BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Diversifikasi Pemanfaatan Lahan Persawahan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Petani” (Studi di Desa Sitabotabo, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Petani selalu jadi pembicaraan setiap kali menyinggung masalah pangan di dalam negeri. Sebaliknya, kesejahteraan mereka jarang dibicarakan bahkan hampir dilupakan, padahal 60 persen rakyat Indonesia hidup dari sektor pertanian. Dalam kebijakan pemerintah menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) dikatakan belum bisa sejahtera. Kenaikan Harga Pembelian Pemerintah tersebut, juga dimaksudkan mendongkrak tingkat kesejahteraan petani. Namun lebih dari pada itu, sudah saatnya petani tidak semata-mata ditempatkan sebagai obyek sekedar produsen padi.

  Dalam meningkatkan kesejahteraan, petani memanfaatkan lahan yang ada melalui diversifikasi lahan sawah. Semakin gencarnya program diversifikasi pangan di Sumut, membuat konsumsi beras di Sumatera Utara sejak beberapa tahun terakhir mengalami penurunan. Dengan rata-rata 1,89% per tahun tersebut pun diharapkan bisa meningkatkan ketahanan pangan di Sumut. Adapun data konsumsi beras pada 2009 mencapai 139,5 kg per kapita per tahun turun menjadi 136,85 kg per kapita per tahun pada tahun 2010. Pada tahun 2011 berdasarkan analisis situasi pangan menunjukkan angka konsumsi beras yang lebih rendah, yakni 134,24 kg per kapita per tahun.

  Dalam rangka penurunan konsumsi beras, pihaknya terus menyosialisasikan peningkatan konsumsi bahan pangan nonberas seperti umbi- umbian, kentang, sayuran dan bahan pangan lainnya. Satu di antaranya, dengan membangkitkan kearifan lokal di Sumut, yakni mengkonsumsi umbi-umbian sebelum makan nasi, dengan sebutan manggadong (memakan ubi).Satu di antara program prioritas adalah menurunkan konsumsi beras. Hal ini dalam upaya peningkatan ketersediaan bahan pangan melalui kebijakan intensifikasi, ekstensifikasi pengembangan cadangan pangan dan diversifikasi bahan pangan.

  Sehingga ke depan, tepatnya di tahun 2013, pola pangan harapan di Sumut bisa dilakukan antara lain melalui percepatan penganekaragaman konsumsi pangan.

  Badan Ketahanan Pangan (BKP) Sumut terus menggalakkan program penganekaragaman pangan. Di sisi lain, program tersebut diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan semakin terjaminnya ketersediaan pangan di tengah-tengah masyarakat.

  di akses tanggal 5 Mei 2012, pukul 10 18 Wib).

  Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Tapanuli Utara yang mayoritas petani. Revitalisasi sektor pertanian harus menjadi prioritas sebab tidak ada yang bisa memproduksi pangan kecuali pertanian. Agar revitalisasi pertanian berhasil menurutnya, harus dilakukan dari bawah yakni pedesaan/kelurahan, dengan kata lain perlu dilakukan moderinisasi pedesaan, karena sebagian besar masyarakat di desa merupakan petani. Berbagai kegiatan yang harus dilakukan dalam program revitalisasi tersebut yakni pemilihan komoditi bernilai ekonomi tinggi, memperbaiki mekanisme pertanian, diversifikasi, pengamanan ketahanan pangan, peningkatan daya saing. Kegiatan modernisasi pedesaan dan revitalisasi dalam diversifikasi pertanian itu dapat tewujud jika ditunjang sarana dan prasarana atau infrastruktur seperti jalan, jembatan, irigasi dan air bersih. 2012, pukul 10:21 Wib).

  Pertanian Indonesia umumnya adalah pertanian keluarga skala kecil dengan rataan kepemilikan 0,35 ha, maka peningkatan pendapatan yang dapat dimiliki, dengan melakukan usaha. Pada umunya usaha pertanian ditujukan untuk memperkecil risiko karena dinamika harga dan faktor ekonomi lainnya, dan karena adanya perubahan iklim atau cuaca.

  Pada penelitian Tahlim Sudaryanto

  tentang “kebijakan strategis usaha pertanian dalam rangka peningkatan produksi dan p

  sektor pertanian di Indonesia,

  engentasan kemiskinan” menyatakan bahwa

  khususnya usaha tani lahan sawah, memiliki nilai multifungsi yang besar dalam peningkatan ketahanan pangan, kesejahteraan petani, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Keberlanjutan pertanian dengan program lahan pertanian abadi akan dapat diwujudkan jika sektor pertanian dengan nilai multifungsinya dapat berperan dalam pengentasan kemiskinan. Tingkat kemiskinan absolut tahun 2004 mencapai 36,10 juta orang, sebagian besar tinggal di pedesaan (68,70%) dengan kegiatan utama (60%) di sektor pertanian. di akses tanggal 12 Desember 2012, pukul 20:12 Wib)

  Jumlah penduduk miskin, yakni penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan, di Sumatera Utara pada bulan Maret 2010 sebesar 1.490.900 orang (11,31 %). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2009 yang berjumlah 1.499.700 orang (11,51 %), berarti jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara berkurang sebanyak 8.800 orang atau persentasenya berkurang

  • – Maret 2010, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 9.800 orang (0,27 %). Pada bulan Maret 2010, penduduk miskin berada di daerah perdesaan sebesar 11,29 % . Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Sumatera Utara tahun 2010 meningkat dibanding tahun 2009, yaitu menjadi 0,57 dari 0,50. Demikian pula untuk Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), angkanya mengalami peningkatan, yakni dari 1,92 tahun 2009 menjadi 2,04 pada tahun 2010.

  Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin menjauhi garis kemiskinan dan tingkat ketimpangannya juga semakin besar. Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah mereka yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Pada bulan Maret 2010 garis kemiskinan Sumatera Utara sebesar Rp. 222.898,- per kapita per bulan.

  Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinannya sebesar Rp. 247.547,- per kapita per bulan, dan untuk daerah perdesaan sebesar Rp. 201.810,- per kapita per bulan.

  Dilihat dari besarnya jumlah pengeluaran per kapita pada daerah pedesaan itu terlihat betapa sulitnya petani di daerah pedesaan dalam memenuhi kebutuhan hidup, tetapi karena di pedesaan masih adanya sistem kearifan tradisi, dimana penduduk petani miskin saling tolong-menolong, gotong-royong yang dapat membantu para petani dalam melakukan pekerjaan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.(BPS Provinsi Sumut 2011, Sumut dalam Angka 2011)

  

Pendapatan rumah tangga pada daerah pedesaan dengan usaha tani

berbasis non padi umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan daerah berbasis mendorong petani melakukan usaha diversifikasi usaha tani dalam rangka meningkatkan pendapatannya. Diversifikasi Pertanian adalah usaha

  penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah satu hasil pertanian. Diversifikasi pertanian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : Memperbanyak jenis kegiatan pertanian, misalnya seorang petani selain bertani juga beternak ayam dan beternak ikan dan memperbanyak jenis tanaman pada suatu lahan, misalnya pada suatu lahan selain ditanam jagung juga ditanam padi ladang.

  

Sektor pertanian, khususnya usaha tani lahan sawah dengan menggunakan

diversifikasi memiliki nilai multifungsi yang besar dalam peningkatan pendapatan, kesejahteraan petani, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Keberlanjutan pertanian dengan program lahan pertanian abadi akan dapat diwujudkan jika sektor pertanian dengan nilai multifungsinya dapat berperan dalam pengentasan kemiskinan. Menurut Saptan a dalam “diversifikasi usahatani

  alasan petani

  lahan sawah di Kabupaten Klaten dan Kediri” menyatakan bahwa melakukan diversifikasi usahatani adalah untuk memenuhi keragaman kebutuhan konsumsi keluarga.

  Dalam konteks ekonomi, diversifikasi pertanian diarahkan untuk meningkatkan kemakmuran sosial, ekonomi ,memenuhi permintaan pasar dan meningkatkan pendapatan petani dengan tingkat stabilitas yang lebih tinggi. Peningkatan pendapatan dapat mempengaruhi peningkatan kesejahteraan sosial. Peningkatan kesejahteraan penduduk desa didukung oleh peningkatan dan bahwa petani mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai tingkat kuliah.

  Peranan lahan sawah dalam meningkatkan ekonomi rumah tangga (Pudjiwati Sajogyo 2000:80). petani, ukuran yang dipakai adalah pangsa pendapatan dari usaha tani di sawah terhadap total pendapatan rumah tangga. Meningkatkan kesejahteraan petani melalui upaya peningkatan pendapatan rumah tangga merupakan sasaran akhir dan pembangunan nasional, tingkat pendapatan merupakan salah satu faktor kunci bagi rumah tangga untuk akses terhadap pangan yang dibutuhkan.

  Penduduk di Kabupaten Tapanuli Utara, kecamatan Siborongborong, desa Sitabotabo, mayoritas bermata pencaharian petani tanaman pangan, dan hanya sebagian kecil mayarakat yang bekerja di luar sektor pertanian dan instansi pemerintah. Jika dilihat dari besarnya kebutuhan hidup melihat kondisi kenaikan harga pangan saat ini, petani sangat sulit memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun dalam masyarakat desa Sitabotabo dikenal dengan adanya sistem tolong menolong, gotong royong (marsiadapari) dan kerjasama yang dapat membantu para tani yang memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

  Pada kenyataanya petani desa Sitabotabo awalnya menanam tanaman tunggal saja di lahan sawah yaitu padi, padi ditanam hanya satu kali dalam satu tahun saja. Setelah padi dipanen, padi akan disimpan untuk kebutuhan selama satu tahun, tetapi tidak semua petani mampu untuk menyimpan padi, karena banyaknya kebutuhan yang akan dipenuhi, untuk memenuhi kebutuhan tersebut petani harus menjual padi mereka, oleh karena itu sebelum padi dipanen kembali para petani akan susah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan para petani juga sudah mulai bingung untuk membeli beras untuk. Beras dalam keluarga sudah menjadi kewajiban untuk bahan pangan. Hidup susah membuat para petani Sekolah Menengah Atas saja. Untuk jenjang perkuliahan sangat sulit untuk dilakukan karena biaya yang tidak ada.

  Kesadaran petani untuyk melakukan perubahan pola bertani muncul karena rendahnya tingkat pendapatan yang sedikit sehingga petani mencoba melakukan kegiatan bertani yang berbeda dari yang sebelumnya. Perubahan sistem bertani yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, kesejahteraan petani di ukur dari tingginya pendapatan. Jika pendapatan baik, maka pendidikan dan pengetahuan anak akan semakin tinggi dan berkembang.

  Cara yang dilakukan petani Sitabotabo untuk bertani dari awalnya hanya menanam padi di lahan sawah mengalami perubahan menjadi petani yang menanam banyak jenis anekaragam tanaman pada lahan sawah yaitu dengan cara diversifikasi.

  Awal pertama diversifikasi dilakukan masyarakat desa Sitabotabo hanya merupakan coba-coba saja oleh salah satu warga pada tahun 2002, ternyata hal tersebut cukup baik untuk menambah pendapatan petani. Lama kelamaan diversifikasi pertanian ini dilakukan oleh hampir semua petani desa Sitabotabo. Awal dilakukan diversifikasi di lahan sawah itu karena pada awalnya tanaman sayur-sayuran di tanam di lahan kering, tetapi karena petani menanam kopi di lahan kering, maka petani harus menanam tanaman yang dulunya di tanam di lahan kering menjadi ditanam di lahan sawah, dengan melakukan diversifikasi.

  Sistem gotong-royong ini terjadi hanya kepada petani yang sama-sama melakukan pekerjaan yang sama, misalnya pada saat mengolah, memanen padi sistem ini Nilai gotong-royong tidak dilakukan oleh petani yang tidak punya lahan, jadi pada saat dia bekerja pada lahan orang, maka dia akan di gaji, sistem gaji berupa uang, dan digaji perhari , mereka kerja mulai dari jam 08.00-18.00 Wib dan tergantung dengan kondisi. Sistem upah yang dilakukan terhadap perempuan dan laki-laki sangat berbeda. Misalnya laki-laki kerja akan di gaji sebesar Rp. 40.000,00, dan perempuan di berikan upah sebesar Rp. 25.000,00, dan makanan, kopi, rokok akan di tanggung oleh pemilik lahan. Disini terdapat perbedaan antara perempuan dan laki-laki di karenakan bahwa nilai laki-laki itu pada Desa Sitabotabo lebih di utamakan karena laki-laki yang menjadi kepala keluarga dan bersifat patriarkhi atau marga diturunkan dari laki-laki.

  Alat-alat yang digunakan petani desa Sitabotabo ini untuk melakukan diversifikasi adalah alat tradisional seperti: cangkul dan babat, tetapi pada tahun 2008, mereka sudah mulai menggunakan alat teknologi yang berasal dari Kelompok Tani yang menyumbangkan Hand Tractor 1 unit kepada kelompok tani. Petani yang mendapatkan Hand Tractor adalah mereka yang menjadi anggota kelompok tani Sinurgabe. Hal ini dapat membantu mempermudah petani untuk melakukan pekerjaan mereka di sawah dan berdiversifikasi di lahan sawah.

  Adapun cara yang dilakukan masyarakat petani untuk mengoptimalkan lahan sawah tersebut yaitu :

  1. Mengeringkan sawah dengan memisahkan gabah padi, gabah padi juga dimanfaatkan petani sebagai kompos/pupuk, juga sebagai makanan ternak seperti kerbau.

  3. Setelah lahan kering, tanah akan dihaluskan, dan siap untuk menanam tanaman, tanaman yang sering ditanam di lahan sawah adalah cabai, sayur, tomat, jagung, kacang, beternak ikan.

  Dari segi ekonomi, diversifikasi bertujuan memperkecil resiko yang disebabkan oleh dinamika harga dan faktor ekonomi lainnya serta perubahan iklim. Dari segi pemanfaatan sumber daya, diversifikasi berpeluang meningkatkan pemanfaatan sumberdaya manusia, peningkatan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha serta pemanfaatan sumberdaya alam dan modal. Dari segi budidaya diversifikasi dapat memperkecil pengaruh iklim dan dapat memperkecil intensitas serangan hama penyakit tanaman melalui pemutusan siklus. Dalam penelitian yang dilakukan Handewi P

  Saliem tentang “Diversifikasi Usaha Tani dan Tingkat pendapatan Petani di Lahan Sawah” menyatakan bahwa tujuan melakukan diversifikasi pada lahan sawah adalah untuk meminimumkan resiko, menghindari buruknya ekonomi,sebagai sumber pertumbuhan baru. ( akses tanggal 23 Januari 2012 pukul 15:12 Wib).

  Sawah yang di gunakan oleh desa Sitabotabo untuk melakukan diversifikasi yaitu sawah irigasi, dimana lahan sawah tersebut bisa menanam tanaman lainnya. Lahan sawah yang bersifat sawah irigasi dapat di optimalkan untuk menanam tanaman lainnya. Ketika sawah digunakan untuk menanam padi, maka air akan di masukkan ke sawah, tetapi ketika lahan sawah di manfaatkan Tetapi tidak semua lahan dapat digunakan untuk menanam tanaman seperti sayur- sayuran, karena keadaan geografisnya yang berbukit-bukit. Lahan yang tidak bisa di tanami sayur-sayuran yaitu jenis tanah yang berlumpur, kadar air yang banyak, dan susah untuk di keringkan.

  Diversifikasi pemanfaatan lahan sawah sangat rutin dilakukan petani bersama tiap tahun, yaitu sama-sama menanam padi di bulan Desember, dan memanen pada bulan Mei, pada bulan Juni mereka sudah mulai mengolah sawah dengan menggunakan alat tradisional dan Hand tractor. Sistem mina padi (diversifikasi lahan saat penanaman padi dilakukan ) tidak pernah di lakukan di lahan sawah. Misalnya saat menanam padi mereka melakukan diversifikasi pada lahan sawah dengan beternak ikan, hal itu tidak dilakukan karena dapat merusak tanaman padi, karena selama padi di tanam, tidak selamanya sawah berair, ada saat-saat untuk mengeringkan sawah, karena ketika padi akan di pupuk kondisi lahan akan kering, jika hal itu terjadi, maka ikan yang di di dalam sawah tersebut akan mati dan tidak dapat bertahan.

  Alasan petani desa Sitabotabo melakukan diversifikasi pada lahan sawah dan tidak melakukan di lahan kering yaitu karena pada orde baru ketika pengalihan tanaman sayur-sayuran menjadi kopi pada lahan kering mengakibatkan petani harus berusaha untuk menanam sayuran di lahan untuk menambah penghasilan mereka. Hal ini mendorong petani untuk mencoba melakukan diversifikasi pada lahan sawah. Sistem diversifikasi saat menanam sayuran di lahan sawah dilakukan secara bertahap. Ketika lahan sawah sudah ketika cabai sudah berumur 1 bulan, maka dapat menanam tanaman lainnya berupa sayur, jagung karena umur sayur dan jag ung lebih cepat daripada cabai. Dan ketika petani panen cabai, mereka juga sudah dapat memanen jagung.

  Bentuk interaksi sosial yang ada adalah kerjasama yang merupakan aktivitas kolektif yang memberikan keuntungan pada setiap individu yang ikut di dalamnya. Dalam kerjasama ke dua belah pihak saling mempengaruhi dan saling menguntungkan. Di antara beberapa macam bentuk kerjasama adalah tolong- menolong. Tolong menolong yang terjadi bisa dalam bentuk altruisme dan pertukaran imbalan (reward exchange). Altruisme adalah hasrat untuk menolong orang lain tanpa memikirkan diri sendiri, sedangkan pertukaran imbalan (reward exchange) adalah perbuatan yang dilakukan seseorang dengan tujuan agar suatu saat dia mendapatkan imbalan yang sama dari perbuatan yang dia lakukan pada orang lain tersebut.

  Peningkatan kesejahteraan petani melalui diversifikasi juga meningkatkan interaksi sosial antar petani, yaitu : (a). Pada saat mengolah lahan, sistem gotong- royong tidak dilakukan tetapi sistem kerja untuk mendapatkan imbalan atau upah, (b). Pada saat panen dan menanam padi, ketika petani memanen padi masyarakat melakukan kerja sama yang baik dan sistem kerja petani pada saat memanen padi tidak bersifat upahan, tetapi bersifat kekeluargaan, diman para petani melakukan pergiliran kerja. Misalnya hari pertama memanen padi dilakukan di lahan si A, hari kedua dilakukaan di tempat si B.sistem kerja tersebut trerjalin karena interaksi atau komunikasi sosial itu masih terjaga dengan baik. Begitu juga pada pekerjaan mereka cepat siap. (c). Setelah melakukan diversifikasi pada lahan sawah interaksi sosial juga terjalin dengan baik antara tengkulak dengan petani sayur, ketika memanen hasil dari diversifikasi pada lahan sawah mereka.

  Para tengkulak itu adalah petani yang mempunyai kerja sampingan sebagai tengkulak ketika hasil sayuran di panen dari lahan sawah.Pembangunan sektor pertanian tidak terlepas dari adanya para pemilik modal. Mereka ikut serta dalam persaingan pasar pertanian untuk mencari hasil-hasil pertanian dari para petani untuk dibeli dan memperoleh keuntungan. Dalam rangka pemasaran hasil- hasil pertanian peran tengkulak sangatlah dibutuhkan oleh para petani di daerah pedesaan.

  Alasan petani desa Sitabotabo, Kecamatan Siborongborong, menggunakan jasa tengkulak dalam menjual hasil panen adalah:(1) Karena tidak semua memiliki kendaraan angkut sendiri. Petani sayur merasa dipermudah dengan adanya tengkulak yang mendatangi mereka dengan sekaligus membawa kendaraan pengangkut sehingga petani tidak perlu menyewa kendaraan lagi. Petani lebih memilih menjual kepada tengkulak meskipun di bawah harga pasar untuk segera mendapatkan uang daripada hasil panen sayurnya layu dan tidak laku untuk dijual. (2) Karena petani sudah sering meminjam modal berupa bibit dan pupuk kepada tengkulak karena merasa lebih mudah sedangkan tengkulak juga merasa diuntungkan karena petani menjual hasil panen kepada tengkulak yang memberikan modal bibit dan pupuk pada saat panen.

  Pola interaksi sosial antara tengkulak dengan petani di Desa Sitabotabo, Kerjasama, dalam hal ini adalah kerjasama yang dilakukan bersifat tetap dengan melibatkan orang-orang atau pelaku yang sama yaitu antara petani dengan tengkulak yang sama setiap melakukan transaksi jual beli hasil panen sayur dan dilakukan secara berulang-ulang. Pola yang kedua adalah pola Akomodasi, yaitu interaksi sosial antara tengkulak dengan petani sayur yang dibangun saling menguntungkan, tidak ada permasalahan dalam kegiatan penjualan hasil panen sayuran yang ada di Desa Sitabotabo, Kecamatan Siborongborong. Pola interaksi sosial yang berdasarkan pada kedekatan emosional saling menguntungkan satu dengan yang lainnya, keduanya sama-sama menjaga keharmonisan dalam hubungan sosial yang mereka bangun.

  Diversifikasi yang dilakukan di lahan sawah di desa Sitabotabo, Kabupaten Tapanuli Utara, sangat membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial. Kesejahteraan merupakan tuntutan yang harus segera dipenuhi karena menyangkut hajat hidup masyarakat. Supaya tiap warga mampu untuk aktif dan kreatif di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga sebuah desa mampu mengelola dan mengatur wilayah sendiri dengan leluasa, dengan begitu akses mayarakat terhadap pusat mayarakat pemerintah dan ekonomi menjadi lebih dekat dan harapan meningkatnya kesejahteraan akan dapat terpenuhi. (A. T. Mosher 1969:73).

  Berdasarkan paparan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti para petani memanfaatkan lahan sawah di dalam meningkatkan kesejahteraan sosial yang telah membentuk suatu pola hubungan interaksi sosial di desa Sitabotabo,

1.2 Perumusan Masalah

  Para petani, mulai dari menanam padi, sampai menanam tanaman lainnya di sawah selama ini belum mendapat perhatian penuh dari pemerintah.

  Penghasilan petani dari sawah melalui diversifikasi dapat meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi. Meskipun sistem upahan terjadi pada petani, tetapi masyarakat petani masih aktif melakukan gotong royong dan memperbaiki rumah tanpa meminta imbalan. Diversifikasi di lahan sawah sampai saat ini masih dilakukan di Desa ini dan semakin berkembang. Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini perumusan masalah adalah sebagai berikut:

  1. Apakah diversifikasi pemanfaatan lahan sawah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani?

  2. Bagaimana petani melakukan diversifikassi pemanfaatan lahan sawah untuk meningkatkan kesejahteraan sosial petani.

  1.3. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan:

  1. Untuk mengetahui bagaimana diversifikasi pemanfaatan lahan persawahan dalam meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi petani di Desa Sitabotabo Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara. lahan persawahan dalam meningkatkan kesejahteraan sosial petani.

  1.4. Manfaat Penelitian

  Penelitian dilakukan pada umumnya mempunyai manfaat. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

  1.4.1. Manfaat Teoritis

  a. Untuk melatih kemampuan akademis sekaligus penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh b. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini nantinya dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi perkembangan ilmu sosiologi pada khususnya sosiologi pedesaan dan kajian mengenai hubungan sosial.

  c. Sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya yang mempunyai keterkaitan dengan masalah dalam penelitian ini

  1.4.2. Manfaat Praktis a. Data-data yang diperoleh menjadi sumbangan pemikiran untuk kelembagaan pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan para petani b. Data yang diperoleh nantinya dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang berkompeten dalam membuat program-program yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Diversifikasi pemanfaatan lahan persawahan. Misalnya lembaga pendidikan.

1.5.Defenisi Konsep

  dalam penelitian ini maka dapat diambil batasan dalam konseptul, yaitu sebagai berikut: a. Diversifikasi Pertanian adalah usaha penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah satu hasil pertanian.

  b. Lahan menurut Purwowidodo adalah suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief tanah, hidrologi dan tumbuhan yang sampai pada batas tetrtentu akan mempengaruhi kemampuan penggunaan tanah.

  c. Persawahan adalah lahan yang digunakan untuk menanam padi, dan biasanya persawahan bersifat lahan basah.

  d. Kesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisasi dari pelayanan- pelayanan sosial dan lembaga-lembaga, yang bermaksud untuk membantu individu-individu dan kelompok agar mencapai standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta hubungan perorangan dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan segenap kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga maupun masyarakat. e. Masyarakat petani adalah orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

  f. Petani merupakan perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya yang mengelola usaha di bidang pertanian, yang mencakup usaha hulu, usahatani.(Ulrich Planck 1990: 68)