1.1 Latar Belakang - DOCRPIJM 7e9332e989 BAB IBAB 1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Program Investasi Pembangunan merupakan bagian konkrit dari upaya pengembangan dari suatu daerah dengan pendekatan artifisial/rekayasa teknik yang berdampak pada perubahan wujud struktur dan pola ruang. Proses pengelolaan pembangunan yang baik dan terdesentralisasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 32 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/ Kota perlu menyusun Dokumen RPIJM Bidang PU/Cipta Karya sebagai salah satu justifikasi perencanaan program dan anggaran serta pembangunan infrastruktur (Infrastructure Development Plan) Bidang PU/Cipta Karya yang berasal dari berbagai sumber baik APBN, APBD Propinsi maupun APBD Kabupaten/Kota. Peran APBN dimaksudkan sebagai stimulan kepada daerah. Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota diharapkan dapat memberikan kontribusinya (Cost Sharing/Joint Program) terhadap program-program ataupun kegiatan yang diusulkan untuk mendapatkan bantuan dana dari APBN (Pemerintah Pusat).

  Keterpaduan Program, kegiatan dan anggaran diharapkan dapat mewujudkan pembangunan Bidang PU/Cipta Karya di daerah yang lebih bermanfaat bagi masyarakat luas melalui bentuk kerjasama antara pusat dan daerah yang berbasis pada prinsip pengembangan wilayah dan keberlanjutan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Peningkatan kapasitas manajemen pembangunan daerah baik aparatur pelaksana maupun struktur kelembagaan sangat diperlukan untuk mendorong terwujudnya kemandirian daerah dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur (prasarana dan sarana) bidang PU/Cipta Karya guna mendukung pembangunan permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak huni, berkeadilan sosial, berbudaya, produktif, dan berkelanjutan, sebagai simbiosis mutualisme dalam usaha pengembangan wilayah.

  Dalam proses perencanaan program pembangunan infrastruktur bidang PU/ Cipta Karya perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi/ berdampak terhadap perkembangan wilayah secara terpadu diantaranya faktor politik, ekonomi, social, budaya dan lingkungan. Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum telah berinisiatif untuk mendukung Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota dengan memfasilitasi penyiapan penyusunan perencanaan program dalam bentuk Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU/Cipta Karya. Dokumen RPIJM menjadi sebagai pedoman (guidelines) pembiayaan program pembangunan melalui anggaran dan belanja yang disepakati bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

  Kabupaten Gorontalo Utara yang diresmikan pada tanggal 27 April 2007 adalah kabupaten termuda di Provinsi Gorontalo. Sebagai Kabupaten pemekaran Kabupaten Gorontalo Utara diharapkan mampu melaksanakan pembangunan secara terencana dan sinergis dengan pembangunan di tingkat Provinsi maupun di Tingkat nasional. Hal ini dimaksudkan agar pembangunan tersebut lebih efisien, efektif dan berkelanjutan sehingga mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat Kabupaten Gorontalo Utara serta mendukung program nasional, maka perlu disusun perencanaan pembangunan yang berkelanjutan. Dengan demikian salah satu kebijakan dan arah Pembangunan Kabupaten Gorontalo Utara telah di tuangkan kedalam salah dokumen Rencana pembangunan Jangkah menengah Kabupaten Gorontalo Utara (RPJMD) tahun 2009-2013.

  1.2 Maksud dan Tujuan

  Penyusunan Dokumen RPIJM Bidang PU/Cipta Karya dimaksudkan untuk sebagai upaya untuk menyukseskan pembangunan infrastruktur di daerah, Propinsi, Kabupaten/Kota secara terpadu, efektif dan efisien sehingga lebih bermanfaat bagi masyarakat luas. Dokumen RPIJM Bidang PU/Cipta Karya menjadi suatu panduan utama bagi para pelaku pembangunan sehingga dapat memahami kedudukan, peran, dan fungsi masing-masing sektor usulan sesuai Program dan Kegiatan Dinas Teknis dalam Urusan Keciptakaryaan. Dengan tersusunnya RPIJM Bidang PU/Cipta Karya serta lampiran memorandum Program Jangka Menengah dapat menjadi dokumen Program/Anggaran Kerja antara Pemerintah Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota yang kelayakannya dapat dipertanggungjawabkan

  1.3 Ruang Lingkup RPIJM

  Ruang lingkup penyusunan RPIJM Bidang PU/ Cipta Karya ini meliputi seluruh Kegiatan Infrastruktur (Prasana dan Sarana) Bidang Cipta Karya yang akan dilaksanakan di

  Wilayah Kabupaten Gorontalo Utara yang berpedoman kepada Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gorontalo Utara.

  Untuk Kabupaten/Kota yang akan melakukan investasi infrastuktur Bidan PU/ Cipta Karya, kegiatan atau tahapan-tahapan kegiatan yang harus dilakukan pada hakekatnya mencakup proses, kerangka pembahasan, analisis kelayakan program serta sintesis program dan anggaran dalam rangka mewujudkan perencanaan program infrastruktur yang berkualitas (RPIJM yang berkualitas), sehingga mampu meningkatkan kemampuan manajemen pembangunan daerah dalam Bidang PU/Cipta Karya.

  Menyusun proses penyusunan Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya terutama yang dibiayai dari APBN maupun APBD (Cost Sharing maupun Joint Program) Propinsi maupun Kabupaten/Kota dalam rangka mendukung pencapaian sasaran pembangunan lima tahun Bidang PU/Cipta Karya sebagaimana dimaksud dalam RPJMN dan seterusnya maupun MDG 2015 yang akan datang.

  Mendorong pembangunan daerah Bidang PU/Cipta Karya terutama di kota-kota yang mendapatkan prioritas, termasuk kota-kota sedang, dan kota kecil dalam rangka pemerataan pembangunan dan peningkatan pertumbuhan daerah. komponen program Menyiapkan kerangka dasar ataupun sistematika RPIJM sebagai ancar-ancar dan penjelasan/petunjuk spesifik dan setiap tahapan hal-hal yang perlu dibahas oleh masing-masing aspek

1.4 Pendekatan dalam Penyusunan RPIJM

1.4.1 Pendekatan Eksploratif dalam Pengumpulan Data Pendekatan eksploratif bercirikan pencarian yang berlangsung secara menerus.

  Pendekatan ini akan digunakan baik dalam proses pengumpulan data dan informasi maupun dalam proses analisa dan evaluasi guna perumusan konsep.

1. Eksplorasi dalam Proses Pengumpulan Data & Informasi

  Dalam proses pengumpulan data & informasi, pendekatan eksploratif digunakan mulai dari kegiatan inventarisasi dan pengumpulan data awal, hingga eksplorasi data & informasi di lokasi studi yang dilakukan. Sifat pendekatan eksploratif yang menerus akan memungkinkan terjadinya pembaharuan data dan informasi berdasarkan hasil temuan terakhir. Pendekatan eksploratif juga memungkinkan proses pengumpulan data yang memanfaatkan sumber informasi secara luas, tidak terbatas pada ahli yang sudah berpengalaman dalam bidangnya ataupun

  stakeholder yang terkait dan terkena imbas secara langsung dari kegiatan terkait,

  namun juga dari berbagai literatur baik dalam bentuk buku maupun tulisan singkat yang memuat teori atau model. Dalam pendekatan eksploratif ini sangat memungkinkan diperoleh informasi- informasi tambahan yang tidak diduga sebelumnya atau yang tidak pernah dikemukakan dalam teori-teori yang ada. Informasi yang didapat dengan pendekatan ini bisa bersifat situasional dan berdasarkan pengalaman sumber.

  1.4.2 Studi Dokumenter

  Pekerjaan ini memiliki kecenderungan sifat studi yang memerlukan dukungan kegiatan kajian, baik terhadap literatur berupa tulisan, jurnal, dan hasil studi terkait, hingga berbagai jenis regulasi dan kebijakan yang terkait. Untuk itu, diperlukan model pendekatan studi dokumenter yang akan menginventarisasi dan mengeksplorasi berbagai dokumen terkait dengan materi pekerjaan. Studi dokumenter memiliki ciri pendekatan yang mengandalkan dokumen/data-data sekunder seperti:

   peraturan perundangan-undangan dan dokumen kebijakan yang terkait.  laporan perencanaan penataan kawasan perkotaan pada wilayah lain (best

  practice).

  1.4.3 Pendekatan Perspektif

  Pendekatan preskriptif (prescriptive approach) merupakan jenis pendekatan yang bersifat kualitatif dan dapat memberikan deskripsi analitis untuk menghasilkan rekomendasi yang bermanfaat dalam mendukung suatu strategi penanganan ataupun kebijakan. Pendekatan ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai suatu rencana alternatif kebijakan untuk kemudian mengeluarkan rekomendasi yang tepat berkaitan dengan kemungkinan implementasi kebijakan dan program-programnya di masa yang akan datang. Dengan penggunaan pendekatan preskriptif ini, diharapkan studi tidak hanya terfokus pada analisa kondisi eksisting, namun juga dapat memperhatikan potensi implikasi pemanfaatan suatu konsepsi penanganan atau kebijakan.

  1.4.4 Pendekatan Perencanaan Incremental-Strategic

  Adapun yang dimaksud dengan pendekatan perencanaan yang realistis adalah:  Mengenali secara nyata masalah-masalah pembangunan Kab/Kota.  Mengenali secara nyata potensi yang dimiliki Kab/Kota. 

  Mengenali secara nyata kendala yang dihadapi Kab/Kota dalam proses pembangunan.  Memahami tujuan pembangunan secara jelas dan nyata.  Mengenali aktor-aktor yang berperan dalam pembangunan Kab/Kota.  Mengenali ‘aturan main’ yang berlaku dalam proses pembangunan Kab/Kota. Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan RPIJM adalah

  Pendekatan

Incremental yang lebih bersifat strategis, dimana sebagian besar kondisi-kondisi

  awal (pra-kondisi) dari suatu persoalan pembangunan tidak diperhatikan atau diluar kontrol. Adapun karakteristik pendekatan ini antara lain:  Berorientasi pada persoalan-persoalan nyata. 

  Bersifat jangka pendek dan menengah 

  Terkonsentrasi pada beberapa hal, tetapi bersifat strategis 

  Mempertimbangkan eksternalitas 

  Langkah-langkah penyelesaian tidak bersifat final Metoda SWOT merupakan contoh penjabaran dari pendekatan yang bersifat incremental-strategis.

  1.4.5 Pendekatan Perencanaan Strategic-Proactive

  Pendekatan strategis-proaktif merupakan bentuk kebalikan dari pendekatan incremental-strategis. Adapun yang dimaksud rencana strategis

  • – proaktif adalah : 

  Rencana yang kurang menekankan pada penentuan maksud dan tujuan pembangunan, tetapi cenderung menekankan pada proses pengenalan dan penyelesaian masalah, yang kemudian dijabarkan pada program-program pembangunan dan alokasi pembiayaan pembangunan. 

  Rencana yang melihat lingkup permasalahan secara internal maupun eksternal, dengan menyadari bahwa pengaruh faktor-faktor eksternal sangat kuat dalam membentuk pola tata ruang kawasan yang terjadi.

   Rencana yang menyadari bahwa perkiraan-perkiraan kondisi di masa yang akan datang tidak bisa lagi hanya didasarkan pada perhitungan-perhitungan proyeksi tertentu, akan tetapi sangat dimaklumi bahwa terdapat kemungkinan-kemungkinan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru, faktor- faktor ketidakpastian, serta ‘kejutan-kejutan’ lain yang terjadi diluar perkiraan semula.

   Rencana yang lebih bersifat jangka pendek dan menengah, dengan memberikan satu acuan arah-arah pembangunan kawasan.

   Rencana yang berorientasi pada pelaksanaan (action).

1.4.6 Pendekatan Perencanaan Campuran

  Kedua jenis pendekatan ini dapat digunakan dalam pekerjaan ini. Perbedaan penggunaannya hanya terdapat pada kesesuaian sifat pendekatan dengan karakteristik kegiatan yang sedang dilakuakan. Penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut: Dalam perumusan konsepsi dan penyusunan rencana maka pendekatan incremental- strategis perlu dikedepankan untuk dapat menghasilkan suatu konsepsi pengembangan yang sifatnya cenderung ‘utopis’, namun hal ini memang disesuaikan dengan.

   kebutuhan perumusan visi-misi dan tujuan pengembangan kawasan yang memiliki kecenderungan untuk mencapai suatu kondisi yang paling ideal, setidaknya sebagai sebuah target jangka panjang yang perlu diwujudkan.

   Dalam penyusunan rencana pembangunan, program pentahapan, dan aspek pendukung lainnya, perlu dikedepankan pendekatan strategis-proaktif untuk dapat menghasilkan suatu produk dokumen rencana yang realistis dan dapat diimplementasikan sesuai tahapan pelaksanaannya.

1.5 Kedudukan RPIJM

  Kedudukan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Gorontalo Utara berada dibawah kebijakan spasial dan kebijakan sektoral segai Rencana Pembangunan Infrastruktur (Infrastructure Development Plan) di Kabupaten Gorontalo Utara. RPIJM pada hakikatnya merupakan operasionalisasi dari RPJMN dan RPJMD. Kebijakan spasial dalam RPIJM mengacu pada RTRW Kabupaten Gorontalo Utara sedangkan kebijakan sektoral/ program dalam RPIJM mengacu pada dokumen perencanaan sector terkait seperti SPPIP dan RPKPP, RIS SPAM, Masterplan Drainase, RTBL dan lain sebagainya .

  Gambar 1. 1 Kedudukan RPIJM Gambar 1. 2 Alur Pikir Kelayakan Program RPIJM

  1.6 Landasan Hukum

  Adapun penyusunan RPIJM ini berdasarkan atas dasar : a.

  Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

  b.

  Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

  c.

  Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

  d.

  Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

  e.

  Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

  f.

  Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang g.

  Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah.

  1.7 Tinjauan Rencanan Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Gorontalo Utara 2009-2013

1.7.1 Visi Misi Kabupaten Gorontalo Utara

1.7.1.1 Visi Kabupaten Gorontalo Utara

  Berdasarkan kondisi wilayah, permasalahan, dan tantangan yang dihadapi oleh Kabupaten Gorontalo Utara, ditetapkan visi pembangunan Kabupaten Gorontalo Periode 2009-2013 yaitu :

  Terwujudnya Kabupaten Gorontalo Utara Sebagai Kekuatan Perekonomian Di Pantai Utara Laut Sulawesi

  Penjelasan dari pernyataan visi diatas adalah sebagai berikut : 1.

  ”Terwujudnya Kabupaten Gorontalo Utara Sebagai Kekuatan Perekonomian” menyiratkan cita-cita pemerintah dan masyarakat Kabupaten Gorontalo Utara untuk mewujudkan perekonomian yang mandiri, tangguh, dan berdaya saing berbasis kepada potensi sumberdaya alam unggulan yang dimiliki serta serta ditopang oleh nilai-nilai sosial budaya dan jati diri masyarakat yang religius, mandiri, dan produktif. Melalui pengembangan sektor ekonomi riil yang berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, pemerintah dan masyarakat Kabupaten Gorontalo Utara akan mampu menyelesaikan permasalahan pokok pembangunan yaitu pengangguran, kemiskinan, dan ketertinggalan yang selama ini terjadi akibat tidak tersedianya lapangan kerja yang cukup serta tingkat upah yang rendah sehingga masyarakat tidak mampu meningkatkan kualitas hidupnya dalam berbagai aspek, serta minimnya prasarana dan sarana penunujang perekonomian wilayah.

  2.

  ”Pantai Utara Laut Sulawesi” menyiratkan cita-cita pemerintah dan masyarakat Kabupaten Gorontalo Utara untuk membangun kemandirian perekonomiannya dengan berbasis kepada potensi kekayaan alam yang dimiliki, terutama sektor perikanan dan kelautan di pantai utara Laut Sulawesi. Potensi kekayaan alam ini bersumber dari keunggulan geografis wilayah Gorontalo Utara (geographical

  

advantage) yang berhadapan langsung dengan samudera pasifik dengan garis pantai

  terpanjang di Provinsi Gorontalo (198 kilometer), sehingga menjadikan sebagian besar wilayah (75 persen) merupakan wilayah pesisir. Hal ini didukung dengan telah ditetapkannya Pelabuhan Anggrek di Kabupaten Gorontalo Utara sebagai pusat kargo di kawasan pantai utara Sulawesi dalam rangka ekspor hasil industri pertanian dan industri kecil dan menengah. Dengan demikian, keterbatasan luas lahan di wilayah darat bukan kendala bagi pemerintah dan masyarakat Kabupaten Gorontalo Utara untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmurannya, tetapi menjadi peluang untuk mewujudkan sektor perikanan dan kelautan sebagai ’lokomotif’ pembangunan Kabupaten Gorontalo Utara menjadi ”Kawasan Minapolitan” terkemuka di bagian utara Provinsi Gorontalo di masa depan.

1.7.1.2 Misi Kabupaten Gorontalo Utara

  Selanjutnya, berdasarkan visi pembangunan daerah tersebut, ditetapkan 5 (lima) misi pembangunan daerah yaitu:

1. Mengedepankan Potensi dan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

  Perwujudan kekuatan perekonomian wilayah Kabupaten Gorontalo Utara di kawasan pantai utara Sulawesi perlu didukung dengan kualitas sumberdaya manusia Gorontalo Utara yang profesional dan berakhlak sesuai dengan karakter geografis sebagai wilayah pesisir, sehingga masyarakat memiliki nilai-nilai, perilaku, dan keterampilan yang tidak hanya berorientasi ke darat (continent-based) namun juga berorientasi ke laut (marine-based). Hal ini dilakukan melalui pengembangan sistem pendidikan yang relevan dengan potensi lokal. Selain itu pelu diperhatikan pula peningkatan kualitas kesehatan masyarakat baik secara jasmani maupun rohani yang berorientasi kepada peningkatan produktivitas. Kualitas sumberdaya manusia Kabupaten Gorontalo Utara yang diharapkan ke depan adalah individu yang seimbang dalam aspek fisik, spiritual, emosional, dan intelektual, sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam mewujudkan cita-cita pembangunan Kabupaten Gorontalo Utara, khususnya dalam mengelola berbagai potensi alam di darat dan di laut.

  2. Mengembangkan Sistem Perekonomian yang Tangguh Berbasis Kerakyatan.

  Untuk mewujudkan visi sebagai kekuatan perekonomian yang tangguh di kawasan pantai utara Laut Sulawesi

  , perekonomian Kabupaten Gorontolo Utara diarahkan

  pada pengembangan sektor-sektor unggulan berbasis sumberdaya alam lokal yang didukung oleh upaya penciptaan nilai tambah melalui pengembangan kegiatan industri serta jasa-jasa penunjangnya, sehingga memiliki dampak yang besar bagi perekonomian wilayah secara keseluruhan. Untuk itu perlu diciptakan iklim yang kondusif untuk melakukan investasi, antara lain melalui penyediaan infrastruktur yang memadai, birokrasi perizinan yang efisien, serta situasi keamanan yang kondusif dan stabil. Disamping itu usaha pengelolaan sumberdaya alam diarahkan pada sistem kemitraan yang adil dan sejajar bagi para pelaku yang terlibat di dalamnya agar manfaatnya dapat dinikmati secara merata oleh dunia usaha, pekerja, rakyat setempat, maupun pemerintah daerah.

  3. Menciptakan Jejaring Kerjasama Ekonomi dengan Menjadikan Kabupaten Gorontalo Utara Sebagai Daerah Lintas Pengembangan perekonomian Segitiga Emas. Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah yang dengan posisi yang sangat strategis sebagai pintu gerbang Provinsi Gorontalo ke wilayah lain.

  Pengembangan Kabupaten Gorontalo Utara diarahkan pada optimalisasi keunggulan geografis yang termasuk ke dalam kawasan segitiga emas yang berseberangan langsung dengan wilayah laut 3 negara tetangga yaitu Brunei Darussalam, Malaysia, dan Filipina, diapit oleh Provinsi Sulawesi Utara dengan Provinsi Sulawesi Tengah, serta sebagai pusat kargo di kawasan pantai utara Sulawesi untuk keperluan ekspor hasil industri pertanian serta industri kecil dan menengah. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan kerjasama yang erat baik antar sektor, antar daerah, maupun antar dunia usaha dalam rangka mewujudkan keterkaitan dan kelancaran mata rantai produksi dan distribusi produk antara Kabupaten Gorontalo Utara dengan wilayah-wilayah di sekitarnya.

  4. Menurunkan Angka Kemiskinan dan Pengangguran serta Mengentaskan Ketertinggalan Wilayah. Pengembangan perekonomian wilayah Kabupaten

  Gorontolo Utara melalui peningkatan prasarana dan sarana pendukung pengembangan sektor unggulan berbasis sumberdaya alam secara terintegrasi secara vertikal dari hulu ke hilir dan antar daerah secara horizontal (interlinkeage), diarahkan pada upaya penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat. Pengangguran dan kemiskinan yang terjadi selama ini disebabkan kurang berkembangnya sektor riil. Melalui pengembangan sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan kelautan beserta industri dan jasa penunjangnya, akan terserap banyak tenaga kerja yang akan mengurangi angka pengangguran secara signifikan dan meningkatkan daya beli masyarakat. Pada gilirannya diharapkan angka kemiskinan akan berkurang sekaligus mengentaskan ketertinggalan Kabupaten Gorontalo Utara dibandingkan wilayah lain.

5. Mengembangkan Nilai-Nilai Religius dalam Konteks Keberagaman Adat Istiadat.

  Upaya pembangunan Kabupaten Gorontalo Utara tidak semata-mata berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan, namun juga diarahkan kepada upaya untuk meningkatkan nilai-nilai religiusitas di dalam kehidupan individu masyarakat sesuai keyakinannya masing-masing. Nilai-nilai religiusitas sebagai bentuk perwujudan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa diharapkan mampu ditransformasikan oleh setiap individu ke dalam ranah kehidupan sosial kemasyarakatan berupa sikap toleransi, saling tolong-menolong, dan gotong royong antar berbagai kelompok masyarakat ditengah-tengah keberagaman etnis dan adat istiadat yang kental dalam masyarakat Gorontalo Utara. Dengan demikian peningkatan spiritualitas dan religiusitas merupakan modal sosial yang sangat berharga yang perlu senantiasa dipelihara dan ditingkatkan.

1.7.2 Strategi Pembangunan Wilayah Agenda Pembangunan Daerah

  Visi dan misi pembangunan Kabupaten Gorontalo Utara seperti telah diuraikan pada

  bab III akan dijalankan melalui 4 (empat) AGENDA PEMBANGUNAN sebagai strategi pembangunan daerah

   KABUPATEN GORONTALO UTARA TAHUN 2009 – 2013 yaitu : 1.

  Mewujudkan Pembangunan Kabupaten Gorontalo Utara Yang Berorientasi Kepada Peningkatan Potensi Dan Kualitas Sumberdaya Manusia; 2.

  Mewujudkan Daya Saing Perekonomian Kabupaten Gorontalo Utara Yang Tangguh Dan Berbasis Ekonomi Kerakyatan Untuk Mengentaskan Kemiskinan Dan Ketertinggalan;

3. Mewujudkan Pembangunan Wilayah Gorontalo Utara Sebagai Pintu Gerbang Provinsi

  Gorontalo Di Kawasan Segitiga Emas; 4. Mewujudkan Masyarakat Gorontalo Utara Yang Religius Serta Apresiatif Terhadap Keberagaman Budaya Dan Adat Istiadat.

  Keempat agenda pokok pembangunan tahun 2009

  • –2013 tersebut diterjemahkan kedalam sasaran dan prioritas pembangunan yang hendak dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang. Prioritas-prioritas pembangunan tersebut selanjutnya dijabarkan kedalam arah kebijakan dan program pembangunan yang akan diuraikan pada Bab VI.

  Sasaran dan Prioritas Pembangunan Daerah (1) Agenda Mewujudkan Pembangunan Gorontalo Utara Yang Berorientasi Kepada Peningkatan Potensi dan Kualitas Sumberdaya Manusia

  Sasaran dari agenda pembangunan pertama

   adalah meningkatnya kualitas

  sumberdaya manusia Kabupaten Gorontalo Utara secara menyeluruh yang ditunjukkan oleh meningkatnya taraf pendidikan, kesehatan, serta produktivitas masyarakat dan tenaga kerja serta meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat penyandang permasalahan kesejahteraan sosial.

  Untuk mencapai sasaran agenda pertama, pembangunan lima tahun kedepan diprioritaskan kepada : (1) Peningkatan Taraf Pendidikan Masyarakat; (2) Peningkatan Tingkat Kesehatan Masyarakat; (3) Pengembangan Kualitas Tenaga Kerja; dan (4) Peningkatan Perlindungan dan Kesejahteraan Sosial

  (2) Agenda Mewujudkan Daya Saing Perekonomian Gorontalo Utara yang Tangguh

dan Berbasis Ekonomi Kerakyatan Untuk Mengentaskan Kemiskinan dan

Ketertinggalan

  Sasaran dari agenda pembangunan kedua

   adalah terwujudnya daya saing

  perekonomian Kabupaten Gorontalo Utara yang ditunjukkan oleh adanya sistem pelayanan publik yang murah, cepat, dan mudah diakses oleh masyarakat maupun dunia usaha; terciptanya keamanan dan kenyamanan lingkungan untuk melakukan kegiatan usaha dan investasi; berkembangnya produk-produk unggulan berbasis kekhasan desa secara terintegrasi dari hulu hingga hilir; meningkatnya investasi dunia usaha pada sektor-sektor yang menjadi unggulan wilayah; serta meningkatnya peranan

  Koperasi, dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagai pilar pengembangan perekonomian wilayah berciri kerakyatan.

  Untuk mencapai sasaran agenda kedua, pembangunan lima tahun kedepan diprioritaskan kepada : (1) Penciptaan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik untuk Mendukung Peningkatan Daya Saing Wilayah; (2) Peningkatan Stabilitas Politik, Keamanan, dan Ketertiban untuk mendukung Daya Saing Wilayah; (3) Pengembangan Ekonomi Kerakyatan di Perdesaan Berbasis Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Alam setempat; dan (4) Peningkatan Investasi, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, serta Perdagangan;

  (3) Agenda Mewujudkan Pembangunan Wilayah Gorontalo sebagai pintu gerbang Provinsi Gorontalo di Kawasan Segitiga Emas

Sasaran dari agenda pembangunan ketiga adalah terwujudnya keterkaitan dan

  jejaring ekonomi yang sinergis antara wilayah perdesaan dan perkotaan serta antar wilayah Gorontalo dengan wilayah sekitarnya yang didukung oleh kerjasama lintas pelaku.

  Untuk mencapai sasaran agenda ketiga, pembangunan lima tahun ke depan diprioritaskan kepada : (1) Penciptaan Sinergitas dan Keterpaduan Pembangunan Wilayah; (2) Percepatan Pembangunan Infrastruktur Wilayah

  (4) Agenda Keempat : Mewujudkan Masyarakat Gorontalo Utara yang Religius serta Apresiatif terhadap Keberagaman Budaya dan Adat Istiadat

  Sasaran dari agenda pembangunan keempat adalah terwujudnya masyarakat gorontalo yang berbudaya, memiliki pemahaman, penghayatan, dan pengamalan, nilai-nilai ajaran agama yang tinggi serta mampu menciptakan kehidupan sosial yang harmonis Untuk mencapai sasaran agenda keempat, prioritas pembangunan diberikan kepada : (1) Pengembangan kebudayaan daerah; (2) Peningkatan kualitas kehidupan beragama; (3) Peningkatan nilai toleransi antar umat beragama.

1.8 Sistematika Penulisan

  Bab I Pendahuluan, yang berisi latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup RPIJM, pendekatan penyusunan, kedudukan RPIJM, landasan hukum serta tinjauan RPMJD Kabupaten Gorontalo Utara. Bab II Gambaran Umum dan Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, yang memuat kondisi umum di Kabupaten Gorontalo Utara dan kondisi prasarana Bidang Cipta Karya yang ada.

  Bab III Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, yang berisi rencana pembangunan yang didasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gorontalo Utara, skenario pengembangan sistem prasarana wilayah dan strategi pengendalian pemanfaatan ruang.

  Bab IV Rencana Program Investasi Infrastruktur Bidang Pengembangan Permukiman, Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan, Bidang Pengembangan PLP dan Bidang Air Minum potensi permasalahan dan analisisnya dengan didukung usulan progra-program. Bab V Aspek Safeguard dan Lingkungan berisikan kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman.

  Bab VI Keuangan dan rencana pendapatan daerah berisikan sumber-sumber pendapatan daerah serta strategi peningkatan pendapatan keuangan daerah.

  Bab VII Kelembagaan Daerah Dan Rencana Peningkatan Kapasitas Kelembagaan, yaitu berisikan susunan kelembagaan dalam pemerintahan Kabupaten Gorontalo Utara. Bab VIII Rencana Kesepakatan (Memorandum) Rencana Investasi dan Kaidah Pelaksanaan, yang memuat ringkasan rencana pembangunan, program prioritas dan mekanisme pelaksanaannya