AC PORTABLE TENAGA MAGNET SEBAGAI ALTERN
AC PORTABLE TENAGA MAGNET SEBAGAI ALTERNATIF
PENDINGIN UDARA RAMAH LINGKUNGAN DAN HEMAT ENERGI
Riana Nurmalasari
Universitas Negeri Malang
E-mail: [email protected]
Abstract: Krisis energi dan pemanasan global menjadi perhatian dunia
saat ini. Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab pemanasan
global salah satunya penggunaan bahan refrigerant atau biasa disebut
freon dalam sistem pendingin. Contoh penggunaan freon yaitu pada Air
Conditioner (AC). Freon menjadi salah satu perusak lapisan ozon. AC
selama ini pada umumnya menggunakan energi listrik untuk
pengoperasiannya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa selain merusak
lingkungan, biaya yang dikeluarkan untuk pemakaian AC juga besar.
Inovasi AC portable tenaga magnet dapat dijadikan salah satu alternatif
dalam pemakaian AC. AC portable tenaga magnet menggunakan magnet
untuk pengoperasiaannya, tidak menggunakan listrik. Sehingga dari segi
biaya jauh lebih terjangkau. Selain itu bahan pendingin yang digunakan
tidak menggunakan freon melainkan menggunakan es, garam, dan air.
Bahan AC portable cukup mudah, terjangkau, serta ramah lingkungan.
Kata Kunci: Air Conditioner, Magnet, Lingkungan, Energi
PENDAHULUAN
Krisis energi dan pemanasan global cukup menjadi perhatian dunia saat
ini. Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab pemanasan global diantaranya
pembakaran BBM, pembakaran batubara untuk menghasilkan energi, penggunaan
bahan refrigerant atau biasa disebut freon dalam sistem pendingin, dan masih
banyak lainnya. Freon menjadi salah satu perusak lapisan ozon (Raharjo,
2011:49). Salah satu contoh penggunaanya yaitu pada Air Conditioner (AC).
Givoni dalam Fatimah (2004: 26) menyatakan bahwa disamping kegunaannya
dalam hidup manusia, AC juga membawa dampak dan ikut ambil bagian dalam
masalah pemanasan global. Penyebab utamanya adalah penggunaan dan perbaikan
AC yang menyalahi aturan, misalnya seperti pengunaan freon. Freon adalah
sejenis bahan kimia yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC) yang dapat
mengikat ozon (Kruse, 2000: 16). Freon saat ini menjadi pilihan utama sebagai
bahan pendingin dalam AC ataupun mesin pendingin. Pada awalnya pemilihan
Freon didasarkan pada banyaknya keuntungan yang didapat diantaranya bahan
yang mudah didapat dan ramah lingkungan. Akan tetapi, seiring berjalannya
waktu penggunaan Freon mulai ditentang karena dinilai memiliki dampak yang
besar terhadap penipisan lapisan ozon. Pengaruh sinar matahari menyebabkan
senyawa khlorin mengalami penguraian menjadi khlor yang sangat reaktif dan
segera bereaksi dengan ozon yang memang tidak stabil. Hasilnya akan
membentuk khlor monoksida yang juga kurang stabil dan akan melepaskan
khlornya untuk kembali berekasi dengan ozon. Sementara oksigen yang lepas dari
khlor monoksida tidak kembali membentuk ozon lagi. Proses yang berlangsung
secara terus menerus ini menyebabkan lapisan ozon di atmosfir terus menipis.
Penipisan lapisan ozon inilah yang banyak dikhawatirkan karena dapat
mengganggu bahkan merusak kesehatan manusia. Oleh karenanya banyak upaya
dilakukan untuk mengurangi penggunaan freon, seperti tulisan Calm dan Didion
(1997) pernah mendeskripsikan freon di masa lampau, sekarang, dan akan datang
serta perubahan penggunaan freon dari masa ke masa.
AC yang ada di pasaran pada saat ini pada umumnya menggunakan listrik
sebagai sumber energi untuk dapat beroperasi. Sementara itu, biaya listrik yang
dibutuhkan dan untuk memperoleh alat pendingin tersebut relatif mahal. Tipe
dan/ukuran pendingin berkorelasi langsung dengan energi listrik yang
dikonsumsinya (Purba, 2005:10). Dengan demikian berkorelasi pula dengan biaya
yang harus dikeluarkan oleh pemakai per satuan waktu. Selain itu, manfaat yang
diperoleh dari alat pendingin ruangan (AC) hanya terbatas pada ukuran dan
ruangan (indoor) saja, sedangkan panas yang dihembuskan keluar ruangan akan
menambah pemanasan suhu di luar ruangan. Alat tersebut juga mnyebabkan
dehidrasi pada pengguna ruangan. Oleh karenanya diperlukan sebuah terobosan
untuk membuat AC ramah lingkungan dan hemat energi. Inovasi AC Portable
Tenaga Magnet diharapkan mampu menjadi salah satu alternatif menjaga
kelestarian lingkungan dan penghematan energi. Hal ini dikarenakan AC portable
tenaga magnet ini tidak menggunakan freon sebagai bahan refrigeran dan tidak
menggunakan listrik melainkan menggunakan magnet untuk sistem operasinya.
Energi yang dihasilkan oleh magnet permanen dapat berlangsung selama 400 tahun
hingga daya magnetnya hilang, selain itu juga tanpa efek pencemaran lingkungan
(Budiman, 2013:59).
Penggunaan Air Conditioner (AC)
Air Conditioner adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur atau
mengkondisikan kualitas udara yang meliputi sirkulasi udara, mengatur
kelembaban udara, mengatur kebersihan udara, dan untuk memurnikan udara
(purification) (Dahlan dkk,2011: 4). Pendapat tersebur sejalan dengan Anwar
(2010:203)
yang
menyatakan
tujuan
utama
sistem
pendingin
adalah
mempertahankan keadaan udara didalam ruangan yang meiputi pengaturan
temperatur, kelembaban relatif, kecepatan sirkulasi udara maupun kualitas udara.
Air Conditioner
merupakan salah satu jenis mesin pendingin yang bekerja
berdasarkan prinsip kompresi uap, sehingga dalam sistem tersebut memiliki
komponen-komponen dasar utama yang terdiri dari kompresor, kondensor, katup
ekspansi, dan evaporator yang terangkai dalam bentuk siklus tertutup. Di dalam
siklus yang tertutup tersebut, akan mengalir bahan yang disebut refrigerant yang
mampu memberikan efek pendinginan saat bahan tersebut melalui komponen
evaporator dengan cara mengambil kalor dari media sekitar evaporator,
selanjutnya kalor dibawa refrigerant untuk dilepaskan di dalam kondensor.
Sebagai media yang bersirkulasi dan memiliki fungsi untuk menghasilkan efek
pendinginan, maka bahan refrigerant memiliki karakteristik fisika dan
termodinamika yang dipersyaratkan oleh jenis unit pendingin tersebut. Dengan
demikian refrigerant bisa dibuat dengan basis bahan sintetik dan bahan alam
yang diformulasikan sedemikian rupa sehingga memenuhi karakteristik fisika dan
termodinamika. salah satu bahan refrigerant yang biasa digunakan yaitu dari
hidrokarbon karena bahan ini tergolong bahan alam yang ramah lingkungan
(Hidayat, 2011: 71).
Penggunaan AC di dunia semakin meningkat. Menurut Ednot dan Paris
(2002: 32) Negara Spanyol dan Italia adalah negara dengan tingkat konsumsi
terbesar terhadap AC yaitu 24% dan 25% pada tahun 1998. Penggunaan AC
merupakan upaya responsif masyarakat terhadap pemansan suhu lingkungan.
Namun, upaya ini dinilai tidak tepat karena membutuhkan biaya yang cukup
tinggi dan memiliki dampak negatif bagi pengguna serta lingkungan hidup.
Magnet Sebagai Pembangkit Listrik
Magnet adalah suatu benda yang dibuat dari material tertentu yang
menghasilkan suatu medan magnet. Magnet permanen atau magnet tetap adalah
objek terbuat dari bahan magnet dan menciptakan medan magnet sendiri. Medan
magnet adalah suatu daerah atau ruang di mana mengalami gaya magnet. Garis
gaya magnet atau fluks menggambarkan adanya medan magnetik dan garis gaya
magnet digambarkan dengan garis lengkung. Magnet permanen atau magnet tetap
tidak memerlukan tenaga atau bantuan dari luar untuk menghasilkan daya magnet.
Jenis-jenis
magnet
permanen
diantaranya
magnet
Neodymium,
magnet
Samarium-Cobalt, Ceramic magnet, Plastic magnet, dan Alnico magnet. Diantara
beberapa jenis magnet tersebut magnet Neodymium merupakan magnet tetap yang
paling kuat. Kandungan struktur dalam magnet yang menjadikan magnet meiliki
kekuatan berbeda-beda (Willard, 1998: 6773). Magnet memiliki daya tarik menarik
dan daya tolak menolak jika didekatkan di antara kutub-kutub magnet. Daya tarik
menarik ini diakibatkan oleh medan magnet dan menghasilkan medan magnet.
Proses bagaimana suatu tegangan dapat diinduksi dengan mengubah
medan magnet dalam menghasilkan energi listrik dapat dilihat pada Gambar 1.
Hal ini dikarenakan bahwa pada dasarnya magnet mengeluarkan sinyal yang dapat
dideteksi ( Sun dkk, 2011: 222). Induksi magnet dapat dicitrakan dengan
menggunakan medan magnet yang terus bergerak melalui media konduktif (Li
dkk, 2007: 323). Intinya induksi magnet terjadi karena adanya medan magnet
(Scharfetter dkk, 2001: 131). Ketika magnet bergerak ke arah loop, jarum
galvanometer membelok ke dalam suatu arah, dalam gambar diperlihatkan ke sebelah
kanan. Ketika magnet diam dan ditahan untuk tak bergerak relatif terhadap loop, tidak
ada perubahan teramati. Ketika magnet dijauhkan dari loop, jarum membelok ke arah
kebalikan. Dari percobaan tersebut, disimpulkan bahwa loop mendeteksi magnet
sedang bergerak relatif terhadapnya dengan suatu perubahan medan magnet. Dengan
begitu, ada hubungan antara perubahan medan magnet dan arus.
Gambar. 1 Pengaruh perubahan medan magnet terhadap loop kawat yang
dihubungkan dengan amperemeter yang sensitif.
(Sumber: Serway, 2004)
Berdasarkan percobaan pada Gambar 1 suatu arus yang timbul walaupun
tidak ada baterai dalam rangkaian, arus tersebut adalah arus induksi yang
dihasilkan oleh tegangan induksi. Prinsip inilah yang dapat digunakan untuk
menghasilkan listrik tanpa menggunakan sumber energi lain, hanya menggunakan
magnet. Sebuah sistem induksi elektromagnetik pada umumnya memiliki
pemancar kumparan, kumparan penerima dan logam yang dijadikan target, serta
beroperasi sesuai dengan hukum Faraday (Chilaka, 2006: 29). Peletakan magnet
secara tepat juga turut mempengaruhi induksi magnet yang terjadi (Iskakov dkk,
2004: 541).
AC Portable Tenaga Magnet sebagai Solusi Hemat Energi dan Mengurangi
Pemanasan Global
Seiring dengan semakin maraknya upaya penanggulangan pemanasan
global, inovasi dalam hal AC yang notabene menjadi salah satu penyumbang
global warming senantiasa dilakukan. Salah satunya yaitu AC portable tenaga
magnet. AC portable yang dimaksud disini adalah AC yang dapat dengan mudah
dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya dengan ukuran yang relatif kecil
dan ringan. Konstruksi dari AC portable ini yaitu terbuat dari wadah yang mampu
menahan dingin dalam jangka waktu lama serta terdapat kipas yang berfungsi
untuk mengalirkan udara panas menjadi udara dingin. Cara kerja daripada
pergerakan kipasnya tidak menggunakan listrik, namun menggunakan magnet.
Dalam hal ini yang dimanfaatkan adalah gaya induksi magnet itu sendiri. Kipas
diberi kumparan berupa lilitan kawat dan terdapat magnet di tengahnya, kemudian
untuk mampu menggerakkan kipas tanpa adanya listrik maka diberi 4 buah
magnet di setiap ujung sisi dari kipas tersebut. Medan magnet yang menimbulkan
gaya magnet akan meghasilkan tegangan yang mampu menggerakkan kipas tanpa
bantuan listrik. Konsep inilah yang digunakan dalam rancangan AC portable
untuk mengoperasikan kinerja kipas yang ada dalam AC.
Bahan yang digunakan sebagai bahan pendingin dalam AC portable ini
adalah es batu, garam, dan sedikit air. Bahan tersebut merupakan bahan yang
ramah lingkungan dan mudah untuk dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Dibandingkan dengan freon, bahan AC portable lebih terjangkau oleh masyarakat
dalam hal harga dan kemudahan dalam mendapatkannya. Kelebihan lain yang
dimilki oleh AC portable ini yakni terkait sumber dayanya. AC portable
beroperasi tanpa menggunakan listrik. Hal ini jelas akan menghemat energi
pemakaian listrik saat menggunakan peralatan tersebut.
PENUTUP
Fenomena yang banyak dijumpai di wilayah perkotaan antara lain
problematika peningkatan suhu udara. Penggunaan alat pendingin ruangan (AC)
merupakan upaya rensponsif atas pemanasan suhu lingkungan yang terjadi
tersebut. Namun, upaya ini dinilai tidak tepat karena membutuhkan biaya yang
tinggi dan berdampak negatif bagi pengguna serta lingkungan hidup. Bahan
pendingin yang digunakan dalam AC, dalam hal ini freon merupakan salah satu
penyumbang pemanasan global.
Inovasi dalam meminimalisir dampak AC diperlukan dalam rangka
menjaga kelestarian lingkungan dan penghematan energi. Salah satu inovasi
tersebut yaitu AC portable tenaga magnet. Magnet memiliki gaya induksi yang
dapat menghasilkan tegangan tanpa adanya sumber energi yang lainnya. Sehingga
tidak diperlukan energi listrik dalam pengoperasiannya, hanya dengan
menggunakan magnet saja. Inovasi ini sangat ramah lingkungan karena bahan
pendinginnya tidak menggunakan freon melainkan es, garam, dan air. Bahan yang
digunakan cukup mudah, terjangkau, serta ramah lingkungan.
DAFTAR RUJUKAN
Anwar, Khairil. 2010. Efek Beban Pendingin terhadap Performa Sistem Mesin
Pendingin. Jurnal Smartek. 8(3): 203-2014.
Budiman, Aris. 2013. Desain Generator Magnet Permanen unruk Sepeda Listrik.
Jurnal Emitor. 12(1): 59-67.
Calm, James M & Ddidion, David A. 1997. Trade-Offs in Refrigerant Selections:
Past, Present, and Future. USA: American Society og Heating,
Refrigerating and Air- Conditioning Engineers.
Chilaka, Venkata Sailaja. 2006. Electromagnetic Induction System for
Discrimination Among Metallic Targets. Disertasi tidak diterbitkan.
Alabama: Auburn University.
Dahlan dkk. 2011. Potensi Pohon Sebagai Alternatif Subtitusi Fungsi Alat
Pendingin Ruangan (Air Conditioner). PKM tidak diterbitkan. Bogor:
IPB.
Ednot, J & Paris, Ecole M. 2002. Central (Comercial) Air Conditioner System in
Europe. Paris: St Michael.
Fatimah, 2004. Studi Potensi dan manfaat Badan Air dalam Mengatasi Problema
Panas Lingkungan di Wilayah Perkotaan. Tesis tidak diterbitkan. Bogor:
Pascasarjana IPB.
Hidayat, Tatang. 2011. Analisis Penghematan Listrik pada Split dengan Refrigeran
Hidrokarbon Disertai Perbaikan Faktor Daya. Jurnal Teknosain. 8(1): 6974.
Iskakov, A.B. 2004. An Intergo-Differential Formulation for Magnetic Induction
in Bounded Domains: Boundary Element-Finite Volume Method.
Journal of Computational Physics. 197(1): 540-554.
Kruse, Horst. 2000. Refrigerant Use in Europe. Journal Ashrae.2(1): 16-24.
Li, Xu. 2007. Imaging Electrical Impedance from Acoustic Measurements by
Means of Magnetoacoustic Tomography with Magnetic Induction (MAT-
MI). Journal IEEE Transactions on Biomedical Engineering. 54(2): 323330.
Purba, Enny R. 2005. Konsumsi Listrik Lemari Pendingin Satu Pintu, 170 Liter,
Hasil Pengujian Terkondisikan Berdasarkan SNI. Jurnal Ilmiah
Teknologi Energi. 1(1): 10-18.
Raharjo, Samsudi. 2011. Efektifitas Penggunaan Musicool pada Mesin AC.
Jurnal Traksi. 11(1): 49-56.
Scharfetter, Hermann dkk. 2001. Magnetic Induction Tomography: Hardware for
Multi-Frequency Measurements in Biological Tissues. Journal IOP
Science. 22(1): 131-146.
Serway, R.A & Jewett, J.W.2004. Physics for Sains AND Engineers 6
th
Edition.
Pomona: Thomson Brooks.
Sun dkk. 2011. MISE-PIPE: Magnetic Induction-Based Wirelles Sensor Networks
for Underground Pipeline Monitoring. Journal Ad Hoc Networks. 9(1):
218-227.
Willard, M. A dkk. 1998. Structure and Magnetic Properties of (Fe0,5Co0,5)88
Zr7B4Cu1 Nanocrystalline Alloys. Journal of Applied Physics.84(12):
6773-6777.
PENDINGIN UDARA RAMAH LINGKUNGAN DAN HEMAT ENERGI
Riana Nurmalasari
Universitas Negeri Malang
E-mail: [email protected]
Abstract: Krisis energi dan pemanasan global menjadi perhatian dunia
saat ini. Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab pemanasan
global salah satunya penggunaan bahan refrigerant atau biasa disebut
freon dalam sistem pendingin. Contoh penggunaan freon yaitu pada Air
Conditioner (AC). Freon menjadi salah satu perusak lapisan ozon. AC
selama ini pada umumnya menggunakan energi listrik untuk
pengoperasiannya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa selain merusak
lingkungan, biaya yang dikeluarkan untuk pemakaian AC juga besar.
Inovasi AC portable tenaga magnet dapat dijadikan salah satu alternatif
dalam pemakaian AC. AC portable tenaga magnet menggunakan magnet
untuk pengoperasiaannya, tidak menggunakan listrik. Sehingga dari segi
biaya jauh lebih terjangkau. Selain itu bahan pendingin yang digunakan
tidak menggunakan freon melainkan menggunakan es, garam, dan air.
Bahan AC portable cukup mudah, terjangkau, serta ramah lingkungan.
Kata Kunci: Air Conditioner, Magnet, Lingkungan, Energi
PENDAHULUAN
Krisis energi dan pemanasan global cukup menjadi perhatian dunia saat
ini. Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab pemanasan global diantaranya
pembakaran BBM, pembakaran batubara untuk menghasilkan energi, penggunaan
bahan refrigerant atau biasa disebut freon dalam sistem pendingin, dan masih
banyak lainnya. Freon menjadi salah satu perusak lapisan ozon (Raharjo,
2011:49). Salah satu contoh penggunaanya yaitu pada Air Conditioner (AC).
Givoni dalam Fatimah (2004: 26) menyatakan bahwa disamping kegunaannya
dalam hidup manusia, AC juga membawa dampak dan ikut ambil bagian dalam
masalah pemanasan global. Penyebab utamanya adalah penggunaan dan perbaikan
AC yang menyalahi aturan, misalnya seperti pengunaan freon. Freon adalah
sejenis bahan kimia yang mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC) yang dapat
mengikat ozon (Kruse, 2000: 16). Freon saat ini menjadi pilihan utama sebagai
bahan pendingin dalam AC ataupun mesin pendingin. Pada awalnya pemilihan
Freon didasarkan pada banyaknya keuntungan yang didapat diantaranya bahan
yang mudah didapat dan ramah lingkungan. Akan tetapi, seiring berjalannya
waktu penggunaan Freon mulai ditentang karena dinilai memiliki dampak yang
besar terhadap penipisan lapisan ozon. Pengaruh sinar matahari menyebabkan
senyawa khlorin mengalami penguraian menjadi khlor yang sangat reaktif dan
segera bereaksi dengan ozon yang memang tidak stabil. Hasilnya akan
membentuk khlor monoksida yang juga kurang stabil dan akan melepaskan
khlornya untuk kembali berekasi dengan ozon. Sementara oksigen yang lepas dari
khlor monoksida tidak kembali membentuk ozon lagi. Proses yang berlangsung
secara terus menerus ini menyebabkan lapisan ozon di atmosfir terus menipis.
Penipisan lapisan ozon inilah yang banyak dikhawatirkan karena dapat
mengganggu bahkan merusak kesehatan manusia. Oleh karenanya banyak upaya
dilakukan untuk mengurangi penggunaan freon, seperti tulisan Calm dan Didion
(1997) pernah mendeskripsikan freon di masa lampau, sekarang, dan akan datang
serta perubahan penggunaan freon dari masa ke masa.
AC yang ada di pasaran pada saat ini pada umumnya menggunakan listrik
sebagai sumber energi untuk dapat beroperasi. Sementara itu, biaya listrik yang
dibutuhkan dan untuk memperoleh alat pendingin tersebut relatif mahal. Tipe
dan/ukuran pendingin berkorelasi langsung dengan energi listrik yang
dikonsumsinya (Purba, 2005:10). Dengan demikian berkorelasi pula dengan biaya
yang harus dikeluarkan oleh pemakai per satuan waktu. Selain itu, manfaat yang
diperoleh dari alat pendingin ruangan (AC) hanya terbatas pada ukuran dan
ruangan (indoor) saja, sedangkan panas yang dihembuskan keluar ruangan akan
menambah pemanasan suhu di luar ruangan. Alat tersebut juga mnyebabkan
dehidrasi pada pengguna ruangan. Oleh karenanya diperlukan sebuah terobosan
untuk membuat AC ramah lingkungan dan hemat energi. Inovasi AC Portable
Tenaga Magnet diharapkan mampu menjadi salah satu alternatif menjaga
kelestarian lingkungan dan penghematan energi. Hal ini dikarenakan AC portable
tenaga magnet ini tidak menggunakan freon sebagai bahan refrigeran dan tidak
menggunakan listrik melainkan menggunakan magnet untuk sistem operasinya.
Energi yang dihasilkan oleh magnet permanen dapat berlangsung selama 400 tahun
hingga daya magnetnya hilang, selain itu juga tanpa efek pencemaran lingkungan
(Budiman, 2013:59).
Penggunaan Air Conditioner (AC)
Air Conditioner adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur atau
mengkondisikan kualitas udara yang meliputi sirkulasi udara, mengatur
kelembaban udara, mengatur kebersihan udara, dan untuk memurnikan udara
(purification) (Dahlan dkk,2011: 4). Pendapat tersebur sejalan dengan Anwar
(2010:203)
yang
menyatakan
tujuan
utama
sistem
pendingin
adalah
mempertahankan keadaan udara didalam ruangan yang meiputi pengaturan
temperatur, kelembaban relatif, kecepatan sirkulasi udara maupun kualitas udara.
Air Conditioner
merupakan salah satu jenis mesin pendingin yang bekerja
berdasarkan prinsip kompresi uap, sehingga dalam sistem tersebut memiliki
komponen-komponen dasar utama yang terdiri dari kompresor, kondensor, katup
ekspansi, dan evaporator yang terangkai dalam bentuk siklus tertutup. Di dalam
siklus yang tertutup tersebut, akan mengalir bahan yang disebut refrigerant yang
mampu memberikan efek pendinginan saat bahan tersebut melalui komponen
evaporator dengan cara mengambil kalor dari media sekitar evaporator,
selanjutnya kalor dibawa refrigerant untuk dilepaskan di dalam kondensor.
Sebagai media yang bersirkulasi dan memiliki fungsi untuk menghasilkan efek
pendinginan, maka bahan refrigerant memiliki karakteristik fisika dan
termodinamika yang dipersyaratkan oleh jenis unit pendingin tersebut. Dengan
demikian refrigerant bisa dibuat dengan basis bahan sintetik dan bahan alam
yang diformulasikan sedemikian rupa sehingga memenuhi karakteristik fisika dan
termodinamika. salah satu bahan refrigerant yang biasa digunakan yaitu dari
hidrokarbon karena bahan ini tergolong bahan alam yang ramah lingkungan
(Hidayat, 2011: 71).
Penggunaan AC di dunia semakin meningkat. Menurut Ednot dan Paris
(2002: 32) Negara Spanyol dan Italia adalah negara dengan tingkat konsumsi
terbesar terhadap AC yaitu 24% dan 25% pada tahun 1998. Penggunaan AC
merupakan upaya responsif masyarakat terhadap pemansan suhu lingkungan.
Namun, upaya ini dinilai tidak tepat karena membutuhkan biaya yang cukup
tinggi dan memiliki dampak negatif bagi pengguna serta lingkungan hidup.
Magnet Sebagai Pembangkit Listrik
Magnet adalah suatu benda yang dibuat dari material tertentu yang
menghasilkan suatu medan magnet. Magnet permanen atau magnet tetap adalah
objek terbuat dari bahan magnet dan menciptakan medan magnet sendiri. Medan
magnet adalah suatu daerah atau ruang di mana mengalami gaya magnet. Garis
gaya magnet atau fluks menggambarkan adanya medan magnetik dan garis gaya
magnet digambarkan dengan garis lengkung. Magnet permanen atau magnet tetap
tidak memerlukan tenaga atau bantuan dari luar untuk menghasilkan daya magnet.
Jenis-jenis
magnet
permanen
diantaranya
magnet
Neodymium,
magnet
Samarium-Cobalt, Ceramic magnet, Plastic magnet, dan Alnico magnet. Diantara
beberapa jenis magnet tersebut magnet Neodymium merupakan magnet tetap yang
paling kuat. Kandungan struktur dalam magnet yang menjadikan magnet meiliki
kekuatan berbeda-beda (Willard, 1998: 6773). Magnet memiliki daya tarik menarik
dan daya tolak menolak jika didekatkan di antara kutub-kutub magnet. Daya tarik
menarik ini diakibatkan oleh medan magnet dan menghasilkan medan magnet.
Proses bagaimana suatu tegangan dapat diinduksi dengan mengubah
medan magnet dalam menghasilkan energi listrik dapat dilihat pada Gambar 1.
Hal ini dikarenakan bahwa pada dasarnya magnet mengeluarkan sinyal yang dapat
dideteksi ( Sun dkk, 2011: 222). Induksi magnet dapat dicitrakan dengan
menggunakan medan magnet yang terus bergerak melalui media konduktif (Li
dkk, 2007: 323). Intinya induksi magnet terjadi karena adanya medan magnet
(Scharfetter dkk, 2001: 131). Ketika magnet bergerak ke arah loop, jarum
galvanometer membelok ke dalam suatu arah, dalam gambar diperlihatkan ke sebelah
kanan. Ketika magnet diam dan ditahan untuk tak bergerak relatif terhadap loop, tidak
ada perubahan teramati. Ketika magnet dijauhkan dari loop, jarum membelok ke arah
kebalikan. Dari percobaan tersebut, disimpulkan bahwa loop mendeteksi magnet
sedang bergerak relatif terhadapnya dengan suatu perubahan medan magnet. Dengan
begitu, ada hubungan antara perubahan medan magnet dan arus.
Gambar. 1 Pengaruh perubahan medan magnet terhadap loop kawat yang
dihubungkan dengan amperemeter yang sensitif.
(Sumber: Serway, 2004)
Berdasarkan percobaan pada Gambar 1 suatu arus yang timbul walaupun
tidak ada baterai dalam rangkaian, arus tersebut adalah arus induksi yang
dihasilkan oleh tegangan induksi. Prinsip inilah yang dapat digunakan untuk
menghasilkan listrik tanpa menggunakan sumber energi lain, hanya menggunakan
magnet. Sebuah sistem induksi elektromagnetik pada umumnya memiliki
pemancar kumparan, kumparan penerima dan logam yang dijadikan target, serta
beroperasi sesuai dengan hukum Faraday (Chilaka, 2006: 29). Peletakan magnet
secara tepat juga turut mempengaruhi induksi magnet yang terjadi (Iskakov dkk,
2004: 541).
AC Portable Tenaga Magnet sebagai Solusi Hemat Energi dan Mengurangi
Pemanasan Global
Seiring dengan semakin maraknya upaya penanggulangan pemanasan
global, inovasi dalam hal AC yang notabene menjadi salah satu penyumbang
global warming senantiasa dilakukan. Salah satunya yaitu AC portable tenaga
magnet. AC portable yang dimaksud disini adalah AC yang dapat dengan mudah
dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya dengan ukuran yang relatif kecil
dan ringan. Konstruksi dari AC portable ini yaitu terbuat dari wadah yang mampu
menahan dingin dalam jangka waktu lama serta terdapat kipas yang berfungsi
untuk mengalirkan udara panas menjadi udara dingin. Cara kerja daripada
pergerakan kipasnya tidak menggunakan listrik, namun menggunakan magnet.
Dalam hal ini yang dimanfaatkan adalah gaya induksi magnet itu sendiri. Kipas
diberi kumparan berupa lilitan kawat dan terdapat magnet di tengahnya, kemudian
untuk mampu menggerakkan kipas tanpa adanya listrik maka diberi 4 buah
magnet di setiap ujung sisi dari kipas tersebut. Medan magnet yang menimbulkan
gaya magnet akan meghasilkan tegangan yang mampu menggerakkan kipas tanpa
bantuan listrik. Konsep inilah yang digunakan dalam rancangan AC portable
untuk mengoperasikan kinerja kipas yang ada dalam AC.
Bahan yang digunakan sebagai bahan pendingin dalam AC portable ini
adalah es batu, garam, dan sedikit air. Bahan tersebut merupakan bahan yang
ramah lingkungan dan mudah untuk dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Dibandingkan dengan freon, bahan AC portable lebih terjangkau oleh masyarakat
dalam hal harga dan kemudahan dalam mendapatkannya. Kelebihan lain yang
dimilki oleh AC portable ini yakni terkait sumber dayanya. AC portable
beroperasi tanpa menggunakan listrik. Hal ini jelas akan menghemat energi
pemakaian listrik saat menggunakan peralatan tersebut.
PENUTUP
Fenomena yang banyak dijumpai di wilayah perkotaan antara lain
problematika peningkatan suhu udara. Penggunaan alat pendingin ruangan (AC)
merupakan upaya rensponsif atas pemanasan suhu lingkungan yang terjadi
tersebut. Namun, upaya ini dinilai tidak tepat karena membutuhkan biaya yang
tinggi dan berdampak negatif bagi pengguna serta lingkungan hidup. Bahan
pendingin yang digunakan dalam AC, dalam hal ini freon merupakan salah satu
penyumbang pemanasan global.
Inovasi dalam meminimalisir dampak AC diperlukan dalam rangka
menjaga kelestarian lingkungan dan penghematan energi. Salah satu inovasi
tersebut yaitu AC portable tenaga magnet. Magnet memiliki gaya induksi yang
dapat menghasilkan tegangan tanpa adanya sumber energi yang lainnya. Sehingga
tidak diperlukan energi listrik dalam pengoperasiannya, hanya dengan
menggunakan magnet saja. Inovasi ini sangat ramah lingkungan karena bahan
pendinginnya tidak menggunakan freon melainkan es, garam, dan air. Bahan yang
digunakan cukup mudah, terjangkau, serta ramah lingkungan.
DAFTAR RUJUKAN
Anwar, Khairil. 2010. Efek Beban Pendingin terhadap Performa Sistem Mesin
Pendingin. Jurnal Smartek. 8(3): 203-2014.
Budiman, Aris. 2013. Desain Generator Magnet Permanen unruk Sepeda Listrik.
Jurnal Emitor. 12(1): 59-67.
Calm, James M & Ddidion, David A. 1997. Trade-Offs in Refrigerant Selections:
Past, Present, and Future. USA: American Society og Heating,
Refrigerating and Air- Conditioning Engineers.
Chilaka, Venkata Sailaja. 2006. Electromagnetic Induction System for
Discrimination Among Metallic Targets. Disertasi tidak diterbitkan.
Alabama: Auburn University.
Dahlan dkk. 2011. Potensi Pohon Sebagai Alternatif Subtitusi Fungsi Alat
Pendingin Ruangan (Air Conditioner). PKM tidak diterbitkan. Bogor:
IPB.
Ednot, J & Paris, Ecole M. 2002. Central (Comercial) Air Conditioner System in
Europe. Paris: St Michael.
Fatimah, 2004. Studi Potensi dan manfaat Badan Air dalam Mengatasi Problema
Panas Lingkungan di Wilayah Perkotaan. Tesis tidak diterbitkan. Bogor:
Pascasarjana IPB.
Hidayat, Tatang. 2011. Analisis Penghematan Listrik pada Split dengan Refrigeran
Hidrokarbon Disertai Perbaikan Faktor Daya. Jurnal Teknosain. 8(1): 6974.
Iskakov, A.B. 2004. An Intergo-Differential Formulation for Magnetic Induction
in Bounded Domains: Boundary Element-Finite Volume Method.
Journal of Computational Physics. 197(1): 540-554.
Kruse, Horst. 2000. Refrigerant Use in Europe. Journal Ashrae.2(1): 16-24.
Li, Xu. 2007. Imaging Electrical Impedance from Acoustic Measurements by
Means of Magnetoacoustic Tomography with Magnetic Induction (MAT-
MI). Journal IEEE Transactions on Biomedical Engineering. 54(2): 323330.
Purba, Enny R. 2005. Konsumsi Listrik Lemari Pendingin Satu Pintu, 170 Liter,
Hasil Pengujian Terkondisikan Berdasarkan SNI. Jurnal Ilmiah
Teknologi Energi. 1(1): 10-18.
Raharjo, Samsudi. 2011. Efektifitas Penggunaan Musicool pada Mesin AC.
Jurnal Traksi. 11(1): 49-56.
Scharfetter, Hermann dkk. 2001. Magnetic Induction Tomography: Hardware for
Multi-Frequency Measurements in Biological Tissues. Journal IOP
Science. 22(1): 131-146.
Serway, R.A & Jewett, J.W.2004. Physics for Sains AND Engineers 6
th
Edition.
Pomona: Thomson Brooks.
Sun dkk. 2011. MISE-PIPE: Magnetic Induction-Based Wirelles Sensor Networks
for Underground Pipeline Monitoring. Journal Ad Hoc Networks. 9(1):
218-227.
Willard, M. A dkk. 1998. Structure and Magnetic Properties of (Fe0,5Co0,5)88
Zr7B4Cu1 Nanocrystalline Alloys. Journal of Applied Physics.84(12):
6773-6777.