BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aesthetic Dentistry - Hubungan Antara Proporsi Wajah Eksternal Dan Gigi Insisivus Sentralis Rahang Atas Dengan Konsep Golden Proportion Pada Mahasiswa Malaysia FKG USU Angkatan 2008 – 2011

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Aesthetic Dentistry Aesthetic dentistry merupakan bidang ilmu dalam kedokteran gigi yang

  bertujuan untuk memperbaiki estetik rongga mulut pasien selain perawatan dan pencegahan penyakit rongga mulut. Pedoman dasar dalam aesthetic dentistry adalah makroestetik dan mikroestetik. Baik makroestetik maupun mikroestetik penting untuk mencapai estetik. Makroestetik digunakan untuk menggambarkan hubungan antara gigi dengan wajah, bibir dan gingiva secara keseluruhan sedangkan mikroestetik

  1 digunakan untuk menggambarkan estetik pada setiap gigi secara individu.

  2.2 Makroestetik

  Makroestetik merupakan pedoman untuk menghasilkan susunan gigi yang harmonis dengan gingiva, bibir dan wajah pasien. Hubungan dan rasio gigi anterior dengan jaringan sekitarnya diidentifikasi dan dianalisis dalam mencapai penampilan yang estetik. Elemen makroestetik adalah garis median gigi, hubungan antara gigi-

  1 geligi, struktur bibir dan gingiva.

2.2.1 Garis Median Gigi

  Dokter gigi perlu melakukan pengamatan yang berulang pada wajah untuk menentukan garis median gigi yang tepat sehingga dapat memberi penilaian kesimetrisan wajah seorang pasien. Prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan dalam menentukan garis median gigi pada rahang atas adalah seperti:

  1

  (Gambar 1) 1. Garis median gigi rahang atas harus sejajar dengan garis median wajah.

  2. Garis median gigi rahang atas sedapat mungkin berimpit dengan garis median wajah.

  3. Tepi insisal gigi insisivus rahang atas harus tegak lurus dengan garis median gigi insisivus rahang atas.

  4. Insisal edge pada gigi insisivus rahang atas harus sejajar dengan garis interpupil.

  5. Garis median gigi kedua rahang atas dan bawah harus pada satu garis yang sama jika memungkinkan.

  Garis median wajah dapat ditentukan dengan mengidentifikasi dua titik pada anatomi wajah. Titik yang pertama adalah titik pada nasion dan titik yang kedua adalah titik pada dasar filtrum. Bila titik pertama dan kedua dihubungkan satu sama lain maka akan terbentuk sebuah garis yang merupakan garis median wajah.

  23

  

Nasion Interpupillary line

Philtrum

  Gambar 1. Garis median wajah yang segaris dengan filtrum dan tegak lurus dengan garis

  1

  interpupil

2.2.2 Hubungan antara Gigi-geligi

  Dokter gigi menggunakan konsep golden proportion untuk menghasilkan senyum yang estetik. Perbandingan gigi insisivus sentralis, lateralis dengan kaninus adalah 1:1,618:0,618 (Gambar 2). Gigi insisivus lateralis rahang atas mempunyai variasi yang lebih besar jika dibandingkan dengan gigi insisivus sentralis dan kaninus

  1 rahang atas.

  Gambar 2. Hubungan gigi-geligi anterior rahang atas

  1

  dengan konsep golden proportion

2.2.3 Struktur Bibir dan Gingiva

  Jumlah struktur gigi yang terlihat pada waktu istirahat, berbicara, senyum atau tertawa memiliki efek yang signifikan terhadap estetika dari rencana perawatan.

  Senyum yang estetik dapat dihasilkan apabila insisal edge gigi insisivus sentralis rahang atas mengikuti kurva bibir bawah. Pasien memiliki reverse smile line jika tepi gigi premolar dan kaninus lebih panjang dibandingkan gigi insisivus sentralis yang tidak sesuai dengan kurva bibir bawah. Ketidakharmonisan antara insisal edge gigi rahang atas dan bibir bawah akan menghasilkan penampilan yang tidak estetik.

  Senyum seseorang disebut tidak estetik apabila terlalu banyak struktur gingiva yang terlihat sewaktu senyum. Faktor penting dalam menghasilkan keharmonisan antara gingiva dan garis senyum adalah simetri. Tinggi gingiva pada kedua gigi insisivus lateralis rahang atas harus memiliki perbedaan sebanyak 0,5

  • – 1mm dibandingkan gigi tetangganya yaitu gigi insisivus sentralis dan kaninus. Gingival

  

zenith merupakan titik apikal jaringan gingiva dan terletak sedikit ke distal dari aksis

  1 panjang gigi rahang atas (Gambar 3).

  Gingival Gingival Zenith Height

  1 Gambar 3. Struktur gingiva

  2.3 Mikroestetik

  Mikroestetik merupakan pedoman dalam menghasilkan proporsi dan posisi gigi yang sesuai. Peneliti-peneliti seperti Chiche dan Pinault (1994), Goldstein (1997), Lombardi (1973), Rosenstiel, Ward dan Rashid (2000) menyatakan bahwa gigi insisivus sentralis rahang atas berperan dalam menghasilkan estetik pada regio anterior. Elemen mikroestetik adalah rasio lebar dengan tinggi gigi, bentuk, karakteristik dan warna gigi. Bentuk, karakteristik dan warna gigi kebanyakannya tergantung pada keinginan pasien atau dalam kasus restorasi tunggal dengan

  1 menyesuaikan restorasi dengan gigi kontra-lateral.

  2.4 Konsep Golden Proportion

2.4.1 Definisi

  Penampilan rongga mulut dapat diperbaiki sesuai dengan persepsi subjektif pasien sehingga keberhasilan tersebut sesuai dengan prinsip “beauty is in the eye of

  1,3

the beholder Keindahan tersebut dapat diukur dengan menggunakan konsep

”.

golden proportion yaitu semakin mendekati nilai golden proportion, penampilannya

  akan semakin estetis. Konsep golden proportion adalah nilai matematika yang menggunakan rasio antara dua jarak yang memberi nilai 1:1,618. Simbol konsep

  golden proportion adalah

  ϕ dan disebut sebagai “phi”. Konsep golden proportion tidak hanya menggambarkan keindahan, bahkan terlihat pada pertumbuhan dan

  24 perkembangan tumbuhan dan hewan (Gambar 4).

  (b) (a)

  1 1,618 1,618

  1

  9 Gambar 4. Golden proportion pada (a) hewan dan (b) tumbuhan

  Sebagai contoh, apabila satu garis dibagi menjadi dua, proporsi jarak terkecil dengan jarak terbesar adalah sama dengan proporsi jarak terbesar dengan jarak total.

  Misalnya, jarak terkecil (CB) adalah 1, jarak terbesar (AC) adalah 1,618 lebih besar dari CB. Apabila AC adalah 1, CB adalah 0,618 (Gambar 5). Hubungan diantara dua

  24 jarak disebut sebagai “golden”.

  Gambar 5. Jarak total AB dipotong pada C. Jarak

  24 AC adalah 1,618 dengan jarak CB

2.4.2 Sejarah

  Sejak dulu, manusia sangat mementingkan kecantikan dan efeknya terhadap mereka. Aristotle (384- 322 BC) menyatakan “personal beauty is a greater

  recommendation than any letter of reference

  ”. Pada 365 SM – 300 SM, orang Yunani dan Mesir mulai memahami konsep “divine proportion”. Orang Mesir menggunakan

  golden ratio untuk mendesain Pyramid, sedangkan orang Yunani menggunakan

  untuk mendesain Parthenon. Ahli matematika Yunani, Pythagoras

  golden ratio

  meneliti konsep kecantikan secara matematis dan menemukan golden number, yaitu 0,618 pada 530 SM. DaVinci (1452-1519) meneliti golden proportion dan menulis

  25 DaVinci dasarnya pada tahun 1509 serta menerbitkan “Divine Proportion”.

  menggunakan konsep golden proportion dalam lukisannya yaitu “ideal man” dan

26 Mona Lisa.

  Pada tahun 1946, Matila Ghyka dalam penulisannya “The Geometry of

  Art and Life

  ” menunjukkan analisis wajah pemain tenis yaitu Helen Wills dimana ukuran wajahnya berhubungan dengan golden proportion. Berdasarkan penulisan Ghyka, Seghers dkk. (1964) menyatakan golden proportion sebagai alat yang

  27 digunakan untuk rekonstruksi deformitas wajah.

  Lombardi (1973) merupakan peneliti pertama yang menggunakan konsep

  5 golden proportion dalam restorative dentistry. Lombardi menyatakan bahwa lebar

  gigi insisivus lateralis ke gigi insisivus sentralis serta lebar gigi insisivus lateralis ke kaninus merupakan satu rasio yang berulang. Levin (1978) menyatakan bahwa lebar insisivus sentralis dengan lebar insisivus lateralis serta lebar kaninus dengan lebar

  7

  insisivus lateralis mengikuti konsep golden proportion. Ricketts (1981) menggunakan golden divider untuk menunjukkan hubungan wajah yang harmonis

  25

  pada wanita cantik dengan konsep golden proportion. Snow (1999) menyatakan bahwa golden proportion dapat digunakan untuk menghasilkan senyum yang estetik berdasarkan simetri, dominansi dan proporsi, yang mana persentase yang diperoleh

  26

  adalah insisivus sentralis 25%, insisivus lateralis 16% dan kaninus 9%. Jefferson (2004) menyatakan bahwa golden proportion adalah satu pedoman yang universal untuk menghasilkan wajah yang estetik dan dapat memudahkan diagnosa serta

  8

  perawatan kelainan wajah. Bukhary dkk. (2007) menunjukkan lebar gigi insisivus lateralis yang paling mendekati golden proportion memperlihatkan senyum yang

  7 estetik.

  Berbeda dengan penelitian Mahshid (2004), konsep golden proportion bukan pedoman untuk menghasilkan senyum yang estetik karena setiap pasien memiliki

  5

  bentuk dentofasial yang berbeda. Menurut Methot (2006), penampilan wajah dan gigi pada setiap pasien adalah berbeda, sehingga konsep golden proportion tidak

  9

  sesuai digunakan untuk mencapai estetik pada wajah. Parnia dkk. (2010) menyatakan proporsi tinggi dengan lebar gigi insisivus sentralis rahang atas tidak

  13 mempunyai hubungan dengan konsep golden proportion.

2.4.3 Alat

  Alat ukur untuk proporsi wajah seperti kompas, proporziometri dan kraniometer telah digunakan untuk waktu yang lama, tetapi alat ukur tersebut mempunyai kelemahan. Kompas hanya dapat digunakan untuk mengukur dimensi vertikal, proporziometri aureo hanya dapat digunakan dalam laboratorium dan

  10

  kraniometer tidak stabil dalam penggunaannya (cited from Prestige Dental). Levin (1978) mendesain golden ruler dan golden proportion grid untuk mengevaluasi konsep golden proportion. Golden ruler dan golden proportion grid dapat

  7 memberikan informasi diagnosa yang tepat dan cepat (Gambar 6).

  7 Gambar 6. Golden ruler

  Dewasa ini, teknologi dalam proses fotografi berkembang dan bermanfaat dalam bidang kedokteran gigi. Evolusi dalam proses fotografi membantu dokter gigi pada waktu melakukan diagnosa, perawatan dan komunikasi dengan pasien serta rekan kerja. Dokter gigi perlu memahami dasar fotografi dengan sistem kamera dan

  28

  teknologi software komputer yang terbaru. Penelitian-penelitian sudah menggunakan software komputer untuk menganalisis dan mengevaluasi konsep

  

golden proportion . Sebagai contoh, Parnia dkk. (2010) yang menggunakan software

  13 adobe photoshop® untuk meneliti golden proportion pada gigi anterior rahang atas.

  Shetty dkk. (2011) menggunakan software adobe photoshop® untuk mengevaluasi

  29 proporsi gigi anterior rahang atas.

2.5 Penggunaan Golden Proportion

2.5.1 Proporsi Wajah

  Meenai (2010) menunjukkan wajah yang estetik berkaitan dengan konsep

  3

golden proportion. Jefferson (2004) menyatakan konsep golden proportion bersifat

  universal dan tidak dipengaruhi oleh ras, usia serta variabel lainnya. Jefferson (2004) membagi proporsi wajah yaitu proporsi vertikal, horizontal dan eksternal untuk mengukur proporsi wajah menggunakan konsep golden proportion. Golden

  

proportion pada wajah mempunyai relevansi dalam profesi kedokteran gigi dan

  8 profesi kedokteran misalnya ahli bedah plastik.

2.5.1.1 Proporsi Wajah Vertikal

  Konsep golden proportion pada proporsi wajah vertikal dapat diukur dengan dua cara. Cara pertama adalah mengukur jarak vertikal dari bagian lateral hidung (lateral nose = LN) ke jaringan lunak dagu (menton = ME) memiliki proporsi 1, sedangkan jarak vertikal dari batas rambut (trichion = TRI) ke lateral hidung (lateral

  nose = LN) memiliki proporsi 1,618. Cara kedua adalah mengukur jarak vertikal dari

  sudut bibir (Cheilion corner of the mouth = CH) ke jaringan lunak dagu (menton = ME) memiliki proporsi 1, sedangkan jarak vertikal dari garis interpupil (Lateral

  

Canthus of the eyes = LC) ke sudut bibir (Cheilion corner of the mouth = CH)

  8 memiliki proporsi 1,618 (Gambar 7). Gambar 7. Proporsi wajah vertikal

  8 TRI = Trichion

  LN = Lateral Nose ME = Menton LC = Lateral Canthus of the eyes CH = Cheilion corner of the mouth

  Apabila jarak horizontal diantara sisi lateral hidung (Lateral Nose = LN) adalah 1, jarak horizontal diantara sudut bibir (Cheilion corner of the mouth = CH) adalah 1,618. Porporsi wajah horizontal yang lain adalah jarak horizontal diantara garis interpupil (Lateral Canthus of the eyes = LC) memiliki proporsi (1,618)

  2

  dan jarak horizontal diantara jaringan lunak temporal (Temporal soft tissue = TS) memiliki proprosi (1,618)

  3 (Gambar 8).

  LN ME LC CH ME

2.5.1.2 Proporsi Wajah Horizontal Proporsi wajah horizontal dapat diukur dengan konsep golden proportion.

8 TRI

  Gambar 8. Proporsi wajah horizontal

  8 TS = Temporal soft tissue

  LC = Lateral canthus of the eyes LN = Lateral nose CH = Cheilion corner of the mouth

  Apabila lebar wajah dibandingkan dengan panjang wajah, proporsi yang diperoleh 1:1,618. Lebar wajah adalah jarak horizontal dari kedua batas pipi memiliki proporsi 1, sedangkan panjang wajah adalah jarak vertikal dari bagian atas kepala (Top of the head = TH) ke jaringan lunak dagu (Menton = ME) memiliki proporsi 1,618 (Gambar 9).

  LC LN CH

2.5.1.3 Proporsi Wajah Eksternal

8 TS

  TH LCHK

1 LCHK

  2 ME

  8 Gambar 9. Proporsi wajah eksternal

  TH = Top of the head LCHK = Lateral border of the cheek

  1

  1 LCHK 2 = Lateral border of the cheek

  2 ME = Menton

  Apabila panjang wajah yaitu jarak vertikal dari bagian atas kepala (Top of the

  

head = TH) ke jaringan lunak dagu (Menton = ME) lebih besar dari 1,618, maka

  wajahnya disebut dolicofacial yang berarti memiliki kecenderungan bentuk wajah yang panjang. Sebaliknya, apabila panjang wajah lebih kecil dari 1,618, wajahnya disebut brachyfacial yaitu memiliki kecenderungan bentuk wajah yang pendek. Apabila panjang wajah adalah sama dengan 1,618, wajahnya disebut mesofacial.

  

Mesofacial mempunyai proporsi yang ideal dan penampilannya lebih estetis (Gambar

  8 10).

  8 Gambar 10. Bentuk wajah

2.5.2 Proporsi Dental

  Lombardi (1973), Chiche dan Pinauth (1994), Goldstein (1997), Rosenstiel, Ward dan Rashid (2000) sependapat bahwa kedua gigi insisivus sentralis kiri dan

  1 kanan rahang atas merupakan kunci utama menentukan estetis pada regio anterior.

  Parameter yang digunakan untuk mengukur proporsi dental adalah proporsi lebar insisivus sentralis dengan insisivus lateralis, proporsi lebar enam gigi anterior rahang atas dengan empat insisivus rahang bawah, proporsi permukaan labial insisivus sentralis rahang atas dan proporsi lebar dengan tinggi kedua gigi insisivus sentralis

  7,9 rahang atas.

2.5.2.1 Proporsi Lebar Insisivus Sentralis dengan Lebar Insisivus Lateralis Rahang Atas

  Konsep golden proportion dapat diaplikasikan pada gigi-geligi anterior rahang atas. Menurut konsep golden proportion, gigi insisivus sentralis rahang atas memiliki proporsi 1,618, gigi insisivus lateralis rahang atas memiliki proporsi 1 dan

  10 gigi kaninus memiliki proporsi 0,618 (Gambar 11).

  1,618

  1 Gambar 11. Konsep golden proportion

  pada enam gigi anterior

  30

  rahang atas

2.5.2.2 Proporsi Lebar Enam Gigi Anterior Rahang Atas dengan Lebar Empat Insisivus Rahang Bawah

  Konsep golden proportion dapat dijumpai pada enam gigi anterior rahang atas dengan empat gigi insisivus rahang bawah. Empat gigi insisivus rahang bawah memiliki proporsi 1, sedangkan enam gigi anterior rahang atas memiliki proporsi

  10 1,618 (Gambar 12).

  

1

1,618

  Gambar 12. Proporsi enam gigi anterior rahang atas terhadap empat gigi insisivus rahang

  24

  bawah

2.5.2.3 Proporsi Permukaan Labial Gigi Insisivus Sentralis Rahang Atas

  Permukaan labial gigi insisivus sentralis rahang atas mempunyai hubungan dengan konsep golden proportion. Gigi insisivus sentralis rahang atas dibagi kepada dua bagian yaitu bagian permukaan gigi yang membulat dan bagian permukaan gigi yang datar. Bagian permukaan gigi yang membulat adalah jarak dari garis horizontal ke gingiva dan memiliki proporsi 1. Bagian permukaan gigi yang datar adalah jarak

  10 dari garis horizontal ke insisal dan memiliki proporsi 1,618 (Gambar 13).

  (a) (b)

  10 Gambar 13. Proporsi permukaan labial insisivus sentralis rahang atas

  (a) Permukaan labial gigi insisivus sentralis rahang atas dibagi menjadi dua bagian oleh sebuah garis dengan proporsi 1:1,618

  (b) Gigi insisivus sentralis dibagi menjadi dua bagian dan diukur dengan golden ruler

2.5.2.4 Proporsi Tinggi Insisivus Sentralis dengan Lebar Kedua Insisivus Sentralis Rahang Atas

  Konsep golden proportion dapat diaplikasikan pada kedua gigi insisivus sentralis rahang atas. Tinggi gigi insisivus sentralis rahang atas memiliki proporsi 1, sedangkan lebar kedua gigi insisivus sentralis rahang atas memiliki proporsi 1,618. Hubungan tinggi dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis rahang atas dapat

  

7

membentuk golden rectangle (Gambar 14).

  Gambar 14. Kedua insisivus sentralis rahang atas membentuk golden

  7 rectangle

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Konsep Golden Proportion

2.6.1 Ras

  Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan yang sama. Secara garis besar, manusia dibagi ke dalam tiga kelompok ras utama yaitu ras

31 Kaukasoid, Mongoloid dan Negroid. Malaysia mempunyai tiga penduduk etnis

  yang utama yaitu Melayu, Cina dan India. Etnis Melayu dan Cina diklasifikasi dalam

  15

  ras Mongoloid sedangkan etnis India diklasifikasi dalam ras Kaukasoid. Menurut penelitian Zhuang (2010), ras merupakan faktor yang mempengaruhi bentuk dan

  16 karakteristik wajah.

2.6.1.1 Ras Kaukasoid

  Ras Kaukasoid adalah ras manusia yang daerah penyebarannya di Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah dan India. Karakteristik ras ini adalah berkulit putih kemerahan sehingga warna coklat terang dan memiliki bentuk kepala mesosefalik dengan indeks sefalik 75-80. Rambut ras Kaukasoid lurus dan halus dan warna rambut bervariasi dari pirang ke coklat tua. Hidung ras Kaukasoid berbentuk tetesan air (tear-shaped) dengan indeks nasal kurang dari 48. Ras Kaukasoid memiliki bibir

  32,33 yang halus dan dagu yang protrusi (Gambar 15).

  Menurut penelitian Hanihara (2005) yang menunjukkan ras Kaukasoid di India memiliki proporsi gigi anterior yang lebih kecil dibandingkan ras Mongoloid di

34 Asia. Gigi anterior pada ras Kaukasoid berbentuk chisel yang secara umumnya

  berukuran kecil dengan permukaan lingual yang rata. Cusp carabelli sering dijumpai di bagian palatal gigi molar I. Ras Kaukasoid memiliki lengkung rahang sempit yang

  15 berbentuk “v”.

  (a) (b) Gambar 15. Ras Kaukasoid. (a) Pria dan (b) Wanita

2.6.1.2 Ras Mongoloid

  Ras Mongoloid adalah ras manusia yang daerah penyebarannya di Asia Tengah, Asia Tenggara dan Amerika Utara. Ras Mongoloid berkulit kuning ke coklat kemerahan. Ras ini memiliki bentuk kepala brakisefalik dengan indeks sefalik lebih dari 80. Rambut ras Mongoloid berwarna hitam dan lurus. Ras Mongoloid memiliki

  32,33 hidung yang berbentuk oval dengan indeks nasal 48-53 (Gambar 16).

  Pada aspek gigi, permukaan palatal gigi insisivus sentralis dan lateralis berbentuk shovel sehingga singulum insisivus jelas terlihat. Ras Mongoloid memiliki

  15

  lengkung rahang berbentuk parabolik. Menurut Hong dkk. (2008), ras Mongoloid memiliki proporsi gigi anterior yang lebih besar dibandingkan dengan ras

35 Kaukasoid.

  (a) (a) (i) (ii)

  (b) (b)

  (i) (ii) Gambar 16. Ras Mongoloid.

  (a) Mongoloid Melayu: (i) Pria, (ii) Wanita (b) Mongoloid Cina: (i) Pria, (ii) Wanita

2.6.1.3 Ras Negroid

  Ras Negroid adalah ras manusia yang daerah penyebaran di Afrika Tengah dan Afrika Selatan. Ras Negroid berkulit coklat sehingga coklat kehitaman. Ras Negroid memilki bentuk kepala dolikosefalik dengan indeks sefalik kurang dari 75. Rambut ras Negroid berwarna hitam, padat dan biasanya keriting. Bentuk hidung ras Negroid luas dan bulat dengan indeks nasal lebih dari 53. Bibir pada ras Negroid

  32,33 tebal dan menonjol (Gambar 17).

  (a) (b) Gambar 17. Ras Negroid. (a) Pria (b) Wanita

2.6.2 Jenis Kelamin

  Pria secara umumnya memiliki ukuran wajah lebih besar dibandingkan dengan wanita karena pria memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dan waktu pertumbuhan yang lebih lama pada waktu pubertas dibandingkan dengan wanita. Bentuk wajah pada wanita memiliki kecenderungan berbentuk oval sedangkan pria memiliki bentuk wajah segi empat. Bentuk mandibula pada pria membentuk satu sudut tegak dari bagian telinga ke dagu sedangkan bentuk mandibula wanita

  37 berbentuk lengkung.

  Berdasarkan aspek gigi, penelitian Chu (2007) menyatakan pria memiliki

  18 ukuran gigi anterior rahang atas yang lebih besar dibandingkan dengan wanita.

  Menurut Brook (2007), ukuran gigi dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor

  19

  lingkungan sehingga ukuran gigi bervariasi diantara populasi manusia. Penelitian Al-Sebaibany (2011) menunjukkan tinggi dan lebar gigi insisivus sentralis rahang

  14 atas bervariasi pada pria dan wanita.

Dokumen yang terkait

Perbedaan Proporsi Lebar Gigi Anterior Rahang Atas dengan Konsep Golden Proportion dan Konsep Recurring Esthetic Dental (RED) Proportion pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2010-2013

12 114 122

Hubungan Antara Proporsi Wajah Eksternal Dan Gigi Insisivus Sentralis Rahang Atas Dengan Konsep Golden Proportion Pada Mahasiswa Malaysia FKG USU Angkatan 2008 – 2011

3 95 108

Distribusi Tipe Tonjol Carabelli Gigi Molar Pertama dan Variasi Bentuk Shovel Gigi Insisivus Pertama di Rahang Atas Pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2007/2008, 2008/2009

4 47 86

Lebar Mesiodistal Gigi Permanen Rahang Atas dan Rahang Bawah Pada Mahasiswa Malaysia FKG USU

2 83 79

Perbedaan Jarak Antara Gigi Insisivus Sentralis Rahang Atas dengan Papila Insisivum Berdasarkan Ras dan Jenis Kelamin pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2007 dan 2008

2 64 97

Proporsi Lebar Gigi Insisivus Sentralis Dan Lateralis Rahang Atas Dan Hubungannya Dengan Konsep Golden Proportion Pada Mahasiswa Fkg-Usu Tahun Angkatan 2006-2008

1 49 70

Perbedaan Proporsi Lebar Gigi Anterior Rahang Atas Terhadap Konsep Golden Proportion, Preston’s Proportion, dan RED Proportion pada Mahasiswa Indonesia FKG USU Angkatan 2011 – 2014

5 45 82

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proporsi Wajah - Gambaran Proporsi Tinggi Wajah Berdasarkan Fotometri Pada Mahasiswa India Tamil Malaysia Fkg Usu

0 0 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemilihan Anasir Gigitiruan Anterior Rahang Atas - Perbandingan Lebar Enam Gigi Anterior Rahang Atas Dengan Jarak Interkantal Dan Lebar Interalar Pada Mahasiswa Indonesia Fkg Usu Angkatan 2011-2014

0 0 22

Hubungan Antara Proporsi Wajah Eksternal Dan Gigi Insisivus Sentralis Rahang Atas Dengan Konsep Golden Proportion Pada Mahasiswa Malaysia FKG USU Angkatan 2008 – 2011

1 0 19