APRESIASI SASTRA BAHASA INDONESIA PROGRA
APRESIASI SASTRA BAHASA INDONESIA
PEMBINAAN MENINGKATKAN MINAT MEMBACA DAN SASTRA SEJAK
USIA SEKOLAH DASAR
Oleh : Fitrah Ramadhan
NIM : 1815164409
Kelas C 2017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018
PEMBINAAN MENINGKATKAN MINAT MEMBACA DAN SASTRA SEJAK
USIA SEKOLAH DASAR
Fitrah Ramadhan
Abstrak
Membina dan meningkatkan minat baca khususnya anak sekolah
dasar adalah upaya untuk melenyapkan rendahnya tingkat
membaca pada saat ini. Membaca sangat berpengaruh terhadap
kemajuan suatu bangsa dan negara. Dibandingkan dengan negara
tetangga, negara indonesia memiliki minat baca yang sangat rendah.
Tingginya minat untuk membaca pada masyarakat adalah kunci
sukses untuk menjadi negara maju, ilmu pengetahuan bisa didapat
dengan membaca. Keluarga, guru, dan masyarakat adalah bagian
penting untuk memajukan minta membaca pada anak usia sekolah.
Kata Kunci: minat membaca, masyarakat, lembaga pendidikan
Abstract
Fostering and improving reading interest, especially student is an
attempt to eliminate the low level of reading at this time. Read very
clearly on the progress of nation and state. Compared with neighboring
countries, Indonesia has a very low reading interest. Higher reading to
society is the key to success in becoming a developed country, science
can be gained by reading. Families, teachers, and communities are an
important part of advancing students.
Keywords: reading interest, community, educational institution
PENDAHULUAN
Menurut Sulistyo-Basuki tingkat kemampuan membaca dapat
dibedakan atas tujuh tingkatan (1991:7) kemampuan membaca
seseorang dapat dilihat sebagai berikut: (1) orang yang tidak
mampu
membaca
sama
sekali;
(2)
orang
yang
memiliki
kemampuan teratas dalam membaca; (3) orang yang sedang
belajar dalam membaca; (4) orang yang melek huruf namun tidak
membaca kecuali membaca bacaan terbatas pada kehidupan
sehari-hari; (5) orang yang melek huruf namun bukan pembaca
buku; (6) orang yang melek huruf namun bukan pembaca yang
tetap; (7) orang yang melek huruf serta merupakan pembaca buku
yang tetap.
Dalam
berkomunikasi
setiap
manusia
perlu
memiliki
keterampilan berbahasa, ada empat keterampilan bahasa yang
harus dimiliki setiap orang, yaitu menyimak, menulis, membaca,
dan berbicara. Dari keempat keterampilan bahasa tersebut dapat
kita bagi menjadi dua bagian besar yaitu ketrampilan bahasa
keseptif dan keterampilan bahasa produktif. Keterampilan reseptif
adalah Keterampilan berbahasa untuk mendapatkan informasi
seperti menyimak dan membaca, sedangkan keterampilan bahasa
produktif adalah keterampilan yang menghasilkan informasi dalam
bentuk bahasa seperti berbicara dan menulis. Semua keterampilan
itu tidak dapat langsung muncul sejak lahir, tapi didapat dan
dikuasai secara pelan dan bertahap.
Saat pertama kali manusia lahir, pendengaranlah yang
pertama kali berfungsi, sejak lahir bayi sudah melakukan kegiatan
menyimak, lalu berkembang dapat berbicara, lalu membaca, dan
menulis. Keempat kemampuan dalam bahasa tersebut sangat
berkaitan dengan pola pikir, tingkah laku dan baik buruknya budaya
atau
kebiasaan
masyarakat.
Masyarakat
kita
dapat
nyaman
menonton televisi berjam-jam, menonton bioskop, berbicara soal
sosial-politik sampai debat tak berujung tapi lain hal ketika
masyarakat kita diajak untuk membaca sebuah buku. Membiasakan
masyarakat
unutk
membaca
adalah
penting
karena
dengan
tingginya minta dalam membaca, kualitas dan kemajuan perababan
diperhitungkan, karena yang paling utama dalam penguasaan
segala ilmu didunia diraih dengan cara membaca lalu menyimak
atau mendengarkan. Para pelaut didunia akan bisa mengarungi
samudra dengan mendengarkan arahan kapten kapal, tapi tidak
akan mampu menjaga dan mengoperasikan kapal dengan apik dan
mumpuni jika tidak dapat membaca tulisan cara menjalankan kapal
dengan benar.
Minat baca merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong
sesseorang berbuat sesuatu terhadap membaca (Darmono, 2001:
182). Minat baca adalah keinginan atau kecenderungan hati yang
tinggi atau gairah untuk membaca (Siregar, 2004). Kedua definisi
itu cukup jelas menyatakan bahwa sesungguhnya minat dalam baca
muncul
karena
niat
yang
kuat
dari
seseorang,
jadi
dalam
meningkatkan minat membaca perlu juga niat yang kuat dari si
pelaku,
sadar
bahwa
untuk
menjaga
ilmu
dan
kewarasan
memerlukan rasa membaca yang tinggi. Sudah terbukti negara
yang minat bacanya tinggi menjadi negara-negara yang maju, Oleh
sebab itu minat membaca merupakan urgensi penting bagi
kemajuan ilmu dan peradaban suatu bangsa.
Indonesia adalah negara yang urutannya paling bawah dalam
hal
minat
membaca
dibandingkan
dengan
negara
lainnya,
Indonesia berada diperingkat ke-60 dari 61 negara atas hasil studi
dan
penelitian
"Most
Littered
Nation
In
the
World"
yang
dilaksanakan Central Connecticut State Univesity pada Maret tahun
2016 lalu. Menurut survey UNESCO, indeks membaca Indonesia
adalah 0,001, artinya jika ada seribu orang Indonesia hanya satu
orang yang minat membacanya sangat tinggi. Sangat sedih jika kita
bandingkan negara ini dengan negara tetangga Singapura yang
memiliki hasil indeks membaca 0, 55.
Penduduk Indonesia menjadikan membaca sebagai sumber
mendapatkan informasi baru hanya sekitar 23,5%, mendengar radio
40,3%, dan yang paling banyak adalah menonton televisi sebesar
85,9%, bersumber dari hasil data survey Badan Pusat Statistik pada
tahun 2006. Tingginya minta membaca pada anak usia sekolah
dasar kelas VI di Negara ini mendapatkan nilai 51,7. Masih kalah
jauh perbandingannya dengan anak usia sekolah dasar di kelas
yang sama pada negara Thailand dan singapura yang masingmasing negara mendapatkan nilai 65,1 dan 74,0 berdasarkan hasil
survey dari Education in Indonesia from Crisis to Recovery.
Data
lain
menyebutkan,
siswa
kelas
IV
Indonesia
mendapatkan urutan ke-42 dari 45 negara dengan nilai rata-rata
428 disusul oleh Qatar, Oman, dan Maroko, hasil ini berdasarkan
studi yang dikeluarkan oleh Progress in International Reading
Literacy Study (PIRLS) tahun 2011. Bahkan Indonesia merosot
posisinya, sebelumnya pada PIRLS tahun 2006 menempati posisi 36
dari 45 negara.
Ada hal yang lebih menyedihkan lagi, jumlah buku yang
dibaca oleh anak SMA dari 13 negara diseluruh Dunia berdasarkan
data dari CSM (Center for Social Marketing), jika kita telisik hasil
survey hanya melihat dari negara asia saja menurut data CSM; buku
wajib baca anak SMA dinegara Jepang sebanyak 22 buku, lalu
Brunei 7 buku, Singapura 6 buku, Thailand 5 buku, dan Indonesia 0
buku, sungguh menyedihkan.
Fungsi, Manfaat, dan Tujuan Membaca
Kegitan membaca berfungsi sebagai reseptor informasi dari
teks, tulisan atau simbol yang dibaca oleh seseorang. Manfaat yang
baik akan didapatkan oleh pembaca apabila yang dibaca adalah hal
yang baik, dapat menambah wawasan, ilmu, dan pandangan baru
bagi si pembaca. Adapun tujuan membaca yang dikemukakan
Darmono (2001: 183) adalah sebagai berikut:
(1) membaca untuk tujuan kesenangan; (2) membaca untuk
meningkatkan pengetahuan; (3) membaca untuk melakukan suatu
pekerjaan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai manusia selalu
membaca, dijalan membaca papan reklame, membaca banner,
membaca rambu-rambu lalu lintas, bahkan membaca guyonan dari
pesan yang dikirimkan aplikasi daring pada gawai. akan tetapi
bukan
seperti
itu
maksud
dari
kegiatan
membaca
yang
sesungguhnya, melainkan membaca wacana teks, membaca karena
sesungguhnya merasa diri ini masih bodoh dan haus akan ilmu dan
pengetahuan baru.
Membaca guyonan dari pesan yang dikirimkan aplikasi daring
pada gawai adalah salah satu contoh membaca yang bertujuan
untuk hiburan semata atau disebut juga membaca yang bersifat
rekreatif. Membaca rekreatif unutk hiburan semata adalah hal yang
umum dilakukan masyarakat seperti membaca puisi atau membaca
novel. Tapi ada pula orang yang membaca karya sastra tidak untuk
hiburan, namun bertujuan untuk melakukan kritik terhadap sesuatu
keadaan
atau
penelitian
untuk
membaca
melakukan
karya
sastra
sebuah
penelitian.
dilakukan
oleh
Biasanya
mahasiswa
fakultas sastra.
Mencari dan menambah pengetahuan dengan membaca
dapat dilakukan oleh siapapun, dengan mulai memilih bacaan yang
mengandung wacana ilmu dan pengetahuan. Keilmuan adalah hal
yang sangat luas sehingga biasanya semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang semakin banyak juga hal-hal yang tidak dia
ketahui,
membaca
bacaan
yang
mengandung
wacana
ilmu
pengetahuan adalah kegiatan bagus yang dapat meningkatkan
daya pikir.
Profesi Guru dan Pustakawan adalah profesi yang memiliki
tanggung jawab moral untuk meningkatkan selera membaca pada
masyarakat, selain kedua profesi tersebut orang tua juga memiliki
andil penting dalam mendidik anak sedini mungkin terbiasa
membaca buku.
Kualitas SDM kita akan meningkat seiring meningkatnya
minat membaca. Orang tua, Guru dan pustakawan merupakan
bagian utama untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Toko
buku, Perpustakaan, taman baca bukan hanya konsumsi mereka
yang masih sekolah atau yang masih kuliah. Itu sebabnya berbagai
usaha dan tindakan harus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
dan niat minat baca masyarakat.
PENYEBAB RENDAHNYA MINAT BACA
Kebiasaan membaca sepertinya memang bukan kebiasaan
atau tradisi yang diturunkan oleh leluhur kita. Jika kita lihat tradisi
dan kebiasaan masyarakat kita sejak dulu, menyimak adalah hal
yang sudah melekat dan diturunkan ke tiap generasi, masyarakat
indonesia khususnya jawa zaman dulu kuat menonton pagelaran
wayang berjam-jam, tapi lain hal ketika membaca. Banyak tradisitradisi di indonesia yang selalu mengutamakan kegiatan menyimak
dari pada membaca. Di tanah jawa misalnya saat bayi lahir akan
dibacakan surat yusuf oleh satu orang dan disimak oleh banyak
orang, lalu ada tradisi macapat, sebuah buku dibaca seseorang dan
disimak oleh khalayak banyak. Bahkan Karya sastra tulis seperti
Mahabharata
tidak
setenar
sebelum
dimasukkan
kedalam
pertunjukan wayang.
Kemampuan masyarakat kita dalam membaca juga tidak
lepas dari sejarah kelam penjajahan Indonesia oleh Belanda. Selagi
Belanda
menjajah
kita,
pemerintahannya
tidak
membolehkan
masyarakat kita untuk sekolah dan belajar, sehingga banyak
masyarakat Indonesia yang tidak dapat membaca huruf-huruf latin.
Pada tahun 1848, pemerintah Belanda menjalankan politik Etisch
yang dalam kebijakannya membolehkan masyarakat Indonesia
belajar pada pendidikan formal akan tetapi masih terbatas untuk
kaum bangsawan.
Pemerintah Indonesia anatara tahun 1960an sampai 1970an
mulai menggalakkan pemberatasan buta huruf. Minat baca generasi
muda
Pada
tahun
1960-an
sebenarnya
sudah
cukup
baik,
kendatipun masih sebatas bacaan yang bersifat hiburan atau
rekreatif. Anak-anak muda pada masa itu banyak yang bertukar
komik dan novel, tempat bacaan seperti taman baca yang
menyewakan komik dan novel menjamur. Saat berkumpulpun tidak
jarang mereka membicarakan tokoh komik atau novel yang mereka
baca. Masa-masa itupun tak lepas dari sebuah masalah, yaitu
maraknya bacaan yang mengandung pornografi. Terlepas dari
masalah tersebut gejolak minat membaca pada saat itu turun
drastis ketika munculnya televisi swasta. Rasa asyik membaca
mulai terganti dengan asyiknya menonton tayangan televisi atau
mendengarkan rekaman dari kaset pita yang saat itu menjadi
kesukaan akibat perkembangan teknologi saat itu. Sungguh sangat
disayangkan, karena saat itu indonesia baru saja mengambil satu
langkha kedepan unutk memberantas buta huruf, akan tetapi tibatiba jalan tersebut diputus, banyak taman baca yang bangkrut
akibat dari menjamurnya tayagan televisi. Lagi-lagi masyarakat kita
kembali dalam kegiatan menyimak dan mendengarkan.
Kegemaran membaca bukan sesuatu yang muncul dengan
sendirinya atau otomatis tumbuh sendiri, melainkan membaca
harus diajarkan dan ditanamkan sejak dini. Pembinaan membaca
tidak
hanya
di
laksanakan
begitu
saja,
tetapi
juga
harus
memperhatikan bahan bacaan, apakah bacaan tersebut baik atau
tidak. Semua anak dapat dibina untuk membaca, masalahnya
adalah bagaimanakah cara untuk melaksanakan pembinaan minat
membaca.
Ada beberapa hal yang menyebabkan rendahnya minat baca
menurut Hardjoprakosa (2005 : 145), yaitu (1) Pemerintah dan
swasta
dengan
lembaga
pendidikannya,
para
guru
kurang
memotivasi para anak didiknya untuk membaca buku-buku selain
buku pelajaran; (2) Para orang tua tidak memberi dorongan kepada
anak untuk mengutamakan membeli buku dari pada mainan, alat
pandang dengar. Mereka biasanya kurang mengetahui jenis buku
yang sesuai dan disukai anak, dan mereka biasanya juga kurang
memperkenalkan perpustakan kepada anak-anak; (3) Para penerbit
media cetak memasang harga buku yang bermutu terlalu tinggi,
sehingga tak terjangkau oleh masyarakat luas;
(4) Para pengarang, penyadur dan penerjemah yang semakin
berkurang, karena royalti yang tidak menentu dan masih terkena
PPH; (5) Perpustakaan Umum yang jumlahnya belum mencukupi di
tiap Propinsi untuk melayani masyarakat;
(6) Perpustakaan masjid yang belum terkelola dengan profesional.
UPAYA UNTUK MEMBINA DAN MENINGKATKAN MINAT BACA
Ada
beberapa
hal
yang
diperhatikan
dalam
upaya
meningkatkan minat baca, yaitu minat membaca tidak dapat
dibebankan pada keluarga saja, masyarakat saja, atau lembaga
pendidikan saja. Semua aspek tersebut mempunyai peran yang
penting dalam proses meningkatkan minat baca masyarakat. Ketiga
aspek
itu
harus
bergerak
bersamaan
dan
bersinergi
dalam
membangun rasa senang membaca. Sebagai pendidik, orang tua
dan guru harus mempunyai minat baca yang tinggi terlebih dahulu,
karena contoh keteladanan perlu diperlihatkan sedini mungkin. Jika
keluarga, guru dan aspek lainnya tidak memiliki minat baca yang
tinggi, mustahil dapat meningkatkan rasa minat membaca kepada
masyarakat.
Menurut Ajip Rosidi ada 3 faktor penghambat pembinaan
minat membaca : (1) tidak adanya atau kurangnya kegemaran
membaca buku yang baik yang dicontohkan oleh orang tua dan
guru. (2) tidak adanya atau kurangnya bahan bacaan yang baik
yang dapat memuaskan dahaga anak-anak akan membaca. (3)
tidak adanya pendidikan dan pembinanaan membaca, termasuk
pendidikan teknik membaca.
Lingkungan rumah
Waktu yang paling banyak anak habiskan adalah di rumah,
berkumpul bersama keluarga. Tumbuh dan berkembang lebih
banyak dilingkungan rumah. Pada masa ini orang tua memiliki andil
besar dalam meningkatkan kemampuan membaca dan minat
terhadap buku. Kegiatan dan hal yang dapat dilakukan orang tua
kepada anaknya agar mulai mengenal membaca buku adalah ; (1)
mendongeng, (2) menyediakan bahan bacaan di rumah, (3)
berdiskusi mengenai buku yang telah dibaca, (4) pergi ke toko buku
bersama, (5) dan memberikan hadiah buku kepada anak.
(1) Kegiatan Mendongeng
Kegiatan mendongen dapat menstimulus imajinasi anak,
mendongeng dapat dilakukan oleh siapa saja, ibu, ayah, kakak dan
sanak saudara lainnya. Dalam mendongeng perlu kita perhatikan
bahan bacaan untuk kita dongengkan ke anak, materi-materi
seperti kancil dan kura-kura atau nenek dan si rubah merah adalah
hal yang masih dapat diberikan ke anak-anak, selain karena cocok
anak
dapat
mengenal
hewan-hewan.
Masalah
yang
dialami
pendongeng adalah kehabisan materi dongeng karena ada juga
anak yang di dongengkan oleh orang tuanya setiap malam, hal ini
bisa
dihindari
dengan
memilik
banyak
refrensi
cerita
dan
membacakan buku tersebut kepada anak.
(2) menyediakan bahan bacaan di rumah
Selain niat dari pembaca, harus ada bahan bacaan yang
tersedia unutk dibaca. Agar anak kita suka membaca, orang tua
harus memberikan contoh gemar membaca. Mininal orang tua
menyediakan
bahan
bacaan
dirumah,
bisa
berbentuk
koran,
majalah yang cocok untuk dibaca sekeluarga, atau majalah khusus
anak-anak.
(3) berdiskusi mengenai buku yang telah dibaca
Membaca adalah kegiatan berbahasa reseptif, menyerap
informasi. Sedangkan berbicara adalah kegiatan produktif atau
menghasilkan informasi. Setlah mengajarkan membaca kepada
anak-anak dan anak mulai gemar membaca ada baiknya jika orang
tua mengajak anak berdiskusi tentang buku yang telah dibaca oleh
anak.
(4) pergi ke toko buku bersama
Berkreasi
tidak
selalu
pergi
ketempat-tempat
wisata,
keakraban antara anak dan orang tua bisa terjalin saat pergi
bersama ke toko buku. Anak-anak merasa senang dan menambah
keingintahuan karena disana banyak pilihan buku yang tersedia.
(5) memberikan hadiah buku kepada anak
Saat anak berulang tahun atau mendapatkan prestasi orang
tua biasanya memberikan hadiah yang memiliki harga mahal,
misalnya komputer, ps, hp, baju, atau barang keinginan anak yang
sifatnya menghibur. Ada baiknya jika orang tua memberikan hadiah
berupa buku bacaan yang disukai si anak. Hal ini lebih positif dari
pada memberikan barang mahal kepada anak.
Hardjoprakosa (2005 : 146) mengemukakan gagasan untuk
meningkatkan
minat
baca,
yaitu
bahwa
membaca
harus
dipromosikan sebagai kegiatan keluarga dan sekolah, sebaiknya
dijadikan tradisi untuk memberi hadiah buku pada setiap ulang
tahun, naik kelas dan lainnya, mengajak anak ke toko buku untuk
memberi kesempatan anak memilih sendiri buku yang diinginkan.
Lingkungan Sosial
Minat membaca anak dapat terbentuk denganbaik jika
lingkungan sekitar turut andil dalam pembinaan minat membaca,
tokoh-tokoh masyarakat dapat turut serta dalam memberikan
contoh kepada masyarakat agar timbul nilai positif terhadap rasa
ingin membaca. Minta membaca bisa dimulai dari membuat
perpustakaan skala kecil di lingkungan RW atau taman bacaan anak,
danmnegarahkan anak-anak usia SD untuk datang kesana. Atau
sebagai contoh didaerah Malioboro ada perpustakaan keliling
dengan dibawa oleh gerobak.
Lembaga Pemerintah dan Swasta
Lembaga pemerintah dan swasta juga turut serta dalam
pembinaan minat baca untuk masyarakat khususnya anak-anak,
misalnya pihak swasta juga harus melihat urgensi membaca anakanak
pada
zaman
sekarang,
bukan
hanya
memperbanyak,
mencetak, dan menjual buku yang menghasilkan profit tapi juga
mencetak buku yang mengandung nilai-nilai sikap moral, ilmu dan
pengetahuan.
Siregar (2004 : 97) menyatakan bahwa dalam rangka upaya
meningkatkan minat baca masyarakat ada beberapa strategi yang
dapat yang dapat ditempuh oleh pengelola perpustakaan. Strategi
untuk
meningkatkan
minat baca
itu
antara
lain:
(1)
Untuk
Perpustakaan Sekolah : memperbaiki sistem pendidikan, fasilitas
dan
karakteristik
pelayanan
perpustakaan,
dengan
membuat
kebijakan yang terkait dengan penetapan persentase jumlah
anggaran belanja untuk perpustakaan yang harus dikeluarkan dari
anggaran belanja sekolah ( sebesar dua atau tiga persen setiap
tahun); (2) Untuk Perguruan Tinggi : memperbaiki fasilitas dan
karakteristik
pelayanan
perpustakaan
dan
mengubah metode
pengajaran dari teaching-based kepada learning-based. Peran
perpustakaan harus diubah dari sekedar store house yang pasif
menjadi educational house yang aktif. Reformasi perkuliahan akan
mempunyai efek timbal balik pada perpustakaan, dan efek timbal
balik yang sama akan dihasilkan dari bahan-bahan bacaan dan
pelayanan perpustakaan yang disempurnakan; (3) Di Lingkungan
Masyarakat : Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Daerah yang
terdapat di setiap propinsi seharusnya dapat berperan lebih besar
dalam mendorong dan menumbuhkan perpustakaan-perpustakaan
umum tingkat Kecamatan, Desa dan Perpustakaan kecil lainnya
agar menjangkau masyarakat dipelosok daerah.
Darmono (2001:188-189) menyatakan peran perpustakaan
dalam menciptakan tumbuhnya kondisi minat baca di lingkungan
sekolah sebagai berikut: (a) memilih bahan bacaan yang menarik
bagi pengguna perpustakaan, (b) menganjurkan berbagai cara
penyajian pelajaran dikaitkan dengan tugas-tugas di perpustakaan,
(c) memberikan kemudahan dalam mendapatkan bacaan yang
menarik untuk pengguna perpustakaan, (d) memberikan kebebasan
membaca secara leluasa kepada pengguna perpustakaan, (e)
perpustakaan perlu dikelola dengan baik agar pengguna merasa
betah dan kerasan berkunjung ke perpustakaan, (f) perpustakaan
perlu melakukan berbagai promosi kepada masyarakat berkaitan
dengan
peningkatan
minat
dan
kegemaran
membaca,
(g)
menanamkan kesadaran kepada pemakai perpustakaan ahwa
membaca
pendting
dalamkehidupan,
(h)
melakukan
berbagai
kegiatan seperti minat dan kegemaran membaca untuk anak
sekolah, (i) Mengaitkan bulan Mei sebagai Bulan Buku Nasional
dengan melakukan kegiatan yang menunjang Bulan Buku Nasional,
(j) memberikan penghargaan kepada siswa yang paling banyak
meminjam buku.
Ada banyak cara dan upya yang dapat dilakukan untuk
membina
minat
membaca.
Hardjoprakosa
(2005:
146)
mengemukakan beberapa gagasan yang dapat diusahakan untuk
meningkatkan
minat
baca
seperti
berikut:
(1)
Kegiatan
mempromosikan buku sebagai bacaan yang menarik, sebaiknya
penerbit bekerjasama dengan mass media seperti surat kabar,
radio, TV untuk mempromosikan buku-buku berkualitas dengan
harga terjangkau oleh masyarakat luas. Dan penerbit menerbitkan
buku
anak-anak
dengan
ilustrasi
yang
menarik
dan
harga
terjangkau, (2) Peningkatan Fasilitas Perpustakaan dan Program
Kegiatan Minat Baca, dengan menambah jumlah berbagai jenis
perpustakaan : Perpustakaan Daerah Tingkat II, Perpustakaan
Keliling, Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Perguruan Tinggi, dan
Perpustakaan Tempat Ibadah (Masjid, Gereja, Pura, dan Vihara).
Berdasarkan pernyataan dari hardjoprakosa, pihak penerbit
entah itu dari pemerintah atau swsta memiliki andil yang penting
untuk membina dan meningkatkan minat membaca anak. Semakin
tinggi minta baca masyarakat kita akan berdampak juga pada profit
yang dihasilkan penerbit, tapi tidak lupa agar penerbit tetap
menjaga agar buku yang di terbitkan bersifat mencerdaskan
masyarakat. Di Daerah tingkat II (kota, kelurahan, kecamatan)
memang sudah ada perpustakaan tapi belum maksimal dan seperti
tak terurus, mobil perpustakaan keliling pun ada, tapi hanya
terparkir dihalaman kantor walikota dan kadang keberadaanya tidak
tetap.
Pendapat lain dikemukakan oleh Sukarman Kartosedono yang
dapat
mempengaruhi
tumbuhnya
rasa
minat
baca
pada
masyarakat, khususnya pada anak, yaitu: (1) Tersedianya pilihan
yang luas atas bahan bacaan anak, (2) Tersedianya buku-buku anak
di rumah, di sekolah, perpustakaan maupun toko buku, (3) Seleksi
yang dilakukan oleh pustakawan untuk atau atas nama kebutuhan
anak-anak, (4) Tersedianya waktu dan kesempatan anak-anak untuk
membaca, (5) Kebutuhan dan kemampuan pribadi dari anak-anak
itu sendiri (Kartosedono, 1998: 316).
SIMPULAN
Upaya untuk membina dan meningkatkan minat membaca
pada anak-anak usia sekolah dasar merupakan tanggung jawab kita
bersama, orang tua, guru, pustakawan dan masyarakat sekitar.
Secara profesi, guru dan pustakan memiliki andil yang cukup
signifikan untuk membimbing rasa minat membaca terhadap anakanak. Selain adanya niat diri sendiri yang besar untuk membaca,
anak harus diberikan pembiasaan dan latihan agar terbiasa
membaca, dan ringan hati ketika berniat untuk membaca buku,
bukan hanya buku yang bersifat rekreatif akan tetapi juga buku
yang menambah wawasan, pengalaman, dan pengetahuan. Dalam
membina anak agar suka membaca buku tidak boleh dengan
keterpaksaan, misalnya mengajarakan anak kelas 3 sekolah dasar
untuk membaca buku sebnyak-banyaknya. Dan tidak baik juga
menyuruh anak untuk membeli buku sebanyak-banyaknya.
Pada lembaga pendidikan, faslitas harus diperhatikan seperti
koleksi
buku, tempat
membaca
atau runag membaca,
agar
meningkatkan rasa nyaman saat membaca buku. Selain itu perlu
juga adanya kesadaran antara guru, dosen dan perpusatkaan,
tempat perpusatakaan disekolah atau kampus biasanya terletak
disudut gedung, dan berukuran kecil hal ini membuat anak-anak
merasa tidak mau untuk mengunjungi perpustakaan. Anak-anak
perlu diperlihatkan sebuah keteladanan dari orang tua dan guru,
membaca juga berhubungan dengan kemampuan menulis. Selain
memberikan teladan seperti membaca buku yang baik, sekolah juga
harus menyediakan tempat untuk mengeksekusi hasil membaca
anak, anak harus diberikan ruang untuk mengolah kemampuan
produktif dalam berbahasa, misalnya menyediakan majalah dinding
atau pojok aprsiasi sastra dan seni di sekolah, karena anak yang
suka membaca secara tidak langsung akan tertarik untuk menulis.
Dan yang paling penting adalah tersedianya buku-buku yang baik
dan cocok untuk dibaca.
REFRENSI
Nasution, A.S. dkk. 1987. Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Pusat Pembinaan
Perpustakaan Depdikbud.
Siregar, A. Ridwan, 2004. Perpustakaan Energi Pembangunan Bangsa. Medan
: Universitas Sumatera Utara,
Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia
Darmono. 2001. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Grasindo.
Hardjoprakosa, Mastini , 2005. Bunga Rampai Kepustakawanan. Jakarta :
Perpustakaan Nasional RI.
Koswara, Engkos (editor) 2005 , Dinamika Informasi dalam Era Global.
Bandung :
IPI dan Remadja Rosdakarya.
Tarigan, Henry Gntur. 1986. Membaca: Seagai Suatu Keterampilan
Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Tim Penulis MPK Bahasa Indonesia. 2011. Menulis Ilmiah:Buku Ajar MPK
Bahasa Indonesia. Suraaya: Unesa University Press.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan. Jakarta Rineka
Cipta, 1993.
Basuki, Sulistyo. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia, 1991.
E. St. Harahap., dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bandung: Balai
Pustaka, 2007
Effendi, Onong Uchjana.1993. Ilmu, teori dan filsafat komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti
Hermawan, R.
Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan
Terhadap
Kondisi Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto, 2006.
Hernandono. Perpustakaan dan Kepustakaan Indonesia. Jakarta: Universitas
Terbuka, 1997.
Hurlock, E.B. Child development. New Delhi: McGrow-Hill, 1992
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1999.
Margono, Slamet. Mutu jasa pendidikan. Institut Pertanian
Bogor.www.scribd.com
Pamuntjak, Rusina Syahrial. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan.
Jakarta: Pustaka Jaya, 1998.
Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: Rosda Karya,
1999.
REPUBLIKA.co.id. Minat Baca Masyarakat Indonesia Masih Rendah.Jakarta, 02
November
2013.
Soeatminah.Perpustakaan, Kepustakaan dan Pustakawan. Yogyakarta:
Kanisius, 1992.
Soeharto, Lily Soewarni Bohar. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: DIKTI,
1987.
http://repository.ut.ac.id/2609/1/fkip201047.pdf
http://lib.unnes.ac.id/24486/1/1401412449.pdf
http://penilaian.kemdikbud.go.id/ejurnal/index.php/jevas/article/download/13/10
http://www.iea.nl/sites/default/files/fileadmin/user_upload/General_Assembly/
56th_GA/Study_presentations/PIRLS_2016_Progress_Report_GA.pdf
https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/sektoral/pdf?kd=102986&th=++++
http://jurnal.fisip.unila.ac.id/index.php/prosidingkom/article/viewFile/217/117
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/psnp/article/download/365-376/1678
http://library.um.ac.id/images/stories/pustakawan/pdfteguh/kemampuan
%20dan%20minat%20baca.pdf
http://www.iea.nl/pirls
https://nasional.kompas.com/read/2012/12/14/02344589/gawat.darurat.pend
idikan
PEMBINAAN MENINGKATKAN MINAT MEMBACA DAN SASTRA SEJAK
USIA SEKOLAH DASAR
Oleh : Fitrah Ramadhan
NIM : 1815164409
Kelas C 2017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018
PEMBINAAN MENINGKATKAN MINAT MEMBACA DAN SASTRA SEJAK
USIA SEKOLAH DASAR
Fitrah Ramadhan
Abstrak
Membina dan meningkatkan minat baca khususnya anak sekolah
dasar adalah upaya untuk melenyapkan rendahnya tingkat
membaca pada saat ini. Membaca sangat berpengaruh terhadap
kemajuan suatu bangsa dan negara. Dibandingkan dengan negara
tetangga, negara indonesia memiliki minat baca yang sangat rendah.
Tingginya minat untuk membaca pada masyarakat adalah kunci
sukses untuk menjadi negara maju, ilmu pengetahuan bisa didapat
dengan membaca. Keluarga, guru, dan masyarakat adalah bagian
penting untuk memajukan minta membaca pada anak usia sekolah.
Kata Kunci: minat membaca, masyarakat, lembaga pendidikan
Abstract
Fostering and improving reading interest, especially student is an
attempt to eliminate the low level of reading at this time. Read very
clearly on the progress of nation and state. Compared with neighboring
countries, Indonesia has a very low reading interest. Higher reading to
society is the key to success in becoming a developed country, science
can be gained by reading. Families, teachers, and communities are an
important part of advancing students.
Keywords: reading interest, community, educational institution
PENDAHULUAN
Menurut Sulistyo-Basuki tingkat kemampuan membaca dapat
dibedakan atas tujuh tingkatan (1991:7) kemampuan membaca
seseorang dapat dilihat sebagai berikut: (1) orang yang tidak
mampu
membaca
sama
sekali;
(2)
orang
yang
memiliki
kemampuan teratas dalam membaca; (3) orang yang sedang
belajar dalam membaca; (4) orang yang melek huruf namun tidak
membaca kecuali membaca bacaan terbatas pada kehidupan
sehari-hari; (5) orang yang melek huruf namun bukan pembaca
buku; (6) orang yang melek huruf namun bukan pembaca yang
tetap; (7) orang yang melek huruf serta merupakan pembaca buku
yang tetap.
Dalam
berkomunikasi
setiap
manusia
perlu
memiliki
keterampilan berbahasa, ada empat keterampilan bahasa yang
harus dimiliki setiap orang, yaitu menyimak, menulis, membaca,
dan berbicara. Dari keempat keterampilan bahasa tersebut dapat
kita bagi menjadi dua bagian besar yaitu ketrampilan bahasa
keseptif dan keterampilan bahasa produktif. Keterampilan reseptif
adalah Keterampilan berbahasa untuk mendapatkan informasi
seperti menyimak dan membaca, sedangkan keterampilan bahasa
produktif adalah keterampilan yang menghasilkan informasi dalam
bentuk bahasa seperti berbicara dan menulis. Semua keterampilan
itu tidak dapat langsung muncul sejak lahir, tapi didapat dan
dikuasai secara pelan dan bertahap.
Saat pertama kali manusia lahir, pendengaranlah yang
pertama kali berfungsi, sejak lahir bayi sudah melakukan kegiatan
menyimak, lalu berkembang dapat berbicara, lalu membaca, dan
menulis. Keempat kemampuan dalam bahasa tersebut sangat
berkaitan dengan pola pikir, tingkah laku dan baik buruknya budaya
atau
kebiasaan
masyarakat.
Masyarakat
kita
dapat
nyaman
menonton televisi berjam-jam, menonton bioskop, berbicara soal
sosial-politik sampai debat tak berujung tapi lain hal ketika
masyarakat kita diajak untuk membaca sebuah buku. Membiasakan
masyarakat
unutk
membaca
adalah
penting
karena
dengan
tingginya minta dalam membaca, kualitas dan kemajuan perababan
diperhitungkan, karena yang paling utama dalam penguasaan
segala ilmu didunia diraih dengan cara membaca lalu menyimak
atau mendengarkan. Para pelaut didunia akan bisa mengarungi
samudra dengan mendengarkan arahan kapten kapal, tapi tidak
akan mampu menjaga dan mengoperasikan kapal dengan apik dan
mumpuni jika tidak dapat membaca tulisan cara menjalankan kapal
dengan benar.
Minat baca merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong
sesseorang berbuat sesuatu terhadap membaca (Darmono, 2001:
182). Minat baca adalah keinginan atau kecenderungan hati yang
tinggi atau gairah untuk membaca (Siregar, 2004). Kedua definisi
itu cukup jelas menyatakan bahwa sesungguhnya minat dalam baca
muncul
karena
niat
yang
kuat
dari
seseorang,
jadi
dalam
meningkatkan minat membaca perlu juga niat yang kuat dari si
pelaku,
sadar
bahwa
untuk
menjaga
ilmu
dan
kewarasan
memerlukan rasa membaca yang tinggi. Sudah terbukti negara
yang minat bacanya tinggi menjadi negara-negara yang maju, Oleh
sebab itu minat membaca merupakan urgensi penting bagi
kemajuan ilmu dan peradaban suatu bangsa.
Indonesia adalah negara yang urutannya paling bawah dalam
hal
minat
membaca
dibandingkan
dengan
negara
lainnya,
Indonesia berada diperingkat ke-60 dari 61 negara atas hasil studi
dan
penelitian
"Most
Littered
Nation
In
the
World"
yang
dilaksanakan Central Connecticut State Univesity pada Maret tahun
2016 lalu. Menurut survey UNESCO, indeks membaca Indonesia
adalah 0,001, artinya jika ada seribu orang Indonesia hanya satu
orang yang minat membacanya sangat tinggi. Sangat sedih jika kita
bandingkan negara ini dengan negara tetangga Singapura yang
memiliki hasil indeks membaca 0, 55.
Penduduk Indonesia menjadikan membaca sebagai sumber
mendapatkan informasi baru hanya sekitar 23,5%, mendengar radio
40,3%, dan yang paling banyak adalah menonton televisi sebesar
85,9%, bersumber dari hasil data survey Badan Pusat Statistik pada
tahun 2006. Tingginya minta membaca pada anak usia sekolah
dasar kelas VI di Negara ini mendapatkan nilai 51,7. Masih kalah
jauh perbandingannya dengan anak usia sekolah dasar di kelas
yang sama pada negara Thailand dan singapura yang masingmasing negara mendapatkan nilai 65,1 dan 74,0 berdasarkan hasil
survey dari Education in Indonesia from Crisis to Recovery.
Data
lain
menyebutkan,
siswa
kelas
IV
Indonesia
mendapatkan urutan ke-42 dari 45 negara dengan nilai rata-rata
428 disusul oleh Qatar, Oman, dan Maroko, hasil ini berdasarkan
studi yang dikeluarkan oleh Progress in International Reading
Literacy Study (PIRLS) tahun 2011. Bahkan Indonesia merosot
posisinya, sebelumnya pada PIRLS tahun 2006 menempati posisi 36
dari 45 negara.
Ada hal yang lebih menyedihkan lagi, jumlah buku yang
dibaca oleh anak SMA dari 13 negara diseluruh Dunia berdasarkan
data dari CSM (Center for Social Marketing), jika kita telisik hasil
survey hanya melihat dari negara asia saja menurut data CSM; buku
wajib baca anak SMA dinegara Jepang sebanyak 22 buku, lalu
Brunei 7 buku, Singapura 6 buku, Thailand 5 buku, dan Indonesia 0
buku, sungguh menyedihkan.
Fungsi, Manfaat, dan Tujuan Membaca
Kegitan membaca berfungsi sebagai reseptor informasi dari
teks, tulisan atau simbol yang dibaca oleh seseorang. Manfaat yang
baik akan didapatkan oleh pembaca apabila yang dibaca adalah hal
yang baik, dapat menambah wawasan, ilmu, dan pandangan baru
bagi si pembaca. Adapun tujuan membaca yang dikemukakan
Darmono (2001: 183) adalah sebagai berikut:
(1) membaca untuk tujuan kesenangan; (2) membaca untuk
meningkatkan pengetahuan; (3) membaca untuk melakukan suatu
pekerjaan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai manusia selalu
membaca, dijalan membaca papan reklame, membaca banner,
membaca rambu-rambu lalu lintas, bahkan membaca guyonan dari
pesan yang dikirimkan aplikasi daring pada gawai. akan tetapi
bukan
seperti
itu
maksud
dari
kegiatan
membaca
yang
sesungguhnya, melainkan membaca wacana teks, membaca karena
sesungguhnya merasa diri ini masih bodoh dan haus akan ilmu dan
pengetahuan baru.
Membaca guyonan dari pesan yang dikirimkan aplikasi daring
pada gawai adalah salah satu contoh membaca yang bertujuan
untuk hiburan semata atau disebut juga membaca yang bersifat
rekreatif. Membaca rekreatif unutk hiburan semata adalah hal yang
umum dilakukan masyarakat seperti membaca puisi atau membaca
novel. Tapi ada pula orang yang membaca karya sastra tidak untuk
hiburan, namun bertujuan untuk melakukan kritik terhadap sesuatu
keadaan
atau
penelitian
untuk
membaca
melakukan
karya
sastra
sebuah
penelitian.
dilakukan
oleh
Biasanya
mahasiswa
fakultas sastra.
Mencari dan menambah pengetahuan dengan membaca
dapat dilakukan oleh siapapun, dengan mulai memilih bacaan yang
mengandung wacana ilmu dan pengetahuan. Keilmuan adalah hal
yang sangat luas sehingga biasanya semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang semakin banyak juga hal-hal yang tidak dia
ketahui,
membaca
bacaan
yang
mengandung
wacana
ilmu
pengetahuan adalah kegiatan bagus yang dapat meningkatkan
daya pikir.
Profesi Guru dan Pustakawan adalah profesi yang memiliki
tanggung jawab moral untuk meningkatkan selera membaca pada
masyarakat, selain kedua profesi tersebut orang tua juga memiliki
andil penting dalam mendidik anak sedini mungkin terbiasa
membaca buku.
Kualitas SDM kita akan meningkat seiring meningkatnya
minat membaca. Orang tua, Guru dan pustakawan merupakan
bagian utama untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Toko
buku, Perpustakaan, taman baca bukan hanya konsumsi mereka
yang masih sekolah atau yang masih kuliah. Itu sebabnya berbagai
usaha dan tindakan harus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
dan niat minat baca masyarakat.
PENYEBAB RENDAHNYA MINAT BACA
Kebiasaan membaca sepertinya memang bukan kebiasaan
atau tradisi yang diturunkan oleh leluhur kita. Jika kita lihat tradisi
dan kebiasaan masyarakat kita sejak dulu, menyimak adalah hal
yang sudah melekat dan diturunkan ke tiap generasi, masyarakat
indonesia khususnya jawa zaman dulu kuat menonton pagelaran
wayang berjam-jam, tapi lain hal ketika membaca. Banyak tradisitradisi di indonesia yang selalu mengutamakan kegiatan menyimak
dari pada membaca. Di tanah jawa misalnya saat bayi lahir akan
dibacakan surat yusuf oleh satu orang dan disimak oleh banyak
orang, lalu ada tradisi macapat, sebuah buku dibaca seseorang dan
disimak oleh khalayak banyak. Bahkan Karya sastra tulis seperti
Mahabharata
tidak
setenar
sebelum
dimasukkan
kedalam
pertunjukan wayang.
Kemampuan masyarakat kita dalam membaca juga tidak
lepas dari sejarah kelam penjajahan Indonesia oleh Belanda. Selagi
Belanda
menjajah
kita,
pemerintahannya
tidak
membolehkan
masyarakat kita untuk sekolah dan belajar, sehingga banyak
masyarakat Indonesia yang tidak dapat membaca huruf-huruf latin.
Pada tahun 1848, pemerintah Belanda menjalankan politik Etisch
yang dalam kebijakannya membolehkan masyarakat Indonesia
belajar pada pendidikan formal akan tetapi masih terbatas untuk
kaum bangsawan.
Pemerintah Indonesia anatara tahun 1960an sampai 1970an
mulai menggalakkan pemberatasan buta huruf. Minat baca generasi
muda
Pada
tahun
1960-an
sebenarnya
sudah
cukup
baik,
kendatipun masih sebatas bacaan yang bersifat hiburan atau
rekreatif. Anak-anak muda pada masa itu banyak yang bertukar
komik dan novel, tempat bacaan seperti taman baca yang
menyewakan komik dan novel menjamur. Saat berkumpulpun tidak
jarang mereka membicarakan tokoh komik atau novel yang mereka
baca. Masa-masa itupun tak lepas dari sebuah masalah, yaitu
maraknya bacaan yang mengandung pornografi. Terlepas dari
masalah tersebut gejolak minat membaca pada saat itu turun
drastis ketika munculnya televisi swasta. Rasa asyik membaca
mulai terganti dengan asyiknya menonton tayangan televisi atau
mendengarkan rekaman dari kaset pita yang saat itu menjadi
kesukaan akibat perkembangan teknologi saat itu. Sungguh sangat
disayangkan, karena saat itu indonesia baru saja mengambil satu
langkha kedepan unutk memberantas buta huruf, akan tetapi tibatiba jalan tersebut diputus, banyak taman baca yang bangkrut
akibat dari menjamurnya tayagan televisi. Lagi-lagi masyarakat kita
kembali dalam kegiatan menyimak dan mendengarkan.
Kegemaran membaca bukan sesuatu yang muncul dengan
sendirinya atau otomatis tumbuh sendiri, melainkan membaca
harus diajarkan dan ditanamkan sejak dini. Pembinaan membaca
tidak
hanya
di
laksanakan
begitu
saja,
tetapi
juga
harus
memperhatikan bahan bacaan, apakah bacaan tersebut baik atau
tidak. Semua anak dapat dibina untuk membaca, masalahnya
adalah bagaimanakah cara untuk melaksanakan pembinaan minat
membaca.
Ada beberapa hal yang menyebabkan rendahnya minat baca
menurut Hardjoprakosa (2005 : 145), yaitu (1) Pemerintah dan
swasta
dengan
lembaga
pendidikannya,
para
guru
kurang
memotivasi para anak didiknya untuk membaca buku-buku selain
buku pelajaran; (2) Para orang tua tidak memberi dorongan kepada
anak untuk mengutamakan membeli buku dari pada mainan, alat
pandang dengar. Mereka biasanya kurang mengetahui jenis buku
yang sesuai dan disukai anak, dan mereka biasanya juga kurang
memperkenalkan perpustakan kepada anak-anak; (3) Para penerbit
media cetak memasang harga buku yang bermutu terlalu tinggi,
sehingga tak terjangkau oleh masyarakat luas;
(4) Para pengarang, penyadur dan penerjemah yang semakin
berkurang, karena royalti yang tidak menentu dan masih terkena
PPH; (5) Perpustakaan Umum yang jumlahnya belum mencukupi di
tiap Propinsi untuk melayani masyarakat;
(6) Perpustakaan masjid yang belum terkelola dengan profesional.
UPAYA UNTUK MEMBINA DAN MENINGKATKAN MINAT BACA
Ada
beberapa
hal
yang
diperhatikan
dalam
upaya
meningkatkan minat baca, yaitu minat membaca tidak dapat
dibebankan pada keluarga saja, masyarakat saja, atau lembaga
pendidikan saja. Semua aspek tersebut mempunyai peran yang
penting dalam proses meningkatkan minat baca masyarakat. Ketiga
aspek
itu
harus
bergerak
bersamaan
dan
bersinergi
dalam
membangun rasa senang membaca. Sebagai pendidik, orang tua
dan guru harus mempunyai minat baca yang tinggi terlebih dahulu,
karena contoh keteladanan perlu diperlihatkan sedini mungkin. Jika
keluarga, guru dan aspek lainnya tidak memiliki minat baca yang
tinggi, mustahil dapat meningkatkan rasa minat membaca kepada
masyarakat.
Menurut Ajip Rosidi ada 3 faktor penghambat pembinaan
minat membaca : (1) tidak adanya atau kurangnya kegemaran
membaca buku yang baik yang dicontohkan oleh orang tua dan
guru. (2) tidak adanya atau kurangnya bahan bacaan yang baik
yang dapat memuaskan dahaga anak-anak akan membaca. (3)
tidak adanya pendidikan dan pembinanaan membaca, termasuk
pendidikan teknik membaca.
Lingkungan rumah
Waktu yang paling banyak anak habiskan adalah di rumah,
berkumpul bersama keluarga. Tumbuh dan berkembang lebih
banyak dilingkungan rumah. Pada masa ini orang tua memiliki andil
besar dalam meningkatkan kemampuan membaca dan minat
terhadap buku. Kegiatan dan hal yang dapat dilakukan orang tua
kepada anaknya agar mulai mengenal membaca buku adalah ; (1)
mendongeng, (2) menyediakan bahan bacaan di rumah, (3)
berdiskusi mengenai buku yang telah dibaca, (4) pergi ke toko buku
bersama, (5) dan memberikan hadiah buku kepada anak.
(1) Kegiatan Mendongeng
Kegiatan mendongen dapat menstimulus imajinasi anak,
mendongeng dapat dilakukan oleh siapa saja, ibu, ayah, kakak dan
sanak saudara lainnya. Dalam mendongeng perlu kita perhatikan
bahan bacaan untuk kita dongengkan ke anak, materi-materi
seperti kancil dan kura-kura atau nenek dan si rubah merah adalah
hal yang masih dapat diberikan ke anak-anak, selain karena cocok
anak
dapat
mengenal
hewan-hewan.
Masalah
yang
dialami
pendongeng adalah kehabisan materi dongeng karena ada juga
anak yang di dongengkan oleh orang tuanya setiap malam, hal ini
bisa
dihindari
dengan
memilik
banyak
refrensi
cerita
dan
membacakan buku tersebut kepada anak.
(2) menyediakan bahan bacaan di rumah
Selain niat dari pembaca, harus ada bahan bacaan yang
tersedia unutk dibaca. Agar anak kita suka membaca, orang tua
harus memberikan contoh gemar membaca. Mininal orang tua
menyediakan
bahan
bacaan
dirumah,
bisa
berbentuk
koran,
majalah yang cocok untuk dibaca sekeluarga, atau majalah khusus
anak-anak.
(3) berdiskusi mengenai buku yang telah dibaca
Membaca adalah kegiatan berbahasa reseptif, menyerap
informasi. Sedangkan berbicara adalah kegiatan produktif atau
menghasilkan informasi. Setlah mengajarkan membaca kepada
anak-anak dan anak mulai gemar membaca ada baiknya jika orang
tua mengajak anak berdiskusi tentang buku yang telah dibaca oleh
anak.
(4) pergi ke toko buku bersama
Berkreasi
tidak
selalu
pergi
ketempat-tempat
wisata,
keakraban antara anak dan orang tua bisa terjalin saat pergi
bersama ke toko buku. Anak-anak merasa senang dan menambah
keingintahuan karena disana banyak pilihan buku yang tersedia.
(5) memberikan hadiah buku kepada anak
Saat anak berulang tahun atau mendapatkan prestasi orang
tua biasanya memberikan hadiah yang memiliki harga mahal,
misalnya komputer, ps, hp, baju, atau barang keinginan anak yang
sifatnya menghibur. Ada baiknya jika orang tua memberikan hadiah
berupa buku bacaan yang disukai si anak. Hal ini lebih positif dari
pada memberikan barang mahal kepada anak.
Hardjoprakosa (2005 : 146) mengemukakan gagasan untuk
meningkatkan
minat
baca,
yaitu
bahwa
membaca
harus
dipromosikan sebagai kegiatan keluarga dan sekolah, sebaiknya
dijadikan tradisi untuk memberi hadiah buku pada setiap ulang
tahun, naik kelas dan lainnya, mengajak anak ke toko buku untuk
memberi kesempatan anak memilih sendiri buku yang diinginkan.
Lingkungan Sosial
Minat membaca anak dapat terbentuk denganbaik jika
lingkungan sekitar turut andil dalam pembinaan minat membaca,
tokoh-tokoh masyarakat dapat turut serta dalam memberikan
contoh kepada masyarakat agar timbul nilai positif terhadap rasa
ingin membaca. Minta membaca bisa dimulai dari membuat
perpustakaan skala kecil di lingkungan RW atau taman bacaan anak,
danmnegarahkan anak-anak usia SD untuk datang kesana. Atau
sebagai contoh didaerah Malioboro ada perpustakaan keliling
dengan dibawa oleh gerobak.
Lembaga Pemerintah dan Swasta
Lembaga pemerintah dan swasta juga turut serta dalam
pembinaan minat baca untuk masyarakat khususnya anak-anak,
misalnya pihak swasta juga harus melihat urgensi membaca anakanak
pada
zaman
sekarang,
bukan
hanya
memperbanyak,
mencetak, dan menjual buku yang menghasilkan profit tapi juga
mencetak buku yang mengandung nilai-nilai sikap moral, ilmu dan
pengetahuan.
Siregar (2004 : 97) menyatakan bahwa dalam rangka upaya
meningkatkan minat baca masyarakat ada beberapa strategi yang
dapat yang dapat ditempuh oleh pengelola perpustakaan. Strategi
untuk
meningkatkan
minat baca
itu
antara
lain:
(1)
Untuk
Perpustakaan Sekolah : memperbaiki sistem pendidikan, fasilitas
dan
karakteristik
pelayanan
perpustakaan,
dengan
membuat
kebijakan yang terkait dengan penetapan persentase jumlah
anggaran belanja untuk perpustakaan yang harus dikeluarkan dari
anggaran belanja sekolah ( sebesar dua atau tiga persen setiap
tahun); (2) Untuk Perguruan Tinggi : memperbaiki fasilitas dan
karakteristik
pelayanan
perpustakaan
dan
mengubah metode
pengajaran dari teaching-based kepada learning-based. Peran
perpustakaan harus diubah dari sekedar store house yang pasif
menjadi educational house yang aktif. Reformasi perkuliahan akan
mempunyai efek timbal balik pada perpustakaan, dan efek timbal
balik yang sama akan dihasilkan dari bahan-bahan bacaan dan
pelayanan perpustakaan yang disempurnakan; (3) Di Lingkungan
Masyarakat : Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Daerah yang
terdapat di setiap propinsi seharusnya dapat berperan lebih besar
dalam mendorong dan menumbuhkan perpustakaan-perpustakaan
umum tingkat Kecamatan, Desa dan Perpustakaan kecil lainnya
agar menjangkau masyarakat dipelosok daerah.
Darmono (2001:188-189) menyatakan peran perpustakaan
dalam menciptakan tumbuhnya kondisi minat baca di lingkungan
sekolah sebagai berikut: (a) memilih bahan bacaan yang menarik
bagi pengguna perpustakaan, (b) menganjurkan berbagai cara
penyajian pelajaran dikaitkan dengan tugas-tugas di perpustakaan,
(c) memberikan kemudahan dalam mendapatkan bacaan yang
menarik untuk pengguna perpustakaan, (d) memberikan kebebasan
membaca secara leluasa kepada pengguna perpustakaan, (e)
perpustakaan perlu dikelola dengan baik agar pengguna merasa
betah dan kerasan berkunjung ke perpustakaan, (f) perpustakaan
perlu melakukan berbagai promosi kepada masyarakat berkaitan
dengan
peningkatan
minat
dan
kegemaran
membaca,
(g)
menanamkan kesadaran kepada pemakai perpustakaan ahwa
membaca
pendting
dalamkehidupan,
(h)
melakukan
berbagai
kegiatan seperti minat dan kegemaran membaca untuk anak
sekolah, (i) Mengaitkan bulan Mei sebagai Bulan Buku Nasional
dengan melakukan kegiatan yang menunjang Bulan Buku Nasional,
(j) memberikan penghargaan kepada siswa yang paling banyak
meminjam buku.
Ada banyak cara dan upya yang dapat dilakukan untuk
membina
minat
membaca.
Hardjoprakosa
(2005:
146)
mengemukakan beberapa gagasan yang dapat diusahakan untuk
meningkatkan
minat
baca
seperti
berikut:
(1)
Kegiatan
mempromosikan buku sebagai bacaan yang menarik, sebaiknya
penerbit bekerjasama dengan mass media seperti surat kabar,
radio, TV untuk mempromosikan buku-buku berkualitas dengan
harga terjangkau oleh masyarakat luas. Dan penerbit menerbitkan
buku
anak-anak
dengan
ilustrasi
yang
menarik
dan
harga
terjangkau, (2) Peningkatan Fasilitas Perpustakaan dan Program
Kegiatan Minat Baca, dengan menambah jumlah berbagai jenis
perpustakaan : Perpustakaan Daerah Tingkat II, Perpustakaan
Keliling, Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Perguruan Tinggi, dan
Perpustakaan Tempat Ibadah (Masjid, Gereja, Pura, dan Vihara).
Berdasarkan pernyataan dari hardjoprakosa, pihak penerbit
entah itu dari pemerintah atau swsta memiliki andil yang penting
untuk membina dan meningkatkan minat membaca anak. Semakin
tinggi minta baca masyarakat kita akan berdampak juga pada profit
yang dihasilkan penerbit, tapi tidak lupa agar penerbit tetap
menjaga agar buku yang di terbitkan bersifat mencerdaskan
masyarakat. Di Daerah tingkat II (kota, kelurahan, kecamatan)
memang sudah ada perpustakaan tapi belum maksimal dan seperti
tak terurus, mobil perpustakaan keliling pun ada, tapi hanya
terparkir dihalaman kantor walikota dan kadang keberadaanya tidak
tetap.
Pendapat lain dikemukakan oleh Sukarman Kartosedono yang
dapat
mempengaruhi
tumbuhnya
rasa
minat
baca
pada
masyarakat, khususnya pada anak, yaitu: (1) Tersedianya pilihan
yang luas atas bahan bacaan anak, (2) Tersedianya buku-buku anak
di rumah, di sekolah, perpustakaan maupun toko buku, (3) Seleksi
yang dilakukan oleh pustakawan untuk atau atas nama kebutuhan
anak-anak, (4) Tersedianya waktu dan kesempatan anak-anak untuk
membaca, (5) Kebutuhan dan kemampuan pribadi dari anak-anak
itu sendiri (Kartosedono, 1998: 316).
SIMPULAN
Upaya untuk membina dan meningkatkan minat membaca
pada anak-anak usia sekolah dasar merupakan tanggung jawab kita
bersama, orang tua, guru, pustakawan dan masyarakat sekitar.
Secara profesi, guru dan pustakan memiliki andil yang cukup
signifikan untuk membimbing rasa minat membaca terhadap anakanak. Selain adanya niat diri sendiri yang besar untuk membaca,
anak harus diberikan pembiasaan dan latihan agar terbiasa
membaca, dan ringan hati ketika berniat untuk membaca buku,
bukan hanya buku yang bersifat rekreatif akan tetapi juga buku
yang menambah wawasan, pengalaman, dan pengetahuan. Dalam
membina anak agar suka membaca buku tidak boleh dengan
keterpaksaan, misalnya mengajarakan anak kelas 3 sekolah dasar
untuk membaca buku sebnyak-banyaknya. Dan tidak baik juga
menyuruh anak untuk membeli buku sebanyak-banyaknya.
Pada lembaga pendidikan, faslitas harus diperhatikan seperti
koleksi
buku, tempat
membaca
atau runag membaca,
agar
meningkatkan rasa nyaman saat membaca buku. Selain itu perlu
juga adanya kesadaran antara guru, dosen dan perpusatkaan,
tempat perpusatakaan disekolah atau kampus biasanya terletak
disudut gedung, dan berukuran kecil hal ini membuat anak-anak
merasa tidak mau untuk mengunjungi perpustakaan. Anak-anak
perlu diperlihatkan sebuah keteladanan dari orang tua dan guru,
membaca juga berhubungan dengan kemampuan menulis. Selain
memberikan teladan seperti membaca buku yang baik, sekolah juga
harus menyediakan tempat untuk mengeksekusi hasil membaca
anak, anak harus diberikan ruang untuk mengolah kemampuan
produktif dalam berbahasa, misalnya menyediakan majalah dinding
atau pojok aprsiasi sastra dan seni di sekolah, karena anak yang
suka membaca secara tidak langsung akan tertarik untuk menulis.
Dan yang paling penting adalah tersedianya buku-buku yang baik
dan cocok untuk dibaca.
REFRENSI
Nasution, A.S. dkk. 1987. Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Pusat Pembinaan
Perpustakaan Depdikbud.
Siregar, A. Ridwan, 2004. Perpustakaan Energi Pembangunan Bangsa. Medan
: Universitas Sumatera Utara,
Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia
Darmono. 2001. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Grasindo.
Hardjoprakosa, Mastini , 2005. Bunga Rampai Kepustakawanan. Jakarta :
Perpustakaan Nasional RI.
Koswara, Engkos (editor) 2005 , Dinamika Informasi dalam Era Global.
Bandung :
IPI dan Remadja Rosdakarya.
Tarigan, Henry Gntur. 1986. Membaca: Seagai Suatu Keterampilan
Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Tim Penulis MPK Bahasa Indonesia. 2011. Menulis Ilmiah:Buku Ajar MPK
Bahasa Indonesia. Suraaya: Unesa University Press.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan. Jakarta Rineka
Cipta, 1993.
Basuki, Sulistyo. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia, 1991.
E. St. Harahap., dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bandung: Balai
Pustaka, 2007
Effendi, Onong Uchjana.1993. Ilmu, teori dan filsafat komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti
Hermawan, R.
Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan
Terhadap
Kondisi Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto, 2006.
Hernandono. Perpustakaan dan Kepustakaan Indonesia. Jakarta: Universitas
Terbuka, 1997.
Hurlock, E.B. Child development. New Delhi: McGrow-Hill, 1992
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1999.
Margono, Slamet. Mutu jasa pendidikan. Institut Pertanian
Bogor.www.scribd.com
Pamuntjak, Rusina Syahrial. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan.
Jakarta: Pustaka Jaya, 1998.
Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: Rosda Karya,
1999.
REPUBLIKA.co.id. Minat Baca Masyarakat Indonesia Masih Rendah.Jakarta, 02
November
2013.
Soeatminah.Perpustakaan, Kepustakaan dan Pustakawan. Yogyakarta:
Kanisius, 1992.
Soeharto, Lily Soewarni Bohar. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: DIKTI,
1987.
http://repository.ut.ac.id/2609/1/fkip201047.pdf
http://lib.unnes.ac.id/24486/1/1401412449.pdf
http://penilaian.kemdikbud.go.id/ejurnal/index.php/jevas/article/download/13/10
http://www.iea.nl/sites/default/files/fileadmin/user_upload/General_Assembly/
56th_GA/Study_presentations/PIRLS_2016_Progress_Report_GA.pdf
https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/sektoral/pdf?kd=102986&th=++++
http://jurnal.fisip.unila.ac.id/index.php/prosidingkom/article/viewFile/217/117
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/psnp/article/download/365-376/1678
http://library.um.ac.id/images/stories/pustakawan/pdfteguh/kemampuan
%20dan%20minat%20baca.pdf
http://www.iea.nl/pirls
https://nasional.kompas.com/read/2012/12/14/02344589/gawat.darurat.pend
idikan