DAFTAR ISI - DOCRPIJM 17b06b64a2 BAB IIIBAB 3

  Mongondow DAFTAR ISI

  DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

  BAB 3

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  Mongondow

DAFTAR GAMBAR

  

  Mongondow DAFTAR TABEL

  

Tabel 3.4 Kawasan berpotensi Lahar ................................................................................................. 33

  

BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Pembangunan jangka panjang nasional ditetapkan daam UU No 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 yang kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). RPJMN yang saat ini telah sampai pada tahap ketiga, diarahkan untuk mempersiapkan proses tinggal landas menuju masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur, yaitu dengan memantapkan pembangunan yang menyeluruh diberbagai bidang dengan menekankan pencapaian pada daya saing kompetitif, perekonomian berdasarkan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.

Gambar 3.1 Tahapan Pembangunan Nasional

  Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasinal (RPJMN) 2015-2019 berdasarkan kepada: A.

  Norma Pembangunan, meliputi antara lain: (1) membangunan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat; (2) setiap upaya meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran, produktivas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak keseimbangan pembangunan; (3) aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

  B.

  Dimensi Pembangunan 1. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat. Pembangunan mental dan karakter menjadi salah satu proritas utama pembangunan, tidak hanya dibirokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat.

  2. Dimensi pembangunan sector unggulan. Hal ini meliputi kedaulatan pangan, ketahanan energy dan ketenagalistrikan, kemaritiman dan kelautan, pariwisata dan industri. Terkait dengan kedaulatan pangan, Indonesia mempunyai modal untuk memenuhi kebutuhannya, agar tidak bergantung kepada negara lain.

  Potensi sumber daya air yang besar dan terbarukan dapat dimanfaatkan untuk mendukung pemenuhan ketahanan energi dan ketenagalistrikan, sedangkan potensi kemaritiman dan kelautan harus dapat dimanfaatkan secara optimal. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan modal pengembangan pariwisata nasional, sedangkan potensi industri untuk penciptaan nilai tambah.

  3. Dimensi pemerataan dan kewilayahan. Pembangunan harus meminimalkan kesenjangan baik antar kelompok pendapatan, maupun antar wilayah, serta untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dengan prioritas pada wilayah desa, wilayah pinggiran, luar Jawa, dan kawasan Timur.

  C.

  Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil. Hal ini meliputi kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi, serta tatakelola dan reformasi birokrasi.

  D.

  Quickwins. Quickwins dilakukan agar output pembangunan segera dapat terwujud dan dirasakan hasilnya dan sekaligus dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat.

Gambar 3.2 Strategi Pembangunan Nasional

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

  Struktur ruang wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow adalah suatu struktur yang memperlihatkan dan terbentuk dari struktur pengembangan sistem pusat kegiatan wilayah dalam radius pelayanannya, terkaitan fungsional dengan jaringan prasarana transportasi, kelistrikan, telekomunikasi dan sumber daya air dalam mendukung fungsi utama pada bagian wilayah kota sebagai pusat kegiatan pelayanan kegiatan.

  Pertimbangan utama dalam penetapan struktur ruang wilayah di Kabupaten Bolaang Mongondow adalah berupa pengembangan dari sistem pusat-pusat kegiatan yang terhubung oleh system melalui pembangunan prasarana transportasi ke arah pusat-pusat pertumbuhan/produksi sebagai penggerak sumberdaya. Disamping itu struktur ruang yang dibentuk memiliki suatu hirarki pusat-pusat kegiatan sesuai dengan kemampuan pelayanan suatu wilayah kawasan dan sub kawasan kota dan jaringan pendukungnya dengan tetap memperhatikan aspek keseimbangan pertumbuhan wilayah dalam satuan ruang.

  Rencana struktur ruang Kabupaten Bolaang Mongondow sangat dipengaruhi oleh kondisi wilayah saat ini serta ketetapan-ketetapan dalam rencana struktur perwilayahan yang diatasnya yaitu RTRW Nasional dan RTRW Provinsi. Tabel berikut memperlihatkan penetapan struktur ruang berdasar RTRW Nasional dan RTRW Provinsi yang berada di Kabupaten Bolaang Mongondow. Struktur ruang Kabupaten Bolaang Mongondow akan memperlihatkan sebuah bentuk dari pengembangan sistem pusat kegiatan dengan dukungan dari infrastruktur wilayah seperti jaringan prasarana transportasi, energi/kelistrikan, telekomunikasi dan sumber daya air. Dukungan terhadap pusat-pusat kegiatan ini akan mendorong fungsinya sehingga bersinergi antar pusat kegiatan. Struktur ruang wilayah kabupaten yang baik adalah sebuah struktur yang mampu menghidupkan sebuah hubungan saling ketergantungan antara daerah produksi dengan daerah konsumen, daerah produksi dalam hal ini adalah kawasan perdesaan dan daerah konsumen adalah kawasan perkotaan yang tidak terbatas dalam satu wilayah kabupaten saja tetapi dapat juga kawasan perkotaan dalam wilayah lain.

  Dari hasil analisis identifikasi daerah fungsional perkotaan di Kabupaten Bolaang Mongondow sistem perkotaan yang dapat dibentuk dalam Rencana sistem perkotaan wilayah kabupaten hanya pada 2 kawasan saja yang dapat ditetapkan sebagai kawasan perkotaan. Hal ini berdasar pada tingkat kemampuan pelayanan dan prasarana-sarana wilayah penting. Adapun kedua kawasan perkotaan tersebut adalah Kawasan Perkotaan Lolak dengan Kawasan Perkotaan Dumoga. Untuk kawasan perkotaan Lolak kawasan yang termasuk dalam adalah beberapa desa yang masuk dalam IKK (Ibukota Kecamatan), sedangkan kawasan perkotaan Dumoga terdiri dari 3 wilayah kecamatan (Dumoga Barat, Dumoga Timur dan Dumoga Utara) dengan kawasan perkotaan terdiri dari desa-desa yang masuk dalam IKK dari ketiga kecamatan tersebut. Dengan adanya kedua kawasan perkotaan ini maka system perkotaan dan Satuan Wilayah Pengembangan daplat dibentuk di Kabupaten Bolaang Mongondow, di dalam Satuan Wilayah Pengembangan tersebut terdapat Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan. Tabel berikut memperlihatkan rencana pembentukan Rencana Struktur Ruang dan Satuan Wilayah Pengembangan di Kabupaten Bolaang Mongondow.

  Sesuai dengan kebijakan Nasional penataan ruang, serta visi, misi, dan tujuan pembangunan Kota Bolaang Mongondow, maka kebijakan dasar penataan ruang witayah Kota Bolaang Mongondow ditetapkan sebagai berikut:

  a. Membangun struktur ruang yang berhirarki untuk meningkatkan efisiensi sarana dan prasarana.

  b. Membangun infrastruktur yang mendukung kegiatan budidaya yang bernilai ekonomi, khususnya sektor air bersih, energi listrik, telekomunikasi, dan pengelolaan persampahan.

  c. Membangun Ruang-ruang. Terbuka Hijau untuk mendapatkan kondisi iklim dan lingkungan fisik kota yang sehat dan nyaman.

  d. Memprioritaskan pengembangan pusat-pusat kegiatan jasa, perdagangan, industri pertanian dalam pengertian luas yang menyebarkan pengaruh kegiatan dibawahnya.

  e. Menetapkan kawasan strategi. Potensi perekonomian wilayah dengan kegiatan unggulan dikembangkan dalam konteks menjangkau peluang pasar yang lebih luas, terutama di kawasan Regional.

  f. Membuka peluang bagi penyelesaian konflik kepentingan pemanfaatan ruang, baik antara kepentingan Provinsi dan Kota; antar sektor; dan antara fungsi konservasi dengan fungsi budidaya.

  g. Membatasi kepadatan di daerah permukiman yang berada di kawasan rawan bencana gempa bumi.

  Strategi dasar penataan ruang wilayah di Kota Bolaang Mongondow ditetapkan sebagai berikut:

  1. Penetapan neraca lahan secara seimbang sesuai dengan amanat UU No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang dan demi kelestarian lingkungan hidup.

  2. Pengalokasian ruang bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkuat kinerja pusat dan sub pusat kegiatan wilayah Kota Bolaang Mongondow. Pusat utama Bolaang Mongondow akan didukung secara hirarkis oleh pusat - pusat lainnya pada ordinasi yang lebih rendah.

  3. Pengalokasian ruang bagi pengembangan perumahan rakyat untuk memenuhi kebutuhan satu rumah bagi setiap keluarga

  4. Pengalokasian ruang bagi pengembangan kegiatan-kegiatan strategis seperti jasa dan perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan industri pertanian.

  5. Pengalokasian ruang berupa sentra-sentra produksi pangan dan industry pertanian bagi kegiatan-kegiatan untuk membangun citra penguasaan teknologi pangan bagi Kota Bolaang Mongondow.

  6. Pengalokasian ruang untuk pengembangan infra struktur kawasan.

  7. Penetapan kawasan strategis Kota terhadap sudut pandang Ekonomi, Lingkungan Hidup dan kepentingan lainnya.

  Penataan ruang wilayah Kota Bolaang Mongondow diselenggarakan berdasarkan asas: a. Manfaat, yaitu pemanfaatan ruang wilayah kota sesuai dengan potensi yang terdapat didalamnya sehingga berdaya guna dan berhasil guna secara optimal; b. Kelestarian, yaitu kewajiban mengingat dan menjaga sifat lingkungan alam dan budaya warisan alam dan warisan budaya serta manfaat sosial dalam semua tindakan dan kegiatan usaha yang dilakukan;

  c. Keterpaduan, yaitu pengaturan atas semua penggunaan ruang dan sumber daya yang ada, agar tercapai keserasian, keseimbangan dan keterkaitan yang saling menguntungkan antara berbagai bentuk penggunaan, serta mengurangi benturan kepentingan yang saling merugikan antara bentuk penggunaan ruang dan penggunaan sumber daya yang berbeda; d. Berkelanjutan, yaitu pemanfaatan sumber daya, agar kehidupan dan penghidupan dapat tetap berlangsung dalam kualitas harapan yang semakin meningkat; dan

  e. Keterbukaan, Persamaan, Keadilan dan Perlindungan Hukum, yaitu keterbukaan rencana tata ruang wilayah kota untuk umum dengan mewajibkan setiap orang berperan serta dalam memelihara kualitas ruang wilayah kota dan mentaati serta memperoleh manfaat dari rencana tata ruang wilayah kota.

  Penataan ruang wilayah kota Bolaang Mongondow bertujuan untuk memaksimalkan fungsi kawasan Bolaang Mongondow sebagai pendorong pusat pertumbuhan ekonomi sektor jasa dan perdagangan, sosial dan budaya kawasan sekitarnya dengan tetap menjaga keseimbangan lingkungan hidup.

  Kebijakan penataan ruang wilayah kota Bolaang Mongondow meliputi: a. peningkatan akses ke fasilitas pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah kota yang merata dan berhierarki; b. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu, merata dan berkeadilan di seluruh wilayah kota;

  c. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

  d. pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup; e. perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya; f. pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan; g. pelestarian, peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup guna mempertahankan, meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, dan melestarikan keunikan bentang alam; h. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian kota yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian regional dan nasional; dan

  Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi: a. menjaga keterkaitan antar kawasan kecamatan, antara kawasan pusat kota dan kawasan pinggiran kota, serta antara kawasan kota dan wilayah di sekitarnya; b. mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan yang sudah ada; c. mengembangkan keterhubungan fungsional diantara pusat-pusat pertumbuhan agar berfungsi secara sinergi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi kawasan sekitarnya;

  d. mengendalikan perkembangan kecamatan-kecamatan yang berbatasan dengan wilayah kabupaten/kota lainnya agar tidak menimbulkan konflik perbatasan; dan

  e. mendorong pusat

  • –pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah kecamatan di sekitarnya. Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana meliputi:

  a. meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi sebagai bagian dari sistim pembangunan ekonomi kawasan;

  b. meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; dan

  c. meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.

  Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup meliputi: a. menetapkan kawasan lindung di ruang darat, termasuk ruang di dalam bumi;

  b. mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah kota dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kota sesuai dengan kondisi ekosistemnya; dan c. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah. Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup meliputi: a. menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup; b. melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;

  c. melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya; d. mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan; e. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; f. mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; dan g. mengembangkan kegiatan budi daya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana. Strategi untuk perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya meliputi: a. menetapkan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis kota untuk pemanfaatan sumber daya alam di ruang darat termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah kota; b. mengembangkan kegiatan budi daya dengan sektor unggulan khususnya di dalam kawasan pedesaan beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya;

  c. mengembangkan kegiatan budi daya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

  d. mengembangkan dan melestarikan kawasan budi daya pertanian pangan di wilayah pedesaan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

  Strategi untuk pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan meliputi: a. membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;

  b. menetapkan penyangga disekitar batas kawasan rawan bencana

  c. mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan; dan d. mengembangkan kegiatan budi daya yang dapat mempertahankan keberadaan sentra-sentra pertanian didalam wilayah kota.

  Strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi: a. menetapkan kawasan strategis kota berfungsi lindung;

  b. mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis kota yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan; c. membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis kota yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan; d. membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis kota yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya; e. mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis kota yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun; dan

  f. merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis kota.

  Strategi untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian kota meliputi: a. mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah; b. menciptakan iklim investasi yang kondusif;

  c. mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan; d. mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan; e. mengintensifkan promosi peluang investasi; dan

  f. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi. Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan untuk Pertahanan dan Keamanan Negara meliputi: a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan; b. mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan disekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;

  c. mengambangkan zona penyangga yang melindungi dan mendukung fungsi kawasan pertahanan dan keamanan; dan d. memelihara dan menjaga aset-aset Pertahanan/TNI.

3.1.2.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung

  Rencana Kawasan Lindung di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow tahun 2010-2030 meliputi:

  a. kawasan hutan lindung;

  b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi: kawasan resapan air; c. sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air;

  d. kawasan suaka alam kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai, sempadan, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: cagar alam Gunung Ambang, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan; kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir;

  f. kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah

A. Kawasan Hutan Lindung

  Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya maupun sekitarnya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. Berdasarkan PP No. 26 tahun 2008 dan Keppres No. 32 Tahun 1990, kriteria Hutan Lindung adalah:

  a. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan yang melebihi nilai skor 175, dan/atau b. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih, dan/atau

c. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2.000 meter atau lebih.

  Di Kabupaten Bolaang Mongondow, Kawasan Hutan Lindung didasarkan pada Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Dati I Sulawesi Utara Skala 1 : 250.000 (SK Menhutbun No. 452/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999. Tujuan Pemantapan Kawasan Hutan Lindung adalah mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologi tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah dan air permukaan. Kawasan hutan lindung di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow memiliki luas 195996.326 yang meliputi wilayah kecamatan Bilalang, Bolaang, Bolaang Timur, Dumoga Barat, Dumoga Timur, Dumoga Utara, Lolak, Lolayan, Passi Barat, Passi Timur, Poigar, Sangtombolang.

  Rencana pengelolaan untuk kawasan hutan lindung adalah sebagai berikut:

Pemantapan kawasan hutan lindung berdasarkan Keppres No.32/1990

melalui pemetaan, pengukuhan dan penataan batas di lapangan untuk memudahkan pengendaliannya.

  

Pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung lama dalam

kawasan hutan lindung.

  

Pengembalian fungsi hidrologis kawasan hutan yang telah mengalami

kerusakan dengan reboisasi.

  

Percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan tanaman

yang sesuai dengan fungsi lindung;

Pelestarian ekosistem yang merupakan ciri khas kawasan melalui tindakan

pencegahan perusakan dan upaya pengembalian pada rona awal sesuai ekosistem yang pernah ada.

  Pemantauan kegiatan yang diperbolehkan di kawasan hutan lindung agar tidak mengganggu fungsi lindung.

  B. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya, Kawasan Resapan Air Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang berguna sebagai sumber air. Kawasan resapan air ditetapkan dengan kriteria kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air permukaan. Perlindungan terhadap kawasan resapan air bertujuan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan. Rencana Kawasan Resapan Air Kabupaten Bolaang Mongondow 2010-2030 meliputi wilayah-wilayah resapan air, terutama yang terdapat di wilayah perbukitan sampai pegunungan yang memiliki struktur tanah yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran, seperti Pegunungan Buludaweketan dengan puncak- puncaknya adalah G. Poniki, G. Matabulewa, G. Bumbungon. Daerah yang memiliki kemiringan lahan > 40% ditetapkan sebagai kawasan resapan air.

  C. Kawasan Lindung Setempat Kawasan perlindungan setempat terdiri atas: sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau, kawasan sekitar mata air.

1. Sempadan pantai

  Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai mengganggu kelestarian fungsi pantai. Kawasan ini meliputi daratan sepanjang tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Tujuan Pemantapan Kawasan Sempadan Pantai adalah melindungi wilayah pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. . Kawasan Sempadan pantai di Kabupaten Bolaang Mongondow mencakup pantai utara terutama yang berpotensi abrasi, terdapat di sepanjang lintas utara trans Sulawesi yaitu antara Kecamatan Sang Tombolang

  • – Kecamatan Lolak – Kecamatan Bolaang - Kecamatan Bolaang Timur - Kecamatan Poigar. Rencana Pengelolaan Kawasan Sempadan pantai di Kabupaten Bolaang Mongondow adalah sebagai berikut :

    Mencegah kegiatan di sepanjang sungai yang dapat menganggu kelestarian

    fungsi pantai.

  

Permukiman yang sudah ada di kawasan sempadan pantai perlu

dikendalikan aktifitasnya.

  

Melarang pembuangan sampah dan limbah rumah tangga langsung ke

pantai/badan air.

  

Mengatur saluran drainase terutama saluran limbah rumah tangga agar

tidak langsung masuk ke badan air tetapi ditampung terlebih dahulu dalam lobang resapan di setiap halaman rumah dan/atau ditampung dan dikelola di bak penampungan/IPAL.

  Tidak menggunakan pantai/laut sebagai tempat pembuangan sampah.

  

Pengendalian kegiatan yang telah ada di kawasan sempadan pantai dengan

mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan sebagai fungsi lindung.

  

Menetapkan zona aman dan evakuasi pada pesisir yang berpotensi tsunami

dan merencanakan perwilayahan pesisir yang mengacu pada mitigasi bencana.

2. Sempadan sungai

  Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan perlindungan kawasan sempadan sungai adalah untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

  Menurut PP No. 26 tahun 2008, sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria:

  a. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar; b. Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; dan

  c. Daratan sepanjang tepian anak sungai tidka bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai. Dalam implementasinya, penetapan sempadan sungai mengacu pada Permen PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas sungai. Garis sempadan sungai ditetapkan berdasarkan kondisi, lokasi dan hal-hal yang berpengaruh terhadap sungai pada saat ditetapkan :

  a. sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang- kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

  b. Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang- kurangnya 3 (tiga) meter.

  c. Sungai tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan

  • sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai

  2 seluas 500 km . Pada sungai besar dilakukan ruas per ruas dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang bersangkutan dan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan .

  • sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai

  2 seluas kurang dari 500 km , ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

  d. Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan sebagai berikut:

  • sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

  Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai - dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang- kurangnya 15 (limabelas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

  • Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh) meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

  e. Sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai dan berfungsi sebagai jalur hijau. Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan, adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan dengan ketentuan konstruksi dan penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan sungai.

  Rencana Kawasan Sempadan Sungai Kabupaten Bolaang Mongondow 2010- 2030 mencakup wilayah sungai-sungai besar yang terdapat di Kabupaten Bolaang Mongondow, yaitu Sungai Poigar (perbatasan dengan Kabupaten Minahasa Selatan), Ongkak Dumoga, Ongkak Mongondow, Sungai Sangkup. Rencana Pengelolaan Kawasan Sempadan sungai sebagai berikut: Mencegah kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat menganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta alirannya.

  Kawasan pemukiman yang dilewati sungai harus memperhatikan batas sempadan sungai menurut ketentuan yang ada, antara lain Permen PU No.

63/PRT/1993.

  Melarang pembuangan sampah dan limbah rumah tangga langsung ke sungai.

  Mengatur saluran drainase terutama saluran limbah rumahtangga agar tidak langsung masuk ke sungai tapi ditampung terlebih dahulu dalam lobang resapan di setiap halaman rumah dan/atau ditampung dan dikelola di bak penampungan/IPAL.

  Tidak menggunakan sungai sebagai tempat MCK. Menanami kawasan sempadan sungai dengan vegetasi permanen.

  

Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai dengan

mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan sebagai fungsi lindung.

  3. Kawasan sekitar waduk Kawasan sekitar danau/waduk adalah kawasan di sekeliling danau yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk/danau. Wilayah tersebut adalah daratan sekeliling tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Tujuan perlindungan terhadap kawasan sekitar danau adalah untuk melindungi danau dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu pelestarian fungsi danau.

  Rencana Kawasan Sekitar Danau di Kabupaten Bolaang Mongondow 2010-2030 meliputi kawasan di sekitar Danau Iloloi.

  Rencana Pengelolaan Kawasan Sekitar Danau adalah sebagai berikut:

Mencegah kegiatan budidaya di sekitar danau yang dapat mengganggu

kuantitas air danau dan merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan.

  Menanami kawasan sekitar danau dengan vegetasi permanen.

  

Pengendalian kegiatan yang telah ada di kawasan sekitar danau dengan

mengarahkan penggunaan lahan yang memiliki penutupan lahan tinggi.

  4. Kawasan sekitar mata air Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Kriteria yang digunakan sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia No.

  32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan PP No. 26 tahun 2008 tentang RTRWN, untuk mata air ditetapkan sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) meter di sekitar mata air sebagai kawasan lindung. Perlindungan kawasan sekitar mata air adalah untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan di sekitarnya.

  Rencana Kawasan Sekitar Mata Air Kabupaten Bolaang Mongondow 2010-2030 mencakup beberapa mata air yang digunakan sebagai sumber air bersih bagi masyarakat. Rencana Pengelolaan Kawasan Sekitar Mata Air adalah sebagai berikut: Mencegah kegiatan budidaya di sekitar mata air yang dapat mengganggu kuantitas air dan merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan.

  Menanami kawasan sekitar mata air dengan vegetasi permanen.

  

Pengendalian kegiatan yang telah ada di kawasan sekitar mata air dengan

mengarahkan penggunaan lahan yang memiliki penutupan lahan tinggi.

  

Mengupayakan pembebasan lahan yang telah dikuasai penduduk dengan

penggantian yang layak dan menjadikan kawasan tersebut sebagai hutan lindung.

  Pembuatan resapan air di daerah permukiman, penghijauan di luar kawasan hutan dan reboisasi di dalam kawasan hutan.

D. Kawasan Suaka Alam; Pelestarian Alam; Cagar Budaya

  Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya yang termasuk dalam Kawasan Lindung Nasional (Lampiran VIII, PP No. 28 Tahun 2008) yang berada di Kabupaten Bolaang Mongondow adalah kawasan Cagar Alam Gunung Ambang dan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Di samping itu, terdapat juga kawasan- kawasan yang belum termasuk dalam kawasan lindung nasional sehingga dengan demikian ditetapkan sebagai kawasan lindung provinsi, seperti kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

1. Cagar Alam Gunung Ambang

  Penunjukan Cagar alam Gn. Ambang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 359/Kpts/Um6/1978 memiliki luas 8.638 ha. Kawasan ini telah diperluas menjadi 18.765,4 ha berdasarkan Tata Batas Definitif Kawasan Hutan dan SK Menhutbun No.452/Kpts-II/99. Kawasan cagar alam ini terletak di dalam tiga kabupaten, yakni Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Luas kawasan ini yang terletak di Kabupaten Bolaang Mongondow adalah 12.409 ha Perlindungan terhadap kawasan cagar alam dilakukan dengan tujuan untuk melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. Berdasarkan tujuan di atas maka rencana pengelolaan yang ditetapkan

  Pengelolaan kawasan cagar alam sesuai dengan tujuan perlindungannya Kegiatan budidaya tidak diperkenankan, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan, serta ekosistem alami yang ada.

  Pengembangan areal yang berpotensi untuk dijadikan Taman Wisata Alam yang memadukan kepentingan pelestarian dan pariwisata/ rekreasi alam.

  2. Kawasan pantai berhutan bakau Kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau yang berfungsi memberi perlindungan kepada perkehidupan pantai dan lautan, sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau, tempat berkembang biaknya berbagai biota laut, pelindung panati dan pengikisan air laut.

  Kriteria kawasan pantai berhutan bakau adalah koridor dengan lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kalinilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari garis air surut terendah ke arah darat.

  3. Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata, rekreasi dan pendidikan. Tujuan perlindungan terhadap Kawasan Taman Nasional adalah untuk pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata serta peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran.

  Kriteria kawasan lindung untuk taman nasional menurut PP No. 26 tahun 2008 adalah: Kawasan berhutan dan bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan satwa yang beragam; Memiliki luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologi secara alami; Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun jenis satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh;

  Memiliki paling sedikit satu ekosistem yang terdapat di dalamnya yang secara materi atau secara fisik tidak boleh diubah baik oleh eksploitasi maupun pendudukan manusia.

  Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam.

4. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

  Kawasan Cagar Budaya dan ilmu pengetahuan merupakan kawasan yang di dalamnya terdapat lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi , situs purbakala maupun bentukan geologi alami yang khas, yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud dalam PP No. 26 tahun 2008 ditetapkan dengan Kriteria sebagai hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Tujuan Pemantapan Kawasan Cagar Budaya dan ilmu pengetahuan adalah untuk memelihara nilai sejarah, pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata serta perlindungan dari kepunahan. Pengembangan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan (CBP) di Kabupaten Bolaang Mongondow berlokasi di Rencana Pengelolaan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:

  Melestarikan dan melindungi kawasan lindung dari alih fungsi.

  

Melestarikan bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/ atau bernilai

arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah . Seperti kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

E. Kawasan Rawan Bencana Alam

  Sebagaimana disebutkan dalam UU Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bahwa yang dimaksud dengan Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

  Bencana alam ini sangat sulit dideteksi namun dapat dipelajari dan dapat dipetakan dimana wilayah yang kemungkinan besar akan terkena bencana tersebut setelah terlebih dahulu dipelajari berbaqai karakteristik wilayahnya topografinya, kelerengan, kondisi hidrologi, kondisi oseanografis, serta penggunaan lahannya dan kondisi demografisnya serta infrastruktur wilayah.

1. Kawasan rawan tanah longsor

  Berdasarkan hasil investigasi dan analisis kawasan-kawasan longsor yang ada di Kabupaten Bolaangmongondow tersebar di berbagai wilayah Kecamatan. Kecamatan-kecamatan yang wilayah rentan terhadap bahaya tanah longsor adalah Kecamatan Dumoga Barat, Bilalang, Bolaang, Lolayan, Passi Barat, Passi Timur dan Poigar. Sedangkan yang rawan terhadap gerakan tanah adalah di Kecamatan Dumoga Barat, Passi Timur, dan Sangtobolang. Adapun luasan wilayah yang rentang terhadap gerakan tanah dan longsor dapat dilihat pada Tabel A.

  Potensi gerakan tanah di zona ini termasuk pada klasifikasi tinggi, setempat pada zona lapukan batuan dasar dijumpai gerakan tanah jenis aliran bahan rombakan (debris flow) dan runtuhan batu (rock fall).

  Tabel 3. 1 Persebaran Rawan Gerakan Tanah di Kabupaten Bolaang Mongondow

  JENIS GERAKAN NO. KECAMATAN LUAS (HA)

  TANAH Kec. Dumoga Barat 425.87 Kec. Passi Timur 412.80

  1 Gerakan Tanah Kec. Sangtombolang 971.86 Kec. Dumoga Barat 792.34 Kec. Bilalang 1,226.17 Kec. Bolaang 1,408.41 Kec. Lolayan

  0.02 Kec. Passi Barat 4,687.16 Kec. Passi Timur 109.11

  2 Longsor Kec. Poigar 1,401.08

  Dengan demikian maka di wilayah yang rawan bencana tanah longsor dan gerakan tanah ini sebaiknya dibatasi pembangunannya terutama pembangunan permukiman. Sebaiknya daerah ini dijadikan daerah hijau dengan memperbanyak tanaman tahunan.

  Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Secara umum, faktor pendorong yang dapat menyebabkan terjadinya longsor adalah curah hujan yang tinggi, lereng yang terjal, lapisan tanah yang kurang padat dan tebal, jenis batuan (litologi) yang kurang kuat, jenis tanaman dan pola tanam yang tidak mendukung penguatan lereng, getaran yang kuat (peralatan berat, mesin pabrik, kendaraan bermotor), beban tambahan seperti konstruksi bangunan dan kendaraan angkutan, terjadinya pengikisan tanah atau erosi, adanya material timbunan pada tebing, bekas longsoran lama yang tidak segera ditangani, adanya bidang diskontinuitas, penggundulan hutan, dan/atau daerah pembuangan sampah. Kegiatan pemotongan lereng bukit karena pembuatan jalan di daerah- daerah berlereng curam dan/atau kegiatan lain sering menjadi penyebab terjadinya longsor. Kriteria kawasan rawan tanah longsor menurut PP No. 26 tahun 2008 adalah kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran. Tujuan perlindungan Kawasan Rawan Tanah Longsor adalah untuk melindungi manusia dan kegiatan dari bencana akibat gerakan masa tanah atau batuan yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Rencana Pengembangan Kawasan Rawan Tanah Longsor Kabupaten Bolaang Mongondow 2010-2030 tersebar di kecamatan Dumoga barat, Bilalang, Bolaang, Lolayan, Passi Barat, Passi Timur, Poigar. Pengelolaan kawasan rawan longsor: Peruntukan ruang sebagai kawasan lindung (tidak layak untuk pembangunan fisik).

  Pada lokasi tertentu beberapa kegiatan terutama non fisik masih dapat dilaksanakan dengan ketentuan khusus dan/atau persyaratan yang pada dasarnya diarahkan dengan pendekatan konsep penyesuaian lingkungan, yaitu upaya untuk menyesuaikan dengan kondisi alam, dengan lebih menekankan pada upaya rekayasa kondisi alam yang ada.

  Kegiatan budi daya yang berdampak tinggi pada fungsi lindung tidak diperbolehkan serta kegiatan yang tidak memenuhi persyaratan harus segera dihentikan atau direlokasi.

  Kegiatan-kegiatan Pertanian/Perkebunan, Hutan Kota, dan Hutan Produksi/Hutan Rakyat, dapat dilaksanakan dengan beberapa persyaratan seperti pemilihan vegetasi dan pola tanam yang tepat, sistem teras dan drainase lereng yang tepat, rencana jalan untuk kendaraan roda empat yang ringan hingga sedang.

2. Kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi

  Kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi terletak di wilayah pesisir utara mulai dari Kecamatan Santobolang hingga Poigar. Persebaran lokasi dan luasan untuk potensi bahaya pasang dan abrasi dapat dilihat pada Tabel 3.2

  Tabel 3. 2 Distribusi Kerawanan Bencana di Kabupaten Bolaang mongondow

  JENIS KERAWANAN NO. BENCANA KECAMATAN LUAS (HA)

  Kec. Lolak 2,404.37 Kec. Sangtombolang 1,410.36 Kec. Sangtombolang 246.32 Kec. Bolaang 410.57

  1 Pasang Kec. Bolaang Timur 1,097.44 Kec. Lolak 449.78 Kec. Bolaang Timur 487.00 Kec. Poigar 451.40

  2 Abrasi Kec. Sangtombolang