Determinan Intensi Kewirausahaan Orang sukses

PROCEEDING CALL FOR PAPERS

Editor : Reskatirini Yastika Prameswari, A.Md. Layout

: Tim Call for Papers Desain Sampul : Tim Call for Papers Tebal Buku

: 563 Halaman Ukuran Buku : A4 (8.27” x 11.69”) Edisi

: I, Cetakan Pertama ISBN

: 978-979-3775-61-6 Percetakan

: Tiara Jaya-Salatiga Penerbit

: Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW Jl. Diponegoro No.52-60 Salatiga 50711 Telp.: 0298-311881

Hak Cipta © 2016 pada Penulis Hak Terbit pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

ii | Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

TIM REVIEWER

Albert Kriestian Novi Adhi Nugraha, S.E., M.M., Ph.D. Apriani Dorkas Rambu Atahau, S.E., M.Com., Ph.D. Bayu Wijayanto, S.E., M.Si. Dr. Gatot Sasongko, S.E., M.S. Dr. Intiyas Utami, S.E., M.Si., Ak., CA, CMA Dr. Suzy Noviyanti, S.E., M.M. Dr. Theresia Woro Damayanti, S.E., M.Si., Ak. Dr. Usil Sis Sucahyo, S.E., MBA Ir. Lieli Suharti, M.M., Ph.D. Priyo Hari Adi, S.E., M.Si., Ak. Prof. Supramono, S.E., MBA, DBA Roos Kities Andadari, S.E., MBA, Ph.D.

INSTITUSI PESERTA

Universitas Sekolah Tinggi/Lembaga Penelitian

1. Universitas Setia Budi Surakarta

1. STIE Indonesia Banjarmasin

2. Universitas Nurtanio Bandung

2. STIE AUB Surakarta

3. Universitas Muhammadiyah Ponorogo

3. STIE Satya Dharma Singaraja

4. Universitas Semarang

4. Balai Penelitian dan Pengembangan

5. Universitas Diponegoro, Semarang Hasil Hutan Bukan Kayu, Mataram

6. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

7. Universitas Surabaya

8. Universitas Papua

9. Universitas Pelita Harapan Medan

10. Universitas Muria Kudus

11. Universitas Pancasila Jakarta

12. Universitas Darma Persada (PDIE UNS)

13. Universitas Sebelas Maret Surakarta

14. Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

15. Universitas STIKUBANG Semarang

16. Universitas Kristen Indonesia, Jakarta

17. Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

18. Universitas Muhammadiyah Surakarta

19. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

20. Universitas Merdeka Malang

21. Universitas Indonesia

22. Institut Pesantren Mathali’ul Falah Pati

23. Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga | iii

DETERMINAN INTENSI KEWIRAUSAHAAN ORANG MUDA TERDIDIK DI KALIMANTAN SELATAN

Riswan Yudhi Fahrianta

STIE Indonesia Banjarmasin riswan@stiei-kayutangi-bjm.ac.id

Masithah Akbar

STIE Indonesia Banjarmasin masithah@stiei-kayutangi-bjm.ac.id

Antung Noorasiah

STIE Indonesia Banjarmasin, antung@stiei-kayutangi-bjm.ac.id

ABSTRACT

The aims of this study is to provide empirical evidence of the effect of socio-demographic factors (three-dimensional), adversity quotient factors (four-dimensional), and contextual factors (three-dimensional) to the intention of entrepreneurship students. 257 S1 students participated in this study with the results of simultaneous socio-demographic factors, adversity quotient factors and contextual factors contribute significantly to the formation of entrepreneurial intentions. Partially socio-demographic factors of dimensional gender and family background, adversity quotient factors of dimensional control and endurance as well as contextual factors of social support dimension have a significant effect on the entrepreneurial intentions of students. An important finding from this study is that it is important to maintain and or improve the intentions of entrepreneurship students with programs supporting student entrepreneurship which sustainable during studying in college or in other words it is important to develop and improve the atmosphere of entrepreneurship in universities so that students can realize real entrepreneurial action after completing their S1 study. Keywords: entrepreneurial intentions of students, socio-demographic, adversity quotient,

contextual factors

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris pengaruh faktor sosial demografi (tiga dimensi), faktor kecerdasan adversitas (empat dimensi), dan faktor kontekstual (tiga dimensi) terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa. Sebanyak 257 mahasiswa S1 berpartisipasi dalam penelitian ini dengan hasil secara simultan faktor sosial demografi, faktor kecerdasan adversitas dan faktor kontekstual berkontribusi signifikan dalam pembentukan intensi kewirausahaan. Secara parsial faktor sosial demografi dimensi gender dan latar belakang keluarga, faktor kecerdasan adversitas dimensi control dan endurance , serta faktor kontekstual dimensi dukungan sosial mempunyai pengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa. Temuan penting dari hasil penelitian ini adalah

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga | 63 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga | 63

faktor kontekstual

PENDAHULUAN

Keterbatasan kesempatan kerja bagi lulusan perguruan tinggi masih menjadi masalah ketenagakerjaan di Indonesia dengan tingginya angka pengangguran intelektual lulusan universitas (sarjana). Per Agustus 2015, BPS (2016) merilis jumlah pengangguran dengan pendidikan sarjana di Indonesia sudah lebih dari 650 ribu orang dari 10,2 juta angkatan kerja dengan tingkat pendidikan yang ditamatkan adalah sarjana.

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan para mahasiswa pada saat menempuh pendidikan tinggi merupakan salah satu alternatif terbaik untuk mengurangi tingkat pengangguran terdidik, karena para sarjana diharapkan dapat menjadi wirausahawan muda terdidik yang mampu merintis usahanya sendiri. Sejak tahun 1997, Pemerintah RI melalui departemen/kementerian yang terkait dengan pendidikan tinggi (sekarang Kemenristekdikti) memfasilitasi beberapa kebijakan dan program untuk pengembangan budaya dan jiwa kewirausahaan di perguruan tinggi. Salah satunya melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang bertujuan untuk mengantarkan mahasiswa: mencapai taraf pencerahan kreativitas dan inovasi berlandaskan penguasaan sains dan teknologi serta keimanan yang tinggi; mempersiapkan diri menjadi pemimpin yang cendekiawan, wirausahawan serta berjiwa mandiri dan arif; serta mahasiswa diberi peluang untuk mengimplementasikan kemampuan, keahlian, sikap, tanggungjawab, membangun kerjasama tim maupun mengembangkan kemandirian melalui kegiatan yang kreatif dalam bidang ilmu yang ditekuni (Kemenristekdikti, 2015).

Peranan perguruan tinggi melalui penyelenggaraan pembelajaran kewirausahaan merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan di suatu negara (OECD, 2009). Perguruan tinggi bertanggung jawab dalam mendidik dan memberikan kemampuan wirausaha kepada para lulusannya dan memberikan motivasi untuk berani memilih berwirausaha sebagai karir mereka serta perlu menerapkan pola pembelajaran kewirausahaan yang kongkrit berdasar masukan empiris untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan yang bermakna agar dapat mendorong semangat mahasiswa untuk berwirausaha (Yohnson 2003; Wu and Wu, 2008).

64 | Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

Ajzen’s Theory of Planned Behavior (TPB) menunjukkan bahwa anteseden langsung dari perilaku adalah niat untuk melakukan perilaku tertentu dan niat adalah anteseden langsung dari perilaku nyata (Ajzen, 1991; 2002). Krueger et al. (2000) dan Kolvereid &

Isaksen (2006) menyatakan bahwa niat adalah prediktor tunggal terbaik dari perilaku yang paling direncanakan, termasuk perilaku kewirausahaan. Niat kewirausahaan (entrepreneurial intentions ) adalah niat untuk memulai bisnis baru dan keputusan untuk menjadi seorang pengusaha dan menciptakan bisnis baru adalah keputusan yang disengaja dan sadar yang membutuhkan waktu, perencanaan yang cukup dan proses kognitif tingkat tinggi (Ozaralli & Rivenburgh, 2016).

Dikemukakan oleh Suharti & Sirine (2011) bahwa intensi kewirausahaan seseorang dipengaruhi sejumlah determinan (faktor-faktor yang menentukan) dalam suatu kerangka integral yang melibatkan berbagai faktor internal, faktor eksternal dan faktor kontekstual. Faktor internal berasal dari dalam diri pelaku wirausaha dapat berupa karakter pribadi, maupun faktor sosial demografi seperti umur, jenis kelamin, pengalaman kerja, latar belakang keluarga dan lain-lain yang dapat memengaruhi intensi kewirausahaan seseorang, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri seseorang yang dapat berupa unsur dari lingkungan sekitar dan kondisi kontekstual.

Kecerdasan Adversitas (Adversity Quotient) adalah salah satu atribut personality, yang disimpulkan oleh Fauziah (2014) bahwa kecerdasan adversitas adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk dapat mengatasi suatu kesulitan, dengan karakteristik mampu mengontrol situasi sulit, menganggap sumber-sumber kesulitan berasal dari luar diri, memiliki tanggung jawab dalam situasi sulit, mampu membatasi pengaruh situasi sulit dalam aspek kehidupannya, dan memiliki daya tahan yang baik dalam menghadapi situasi atau keadaan yang sulit. Sedangkan oleh Wijaya & Gusniarti (2007) menyimpulkan bahwa kecerdasan adversitas adalah kemampuan dan ketahanan seseorang mengatasi segala kesulitan hidup demi mencapai suatu tujuan atau kesuksesan tertentu. Ringkasnya oleh Stoltz (2005) dinyatakan bahwa kecerdasan adversitas adalah kecerdasan menghadapi tantangan dan kesulitan.

Diidentifikasi oleh Suharti & Sirine (2011) dari beberapa hasil penelitian, faktor kontekstual yang cukup mendapat perhatian adalah peranan pendidikan kewirausahaan dan pengalaman kewirausahaan serta diyakini bahwa pembekalan pendidikan dan pengalaman kewirausahaan pada seseorang sejak usia dini dapat meningkatkan potensi seseorang untuk menjadi wirausahawan. Selain pendidikan dan pengalaman kewirausahaan, dukungan akademik (Gurbuz & Aykol, 2008) dan dukungan sosial (Susilawati, 2013) juga diduga merupakan faktor kontekstual yang berpengaruh terhadap intensi kewirausahaan.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan temuan yang beragam (equivocal) untuk faktor- faktor yang memengaruhi intensi kewirausahaan mahasiswa yang terkait dengan sosial demografi: gender, pengalaman kerja dan latar belakang keluarga (Gurbuz & Aykol, 2008; Indarti & Rostiani, 2008; Sarwoko, 2011; Suharti & Sirine, 2011; Saputra, 2015; Zamzami,

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga | 65

2015; Ozaralli & Rivenburgh, 2016), kecerdasan adversitas (Wijaya, 2007; Srimulyani, 2013; Wijaya & Andrew, 2014; Handaru dkk., 2015), serta faktor kontekstual: pembelajaran kewirausahaan, dukungan akademik dan dukungan sosial (Gurbuz & Aykol, 2008; Turker & Selcuk, 2009; Suharti & Sirine, 2011; Yurtkoru et al., 2014; Wiyanto, 2014; Saputra, 2015).

Eksplorasi dan eksplanasi berbasis penelitian empiris kembali dibutuhkan untuk mengkonfirmasi determinan intensi kewirausahaan mahasiswa (orang muda terdidik) dari hasil-hasil penelitian sebelumnya maupun untuk mengisi kesenjangan-kesenjangan penting dalam literatur pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi. Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris pengaruh faktor sosial demografi (gender, pengalaman kerja dan latar belakang keluarga), kecerdasan adversitas dan faktor kontekstual (pembelajaran kewirausahaan, dukungan akademik dan dukungan sosial) terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa.

TELAAH TEORITIS DAN HIPOTESIS Intensi Kewirausahaan

Untuk memahami fenomena kewirausahaan, mempelajari niat kewirausahaan individu berdasarkan model sosial-kognitif telah menjadi pendekatan yang cocok untuk menganalisis penciptaan usaha baru (Zhao et al. 2005 dalam Ozaralli & Rivenburgh, 2016). Kewirausahaan adalah pola perilaku dan dasarnya adalah konsep dan teori, bukan sifat atau ciri kepribadian dan bukan pula intuisi (Drucker, 1985:26). Kewirausahaan dapat dipelajari dan dikuasai, dan kewirausahaan dapat menjadi pilihan kerja dan pilihan karir bagi lulusan perguruan tinggi, apabila memang dalam diri mahasiswa ada niat dan motivasi untuk menjadi seorang entrepreneur (Sarwoko, 2011). Seseorang dengan intensi untuk memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha, seperti yang dinyatakan oleh Krueger & Carsrud (1993), intensi kewirausahaan telah terbukti menjadi prediktor yang terbaik bagi perilaku kewirausahaan dan intensi kewirausahaan dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang akan menjadi wirausaha (Indarti & Rostiani, 2008). Bahwa ketika seseorang memulai usaha atau bisnis secara mandiri tidak sebagai refleks, tetapi memang dilakukan dengan sengaja karena adanya intensi (niat) untuk berwirausaha (Krueger et al., 2000).

Pengaruh Faktor Sosial Demografi terhadap Intensi Kewirausahaan

Faktor-faktor yang memengaruhi intensi kewirausahaan mahasiswa yang terkait dengan sosial demografi: gender (perspektif biologis/jenis kelamin); pengalaman kerja dan latar belakang keluarga, dari beberapa hasil penelitian menunjukkan temuan yang beragam.

Hasil penelitian Gurbuz & Aykol (2008), Saputra (2015), Zamzami (2015); dan Ozaralli & Rivenburgh (2016) menunjukkan bahwa gender dan latar belakang keluarga

66 | Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga 66 | Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

Hasil penelitian Suharti & Sirine (2011) menunjukkan bahwa latar belakang keluarga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap intensi kewirausahaan, tetapi untuk gender menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap intensi kewirausahaan. Sedangkan hasil penelitian Sarwoko (2011) menunjukkan bahwa gender dan latar belakang keluarga memengaruhi secara signifikan terhadap intensi kewirausahaan.

Terkait pengalaman kerja dan latar belakang keluarga dari beberapa hasil penelitian, Indarti & Rostiani (2008) memberikan ulasan beberapa temuan penelitian terdahulu, yaitu: (1) bahwa seseorang yang memiliki pengalaman bekerja mempunyai intensi kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah bekerja sebelumnya; (2) bahwa seseorang yang pernah bekerja di sektor pemerintahan cenderung kurang sukses untuk memulai usaha; dan (3) bahwa jika kondisi lingkungan sosial seseorang pada saat dia berusia muda kondusif untuk kewirausahaan dan seseorang tersebut memiliki pengalaman yang positif terhadap sebuah usaha, maka dapat dipastikan orang tersebut mempunyai gambaran yang baik tentang kewirausahaan sehingga memiliki intensi untuk berwirausaha.

Dari uraian pengaruh faktor sosial demografi terhadap intensi kewirausahaan tersebut, maka hipotesis alternatif pertama (H1) yang diajukan sebagai berikut.

H1: Faktor sosial demografi dengan dimensi gender, pengalaman kerja, dan latar belakang keluarga mempunyai pengaruh terhadap intensi kewirausahaan, dimana: (1) mahasiswa pria memiliki intensi kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa wanita; (2) mahasiswa yang memiliki pengalaman kerja mempunyai intensi kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang tidak memiliki pengalaman kerja; dan (3) mahasiswa yang memiliki latar belakang keluarga wirausaha mempunyai intensi kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang tidak memiliki latar belakang keluarga wirausaha.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga | 67

Pengaruh Faktor Kecerdasan Adversitas terhadap Intensi Kewirausahaan

Konsep kecerdasan adversitas dikemukakan pertama kali oleh Paul G. Stoltz dengan istilah Adversity Quotient (AQ), dimana kecerdasan adversitas merupakan teori sekaligus ukuran bermakna dan merupakan seperangkat instrumen yang telah diasah untuk membantu seseorang supaya tetap gigih dalam menghadapi berbagai tantangan (Wijaya & Gusniarti, 2007). Kecerdasan adversitas adalah kemampuan atau kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. Seseorang yang memiliki kecerdasan adversitas akan mampu menghadapi rintangan atau halangan yang menghadang dalam mencapai tujuan (Fauziah, 2014). Stoltz (2005), menyatakan bahwa sukses tidaknya seorang individu dalam pekerjaan maupun kehidupannya ditentukan oleh kecerdasan adversitas, dimana kecerdasan adversitas dapat memberitahukan: (1) seberapa jauh individu mampu bertahan menghadapi kesulitan dan kemampuan untuk mengatasinya; (2) siapa yang akan mampu mengatasi kesulitan dan siapa yang akan hancur; (3) siapa yang akan melampaui harapan harapan atas kinerja dan potensi mereka serta siapa yang akan gagal; dan (4) siapa yang akan menyerah dan siapa yang akan bertahan.

Ditelaah oleh Fauziah (2014), beberapa pakar menyebut istilah kecerdasan adversitas dengan resilience, berasal dari bahasa latin yaitu resilire (melompat atau mundur) adalah konsep yang berhubungan dengan adaptasi positif dalam menghadapi tantangan. Dalam ilmu perkembangan manusia, resilience memiliki makna yang luas dan beragam, mencakup kepulihan dari masa traumatis, mengatasi kegagalan dalam hidup, dan menahan stres agar dapat berfungsi dengan baik dalam mengerjakan tugas sehari-hari.

Disimpulkan oleh Wijaya (2007), bahwa kecerdasan adversitas adalah suatu kemampuan untuk mengubah hambatan menjadi suatu peluang keberhasilan mencapai tujuan, melalui kemampuan berpikir, mengelola dan mengarahkan tindakan yang membentuk suatu pola-pola tanggapan kognitif dan prilaku atas stimulus peristiwa –peristiwa dalam kehidupan yang merupakan tantangan atau kesulitan.

Menurut Stoltz (2005), kecerdasan adversitas terbentuk dari empat dimensi, dengan akronim CO2RE (Control, Origin and Ownership, Reach, Endurance). Pertama, dimensi control , yaitu dimensi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak atau seberapa besar pengendalian yang dirasakan oleh individu terhadap suatu peristiwa dan situasi yang sulit. Individu yang memiliki tingkat kecerdasan adversitas yang tinggi merasa bahwa mereka memiliki pengendalian dan pengaruh yang baik pada situasi yang sulit bahkan dalam situasi yang sangat di luar kendali. Individu yang memiliki kecerdasan adversitas rendah, merespon situasi sulit seolah olah mereka hanya memiliki sedikit bahkan tidak memiliki control, tidak bisa melakukan apa-apa dan biasanya mereka menyerah dalam menghadapi situasi sulit.

Kedua , dimensi origin and ownership. Dimensi ini mempertanyakan dua hal, yaitu apa atau siapa yang menjadi penyebab dari suatu kesulitan dan sampai sejauh manakah seseorang mampu menghadapi akibat-akibat yang ditimbulkan oleh situasi sulit tersebut. Origin

68 | Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga 68 | Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

Sedangkan ownership mempertanyakan sejauh mana individu bersedia mengakui akibat-akibat yang ditimbulkan dari situasi yang sulit. Mengakui akibat-akibat yang ditimbulkan dari situasi yang sulit mencerminkan sikap tanggung jawab atau kepemilikan (ownership). Individu yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi mampu bertanggung jawab dan menghadapi situasi sulit tanpa menghiraukan penyebabnya serta tidak akan menyalahkan orang lain. Rasa tanggung jawab yang dimiliki menjadikan individu yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi untuk bertindak dan membuat mereka jauh lebih berdaya daripada individu yang memiliki kecerdasan adversitas rendah. Sementara individu yang memiliki kecerdasan adversitas rendah, menolak untuk bertanggung jawab, tidak mau mengakui akibat-akibat dari suatu kesulitan dan lebih sering merasa menjadi korban serta merasa putus asa.

Ketiga , dimensi reach, yaitu dimensi yang merupakan bagian dari kecerdasan adversitas yang mengajukan pertanyaan sejauh mana kesulitan yang dihadapi akan memengaruhi bagian atau sisi lain dari kehidupan individu. Individu yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi memperhatikan kegagalan dan tantangan yang mereka alami, tidak membiarkannya memengaruhi keadaan pekerjaan dan kehidupan mereka. Individu yang memiliki kecerdasan adversitas rendah membiarkan kegagalan memengaruhi area atau sisi lain dalam kehidupan dan merusaknya.

Keempat , dimensi endurance, yang dapat diartikan daya tahan yaitu dimensi yang mempertanyakan berapa lama suatu situasi sulit akan berlangsung. Individu yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi memiliki kemampuan yang luar biasa untuk tetap memiliki harapan dan optimis. Sementara individu yang memiliki kecerdasan adversitas rendah merasa bahwa suatu situasi yang sulit akan terjadinya selamanya. Individu yang memiliki respon yang rendah pada dimensi ini akan memandang kesulitan sebagai peristiwa yang berlangsung terus menerus dan menganggap peristiwa-peristiwa positif sebagai sesuatu yang bersifat sementara.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga | 69

Hasil penelitian Wijaya (2007) dan Srimulyani (2013), menunjukkan bahwa kecerdasan adversitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap intensi kewirausahaan. Begitu pula hasil penelitian Wijaya & Andrew (2014) dan Handaru dkk. (2015) juga menunjukkan hasil yang konsisten, bahwa kecerdasan adversitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap intensi kewirausahaan.

Empat dimensi kecerdasan adversitas yaitu CO2RE (Control, Origin and Ownership, Reach, Endurance ), adalah merupakan komponen-komponen dari karakter wirausaha, pola pikir wirausaha, dan perilaku wirausaha. Maka dapat diduga individu yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi akan menghadapi rintangan atau kesulitan akan lebih mudah menjalani profesi sebagai seorang wirausahawan karena memiliki kemampuan untuk mengubah hambatan menjadi peluang (Stoltz, 2005). Individu yang memiliki kecerdasan menghadapi rintangan akan memiliki kemampuan untuk menangkap peluang usaha (wirausaha) karena memiliki kemampuan menanggung resiko, orientasi pada peluang atau inisiatif, kreativitas, kemandirian dalam pengerahan sumberdaya (Wijaya, 2007). Sehingga hipotesis alternatif kedua (H2) yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut.

H2: Kecerdasan adversitas dengan dimensi control, origin and ownership, reach, dan endurance mempunyai pengaruh terhadap intensi kewirausahaan.

Pengaruh Faktor Kontekstual Terhadap Intensi Kewirausahaan

Model penelitian intensi kewirausahaan seseorang kurang lengkap kalau tidak melibatkan faktor kontekstual disamping faktor sosial demografi dan faktor karakter pribadi, karena ketiga kelompok faktor tersebut membentuk satu kesatuan yang integral di dalam model penelitian intensi kewirausahaan seseorang. Beberapa dimensi faktor kontekstual yang cukup mendapat perhatian peneliti diidentifikasi Suharti & Sirine (2011) adalah peranan pendidikan kewirausahaan dan pengalaman kewirausahaan. Secara teori diyakini bahwa pembekalan pendidikan dan pengalaman kewirausahaan pada seseorang sejak usia dini dapat meningkatkan potensi seseorang untuk menjadi wirausahawan, dimana beberapa penelitian menunjukkan hasil yang mendukung pernyataan tersebut. Selain pendidikan dan pengalaman kewirausahaan, dukungan pihak akademik dan dukungan sosial (Gurbuz & Aykol, 2008) juga diduga merupakan dimensi faktor kontekstual yang berpengaruh terhadap intensi kewirausahaan.

Dukungan akademik (academic support) mengacu pada kondisi yang berkaitan dengan dukungan bagi seorang mahasiswa untuk mencapai dan menyelesaikan tugas-tugas studi dengan target hasil dan waktu yang telah ditentukan (Wiyanto, 2014). Peranan kampus dalam mengembangkan kewirausahaan di kampus dapat dilakukan dengan memberikan dukungan akademik untuk menjadi fasilitator dalam memotivasi, mengarahkan dan penyedia sarana prasarana dalam mempersiapkan sarjana yang mempunyai motivasi kuat, keberanian, kemampuan serta karakter pendukung dalam mendirikan bisnis baru.

70 | Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

Menurut Yohnson (2003), hal yang harus dipahami oleh pihak kampus adalah: (1) kewirausahaan itu adalah proses dan (2) kewirausahaan itu bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri melainkan suatu kegiatan berlanjut terus menerus. Jadi kampus perlu mempertimbangkan banyak hal mengenai proses pembelajaran yang berlangsung baik dalam kurikulum maupun metode pembelajaran sehingga mahasiswa mengalami proses dalam mendapatkan pengalaman yang bermakna dan proses tersebut dapat berlanjut pada saat menjalankan bisnis. Dalam hal ini dukungan akademik dapat melalui pemenuhan sumber- sumber belajar, pendampingan mahasiswa serta infrastruktur dalam rangka meningkatkan intensi kewirausahaan.

Sedangkan dukungan sosial (social support) merupakan aksi mendukung atau membantu orang lain dalam pencapaian tujuan mereka. Dari beberapa definisi yang diacu oleh Wiyanto (2014), disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yang berasal dari orang yang memiliki hubungan sosial akrab dengan individu yang menerima bantuan. Dukungan sosial merupakan kepercayaan dan ekspetasi seseorang bahwa individu akan mendapatkan dukungan untuk memulai sebuah bisnis baru dari kerabat dekat (orangtua, saudara kandung dan pasangannya) dan dari kelompok reference seperti teman, kolega dan dosen. Dukungan sosial sangat penting dalam menjelaskan intensi kewirausahaan seseorang, dan beberapa hasil penelitian dan referensi yang diacu oleh Wiyanto (2014) mendukung argumentasi bahwa dukungan sosial merupakan prediktor yang cukup handal dalam memprediksi intensi kewirausahaan mahasiswa di perguruan tinggi.

Hasil penelitian Suharti & Sirine (2011) dan Saputra (2015) menunjukkan bahwa pendidikan atau pembelajaran kewirausahaan mempunyai pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap intensi kewirausahaan. Sementara untuk pengaruh dukungan akademik terhadap intensi kewirausahaan, oleh Gurbuz dan Aykol (2008), Turker & Selcuk (2009), Suharti & Sirine (2011), serta Saputra (2015) ditunjukkan mempunyai pengaruh positif dan signifikan, sedangkan oleh Yurtkoru et al. (2014) dan Wiyanto (2014) dukungan akademik ditunjukkan mempunyai pengaruh positif tetapi tidak signifikan. Untuk pengaruh dukungan sosial terhadap intensi kewirausahaan ditunjukkan mempunyai pengaruh positif dan signifikan (Suharti & Sirine, 2011; Yurtkoru et al., 2014; Wiyanto, 2014; Saputra, 2015), sedangkan oleh Turker & Selcuk (2009) dukungan sosial ditunjukkan mempunyai pengaruh positif tetapi tidak signifikan.

Dari uraian pengaruh faktor kontekstual, maka hipotesis alternatif ketiga (H3) yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut.

H3: Faktor kontekstual dengan dimensi pendidikan atau pembelajaran kewirausahaan, dukungan akademik, dan dukungan sosial mempunyai pengaruh terhadap intensi kewirausahaan.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga | 71

METODA PENELITIAN Operasionalisasi Variabel Penelitian

Penggunaan variabel-variabel penelitian beserta pengukurannya mengadaptasi kepada variabel-variabel yang telah digunakan oleh peneliti sebelumnya yang menjadi referensi dalam penelitian ini. Variabel penelitian dioperasionalisasikan dalam bentuk instrumen penelitian yang terdiri dari tiga variabel independen, yaitu sosial demografi dengan dimensi: gender; pengalaman kerja; dan latar belakang keluarga, kecerdasan adversitas dengan dimensi: control; origin and ownership; reach; dan endurance (Wijaya, 2007; Srimulyani, 2013; Wijaya & Andrew, 2014; Handaru dkk., 2015), dan faktor kontekstual dengan dimensi: pembelajaran kewirausahaan; dukungan akademik; dan dukungan sosial (Gurbuz & Aykol, 2008; Turker & Selcuk, 2009; Suharti & Sirine, 2011; Yurtkoru et al., 2014; Wiyanto, 2014; Saputra, 2015), serta satu variabel dependen, yaitu intensi kewirausahaan.

Seluruh butir pernyataan diukur dengan menggunakan skala Likert 5 poin (sangat tidak setuju – sangat setuju). Informasi gender, pengalaman kerja, dan latar belakang keluarga (pekerjaan ayah dan atau ibu) juga dikumpulkan dan dioperasionalisasikan dengan skala nominal, 0 = pria dan 1 = wanita; 0 = tidak memiliki pengalaman bekerja atau tidak sedang berwirausaha dan 1 = memiliki pengalaman bekerja atau sedang berwirausaha; dan 0 = memiliki latar belakang keluarga bukan wirausaha dan 1 = memiliki latar belakang keluarga wirausaha.

Sampel dan Pengumpulan Data

Sampel penelitian ini adalah Mahasiswa Prodi S1 Manajemen dan Akuntansi di STIE Indonesia Banjarmasin dengan kriteria telah menempuh mata kuliah kewirausahaan yang merupakan mata kuliah wajib tempuh pada semester empat atau tahun kedua saat mahasiswa menempuh studi.

Pengumpulan data dilaksanakan menggunakan media instrumen penelitian (kuesioner) dengan mendistribusikan kepada mahasiswa yang menjadi responden penelitian pada saat menjelang ujian akhir semester bersama dengan anggota peneliti dan bantuan rekan dosen.

Sebanyak 257 responden (mahasiswa) berpartisipasi dalam penelitian ini, terdiri dari 123 (48 persen) orang dari Prodi S1 Manajemen dan 134 (52 persen) orang dari Prodi S1 Akuntansi dengan rata-rata berusia 21 tahun, dominan pada rentang usia 19-23 tahun (241 orang), termuda 18 tahun dan tertua 34 tahun, dengan jenis kelamin (gender), 97 (38 persen) orang pria dan 160 (62 persen) orang wanita. Sebanyak 155 (60 persen) responden tidak memiliki pengalaman bekerja atau tidak sedang berwirausaha dan 102 (40 persen) responden mahasiswa memiliki pengalaman bekerja atau sedang berwirausaha, serta sebanyak 143 (56 persen) responden memiliki latar belakang keluarga bukan wirausaha dan 114 (44 persen) responden memiliki latar belakang keluarga wirausaha.

72 | Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

Teknik Analisis

Statistik deskriptif dan statistik inferensi digunakan dalam penelitian ini, dimana statistik inferensi digunakan untuk uji kualitas data, uji normalitas data, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis penelitian. Untuk deskripsi statistik variabel yang diukur dengan skala Likert dilengkapi dengan kategorisasi untuk menggambarkan tinggi rendahnya nilai subjek. Kategorisasi dibuat menjadi tiga bagian, yaitu tinggi, sedang dan rendah berdasarkan distribusi kurva normal dengan menggunakan formulasi yang juga digunakan Wijaya (2007) sebagai berikut.

(RT + (1.SD T)) ≤ RE < (RT + (3.SDT)) = Kategori Tinggi .............................................. 1 (RT - (1.SD T)) ≤ RE < (RT + (1.SDT)) = Kategori Sedang .............................................. 2 (RT - (3.SD T)) ≤ RE < (RT - (1.SDT)) = Kategori Rendah .............................................. 3 Keterangan: RE = Rerata Empiris; RT = Rerata Teoritis; dan SDT = Standar Deviasi Teoritis.

Evaluasi statistik dilakukan sebelum uji hipotesis penelitian, yaitu: (1) uji kualitas data yang terdiri dari uji validitas dan reliabilitas, dimana uji validitas dengan prosedur Confirmatory Factor Analysis (CFA) dan uji reliabilitas dengan uji Cronbach’s Alpha; (2) uji normalitas data dengan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S); dan (3) uji asumsi klasik yang terdiri dari uji multikoliniearitas dan heteroskedastisitas, dimana uji multikoliniearitas dengan melihat nilai Tolerance dan lawannya VIF (Variable Inflation Factor) dan uji heteroskedastisitas dengan uji Glejser. Uji autokorelasi sebagai salah satu uji asumsi klasik tidak dilakukan karena menurut Ghozali (2006:100), pada data cross section (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi. Seluruh evaluasi statistik pendahuluan ini dilakukan dengan prosedur seperti yang ditunjukkan oleh Ghozali (2006:95-156).

Setelah dilakukan evaluasi terhadap asumsi-asumsi yang mendahului sebelum melakukan uji hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) instrumen yang digunakan mengukur variabel/faktor/konstruk yang digunakan dalam penelitian ini adalah akurat dan reliabel atau handal untuk digunakan (Tabel 4 Lampiran); (2) data residual dari model-model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdistribusi normal (Tabel 1 Lampiran); (3) tidak ada gejala multikoliniearitas antar variabel independen (Tabel 2 Lampiran) dan gelaja heteroskedastisitas (Tabel 3 Lampiran) dalam model-model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Rangkuman atas evaluasi statistik ini disajikan pada Lampiran.

Untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan dengan analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Ketetapan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai yang diukur dari Goodness of fit-nya, oleh Ghozali (2006:87) dikemukakan bahwa secara statistik

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga | 73 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga | 73

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif

Dengan jumlah responden penelitian sebanyak 257 orang, pada Tabel 1 disajikan deskripsi nilai kisaran teoritis, kisaran empiris beserta nilai rerata (rata-rata) dan standar deviasi (SD) berikut kategorisasi nilai rerata empiris serta kesimpulan tinggi rendahnya nilai.

Tabel 1 Statistik Deskriptif dan Kategorisasi Nilai Rerata Empiris (N = 257)

KATEGORISASI TEORITIS VARIABEL

KESIMPULAN MIN. MAX. RERATA SD

TEORITIS

EMPIRIS

RENDAH KATEGORI KECERDASAN ADVERSITAS

MIN. MAX. RERATA SD

TINGGI

SEDANG

29,33 - 40,00 18,67 - 29,33 8,00 - 18,67 Sedang Control

7,33 - 10,00 4,67 - 7,33 2,00 - 4,67 Sedang Origin & Ownership

7,33 - 10,00 4,67 - 7,33 2,00 - 4,67 T inggi Reach

7,33 - 10,00 4,67 - 7,33 2,00 - 4,67 T inggi Endurance

7,33 - 10,00 4,67 - 7,33 2,00 - 4,67 Sedang

KONTEKSTUAL

40,33 - 55,00 25,67 - 40,33 11,00 - 25,67 T inggi Pembelajaran Wirausaha

14,67 - 20,00 9,33 - 14,67 4,00 - 9,33 T inggi Dukungan Akademik

14,67 - 20,00 9,33 - 14,67 4,00 - 9,33 T inggi Dukungan Sosial

11,00 - 15,00 7,00 - 11,00 3,00 - 7,00 T inggi

INTENSI KEWIRAUSAHAAN

29,33 - 40,00 18,67 - 29,33 8,00 - 18,67 Sedang

Sumber: Data primer diolah 2016.

Berdasarkan data empiris yang telah diolah pada Tabel 1 ditunjukkan kecerdasan adversitas responden secara keseluruhan, rerata (rata-rata) empiris sebesar 29,26 (rerata teoritis 24,00) dengan standar deviasi (SD) empiris 2,81, dalam kategori sedang (18,67 – 29,33), artinya secara umum dapat disimpulkan kecerdasan mahasiswa dalam kemampuan dan ketahanan mengatasi segala kesulitan hidup demi mencapai suatu tujuan atau kesuksesan tertentu adalah cukup tinggi.

Dimensi pertama dari kecerdasan adversitas adalah control, dalam kategori sedang, artinya secara umum mahasiswa memiliki pengendalian dan pengaruh yang cukup tinggi (cukup baik) pada situasi yang sulit bahkan dalam situasi yang sangat di luar kendali. Untuk dimensi kedua, yaitu origin and ownership ditunjukkan dalam kategori tinggi, artinya secara umum mahasiswa memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengatasi rasa bersalah yang tidak semestinya atas peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi serta mampu bertanggung jawab

74 | Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga 74 | Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

Berikutnya pada dimensi ketiga dari kecerdasan adversitas adalah reach dengan kategori tinggi, artinya secara umum mahasiswa memiliki kemampuan yang tinggi dalam memperhatikan kegagalan dan tantangan yang mereka alami dan tidak membiarkannya memengaruhi keadaan pekerjaan dan kehidupan mereka. Sedangkan untuk dimensi keempat, yaitu endurance, ditunjukkan dalam kategori sedang, artinya secara umum mahasiswa memiliki kemampuan yang cukup tinggi untuk tetap memiliki harapan dan optimis.

Untuk variabel kontekstual dengan dimensi pembelajaran kewirausahaan, dukungan akademik dan dukungan sosial, diperlihatkan persepsi responden secara keseluruhan maupun dimensinya untuk kontekstual adalah tinggi. Dengan demikian pendidikan atau pembelajaran kewirausahaan yang telah didapatkan oleh mahasiswa pada saat menempuh studi dipersepsikan bahwa proses pembelajaran telah berlangsung dengan baik, baik dalam kurikulum maupun metode pembelajaran (dosen, materi/bahan dan tugas-tugas) sehingga mahasiswa mengalami proses dalam mendapatkan pengalaman yang bermakna dan telah memberikan motivasi yang besar bagi mahasiswa untuk berwirausaha. Begitu pula dengan dukungan akademik yang dipersepsikan oleh mahasiswa, bahwa kampus telah berhasil menciptakan suatu kondisi yang mendukung untuk terciptanya keinginan dan motivasi yang kuat untuk mahasiswa berwirausaha. Demikian juga dukungan sosial yang tinggi dalam hal ini adalah dukungan keluarga terdekat dan teman terdekat serta orang-orang yang dianggap penting oleh bersangkutan dipersepsikan akan mendukung jika mengambil keputusan untuk berwirausaha.

Untuk nilai rerata empiris intensi kewirausahaan seperti diperlihatkan pada Tabel 1 ditunjukkan sebesar 28,82 (rerata teoritis 24) dengan SD empiris 3,88, dalam kategori sedang (18,67 – 29,33), artinya mahasiswa memiliki intensi kewirausahaan atau niat untuk menjadi wirausaha yang cukup tinggi setelah menjadi sarjana, atau dengan kata lain kemungkinan cukup besar mahasiswa setelah lulus kuliah (menjadi sarjana) untuk berprofesi sebagai wirausaha.

Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis regresi berganda (multiple regression analysis ). Hasil pengujian regresi berganda dengan bantuan program aplikasi SPSS dirangkum dan disajikan pada Tabel 2 berikut.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga | 75

Tabel 2 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis

Rerata Intensi

VARIABEL/FAKTOR

Kewirausahaan β KOEFISIEN SIG.

Dimensi

(Kategori)

SOSIAL DEMOGRAFI

30,28 (T inggi)

Pengalaman Kerja

Adj.R 2 = 0,114 T idak Ada

29,51 (T inggi)

Sig. = 0,000*

Latar Belakang Keluarga

Bukan Wirausaha

29,69 (T inggi)

Kategori Rerata

KECERDASAN ADVERSITAS

0,000 * Adj.R 2 = 0,071

Origin and Ownership

T inggi

T inggi

Pembelajaran Kewirausahaan 2 T inggi 0,100 0,057 Adj.R = 0,255

Dukungan Akademik

T inggi

Dukungan Sosial

0,000 * Sig. = 0,000* Dependen Variabel: Intensi Kewirausahaan Keterangan: * p < 0,05 Sumber: Diolah dari output SPSS dan T abel 1, 2016.

T inggi

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan untuk uji H1 secara simultan (uji F) faktor sosial demografi dengan dimensi: gender, pengalaman kerja, dan latar belakang keluarga mempunyai pengaruh signifikan (p = 0,000 atau p < 0,05) terhadap intensi kewirausahaan,

dengan nilai F sebesar 11,950. Koefisien determinasi nilai Adjusted R 2 ditunjukkan sebesar 0,114, artinya 11,4 persen variasi tingkat intensi kewirausahaan mahasiswa yang

mencerminkan intensi atau niat berwirausaha dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel independen. Sedangkan sisanya 88,6 persen dijelaskan oleh dimensi atau faktor- faktor lain di luar model.

Secara parsial dengan uji t (parameter individual), dari faktor sosial demografi pada dimensi gender menunjukkan pengaruh signifikan (p = 0,000 atau p < 0,05) terhadap intensi kewirausahaan dengan nilai β koefisien sebesar 0,267, dimana mahasiswa pria memiliki rerata intensi kewirausahaan yang lebih tinggi (30,28) dibandingkan rerata intensi kewirausahaan mahasiswa wanita (27,94). Rerata mahasiswa pria di atas rerata keseluruhan

76 | Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

(28,32) dan rerata mahasiswa wanita di bawah rerata keseluruhan, sehingga dapat disimpulkan intensi kewirausahaan mahasiswa pria adalah tinggi sedangkan intensi kewirausahaan mahasiswa wanita adalah sedang (cukup tinggi).

Selanjutnya pada dimensi pengalaman kerja ditunjukkan mempunyai pengaruh tidak signifikan (p = 0,208 atau p > 0,05) terhadap intensi kewirausahaan dengan nilai β sebesar 0,075, dimana intensi kewirausahaan mahasiswa mempunyai pengalaman kerja adalah tinggi (29,51) sedangkan intensi kewirausahaan mahasiswa yang tidak mempunyai pengalaman kerja adalah sedang (cukup tinggi/28,37).

Sedangkan pada dimensi latar belakang keluarga wirausaha ditunjukkan mempunyai pengaruh signifikan (p = 0,004 atau p < 0,05) terhadap intensi kewirausahaan dengan nilai β sebesar 0,170, dimana mahasiswa yang mempunyai latar belakang keluarga wirausaha memiliki rerata intensi kewirausahaan yang lebih tinggi (29,69) dibandingkan rerata intensi kewirausahaan mahasiswa yang tidak mempunyai latar belakang keluarga wirausaha (28,13) jika dibandingkan dengan rerata keseluruhan (28,32), sehingga dapat disimpulkan intensi kewirausahaan mahasiswa mempunyai latar belakang keluarga wirausaha adalah tinggi sedangkan intensi kewirausahaan mahasiswa yang tidak mempunyai latar belakang keluarga wirausaha adalah sedang (cukup tinggi).

Dari hasil pengujian pada hipotesis alternatif pertama (H1) dapat disimpulkan bahwa secara simultan faktor sosial demografi dengan dimensi gender, pengalaman kerja dan latar belakang keluarga mempunyai pengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan. Secara parsial hanya dimensi gender dan latar belakang keluarga yang berpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan, dimana mahasiswa pria memiliki intensi kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa wanita dan mahasiswa yang memiliki latar belakang keluarga wirausaha mempunyai intensi kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang tidak memiliki latar belakang keluarga wirausaha.

Untuk uji H2 secara secara simultan kecerdasan adversitas dengan dimensi: control, origin and ownership, reach, dan endurance mempunyai pengaruh signifikan (p = 0,000 atau p < 0,05) terhadap intensi kewirausahaan dengan nilai F sebesar 5,900. Koefisien determinasi

nilai Adjusted R 2 ditunjukkan sebesar 0,071, artinya 7,1 persen variasi tingkat intensi kewirausahaan mahasiswa yang mencerminkan intensi atau niat berwirausaha dapat

dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel independen. Sedangkan sisanya 92,9 persen dijelaskan oleh dimensi atau faktor-faktor lain di luar model.

Secara parsial dengan uji t, dari faktor kecerdasan adversitas pada dimensi control menunjukkan pengaruh positif (0,435) dan signifikan (p = 0,000 atau p < 0,05) terhadap intensi kewirausahaan. Begitu pula dimensi endurance menunjukkan pengaruh positif (0,135) dan signifikan (p = 0,017 atau p < 0,05) terhadap intensi kewirausahaan. Sedangkan untuk dimensi origin and ownership ditunjukkan mempunyai pengaruh positif (0,051) dan tidak signifikan (p = 0,485 atau p > 0,05) terhadap intensi kewirausahaan, serta untuk dimensi

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga | 77 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga | 77

Dari hasil pengujian pada hipotesis alternatif kedua (H2) dapat disimpulkan bahwa secara simultan faktor kecerdasan adversitas dengan dimensi: control, origin and ownership, reach , dan endurance mempunyai pengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan. Sedangkan secara parsial hanya dimensi control dan endurance yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap intensi kewirausahaan.

Untuk uji H3 secara secara simultan faktor kontekstual dengan dimensi pendidikan atau pembelajaran kewirausahaan, dukungan akademik dan dukungan sosial mempunyai pengaruh signifikan (p = 0,000 atau p < 0,05) terhadap intensi kewirausahaan dengan nilai F sebesar

30,184. Koefisien determinasi nilai Adjusted R 2 ditunjukkan sebesar 0,255, artinya 25,5 persen variasi tingkat intensi kewirausahaan mahasiswa yang mencerminkan intensi atau niat

berwirausaha dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel independen. Sedangkan sisanya 74,5 persen dijelaskan oleh dimensi atau faktor-faktor lain di luar model.

Secara parsial dengan uji t, dari faktor kontekstual dimensi dukungan sosial menunjukkan pengaruh positif (0,327) dan signifikan (p = 0,000 atau p < 0,05) terhadap intensi kewirausahaan. Sedangkan dimensi pendidikan atau pembelajaran kewirausahaan dan dukungan akademik menunjukkan pengaruh positif (0,100 dan 0,073) dan tidak signifikan (p = 0,057 dan 0,204 atau p > 0,05) terhadap intensi kewirausahaan.

Dari hasil pengujian pada hipotesis alternatif ketiga (H3) dapat disimpulkan bahwa secara simultan faktor kontekstual dengan dimensi pendidikan atau pembelajaran kewirausahaan, dukungan akademik, dan dukungan sosial mempunyai pengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan. Sedangkan secara parsial hanya dimensi dukungan sosial yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap intensi kewirausahaan.

Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosial demografi dimensi gender dan latar belakang keluarga mempunyai pengaruh signifikan (penting) terhadap intensi kewirausahaan, sedangkan faktor kecerdasan adversitas dimensi control dan endurance mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap intensi kewirausahaan, serta faktor kontekstual dimensi dukungan sosial yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap intensi kewirausahaan. Sedangkan dimensi pengalaman kerja dari faktor sosial demografi, dimensi origin and ownership dan reach dari faktor kecerdasan adversitas, serta dimensi pembelajaran kewirausahaan dan dukungan akademik dari faktor kontekstual mempunyai pengaruh tidak signifikan (tidak penting) terhadap intensi kewirausahaan.

Bahwa faktor sosial demografi dimensi gender mempunyai pengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan, dimana mahasiswa pria memiliki intensi kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa wanita. Hasil ini kembali mendukung hasil penelitian Gurbuz & Aykol (2008) dan Sarwoko (2011) yang juga menunjukkan bahwa gender

78 | Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga 78 | Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

Untuk faktor sosial demografi dimensi latar belakang keluarga ditunjukkan mempunyai pengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa, dimana mahasiswa yang memiliki latar belakang keluarga wirausaha mempunyai intensi kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang tidak memiliki latar belakang keluarga wirausaha. Hasil ini kembali mendukung hasil penelitian Gurbuz & Aykol (2008), Suharti & Sirine (2011) dan Sarwoko (2011) yang menunjukkan bahwa latar belakang keluarga memiliki pengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan. Serta mendukung ulasan Indarti & Rostiani (2008) atas beberapa hasil penelitian sebelumnya, bahwa jika kondisi lingkungan sosial seseorang pada saat dia berusia muda kondusif untuk kewirausahaan dan seseorang tersebut memiliki pengalaman yang positif terhadap sebuah usaha, maka dapat dipastikan orang tersebut mempunyai gambaran yang baik tentang kewirausahaan sehingga memiliki intensi untuk berwirausaha.

Sedangkan faktor sosial demografi dimensi pengalaman kerja mahasiswa ditunjukkan mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa, dimana mahasiswa yang memiliki pengalaman kerja mempunyai intensi kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang tidak memiliki pengalaman kerja. Hasil ini mendukung temuan penelitian Indarti & Rostiani (2008) yang menunjukkan pengalaman kerja memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa Indonesia dan Jepang.