Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Barat SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada

Program Studi S1 Ilmu Ekonomi Universitas Andalas

Oleh :

ILHAM KURNIA HADI 0810512083 PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2014

PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan maka apabila telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sesungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap” (Qs. Al Insyirah : 6 - 9)

“Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi dijadikan pena, dan lautan

dijadikan tinta, ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan habislah kalimat-kalimat Allah yang akan dituliskan, sesungguhnya Allah

maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Lukman: 27)

“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta ! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada

masa yang akan datang”.” (Ir Soekarno).

Janganlah kau bertanya apa yang telah negara berikan kepadamu, akan tetapi bertanyalah kau apa yang telah kau berikan untuk negaramu, jadikanlah hal ini sebagai dasar bagimu untuk membangun negaramu, dan untuk lebih mencintai, menghormati, menjaga harkat, martabat dan kedaulatan bangsamu selayaknya kau menjaga kehormatan keluarga dan dirimu sendiri. kenali dan cintai negaramu maka ia akan memberikan yang lebih lagi untukmu

Alhamdulillahirabbil‟alamin Puji syukur hamba panjatkan kepada-Mu ya Allah

Atas izin dan cinta kasih-Mu hamba akhirnya dapat menyelesaikan apa yang

seharusnya telah menjadi kewajiban hamba

Dengan keyakinan ku meniti hidup, dengan do‟a ku melangkah,dengan berusaha ku berhasil, dengan cinta ku temukan kedamaian „‟kerja keras serta

do‟a adalah kunci keberhasilan

Dengan segenap kasih sayang dan Diiringi Do‟a yang tulus ku persembahkan

Karya tulis ini kepada Ayahanda Hasan basri dan Ibunda Asnah tersayang yang telah dengan susah payah merawatku, mengasihiku dan mendidikku dengan air mata doa dan cucuran keringat keletihan agar aku dapat menjadi manusia yang sesuai dengan takdir untuk apa aku diciptakan ke bumi ini oleh sang pencipta serta karya ini juga kupersembahkan untuk semua kakak-kakakku yang telah mendukung dan percaya kepadaku bahwa nantinya

aku akan menjadi seseorang yang dapat bermamfaat bagi agamaku, orang- orang disekitarku dan juga negaraku.

tidak peduli betapapun tajamnya kerikil di jalan mu semala kau masih berdiri di atas kedua kaki mu maka berlarilah

“Kita Adalah Generasi Emas Indonesia”

Kita memang bukan bagian sejarah panjang negeri ini merdeka

tetapi yang pasti kita akan menjadi pengisi lembaran baru sejarah panjang negeri ini berikutnya

Salam Hangat, Ilham Kuria Hadi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka panjang disetiap periode. Dalam setiap periode daerah regional tertentu berupaya untuk meningkatkan perekonomian daerah demi terciptanya kesejahteraan dengan meningkatkan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian tersebut secara makro. Dengan demikian kebutuhan akan jumlah tenaga kerja, investasi sebagai pembentukan modal, serta perdagangan internasional yang di nyatakan dalam teori ekonomi makro sebagai input atau faktor-faktor penunjang pertumbuhan ekonomi yang optimal di suatu daerah regional tertentu.

Selain untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi yang optimal, pembangunan juga perlu dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan perekonomian di setiap daerah regional yang ada, seperti di Indonesia. Hal tersebut diperlukan karena Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan dengan daerah regional dalam jumlah yang banyak, dimana setiap daerah regional memiliki karakteristik yang berbeda. Berbagai perbedaan antar daerah regional merupakan konsekuensi dari berbagai variasi: geofisik dasar, kondisi perekonomian, distribusi sumber daya alam serta atribut sosial masyarakat (Karmaji, 2007).

Dari teori klasik (Smith dan Ricardo) hingga teori Keynes dan Harrod Domar , laju pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh unsur investasi.

Aspek utama yang dikembangkan oleh Keynes, misalnya adalah aspek yang menyangkut peranan investasi melalui permintaan masyarakat/aggregrat Demand.

Pertumbuhan atau pengumpulan modal dipandang sebagai salah satu faktor dan sekaligus faktor utama dalam pembanguan ekonomi. Menurut Nurkse (Jhingan, 2004). Lingkaran setan kemiskinan dapat digunting melalui pembentukan modal sebagai akibat rendahnya tingkat pendapatan, produksi dan investasi menjadi rendah atau kurang. Hal ini menyebabkan kekurangan dibidang barang modal yang dapat di atasi melalui pembentukan modal, lewat itu persediaan mesin, alat-alat perlengkapan meningkat. Skala produksi meluas overhead ekonomi dan sosial tercipta. Pembentukan modal membawa kepada pemanfaatan penuh sumber-sumber yang ada. Jadi pembentukan modal menghasilkan kenaikan besarnya output, pendapatan dan pekerjaan dengan demikian memecahkan masalah inflasi dan neraca pembayaran, serta membuat perekonomian menjadi lebih baik.

Investasi atau penanaman modal adalah motor suatu perekonomian, banyaknya investasi yang direalisasikan didalam suatu negera yang bersangkutan, sedangkan sedikitnya Investasi akan menunjukkan lambannya laju pertumbuhan ekonomi (Ambar Sariningrum, 2010).

Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi tidak bisa lepas dari modal yang dapat diwujudkan dalam bentuk investasi. Investasi tersebut dapat menunjang pertumbuhan ekonomi dan perluasan tenaga kerja yang diperoleh dari pemerintah, swasta dan pinjaman luar negeri. Oleh karena itu pemerintah harus berupaya menciptakan iklim investasi yang kondusif serta sarana yang memadai.

Demikian halnya yang seperti tahun-tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi yang ada di Sumatera Barat pada tahun 2012 tidak sepenuhnya digerakkan oleh konsumsi didalam negeri, tetapi juga oleh peningkatan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, bahwa di Provinsi Sumtera Barat, pencapaian pertumbuhan masing-masing komponen, dimana dari 6,35 persen petumbuhan ekonomi Sumatera Barat, investasi sebesar 7,17 persen pada tahun 2012.

Menurut Rauf (2010), pengalokasian investasi perlu diarahkan kepada lapangan usaha yang membangkitkan perekonomian daerah, memperkecil kesenjangan distribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan. Untuk itu alokasi investasi perlu diprioritaskan kepada pertumbuhan ekonomi. Dengan meningkatnya investasi, maka akan tercipta kesempatan kerja dan sumber pendapatan masyarakat dan akhirnya berdampak bagi pengurangan kemiskinan dan lapangan usaha ekonomi lain yang memiliki keterkaitan dengan pertumbuhan ekonomi.

Selain investasi, tenaga kerja merupakan input atau faktor produksi yang digunakan dalam proses peningkatan pertumbuhan ekonomi. Tenaga kerja memegang peranan utama dalam produksi, karena barang modal yang berasal dari investasi barulah bisa dimanfaatkan jika ada tenaga kerja.

Dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang ikut terlibat dalam proses peningkatan pertumbuhan ekonomi, dimana tenaga kerja akan memeningkatkan jumlah barang dan jasa yang diproduksi. Namun pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata tergantung pada jumlah tenaga kerja saja, tetapi lebih menekankan Dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang ikut terlibat dalam proses peningkatan pertumbuhan ekonomi, dimana tenaga kerja akan memeningkatkan jumlah barang dan jasa yang diproduksi. Namun pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata tergantung pada jumlah tenaga kerja saja, tetapi lebih menekankan

Input terhadap pertumbuhan ekonomi selain investasi dan tenaga kerja, yaitu ekspor. Dimana ekspor merupakan arus keluar sejumlah barang dan jasa dari suatu negara ke pasar internasional. Ekspor akan secara langsung memberi kenaikan penerimaan dalam pendapatan suatu daerah. Terjadinya kenaikan penerimaan pendapatan suatu daerah, akan mengakibatkan tingginya kontribusi untuk kenaikan tingkat PBRB.

Ekspor akan menghasilkan devisa yang akan digunakan untuk membiayai impor bahan baku dan barang modal yang diperlukan dalam proses produksi yang akan membentuk nilai tambah. Agregasi nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi dalam perekonomian merupakan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Tabel 1.1. Perkembangan Ekspor-Impor Sumatera Barat 2008-2012 (Jutaan US $ dimana 1 $ = 11.440,00 rupiah )

1078,74 1242,93 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Barat 2012

Pada tahun 2009 nilai ekspor Sumatera Barat menurun secara signifikan. Ekspor Sumatera Barat di tahun tersebut tercatat sebesar 1.344,26 juta dalam US $, bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, nilai ekspor tahun 2009 tersebut telah mengalami penurunan sebesar 43,63 persen.

Namun di tahun 2010 kinerja ekspor mengalami perbaikan yang menggembirakan dan masih terus berlanjut sampai tahun 2011. Pada tahun 2011 kinerja ekspor Sumatera Barat sudah semakin bangkit kembali, mengalami peningkatan yang signifikan. Ekspor tahun 2011 telah mencapai 3,03 milyar dalam US $. Sedangkan pada tahun 2012 perkembangan kinerja ekspor kembali mengalami sedikit penurunan, yaitu menjadi sebesar 2,36 milyar dalam US $ dimana sekarang ini Bank Indonesia mencatat kurs beli 1 US $ = 11.440,00 rupiah, untuk lebih jelasnya penurunan tingkat ekspor ini dapat kita lihat pada grafik 1.1 berikut:

Grafik 1.1 Nilai ekpor dan Impor Sumataera Barat

3500 Ekspor Impor

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Barat 2012

Ini di sebabkan oleh tidak menentunya kondisi perekonomian negara tujuan ekspor sehingga permintaan akan komoditi yang merupakan produk unggulan Sumatera Barat juga berkurang. Masalah tersebut tentu akan menjadi perhatian oleh pemerintah pusat dan daerah, tentang bagaimana cara mengatasi masalah naik turunnya nilai ekspor di Sumatera Barat dan permintaan atas komoditi serta kualitas produk yang akan di ekspor, karena ekspor mempunyai Ini di sebabkan oleh tidak menentunya kondisi perekonomian negara tujuan ekspor sehingga permintaan akan komoditi yang merupakan produk unggulan Sumatera Barat juga berkurang. Masalah tersebut tentu akan menjadi perhatian oleh pemerintah pusat dan daerah, tentang bagaimana cara mengatasi masalah naik turunnya nilai ekspor di Sumatera Barat dan permintaan atas komoditi serta kualitas produk yang akan di ekspor, karena ekspor mempunyai

Permasalahan yang mendesak untuk dipikirkan oleh pemerintah yaitu semakin tajamnya persaingan global dalam perdagangan internasional dan semakin ketatnya standar kualitas beberapa komoditi ekspor yang ditetapkan di beberapa negara mitra dagang. Pertumbuhan ekonomi menuju pembangunan ekonomi yang efektif dan efisien, sehingga perlu adanya pengembangan faktor- faktor yang mendorong atau yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut.

Berdasarkan penjabaran tersebut, maka pengaruh investasi, tenaga kerja dan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi menarik untuk diteliti, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh setiap variabel tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini akan dapat melihatkan seberapa besar pengaruhnya setiap variabel terhadap pertumbuhan ekonomi. Rentang waktu yang digunakan adalah dari tahun 2000-2012, karena dengan digunakan pertimbangan pengaruh investasi, tenaga kerja, dan jumlah nilai ekspor setelah adanya gempa

padang. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Barat ”.

Penelitian ini akan membahas, apa saja yang akan terpengaruh oleh adanya investasi, tenaga kerja dan nilai ekspor, sehingga menghasilkan peningkatan atau pertumbuhan perkonomian di Provinsi Sumatera Barat.

1.2 Rumusan Masalah

Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat perlu ditingkatkan agar dapat meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan perekonomian secara kumulatif, baik pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat maupun pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian tersebut tidak terlepas dari peran variabel-variabel makro ekonomi seperti: investasi, tenaga kerja dan ekspor.

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh investasi, tenaga kerja dan ekspor tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini akan meneliti bagaimana pengaruh dari investasi, tenaga kerja dan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 200-2012. Beberapa permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana pengaruh investasi (I) terhadap pertumbuhan industri pengolahan di Provinsi Sumatera Barat?

2. Bagaimana pengaruh tenaga kerja (L) terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat?

3. Bagaimana pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat?

4. Bagaimana pengaruh investasi (I), tenaga kerja (L) dan ekspor secara bersama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh investasi, tenaga kerja dan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat. Secara lebih rinci, penelitian ini bertujuan:

1. Untuk menganalisis pengaruh investasi (I) terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat.

2. Untuk menganalisis pengaruh tenaga kerja (L) terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat.

3. Untuk menganalisis pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat.

4. Untuk menganalisis pengaruh investasi (I), tenaga kerja (L) dan ekspor secara bersama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Penulis Bagi penulis, penilitian ini merupakan tambahan wawasan bidang ekonomi, sehingga penulis dapat mengembangkan ilmu yang di peroleh selama mengikuti perkuliahan.

2. Masyarakat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai pengaruh investasi dan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat.

3. Pemerintah Terkait (Stakeholder) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi kebijakan pembangunan pemerintah yang terutama terkait dengan investasi, tenaga kerja dan ekspor di Sumatera Barat.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan latar belakang mengenai pengaruh investasi, tenaga kerja dan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat. Bab ini juga menjelaskan, tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi landasan-landasan teori yang menjadi dasar dan digunakan oleh peneliti untuk penelitian ini yaitu teori-teori yang relevan dan mendukung bagi tercapainya hasil penelitian yang ilmiah. Dalam bab ini juga dicantumkan penelitian terdahulu yang merupakan penelitian yang menjadi dasar pengembangan bagi penulisan penelitian ini. Pada bab ini juga dikemukakan kerangka pemikiran dan hipotesis.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini berisikan dekripsi tentang bagaimana penelitian akan dilaksanakan secara operasional yang menguraikan variabel penelitian dan definisi operasional. Pada studi ini data yang digunakan adalah data sekunder. Data diperloeh dari Badan Pusat Statistik (BPS), dan metode analisis dalam penelitian ini menggunakan model analisis regresi sederhana.

Bab IV: Gambaran Umum Penelitian

Pada bab ini akan digambarkan secara singkat tentang dinamika investasi, tenaga kerja dan ekspor di Sumatera Barat. Serta pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat sepanjang periode pengamatan.

Bab V : Hasil dan Pembahasan

Pada bab ini membahas proses hasil dan analisis dari variabel-variabel yang diteliti.

Bab VI : Penutup

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan berdasakan hasil analisis data dan pembahasan. Dalam bab ini juga berisi saran-saran yang direkomendasikan kepada pihak-pihak tertentu atas dasar temuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan Ekonomi

2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sukirno (2004), Pertumbuhan ekonomi (economic growth) adalah perkembangan kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu dan menyebabkan pendapatan nasional riil berubah. Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan persentase kenaikan pendapatan nasional riil pada suatu tahun tertentu dibandingkan dengan pendapatan nasional riil pada tahun sebelumnya.

Menurut Jhingan (2004), Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya.

Berdasarkan pemaparan tersebut pertumbuhan ekonomi memiliki tiga komponen. Pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang. Kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk. Ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.

2.1.2. Indikator Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari pendapatan nasionalnya. Pendapatan nasional ini mengarah ke Produk Domestik Bruto (PDB), yaitu nilai barang atau jasa yang dihasilkan dalam suatru negara dalam suatu tahun tertentu dengan menggunakan faktor-faktor produksi milik warga negaranya dan milik penduduk di negara-negara lain. Biasanya dinilai menurut harga pasar dan dapat didasarkan kepada harga yang berlaku dan harga tetap.

Untuk mengukur pertumbuhan suatu perekonomian dari pertambahan yang sebenarnya dalam barang dan jasa yang diproduksi haruslah dihitung berdasarkan harga tetap, yaitu harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun yang lain. Konsep perhitungan ini biasanya dinamakan sebagai PDB menurut harga tetap (Sukirno, 2004).

Selanjutnya menurut BPS Provinsi Sumatera Barat (2013), pengukuran pertumbuhan ekonomi untuk tingkat regional/daerah biasanya dengan menghitung peningkatan persentase dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan total nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah atau regional tertentu dan dalam kurun waktu tertentu biasanya satu tahun.

Cara perhitungan PDRB dapat dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan menjadi sembilan lapangan usaha, yaitu:

a. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan a. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

c. Industri Pengolahan

d. Listrik, Gas dan Air Bersih

e. Konstruksi

f. Perdagangan, Hotel dan Restoran

g. Pengangkutan dan Komunikasi

h. Jasa Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

i. Jasa-jasa.

2. Pendekatan pengeluaran, PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir, yaitu Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, Konsumsi pemerintah, Pembentukan modal tetap domestik bruto, Perubahan stok, Ekspor netto, dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Ekspor netto adalah ekspor dikurangi impor.

3. Pendekatan pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa rumah, bunga modal dan keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak lainnya.

Berdasarkan pemaparan di atas, output perekonomian suatu negara dapat diketahui dari nilai PDB, yaitu nilai dari semua barang dan jasa yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi dalam negeri dalam satu periode waktu tertentu. Sedangkan output perekonomian tingkat regional/daerah, dapat diketahui dari nilai PDRB.

2.1.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi

2.1.3.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Menurut tokoh ekonomi klasik dalam Sukirno (2004), pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor utama dalam sistem produksi suatu negara, yaitu:

a. Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat dimana jumlah sumber daya alam yang tersedia mempunyai batas maksimum bagi pertumbuhan suatu perekonomian.

b. Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif dalam proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja.

c. Luas tanah yang dapat dipergunakan dalam proses produksi.

d. Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan output.

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ini berarti pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus berlangsung. Pada permulaannya, apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif berlebihan, tingkat pengembalian modal akan tinggi. Kemudian, dengan bertambahnya penduduk dan tingginya stok modal yang ada, akan menurunkan produktivitas. Ekonomi akan mencapai tingkat perkembangan yang sangat rendah. Apabila keadaan ini dicapai, ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang.

2.1.3.2 Teori Pertumbuhan Solow-Swan (Neo – Klasik)

Menurut Mankiw (2003), salah satu model pengukuran teori pertumbuhan ekonomi yang sering digunakan adalah pengukuran berdasarkan pendekatan teori pertumbuhan ekonomi Solow-Swan, yaitu suatu persamaan yang melibatkan hubungan antara tingkat output dengan tingkat input (capital and labour).

Model teori pertumbuhan ekonomi Solow-Swan dapat dituliskan dengan cara berikut: .....(2.1) Keterangan : Y : Tingkat output perekonomian K : Modal (capital) L : Tenaga kerja (labour)

Berdasarkan hal tersebut, maka tingkat output perekonomian secara langsung dipengaruhi oleh nilai modal dan jumlah tenaga kerja. Dengan meningkatkan nilai modal dan jumlah tenaga kerja, maka tingkat output yang dihasilkan akan ikut meningkat. Dimana nilai modal dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam menghasilkan output perekonomian dapat saling bersubstitusi.

Dengan kata lain, untuk menciptakan sejumlah output tertentu, dapat digunakan berbagai kombinasi antara pemakai modal dan tenaga kerja. Apabila modal yang digunakan lebih besar, maka lebih kecil tenaga kerja yang diperlukan. Sebaliknya, apabila modal yang digunakan lebih terbatas maka lebih banyak tenaga kerja yang digunakan.

2.3 Investasi

Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan- peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di masa depan” . Menurut Boediono (2005).

Investasi adalah pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan atau untuk perluasan pabrik. Dornbusch & Fischer berpendapat bahwa investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa mendatang. Persyaratan umum pembangunan ekonomi suatu negara menurut Todaro (2004) adalah:

a. Akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia.

b. Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan tenaga kerja dan keahliannya.

c. Kemajuan teknologi.

Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian atau proporsi pendapatan yang ada ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar produk (output) dan pendapatan di kemudian hari. Untuk membangun itu seyogyanya.

Teori Harrod-Domar mengemukakan bahwa model pertumbuhan ekonomi yang merupakan pengembangan dari teori Keynes. Teori tersebut menitikberatkan pada peranan tabungan dan industri sangat menentukan dalam pertumbuhan ekonomi daerah (Lincoln Arsyad, 2004).

Beberapa asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah bahwa:

a. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal yang ada di masyarakat digunakan secara penuh.

b. Dalam perekonomian dua sektor (Rumah Tangga dan Perusahaan) berarti sektor pemerintah dan perdagangan tidak ada.

c. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik original (nol)

d. Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save = MPS) besarnya tetap, demikian juga ratio antar modal dan output (Capital Output Ratio= COR ) dan rasio penambahan modal-output (Incremental Capital Output Ratio ).

Menurut Kawengian (2002), investasi adalah mobilisasi sumber daya untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa yang akan datang. Tujuan utama investasi ada dua, yaitu mengganti bagian dari penyediaan modal yang rusak dan tambahan penyediaan modal yang ada. Investasi merupakan salah satu faktor yang menentukan laju pertumbuhan ekonomi, karena selain akan mendorong kenaikan output secara signifikan, investasi juga akan meningkatkan permintaan input yang salah satunya adalah tenaga kerja, sehingga akan mempengaruhi pada penyediaan kesempatan kerja dan penyerapan tenaga kerja pun tinggi, akhirnya kesejahteraan masyarakat tercapai sebagai akibat dari meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Sunarno (2007), dalam konteks PDRB Penggunaan, investasi dikenal sebagai Pembentukan Modal Tetap

Bruto (PMTB). PMTB menggambarkan adanya proses penambahan dan pengurangan barang modal pada tahun tertentu. PMTB disebut sebagai “bruto”

karena di dalamnya masih terkandung unsur penyusutan, atau nilai barang modal sebelum diperhitungkan nilai penyusutannya. PMTB adalah semua pengadaan barang modal untuk digunakan/dipakai sebagai alat yang tetap (fixed assets). PMTB meliputi pengadaan, pembuatan dan pembelian barang-barang modal baru, baik dari dalam negeri maupun luar negeri termasuk barang modal bekas, mencakup juga perbaikan berat yang dilakukan terhadap barang-barang modal.

Belanja yang dapat dikatakan sebagai barang modal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun.

b. Nilai barang modal relatif besar dibandingkan dengan output yang dihasilkannya secara rutin selama periode tertentu.

c. Dapat digunakan berulangkali dalam proses produksi.

Secara lebih rinci, jenis barang modal meliputi:

a. Barang modal dalam bentuk bangunan, jalan raya, jembatan, instalasi listrik, jaringan komunikasi, bendungan irigasi, pelabuhan, dan lainnya.

b. Barang modal dalam bentuk mesin dan peralatan, baik untuk keperluan pabrik, kantor, maupun untuk usaha rumah tangga.

c. Alat-alat transportasi

d. Biaya yang dikeluarkan untuk perubahan dan perbaikan barang modal yang dapat meningkatkan produkrivitas atau memperpanjang umur pemakaian barang modal tersebut.

e. Pengeluaran untuk pengembangan dan pembukaan lahan baru, perluasan hutan, penghutanan kembali, serta penanaman dan peremajaan pohon perkebunan.

f. Pembelian ternak produktif untuk keperluan perbaikan, pemerahan susu, pengangkutan, dan sebagainya (tidak termasuk ternak konsumsi). Berdasarkan penjabaran tersebut, suatu pengeluaran dapat dikatakan sebagai pengeluaran investasi (PMTB) jika merupakan pengeluaran tersebut digunakan untuk pengadaan barang modal sebagai modal tetap. Pengeluaran untuk bahan baku atau pengeluaran lain yang digunakan untuk keperluan sebagaimana yang telah dijelaskan pada pemaparan di atas, tidak dapat dikatakan sebagai pengeluaran investasi (PMTB).

2.4 Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tenaga kerja ini ada yang termasuk ke dalam angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun atau lebih) yang selama seminggu sebelum pencacahan bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja, diantaranya adalah mereka yang selama seminggu yang lalu hanya bersekolah (pelajar dan mahasiswa), mengurus rumah tangga, dan Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun atau lebih) yang selama seminggu sebelum pencacahan bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja, diantaranya adalah mereka yang selama seminggu yang lalu hanya bersekolah (pelajar dan mahasiswa), mengurus rumah tangga, dan

Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi jumlah penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termasuk golongan usia kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja yang banyak tersebut diharapkan akan mampu memacu peningkatan kegiatan ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahtraan masyarakat. Akan tetapi, pada kenyataannya jumlah penduduk yang banyak tidak selalu memberikan dampak yang positif terhadap kesejahtraan.

Pada Negara yang sedang berkembang umumnya masalah pengangguran merupakan problema yang sulit dipecahkan hingga kini. Karena masalah pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi yang maksimal. Seperti halnya di negara Indonesia, pemerintah mengupayakan berbagai jalan keluar untuk dapat mengatasi pengangguran secara lambat laun baik diperkotaan dan di pedesaaan (Dumairy, 2002).

Untuk itu, diperlukan tenaga kerja dengan keahlian dan keterampilan yang sesuai kebutuhan perekonomian agar dapat membantu meningkatkan kegiatan perekonomian. Kegiatan perekonomian juga harus disesuaikan dengan tenaga kerja yang ada, agar masalah penggangguran dapat teratasi. Dengan adanya hubungan positif antara tenaga kerja dan kegiatan perekonomian tersebut, akan membantu mengatasi masalah-masalah dalam perekonomian.

2.5 Ekspor

Sejarah ekonomi dunia menunjukkan bahwa proses transformasi ekonomi suatu negara biasanya dibarengi dengan perubahan komposisi ekspor negara tersebut, dari ekspor yang didominasi oleh komoditi-komoditi primer ke ekspor produk-produk manufaktur. Di dalam kelompok produk-produk manufaktur itu sendiri telah mengalami pergeseran dari kategori barang-barang konsumsi dengan kandungan teknologi sederhana ke barang berteknologi menengah dan tinggi untuk keperluan konsumsi dan industri (Mahyuni, 2013).

Ekspor adalah benda-benda (termasuk jasa) yang dijual kepada penduduk Negara lain ditambah dengan jasa-jasa yang diselenggarakan penduduk Negara tersebut, berupa pengangkutan dengan kapal, permodalan dan hal-hal lain yang membantu ekpor tersebut (Michael P. Todaro, 2009).

Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor meliputi transaksi barang dan jasa antara masyaratkat region lain (termasuk dengan negara lain). Transaksi tersebut meliputi ekspor barang dan jasa seperti, pengangkutan, komonikasi, jasa-jasa asuransi dan berbagai jenis jasa lainnya, seperti jasa perdagangan yang diterima oleh pedagang region tersebut yang kegiatannya mengadakan transaksi dari berbagai jenis barang dan jasa tertentu, misalnya barang dan jasa yang langsung di beli dipasar domestik oleh bukan penduduk region tersebut. Ekspor barang dinyatakan dalam harga Free On Board (FOB yaitu harga barang sampai di atas kapal negara/wilayah pengekspor, sedangkan impor barang dinyatakan dalam harga Cos Insurance Freight (CIF) yaitu harga barang sampai di pelabuhan negara/wilayah pengimpor.

Ekspor berasal dari produksi dalam negeri dijual/dipakai oleh penduduk luar negeri, maka ekspor merupakan injeksi ke dalam aliran pendapatan seperti halnya investasi. Sedangkan impor merupakan kebocoran dari pendapatan, karena menimbulkan aliran modal ke luar negeri. Ekspor bersih yakni ekspor dikurangi impor (X-M) adalah jembatan yang menghubungkan antara pendapatan nasional dengan transaksi internasional (Nopirin, 2000).

Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2000). Kemajuan pembangunan suatu negara juga sangat ditentukan oleh aktivitas perdagangan internasional, dimana secara umum teori perdagangan internasional dapat di golongkan ke dalam dua kelompok, yakni teori Klasik dan teori Modern.

Teori klasik yang umum dikenal adalah teori keunggulan absolut dari Adam Smith , teori Keunggulan Komparatif atau Keunggulan Komparatif J.S. Mill dan teori biaya relatif dari David Ricardo. Sedangkan teori Faktor Proporsi dari Heckshe r dan Ohlin disebut teori modern.

Teori Keunggulan Absolut (absolut advantage) dari Adam Smith sering disebut sebagai teori murni perdagangan internasional. Dalam teori ini, nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk membuat barang tersebut. Dengan kata lain, teori ini menggunakan teori nilai tenaga kerja (labor theory of value), bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogen serta merupakan satu-satunya faktor produksi.

Di dalam teori keunggulan komparatif (comparative advantage) dari J.S. Mill menyatakan bahwa, suatu negara akan menghasilkan (berspesialisasi) dan kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki keunggulan komparatif terbesar serta mengimpor barang yang memiliki kerugian komparatif (comparative disadvantage), yaitu suatu barang yang dapat dihasilkan dengan ongkos produksi lebih rendah, dan mengimpor barang yang kalau dibuat sendiri memerlukan ongkos yang besar.

Dalam kajian teori keunggulan komperatif tersebut, dijelaskan bahwa kegiatan ekspor dalam suatu wilayah regional ataupun nasional (antar negara) dapat meningkatkan pendapatan devisa bagi yang melakukan kegiatan ekspor tersebut, dimana komoditi atau barang dan jasa yang di ekspor harus memiliki keunggulan komperatif dimana barang yang di produksi disuatu daerah memiliki keunggulan dari pada produk yang dihasilkan di daerah yang lain , baik wilayah regional, nasional, dan juga internasional.

2.5 Kajian Empiris Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas, meskipun terdapat kemiripan dalam ruang lingkup penelitian tetapi terdapat perbedaan dengan penelitian ini, baik dalam obyek atau periode waktu yang digunakan. Sehingga penelitian terdahulu tersebut dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Beberapa Penelitian terdahulu tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Ambar Sariningrum (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto), Tenaga Kerja, 1. Ambar Sariningrum (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto), Tenaga Kerja,

2. Mahyuni (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pengeluaran Pemeritah, Investasi, dan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Selatan periode 2000-2010 ”. Variabel yang diteliti adalah Pengeluaran pemerintah, Pembentukan Modal Tetap Domestik Daerah Bruto (PMTDB), dan ekspor tahun 2000-2010. Metode analisis data yang digunakan adalah metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil penelitiannya membuktikan bahwa Pengeluaran Pemerintah, PMTDB dan Ekspor secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDB di Indonesia.

3. Adrian Sutawijaya (2007 ) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Ekspor dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun tahun 1980-2006 ”. Variabel yang diteliti adalah Ekspor (Migas dan Non Migas) serta Investasi (PMA dan PMDN) mencakup tahun 2000-2006. Metode analisis data yang digunakan adalah metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil penelitiannya membuktikan bahwa Ekspor (Migas dan Non Migas) serta Investasi (PMA dan PMDN) baik 3. Adrian Sutawijaya (2007 ) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Ekspor dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun tahun 1980-2006 ”. Variabel yang diteliti adalah Ekspor (Migas dan Non Migas) serta Investasi (PMA dan PMDN) mencakup tahun 2000-2006. Metode analisis data yang digunakan adalah metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil penelitiannya membuktikan bahwa Ekspor (Migas dan Non Migas) serta Investasi (PMA dan PMDN) baik

4. Novita Linda Sitompul (2007) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PDRB Sumatera Utara ”. Variabel yang diteliti adalah investasi, tenaga kerja dan PDRB Provinsi Sumatera Utara mencakup tahun 1984-2005. Metode analisis data yang digunakan adalah metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil

penelitiannya membuktikan bahwa investasi dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara.

5. Akhirman, (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh PDB, Jumlah Penduduk, Nilai Ekspor, Investasi, Laju Inflasi, dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005- 2010 ”. Variabel yang diteliti adalah PDB, jumlah penduduk, nilai ekspor,

investasi, laju inflasi, dan tenaga kerja di Kepulauan Riau tahun 2005- 2010. Metode analisis data yang digunakan adalah metode OLS (Ordinary Least Square ). Hasil penelitiannya membuktikan bahwa PDB, jumlah penduduk, nilai ekspor, investasi, laju inflasi, dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kepulauan Riau. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian

ini menganalisis pengaruh investasi, tenaga kerja, dan Ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat yang dicerminkan dengan PDRB di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2000-2012. Selain itu, variabel investasi, tenaga kerja, dan ekspor. Yang digunakan adalah nilai investasi (Pembentukan

Modal Tetap Bruto), jumlah tenaga kerja, dan nilai ekspor di Provinsi Sumatera Barat.

2.6 Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka konsepsionalnya dapat digambarkan pada skema berikut:

Investasi

Tenaga Pertumbuhan Kerja

Ekonomi

Ekspor

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Saat ini bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di berbagai sektor guna meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi,dalam hal ini dikaitkan dengan pembangunan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi bagi suatu negara merupakan suatu upaya penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan perkapita dalam jangka panjang. Oleh karena itu, untuk melihat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara, maka hal yang harus kita perhatikan adalah kestabilan perekonomian dan pemerataan pendapatan.

Teori Neo Klasik (Teori Konvergensi), konsep teori konvergensi merupakan implikasi dari teori pertumbuhan yang dikembangkan pada dekade

1950 an, pada beberapa artikel seperti Abramowitz (1956), Solow dan Swan (1956) diungkapkan bahwa selain akumulasi kapital dan tenaga kerja terdapat faktor ketiga yang menjadi determinan pertumbuhan ekonomi yaitu perubahan teknologi, yang menjadi faktor eksogen diluar kedua faktor produksi diatas, hal ini berdasarkan dari teori fungsi produksi neoklasik yang memiliki karakteristik diminishing marginal return dan constant return to scale. Teori ini memiliki asumsi pertama bahwa faktor perubahan teknologi bersifat eksogen, dan yang kedua neoklasik mengasumsikan bahwa setiap negara memiliki peluang perkembangan teknologi yang sama, kedua asumsi neoklasik inilah yang dalam dunia nyata tidak sepenuhnya terjadi di semua Negara-negara berkembang (kecuali jepang dalam Asian Miracle) mampu mengikuti perkembangan teknologi negara maju.

Teori dari Musgrave dan Dumairy yaitu, banyak pertimbangan yang mendasari pengambilan keputusan pemerintah dalam mengatur pengeluarannya pemerintah tidak cukup hanya meraih tujuan akhir dari setiap kebijaksanaan pengeluarannya.

Teori Morris mengemukakan investasi dan ekspor dalam berbagai bentuknya akan memberikan banyak pengaruh kepada perekonomian suatu negara ataupun dalam cakupan yang lebih kecil yakni daerah. Karena dengan terciptanya investasi akan membawa suatu negara pada kegiatan ekonomi tertentu, investasi yang akan berlanjut dengan suatu proses produksi akan menciptakan lapang kerja, menciptakan barang- barang dan peningkatan distribusi pendapatan, adanya interaksi antara produsen dalam hal ini investor, dan konsumen dalam menawarkan dan mengkonsumsi barang-barang atau jasa, dan pada giliranya akan Teori Morris mengemukakan investasi dan ekspor dalam berbagai bentuknya akan memberikan banyak pengaruh kepada perekonomian suatu negara ataupun dalam cakupan yang lebih kecil yakni daerah. Karena dengan terciptanya investasi akan membawa suatu negara pada kegiatan ekonomi tertentu, investasi yang akan berlanjut dengan suatu proses produksi akan menciptakan lapang kerja, menciptakan barang- barang dan peningkatan distribusi pendapatan, adanya interaksi antara produsen dalam hal ini investor, dan konsumen dalam menawarkan dan mengkonsumsi barang-barang atau jasa, dan pada giliranya akan

2.7 Hipotesis

Berdasarkan permasalahan, tujuan dan alur kerangka pemikiran di atas maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Diduga Investasi (I) berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB di Provinsi Sumatera Barat.

2. Diduga Tenaga kerja (L) berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB di Provinsi Sumatera Barat.

3. Diduga Ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB di Provinsi Sumatera Barat.

4. Diduga bahwa investasi (I), tenaga kerja (L), dan ekspor secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB di Provinsi Sumatera Barat.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode analisis induktif. Metode analisis induktif merupakan metode analisis terhadap variabel penelitian yang mengambil sampel dari variabel tertentu dari sebuah populasi yang jumlahnya banyak, dan dianalisis menggunakan cara matematis atau menggunakan teknik statistik. Variabel yang dianalisis berupa data kuantitatif atau data numerik (angka). Dari hasil analisis terhadap variabel tersebut digeneralisasikan terhadap populasi (Santoso, 2009).

Berdasarkan pemaparan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data berupa data numerik (angka) dengan menggunakan cara matematis atau menggunakan teknik statistik. Analisis data dilakukan untuk mengetahui hubungan-hubungan dari variabel yang diteliti. Kemudian hubungan tersebut digeneralisasikan terhadap populasi.

3.2 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder berupa data nilai PDRB, nilai investasi, jumlah tenaga kerja dan nilai ekspor Provinsi Sumatera Barat. Data diperoleh dari BPS Indonesia, BPS Provinsi Sumatera Barat dan instansi terkait lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang akan digunakan mencakup kurun waktu 13 tahun (2000-2012). Selain itu, penelitian ini juga menggunanan referensi studi kepustakaan yang dilakukan dengan melakukan kajian terhadap jurnal, artikel, bahan-bahan lain dari perpustakaan dan internet yang masih relevan dengan penelitian ini.

3.3 Definisi Operasional Variabel

Dalam perumusan model analisis pengaruh investasi, tenaga kerja, dan ekspor terhadap perumbuhan ekonomi pada periode tahun 2000-2012 menggunakan beberapa variabel. Definisi operasional dari variabel-variabel tarsebut adalah sebagai berikut:

a. Pertumbuhan Ekonomi Variabel pertumbuhan ekonomi merupakan variabel terikat dalam penelitian ini. Untuk mengetahui nilai dari variabel ini digunakan nilai PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) yang merupakan indikator pertumbuhan ekonomi. Data nilai PDRB Sumatera Barat yang digunakan adalah data nilai PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000 di Provinsi Sumatera Barat dalam satuan rupiah (Rp). Data diperoleh dari publikasi BPS Provinsi Sumatera Barat selama periode tahun 2000-2012.

b. Investasi Investasi merupakan variabel bebas dalam penelitian ini. Variabel ini digunakan untuk mengetahui pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat. Data yang digunakan adalah data nilai investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) berdasarkan harga konstan tahun 2000 di Provinsi Sumatera Barat dalam satuan rupiah (Rp). Data diperoleh dari publikasi BPS Provinsi Sumatera Barat pada periode tahun 2000-2012.

c. Tenaga kerja Tenaga kerja merupakan variabel bebas kedua dalam penelitian ini. Variabel ini digunakan untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat. Data yang digunakan adalah jumlah orang tenaga kerja di Provinsi Sumatera Barat yang diperoleh dari BPS Provinsi Sumatera Barat pada periode tahun 2000- 2012.

d. Ekspor Ekspor merupakan variabel bebas kedua dalam penelitian ini. Variabel ini digunakan untuk mengetahui ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat. Data yang digunakan adalah jumlah ekspor di Provinsi Sumatera Barat yang diperoleh dari BPS Provinsi Sumatera Barat pada periode tahun 2000-2012 dalam satuan US $.

3.4 Pembentukan Model

Pembentukan model penelitian dalam penelitian ini mengacu pada teori pertumbuhan ekonomi Solow-Swan. Menurut Mankiw (2003), teori pertumbuhan ekonomi Solow-Swan memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi. Secara umum berbentuk fungsi produksi, yang bisa menampung berbagai kemungkinan substitusi antar modal (K) dan tenaga kerja (L). Model pertumbuhan ekonomi standar yang dipakai :

Y = f (K,L) .....(3.1) Keterangan :

Y : Tingkat output perekonomian K

: Kapital L

: Tenaga kerja

Kemudian untuk menganalisis variabel yang diteliti dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data yang mengacu pada studi terdahulu, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ambar Sariningrum, (2010), meneliti tentang “Pengaruh Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto), Tenaga Kerja, dan Ekspor Terhadap Produk Domestik Bruto(PDB) Indonesia ”. Dalam penelitian tersebut, model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dianalisa dengan menggunakan model regresi berganda, yang merupakan metode analisis OLS (Ordinary Least Square). Adapun model regresi berganda adalah sebagai berikut :

+ε .....(3.2) Dimana : Y = Pertumbuhan ekonomi (PDB)

β 0 = Konstanta β 1 = Koefisien regresi Investasi (PMTB)

X 1 = Investasi (PMTB) β 2 = Koefisien regresi tenaga kerja

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121