RINGKASAN MATERI SAINS KEPERAWATAN 1 (Edited by: Ns. Arsad Suni)

  

MODEL KEPERAWATAN HUBUNGAN INTERPERSONAL

Hildegard E. Peplau Pandangan Teoritis

  • Teori ini menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri & orang lain dengan menggunakan dasar huungan antar manusia (HAM
  • Menurut Peplau, Keperawatan adalah proses interpersonal karena melibatkan interaksi antara dua atau lebih individu dengan tujuan bersama.

  Fase-fase Hubungan Interpersonal :

  1) Fase Orientasi ; Perawat dan pasien melakukan kontrak awal untuk menjalin trust, terjadi proses pengumpulan data 2) Fase Identifikasi ; Perawat sebagai fasilitator untuk memfasilitasi expresi perasaan pasien, melaksanakan asuhan keperawatan 3) Fase Eksplorasi ; Perawat telah membantu pasien dalam memberikan gambaran kondisi pasien 4) Fase Resolusi ; Perawat berusaha secara bertahap untuk membebaskan pasien dari ketergantungan terhadap nakes & menggunakan kemampuan yang dimilikinya

  Asumsi

  Asumsi utama atau asumsi dasar dalam pengembangan model konsep dan teori hubungan interpersonal Oleh Peplau dibedakan menjadi asumsi eksplisit dan implisit.

  1. Asumsi ekplisit memberi pandangan bahwa

  • Perawat akan membuat pasien belajar ketika ia menerima penanganan perawatan,
  • Menjalankan fungsi keperawatan dan pendidikan keperawatan dengan membantu perkembangan pasien ke arah kedewasaan
  • Keperawatan menggunakan prinsip-prinsip dan metode-metode yang membimbing proses ke resolusi dari masalah interpersonal.

  2. Asumsi implisit Mempertegas profesi keperawatan memiliki tanggung jawab legal dalam penggunaan keperawatan secara efektif dan segala konsekuensinya kepada pasien.

  Komponen Dasar

  Dalam kaitannya dengan perpektif paradigma keperawatan, Peplau juga menguraikan secara terperinci berdasarkan 4 komponen dasar :

  1. Manusia Individu dipandang sebagai suatu organisme yang hidup dalam equilibrium yang tidak stabil yang berjuang dengan caranya sendiri untuk megurangi ketegangan yang disebabkan oleh kebutuhan. Tiap individu merupakan makhluk yang unik, mempunyai persepsi yang dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan penting untuk proses interpersonal

  2. Lingkungan Merupakan kekuatan yang berada di luar organisme dimana Budaya, adat istiadat dan kebiasaan serta keyakinan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi individu

  3. Kesehatan Suatu perkembangan kepribadian dan proses kemanusiaan yang berkesinambungan ke arah kehidupan yang kreatif, konstruktif dan produktif

  4. Keperawatan Suatu proses interpersonal yang bermakna, bersifat therapeutic.

  Peran Perwat

  Peplau secara terperinci menguraikan beberapa peran perawat :

  1. Stranger ; menerima pasien secara baik-baik untuk dapat beradaptasi dengan situasi kehidupan yang berbeda, sehingga tercipta hubungan saling percaya,

  2. Teacher ; sebagai guru dalam memberi pengetahuan sesuai kebutuhan,

  3. Resource Person ; Sebagai narasumber atau pemberi informasi yang spesifik dalam memahami masalah atau situasi yang baru,

  4. Counselors ; Membantu individu untuk memahami dan mengintegrasikan makna kehidupan saat ini sambil memberikan bimbingan dan dorongan untuk melakukan perubahan,

  5. Surrogate; bertindak sebagai advokasi, yaitu atas nama pasien untuk membantu memperjelas domain saling ketergantungan dan kemandirian

  6. Leader ; memimpin pertemuan dengan cara yang saling memuaskan

  

PHYLOSOFICAL THEORY

FLORENCE NAIGHTINGALE Pandangan Teoritis

  • Filosofi Florence Nightingale sangat dipengaruhi oleh pandangan tentang interaksi pasien dan lingkungannya yaitu lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan lingkungan sosial.
  • Konsep Nightingale menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan dan perhatian di mana perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit merupakan upaya awal untuk memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran.
  • Nightingale tidak memandang perawat secara sempit yang hanya sibuk dengan masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuat
  • Model dan konsep ini memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik keperawatan, sehingga akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan lingkungan kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengaruhi proses perawatan pada pasien, sehingga perlu diperhatikan.
  • Teori Nightingale memandang Pasien dalam kontek lingkungan keseluruhan : Lingkungan fisik, Psikologis, dan Sosial.
  • Perawat adalah orang yang membantu proses penyembuhan pasien, dimana perawta lebih dituntut harus bisa membuat lingkungan fisik, psikologis, dan sosial pasien selalu nyaman dengan lingkungan yang bersih.
  • Sebagai contoh : berdasarkan teori ada beberapa hal yang pelu di lakukan perawat pada saat memberikan nutrisi kepada pasien adalah :

  1) Jelaskan pentingnya nutrisi yang baik 2) Posisikan pasien merasa nyaman saat makan 3) Buat lingkungan sekitar nyaman

  Fenomena Keperawatan

  • Florence Nigtingale yang mengamati fenomena bahwa pasien yang dirawat dengan keadaan lingkungan yang bersih ternyata lebih cepat sembuh.
  • Karena masalah munculnya dari dunia empirik, maka proses berpikir tersebut diarahkan pada pengamatan objek dalam dunia empirik.
  • Dalam menghadapi masalah perawat memunculkan reaksi yang berbeda- b e d a s e s u a i d e n g a n c a r a b e r p i k i r n y a .
  • Ilmu dimulai dengan fakta dan kemudian akan diakhiri dengan penemuan fakta pula. Fakta akan menghasilkan suatu teori yang menjelaskan tentang gejala yang terdapat dalam dunia nyata dan memberikan prediksi terhadap permasalahan tersebut.
  • Teori keperawatan merupakan abstraksi intelektual yang merupakan gabungan antara pendekatan rasional dengan pengalaman empirik perawat dalam praktik keperawatan. Dalam hal ini teori merupakan suatu penjelasan yang bersifat rasional yang sesuai dengan objek yang dijelaskan.

  Kaji dan analisis fenomena

  Analisis masalah mencakup langlah-langkah berikut :

  • Langkah pertama dalam analisa suatu fenomena adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang kemunkinan menjadi pencetus terjadinya suatu fenomena tersebut.
  • Rumusan i n i m e n g a n d u n g p e r t a n y a a n m e n g e n a i o b j e k e m p i r i s d a n f a k t o r - f a k t o r y a n g terkait di dalamnya. Rumusan masalah didapat melalui pengamatan terhadap objek empiris yang menjadi fokus utamanya

  Solusi

  1) Mempelajari dan menentukan masalah prioritasnya 2) Menyusun alternatif penyelesaian 3) Menentukan tindakan yang mempunyai kemungkinan paling besar akan berhasil dengan akibat yang paling menguntungkan 4) Bertindak (modifikasi lingkungan) ciptakan lingkungan yang tenang, aman dan nyaman 5) Menilai / evaluasi

GRAND TEORI KEPERAWATAN ADAPTASI MODEL

   Sister Callista Roy Konsep Grand Teori

  • Teori Keperawatan diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya, dimulai dari meta theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice theory
  • Level ke tiga dari teori keperawatan adalah Grand Theory yang menegaskan fokus global dengan board perspective dari praktik keperawatan dan pandangan keperawatan yang berbeda terhadap sebuah fenomena keperawatan.
  • Grand Theory Keperawatan dibedakan dengan Teori Filosofi Keperawatan.
  • Filosofi bersifat abstrak yang menunjukkan keyakinan dasar disiplin

  keperawatan dalam memandang manusia sebagai makhluk biologis dan respon manusia dalam keadaan sehat dan sakit, serta berfokus kepada respons mereka terhadap suatu situasi.

  • Filosofi belum dapat diaplikasikan langsung dalam praktik keperawatan,

  sehingga perlu dijabarkan dan dibuat dalam bentuk yang lebih konkrit

  • Grand theory keperawatan (Alligood, 2002), menyatakan teori pada level ini lebih fokus dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan praktisi keperawatan yang spesifik seperti spesifik untuk kelompok usia pasien, kondisi keluarga, kondisi kesehatan, dan peran perawat.

  Tinjauan Teoritis The Roy Adaptation Model 1. Manusia Sebagai System Adaptive.

  Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistim yang dapat menyesuaikan diri (adaptive system ). Sebagai sistim yang dapat menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan secara holistik (bio, psicho, Sosial) sebagai satu kesatuan yang mempunyai Input, Control, Proses Feedback, dan Output.

  1) Input (Stimulus) Manusia sebagai suatu sistim dapat menyesuaikan diri dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri 2) Mekanisme Koping.

  • Tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan diri.

  Ada 2 (dua) Mekanisme koping, yaitu : 

  a. Mekanisme koping bawaan, yaitu ditentukan oleh sifat genetic yang dimiliki

  b. Mekanisme koping yang dipelajari, yaitu dikembangkan melalui strategi pembelajaran atau pengalaman-pengalaman yang ditemui selama menjalani kehidupan. Ada 2 (dua) Respon Adaptasi : 

  a. Respon adaptif, adalah keseluruhan yang meningkatkan itegritas dalam batasan yang sesuai dengan tujuan “human system”.

  b. Respon maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan kontribusi yang sesuai dengan tujuan “human system. 3) Output Respon-respon yang adaptive mempertahankan atau meningkatkan intergritas, sedangkan respon maladaptive dapat mengganggu integritas. Melalui proses feedback, respon-respon itu selanjutnya akan menjadi Input (masukan) kembali pada manusia sebagai suatu sistim. Koping yang tidak konstruktif atau tidak efektif berdampak terhadap respon sakit (maladaptife). Jika pasien masuk pada zona maladaptive maka pasien mempunyai masalah keperawatan adaptasi 4) Subsistem Regulator dan Kognator

  • Subsistim Regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistim saraf, kimia tubuh, dan organ endokrin, dan merupakan mekanisme

    kerja utama yang berespon dan beradaptasi terhadap stimulus lingkungan.

  • Subsistim Kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, membuat alasan dan emosional.

  Respon-respon susbsistem tersebut semua dapat terlihat pada empat perubahan yang ada pada manusia sebagai sistim adaptive yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri,

  fungsi peran dan Interdependensi.

  1) Perubahan Fungsi Fisiologis

  Adanya perubahan fisik akan menimbulkan adaptasi fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan.

  Contoh : Keseimbangan cairan dan elektrolit, fungsi endokrin (kelenjar adrenal

  bagian korteks mensekresikan kortisol atau glukokortikoid, bagian medulla mengeluarkan epenefrin dan non epinefrin), sirkulasi dan oksigen. 2) Perubahan konsep diri

  Adalah keyakinan perasaan akan diri sendiri yang mencakup persepsi, perilaku dan respon. Adanya perubahan fisik akan mempengaruhi pandangan dan persepsi terhadap dirinya. Contoh : Gangguan Citra diri, harga diri rendah. 3) Perubahan fungsi peran Ketidakseimbangan akan mempengaruhi fungsi dan peran seseorang.

  Contoh : peran yang berbeda, konflik peran, kegagalan peran.

  4) Perubahan Interdependensi Ketidakmampuan seseorang untuk mengintergrasikan masing-masing komponen menjadi satu kesatuan yang utuh. Contoh : kecemasan berpisah.

  Pelajari Juga Skemanya 2. Stimulus.

  • Stimuluis Internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh manusia berupa pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian dan Proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.
  • Stimulus External dapat berupa fisik, kimiawi, maupun psikologis yang diterima individu sebagai ancaman.

  Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis stimulus, antara lain:

  1) Stimulus Fokal

  Stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan sakit dan ketidakseimbangan yang dialami saat ini. Contoh : kuman penyebab infeksi

  2) Stimulus Kontektual.

  Stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi) seperti keadaan tidak sehat, dan tidak terlihat langsung pada saat ini, misalnya penurunan daya tahan tubuh.

3) Stimulus Residual

  Sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat mempengaruhi terjadinya keadaan tidak sehat (faktor predisposisi), sehingga terjadi kondisi Fokal, mis ; persepsi pasien tentang penyakit, gaya hidup, dan fungsi peran.

  3. Tingkat Adaptasi

  Tingkat adaptasi merupakan kondisi dari proses hidup yang tergambar dalam 3 (tiga kategori), yaitu 1) integrasi, 2) kompensasi, dan 3) kompromi. Tingkat adaptasi seseorang adalah perubahan yang konstan yang terbentuk dari stimulus.

  4. Sehat-Sakit (Adaptive dan Maladaptif)

  Adaptasi yang tidak memerlukan energi dari koping yang tidak efektif dan memungkinkan manusia berespon terhadap stimulus yang lain.

A. APLIKASI TEORY MODEL ADAPTASI ROY

1. Pengkajian Perilaku 1) Pengakajian Fisiologis.

  Ada 9 (Sembilan) perilaku Respon Fisiologis : a. Oksigenasi ; berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi.

  b. Nutrsisi ; untuk memperbaiki kondisi tubuh dan perkembangan.

  c. Eliminasi ; Pola eliminasi.

  d. Aktivitas dan istirahat ; pola aktivitas, latihan, istirahat dan tidur.

  e. Intergritas kulit ; Pola fisiologis kulit.

  f. Rasa/senses ; Fungsi sensoris perceptual b.d panca indra.

  g. Cairan dan elektrolit ; Pola fisiologis penggunaan cairan dan elektrolit.

  h. Fungsi Neurologis ; Pola kontrol neurologis, pengaturan dan intelektual. i. Fungsi endokrin ; Pengaturan system reproduksi termasuk respon stress. 2) Pengkajian Konsep diri.

  Mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan dan emosi yang berhubungan dengan Ide diri sendiri tentang fisik, perasaan, dan moral-etik. 3) Pengkajian Fungsi Peran.

  Mengidentifikasi tentang pola interaksi sosial seseorang dengan orang lain akibat dari peran ganda. 4) Pengkajian Interdpendensi.

  Mengidentifikasi pola nilai menusia, kehangatan, cinta dan memiliki melalui hubungan interoersonal terhadap individu dan kelompok.

  Roy sudah mengidentifikasikan sejumlah respon yang berkaitan dengan aktivitas Subsistim regulator dan Subsistem Kognator yang tidak efektive, seperti pada table berikut :

  Gejala berat dari aktivitas Regulator : Gejala Inefektiv dari Kognator :  peningkatan deyut jantung dan Gangguan persepsi/ proses informasi.

   tekanan darah.

  Pembelajaran inefektive.

   Tegang.  Tidak mampu membuat justifikasi.

    Hilang nafsu makan.

  Afektive tidak sesuai.

    Peningkatan kortisol serum Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for Profesional Nursing th Practice. 4 . Appleton & lange Norwalk, Connecticut.

  2. Pengkajian Stimulus.

  Stimulus yang berpengaruh :

  Budaya : Status sosial ekonomi, Ektnis (suku/Ras), sistim kepercayaan. Keluarga : Struktur keluarga, tugas keluarga. Fase perkembangan : Usia, jenis kelamin, tugas, keturunan dan faktor keturunan. Intergritas dari cara-cara : Fisiologis (termasuk patologi penyakit), konsep diri, penyesuaian (modes fungsi peran, interdependensi. Adaptive) Efektivefitas Kognator : Persepsi, pengatahuan, skill.

  Pertimbangan lingkungan : Perubahan lingkungan internal dan ekternal, menajemen pengobatan, penggunaan obat-obatan.

  

Alkohol, dan merokok.

  3. Diagnosa Keperawatan.

  FISIOLOGIS MODE

1. Oksige 6. sensoris.

  nasi.

  Nyeri akut.

   Hipoksia/syoks.

  Nyeri kronis. 

   Gangguan ventilasi.

  Sensori overload. 

   Inadekuat Gangguan sensori primer.   pertukaran gas.

   Inadekuat transport Gas  Gangguan perfusi jaringan.

  

Cemas tidak berdaya.

   Ketidakstabilan perilaku dan mood.

  9. Fungsi endokrin.

   Inefektiv regulator hormon.

   Inefektiv pengembangan reproduksi.

   Ketidakstabilan sikulus ritme stress internal.

  KONSEP DIRI Pandangan terhadap fisik.

   Penurunan konsep seksual.

   Agresi.

   Kehilangan.

   Seksual disfungtion.

  Pandangan terhadap personal.

  

Harga diri rendah.

   Penurunan kesadaran.

  

Merasa bersalah.

  INTERDEPENDENSI

   Transisi peran.

   Peran berbeda.

   Konflik peran.

   Kegagalan peran.

   Kecemasan.

   Merasa.

   Ditinggalkan/isolasi.

  Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for

  Profesional Nursing Practice. 4 th . Appleton & lange Norwalk, Connecticut.

   Defisit memori.

  8. Fungsi Nerologis.

  2. nutrisi.

   Gangguan tidur. 5. intergrit as kulit.

   Malnutrisi.

   Mual,muntah.

   Anoreksia. 3. elimina si.

   Diare.

   Konstipasi.

   Kembung.

   Retensi Urine.

   Inkontinensia urine. 4. aktivita s dan istirahat.

   Inadekuat pola aktivitas dan istirahat.

   Intolenransi aktivitas.

   Immobilisasi.

   Gatal-gatal.

   Ketidakseimbangan asam basa.

   Kekeringan.

   Infeksi.

   Dekubitus  Potensial injuri.

   Kehilangan kemampuan perawatan diri.

   Gangguan persepsi.

   Potensial injuri/ hilang kemam-puan merawat diri. 7. cairan dan elektriolit.

   Dehidrasi.

   Retensi cairan intra seluler.;

   Edema.

   Shok hipo/hipervolemik.

   Hyper atau hipokalsemia.

FUNGSI PERAN

4. Rencana Tindakan

  STANDAR TINDAKAN GANGGUAN FISIOLOGIS Memenuhi kebutuhan Oksigen.

  Memenuhi kebutuhan Intergritas kulit (kebersihan dan kenyamanan fisik)

  1. Mengopservasi tanda-tanda vital sesuai kebutuhan. 2. melakukan tes alergi pada pemberian obat baru. 3. mengobservasi reaksi pasien.

  Kriteria

  Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologsi

  3. Merapikan alat-alat pasien.

  Kriteria 1. memandikna pasien yang tidak sadar/ kondisinya lemah. 2. mengganti alat-alat tenun sesuai kebutuhan/ kotor.

  5. Mengopservasi reaksi pasien.

  Kriteria: 1. menyiapkan tabung oksigen dan flow meter. 2. menyiapkan hemodifier berisi air. 3. menyiapkan slang nasal dan masker. 4. memberikan penjelasan pada pasien. 5. mengatur posisi pasien. 6. memasang slang nsal dan masker. 7. memperhatikan reaksi pasien.

  Kriteria 1. melakukan latihan gerak pada pasien tidak sadar. 2. melakukan mobilisasi pad pasien pasca operasi. 3. mengatur posisi yg nyama pada pasien. 4. menjaga kebersihan lingkungan.

  Memenuhi kebutuihan aktivitas dan Istirahat/tidur.

  2. memperhatikan suhu cairan/ukuran kateter 3. menutup dan memasang selimut. 4. mengobservasi keadaan feses dan uerine.

  Memenuhi kebutuhan Eliminasi kriteria 1. menyiapkan alat pemberian hukmah/gliserin, dulkolac & peralatan pemasangan kateter

  3. memberikan penjelasan pada pasien. 4. mencocokan jenis cairan/darah/diet makanan 5. mengatur posisi pasien. 6. melakukan pemasangan infus/darah/makana

  Memenuhi kebutuhan Nutrisi: Kriteria 1. menyiapkan peralatan dalam dressing car. 2. menyeiapkan cairan infus/makanan/darah.

5. Mengobservasi rekasi pasien.

  

STANDAR TINDAKAN GANGGUAN KONSEP DIRI

Memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual.

  Kriteria 1. Melaksnakan Orientasi pada pasien baru. 2. memberikan penjelasan tentang tibndakan yang kan dilakukan. 3. memberikan penjelasan dangan bahasa sederhana. 4. memperhatikan setiap keluhan pasien. 5. memotivasi pasien untuk berdoa. 6. membantu pasien beribadah. 7. memperhatikan pesan-pesan pasien.

STANDAR TINDAKAN PAD GANGGUAN PERAN

  

1. Menyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna

bagi keluarga dan msayarakat. 2. mendukung upaya kegiatan atau kreativitas pasien. 3. melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, terutama dalam pengobatan dirinya.

  4. Melibatkan pasien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri pasien. 5. bersifat terbuka dan komunikastif pada pasien. 6. mengijinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien

7. perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang dilakukan

secara benar dalam perawatan.

  8. Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan meneriman jika ada sikap yang negatif dari klein.

  

STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN INTERDEPENSI

1. membantu pasien memenuhi kebutuhan makan dan minum.

  2. membantu pasien memenuhi kebutuhan eliminasi. 3. membantu pasien memenuhi kebutuhan kebesihan diri (mandi). 4. membantu pasien untuk berhias atau berdandan.

5. Evaluasi:

  Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi. PerilakuTujuan dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang dihasilkan, dan bagaimana pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperaweatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan. Perawat memperbaiki tujuan dan intervensi setelah hasil evaluasi ditetapkan.

  

MIDDLE RANGE THEORY SELF-TRANCENDENCE

Pamela.G.Reed

Konsep Kunci 1) Vulnerability

  Kesadaran seseorang akan adanya kematian, Konsep vulnerable meningkatkan kesadaran akan situasi mendekati kematian termasuk di dalamnya adalah keadaan gawat seperti disabilitas, penyakit kronik, kelahiran, dan pengasuhan.

  2) Self-Transcendence

  Transendensi diri berarti suatu gerak melampaui apa yang telah dicapai, suatu gerak dari yang kurang baik menjadi baik dan dari yang baik menjadi lebih baik. Menurut Pamela G Reed, Self Transcendence didefiniskan sebagai pengembangan konsep diri dibatasi secara mulitidimensi yaitu :

  • Inwardly (batiniah) : melakukan refleksi introspeksi diri terhadap pengalaman- pengalaman yang telah dialami.
  • Outwardly (lahiriah), diartikan pentingnya berinteraksi dengan lingkungannya.
  • Temporally (duniawi) : menggunakan pengalaman masa lalu sebagai pelajaran untuk mencapai tujuan masa depan.

  3) Well-Being

  Didefiniskan sebagai perasaan sehat secara menyeluruh baik fisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual yang menunjukkan suatu kesejahteraan dan keadan yang baik.

  4) Moderating-Mediating Factors

  Faktor-faktor yang mempengaruhi proses transendensi diri yang berkontribusi terhadap kondisi yang baik, misalnya : usia, jenis kelamin, kemamapuan kognitif, pengalaman hidup, persepsi spiritual, lingkungan sosial, dan riwayat masa lalu.

  5) Point of Intervention Berdasarkan teori transendensi diri, terdapat dua poin intervensi.

  • Tindakan keperawatan secara langsung berfokus pada sumber-sumber yang berasal dari dalam diri seseorang terhadap transendensi diri
  • Tindakan yang berfokus pada beberapa faktor personal dan kontekstual yang mempengaruhi hubungan antara transendensi diri dan vulnerabel ; hubungan antar transendensi diri dan keadaan baik/sehat.

  Asumsi Mayor 1) Health

  Sehat, didefinisikan secara mutlak sebagai proses kehidupan dari dua hal yaitu pengalaman negatif dan positif, dimana individu menciptakan lingkungan dan nilai- nilai unik yang mendukung kesejahteraan (well- being).

  2) Nursing

  Peran keperawatan adalah untuk mendampingi orang-orang (persons) melalui proses interpersonal dan manajemen terapeutik pada lingkungannya dengan membutuhkan keterampilan untuk mendukung kesehatan (health) dan kesejahteraan (well-being).

  3) Person

  Person dipahami sebagai perkembangan masa kehidupannya dalam berinteraksi dengan orang lain dan perubahan lingkungan yang kompleks yang dapat berkontribusi secara positif dan negative terhadap kesehatan dan keadaan baik.

  4) Environment

  Keluarga, jaringan sosial, lingkungan fisik dan komunitas adalah lingkungan yang secara signifikan berkontribusi pada proses kesehatan dimana perawat mempengaruhinya dengan mengatur interaksi yang terapeutik antara individu dan aktivitas keperawatan.

  Pernyataan Teoritis

  Model teori self transcendence mengusulkan tiga macam hubungan : 1) Peningkatan vulnerability dihubungkan dengan peningkatan self transcendence.

  2) Self transcendence berhubungan secara positif dengan kesejahteraan (well-being).

3) Faktor-faktor personal dan eksternal bisa mempengaruhi hubungan antara vulnerability

dengan self transcendence dan antara self transcendence dan well- being.

  Well-Being + Self-transcendence + Vulnerability

  Factor-faktor personal danKontextual + yang berhubungan dengan sec ara media atau hubungan moderate

  Point intervensi + - untuk meningkatkan self Transcedence

  Skema 2 : Teori Model Self-Trancendence

  Terdapat 3 dalil yang berkembang menggunakan tiga konsep dasar tersebut, antara lain : 1) Dalil Pertama, self transcendence merupakan kehebatan seseorang saat menghadapi akhir dari kehidupan dibanding ia tidak mengalaminya, atau dengan pengalaman- pengalaman lain yang meningkatkan kesadaran akan kematian.

  2) Dalil yang kedua yaitu batasan-batasan konseptual yang dihubungkan dengan kesejahteraan (well-being), yang secara fluktuasi akan mempengaruhi secara positif atau negatif well being sepanjang masa kehidupan. Contoh : Peningkatan penampilan dan perilaku self transcendence diharapkan berkaitan secara positif dengan kesehatan mental sebagai indicator well-being seseorang, sedang pengaruh negative seperti ketidakmamapuan untuk mencapai atau menerima orang lain (berteman) akan mengarah pada depresi sebagai indicator kesehatan mental. 3) Dalil yang ketiga adalah proses person dengan lingkungan, yang berfungsi sebagai korelasi, moderator, atau mediator yang menghubungkan antara vulnerable, transendensi diri dan keadaan sejahtera (well being).

  8. Dalam bentuk yang lebih mudah diuji

  

13. Beberapa di antaranya memiliki dasar dari grand teori, salah satu contohnya adalah :

  ilmiah yang menarik 12. Berfokus pada hal-hal yang menjadi perhatian perawat.

  

11. Mudah diaplikasikan ke dalam praktik, dan bagian yang abstrak merupakan hal

  menggunakan studi kualitatif

  

10. Dapat dikembangkan secara deduktif, retroduktif. Lebih sering secara induktif

  9. Memiliki hubungan yang kuat dengan riset dan praktik

  7. Memiliki sedikit konsep dan variabel

  Ciri Middle Range Theory menurut Mc. Kenna h.p. (1997) :

  6. Inklusif

  5. Konsep dan proposisi yang terukur

  4. Masih cukup abstrak

  3. Tanpa indikator pengukuran

  2. Sulit mengaplikasikan konsep ke dalam teori

  1. Bisa digunakan secara umum pada berbagai situasi

  middle range theory dari “self care deficit” diturunkan dari grand theory “self care” oleh Orem.

  

14. Mid-range theory tumbuh langsung dari praktik. Misalnya, “caring in perinatal

  nursing” dari Swansons

  

15. Chinn and Kramer (1995) menyatakan bahwa ada 8 mid-range theory yaitu teori

  perawatan mentruasi, teori “family care-giving”, theory of relapse among ex-

  smokers (kekambuhan di antara mantan perokok), a theory of uncertainty in illness

  (ketidakpastian saat sakit), a theory of the peri-menopausal process (proses menopause), a theory of self-transcendence, a theory of personal risking and a

  theory of illness trajectory Menurut Meleis, A. I. (1997), mid-range theory memiliki cirri-ciri sbb :

  1. Ruang lingkup terbatas,

  2. Memiliki sedikit abstrak,

  3. Membahas fenomena atau konsep yang lebih spesifik, dan

  4. Merupakan cerminan praktik (administrasi, klinik, pengajaran)

TINJAUAN KASUS DAN ANALISA KASUS

  1. Kasus

  Ny. K, usia 60 tahun memiliki 3 orang anak yang saat ini sudah berusia di atas 30 tahun. Suami Ny. K, baru saja meninggal 7 bulan yang lalu karena menderita penyakit kronis. Pernikahan mereka telah berusia 40 tahun pada saat suaminya meninggal. Dua orang anaknya bertempat tinggal sangat jauh dari rumah Ny. K, Sedangkan seorang anak perempuan bersama dengan suaminya dan dua orang anak, yang satu masih usia pra sekolah dan yang satunya lagi SMP, tinggal tidak jauh dari rumah Ny. K. Selama suaminya sakit, Ny. K sendiri yang merawatnya. Ia menghabiskan banyak waktu dan mengalami kelelahan dalam merawat suaminya, namun setelah suaminya meninggal dia merasa sangat kesepian karena ditinggal seorang diri di rumahnya. Selain itu, dia juga kehilangan selera makan sehingga tidak memiliki kekuatan untuk beraktivitas di luar rumah dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya serta berinteraksi dengan anak dan keluarganya.

  2. Analisis Kasus

  Berdasarkan kasus di atas, hasil analisa mennunjukkan bahwa ada beberapa masalah yang sedang dihadapi oleh Ny. K yaitu : 1) Ny. K telah berusia lanjut.

  2) Respon berduka yang berkepanjangan akibat kematian Suaminya 3) Interaksi dengan lingkungan sosial terganggu 4) Interaksi dengan anggota keluarga terganggu 5) Penurunan selera makan 6) Kelemahan fisik 7) Penurunan aktivitas 8) Merasa kesepian tinggal seorang diri 9) Tinggal terpisah dari anak-anaknya

3. Pembahasan

  Teori Pamela.G.Reed menitikberatkan pada konsep self transcendence yang terdiri atas konsep kunci yaitu vulnerabel, transendensi diri, sejahtera/sehat, moderating- mediating factors, dan inti intervensi. Dalam kasus tersebut, berdasarkan teori self transcendence maka yang perlu dilakukan oleh perawat dalam menyelesaikan

  permasalahan yang dihadapi oleh Ny. K adalah dengan menerapkan konsep-konsep kunci

  dari Pamela yaitu : 1) Vurnerabel yaitu meningkatkan Ny. K bahwa kematian adalah

  kesadaran

  merupakan hal yang akan dialami oleh setiap orang yang masih hidup dan akan disertai kesedihan serta kedukaan berlanjut sampai berbulan-bulan setelah masa kehilangan tersebut. Bagaimana jika seandainya keadaan menjadi terbalik, pengalaman yang sama terjadi pada dirinya sedangkan Suaminya sendiri yang mengalami hal yang saat ini dia alami, akan sangat berbeda dan bahkan lebih sulit bagi Suaminya untuk menerima hal tersebut. Sehingga, perawat akan membantu Ny. K untuk melakukan refleksi terhadap dirinya dan terhadap pengalaman tersebut. Refleksi dan instrospeksi yang dilakukan oleh Ny. K adalah merupakan inti dari self transcendence. 2) Dari segi inwardly (batiniah), perawat menekankan adanya proses introspeksi terhadap pengalaman masa lalu yang dialami oleh Ny. K yang kemudian dapat menjadi fasilitas memperoleh kepulihan dan kesehatannya kembali. Introspeksi diri bisa meliputi menggali kembali kepercayaan dan keyakinan dalam diri, nilai-nilai pribadi, dan mimpi-mimpi yang ingin dicapai yang nantinya akan menjadi penyemangat atau motivator untuk mencapai kondisi yang sehat secara utuh (well being).

  3) Dari segi outwardly (lahiriah), perawat memberikan dorongan untuk memulai kembali hubungannya dengan dunia luar termasuk berinteraksi dengan anak dan keluarganya, lingkungan sosialnya dan kembali beraktivitas serta dapat menikmati masa tuanya dengan penuh kebahagian. Dengan menghabiskan waktu bersama cucu-cucunya, anak dan menantunya akan lebih membuatnya menikmati kebahagiaan dan kesenangan. Selain itu, dengan cara tersebut, Ny. K akan merasa puas telah membantu anak dan menantunya menjaga anak-anaknya. Bila kebahagiaan dan kesenangan telah terbangun, masalah fisik, nafsu makan, perasaan kesepian, dan perasaan berduka yang dialaminya selama ini berangsur- angsur akan hilang, sehingga Ny. K akan memperoleh kesehatannya kembali

  4) Dari segi temporally (duniawi/saat ini), dari hasil refleksi dan introspeksi dari pengalaman masa lalunya, Ny. K bisa menggunakan pengetahuan dan keterampilannya di masa lalu itu untuk mencapai apa yang dia harapkan di masa yang akan datang dengan melakukan/menerapkannya pada masa kini.

  KESIMPULAN

  1. Kelebihan

  • Baik digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang terkait dengan masalah psikososial.
  • Faktor spiritual cukup dipertimbangkan dalam penyelesaian masalah pasien.

  2. Kekurangan

  • Banyak variabel dalam teori, seperti vulnerability dan transendensi diri serta kondisi sejahtera yang masih abstrak, sehingga masih terdapat kesulitan diterapkan dalam praktik.
  • Pembahasan teori tidak mudah untuk dipahami sehingga sulit dicerna oleh para perawat yang akan mengaplikasikannya ke dalam praktik.
  • Terbatas digunakan hanya pada kasus-kasus yang berhubungan dengan adanya masalah psikologis dengan kurang mempertimbangkan penangan fisiknya.

  3. Teori self transcendence termasuk dalam kelompok mid-range theory karena memiliki kriteria : konsep dan variabel sedikit, sebahagian masih bersifat abstrak, dapat digunakan dalam berbagai situasi dan kondisi kesehatan manusia, bersumber dari grand theory dan pengalaman-pengalaman praktik, dan berfokus pada fenomena yang lebih spesifik.

  4. Ketidakjelasan dan keabstrakan teori self transcendence dapat menjadi pemicu dilakukannya penelitian-penelitian yang bisa menjadi bahan perbaikan bagi teori tersebut.

  THEORY KEPERAWATAN ORLANDO Paradigma Keperawatan Teori Proses Keperawatan Orlando

  Asumsi Orlando terhadap metaparadigma keperawatan hampir seluruhnya terkandung dalam teorinya.

  1. Perawat Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang didefinisikan sebagai fungsi profesional keperawatan.

  2. Manusia Manusia bertindak atau berperilaku secara verbal dan nonverbal, kadang-kadang dalam situasi tertentu manusia dalam memenuhi kebutuhannya membutuhkan pertolongan.

  3. Sehat Orlando tidak medefinisikan tentang sehat, tetapi berasumsi bahwa bebas dari ketidaknyamanan fisik dan mental dan merasa adekuat dan sejahtera berkontribusi terhadap sehat.

  4. Lingkungan

  Orlando berasumsi bahwa lingkungan merupakan situasi keperawatan yang terjadi ketika perawat dan pasien berinteraksi, dan keduanya mempersepsikan, berfikir, dan merasakan dan bertindak dalam situasi yang bersifat segera.

  Konsep Utama Dalam Teori Proses Keperawatan

  • Dalam teorinya Orlando mengemukanan tentang beberapa konsep utama, diantaranya adalah konsep disiplin proses keperawatan (nursing process discipline) yang juga dikenal dengan sebutan proses disiplin atau proses keperawatan. Disiplin proses keperawatan meliputi komunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera, mengidentifikasi permasalahan pasien yang disampaikan kepada perawat, menanyakan untuk validasi atau perbaikan.
  • Teori keperawatan Orlando menekankan ada hubungan timbal balik antara pasien dan perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling mempengaruhi.
  • Orlando juga menggambarkan mengenai disiplin nursing proses sebagai interaksi total (totally interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan.
  • Orlando menggambarkan model teorinya dengan lima konsep utama yaitu fungsi perawat profesional, mengenal perilaku pasien, respon internal atau kesegeraan, disiplin proses keperawatan serta kemajuan.

  1. Tanggung jawab perawat Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan

   untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya kenyamanan fisik dan rasa aman ketika dalam medapatkan pengobatan.. Perawat harus mengetahui kebutuhan pasien untuk membantu

   memenuhinya. Perawat harus mengetahui benar peran profesionalnya, aktivitas perawat

   profesional yaitu tindakan yang dilakukan perawat secara bebas dan bertanggung jawab.

  2. Mengenal perilaku pasien Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang dikatakan pasien maupun perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien.

  3. Reaksi segera

  Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal dari perawat dan persepsi individu pasien , berfikir dan merasakan.

  4. Disiplin proses keperawatan George (1995) mengartikan disiplin proses keperawatan sebagai interaksi total (totally interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk melakukan tidakan yang tepat.

  5. Kemajuan / peningkatan Peningkatan berari tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan produktif.

  Disiplin Proses Keperawatan

  1. Perilaku Pasien Perilaku pasien dapat verbal dan non verbal. Perilaku verbal yang menunjukan perlunya pertolongan seperti keluhan, permintaan, pertanyaan, kebutuhan dan lain sebagainya. Sedangkan perilaku nonverbal misalnya heart rate, edema, aktivitas motorik: senyum, berjalan, menghindar kontak mata dan lain sebagainya.

  2. Reaksi Perawat Reaksi ini tertidiri dari 3 bagian yaitu :

  • Pertama perawat merasakan melalui indranya
  • Kedua yaitu perawat berfikir secara otomatis  Ketiga adanya hasil pemikiran sebagai suatu yang dirasakan.

  Contoh perawat melihat pasien merintih, perawat berfikir bahwa pasien mengalami nyeri kemudian memberikan perhatian

  3. Tindakan Perawat Perawat dapat bertindak dengan dua cara yaitu :

  • Tindakan otomatis, yaitu dilakukan bila kebutuhan pasien yang mendesak, misalnya tindakan pemberian obat atas intruksi medis.
  • Tindakan terencana adalah tindakan yang memenuhi fungsi profesional perawat, dengan kriteria sbb :

   Tindakan merupakan hasil dari indetifikasi kebutuhan pasien  Perawat menjelaskan maksud tindakan kepada pasien untuk memenuhi kebituhannya.

   Perawat memvalidasi efektifitas tindakan segera setelah dilakukan  Perawat membebaskan stimulasi yang tidak berhubungan dengan kebutuhan pasien ketika melakukan tindakan.

  Tindakan otomatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa contoh tindakan otomatis tindakan rutinitas, melaksanakan instruksi dokter, tindakan perlindungan kesehatan secara umum. Semua itu tidak membutuhkan validasi reaksi perawat.

  4. Fungsi profesional Tindakan yang tidak profesional dapat menghambat perawat dalam menyelesaikan fungsi profesionalnya, dan dapat menyebabkan tidak adekuatnya perawatan pasien.

  Aplikasi Teori Keperawatan Orlando Gambaran Kasus : Kasus : SKA STEMI 1 jam setelah mendapat serangan

  Tn M usia 50 tahun satu jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri menjalar ke leher, rahang, lengan serta ke punggung sebelah kiri. Nyeri dirasakan seperti tertekan benda berat. Nyeri menetap walaupun telah diistirahatkan. Nyeri dirasakan terus menerus lebih dari 30 menit. Kemudian oleh keluarga dibawa ke UGD RS. Haji Makassar. Pasien sebelumnya belum pernah dirawat atau sakit berat tetapi memiliki kebiasaan kurang olah raga, riwayat merokok berat 2 bungkus per hari, pasien adalah seorang kepala keluarga dan bekerja sebagai seorang meneger di salah satu perusahaan. Hasil pemeriksaan fisik : kesadaran kompos mentis, tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 98 kali/pemit, respirasi 30 kali/menit. Tampak gelisah, banyak keluar keringat. Hasil pemeriksaan EKG menunjukan adanya ST elevasi. Hasil Laboratorium terdapat enzim troponin T positip dan CKMB meningkat. Oleh dokter pasien didiagnosa sindroma koroner akut dengan ST elevasi Miocard infark. Pada kasus Tn M tersebut diatas maka perawat harus segera bereaksi terhadap perilaku pasien baik secara verbal maupun non verbal :

  1. Fase Reaksi Perawat.

  Pengkajian difokuskan terhadap data-data yang relatif menunjukan kondisi yang emergenci dan membahayakan bagi kehidupan pasien, data yang perlu dikaji pada kasus diatas selain nyeri dada yang khas terhadap adanya gangguan sirkulasi koroner, juga perlu dikaji lebih jauh adalah bagaimana kharakteristik nyeri dada meliputi apa yang menjadi faktor pencetusnya, bagaimana kualitasnya, lokasinya, derajat dan waktunya.

  2. Fase Nursing Action Fase perencanaan pada proses keperawatan, sesuai dengan fase nursing action pada disiplin proses keperawatan mencakup sharing reaction (analisa data), diagnosa keperawatan, perencanaan dan tindakan keperawatan atau implementasi.

  3. Evaluasi Evaluasi, pada fase tindakan proses disiplin merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Tindakan-tindakan yang terencana, setelah tidakan lengkap dilaksanakan, perawat harus mengevaluasi keberhasilannya.

  

GRAND THEORY BETTY NEUMAN

Konsep Utama

  Konsep utama yang terdapat pada model Neuman, meliputi: stresor, garis pertahanan dan perlawanan, tingkatan pencegahan, lima variabel sistem pasien, struktur dasar, intervensi dan rekonstitusi (Lihat juga Skemanya)

  1. Stressor Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan berpotensial untuk menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi stressor sebagai berikut : 1) Stressor intrapersonal : terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan dengan lingkungan internal (misalnya : respons autoimmune) 2) Stressor interpersonal : terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang memiliki pengaruh pada system, (misalnya : ekspektasi peran) 3) Stressor ekstrapersonal : terjadi diluar lingkup sistem atau individu/keluarga dari pada stressor interpersonal, (misalnya : sosial politik).

  2. Garis pertahanan dan perlawanan