yang mudah ditentukan, karena sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya tanah dan lingkungannya. Beberapa


(16)

faktor tanah yang mempengaruhi mudah tidaknya tanah tererosi bergantung pada sifat-sifat tanah diantaranya dalah tekstur, struktur, stabilitas agregat, permeabilitas tanah, kapasitas infiltrasi, kandungan bahan organik dan kimiawi. Sebagai pedoman, dapat dikatakan bahwa nilai batas erosi yang dapat diterima adalah nilai laju erosi yang tidak melebihi laju pelapukan batuan (Suripin, 2001).

Jenis tanah Dystrandepts adalah great goup dari sub order Andepts yang termasuk dalam ordo Inceptisol. Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah yang matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya. Tanah Inceptisol yang terdapat di dataran rendah solum yang terbentuk pada umumnya tebal, sedangkan pada daerah-daerah berlereng curam solum yang terbentuk tipis. Warna tanah Inceptisol beranekaragam tergantung dari jenis bahan induknya. Warna kelabu bahan induknya dari endapan sungai, warna coklat kemerah-merahan karena mengalami proses reduksi, warna hitam mengandung bahan organik yang tinggi sehingga tanah cukup tahan atu resistan terhadap erosi (Resman, 2010).

Kacang tanah merupakan salah satu sumber protein nabati yang cukup penting di Indonesia dalam pola menu makanan di masyarakat. Luas pertanaman kacang tanah di Indonesia menempati urutan keempat setelah padi, jagung, dan kedelai. Kebutuhan kacang tanah dalam negri cukup besar yaitu sekitar 4,4% per tahun dan produksi dalam negri hanya berkisar 2,5%. Akibatnya untuk memenuhi kekurangan produksi, akhirnya harus diimpor. Oleh karena impor kacang tanah cukup besar maka terbuka lebar kesempatan untuk meningkatkan produksi, setidaknya perlu adanya upaya efisiensi produksi. Tanaman Kacang Tanah


(17)

membutuhkan tanah yang berstruktur ringan, seperti tanah regosol, andosol, latosol dan alluvial.

Usaha tani kacang tanah yang paling banyak ditanam di lahan kering (70%) sebenarnya mampu memberikan nilai jual dan pendapatan lebih tinggi bagi petani dibanding usaha tani tanaman pangan lainnya. Di lahan kering, kacang tanah mampu memberi kontribusi sebanyak 65% dari total pendapatan keluarga tani (Adisarwanto,2000).

Tanaman kacang tanah menyerap unsur hara cukup banyak dari dalam tanah. Bahkan pada tanah yang kurang subur sekalipun, kacang tanah masih dapat mengambil zat hara dengan baik. Oleh karena itu kacang tanah sering disebut tanaman pengurus tanah (Sumarno, 1986).

Hilangnya lapisan olah tanah yang subur dan baik dalam menunjang pertumbuhan tanaman, dan berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air merupakan dua macam kerusakan tanah yang ditimbulkan oleh erosi. Bahaya erosi ini banyak terjadi di daerah-daerah lahan kering, terutama yang terletak pada topografi berlereng. Keadaan ini sebagai akibat dari penggunaan dan pengelolaan tanah dan air yang kurang tepat . Dengan demikian setiap penggunaan lahan mutlak perlu memperhatikan kaedah-kaedah konservasi tanah dan air.

Tanaman kacang tanah adalah tanaman semusim yang frekuensi penanamannya 2-3 kali dalam setahun. Hal ini akan menyebabkan tanah akan lebih mudah tererosi. Untuk itu, perlu diketahui seberapa besar erosi yang dapat ditoleransikan pada tanah di kawasan Kwala Bekala agar tanaman kacang tanah


(18)

dapat tumbuh dan berproduksi secara maksimal dan kesuburan tanahnya dapat terjaga.

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar laju erosi yang masih dapat ditoleransikan pada tipe penggunaan lahan tanaman kacang tanah di kebun percobaan Kwala Bekala USU.

2. Seberapa besar laju erosi tanah.

3. Bagaimana tingkat bahaya erosi (TBE) yang terjadi pada penggunaan lahan tanaman kacang tanah di kebun percobaan Kwala Bekala USU.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung: 1. Laju erosi yang masih dapat ditoleransikan (T), 2. Besarnya laju erosi tanah (A),

3. Besarnya tingkat bahaya erosi pada lahan tanaman kacang tanah di Kebun Percobaan USU Kwala Bekala.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai :

1. Sebagai bahan bagi penulis untuk penulisan skripsi, yang merupakan suatu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen Teknologi pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Sebagai dasar dalam mengelola lahan pertanian secara berkelanjutan, dengan tetap mempertimbangkan keuntungan ekonomis di satu sisi, tetapi tetap menjamin kelestarian sumberdaya lahan di sisi lain.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Erosi dan Sedimentasi

Salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan adalah erosi. Erosi merupakan masalah yang perlu ditangani secara serius agar tidak bertambah parah. Secara garis besar kerusakan yang timbul akibat erosi dijelaskan sebagai berikut ini: 1) Erosi menurunkan tingkat kesuburan tanah. Saat terjadinya erosi, maka tanah bagian atas lah yang akan terkikis terlebih dahulu dimana tanah lapisan atas ini subur karena banyak mengandung bahan organik. Dengan terangkutnya bagian atas, maka tinggallah tanah bagian bawah yang tidak subur dan tidak menghasilkan produk yang baik jika ditanami. 2) Erosi menimbulkan pendangkalan. Seperti yang diketahui, erosi adalah proses terkikisnya butir – butir tanah, kemudian dengan adanya aliran air, butir – butir tanah terangkut setelah aliran air tidak mampu lagi mengangkut butir – butir tanah, maka tanah tersebut akan diendapkan dan pengendapan ini akan terjadi pada daerah yang lebiih rendah (Wudianto, 1988).

Erosi adalah proses pemecahan dan pengangkutan partikel tanah dalam bentuk larutan atau suspense dari tapak semula oleh pelaku erosi seperti aliran limpas, es bergerak, atau angin. Pelaku utama erosi di kawasan iklim basah adalah aliran limpas, di kawasan kering adalah angin, di kawasan iklim dingin adalah es bergerak. Erosi dapat dibesarkan oleh pelapukan sebelumnya akan tetapi pelapukan bukan prasyarat erosi. Dilihat dari segi lain erosi dapat melancarkan pelapukan karena menyingkirkan zat zat hasil hasil pelapukan. Erosi juga dapat membuat pelapukan berulang atau mengintensifkan kembali pelapukan lewat penyingkapan bahan baru atau segar di permukaan yang semula tertutup bahan


(20)

lapukan. Apabila faktor - faktor lain sama, intensitas erosi air ditentukan oleh besar lereng. Makin besar lereng, intensitas erosi air makin tinggi. Hal ini berkaitan dengan energi kinetik aliran limpasan yang semakin besar sejalan dengan besarnya lereng (Notohadiprawiro,1998).

Erosi air timbul apabila aksi disperse dan tenaga pengangkut oleh air hujan yang mengalir ada di permukaan atau di dalam tanah. Jadi erosi dapat terjadi minimal dengan satu tahapan yakni disperse oleh butir hujan dan/atau air limpasan. Adapun tahapan erosi meliputi (1) benturan butir butir hujan dengan tanah, (2) percikan tanah oleh butir hujan kesegala arah, (3) penghancuran bongkah tanah oleh butiran hujan, (4) pemadatan tanah, (5) penggenangan air di permukaaan, (6) pelimpasan air karena adanya penggenagan dan kemiringan lahan, dan (7) pengangkutan partikel terpercik dan atau massa tanah yang terdispersi oleh air limpasan. Selama terjadi hujan, limpasan permukaan berubah terus dengan cepat, tetapi pada waktu mendekati akhir hujan, lmpasan permukaan berkurang dengan laju yang sangat rendah dan pada saat ini umumnya tidak terjadi erosi (Morgan, 1988; Utomo, 1989).

Begitu air hujan mengenai kulit bumi, secara langsung hal ini akan menyebabkan hancurnya agregat tanah. Pada keadaan ini penghancuran agregat tanah dipercepat dengan adanya daya penghancuran dan daya urai dari air itu sendiri. Hancuran dari agregat tanah ini akan menyumbat pori – pori tanah, sehingga berakibat kurangnya infiltrasi. Sebagai akibat lebih lanjut, akan mengalir di permukaan tanah (run off). Air ini mempunyai energy untuk mengikis dan mengangkut partikel partikel yang telah dihancurkan. Selanjutnya jika tenaga aliran permukaan sudah tidak mampu lagi untuk mengangkut bahan bahan


(21)

hancuran tersebut, maka bahan yang terangkat ini diendapkan. Dengan demikian, didalam erosi afa 3 proses yang bekerja secara berurutan, yaitu penghancuran, pengangkutan, dan pengendapan (Utomo W.H., 1994).

Untuk mempertahankan kelestarian sumberdaya tanah, secara teoritis proses penghanyutan tanah (erosi) harus seimbang dengan pembentukan tanah. Suatu kedalaman tertentu harus dipelihara agar terdapat cukup air yang tersimpan dan unsur hara serta tempat berjangkarnya tanaman. Oleh karena itu, perlu ditetapkan berapa erosi dari sebidang tanah yang masih dapat dibiarkan (permissible erosion) dibawah suatu system pengelolaan tanah tertentu. Dalam penetapan batas erosi yang masih dapat dibiarkan adalah perlu jika diingat bahwa tidaklah mungkin menurunkan laju erosi menjadi nol dari tanah tanah yang diusahakan untuk pertanian, terutama pada tanah tanah yang berlereng (Alibasyah, 1996).

Pengukuran dan peramalan erosi, karena proses kejadian dan faktor yang mempengaruhinya sangat kompleks, sulit untuk dilakukan dengan tepat. Walau demikian, dengan beberapa asumsi dan penyederhanaan, pengukuran dan peramalan erosi dapat dilakukan dengan tingkat kepercayaan yang cukup layak. Berikut ada beberapa metode dalam pengukuran erosi:

Metode USLE

Prediksi erosi pada sebidang tanah dapat dilakukan menggunakan model yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (Hallsworth, 1987; Arsyad, 2006) yang diberi nama Universal Soil Loss Equation (USLE) dengan persamaan sebagai berikut:


(22)

P C S L K R

A= × × × × × ... (1) dimana :

A = banyaknya tanah tererosi (ton/(ha.thn)).

R = faktor curah hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan tahunan yang merupakan perkalian antara energi hujan total (E) dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I30).

K = faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk suatu tanah yang didapat dari petak percobaan standar, yaitu petak percobaan yang panjangnya 72,6 kaki (22,1 meter) terletak pada lereng 9 %, tanpa tanaman.

L = faktor panjang lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah dengan suatu panjang lereng tertentu terhadap erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6 kaki (22,1 meter) di bawah keadaan yang identik.

S = faktor kecuraman lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi yang terjadi dari suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9 % di bawah keadaan yang identik.

C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu tanah dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya erosi tanah dari tanah yang identik tanpa tanaman.

P = faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (pengolahan dan penanaman menurut kontur, penanaman dalam strip, guludan, teras menurut kontur), yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan


(23)

tindakan konservasi khusus tersebut terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng, dalam keadaan yang identik.

Metode Petak Kecil

Saifuddin Sarief (1980) dalam bukunya yang berjudul “Beberapa Masalah Pengawetan Tanah dan Air”, penelitian yang telah dilakukan untuk menentukan pengikisan dan penghanyutan tanah menggunakan metode pengukuran besarnya tanah yang terkikis dan aliran permukaan (run-off) untuk satu kali kejadian hujan. Metode ini disebut “Pengukuran Erosi Petak Kecil”, metode ini ditujukan untuk mendapatkan data-data sebagai berikut :

1. Besarnya erosi

2. Pengaruh faktor tanaman

3. Pemakaian bahan pemantap tanah (soil conditioner) 4. Pemakaian mulsa penutup tanah, dan

5. Pengelolaan tanah

Pengamatan di lapangan dilakukan dengan menggunakan sistem petak (plot) dengan ukuran, kemiringan, panjang lereng, dan jenis tanah tertentu (diketahui). Aliran air dan sedimen yang keluar petak diamati. Jumlah petak yang diperlukan tergantung dari tujuan pengamatan, jumlah minimal untuk satu kasus adalah dua replikasi. Untuk mengamati laju erosi pada dua jenis tanaman yang berbeda diperlukan minimum 4 petak. Jika melibatkan dua jenis tanah yang berbeda, jumlah petak minimum menjadi 8 buah (Arsyad, 1989)

Ukuran petak yang standard mempunyai panjang 22 m dan lebar1,8 m, namun tetapdimungkinkan untuk membuat petak dengan ukuran yang berbeda. Pembatas petak dapat terbuat dari logam, kayu, atau material lain yang tidak


(24)

merembes air, dan tidak berkarat. Pembatas tersebut minimal mempunyai ketinggian 15 – 20 cm diatas permukaan tanah. Hal ini diaksudkan untuk menghindari adanya percikan air maupun partikel tanah keluar/masuk ke dalam petak. Bagian awal pembatas ditanam kedalam tanah dengan kedalaman yang cukup sehinnga cukup stabil dan kemungkinan terjadinya rembesan air dari dan/atau kelua petak yang diminimalkan. Di ujung bawah petak dipasang talang untuk mengalirkan air dari petak ke bak penampung. Bak penampung harus tertutup untuk menghindari masuknya air hujan maupun percikan tanah langsung (Suripin, 2001).

Meninjau pernyataan Hudson 1976, bahwa petak erosi yang banyak digunakan berukuran 1 m2 atau 2 m2. Petak ini mudah dibangun dan murah sehingga sangat berguna jika kita ingin data dalam jumlah yang besar dalam waktu yang singkat. Ketepatan data, terutama jika diekstrapolasikan pada daerah yang luas kurang memuaskan. Tetapi data dari petak kecil cukup memuaskan jika, misalnya kita hanya ingin melihat perbedaan erosi dari 2 sistem yang berbeda, atau untuk menyelidiki erodibilitas relatif berbagai tanah.

Pendugaan erosi di lapangan dengan menggunakan petak percobaan, pada dasarnya memang mendekati kondisi alami yang sebenarnya. Namun, cara itu membutuhkan biaya, tenaga, dan waktu yang tidak kecil. Disamping itu untuk mengetahui laju dan jumlah erosi yang terjadi pada berbagai jenis penggunaan lahan dan bermacam jenis penggunaan tanaman pada berbagai jenis tanah dan topografi (kemiringan dan panjang lereng), juga dibutuhkan biaya yang tinggi, tenaga kerja yang banyak, dan waktu yang relatif lama (Rahim, 2003).


(25)

Utomo (1994) juga berpendapat demikian dalam pernyataannya, Pelaksanaan percobaan lapangan memerlukan biaya yang mahal, dan tentunya agar dapat memberi manfaat yang optimum memerlukan ketelitian yang tinggi. Biaya yang mahal disamping untuk pembangunan petak erosi, juga diperlukan untuk prasarana penunjang, antara lain stasiun iklim. Untuk mendapatkan data yang cukup sahih perlu memperhatikan 1. ukuran petak percobaaan, 2. batas petak, 3. Pengumpul hasil erosi, dan 4. Pengamatan.

Faktor Yang Mempengaruhi Erosi 1. Faktor Iklim

Faktor iklim yang besar pengaruhnya terhadap erosi tanah adalah hujan, temperatur, dan suhu. Sejauh ini, hujan merupakan faktor yang paling penting. Hujan memainkan peranan dalam erosi tanah melalui tenaga pengelepasan dari pukulan butir – butir hujan pada permukaan tanah dan sebagian melalui kontribusinya terhadap aliran. Karakteristik hujan yang mempunyai pengaruh terhadap erosi tanah meliputi jumlah atau kedalaman hujan, intensitas dan lamanya hujan. Jumlah hujan yang besar tidak selalu menyebabkan erosi berat jika intensitasnya rendah, dan sebaliknya hujan lebat dalam waktu singkat mungkin juga hanya menyebabkan sedikit erosi karena jumlah hujannya hanya sedikit. Jika jumlah dan intensitas hujan keduanya tinggi, maka erosi tanah yang terjadi cenderung tinggi (Suripin, 2001)

2. Faktor tanah

Kepekaan tanah terhadap daya menghancurkan dan penghanyutan oleh curah hujan disebut erodibilitas, erodibilitas tanah tinggi hal ini berarti bahwa


(26)

tanah bahwa tanah itu peka peka tau mudah tereosi, dan erodibilitas tanah itu rendah hal ini akan berarti bahwa resistensi atau daya tahan tanah itu kuat, dengan kata lain tanah tahan (resisten) terhadap erosi. Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda-beda. Tanah didaerah daerah di negara kita ternyata banyak yang berasal dari abu vulkanis, sedangkan tanah demikian kenyataannya mudah tereosi (Kartasapoetra, 2005).

Tanah Andepts

Tabel 1. Golongan (order) tanah dan kumpulan (sub order) tanah menurut sistem klasifikasi tahun 1970 dan persamaannya dengan sistem klasifikasi tanah tahun 1949.

Golongan (order) Arti kata Kumpulan (sub-order)

Aproksimasi dengan sistem 1949

Inceptisol Tanah muda Andepts Andosol, Brun Acid

Aquepts Beberapa Brown Ochrepts Forest, Low

Humic

Plaggept Gley, dan Humic Tropept Gley soils. Umbrept

Sumber: Rafi’i (1982)

Inceptisol menduduki golongan tanah rangking kedua di dunia. Inceptisol berasal dari bahasa latin yang konotasinya adalah tanah muda. Golongan tanah ini memberikan daya dukung lingkungan yang lebih baik untuk dijadikan lahan-lahan pertanian dan rerumputan. Inceptisol meliputi 15,7% dari seluruh golongan tanah. Namun demikian, golongan tanah ini mengambil peranan kecil dalam hubungannya dengan produksi bahan makanan dunia. Salah satu kumpulan (sub-order) dari Inceptisol adalah Andept, And o + Inc ept isol, dari kata Ando. Menyerupai Ando ( Rafi’i,1982)


(27)

Utomo (1989) menyatakan bahwa tanah andosol terbentuk dari bahan abu vulkan muda dengan kandungan bahan organik yang tinggi, tekstur lapisan tanah atas pasir berlempung sampai berlempung, tekstur lapisan bawah lempung berliat, memiliki thixotropi, sangata porous, bersolum dalam sehingga kapasitas infiltrasi dan perkolasinya tinggi. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, pengukuran erodibilitas tanah dengan nomograph menunjukkan bahwa indeks erodibilitas andosol bervariasi dari 0,10 sampai 0,25. mengikuti klasifikasi kelas erodibilitas yang diusulkan Utomo (1985), maka andosol mempunyai indeks erodibiltas sangat rendah sampai sedang. Jadi sebenarnya cukup tahan terhadap erosi yang ditimbulkan oleh pukulan air hujan dan kikisan limpasan permukaan. Tetapi karena umumnya andosol mempunyai sifat thixotropic, maka jika jenuh air (karena intensitas hujan sangat tinggi), tanahnya mudah mengalami erosi massa (creep dan slip erosion). Karena tingkat perkembangan tanahnya baru pada tingkat lemah sampai sedang.

Tanah andosol merupakan tanah yang relatif muda dibandingkan latosol, yang sifat- sifatnya sangat ditentukan oleh mineral liat yang dikandungnya yaitu alofan yang bersifat amorf. Umumnya mempunyai kejenuhan basa relatif rendah tetapi mempunyai AL dapat ditukar relatif tinggi. Terbawa oleh sifat mineral liat dominan yang dimilikinya maka andosol mempunyai sifat tiksotrofik, mempunyai kemampuan mengikat air besar, porositas tinggi, bobot isi rendah, gembur, tidak plastis dan tidak lengket serta kemampuan fiksasi fosfat yang tinggi (Dira, 2010)

Kepekaan erosi tanah adalah mudah tidaknya tanah tererosi yang merupakan fungsi dari berbagai interaksi sifat-sifat fisika dan kimia tanah. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan erosi adalah (1) Sifat-sifat-Sifat-sifat tanah yang


(28)

mempengaruhi laju infiltrasi; (2) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan pengikisan oleh butir-butir hujan yang jatuh dan aliran permukaan (Suripin, 2001).

Menurut Arsyad (2000), beberapa sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman, sifat lapisan tanah, dan tingkat kesuburan tanah, sedangkan kepekaan tanah terhadap erosi yang menunjukkan mudah atau tidaknya tanah mengalami erosi ditentukan oleh berbagai sifat fisika tanah.

Tekstur tanah adalah ukuran tanah dan proporsi kelompok ukuran butir-butir primer bagian mineral tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar seperti pasir dan pasir berkerikil mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi dan jika tanah tersebut dalam, erosi dapat diabaikan. Tanah-tanah bertekstur pasir halus juga mempengaruhi kapasitas infiltrasi cukup tinggi, akan tetapi jika terjadi aliran permukaan, butir halus akan mudah terangkut. Tanah-tanah yang mengandung liat dalam jumlah yang tinggi dapat tersuspensi oleh butir-butir hujan yang jatuh menimpanya dan pori-pori lapisan permukaan akan tersumbat oleh butir-butir liat.

Struktur tanah digunakan untuk menerangkan susunan partikel – partikel tanah. Struktur tanh terdiri dari struktur makro dan struktur mikro. Struktur makro adalah susunan agregat – agregat tanah satu dengan yang lainnya, sedangkan struktur mikro adalah penyusunan butir – butir primer tanah (pasir, lempung, dan liat) menjadi partikel sekunder yang disebut peds atau agregat (Suripin 2001).

Bahan organik berupa daun, ranting dan sebagainya yang belum hancur yang menutupi permukaan tanah merupakan pelindung tanah terhadap kekuatan perusak butir-butir hujan yang jatuh. Bahan organik yang telah mulai mengalami


(29)

pelapukan mempunyai kemampuan menyerap dan menahan air yang tinggi. Bahan organik dapat menyerap air sebesar dua sampai tiga kali beratnya, akan tetapi kemampuan itu hanya faktor kecil dalam pengaruhnya terhadap aliran permukaan. Pengaruh bahan organik dalam mengurangi aliran permukaan terutama berupa perlambatan aliran, peningkatan infiltrasi dan pemantapan agregat tanah (Arsyad, 2000).

Tanah-tanah yang dalam dan permeabel kurang peka terhadap erosi daripada tanah yang permeabel, tetapi dangkal. Kedalaman tanah sampai lapisan kedap air menentukan banyaknya air yang dapat diserap tanah dan dengan demikian mempengaruhi besarnya aliran permukaan (Arsyad, 2000).

Sifat lapisan bawah tanah yang menentukan kepekaan erosi tanah adalah permeabilitas lapisan tersebut. Permeabilitas dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah. Tanah yang lapisan bawahnya berstruktur granuler dan permeabel kurang peka erosi dibandingkan dengan tanah yang lapisan bawahnya padat dan permeabilitasnya rendah (Arsyad, 2000)

Kepekaan erosi tanah haruslah merupakan pernyataan keseluruhan sifat-sifat tanah dan bebas dari pengaruh faktor-faktor penyebab erosi lainnya. Menurut Hudson (1992), kepekaan erosi didefinisikan sebagai mudah tidaknya tanah untuk tidak tererosi, sedangkan menurut Arsyad (2000), kepekaan erosi tanah didefinisikan sebagai erosi per satuan indeks erosi hujan untuk suatu tanah dalam keadaan standar. Kepekaan erosi tanah menunjukkan besarnya erosi yang terjadi dalam ton tiap hektar tiap tahun indeks erosi hujan, dari tanah yang terletak pada keadaan baku (standar). Tanah dalam standar adalah tanah yang terbuka tidak ada


(30)

vegetasi sama sekali terletak pada lereng 9 % dengan bentuk lereng yang seragam dengan panjang lereng 72,6 kaki atau 22 m.

3. Faktor Topografi

Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Dua titik yang berjarak horizontal 100 m yang mempunyai selisih tinggi 10 m membentuk lereng 10 %. Kecuraman lereng 100 % sama dengan kecuraman 45º. Selain dari memperbesar jumlah aliran permukaan, makin curamnya lereng juga memperbesar kecepatan aliran permukaan yang dengan demikian memperbesar energi angkut air. Dengan makin curamnya lereng, jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke atas oleh tumbukan butir hujan semakin banyak. Jika lereng permukaan dua kali lebih curam, banyaknya erosi 2 sampai 2,5 kali lebih besar (Sinukaban, 1986).

Tentang kemiringan lereng, ternyata pengaruhnya terhadap aliran permukaan dan daya penghanyutannya berbeda sehubungan dengan caranyapun yang berbeda. Pada satu pihak, kemiringan mempengaruhi perbandingan infiltrasi dan aliran permukaan dan dipihak lain keniringan berpengaruh pula terhadap kecepatan aliran permukaan.

- Pada kemiringan tanah yang curam yang tidak bergelombang atau tidak bertanggul-tanggul, mengalirnya air kebagian bawah akan berlangsung sangat cepat. Daya kikis atau daya tumbuk arus air terhadap permukaan tanah akan semakin kuat sehingga banyak bagian tanah permukaan cerai berai dan terangkut ke bagian bawah. Jadi makin besar kemiringan lereng, maka akan semakin besar pula erosi.


(31)

- Pada kemiringan tanah yang tidak begitu curam mengalirnya air hujan dipermukaan tidak akan secepat pada kemiringan yang curam, apalagi kalau permukaan tanahnya bergelombang, aliran air permukaan akan makin berkurang, sehingga kesempatan air untuk merembes kedalam tanah akan lebih besar.

4. Faktor Vegetasi

Vegetasi yang terdapat pada permukaan tanah akan mempengaruhi kecepatan berlangsungnya erosi. Dalam hal ini vegetasi memiliki peranan penting sebagai berikut: - menghalangi tumbukan langsung butir butir hujan, dengan demikian perusakan tanah oleh air hujan dapat dicegah. – mengurangi kecepatan run off. – mengurangi daya pengikisan tanah oleh aliran permukaan. – mendorong perkembangan biota tanah yang dapat memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah dengan adanya pengaruh akar akar tanaman, maka kapasitas infiltrasi lebih meningkat, aliran permukaan pun jadi berkurang. – menambah bahan organik tanah maka dengan demikian resistensi tanah terhadap erosi menjadi bertambah (Sutedjo, 2005).

Pola pertanaman dan jenis tanaman yang dibudidayakan sangat berpengaruh terhadap erosi dan aliran permukaan karena berpengaruh terhadap penutupan tanah dan produksi bahan organik yang berfungsi sebagai pemantap tanah.

Tabel 2.Pengaruh tanaman terhadap erosi dan limpasan permukaan (selama 15 tahun)

Perlakuan Erosi (ton/ha) Limpasan Permukaan (%)

Rumput 0.77 12.0

Kacang 22.90 23.3

Jagung 14.76 29.4

Tanah terbuka 95.54 30.7


(32)

5. Faktor Manusia atau Tindakan Konservasi (P)

Kegiatan manusia dikenal sebaagi salah satu faktor paling penting terhadap terjadinya erosi tanah yang cepat dan intensif. Kegiatan – kegiatan tersebut kebanyakan berkaitan dengan perubahan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap erosi, misalnya perubahan penutup tanah akibat penggundulan / pembabatan hutan untuk permukiman, lahan pertanian, atau gembalaan. Kegiatan – kegiatan manusia di muka bumi ini sering menganggu keseimbangan antara regenasi (pembentukan) tanah dan laju erosi tanah. Tentu saja terbuka kemungkinan bagi manusia untuk melindungi tanah dari bahaya erosi melalui kegiatan konservasi, seperti penghijauan, terrasering, dan lain lain.

Perencanaan konservasi tanah dan air memerlukan data dan informasi, di antaranya adalah data bahaya erosi yang dapat diperoleh dengan cara melaksanakan prediksi erosi. Memang erosi tidak dapat dihentikan sama sekali, bahkan pada pertanian yang lestari atau sustainable sekalipun. Namun erosi bisa dikendalikan hingga di bawah ambang batas yang dibolehkan. Laju erosi yang dibolehkan untuk berbagai macam tanah dapat diduga berdasarkan sifat tanah dan substratnya. Untuk menilai apakah erosi sudah terkendali atau belum diperlukan data laju erosi dari lahan pertanian yang bersangkutan. Mengendalikan erosi tanah berarti mengurangi pengaruh faktor-faktor erosi tersebut, sehingga prosesnya terhambat atau berkurang. Upaya tersebut dilakukan dengan cara meredam energi hujan, meredam daya gerus aliran permukaan, dan mengurangi kuantitas aliran permukaan. Juga dengan memperlambat laju aliran permukaan, memperbaiki sifat-sifat tanah yang peka


(33)

erosi, dan mencegah longsor. Teknik-teknik pengendalian erosi yang sudah dikenal merupakan gabungan beberapa upaya tersebut (Anonimous, 2010)

Tanaman Kacang Tanah

Dalam dunia tumbuh – tumbuhan, kacang tanah diklasifikasikan seperti berikut ini.

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Ordo : Rosales

Famili : Papilionaceae Genus : Arachis

Species : Arachis hypogaea

Kacang tanah dapat tumbuh di berbagai macam tanah. Yang penting tanah itu dapat menyerap air dengan baik dan mengalirkannya kembali dengan lancar. Struktur tanah yang remah dari lapisan atas dapat mempersubur pertumbuhan dan mempermudah pembentukan polong. Kacang tanah tumbuh dengan baik jika ditanam dilahan ringan yang cukup mengandung unsur hara (Ca, N, P, dan K). Tanaman ini menghendaki lahan yang gembur agar perkembangan perakarannya berjalan baik, ginoforanya mudah masuk ke dalam tanah untuk membentuk polong, dan pemanenennya mudah (tidak banyak polong yang hilang atau tertinggal di dalam tanah). Sebaiknya pH tanahnya antara 5.0-6.3 (AAK,1989).

Kacang tanah dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 5 – 50 m diatas permukaan laut. Dibandingkan dengan tanaman kacang kacangan lainnya, kacang tanah memerlukan tanah yang lebih lembap. Lingkungan yang lembap ini


(34)

diperlukan sejak saat tanam sampai dua minggu sebelum panen. Pengaturan air perlu diperhatikan karena kacang tanah ini tidak tahan terhadap genangan air (Suprapto, 1993).

Walaupun tanaman kacang tanah relatif toleran terhadap kekeringan, namun untuk mencapai hasil maksimal diperlukan air yang cukup. Keadaan yang optimal adalah air tanah berada sekitar 75% kapasitas lapang dari sejak menanam hingga tanaman berumur 80 hari. (Tanah mengandung air sebanyak kapasitas lapang, bila tanah mengandung air maksimum, namun tidak sampai menetes). Tanah dengan kandungan air 75% kapasitas lapang akan lembab, namun tetap gembur. Pada tanah tegalan di musim hujan, tanah yang lembab-gembur dapat diperoleh dari pembuatan bedengan dan pengolahan tanah yang cukup dalam. Penyesuaian waktu tanam dengan pola curah hujan tahunan sangat penting agar air hujan cukup, tetapi tidak menggenang. Curah hujan antara 100-150mm per bulan selama tiga bulan cukup baik dalam menyediakan air bagi tanaman kacang tanah (Sumarno, 1986).

Kondisi Umum Kwala Bekala

Kondisi tapak Kwala Bekala memiliki kontur/kemiringan tanah yang cukup potensial untuk dimanfaatkan. Jika diolah dengan baik, kontur tapak akan memunculkan citra kawasan Kampus USU Kwala Bekala. Ketinggian tapak tertinggi adalah 94,38 meter di atas permukaan laut. Sementara titik terendah adalah 67,6 meter di atas permukaan laut.


(35)

Kondisi Geologi Kampus USU Kwala Bekala:

Berdasarkan penelitian geologi dan mekanika tanah dapat disimpulkan bahwa di Kampus USU Kwala Bekala terdiri dari Unit Singkut yang telah mengalami pelapukan. Unit Singkut pada dasarnya terdiri dari pasir, clay dengan kepadatan rendah hingga sedang.


(36)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Kwala Bekala USU, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli serdang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Agustus 2010.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah abney level, bor tanah, ring sampel tanah, meteran, waterpass, pisau pandu, kantong plastik, kertas label, kertas saring (filter), drum penampung atau kolektor air larian dan sedimentasi, lembar plastik penahan/dinding petak kecil, patok kayu, paku, martil, dan alat pertukangan lainnya, parangkat penangkar mini curah hujan, timbangan, alat tulis, dan kamera digital.

Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini diantaranya lahan budidaya tanaman kacang tanah, contoh tanah/sedimen, contoh air larian, peta administrasi, peta jenis tanah, serta data curah hujan.

Prosedur penelitian

Adapun prosedur penelitian adalah :

1. Dihitung erosi dengan menggunakan Metode Petak Kecil. a. Ditentukan lokasi penempatan alat petak kecil. b. Diukur curah hujan per kejadian hujan.

c. Dilakukan pengukuran setiap setelah kejadian hujan. d. Pengukuran air limpasan dan sedimen


(37)

- Diaduk seluruh air limpasan dan sedimen yang tertampung dalam drum penampung.

- Dihitung volume air limpasan dan sedimen yang telah diaduk rata.

- Diambil sampel larutan (air limpasan dan sedimen yang diaduk)

e. Pengukuran besar tanah yang tererosi,

- Disaring sampel larutan (air limpasan dan sedimen yang diaduk)

- Diovenkan sedimen yang tersaring hingga berat konstan - Ditimbang sedimen yang tersaring setelah diovenkan. 2. Dihitung erosi menggunakan persamaan USLE.

a. Ditentukan titik pengambilan sampel tanah, diambil sampel tanah. b. Dihitung laju permeabilitas tanah.

c. Dianalisis sifat fisika tanah (tekstur, struktur). d. Dianalisis kandungan C-Organik tanah e. Dihitung besar erosi dan tingkat bahaya erosi. 3. Ditentukan laju erosi yang dapat ditoleransikan ( T ). 4. Ditentukan tingkat bahaya erosi (TBE).

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan metode deskriptif eksploratif yang dilakukan untuk mengetahui tingkat bahaya erosi di kawasan Kwala Bekala melalui penghitungan dan pengukuran besarnya erosi aktual dan erosi yang ditoleransikan pada penggunaan lahan tanaman kacang tanah. Pengukuran erosi dan


(38)

pengambilan sampel tanah dilakukan dengan cara purposive sampling terutama dalam menetapkan lokasi yang meliputi lahan budidaya.

1. Pengamatan Lapangan

Penetapan besarnya erosi dilakukan dengan dua cara yaitu (1) Pengukuran secara langsung menggunakan metoda petak kecil (kolektor air larian dan sedimentasi), dan (2) Penghitungan (prediksi) menggunakan persamaan USLE.

2. Pengukuran Laju Erosi dengan Metode Petak Kecil

Pengukuran dengan metode petak kecil dilakukan langsung di lapangan dengan mengambil data curah hujan dan sampel air larian pada setiap kejadian hujan. Pengukuran ini dilakukan selama 4 bulan (Mei – Agustus 2010) dengan menggunakan dua replikasi petak percobaan. Dan sebagai kontrol, dilakukan pula dua replikasi petak percobaan pada lahan terbuka.

Metode petak kecil yang dibuat merupakan petak standar berukuran panjang 22 m dengan lebar 2 m. Petakan lahan tersebut dibatasi menggunakan lembar plastik yang ditanamkan sedemikian rupa sehingga setengah lebar plastik tersebut (sekitar 10 cm) tertanam di dalam tanah, sedangkan sisanya 10 cm menjadi dinding penahan air larian dan sedimen. Untuk menampung air larian dan tanah yang tererosi, di ujung bawah petak dipasang tangki penampungan, berupa drum yang diberi tutup di bagian atasnya agar air hujan tidak langsung masuk ke dalam drum tersebut (hanya air larian dari petak yang dibatasi tersebut yang masuk ke dalam drum penampung). Kemudian, setiap kejadian hujan, dilakukan pengamatan besarnya tanah yang tererosi dengan cara mengambil sampel air


(39)

larian dan sedimen dalam drum penampung yang telah diaduk rata sebanyak 200ml dengan tiga kali ulangan, lalu dihitung besarnya sedimen yang tertampung.

Adapun cara perhitungan erosi dengan Metode Petak Kecil adalah:

Berat sedimen yang tertampung

v a b

= Dimana : a = berat filter

b = berat sedimen + filter v = volume ulangan = 0,2 l

Dilakukan tiga kali ulangan, kemudian dihitung rata-rata berat sedimen yang tertampung.

Maka, total sedimen = rerata berat sedimen tertampung x volume air tertampung. Apabila air larian yang tertampung didalam drum, maka total sedimen (gr) x 3. Maka erosi untuk 4 bulan (selama pengukuran) adalah :

= = n i i Ah 1 ) (

Dengan : n = jumlah kejadian hujan yang menyebabkan erosi Ah = berat total sedimen yang tererosi.

Rata-rata erosi pada petak kecil (E) = n Ah

Erosi dalam 1 tahun (T) = H x E

Erosi dalam 1 hektar xT

     = 44 10000


(40)

Gambar 2. Penampang petak kecil dan kolektor pada sebidang lahan.

Pemilihan lokasi penempatan petak kecil di Kebun Kwala Bekala USU, dilakukan dengan latar belakang pemilihan lokasi lahan kacang tanah tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan baik dari segi kemiringan (dengan kemiringan 7˚ atau 15,5% ), panjang lereng (22m), dan kondisi tanaman kacang tanah yang baik.

Metode petak kecil digunakan sebagai faktor pembanding dengan prediksi USLE dengan catatan jenis tanah dan tanamannya sama sehingga dapat diketahui perbandingan laju erosi yang terjadi.

0,43 m

0,69 m 0,14 m


(41)

3. Perhitungan (Prediksi) Laju Erosi Menggunakan Persamaan USLE Penetapan erosi aktual pada setiap lahan tanaman kacang tanah yang dipilih untuk dijadikan sampel penelitian yang dilakukan dengan cara pendekatan (prediksi) USLE menggunakan persamaan sebagai berikut :

P C S L K R

A= . . . . . Dimana :

A = Besarnya erosi yang diperkirakan (ton/(ha.thn) R= Faktor erosivitas hujan

K= Faktor erodibilitas tanah L= Panjang lereng

S= Kemiringan lereng

C= Faktor pengolahan tanah dan tanaman penutup tanah P= Faktor teknik konservasi tanah

Masing-masing faktor tersebut akan ditentukan nilainya dengan mempergunakan rumus, seperti dibawah ini :

a. Faktor Erosivitas Hujan (R)

Data curah hujan dari stasiun pengamatan hujan lokasi penelitian, minimal selama 10 tahun terakhir. Data curah hujan ini digunakan untuk mengetahui faktor erosivitas hujan ( R) melalui persamaan Bols (1978) :

( )

= = 12

1 30 i

i EI

R ... (4)

Dimana :

30

EI = 6,119 (CH)1,21 .(HH)-0.47 . (P.Max) 0.53 ... (5) CH = rata-rata curah hujan bulanan


(42)

HH= jumlah hari hujan per bulan (hari)

P.Max=curah hujan maksimum selama 24 jam pada bulan bersangkutan b. Faktor Erodibilitas Tanah (K)

Faktor erodibilitas tanah (K) atau faktor kepekaan erosi tanah dihitung dengan persamaan Wischmeier dan Smith (1978) :

[ ] [ ] 100 3) -2,5(c + 2) -3,25(b + a) -(12 (10) M

2,713 1.14 -4

=

K ... (6)

Dimana :

K= Faktor erodibilitas tanah

M= Ukuran partikel yaitu (% debu + % pasir sangat halus) (100 - % liat) Bila data tekstur yang tersedia hanya fraksi pasir, debu dan liat, maka

% pasir sangat halus dapat diduga dengan 20 % dari fraksi pasir (Sinukaban, 1986 dalam Sinulingga 1990)

a= bahan organik tanah (% C x 1,724) b= Harkat struktur tanah (Tabel 2)

c= Harkat permeabilitas profil tanah (Tabel 3) Tabel 3. Harkat struktur tanah

Kelas Struktur Tanah (Ukuran diameter) Harkat Granular sangat halus

Granular halus

Granular sedang sampai kasar Gumpal, lempeng, pejal

1 2 3 4

Sumber : Arsyad, 1989

Tabel 4. Harkat permeabilitas tanah

Kelas Kecepatan Permeabilitas Tanah Harkat Sangat lambat (<0,5 cm/jam)

Lambat (0,5-2,0 cm/jam)

Lambat sampai sedang (2,0-6,3 cm/jam) Sedang (6,3-12,7 cm/jam)

Sedang sampai cepat (12,7-25,4 cm/jam) Cepat (>25,4 cm/jam)

6 5 4 3 2 1


(43)

Sumber : Arsyad, 1989

c. Faktor Topografi (LS)

Faktor ini merupakan gabungan antara pengaruh panjang dan kemiringan lereng. Faktor S adalah rasio kehilangan tanah per satuan luas di lapangan terhadap kehilangan tanah pada lereng eksperimental sepanjang 22,1 m (72,6 ft) dengan kemiringan lereng 9 %. Persamaan yang diusulkan oleh Wischmeier dan Smith (1978) dapat digunakan untuk menghitung LS :

LS = (0,00138)S2 + 0,00965S + 0,0138...(7) (Scwab, 1981)

Dengan :

S = Kemiringan lereng (%) L = Panjang lereng (m) d. Faktor Penutup Vegetasi (C)

Tabel 5. Nilai faktor (C) untuk berbagai tipe pengelolaan tanaman

No. Jenis Tanaman Nilai Faktor C

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Padi sawah Gandum Jagung Gerst Padi-padian Singkong Kentang Buncis Kacang Tanah Teh Kopi Cokelat Tebu Bit gula Karet Kelapa Sawit Kapas Rumput Padang rumput/ilalang Hutan/tanah hutan Jeruk

0,1 – 0,2 0,1 – 0,2

(tabur musim dingin) 0,2 – 0,4

(tabur musim semi) 0,2

0,1 – 0,2 0,4 – 0,9 0,2 – 0,8 0,2 – 0,3 0,2 – 0,4 0,2 – 0,8 0,1 – 0,3 0,1 – 0,3 0,1 – 0,3 0,3 – 0,6 0,2 – 0,3 0,2 0,1 – 0,7 0,3 – 0,7 0,004 – 0,01 0,01 – 1,10 0,001 – 0,002 0,3


(44)

e. Faktor Pengendali/konservasi Lahan (P)

Faktor ini mempertimbangkan segi pengelolaan lahan. Termasuk dalam pengelolaan ini adalah campur tangan manusia. Faktor pengelolaan tanah dan tanaman penutup tanah (C) serta faktor teknik konservasi tanah (P) diprediksi berdasarkan hasil pengamatan lapangan dengan mengacu pustaka hasil penelitian tentang nilai C dan nilai P pada kondisi yang identik. Disamping itu juga akan ditentukan besarnya laju erosi yang masih dapat ditoleransi dan tingkat bahaya erosi.

Tabel 6. Nilai faktor (P) untuk berbagai tindakan konservasi tanah

No. Tindakan Khusus Konservasi Tanah Nilai P

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Tanpa tindakan pengendalian erosi Teras bangku

Konstruksi baik Konstruksi sedang Konstruksi kurang baik Teras tradisional Strip tanaman Rumput bahia Clotararia Dengan kontur Teras tradisional

Pengolahan tanah dan penanaman menurut garis kontur Kemiringan 0-8 %

Kemiringan 8-20 % Kemiringan > 20 % Penggunaan sistem kontur

Penggunaan sistem strip(2-4 m lebar) Penggunaan mulsa jerami(6 ton/ha)

Penggunaan pemantap tanah(60 gr/1/m2 (CURASOL)

Padang rumput (sementara)

Strip cropping dengan clotataria(lebar 1 m, jarak antar strip 4,5 m) Penggunaan sistem strip(lebar 2 m-4 m)

Penggunaan mulsa jerami(4-6 ton/ha) Penggunaan mulsa kadang-kadang(4-6 ton/ha)

1,00 0,04 0,15 0,35 0,40 0,40 0,64 0,20 0.40 0,50 0,75 0,90 0,10-0,020 0,10-0,30 0,01 0,20-0,50 0,10-0,50 0,64 0,20 0,06-0,20 0,20-0,40


(45)

Laju Erosi yang Masih dapat Ditoleransikan (T)

Sebagai bahan perbandingan ditentukan laju erosi yang masih dapat ditoleransikan untuk lahan tanaman kacang tanah yang sedang di ukur tingkat bahaya erosinya.

Untuk menghitung nilai laju erosi yang masih dapat ditoleransikan dipergunakan rumus Hammer (1981), sebagai berikut:

xBd RL EqD

T = ... (8) Dimana :

T = Laju erosi dapat ditoleransi (ton/ha.thn)

EqD = faktor kedalaman tanah x kedalaman efektif tanah (cm) RL = Resource life (400 tahun) (tahun)

Bd = Bulk density (kerapatan massa) (gr/cm3)

Nilai faktor kedalaman tanah dipengaruhi oleh jenis tanah seperti disajikan pada tabel berikut.

Tabel 7. Nilai faktor kedalaman tanah pada berbagai jenis tanah

No. USDA Sub Order dan Kode Faktor Kedalaman Tanah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Aqualfs Udalfs Ustalfs Aquents Arents Fluvents Orthents Psamments Andepts Aquepts Tropepts Alballs Aqualls Rendolls Udolls Ustolls Aquox Humox Orthox Ustox (AQ) (AD) (AU) (EQ) (ER) (EV) (EO) (ES) (IN) (IQ) (IT) (MW) (MQ) (MR) (MD) (MU) (OQ) (OH) (OO) (OU) 0.9 0.9 0.9 0.9 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 0.95 1.0 0.75 0.9 0.9 1.0 1.0 0.9 1.0 0.9 0.9


(46)

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Aquods Ferrods Hummods Arthods Aquults Humults Udults Ustults Uderts Ustearts (SQ) (SI) (SH) (SO) (UQ) (UH) (UD) (UU) (VD) (VU) 0.9 0.95 1.0 0.95 0.8 1.0 0.8 0.8 1.0 1.0 Sumber : Hammer, 1981

Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

Tingkat bahaya erosi (TBE) ditentukan dengan membandingkan erosi aktual (A) dengan erosi yang masih dapat ditoleransikan (T) di daerah itu dengan rumus (Hammer, 1981):

TBE = A/T ... (9) Tabel 8. Kriteria tingkat bahaya erosi

Nilai Kriteria/Rating TBE

< 1.0 1.10 – 4.0 4.01 – 10.0 >10.01

Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi

Sumber : Hammer, 1981

Parameter Penelitian

Untuk penghitungan erosi menggunakan persamaan USLE, parameter yang akan diamati diantaranya :

1. Jenis tanah

Adapun cara mengetahui jenis tanah pada kawasan Kwala Bekala kecamatan Pancur Batu ini adalah dengan mengamati peta jenis tanah (terlampir).


(47)

2. Kedalaman efektif tanah

Kedalaman efektif tanah diukur langsung dilapangan dengan cara melakukan pengeboran sebatas maksimal yang dapat ditembus perakaran. Yaitu ketika tanah sudah mulai keras atau dengan kata lain sulit untuk dibor lebih lanjut.

3. Permeabilitas tanah

Nilai permeabilitas didapat dengan pengamatan langsung dilapangan dengan cara melakukan pengeboran tanah dengan menggunakan bor tangan sedalam batas maksimal perakaran (kedalaman efektif). Kemudian dengan menggunakan pelampung, meteran serta pipa pori yang dimasukkan kedalam tanah pada lima titik pengeboran yang dipilih secara diagonal, maka dihitunglah waktu pada saat air dalam tinggi yang konstan (tanah tidak dapat menyerap air lagi dengan baik).

4. Kadar C-organik tanah

Besanya kadar C organik tanah dapat ditentukan dari pengukuran di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USU.

5. Tekstur tanah

Tekstur dari tanah Andepts ini dapat diketahui dari pengukuran di laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USU.

6. Struktur tanah

Struktur tanah pada percobaan ini diketahui dari pengukuran di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USU.


(48)

Untuk mengetahui besarnya kemiringan lereng pada lokasi penelitian, dilakukan pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan abney leveling.

8. Curah hujan tahunan, bulanan dan maksimal harian.

Data-data curah hujan harian untuk Kecamatan Pancur Batu ini didapat dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Pengukuran erosi secara langsung menggunakan metoda petak kecil dilakukan pada penggunaan lahan kacang tanah dengan dua unit alat pengukuran (petak kecil). Parameter yang diamati dalam pengukuran erosi menggunakan metoda petak kecil ini antara lain:

1. Jumlah curah hujan per kejadian hujan 2. Volume air larian pada drum kolektor


(49)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Kwala Bekala

Kebun Percobaan USU Kwala Bekala secara administratif tepatnya berada di desa Kwala Bekala, Kecamatan Pancur Batu, Kab, Deli Serdang. Lokasinya secara geografis terletak pada 3˚ 29' 18,6" LU dan 98˚ 37' 26,3" BT. Iklim di lokasi ini berdasarkan klasifikasi Scmidt dan Ferguson termasuk iklim tipe A (14,3 - 33,3 %). Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Oktober sampai dengan April. Suhu udara minimum adalah 22˚C dan maksimum adalah 34˚ C. Kondisi tapak Kwala Bekala memiliki kontur/kemiringan tanah yang cukup potensial untuk dimanfaatkan. Ketinggian tapak tertinggi adalah 94,38 meter di atas permukaan laut. Sementara titik terendah adalah 67,6 meter di atas permukaan laut (Anonimous, 2009).

Secara umum, topografi di kawasan Kwala Bekala adalah landai sampai berbukit. Hanya sedikit tanah yang bertopografi datar. Sebenarnya tanah dengan topografi seperti ini tidak cukup produktif untuk ditanami tanaman pangan karena sangat rentan terhadap erosi, dimana seperti yang kita ketahui erosi menyebabkan berkurangnya tingkat kesuburan tanah karena terkikisnya lapisan top soil. Namun, pada kenyataannya di kawasan Kwala Bekala ini banyak ditanamai tanaman pangan seperti ubi kayu dan jagung.

1. Erosi yang Dapat Ditoleransikan (T) pada Lahan Tanaman Kacang Tanah di Kawasan Kwala Bekala USU

Adapun besarnya erosi tanah yang dapat ditoleransikan pada lahan tanaman Kacang Tanah dapat dilihat pada tabel berikut.


(50)

Tabel 9. Nilai Erosi yang Ditoleransikan pada Lahan Kacang Tanah. Kecamatan

Kedalaman efektif tanah (cm)

Faktor Kedalaman Tanah

W (thn) BD gr/cm3

T

(ton/ha.thn) Pancur

Batu 103 1 400 1,05 27,03

Tingkat Erosi yang diperbolehkan pada lahan tanaman Kacang Tanah sebesar 27,03 ton/ha.thn diperoleh dengan menggunakan persamaan (Hammer, 1981) ini termasuk tinggi untuk kebanyakan tanah di Indonesia, dalam artian, tanah andepts pada lokasi ini cukup toleran terhadap erosi. Rahim (1995) mengatakan bahwa secara umum laju Edp (laju erosi yang ditoleransikan) untuk kebanyakan tanah di Indonesia adalah 25 mm/thn atau setara dengan 25 ton/ha/thn untuk lahan perbukitan atau miring.

Troeh dkk (1980) berpendapat sedikitnya ada empat faktor utama yang mempengaruhi laju erosi yang dapat ditoleransi tanpa kehilangan produktivitas tanah secara permanen yaitu kedalaman tanah, tipe bahan induk, produktivitas relatif dari topsoil dan subsoil, dan jumlah erosi terdahulu. Makin dalam tanah, makin tebal bahan yang tembus oleh akar tumbuhan, makin cepat erosi yang terjadi tanpa kehilangan kapasitas berproduksi yang tidak dapat diperbaiki.

Mengetahui besarnya erosi yang diperbolehkan bertujuan untuk mengukur sejauh mana erosi tanah yang bisa ditoleransikan atau dibiarkan pada suatu lahan. Dengan demikian, kiranya pengelolaan lahan dan teknik konservasi tanah dan air dapat disesuaikan untuk pemanfaatan lahan secara baik sehingga produktivitas lahan dapat terus dipertahankan dan laju kerusakannya dapat ditekan.


(51)

2. Erosi Tanah pada Lahan Tanaman Kacang Tanah di Kawasan Kwala Bekala USU

a. Pengukuran Erosi Tanah dengan Metode Petak Kecil

Hasil pengukuran Erosi pada tanah andepts untuk penggunaan lahan tanaman kacang tanah adalah sebagai berikut:

Petak percobaan A.

Besarnya sedimen total yang tertampung = 3031,2867 gr Jumlah hari hujan = 21 hari.

Sedimen dalam 1 hari = sedimen total/jumlah hari hujan = 3031,2867/21

= 144,34 gr/hari

Sedimen selama penelitian = rerata sedimen x jumlah hari hujan 4 bulanan = 144,34 gr/hari x 56,2 hari

= 8112,29 gr.

= 10000m2 / 44 m2 x 8112,29 gr = 18437028,4 gr/ha

= 18,43 ton/ha. Sedimen untuk luasan 22 x 2 m

= sedimen dalam 1 hari x rerata jumlah hari hujan bulanan = 144,34 gr/hari x 1686 hari/thn

= 243368,77 gr/thn.44m2 Sedimen untuk luasan hektar

= (10000m2 / 44 m2 ) x sedimen luasan 22x 2m = (10000m2 / 44m2 ) x 243368,77 gr/thn.44m2


(52)

= 55311085,09 gr/ha/thn = 55,31 ton/(ha.thn).

Petak percobaan B.

Besarnya sedimen total yang tertampung = 3164,301 gr Jumlah hari hujan = 21 hari.

Sedimen dalam 1 hari = sedimen total/jumlah hari hujan = 3164,301/21

= 150,681 gr/hari

Sedimen selama penelitian = rerata sedimen x jumlah hari hujan 4 bulanan = 150,681 gr/hari x 56,2 hari

= 8468,21 gr.

= 10000m2 / 44 m2 x 8468,21 gr = 19245945,5 gr/ha

= 19,24 ton/ha Sedimen untuk luasan 22 x 2 m

= sedimen dalam 1 hari x rerata jumlah hari hujan bulanan = 150,681 gr/hari x 1686 hari/thn

= 254048,17 gr/thn.44m2 Sedimen untuk luasan hektar

= (10000m2 / 44 m2 ) x sedimen luasan 22x 2m = (10000m2 / 44m2 ) x 254048,17 gr/thn.44m2 = 57738219,55 gr/ha/thn


(53)

Banyaknya tanah yang tererosi pada setiap kejadian hujan pada masing-masing petak percobaan lahan tanaman kacang tanah dapat dilihat pada Lampiran 3.

Dengan pengambilan data erosi tanah setiap kejadian hujan selama 4 bulan, maka diperoleh besarnya rata rata erosi pada lahan tanaman kacang tanah ini adalah 56,62 dengan asumsi besarnya nilai erosi rata rata perbulan dari pengukuran selama 4 bulan penelitian dapat digunakan untuk menghitung erosi selama 12 bulan.

Nilai erosi pada lahan tanaman kacang tanah 56,62 ton/ha.thn berada diatas nilai erosi yang dapat ditoleransikan, dan termasuk dalam kategori sedang (2,09) seperti yang dapat dilihat pada Tabel 8.

Dan bila dibandingkan dengan nilai erosi yang dapat ditoleransikan berdasarkan literatur Rahim (1995) yang mengatakan bahwa secara umum laju Edp (laju erosi yang ditoleransikan) untuk kebanyakan tanah adalah 25 mm/thn atau setara dengan 25 ton/ha/thn untuk lahan perbukitan atau miring, maka besarnya erosi pada lahan tanaman Kacang Tanah dengan metode petak kecil (56,62 ton/ha.thn) ini juga termasuk dalam kategori sedang (2,26) seperti yang terlihat pada Tabel 8.

Hasil pengukuran Erosi pada tanah andepts untuk penggunaan lahan terbuka sebagai kontrol adalah sebagai berikut:

Kontrol A

Besarnya sedimen total yang tertampung = 6247,0805 gr Jumlah hari hujan = 24 hari.


(54)

= 6247,0805 gr /24 hari = 260,29 gr/hari

Sedimen selama penelitian = rerata sedimen x jumlah hari hujan 4 bulanan = 260,29 gr/hari x 56,2 hari

= 14628,29 gr.

= 10000m2 / 44 m2 x 14628,29 gr = 33246131,8 gr/ha

= 33,25 ton/ha Sedimen untuk luasan 22 x 2 m

= sedimen dalam 1 hari x rerata jumlah hari hujan bulanan = 260,29 gr/hari x 1686 hari/thn

= 438857,41 gr/thn.44m2 Sedimen untuk luasan hektar

= (10000m2 / 44 m2 ) x sedimen luasan 22x 2m = (10000m2 / 44m2 ) x 438857,41 gr/thn.44m2 = 99740319,35 gr/ha/thn

= 99,74 ton/(ha.thn) Kontrol B

Besarnya sedimen total yang tertampung = 6608,7033 gr Jumlah hari hujan = 23 hari.

Sedimen dalam 1 hari = sedimen total/jumlah hari hujan = 6608,7033 gr /23hari

= 287,33 gr/hari


(55)

= 287,33 gr/hari x 56,2 hari = 16147,94 gr.

= 10000m2 / 44 m2 x 16147,94gr = 36699877,3 gr/ha

= 36,69 ton/ha Sedimen untuk luasan 22 x 2 m

= sedimen dalam 1 hari x rerata jumlah hari hujan bulanan = 287,33 gr/hari x 1686 hari/thn

= 484446,69 gr/thn.44m2 Sedimen untuk luasan hektar

= (10000m2 / 44 m2 ) x sedimen luasan 22x 2m = (10000m2 / 44m2 ) x 484446,69 gr/thn.44m2 = 110101519,96/ha/thn

= 110,10 ton/(ha.thn)

Sebagai kontrol dari penelitian ini, dilakukan juga pengukuran erosi dengan metode petak kecil pada sebuah lahan terbuka. Rata-rata besarnya erosi pada lahan terbuka dengan menggunakan metode petak kecil adalah sebesar 104,92 ton/(ha.thn). Nilai erosi ini berada diatas ambang erosi yang dapat ditoleransikan (27,03) dan termasuk kedalam kategori sedang (3,88). Seperti yang terlihat pada Tabel 8. Namun, bila dibandingkan dengan nilai erosi yang dapat ditoleransi (Edp) berdasarkan literatur Rahim (1995) yaitu sebesar 25 ton/ha.thn. Maka tingkat bahaya erosinya adalah sebesar 4,19 dan termasuk dalam kategori tinggi (Tabel 8).


(56)

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui keakuratan pengukuran erosi dengan metode petak kecil tergantung pada pemilihan lokasi, penempatan petak kecil, pemasangan komponen dan pengukuran volume air limpasan yang tertampung.

Hasil pengukuran erosi dengan metode petak kecil ini dirasa cukup akurat bilamana pemasangan alat dan cara pengukurannya dilakukan dengan tepat. Namun begitu, prediksi erosi dengan menggunakan metode petak kecil ini memiliki beberapa kekurangan karena membutuhkan biaya yang cukup besar, tenaga, dan waktu yang relatif lama jika dibandingkan dengan pendugaan erosi dengan Metode USLE.

Bila membandingkan besarnya erosi yang terjadi pada lahan tanaman kacang tanah dan lahan terbuka, didapat perbedaan yang cukup signifikan karena vegetasi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi besarnya erosi. Rata rata besarnya erosi pada lahan tanaman kacang tanah sebesar 56,62 ton/(ha.thn), sedangkan pada lahan terbuka sebesar 104,92 ton/(ha.thn).

Namun demikian, untuk mendapatkan nilai erosi yang lebih mendekati keadaan sebenarnya perlu dilakukan penelitian secara berkesinambungan selama satu tahun untuk kedua musim, musim hujan dan musim kemarau.

b. Pengukuran Erosi dengan Menggunakan Metode USLE.

Universal Soil Loss Equation (USLE) memungkinkan memprediksi laju erosi rata rata lahan tertentu pada suatu kemiringan dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam jenis tanah dan penerapan pengelolaan lahan. USLE digunakan untuk mempredisi erosi jangka panjang dan dapat digunakan untuk memprediksi besarnya erosi lahan (sebidang tanah), (Suripin, 2001).


(57)

Besarnya Erosi yang terjadi pada lahan tanaman kacang tanah dengan menggunakan Metode USLE dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Nilai Erosi Tanah pada lahan Tanaman Kacang Tanah dengan Metode USLE

Erosivitas (R) (cm/thn)

Erodibilitas (K)

Topografi (LS)

Tanaman ( C )

Konservasi (P)

Erosi (A) (ton/ha.thn)

1344,37 0,166 2,33 0,2 1 103,99

Besarnya erosi yang terjadi sebesar 103,99 ton/ha.thn dihitung dengan menggunakan persamaan Wischmeier dan Smith, dimana Erosi adalah hasil kali dari beberapa faktor yang berperan penting dalam mempengaruhinya seperti erosivitas hujan, erodibilitas tanah, topografi dan panjang lereng serta faktor konservasi dan campur tangan manusia.

Erosivitas hujan (R) didapat dari hasil kali intensitas hujan maksimum 30 menit (I30) dengan energy hujan total (E) yang diperoleh dari data curah hujan 10 tahun terakhir stasiun Pancur Batu.

Nilai Erodibilitas tanah (K) merupakan faktor kepekaan erosi tanah yang dihitung dengan persamaan Wischmeier dan Smith, dimana merupakan hasil perhitungan antara struktur, tekstur dan permeabilitas tanah yang mana dapat dilihat pada Lampiran 9.

Besar erosi dengan menggunkan metode USLE ini sama halnya dengan metode petak kecil, juga melebihi batas ambang erosi yang ditoleransikan (27,03) dan termasuk kedalam kategori sedang (3,84). Seperti yang dilihat pada Tabel 8.

Besarnya nilai erosi yang terjadi dengan menggunakan metode USLE disebabkan oleh penggunaan nilai–nilai tetapan faktor yang mempengaruhi erosi tanah itu sendiri. Nilai-nilai faktor yang mempengaruhi prediksi erosi dengan


(58)

metode USLE telah ditentukan sebelumnya, dengan kata lain mungkin faktor-faktor tersebut tidak sesuai dengan lahan yang diukur laju erosinya. Namun, prediksi USLE tetap perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi erosi tanah secara terurai. Sehingga setiap faktor yang mempengaruhi erosi tanah diuraikan satu persatu

Pengukuran erosi tanah yang dengan menggunakan Metode USLE jika dibandingkan dengan Metode Petak Kecil memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan karena pada kedua metode tersebut terdapat perbedaan faktor yang mempengaruhinya. Pada metode petak kecil, besar erosi tanah yang diperoleh adalah dengan pengamatan langsung ke lapangan dari pengukuran sedimen yang terhanyut/terkikis oleh aliran permukaan saat terjadinya hujan. Sedangkan dengan metode USLE semua faktor yang mempengaruhi erosi (erosivitas hujan, erodibilitas tanah, topografi, tanaman, dan teknik konservasi) diuraikan secara terpisah. Dimana dari komponen-komponen tersebut ada beberapa faktor yang sudah ditetapkan nilainya yang mungkin kurang sesuai dengan keadaan atau kondisi pada daerah atau kawasan penelitian. Seperti faktor tanaman (C) dan konservasi (P) yang nilainya sudah ditetapkan yang mana dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6, dimana ada kemungkinan nilai-nilai tersebut kurang sesuai untuk daerah/kawasan yang sedang diteliti tingkat bahaya erosinya. Begitupula dengan faktor erosivitas (R) yang datanya didapat dari BMKG, dimana seharusnya akan lebih baik jika data curah hujan yang diperoleh dengan pengukuran langsung (data primer) di kawasan yang diteliti tingkat bahaya erosinya. Kelebihan dari pendugaan erosi dengan Metode USLE ini adalah kita


(59)

dapat memanipulasi nilai P (konservasi) dalam artian melakukan tindakan-tindakan konservasi untuk menekan nilai erosi agar menjadi lebih kecil.

3. Peninjauan Faktor Erosi Tanah

• Faktor Erosivitas Hujan (R)

Nilai erosivitas hujan dapat dilihat pada Lampiran 7. Erosivitas adalah kemampuan air hujan (berupa jumlah hujan, lama hujan, ukuran butir hujan serta kecepatan jatuh butir hujan) untuk menghancurkan dan menghanyutkan partikel tanah. Dari Lampiran 9 tersebut dapat dilihat bahwa nilai erosivitas hujan tahunan adalah 1344,37 cm/thn dengan distribusi nilai R bulanan tertiggi pada bulan Oktober yaitu sebesar 257,34 cm/bulan dan bulan September, yaitu 236,33 cm/bln, dimana nilai erosivitas pada kedua bulan ini melonjak dengan cukup signifikan dibandingkan dengan bulan lainnya.

Besarnya nilai erosivitas pada kedua bulan itu mengindikasikan adanya kemungkinan terjadinya erosi tanah yang cukup besar pada kedua bulan tersebut.

• Faktor Erodibilitas (K)

Erodibilitas merupakan kepekaan tanah terhadap pukulan (energi kinetik) butiran air hujan dan penghanyutan oleh aliran permukaan. Tanah yang erodibilitasnya tinggi akan rentan terkena erosi, bila dibandingkan dengan tanah yang erodibilitasnya rendah.

Dari faktor erodibilitas, ada beberapa parameter yang diamati pada Metode USLE, yaitu jenis tanah, kedalaman efektif tanah, permeabilitas tanah, kadar C organik tanah, tekstur tanah, dan stuktur tanah.

Adapun jenis tanah pada lahan percobaan adalah jenis andepts (yang diketahui dari peta jenis tanah) dengan nilai faktor kedalaman tanah 1


(60)

(dapat dilihat pada Tabel 7). Dystrandepts merupakan tanah andosol yang berasal dari bahan induk abu dan volkan yang berada di daerah dataran, bergelombang dan berbukit. Corak tanah ini bertekstur dari lempung hingga debu dan mempunyai sifat kepekaan terhadap erosi yang besar, baik terhadap erosi air maupun erosi angin.

Kandungan bahan organik tanah pada jenis tanah andepts ini adalah sebesar 1,98 yang dapat dilihat pada Lampiran 9. Seperti yang diketahui bahwa bahan organik mempunyai peranan penting dalam mempertahankan kemantapan struktur tanah (Sutedjo,1987). Pengaruh bahan organik terhadap erodibilitas tanah yaitu bahwa meningkatnya bahan organik menjadikan berkurangnya nilai erodibilitas tanah, yang artinya semakin rendah nilai erodibilitas tanah, maka nilai erosipun akan semakin rendah.

Tekstur tanah pada percobaan ini termasuk dalam kategori lempung berliat (clay loam) . Arsyad (1976) dalam Sutedjo dan Kartasapoetra (2005) mengemukakan bahwa macam tanah lempung berliat (clay loam) dengan kapasitas infiltrasi 0,5-2,5 mm/jam memungkinkan aliran permukaan (run off) akan lebih besar, yang memungkinkan pula daya alirannya akan lebih kuat pada tempat tempat berlereng dengan kata lain tanah dengan kategori ini cukup rentan terhadap erosi.

Besarnya nilai permeabilitas tanah (dapat dilihat pada Lampiran 9) pada percobaan ini adalah sebesar 68,72 cm/jam dan termasuk dalam kategori cepat (dapat dilihat pada Tabel 4). Dengan kata lain, tanah cukup potensial dalam menyerap air dan mengurangi laju air larian sehingga memperkecil tingkat erosi yang terjadi. Hal ini sesuai dengan lietaratur Sutedjo (1978) yang menyatakan


(61)

bahwa tanah yang permeabilitasnya rendah ternyata pula dengan adanya peningkatan air permukaan, relatif menjadi peka terhadap erosi dan sebaliknya.

• Faktor Topografi

Ada dua hal yang mempengaruhi faktor topografi yakni kemiringan lereng (S) dan panjang lereng (L). Nilai faktor topografi (LS) diperoleh dengan persamaan Scwab (1981), dimana panjang lereng (L) adalah 22 m sedangkan kemiringan lereng adalah 15,5%, sehingga didapat nilai LS sebesar 2,33. Topografi tanah pada lahan tanaman kacang tanah ini termasuk dalam kategori landai. Pengaruh panjang lereng terhadap erosi adalah bahwa semakin besar panjang lereng maka berlangsungnya erosi akan semakin besar, dimana kecepatan aliran permukaan akan makin besar, dengan demikian tanah permukaan yang terkikis dan terhanyut juga semakin besar.

Permukaan tanah pada lokasi penelitian ini tidak bergelombang atau tidak bertanggul-tanggul, sehingga hal ini menyebabkan erosi yang terjadi cukup besar, hal ini sesuai dengan literatur Sutedjo (1987) yang menyatakan bahwa pada kemiringan tanah yang curam yang tidak bergelombang atau tidak bertanggul-tanggul, mengalirnya air kebagian bawah akan berlangsung sangat cepat. Daya kikis atau daya tumbuk arus air terhadap permukaan tanah akan semakin kuat sehingga banyak bagian tanah permukaan cerai berai dan terangkut ke bagian bawah. Jadi makin besar kemiringan lereng, maka akan semakin besar pula erosi.

• Faktor vegetasi (C) dan faktor manusia dan tindakan konservasi (P)

Faktor pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi tanah merupakan faktor penting dalam erosi. Nilai faktor C tanaman kacang tanah adalah 0,2 (dapat dilihat pada Tabel 5). Tanaman kacang tanah yang memiliki daun bersirip yang


(62)

tidak begitu lebar dan tinggi tanaman yang tidak begitu besar menyebabkan air hujan mudah sampai ke permukaan tanah dan tumbukan air hujan tidak dapat diredam dengan cukup baik oleh tanaman kacang tanah. Akar tanaman serabut yang tidak begitu kuat (kokoh) menyebabkan tanaman tidak begitu besar peranannya dalam menahan erosi. Namun, bila dibandingkan dengan tanaman kacang-kacangan lainnya kacang tanah adalah tanaman yang cukup efisien dalam menekan laju erosi (Ziliwu, 2002).

Pada percobaan dengan menggunakan Metode Petak Kecil, dilakukan penelitian pada lahan yang ditanami tanaman kacang tanah dan juga dilakukan penelitian yang sama pada lahan terbuka sebagai kontrol. Dari hasil yang diperoleh, didapat perbedaan erosi yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan tanaman sangat berperan penting dalam meningkatkan infiltrasi dan mengurangi laju air larian. Hal ini sesuai dengan kutipan Suripin (2001) yang menyatakan bahwa pengaruh lain vegetasi adalah meningkatkan kehilangan air tanah. Kehilangan air tanah yag ada tanamannya terjadi melalui evaporasi dan transpirasi, sedangkan tanah terbuka hanya terjadi melalui evaporasi saja. Dengan demikian tanah yang ditanami tanaman akan cepat kering sehingga memiliki kapasitas infiltrasi yang lebih besar, dengan demikian mengurangi volume aliran permukaan.

Pada penelitian ini, tidak dilakukan teknik konservasi apapun. Namun, dengan tingkat bahaya erosi yang didapat dari penelitian ini, maka kiranya diperlukan teknik konservasi yang berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Faktor tanaman dan pengelolaan lahan merupakan faktor erosi tanah yang paling mungkin dikelola untuk menurunkan atau memperkecil


(63)

laju erosi pada suatu lahan. Karena kedua faktor ini merupakan hal yang mudah untuk di lakukan (dirubah) terutama dalam menyesuaikan dengan kemampuan suatu lahan dalam pengelolaannya. Dengan kata lain faktor tanaman dan teknik pengelolaan tanah bisa di sesuaikan dengan kemampuan lahan jika diketahui seberapa besar pengaruh faktor erodibilitas tanah (kepekaan tanah terhadap erosi) dan faktor erosivitas hujan.

Dari Tabel 6, ada beberapa tindakan konservasi yang kiranya dapat menekan laju erosi. Nilai faktor P yang paling rendah adalah penggunaan mulsa jerami 6 ton/ha yaitu sebesar 0,01. Dengan menerapkan tindakan konservasi ini, kiranya erosi dapat tertekan secara signifikan. Bila tindakan konservasi ini dilakukan pada lahan tanaman kacang tanah dengan faktor-faktor (erosivitas, erodibilitas, panjang dan kemiringan lereng) yang sama, maka besarnya erosi yang terjadi berkisar 1,03 ton/ha.thn.

Tingkat Bahaya Erosi

Tingkat bahaya erosi adalah perbandingan antara besar erosi yang terjadi dan nilai erosi yang ditoleransikan (masih dalam batasan yang dapat diterima). Semakin dekat nilai antara erosi aktual dengan erosi yang ditoleransikan, maka semakin kecil indeks bahaya erosi. Dengan kata lain, erosi masih dalam tingkatan yang kecil.

Pengukuran tingkat bahaya erosi sangat diperlukan untuk mengetahui sebesar apa tingkatan erosi yang terjadi, agar dapat menentukan tindakan lanjutan untuk lahan tersebut agar masih dapat dikelola dan memiliki produktivitas yang tinggi. Adapun tingkat bahaya erosi untuk lahan tanaman kacang tanah adalah sebagai berikut:


(1)

efektif dan ekonomis dalam usaha mencegah terjadi dan meluasnya erosi permukaan.

Teknik pencegahan erosi yang paling efektif adalah kombinasi dari cara vegetatif dan cara mekanik. Teknik vegetatif menekankan kegiatan pencegahan erosi dengan cara penanaman vegetasi. Sedangkan cara mekanik menekankan aktivitas pencegahan erosi melalui pembuatan bangunan pencegah erosi.


(2)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai erosi ditoleransikan di lahan tanaman kacang tanah yaitu sebesar 27,03 ton/(ha.thn), dengan nilai bulk density tanah 1,05 gr/cm3.

2. Nilai erosi pada lahan tanaman kacang tanah pada petak percobaan pertama (55, ton/ha.thn) tidak terlalau jauh bila dibandingkan dengan nilai erosi pada petak percobaan kedua (57,73 ton/ha.thn) sehingga nilai rata rata erosi dengan metode petak kecil pada lahaan tanaman kacang tanah adalah 56,62 ton/ha.thn. 3. Nilai rata rata erosi pada lahan terbuka dengan metode petak kecil adalah

104,92 ton/ha.thn.

4. Nilai erosi pada lahan tanaman kacang tanah dengan prediksi USLE adalah 103,99 ton/ha.thn dengan tingkat bahaya erosi sebesar 3,84 dan termasuk dalam kategori sedang.

5. Tingkat bahaya erosi pada lahan tanaman kacang tanah dengan menggunakan metode petak kecil adalah 2,09 dan termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan tingkat bahaya erosi pada lahan terbuka dengan menggunakan metode petak kecil adalah sebesar 3,88 yang juga termasuk dalam kategori sedang

6. Besarnya nilai erosi yang terjadi pada lahan terbuka bila dibandingkan dengan lahan tanaman kacang tanah menunjukkan besarnya peranan vegetasi dalam memperkecil volume air larian sehingga memperkecil laju erosi.


(3)

7. Lahan percobaan Kwala Bekala USU dirasa cukup potensial untuk menghasilkan tanaman dengan produktivitas yang tinggi bila dilakukan teknik konservasi yang sesuai.

Saran

1. Untuk mendapatkan nilai erosi yang lebih akurat, perlu dilakukan penelitian dengan metode petak kecil dalam kurun waktu 12 bulan dalam dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.

2. Perlu dilakukan teknik konservasi yang sesuai pada lahan penelitian untuk menekan besarnya erosi sampai dibawah laju erosi yang diperbolehkan (Edp). 3. Dalam pendugaan erosi dengan menggunakan Metode USLE, sebaiknya data

curah hujan yang digunakan adalah data yang diukur langsung di lapangan (berasal dari data primer). Begitupula dengan nilai C dan P, sebaiknya disesuaikan dengan kondisi lahan percobaan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1989. Kacang Tanah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Adisarwanto. 2000. Meningkatkan produksi Kacang Tanah di lahan sawah dan lahan kering. Penebar Swadaya, Jakarta.

Alibasyah, R. 1996. Pengolahan Tanah Konservasi Untuk menunjang Pertanian Berkelanjutan pada lahan Kering. Program Pascasarjana Unpad, bandung. Anonimous. 2009.

_________. 2010. Situs hijau Media Pertanian Online. April 2010]

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. _________. 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. _________. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.

Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Dira, A. 2010. Morfologi Tanah Andosol dan Latosol. Diakses pada Oktober 2010.

Hammer, W. I. 1981. Soil Conservation Consultant Report Center for Soil Research. LPT Bogor. Indonesia.

Hardjoamidjojo, S., Sukartaatmadja, S. 2008. Teknik Pengawetan Tanah dan Air. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Hudson, N.W. 1971. Soil Conversation. Cornell Universitty Press. Ithaca, New York.

Kartasapoetra. A.G. 2005. Teknologi konservasi Tanah dan Air. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Morgan, RPC. 1986. Soil Erotion and Conservation. Longman Sci & Tech. Essex. England.

Notohadiprawiro. T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.


(5)

Rahim, S.E. 1995. Erosi Tanah dan Pemodelan Pendugaannya Dalam Dinamika Lingkungan Hidup Sumatera Selatan. PPLH Lembaga penelitian Universitas Sriwijaya.

Rahim, S.E. 2000. Pengendalian Erosi Tanah. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Rahim, S.E. 2003. Pengendalian Erosi Tanah dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Bumi Aksara, Jakarta.

Resman, Siradz, A., Sunarminto, B. Kajian Beberapa Sifat Kimia dan Fisika Inceptisol. Jurnal Ilmu Tanah dan lingkungan Vol 6. Diakses pada November 2010.

Sarief, S. 1980. Beberapa Masalah Pengawetan Tanah dan Air. Bag. Ilmu Tanah, Faperta, Univ, Padjadjaran, Bandung.

Scwab, G.O, RK. Frevert, T. W. Edminster, dan K. K. Barnes. 1981. Soil Water Conservation Engineering. 3rd ed. John Wiley & Sons, New York.525 hal. Sinukaban, N. 1986. Dasar-dasar Konservasi Tanah dan Perencanaan Pertanian

Konservasi. Bogor; Jurusan Tanah, Institut Pertanian.

Sinulingga, A. B. 1990. Prediksi Erosi dengan Metode USLE untuk Penerapan Konservasi Tanah di Kebun Tambunan A Kecamatan Salapian. Lembaga Penelitian USU, Medan.

Sumarno. 1986. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Penerbit Sinar Baru, Bandung. Suprapto, HS. 1993. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi Offset, Jakarta.

Sutedjo, Kartasapoetra A.G. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Throeh, F.R., J.A. Hobbs dan R.L.Donahue. 1980. Soil and Water Conservation for Productivity and Enviromental Protection. Prentice Hall, Englewood Cliifs, New Jersey.

Utomo. W. H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia, Suatu Rekaman dan Analisa. Rajawali Pers, Jakarta

. 1994. Erosi dan Konservasi Tanah. Penerbit IKIP, Malang. Wischmeier W.H., and D.D Smith. 1978. Predicting Rainfall Erosion Lossess: A

guide to Conservation Planning USDA Handbook No 537. Washington DC.


(6)

Wudianto. R. 1989. Mencegah Erosi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Ziliwu, Y (2002) Pengaruh beberapa macam tanaman terhadap aliran permukaan dan Erosi. Masters thesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Diakses pada Oktober 2010.