PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA DENG (1)

Cara Pengolahan Air Limbah Secara Sederhana,
http://www.sobatbumi.com/solusi/view/363/CaraPengolahan-Air-Limbah-Secara-Sederhana,
DIAKSES 28 Maret 2014
ditulis pada 02 October 2012, 11:28:22

Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah
tersebut. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap
gangguan yang timbul karena pencemaran air limbah tersebut. Namun demikian kemampuan alam
tersebut sangat terbatas sehingga air limbah perlu diolah sebelum dibuang.
Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain:
a. Pengenceran (Dilution)
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah kemudian baru dibuang ke
badan-badan air. Makin bertambahnya penduduk berarti kegiatan manusia makin meningkat sehingga
jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, air yang diperlukan untuk pengenceran juga akan
bertambah banyak oleh sebab itu cara ini tidak dapat dipertahankan lagi.
Disamping itu cara ini menimbulkan kerugian lain diantaranya bahaya kontaminasi terhadap badan-badan
air, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air (selokan, sungai,
danau, dan sebagainya), dan dapat menimbulkan banjir.
b. Kolam Oksidasi (Oxidation Ponds)
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae), bakteri, dan
oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segi

empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun.
Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman dan berada di daerah yang terbuka sehingga
memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.
Cara kerjanya, antara lain sebagai berikut: empat unsur yang berperan dalam proses pembersihan alamiah
ini adalah sinar matahari, ganggang, bakteri, dan oksigen. Ganggang dengan butir khlorophylnya dalam
air limbah melakukan proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari sehingga tumbuh dengan subur.
Pada proses fotosintesis terbentuk O%u2082 (oksigen). Oksigen ini digunakan oleh bakteri aerobik untuk
melakukan dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam air buangan.
Pada pengolahan ini juga akan terjadi pengendapan. Sebagai hasilnya nilai BOD dari air limbah tersebut
akan berkurang, sehingga relatif aman apabila dibuang ke dalam badan-badan air.
c. Irigasi
Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali sehingga air akan merembes masuk ke
dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat
digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan.
Cara ini dapat digunakan terutama untuk air limbah rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong
hewan, dan sebagainya dimana kandungan zat-zat organik dan protein yang diperlukan oleh tanaman
cukup tinggi.
- See more at: http://www.sobatbumi.com/solusi/view/363/Cara-Pengolahan-Air-Limbah-SecaraSederhana#sthash.YmANwZlO.dpuf

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA

DENGAN METODE KOLAM OKSIDASI,
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JTSI/article/vi
ew/691, diakses 28 Maret 2014
Vera Wim Andiese

Abstract
Meningkatnya kegiatan manusia dalam rumah tangga mengakibatkan bertambahnya jumlah limbah
cair. Sumber limbah cair rumah tangga bersifat organik yaitu dari sisa sisa makanan dan deterjen yang
mengandung fosfor. Limbah cair dapat meningkatkan kadar BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan
pH air . Keadaann tersebut menyebabkan terjadinya pencemaran yang banyak menimbulkan kerugian
bagi manusia dan lingkungan. Kolam oksidasi merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk
dapat mengolah limbah cair rumah tangga. Kolam ini terdiri dari serangkaian kolam yang
bertujuan untuk menjernihkan limbah cair sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan. Keunggulan
teknologi ini dalam pengolahan limbah cair, yaitu konstruksi sederhana, mudah dirancang dan diubah
jika diperlukan perubahan tanah
Sabtu, 29 Desember 2012

KOLAM OKSIDASI : SALAH SATU PENGOLAHAN
LIMBAH DOMESTIK
KOLAM OKSIDASI : SALAH SATU PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK

1.

Kolam oksidasi
Teori:
Kolam oksidasi berbentuk persegi dengan kedalaman yang rendah. Limbah domestik disimpan
di kolam ini dalam jangka waktu tertentu. Selama periode penyimpanan ini, limbah domestik
diuraikan oleh bakteri aerob, alga dan sinar matahari. Ini berarti, pengolahan jenis ini adalah
metode pengolahan limbah domestik secara alami. Bakteri aerob menyerap oksigen dari
atmosfer untuk bertahan hidup dan mengguraikan materi organic di limbah domestic menjadi
komponen yang lebih sederhana.
Konstruksi dan operasi:
Kolam oksidasi dibangun dalam bentuk kolam persegi pannjang dengan kedalaman yang
dangkal. Panjang kolam bervariasi dari 50-100 m, lrbar kolam dari 30-50 m dan kedalaman
bervariasi dari 0,9-1,5 m. kolam terbagi-bagi menjadi beberapa kompartemen yang dipisahkan
oleh sekat sehingga terbentuk saluran zigzag. Limbah domestik masuk ke kolam melalui
saluran inlet di salahsatu sudut. Limbah mengalir secara zigzag sampai seluruh kolam terisi.

Waktu tinggal limbah bervariasi dari 7-14 hari. Pengurainan limbah domestik dilakukan oleh
bakteri aerob. Setelah proses penguraian selesai, akan terbentuk humus hitam (lumpur) yang
diambil untuk selanjutnya digunakan sebagai pupuk

Kelebihan:
a.

Menggunakan metode pengolahan alami sehingga murah.

b. Pengoperasian dan perawatan yang mudah.
c.

Memiliki efisiensi tinggi dalam menyisihkan BOD (Bio Chemicals Oxygen Demand/oksigen yg
dibutuhkan untuk menguraikan senyawa didalam air oleh microba atau micro organisme).
Kekurangan:

a.

Membutuhkan lahan yang besar.

b. Menimbulkan bau yang tidak sedap dan dapat menjadi sarang nyamuk.
c.

Pada musim penghujan dan berawan, limbah akan menjadi bersifat septic dan menimbulkan

kondisi yang tidak bersih.
Kegunaan:
Sistem jenis ini cocok digunakan pada kota kecil yang memiliki iklim tropis.
Sabtu, 29 Desember 2012

KOLAM OKSIDASI : SALAH SATU PENGOLAHAN
LIMBAH DOMESTIK
KOLAM OKSIDASI : SALAH SATU PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK
1.

Kolam oksidasi
Teori:
Kolam oksidasi berbentuk persegi dengan kedalaman yang rendah. Limbah domestik disimpan
di kolam ini dalam jangka waktu tertentu. Selama periode penyimpanan ini, limbah domestik
diuraikan oleh bakteri aerob, alga dan sinar matahari. Ini berarti, pengolahan jenis ini adalah
metode pengolahan limbah domestik secara alami. Bakteri aerob menyerap oksigen dari
atmosfer untuk bertahan hidup dan mengguraikan materi organic di limbah domestic menjadi
komponen yang lebih sederhana.

Konstruksi dan operasi:

Kolam oksidasi dibangun dalam bentuk kolam persegi pannjang dengan kedalaman yang
dangkal. Panjang kolam bervariasi dari 50-100 m, lrbar kolam dari 30-50 m dan kedalaman
bervariasi dari 0,9-1,5 m. kolam terbagi-bagi menjadi beberapa kompartemen yang dipisahkan
oleh sekat sehingga terbentuk saluran zigzag. Limbah domestik masuk ke kolam melalui
saluran inlet di salahsatu sudut. Limbah mengalir secara zigzag sampai seluruh kolam terisi.
Waktu tinggal limbah bervariasi dari 7-14 hari. Pengurainan limbah domestik dilakukan oleh
bakteri aerob. Setelah proses penguraian selesai, akan terbentuk humus hitam (lumpur) yang
diambil untuk selanjutnya digunakan sebagai pupuk
Kelebihan:
a.

Menggunakan metode pengolahan alami sehingga murah.

b. Pengoperasian dan perawatan yang mudah.
c.

Memiliki efisiensi tinggi dalam menyisihkan BOD (Bio Chemicals Oxygen Demand/oksigen yg
dibutuhkan untuk menguraikan senyawa didalam air oleh microba atau micro organisme).
Kekurangan:


a.

Membutuhkan lahan yang besar.

b. Menimbulkan bau yang tidak sedap dan dapat menjadi sarang nyamuk.
c.

Pada musim penghujan dan berawan, limbah akan menjadi bersifat septic dan menimbulkan
kondisi yang tidak bersih.
Kegunaan:
Sistem jenis ini cocok digunakan pada kota kecil yang memiliki iklim tropis.
Sabtu, 29 Desember 2012

KOLAM OKSIDASI : SALAH SATU PENGOLAHAN
LIMBAH DOMESTIK
KOLAM OKSIDASI : SALAH SATU PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK
1.

Kolam oksidasi
Teori:


Kolam oksidasi berbentuk persegi dengan kedalaman yang rendah. Limbah domestik disimpan
di kolam ini dalam jangka waktu tertentu. Selama periode penyimpanan ini, limbah domestik
diuraikan oleh bakteri aerob, alga dan sinar matahari. Ini berarti, pengolahan jenis ini adalah
metode pengolahan limbah domestik secara alami. Bakteri aerob menyerap oksigen dari
atmosfer untuk bertahan hidup dan mengguraikan materi organic di limbah domestic menjadi
komponen yang lebih sederhana.
Konstruksi dan operasi:
Kolam oksidasi dibangun dalam bentuk kolam persegi pannjang dengan kedalaman yang
dangkal. Panjang kolam bervariasi dari 50-100 m, lrbar kolam dari 30-50 m dan kedalaman
bervariasi dari 0,9-1,5 m. kolam terbagi-bagi menjadi beberapa kompartemen yang dipisahkan
oleh sekat sehingga terbentuk saluran zigzag. Limbah domestik masuk ke kolam melalui
saluran inlet di salahsatu sudut. Limbah mengalir secara zigzag sampai seluruh kolam terisi.
Waktu tinggal limbah bervariasi dari 7-14 hari. Pengurainan limbah domestik dilakukan oleh
bakteri aerob. Setelah proses penguraian selesai, akan terbentuk humus hitam (lumpur) yang
diambil untuk selanjutnya digunakan sebagai pupuk
Kelebihan:
a.

Menggunakan metode pengolahan alami sehingga murah.


b. Pengoperasian dan perawatan yang mudah.
c.

Memiliki efisiensi tinggi dalam menyisihkan BOD (Bio Chemicals Oxygen Demand/oksigen yg
dibutuhkan untuk menguraikan senyawa didalam air oleh microba atau micro organisme).
Kekurangan:

a.

Membutuhkan lahan yang besar.

b. Menimbulkan bau yang tidak sedap dan dapat menjadi sarang nyamuk.
c.

Pada musim penghujan dan berawan, limbah akan menjadi bersifat septic dan menimbulkan
kondisi yang tidak bersih.
Kegunaan:
Sistem jenis ini cocok digunakan pada kota kecil yang memiliki iklim tropis.


Proses dan Cara Pengolahan Limbah Rumah Tangga (Sanitasi)
#shareiteveryday,
http://arykuss13024.blog.teknikindustri.ft.mercubuana.ac.id/?p=27,
diakses 28 Maret 2014
November 13, 2013Kebijakan Pengelolaan AirAry Kustriani

Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi ( pengelolaan air
limbah domestic ) terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar
( ANTARA News, 2006 ). Menurut data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun
2002, tidak kurang dari 400.000 m3 / hari limbah rumah tangga dibuang langsung ke
sungai dan tanah, tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. 61,5 % dari jumlah
tersebut terdapat di Pulau Jawa. Pembuangan akhir limbah tinja umumnya dibuang
menggunakan beberapa cara antara lain dengan menggunakan septic tank, dibuang
langsung ke sungai atau danau, dibuang ke tanah , dan ada juga yang dibuang ke
kolam atau pantai.
Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia, masih banyak dijumpai masyarakat yang
berada di bawah garis kemiskinan dengan sanitasi yang sangat minim. Masih sering
dijumpai sebagian masyarakat yang membuang hajatnya di sungai karena tidak
mempunyai saluran pembuangan khusus untuk pembuangan air limbah rumah tangga
maupun air buangan dari kamar mandi. Bahkan terkadang masih dijumpai masyarakat

yang membuang hajatnya di pekarangan rumahnya masing-masing. Hal ini terjadi
selain disebabkan karena factor ekonomi, faktor kebiasaan yang sulit dirubah dan
kualitas pendidikan yang relative rendah dari masyarakat pun memang sangat
berpengaruh besar terhadap pola hidup masyarakat.
Berdasarkan perkiraan WHO/ UNICEF, sekitar 60 persen penduduk di kawasan
pedesaan di Indonesia kekurangan akses terhadap sarana sanitasi yang pantas.
Kegiatan mandi dan mencuci pakaian di sungai serta buang air besar di tempat
terbuka membuat orang mudah terpapar penyakit, mengontaminasi air tanah dan
permukaan, dan menurunkan kualitas tanah dan tempat tinggal. Perempuan dan anakanak berada dalam risiko.
1. PENGERTIAN SANITASI
Sanitasi adalah bagian dari system pembuangan air limbah, yang khususnya
menyangkut pembuangan air kotor dari rumah tangga, dapat juga dari sisa-sisa
prosesindustry, pertanian, peternakan dan rumah sakit (sector kesehatan).
Sanitasi juga merupakan suatu usaha untuk memberikan fasilitas di dalam rumah yang
dapat menjamin agar rumah selalu bersih dan sehat. Tentunya tang ditunjang
penyediaan air bersih yang cukup, dan pembuangan air kotoran yang lancar.

2. AIR LIMBAH
Air Limbah adalah air buangan yang dihasilkan dari suatu proses pruduksi industri
maupun domestik (rumah tangga), yang terkadang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Dalam konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negative
terhadap lingkungan tertutama kesehatan manusia sehingga dilakukan penanganan
terhadap limbah.
Air kotor adalah air bekas pakai yang sudah tidak memenuhi syarat kesehatan lagi dan
harus dibuang agar tidak menimbulkan wabah penyakit
Beberapa hal yang berkaitan dengan pengertian dan kegiatan yang berhubungan
dengan limbah cair menurut PP 82 tahun 2001 yaitu :
1. Air adalah semua air yang terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah, kecuali air
laut dan fosil.
2. Sumber air adalah wadah air yang terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah,
seperti, mata air, sungai, rawa, danau, waduk, dan muara.
3. Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas
air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin kualitas tetap dalam
kondisi alamiahnya.
4. Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan
pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai
dengan baku mutu air.
5. Pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup, zat, energy, dan atau komponen
lain kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ketingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
6. Limbah cair adalah sisa dari sutu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair.
7. Baku mutu limbah cair adalah, ukuran batas atau kadar unsure pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam limbah cair yang akan dibuang atau dilepas kedalam
sumber air dari suatu usaha atau kegiatan.
3. ALAT PEMBUANGAN AIR KOTOR
Alat pembuangan air kotor dapat berupa :
- Kamar mandi, washtafel, keran cuci
- WC
- Dapur
Air dari kamar mandi tidak boleh dibuang bersama sama dengan air dari WC maupun
dari dapur. Sehingga harus dibuatkan seluran masing-masing.
Diameter pipa pembuangan dari kamar mandi adalah 3” (7,5 cm), pipa pembuangan
dari WC adalah 4”(10 cm), dan dari dapur boleh dipakai diameter 2”(5cm). pipa
pembuangan dapat diletakkan pada suatu “shaft”, yaitu lobang menerus yang
disediakan untuk tempat pipa air bersih dan pipa air kotor pada bangunan bertingkat
untuk memudahkan pengontrolan. Atau dapat dipasang pada kolom-kolom beton dari

atas sampai bawah. Setelah sampai bawah, semua pipa air kotor harus merupakan
saluran tertutup di dalam tanah agar tidak menimbulkan wabah penyakit dan bau tak
sedap.
Dibawah lantai, semua pipa sanitasi diberi lobang control, yang sewaktu-waktu dapat
dibuka bila terjadi kemacetan.
4. JENIS-JENIS UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH
a. SEPTICTANK
Sistem septic tank sebenarnya adalah sumur rembesan atau sumur kotoran. Septic tank
merupakan sitem sanitasi yang terdiri dari pipa saluran dari kloset, bak penampungan
kotoran cair dan padat, bak resapan, serta pipa pelepasan air bersih dan udara.
Hal-hal yang yang harus diperhatikan saat pembangunan septic tank agar tidak
mencemari air dan tanah sekitarnya adalah :
1. jarak minimal dari sumur air bersih sekurangnya 10m.
2. untuk membuang air keluaran dari septic tank perlu dibuat daerah resapan dengan
lantai septic tank dibuat miring kearah ruang lumpur.
3. septic tank direncanakan utuk pembuangan kotoran rumah tangga dengan jumlah
air limbah antara 70-90 % dari volume penggunaan air bersih.
4. waktu tinggal air limbah didalam tangki diperkirakan minimal 24 jam.
5. besarnya ruang lumpur diperkirakan untuk dapat menampung lumpur yang
dihasilkan setiap orang rata-rata 30-40 liter/orang/tahun dan waktu pengambilan
lumpur diperhitungkan 2-4 tahun.
6. pipa air masuk kedalam tangki hendaknya selalu lebih tinggi kurang lebh 2.5 cm
dari pipa air keluar.
7. septic tank harus dilengkapi dengan lubang pemeriksaan dan lubang penghawaan
untuk membuang gas hasil penguraian.
Agar septic tank tidak mudah penuh dan mampat, awet dan tahan lama perlu
diperhatikan hal berikut :
1. Kemiringan Pipa
Kemiringan pipa menentukan kelancaran proses pembuangan limbah. Selisih
ketinggian kloset dan permukaan air bak penampung kotoran minimal 2 %, artinya
setiap 100cm terdapat perbedaan ketinggian 2cm.
2. Pemilihan Pipa yang tepat
Pipa saluran sebaiknya berupa PVC. Ukuran minimal adalah 4 inchi. Rumah yang
memiliki jumlah toilet yang banyak sebaiknya menggunakan pipa yang lebih besar.
Perancangan saluran diusahakan dibuat lurus tanpa belokan, karena belokan atau
sudut dapat membuat mampat.
3. Sesuaikan Kapasitas Septic tank
Untuk rumah tinggal dengan jumlah penghuni empat orang, cukup dibuat septic tank
dengan ukuran (1.5×1.5×2)m. bak endapan dan sumur resapan bias dibuat dengan

ukuran (1x1x2)m. semakin banyak penghuni rumah maka semakin besar ukuran yang
dibutuhkan.
4. Bak Harus Kuat dan Kedap Air
Septic tank harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap korosi, rapat air dan tahan
lama. Konstruksi septic tank harus kuat menahan gaya-gaya yang timbul akibat
tekanan air, tanah maupun beban lainnya.

SEPTICTANK
PROSES AIR LIMBAH DARI WC SAMPAI KEMBALI KE DALAM TANAH
Limbah dari WC melalui saluran, masuk ke septictank untuk diendapkan dan di
saring, kemudian dialirkan ke Drain Field sehingga dapat masuk ke dalam air tanah.
b. SUMUR RESAPAN
Sumur Resapan Air merupakan rekayasa teknik konversi air yang berupa bangunan
yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan
kedalaman tertentu yang digunakan sebagai tempat penampung air hujan diatas atap
rumah dan meresapkannya ke dalam tanah.
Konstruksi Sumur Resapan Air (SRA) merupakan alternatif pilihan dalam mengatasi
banjir banjir dan menurunnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan, karena
dengan pertimbangan :
1. Pembuatan konstruksi SRA tidak memerlukan biaya besar.
2. Tidak memerlukan biaya yang besar.
3. Bentuk konstruksi SRA sederhana
Manfaat pembangunan Sumur Resapan Air antara lain :
1. Mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air, sehingga
mengurangi terjadinya banjir dan erosi.
2. Mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air

3. mencegah menurunnya lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang
berlebihan.

sumber : faisschal
http://duniatehnikku.wordpress.com/2011/02/25/proses-dan-cara-pengolahan-limbahrumah-tangga-sanitasi/
http://nationalgeographic.co.id/forum/topic-1934.html

Taman Pengolah Limbah Cair Skala Rumah Tangga
February 7, 2014 - Artikel Populer, Lingkungan, Tulisan
Terkini, Uncategorized - Tagged: Ekologi, Lingkungan,Tulisan Terkini - no comments

Limbah cair domestik merupakan permasalahan lingkungan karena secara kuantitas
maupun kualitas, dapat mengganggu kesehatan manusia, mencemari lingkungan,
dan mengganggu kehidupan makhluk hidup. Peningkatan jumlah limbah cair
domestik mengakibatkan jumlah limbah dalam badan air penerima melebihi daya
tampung maupun daya dukung lingkungannya. Sehingga akan menimbulkan
dampak

negatif

dan

memperburuk

kualitas

lingkungan

(Widayat,

2009).

Berdasarkan pendekatan konsep kesetimbangan massa, air limbah domestik dari
hasil kegiatan rumah tangga berkontribusi positif meningkatkan beban pencemaran
pada badan air penerima (Cordova, 2008). Selain itu peningkatan kebutuhan air bila
tidak

diimbangi

dengan

ketersediaan

sumber

air

baku

yang

cukup,

akan

menimbulkan kelangkaan air (Cantrell et al., 2008). Padahal apabila air limbah
dapat diolah, maka akan menghasilkan air baku cadangan yang dapat digunakan
kembali untuk kebutuhan rumah tangga (Jefferson et al., 2004).
Kecenderungan wilayah pemukiman kota besar di Indonesia relatif terkonsentrasi
dalam komplek perumahan. Kondisi tersebut pada satu sisi dapat memberikan
kemudahan dalam upaya pengelolaan air limbah secara terpadu. Pada sisi lain,
banyak teknologi pengolahan air limbah yang kurang berjalan efektif karena
mahalnya biaya operasional dan rumitnya sistem pengoperasian. Sehingga
diperlukan

sistem

pengolahan

dan

pengelolaan

yang

lebih

efektif

dengan

penerapan skala rumah tangga.
Karakteristik air limbah domestik pada umumnya mengandung bahan organik, oleh
karenanya alternatif sistem pengolahan limbah secara biologis dirasa tepat untuk
dijadikan pilihan utama. Salah satu alternatif sistem pengolahan air limbah secara
biologis adalah dengan menerapkan Taman Pengolah Limbah (TPL). Selain
digunakan sebagai instalasi pengolah limbah, TPL ditanami tanaman air hias,
sehingga menambah nilai estetika taman di halaman rumah (Gopal, 1999 dalam
Armis, 2006). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhardjo (2008)
diperoleh

bahwa

penggunaan

TPL

pada

limbah

cair

usaha catering dapat

menurunkan konsentrasi parameter COD sebesar 40,81%, TSS 89,12% dan Fosfat
sebesar 99,73%.

Bangunan struktur TPL terdiri dari settling tank sebagai pengumpul dan pretreatment yang akan mengendapkan dan mencairkan bahan padat organik.
Kemudian bahan padat organik akan diproses secara anaerobik dan dilarutkan ke
dalam

air

yang

mengalir

secara

gravitasi

ke

petak

taman

air

atau wetland cell.Wetland cell merupakan kolam yang dibuat dari saluran batu
semen dengan ukuran volume tertentu dan dilapisi anti bocor. Wetland cell diisi
substrat berupa batu kerikil berukuran 10 – 15 mm dan ditanami tumbuhan air
beraneka ragam. Pada filter gravel-bed wetland cell ini terjadi proses pembersihan
air limbah secara fisik, kimia dan biologis (Jefferson et al., 2004). Penetapan
komposisi tanaman ini perlu dilakukan dan menjadi faktor penting dalam TPL sebab
hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil air olahan yang baik dan nilai estetika
yang tinggi.

Berdasarkan

fungsi

umumnya,

tanaman Hydrophyta dapat

digunakan

pada treatment pertama karena jenis yang mengapung sehingga berkemampuan
langsung menyerap hara. Akar tanaman yang berfungsi sebagai filter, mampu
mengadsorpsi

padatan

tersuspensi,

dan

sebagai

habitat

mikroorrganisme

penghilang unsur hara (Reddy, 1985 dalam Syafrani, 2007). Treatment kedua dapat
berupa jenis yang mencuat di permukaan air maupun yang mengambang dalam air.
Tanaman jenis ini mampu menurunkan kadar BOD, COD, TDS dan TSS hasil
pengolahan dari treatment pertama. Tanaman yang bisa digunakan setelah proses
filter sampai treatment kedua, antara lain: Eichornia crassipes, Pistia stratoites dan
Scirpus grossus, Echinodorus paleafolius, Nymphaea firecres, Typha angustifolia,
Cyperus

alternifolius, dan Equisetum

hyemale (Kusumawardani

dan

Rony,

2013). Kompisisi tanaman tersebut akan menghasilkan air olahan dengan fisik yang
baik, yaitu bening dengan TDS dan TSS sangat rendah. Beberapa dari tanaman
tersebut juga memiliki bunga dan bentuk daun yang indah, sehingga dapat
menambah nilai estetik dari sebuah taman. Selaian itu air olahan (output) dari TPL
dimanfaatkan untuk menyiram tanaman, mencuci kendaraan dan sebagai cadangan
air rumah tangga.
Yustika Kusumawardani
Mahasiswa Magister Teknik Lingkungan ITS Surabaya

Referensi

Armis, M. Fauzi. 2006. Tingkat Penyerapan Nitrat dan Fosfat dari Limbah Cair Pabrik
Tahu dengan Menggunakan Tanaman Kangkung Air pada Sistem Constructed
Wetlands. Tugas Akhir. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Cordova, Muhammad Reza. 2008. Kajian Air Limbah Domestik di Perumnas Bantar
Kemang, Kota Bogor dan Pengaruhnya pada Sungai Ciliwung. Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Cantrell, K.B., Ducey, T., Ro, K.S., Hunt, P.G., 2008. Livestock waste-to-bioenergy
generation opportunities. Bioresource Technology 99, 7941–7953.
Jefferson, B; A. Palmer; P. Jeffrey; R. Stuetz; dan S. Judd. 2004. Grey Water
Characterisation and its Impact on The Selection and Operation of Technologies for
Urban Reuse. Water Science and Technology, Vol. 50, No.2, page. 157-164.
Kusumawardani, Y. dan Rony Irawanto. 2012. Study of Plants
Selection in Wastewater Garden for Domestic Waste Water Treatment. Procedding
“The Third Basic Science International Conference”. Brawijaya University. Malang
Suhardjo, Dradjat. 2008. Penurunan COD, TSS dan Total Fosfat pada Septic Tank
Limbah Mataram Citra Sembada Catering dengan Menggunakan Wastewater
Garden. Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol. 15, No.2, hal. 79-89
Syafrani. 2007. Kajian Pemanfaatan Media Penyaring dan Tumbuhan Air Setempat
untuk Pengendalian Limbah Cair pada Sub-DAS Tapung Kiri, Propinsi Riau. Disertasi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Widayat, Wahyu. 2009. Daur Ulang Air Limbah Domestik Kapasitas 0,9 m3 per jam
Menggunakan Kombinasi Reaktor Biofilter Anaerob Aerob dan Pengolahan
Lanjutan. JAI Vol. 5, No. 1, http://beranda.miti.or.id/taman-pengolah-limbah-cairskala-rumah-tangga/, diakses 28 maRET 2014