BAB II LANDASAN TEORI - Gambaran Kecemasan Akademik Mahasiswa Kuliah dI Dua Fakultas di Medan

BAB II LANDASAN TEORI A. KECEMASAN AKADEMIK

1. Pengertian Kecemasan Akademik

  Cornell University (2001) menjelaskan kecemasan akademik adalah hasil dari proses biokimia dalam tubuh dan otak yang meningkatkan dan membutuhkan perhatian. Perubahan terjadi dalam respon terhadap situasi-situasi akademik seperti menyelesaikan tugas, diskusi atau ketika ujian. Ketika kecemasan meningkat, tubuh akan memberikan reaksi atau respon untuk menolak atau memperjuangkannya. Menurut Valiante & Pajares (1999) kecemasan akademik adalah perasaan tegang dan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi, perasaan tersebut mengganggu dalam pelaksanaan tugas dan aktivitas yang beragam dalam situasi akademik.

  Menurut Ottens (1991), kecemasan akademik mengacu pada terganggunya pola pemikiran dan respon fisik serta perilaku karena adanya kemungkinan performa yang ditampilkan siswa tidak diterima secara baik ketika tugas akademik diberikan. Kecemasan akademik adalah masalah yang penting yang akan mempengaruhi kinerja sejumlah besar siswa. Ketika kecemasan yang dirasakan oleh siswa berlebihan maka akan berpengaruh secara negatif, dimana siswa mengalami tekanan psikologis sehingga siswa tersebut mendapatkan hasil belajar yang kurang baik dan lebih banyak menghindari tugas. Hal ini disebabkan oleh menurunnya tingkat perhatian, konsentrasi dan memori pada siswa. Namun,

  11 disisi lain kecemasan memiliki pengaruh yang positif terhadap siswa karena dapat memotivasi siswa untuk menyelesaikan tugas.

  Perasaan adanya bahaya, takut, atau tegang sebagai hasil dari tekanan di sekolah disebut juga sebagai kecemasan akademik. Kecemasan akademik paling sering dialami pada latihan yang bersifat rutinitas dimana siswa diharapkan berada dalam kondisi sebaik mungkin saat performa ditunjukkan, serta pada saat sesuatu yang dipertaruhkan bernilai sangat tinggi, seperti tampil di depan umum. Cara seseorang merasakan kecemasan dapat terjadi secara bertahap dari pertama kali kecemasan tersebut muncul. Gangguan serius yang dialami seseorang akan menyebabkan kepanikan dan kesulitan untuk berfungsi secara normal (O’Connor, 2008).

  Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan akademik adalah dorongan pikiran dan perasaan dalam diri individu yang berisikan ketakutan akan bahaya atau ancaman di masa mendatang tanpa sebab khusus, sehingga mengakibatkan terganggunya pola pemikiran dan respon fisik serta perilaku sebagai hasil tekanan dalam pelaksanaan tugas atau aktivitas dengan situasi akademik.

2. Gejala Kecemasan Akademik

  O’Connor (2008), membagi gejala-gejala kecemasan akademik menjadi 2, yaitu: a.

  Gejala kecemasan akademik ringan, meliputi: i.

  Pusing ii. Mual atau sakit perut iii.

  Telapak tangan berkeringat iv. Bercak merah di wajah v. Wajah merona vi. Sakit kepala vii. Kenaikan pada nada suara saat berbicara viii. Pikiran negatif tentang kegagalan menyelesaikan tugas atau kehabisan waktu ix.

  Keraguan diri akan kemampuan di bidang tertentu x. Ketakutan akan merasa malu di depan teman sekelas dan guru xi. Takut akan kegagalan b. Gejala kecemasan akademik berat, meliputi: i. Mati rasa di tangan dan kaki ii. Hipokondria (takut akan sakit) iii. Kesulitan tidur iv. Pusing berat atau kehilangan kesadaran v. Kesulitan bernapas dan perasaan dicekik vi. Pikiran paranoid seperti dinilai buruk oleh orang lain atau tidak disukai orang lain vii. Pikiran obsesif berulang yang sulit dihentikan viii. Ketakutan akan merasa malu di depan teman sekelas dan guru ix. Ketakutan akan merasa cemas x. Depresi xi. Sedih dan merasa dibebani oleh perasaan sangat khawatir xii. Panik dan kesal yang terus menerus tanpa masalah atau peristiwa tertentu.

3. Karakteristik Kecemasan Akademik

  Ottens (1991) membagi-membagi karakteristik kecemasan akademik menjadi 4, yaitu: a.

  Patterns of anxiety-engendering mental activity (pola-pola kecemasan yang menyebabkan kecemasan mental) Individu menunjukkan pemikiran, persepsi dan pandangan yang mengarah pada kesulitan akademik yang akan dihadapi. Ada tiga hal penting dalam pola kecemasan yang menyebabkan kecemasan mental, yaitu: pertama dan yang terpenting adalah rasa khawatir. Siswa sering merasa tidak aman dan mencemaskan segala sesuatu yang mereka lakukan menjadi salah. Kedua, siswa yang cemas secara akademik melakukan “self-dialogue” yang maladaptive berbentuk kritikan keras terhadap diri sendiri, menyalahkan diri sendiri, dan self-

  talk yang menimbulkan perasaan cemas yang berkontribusi pada kepercayaan diri

  yang rendah dan penyelesaian masalah yang tidak teratur. Ketiga adalah pengertian dan keyakinan yang keliru mengenai diri sendiri. Siswa memiliki keyakinan yang salah tentang isu-isu mengenai self-worth, cara terbaik untuk memotivasi diri sendiri, dan bagaimana cara mengatasi kecemasan dan kesalahan dalam isu-isu inilah yang memicu adanya kecemasan akademik.

  b.

   Misderected attention (perhatian ke arah yang salah)

  Pada umumnya siswa diharapkan dapat berkonsentrasi penuh pada tugas- tugas akademik seperti membaca buku, mengikuti ujian, atau menyelesaikan pekerjaan rumah. Tetapi siswa yang cemas membiarkan perhatian mereka teralihkan. Perhatian dapat terganggu oleh faktor eksternal (tindakan siswa lain, suara jam, suara bising) atau faktor internal (khawatir, lamunan, dan reaksi fisik). Perhatian yang teralihkan bekerja dalam dua cara, yaitu: pertama, jika siswa membiarkan perhatiannya teralihkan, siswa tidak dapat bekerja secara efisien.

  Kedua, jika siswa fokus pada rasa khawatir maka ia akan menjadi bingung secara emosional.

  c.

   Physiological distress (distres secara fisik)

  Banyak perubahan yang terjadi pada tubuh yang dihubungkan dengan kecemasan seperti otot menjadi kaku, berkeringat, jantung berdetak lebih cepat, dan tangan gemetar. Aspek-aspek emosional dan fisik dari kecemasan dapat sangat mengganggu jika diinterpretasikan sebagai hal yang berbahaya atau menjadi fokus perhatian yang penting selama manjalankan tugas akademik.

  d.

   Innappropriate behaviours (perilaku yang kurang tepat)

  Siswa yang mengalami kecemasan akademik memilih untuk berperilaku semakin menyulitkan diri mereka sendiri. Menunda (procastination) adalah hal yang umum dijumpai, seperti menghindar dari pelaksanaan tugas (berbicara dengan teman pada saat belajar). Kecemasan akademik juga tampak pada siswa yang menjawab soal-soal ujian secara terburu-buru atau terlalu teliti dalam ujian untuk menghindari kesalahan. Tindakan yang tidak tepat lainnya adalah siswa memilih untuk terlalu memaksakan diri sendiri pada saat ia tegang dibandingkan bersantai sejenak.

B. MAHASISWA

  Mahasiswa /ma·ha·sis·wa/ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yg belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa menurut Budiman (2006) adalah orang yang belajar di tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya dalam suatu keahlian tingkat sarjana.

  Kewajiban mahasiswa yang paling penting adalah belajar karena belajar adalah syarat mutlak untuk mencapai tujuan ilmiah. Adapun tujuan mahasiswa adalah untuk mencapai dan meraih taraf keilmuan yang matang, artinya ia ingin menjadi sarjana yang sujana, yang menguasai suatu ilmu serta memahami wawasan ilmiah yang luas sehingga mampu bersikap dan bertindah ilmiah. Dalam memasuki perguruan tinggi, mahasiswa harus memiliki kesadaran penuh. Seorang mahasiswa diharapkan memiliki ketegasan dalam menuntut ilmu dan sadar bahwa dirinya akan memasuki dunia ilmiah. (Ganda, 2004)

  Beberapa ilmu pengetahuan dasar yang harus dimiliki mahasiswa menurut Sutardi & Budiasih (2010), yaitu: a.

  Mengetahui sumber-sumber materi pelajaran b. Memahami sistem perkuliahan c. Mengetahui cara belajar yang efektif dan efisien d. Mengetahui untuk apa belajar di perguruan tinggi e. Megetahui kegunaan ilmu pengetahuan yang diperolehnya.

  Selain ilmu pengetahuan, mahasiswa juga perlu memiliki skill seperti: a. Kemampuan berkomunikasi dan presentasi b.

  Kemampuan mendengarkan c.

  Kemampuan bertanya d.

  Kemampuan menggabungkan berbagai fakta yang berkaitan e. Kemampuan menggunakan pola piker kreatif dan berfokus f. Kemampuan merencanakan studi, dan sebagainya.

  C. GAMBARAN KECEMASAN AKADEMIK MAHASISWA KULIAH DI DUA FAKULTAS

  Di era globalisasi, pendidikan di perguruan tinggi memainkan peranan penting dalam menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas di pasar kerja. Ada sebagian mahasiswa merasa di era yang begitu kompleks, seharusnya mereka memiliki kemampuan tidak hanya di satu bidang karena takut kalah bersaing dengan generasi berikutnya, serta takut sulit mendapatkan pekerjaan nantinya. Untuk memiliki kemampuan lebih, mahasiswa mengikuti perkuliahan di dua fakultas. Program kuliah dua fakultas dapat membantu perguruan tinggi dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas di pasar kerja nantinya.

  Ada beberapa motif mengapa mahasiswa memutuskan menjalani kuliah dua fakultas: (1) mahasiswa yang kebanyakan adalah remaja memiliki minat tidak hanya di satu bidang, (2) ketersediaan biaya dan waktu, (3) kepuasan atau kebanggaan ketika membayangkan dirinya mendapatkan hasil lebih dari teman- teman lainnya, dan (4) tuntutan orang tua.

  Mahasiswa, yang pada umumnya adalah remaja usia 17-22 tahun, memasuki dunia baru yaitu dunia perkuliahan dan merasakan banyak hal yang berubah dalam proses menjalani kuliah. Perubahan tersebut antara lain adalah dalam sistem pembelajaran, sistem penugasan, sistem ujian dan sistem evaluasi. Perubahan yang terjadi memicu adanya kecemasan dalam diri mahasiswa.

  Setiap perubahan dapat memimbulkan rasa ketidaknyamanan dan kecemasan. Tidak terkecuali perubahan dari sekolah ke jenjang kuliah. Hal ini didukung oleh Papalia (2007) yang menyatakan bahwa masa transisi memasuki perkuliahan, dengan standar edukasi yang lebih tinggi dibandingkan sekolah dan ekspektasi yang lebih tinggi kepada siswa, merupakan masa yang membuat beberapa siswa merasa terkejut. Maddox (2011) juga menyatakan semua hal yang memiliki hubungan dengan perubahan situasi sekolah dapat menimbulkan kecemasan akademik. Hal ini berarti tiap-tiap mahasiswa memiliki kecemasan akdemik yang dialami semasa aktif berkuliah.

  Kecemasan akademik menurut Ottens (1991) adalah mengacu pada terganggunya pola pemikiran dan respon fisik serta perilaku karena adanya kemungkinan performa yang ditampilkan siswa tidak diterima secara baik ketika tugas akademik diberikan. Kecemasan akademik adalah masalah yang penting yang akan mempengaruhi kinerja sejumlah besar siswa. Ketika kecemasan yang dirasakan oleh siswa berlebihan maka akan berpengaruh secara negatif, dimana siswa mengalami tekanan psikologis sehingga siswa tersebut mendapatkan hasil belajar yang kurang baik dan lebih banyak menghindari tugas. Ada empat macam karakteristik kecemasan akademik menurut Ottens (1991), yaitu (1) patterns of

  anxiety-engedering mental activity (pola-pola kecemasan yang menyebabkan

  aktivitas mental), (2) misderected attention (perhatian ke arah yang salah), (3)

  physiological distress (distres secara fisik), (4) innappropriate behaviours

  (perilaku yang kurang tepat). Keempat karakteristik ini dialami oleh mahasiswa kuliah di dua fakultas dengan taraf yang berbeda-beda.