KAJIAN HADITH TENTANG SALAM DALAM BUKU FIQIH LINTAS AGAMA (FLA)

KAJIAN HADITH TENTANG SALAM DALAM BUKU FIQIH LINTAS AGAMA (FLA)

Syofrianisda*

Abstract

The background of this study is based on hadith riwayah of Muslim through Abu Hurairah about the Prophet’s prohibition to start saying salam to Jewish and Christian people. “Don’t start to say salam to Jewish and Christian people. If you greet one of them on the street, urge him to the side”. This hadith is understood by some writers showing the hard, cruel and frightening side of Islam. Moreover, they reject and abandon the hadith’s validity. They argue that this hadith is not suitable with the Islamic foundation that stresses on peace. The writer is interested in discussing this problem since there is no in depth study on some writers’ understanding especially in greeting to non-muslim. Besides, Hartono Ahmad Jaiz has been criticized their idea through books Preventing the Dangerous of Liberal Islamic Network (JIL) and Inter Faith Fiqh (FLA). However, Hartono seems to focus on pluralism verses only. Meanwhile, in tradition of his understanding, he often comments more on hadith related to interfaith problem. Therefore, this thought is strongly possible to develop in the future. It is proved by the development of pluralism study recently.

Keywords: Hadith, salam, interfaith fiqh

Abstrak

Permasalahan ini dilatarbelakangi olehhadith riwayat Muslim melalui AbuHurairah tentang larangan Nabi memulai mengucapkan salam kepada Yahudi dan Nasrani“(Janganlah kamu memulai mengucapkan salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, jika kamu berjumpa dengan salah seorang dari mereka di jalan, maka desaklah dia ke pinggir)”. Hadith ini dipahami oleh tim penulis mengesankan wajah Islam yang keras, kejam lagi menakutkan. Bahkan mereka menolak dan membatalkan validitas hadith ini. Mereka berpendapat bahwa hadith ini tidak sesuai dengan watak dasar Islam yang menekankan kedamaian. Penulis tertarik untuk membahas masalah ini, karena tidak ada kajian mendalam terhadap pemahaman tim penulis ini, terutama dalam hal menyapa non-Muslim. Meski Hartono Ahmad Ja’iz telah mengkritik gagasan mereka melalui buku-buku yang Mencegah Bahaya Jaringan Islam Liberal (JIL) dan Fiqih Antar Agama (FLA), namun Hartono tampaknya lebih fokus untuk menilai ayat-ayat tentang pluralisme saja. Sementara masalah tradisi pemahamannya sendiri, ia jauh lebih banyak mengomentari hadith yang terkait dengan masalah antaragama. Maka pemikiran seperti ini sangat mungkin berkembang di masa depan. Hal ini terbukti dengan berkembangnya studi pluralisme saat ini.

Kata kunci: Hadith, Salam, Fiqih Lintas Agama

A. Pendahuluan

dianggap kaku, telah melahirkan satu karya Ide pluralisme, 1 yaitu suatu paham atau fenomenal dan mendapat reaksi keras dari umat

sikap yang mengakui dan menerima kenyataan Islam, terutama ulama di Indonesia. Terdapat kemajemukan sebagai sesuatu yang bernilai banyak bantahan dan hujatan terhadap karya positif, merupakan ketentuan dan rahmat Tuhan tersebut, sebagian berpendapat bahwa mereka, kepada manusia dan dipadu dengan semangat kelompok pluralis itu, secara terang-terangan perubahan terhadap kajian-kajian klasik yang mengusung keyakinan inklusif-pluralis alias

menyamakan semua agama, dan secara blak- * Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Yaptip Pasaman blakan memang mereka sengaja membuka jati

Barat

diri bahwa meskipun mengaku Islam, namun

Nurcholis Madjid, Cendikiawan dan Religius Masyarakat, (Jakarta: Paramadina, 1999), hlm. 62

juga mengakui bahwa akidah mereka berbeda.

Syofrianisda, Kajian Hadith tentang Salam dalam Buku Fiqih Lintas Agama (FLA)

Mereka berpendapat, berbagai perkembangan Artinya: “Qutaibah ibn Sa`îd telah menceritakan baru akibat perubahan sosial yang dahsyat telah

kepada kami, ‘Abd al-Aziz telah menyebabkan rumusan fiqih klasik tidak lagi

menceritakan kepada kami (yaitu mampu menampung perkembangan kebutuhan

al-Darawardi) dari Suhail dari manusia modern, termasuk soal dimensi

bapaknyadari Abu Hurairah, bahwa hubungan antar agama. Kemudian sejauh yang Rasulullah SAW. bersabda: Janganlah diamati, fiqih klasik cendrung mengedepankan kamu memulai mengucapkan salam

kepada Yahudi dan Nasrani. Jika kamu sudut pandang antagonistik bahkan penolakan menjumpai salah seorang dari mereka di terhadap komunitis agama lain. Banyak

jalan maka desaklah dia ke pinggir. (H. konsep fiqih menempatkan penganut agama

R. Muslim)

lain lebih rendah ketimbang umat Islam, sehingga berimplikasi meng-exclude atau

Penulis FLA memberi komentar bahwa: mendiskreditkan mereka. Diantara karya tulis “Hadith ini diriwayatkan oleh Muslim yang

mereka adalah Fiqih Lintas Agama, 2 yang ditulis diterima oleh Abu Hurairah dari Rasulullah oleh sembilan orang, yang terdiri dari: Zainun SAW. Hadith ini tidak hanya melarang Kamal, Nurcholis Madjid, Masdar Farid Mas’udi, mengucapkan salam kepada orang Yahudi dan Komaruddin Hidayat, Budhy Munawar Rahman, Nasrani, tetapi juga menyuruh orang muslim Kautsar Azhari Noer, Zuhairi Misrawi, Ahmad Gaus untuk bersikap kasar terhadap mereka, yaitu AF dan Mun’im A. Sirry sebagai editor.

dengan mendesak siapapun diantara mereka Di dalam buku tersebut, para penulis ke pinggir jalan. Hadith ini menampilkan

wajah Islam yang garang dan kasar”. banyak menyoroti kajian-kajian Islam klasik 5 yang mereka anggap sebagai penghapus

Dari teks di atas dipahami bahwa Tim fungsi agama sebagai jalan pembebasan Penulis menganggap hadith ini menganjurkan

dan pencerahan. 3 Selain itu, di dalam kekerasan terhadap orang non muslim. buku tersebut juga dikaji hadith-hadith Sementara apabila dirujuk ke dalam kitab Nabi Muhammad SAW., tidak hanya kajian sharah, akan ditemui pemahaman yang terhadap pemahamannya saja tetapijuga kritik berbeda dengan pemahaman tim penulis ini, terhadapsanad dan matan-nya.

sebagaimana pendapat yang disampaikan

Hal tersebut tampak di dalam pembahasan oleh Muhammad ibn Isma’il al-Kahlani. Dia mengenai salam, nikah dan waris antar umat berpendapat bahwa hadith ini tidak bertujuan beragama. Di antara kajian tersebut adalah untuk bersikap kasar (mu’akasah) terhadap kajian terhadap hadith tentang salam antar orang Yahudi. Hal ini hanya merupakan isyarat umat beragama, sebagaimana diriwayatkan bahwa kaum muslimin tidak senang dengan oleh Imam Muslim;

orang yang beragama Yahudi tersebut, setelah kedatangan agama Islam yang Rahmatan li

ْيِنْعَي( ِزْيِزَعْلاُدْبَع اَنَثَّدَح دْيِعَس ُنْب ةَبْيَتُق اَنَثَّدَح al-‘Alamin. Bahkan kaum muslimin sangat َّنَأ َةَرْيَرُه ْيِبَأ ْنَع ِهْيِبَأ ْنَع ٍلْيَهُس ْنَع)يِدْرَواَرَّدلا berharap agar mereka itu masuk agama Islam َدْوُهَيْلا اْوُؤَدْبَتَلاَلاَق َمَّلَسَو ِهْيَلَعُ الله ىَّلَص ِالله َلْوُسَر sebagaimana mereka telah terlebih dahulu

memeluknya. ٍقْيِرَط ْيِف ْمُهَدَحَأ ْمُتْيَقَل اَذِإَف ِمَلاَّسلااِب ىَراَصَّنلاَلاَو 6

Mengenai hadith itu mereka berpendapat

kalau hadith yang diriwayatkan dari AbuHurairah terdapat kelemahan karena beliau

sendiri memiliki banyak kekurangan. Pertama,

2 Selanjutnya disingkat FLA

3 Nurcholis Madjid, Kautsar Azhari Noer dkk, Fiqih Lintas

bahwa Abu Hurairah sering meriwayatkan

Agama, Membangun Masyarakat Inklusif-Pluralis, (Jakarta; Paramadina, 2004), Cet. VII, hlm. 129

5 Nurcholis Madjid, Kautsar Azhari Noer dkk, Fiqih Lintas 4 Abual-Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim al- Agama, hlm. 69

Qushairi al-Naisaburi, a l-Jami’ al-Ṣahīh, (Beirut-Libanon: Dār al- 6 Muhammad ibn Isma’il al-Kahlani, Subul al-Salam, Fikr, t.th), Jilid IV, Juz VII, hlm. 5

(Bandung: Maktabah Dahlan, t.th), hlm. 155

P-ISSN: 1978-6948

2 e -ISSN: 2502-8650

Vol. 11 No. 1 Januari 2017 | 113-130 Vol. 11 No. 1 Januari 2017 | 113-130

pemalas dan berbagai kekurangan lainnya, 7 hadith sendiri dia lebih banyak mengomentari demikian menurut Tim Penulis. Namun, jika pemahaman hadith yang terkait dengan dilihat penilaian ulama mengenai hadith ini, permasalahan waris antar agama. 10 Padahal jika malahhadith ini dipandang sha ḥiḥ. Seperti diperhatikan hadith yang paling banyak diulas halnya Mu ḥammad Nashir al-Din al-Albaniy, oleh Tim Penulis adalah hadith mengenai salam. yang juga memuat hadith ini di dalam buku Setelah penulis melihat ke dalam buku Fiqih sha

ḥiḥ Sunan Abi Daud. 8 Lintas Agama, maka penulis menemukan dari Selain melakukan kritik sanad dari 23 hadith yang diulas di dalam buku tersebut, hadith riwayat Imam Muslim lewat jalur Abu

13 di antaranya adalah mengenai salam. Hurairah mengenai larangan mengucapkan Karenanya, objek kajian dalam penelitian salam, mereka juga melakukan kritik matan ini adalah hadith-hadith tentang salam antar dengan mengungkapkan kalau hadith ini tidak agama yang terdapat dalam buku Fiqih Lintas sesuai dengan watak Islam yang menekankan Agama (FLA). Oleh karena itu, sumber rujukan kedamaian, serta bertentangan dengan utama dalam penelitian ini adalah buku hadith yang mengisahkan tentang Nabi yang Fiqih Lintas Agama karya Tim Paramadina. Di mengirim surat kepada Raja Negus dengan samping itu, untuk melihat penjelasan hadith

ucapan salam. 9 penulis menggunakan sumber-sumber rujukan Penulis beranggapan penilaian dan kitab hadith dan sharah seperti Fath al-Bari dan pemahaman seperti ini perlu untuk dikaji lebih Subul al-Salam sebagai sumber primer. Selain lanjut, sehingga tidak terjadi pemahaman dan itu, penulis juga menggunakan kitab Ṣahīh penilaian yang salah terhadap hadith, hal Muslimbi Sharh al-Nawāwi untuk hadith riwayat tersebut juga akan menghindarkan penilaian Imam Muslim, serta kitab-kitab sharah lainnya yang tergesa-gesa terhadap buku Fiqih Lintas yang terkait. Agama. Menurut penulis sendiri tidak seluruh

yang dipaparkan, terutama mengenai hadith B. Pengertian Salam

di dalam buku ini bernilai negatif. Boleh Kata “salam” 11 secara bahasa berasal dari jadi metode pengujian dan pemahamannya bahasa Arab “ al-salām” yang berarti kebebasan

diadopsi dari pemikiran tokoh tertentu, terutama mengenai standar ke-

ṣaḥiḥ-an matan. 10 Lihat Hartono Ahmad Ja’iz dan Agus Hasan Bashori, Para ahli mazhab seputar golongan

Ḥanafiyah Menangkal Bahaya JIL dan FLA, (Jakarta: Pustakaal-Kautsar, juga tidak langsung menerima hadith ahad 2003), hlm. 169

11 Allah berfirman: “apabila mereka (orang muslim) bertemu

yang shahih al-isnad begitu saja.

dengan orang-orang jahiliah mereka mengucapkan salam”. Maknanya mengucapkan salam yang tidak terdapat di dalamnya kebaikan dan juga keburukan di antara mereka. Salam yang digunakan

7 Nurcholis Madjid, Kautsar Azhari Noer dkk, Fiqih Lintas di sini bukan digunakan dalam penghormatan dikarenakan ayat Agama, hlm. 70

ini adalah ayat Makkiyah, dan tidak diperintahkan bagi orang 8 Muhammad Naṣir al-Din al-Albani, Ṣahih Sunan Abi

muslim untuk mengucapkan salam terhadap orang musyrikin. Daud , terj. Taufiq ‘Abd al-Rahman dan Sofia Tidjani, (Jakarta:

Sesungguhnya orang Arab pada masa jahiliah memberikan PustakaAzzam, 2006), hlm. 463

penghormatan kepada sahabatnya dengan kata “ an’im ṣabāhan” 9 Nurcholis Madjid, Kautsar Azhari Noer dkk, Fiqih Lintas

lihat karya Imam al-‘Allāmah ibn Manẓur, Lisān al-‘Arabi, (Beirut: Agama, hlm. 71

Dār al-Haya’ al-Turāthu al-Arabi, t.th), hlm. 342

Syofrianisda, Kajian Hadith tentang Salam dalam Buku Fiqih Lintas Agama (FLA) Syofrianisda, Kajian Hadith tentang Salam dalam Buku Fiqih Lintas Agama (FLA)

sama, baik mengenal maupun tidak. al-Munjid fi 16 al-Lughah, kata salam berarti selamat dari aib

berarti terbebasnya. 12 Di dalam

Salam juga merupakan salah satu nama dari atau penyakit, bebas dan terlepas darinya. 13 asma Allah, yang dengan nama tersebut Allah

Mahmud Yunus dalam kamusnya perintahkan kepada manusia untuk berdo`a mengungkapkan bahwa kata salam atau kepada-Nya. Seperti firman Allah dalam surat

sentosa dalam bahasa Arab adalah: اًمَلاَس - ًةَمَلاَس al-Hasyar (59): 23, yang berbunyi: - ُمَلْسَي - َمِلَس , yang berarti selamat atau sentosa. 14

Secara Terminologi Salam adalah kalimat

suci yang selalu diulang-ulang oleh setiap

muslim dalam setiap shalat, kemudian

mengakhiri shalat dengan mengucapkan Artinya: “Dialah Allah yang tiada Tuhan selain

“ al-salāmu ‘alaikum warahmatullah”. Salam Dia, Raja, yang Maha Suci, yang

merupakan amalan yang baik dalam Islam. Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Sebagaimana hadith yang diriwayatkan olehal-

Keamanan, yang Maha Memelihara, Bukhari dariIbn Umar R.A.

yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa,

ْيِنَثَّدَح َلاَق ُثْيلَّلا اَنَثَّدَح َفُسْوُي ُنْب ِالله ُدْبَع اَنَثَّدَح yang memiliki segala Keagungan,

Maha suci Allah dari apa yang mereka

persekutukan.

C. َتْفْرَع ْنَم ىَلَع َمَلاَّسلا ُأَرْقَتَو َماَعَّطلا ُمِعْطُت :َلَاق ؟ Deskripsi Hadith-hadith tentang Salam

15 1. Hadith Riwayat Imam Muslim melalui

AbuHurairah

Artinya: Abd Allah Ibn Yusuf menceritakan kepada kami, al-Laith menceritakan

kepada kami, dia berkata Yazid

menceritakan kepadaku dari Abi al- Khair dari Abd Allah Ibn Umar, bahwa

seorang laki-laki bertanya kepada

Rasulullah SAW, “apakah kebaikan

Islam itu?”, Rasul menjawab: kebaikan

Islam itu ialah memberikan makanan Artinya: Qutaibah ibn Sa’id telah mengabarkan dan mengucapkan salam kepada siapa

kepada kami, Abd al‘-Aziz (yaitu al- yang kamu ketahui dan siapa yang tidak

Darawardi) telah mengabarkan kepada kamu ketahui.

kami dari Suhail dari bapaknyadari AbuHurairah, bahwa Rasulullah SAW.

Islam telah menjadikan salam sebagai bersabda: Janganlah kamu memulai penghormatan antara sesama muslim dan

mengucapkan salam kepada Yahudi anjuran untuk menyebarkannya bagi muslim

dan Nasrani. Jika kamu menjumpai yang bertemu dengan muslim yang lain, baik

salah seorang dari mereka di jalan maka desaklah dia ke pinggir. (H. R. Muslim)

12 Imam al-‘Allāmah ibn Manẓur, Lisān al-‘Arabi, hlm. 342 13 Abual-Maluf, Munjid fi al-Lughah, (Beirut; Lebanon,

Hadith ini menjelaskan tentang larangan

2000), hlm. 347

Nabi untuk memulai mengucapkan salam

14 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta; terhadap non-muslim, seorang muslim

HidakaryaAgung, 1989), hlm. 177

dilarang lebih awal untuk memberikan salam

Abu ‘Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughīrah ibn Bardizbah al-Bukhāri al-Jāfi, Ṣahīh al-Bukhāri,

16 Kitab al-Iman, (Libanon: Dār al-Kutb al-Ilmi, 2007), hadith Muhammad Khair Fatimah, Etika Muslim Sehari-hari, terj. Biqadirin, (Jakarta: Pustakaal-Kautsar, 2002), hlm. 295-297

nomor: 12, hlm. 18 17 Abual-Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim al- Qushairi al-Naisaburi, a l-Jami’ al-Ṣahīh, hlm. 5

P-ISSN: 1978-6948

4 e -ISSN: 2502-8650

Vol. 11 No. 1 Januari 2017 | 113-130 Vol. 11 No. 1 Januari 2017 | 113-130

3. Hadith Riwayat al-Bukhariy melalui

2. Hadith riwayat al-Bukhari melalui

jalur Anas ibn Malik

Aisyah

Artinya: ‘Usman ibn Abi Shaibah menceritakan

kepada kami Hushaim menceritakan

َاي ُتْلُقَف .ِهِّلُك ِرْمَلأْا ْيِف َقْفِّرلا ُّبِحُي َالله َّنِإَف ُةَشِئَاع kepada kami ‘Ubaid al-Allah ibn abi

Bakr ibn Anas mengabarkan kepada

kami, Anas ibn Malik r.a. berkata: Nabi

)يراخبلا هاور(. 18 ْمُكْيَلَعَو ُتْلُق ْدَقَف َمَّلَسَو ِهْيَلَعُ الله SAW bersabda: Apabila orang ahl al-

Kitab mengucapkan salam kepadamu, Artinya: Abu al-Yaman mengabarkan kepada maka katakanlah: “wa’alaikum”. kami, Shua’ib menceritakan kepada

kami dari Zuhri dia berkata, Urwah telah Hadith ini menegaskan bahwa apabila menceritakan kepada saya bahwasannya datang ahli kitab dengan mengucapkan ‘Aisyah RA. berkata: Ada sekelompok salam, maka jawabannya adalah“wa’alaikum’’. orang Yahudi datang kepada Rasulullah Meskipun salam yang mereka berikan sama SAW lalu menyampaikan salam, redaksinya dengan salam yang diucapkan oleh “Assāmu’alaikum”(celaka bagi engkau). sesama umat Islam. Saya paham atas ucapan tersebut sehingga saya balik menyampaikan salam

4. Hadith Riwayat al-Bukhariy melalui

kepada mereka, “’Alaikumussāmu wal la’nah”. Rasulullah SAW bersabda; Pelan-

jalur ‘Abd Allah ibn Umar

pelan wahai ‘Aishah, sesungguhnya Allah suka terhadap perilaku lemah lembut

dalam menghadapi tiap perkara. Saya

bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah

engkau tidak mendengar tentang apa yang mereka sampaikan?” Rasulullah

SAW menjawab: “Benar! Sesungguhnya Artinya: ‘Abdullah Ibn Yusuf menceritakan saya juga sudah menjawab dengan

kepada kami, Malik mengkhabarkan wa’alaikum”. (H.R. al-Bukhari).

kepada kami dari ‘Abd Allah ibn Dinar dari ‘Abd Allah Ibn ‘Umar r.a. Rasulullah

Hadith ini menjelaskan tentang sekelompok SAW bersabda: Apabila orang Yahudi orang Yahudi datang kepada Rasulullah SAW

memberi salam kepadamu, sementara dengan mengucapkan “ al-sāmu’alaikum”

salah seorang dari mereka ada yang (celaka bagi engkau). Kemudian Rasulullah

Abu ‘Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim Abu ‘Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn

al-Mughīrah ibn Bardizbah al-Bukhāri al-Jāfi, Ṣahīh al-Bukhāri, ibn al-Mughīrah ibn Bardizbah al-Bukhāri al-Jāfi, Ṣahīh al- hlm. 133-134

Bukhāri,hlm. 2309

Syofrianisda, Kajian Hadith tentang Salam dalam Buku Fiqih Lintas Agama (FLA) Syofrianisda, Kajian Hadith tentang Salam dalam Buku Fiqih Lintas Agama (FLA)

Maka jawablah “wa’alaika”. Metode pemahaman hadith dapat

Dalam hadith ini Rasulullah SAW dirumuskan sebagai ilmu tentang prosedur mengajarkan tentang tata cara menjawab atau tatacara yang bersifat ilmiah untuk salam dari orang-orang Yahudi, yaitu jika menggali dan memahami ajaran-ajaran agama orang Yahudi memberi salam (al-samu’alaika) berupa kehendak atau pesan-pesan Rasulullah “celakalah bagi engkau”, maka kita sebagai SAW dengan tepat yang terkandung di dalam umat Islam harus menjawabnya dengan hadith-hadith yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW. jawaban yang serupa yaitu (wa’alaika) “engkau 21 juga celaka”.

Metodologi dan pendekatan adalah dua istilah yang berbeda. Metodologi dipahami

5. Hadith Riwayat Aḥmad ibn Ḥanbal

sebagai cara yang telah teratur dan terpikirkan baik-baik untuk mencapai suatu maksud.

ِدْيِمَحْلا ُدْبَع َانَث َلَاق ٌعْيِكَو اَنَث ْيِبَأ ْيِنَثَّدَح ِاللهُدْبَع اَنَثَّدَح Sedangkan pendekatan adalah sudut pandang َةَرْصَب ْيِبَأ ْنَع َبْيَبُح ْيِبَأ ِنْب ِدْيِزَي ْنَعَرَفْعَج ِنْب atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu.

َنْوُدَاغ َانَأ َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُلْوُسَر َلَاق,َلَاق Tetapi dalam literatur-literatur ilmiah, kedua ْمُكْيَلَع اْوُمَلَس اَذِإَف ِمَلاَّسلااِب ْمُهُؤاَدْبَت َلاَف َدْوُهَي ىَلَع istilah ini dipahami dalam pengertian yang

sama 20 .22

Sebagaimana halnya al-Quran yang Artinya; ‘Abdullah menceritakan kepada kami, setiap sisinya memancarkan sinar yang bapakku menceritakan kepadaku dari dalam pemahamannya tidak terlepas dari Waki’, dia berkata ‘Abd al-Hamid ibn kecendrungan mufassirnya, maka hadith

Ja’far menceritakan kepada kami dari Nabi SAW juga dipahami oleh ulama dengan Yazid ibn Abi Hubaib dari Abi Bashrah metode yang beragam. Dalam penafsiran berkata: Rasulullah SAW bersabda: saya Alquran dikenal ada empat metode yang bertemu dengan orang Yahudi, maka lazim digunakan, yaitu: metode tahlilī, ijmālī, janganlah kamu mengucapkan salam mauḍū’ī dan muqāran. Keempat metode ini padanya. Jika mereka mengucapkan

pada dasarnya juga bisa digunakan dalam salam kepadamu maka jawablah dengan wa’alaikum”. (H.R. Aḥmad ibn Ḥanbal) memahami hadith Nabi SAW. Kitab syarah yang

ada pada umumnya memiliki keistimewaan

Hadith ini menceritakan tentang Rasulullah dan ciri-ciri tersendiri yang menggambarkan SAW pernah bertemu dengan orang-orang kecenderungan dan metode yang digunakan Yahudi, lalu Nabi tidak memulai mengucapkan dalam memahami hadith Nabi SAW tersebut. salam kepada mereka. Kemudian Nabi melarang umat Islam untuk memulai mengucapkan

E. Pendekatan Pemahaman Hadith

salam kepada mereka (orang-orang Yahudi).

1. Pemahaman Hadith Tekstual

Jika mereka lebih awal mengucapkan salam, Secara etimologi kata tekstual berasal

maka kita hanya dibolehkan menjawabnya dari kata yang berarti naskah, 23 struktur atau

dengan “wa’alaikum’’, meskipun salam yang kata-kata yang sebenarnya dalam sebuah

mereka ucapkan sama dengan salam yang karangan. 24 Sedangkan tekstual berarti yang

diucapkan oleh sesama muslim.Hadith ini juga diriwayatkan oleh al-Bukhari melalui Anas ibn Malik, ‘Abdullah ibn Umar.

21 Maizuddin, Metodologi Pemahaman Hadith, (Padang: Hayfa Press, 2008), hlm. 11-19

22 Maizuddin, Metodologi Pemahaman Hadith, hlm. 84 20 Abu ‘Abdullah Ahmad ibn Muhammad ibn Hilal ibn

23 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggis- As’ad al-Shaibānial-Marwazi al-Baghdādi, Musnad Ahmad ibn Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1997), Cet. XXVII, hlm. 584

Hanbal wa Bihamīsuhū Muntakhab Kanz al-‘Ummah fi Sunan al- 24 Peter Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Ahwāl waal-Af’āl, (Beirut: Dār al-Fikr, t.th), Juz VI, hlm. 398

(Jakarta: Modern Engish Press, [t.th], Edisi Kedua, hlm. 1566

P-ISSN: 1978-6948

6 e -ISSN: 2502-8650

Vol. 11 No. 1 Januari 2017 | 113-130

Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa Besar Bahasa Indonesia, tekstual mengandung pemahaman hadith dengan cara seperti makna naskah yang berupa: 26 ini dapat dikategorikan sebagai salah satu

berkaitan dengan isi karangan. 25 Dalam Kamus

1) Kata-kata asli dari pengarang, pendekatan pemahaman hadith yang paling

2) Kutipan dari kitab suci untuk pangkal sederhana dan mendasar. Karena hanya ajaran atau alasan,

dengan membaca lafaz hadith dan memahami

3) Bahan tertulis untuk dasar memberikan makna lughawi-nya pembaca dapat menarik

pelajaran, berpidato, dan lain-lain. pemahaman dan gagasan ide yang dimiliki hadith.

Walaupun tidak ditemukan defenisi yang jelas terhadap pendekatan hadith tekstual ini, jika dikaitkan dengan defenisi kata teks di atas

2. Pemahaman Hadith Kontekstual

dapat diambil kesimpulan bahwa memahami Hadith muncul dengan dilatarbelakangi hadith secara tekstual, berarti memahami oleh suatu peristiwa, baik berupa kasus atau

hadith berdasarkan makna lahiriyah, asli atau pertanyaan sahabat atau situasi tertentu yang sesuai dengan arti kata secara bahasa.

lazim disebut asbāb wurūd al-hadīth. Di antaranya

Hal ini berarti bahwa segala sesuatu yang ada yang muncul dengan dilatarbelakangi oleh tersurat pada redaksi (matan) hadith dipahami suatu peristiwa atau situasi tertentu yang dalam sesuai dengan makna lughawi-nya sehingga 28 tulisan ini disebut dengan istilah konteks. langsung dapat dipahami oleh pembaca. Memahami hadith dengan pendekatan tekstual Cakupan makna dan kandungan pesan yang ternyata tak selamanya mampu menjawab ingin disampaikan olehhadith dapat ditangkap pertanyaan-pertanyaan yang muncul di oleh pembaca hanya dengan membaca teks tengah masyarakat. Sehingga memunculkan (kata-kata) yang terdapat di dalamnya. Karena kesan bahwa sebagian hadith Rasul SAW makna-makna tersebut telah dikenal dan terkesan tidak komunikatif lagi dengan dipahami secara umum dalam kehidupan realitas kehidupan dan tak mampu mewakili masyarakat.

pesan yang dimaksud oleh Rasulullah SAW,

Namun dalam operasionalnya tidak semua bahkan tak jarang memahami hadith dengan hadith dapat dipahami dengan pemahaman satu pendekatan saja menimbulkan persoalan tekstual. Terkadang pemahaman tekstual baru, yaitu adanya kesan kontradiktif antara terhadap satu hadith tampak tidak sejalan satu hadith dengan lainnya bahkan terkadang bahkan bertentangan dengan hadith lain. dengan Alquran. Oleh sebab itu kondisi Makanya Muhammad Syuhudi Ismail dalam seperti ini sangat mendesak munculnya upaya bukunya “Pemahaman Hadith Nabi Secara pemahaman hadith dengan pendekatan lain Tekstual dan Kontekstual” menyatakan bahwa:

yang dinilai lebih bisa memenuhi kebutuhan

“Pemahaman dan penerapan hadith secara masyarakat, yang dikenal dengan pendekatan kontekstual. tekstual dilakukan bila hadith yang bersangkutan 29

setelah dihubungkan dari segi-segi yang berkaitan Pemahaman hadith dengan menggunakan dengannya misalnya latar belakang terjadinya tetap pendekatan kontekstual dalam tulisan ini menuntut pemahaman sesuai dengan apa yang maksudnya ialah memahami hadith-hadith

tertulis dalam teks hadith yang bersangkutan”. 27 Rasulullah SAW dengan memperhatikan dan mengkaji keterkaitannya dengan peristiwa

atau situasi yang melatarbelakangi munculnya

25 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggis- Indonesia,hlm. 584

28 Istilah konteks mengandung arti: 1) Bagian suatu 26 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

kejelasan makna, 2) Situasi yang ada hubungannya dengan Balai Pustaka, 2001), Edisi ke-3, hlm. 916

suatu kejadian. Lihat Tim Penyusun, Kamus Besar, hlm. 458 27 Muhammad Syuhudi Ismail, Hadith Nabi yang Tekstual

29 Maizuddin, Kajian Islam, Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, IAIN dan Kontekstual, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hlm. 6

Imam Bonjol Padang, 2001, vol. XI, No. 1, hlm. 115

Syofrianisda, Kajian Hadith tentang Salam dalam Buku Fiqih Lintas Agama (FLA) Syofrianisda, Kajian Hadith tentang Salam dalam Buku Fiqih Lintas Agama (FLA)

G. Penilaian Tim Penulis Terhadap

lain, dengan memperhatikan dan mengkaji

Validitas Hadith Salam

konteksnya. 30

F. Buku Fiqih Lintas Agama

Buku Fiqih Lintas Agama (Membangun

masyarakat Inklusif-Pluralis) ditulis oleh tim

Paramadina, terdiri dari sembilan orang,

yaitu; Zainun Kamal, Nurcholis Madjid, Masdar

Farid Mas’udi, Komaruddin Hidayat, Budhy Artinya: Qutaibah ibn Said telah mengabarkan Munawar Rahman, Kautsar Azhari Noer,

kepada kami, Abd al-Aziz (al-Darawardi) Zuhairi Misrawi, Ahmad Gaus AF dan Mun’im

telah mengabarkan kepada kami dari Suhail

A. Sirry sebagi editor. Buku ini diterbitkan dari bapaknya dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW. Bersabda; Janganlah kamu

oleh Yayasan Wakaf Paramadina bekerjasama memulai mengucapkan salam kepada dengan The Asia Foundation tahun 2004. Yahudi dan Nasrani. Jika kamu menjumpai Buku ini merupakan hasil rangkaian salah seorang dari mereka di jalan maka

pertemuan dan diskusi yang dimaksudkan desaklah dia ke pinggir. (H. R. Muslim) untuk memikirkan ulang keberadaan fiqih di tengah perkembangan zaman yang senantiasa

meminta etika dan paradigma baru. Berbagai perkembangan baru akibat perubahan sosial

yang dahsyat telah menyebabkan rumusan

fiqih klasik tidak mampu lagi menampung

perkembangan kebutuhan manusia modern,

termasuk soal dimensi hubungan agama- agama. Buku FLA, terdiri dari empat bagian;

ىَّلَص ِالله ُلْوُسَر َلَاق ؟ اْوُلاَق اَم ْعَمْسَت ْمَلَوَأ ِالله َلْوُسَر Fiqih Lintas Agama (berisikan Ajakan Titik 32 )يراخبلا هاور(. ْمُكْيَلَعَو ُتْلُق ْدَقَف َمَّلَسَو ِهْيَلَعُ الله

pertama, tentang pijakan keimanan bagi

Temu antar Agama, semua agama adalah Artinya: “Abu al-Yaman mengabarkan kepada

kepasrahan kepada Tuhan, konsep ahli kitab, kami, Shuaib menceritakan kepada Kesamaan Agama-agama). Kedua, tentang fiqih

kami dari Zuhri dia berkata,Urwah telah yang peka keragaman ritual meneguhkan

menceritakan kepada saya bahwasannya inkluvisme Islam, (berisi mengucapkan salam

Aisyah RA. berkata: Ada sekelompok kepada non-muslim, mengucapkan selamat

orang Yahudi datang kepada Rasulullah natal dan hari raya agama lain, menghadiri

SAW lalu menyampaikan salam “Al- perayaan hari besar agama lain, doa bersama

Sāmu‘alaikum”(celaka bagi engkau). Saya dan mengizinkan non-muslim masuk masjid).

paham atas ucapan tersebut sehingga Ketiga

, tentang fiqih yang menerima agama lain saya balik menyampaikan salam kepada dan membangun sinergi agama-agama. Bagian

mereka; “‘alaikum al-sāmu wal la’nah”. ini berisi berisi Fiqih Teosentris, konsep ahl al- Rasulullah SAW bersabda: Pelan-pelan wahai Aisyah, sesungguhnya Allah suka

dhimmah, konsep Jinayah, kawin beda agama, terhadap perilaku lemah lembut dalam waris beda agama, dan budaya menerima yang

lain. Keempat, tentang meretas kerjasama lintas

31 Abual-Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim al-

agama, berisi bentuk-bentuk dialog agama dan Qushairi al-Naisaburi, a l-Jami’ al-Ṣahīh,, hlm. 5 bentuk-bentuk kerjasama. 32 Abu ‘Abdullah Ahmad ibn Muhammad ibn Hilal ibn

As’ad al-Shaibānial-Marwazi al-Baghdādi, Musnad Ahmad ibn 30 Edi Safri, al-Imam al-Shafi’i: Metode Penyelesaian Hadith

Hanbal wa Bihamīsuhū Muntakhab Kanz al-‘Ummah fi Sunan al- Mukhtalif, (Padang: IAIN IB Press, 1999), hlm. 103

Ahwāl waal-Af’āl, hlm. 133-134

P-ISSN: 1978-6948

8 e -ISSN: 2502-8650

Vol. 11 No. 1 Januari 2017 | 113-130 Vol. 11 No. 1 Januari 2017 | 113-130

bapakku menceritakan kepadaku dari engkau tidak mendengar tentang apa

Waki, dia berkata Abd al-Hamid ibn yang mereka sampaikan?”. Rasulullah

Ja’far menceritakan kepada kami dari SAW menjawab: “Benar! Sesungguhnya

Yazid ibn Abi Hubaib dari Abi Bashrah saya juga sudah menjawab dengan wa

berkata: Rasulullah SAW bersabda: saya ‘‘alaikum”. (H.R. al-Bukhari).

bertemu dengan orang Yahudi, maka janganlah kamu mengucapkan salam

padanya. Jika mereka mengucapkan

ٍكِلاَم ُنْب ُسَنَأ اَنَثَّدَح ٍسَنَأ ِنْب ٍرْكَب ْيِبَأ ُنْب ِالله ُدْيَبُع salam kepadamu maka jawablah dengan

“wa’’alaikum” (H.R. Aḥmad ibn Ḥanbal)

.ْمُكْيَلَعَو اْوُلْوُقَف ِباَتِكْلا ُلْهَأ ْمُكْيَلَع َمَلَس اَذِإ Hadith yang pertama di atas, diriwayatkan

oleh Muslim dianggap lemah ( ḍāif) dan tidak Artinya: Usman ibn abi Shaibah menceritakan bisa dipakai atau diamalkan oleh tim penulis,

kepada kami, Hushaim menceritakan sebab hadith ini bersumber dari Abu Hurairah. kepada kami, Ubaidullah ibn Abi Bakar Mereka menganggap Abu Hurairah sering ibn Anas mengabarkan kepada kami, dipersoalkan karena beberapa alasan. Pertama, ia Anas ibn Malik r.a. berkata: Nabi SAW

sering meriwayatkan yang tidak pasti diucapkan bersabda: Apabila orang ahl al-Kitab oleh Rasulullah SAW. Kebiasaan ini menunjukan mengucapkan salam kepadamu, maka

katakanlah: “wa ‘‘alaikum”. kecerobohan dan ketidakhati-hatiannya dalam

meriwayatkan hadith. Kedua, diduga keras bahwa

ِدْبَع ْنَع ُكِلاَم اَنَرَبْخَأ َفُسْوُي ُنْب ِالله ُدْبَع اَنَثَّدَح )4( ia adalah orang yang pelupa dan ia mengakui اَمُهْنَع ُالله َيِضَر َرَمُع ِنْب ِالله ِدْبَع ْنَع ِراَنْيِد ِنْب ِالله sifat pelupa ini, tetapi berusaha menutupinya

dengan kisah ajaib bahwa Nabi Muhammad

َمَلَس اَذِإ :َلاَق َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله َلْوُسَر َّنَأ: SAW pernah menyuruhnya membentangkan ْلُقَف َكْيَلَع ُماَّسلا ُمُهُدَحَأ ُلْوُقَي اَمَّنِإَف ُدْوَهَيْلا ُمُكْيَلَع jubahnya bila beliau berbicara dan memungutnya

. َكْيَلَعَو kembali setelah beliau selesai berbicara. Ia

mengaku bahwa dengan cara aneh ia tidak lagi Artinya: “Dari Abdullah ibn Umar r.a. Rasulullah melupakan sesuatupun. Ketiga, AbuHurairah

SAW bersabda: Apabila orang Yahudi meriwayatkan hadith dalam jumlah yang memberi salam kepadamu, sementara fantastis. Ia meriwayatkan sebanyak 5300 hadith salah seorang dari mereka ada yang mengucapkan: “celakalah bagi engkau”. hanya dalam waktu tiga tahun. Aisyah saja yang

Maka jawablah “wa ‘alaika”. jauh lebih lama hidup mendampingi Nabi SAW meriwayatkan tidak sampai separuh jumlah itu.

ُدْبَع َانَث َلَاق ٌعْيِكَو اَنَث ْيِبَأ ْيِنَثَّدَح ِاللهُدْبَع اَنَثَّدَح )5( Keempat, ia adalah orang pemalas yang tidak ْيِبَأ ْنَع َبْيَبُح ْيِبَأ ِنْب ِدْيِزَي ْنَعَرَفْعَج ِنْب ِدْيِمَحْلا mempunyai pekerjaan tetap selain mengikuti

Rasulullah ke mana pun beliau pergi. Ia pernah

َانَأ َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُلْوُسَر َلَاق,َلَاق َةَرْصَب menolak pekerjaan yang ditawarkanUmar اْوُمَلَس اَذِإَف ِمَلاَّسلااِب ْمُهُؤاَدْبَت َلاَف َدْوُهَي ىَلَع َنْوُدَاغ ibn al-Khattab. Kelima, banyak hadith yang

34 )لبنح نب دمحأ هاور(.ْمُكْيَلَع اْوُلْوُقَف ْمُكْيَلَع diriwayatkannya bertentangan dengan hadith-

hadith yang diriwayatkan oleh para sahabat yang

terpercaya seperti ‘Aisyah. Misalnya hadith yang

As’ad al-Shaibānial-Marwazi al-Baghdādi, Musnad Ahmad ibn terkait dengan perempuan, bertentangan dengan Hanbal wa Bihamīsuhū Muntakhab Kanz al-‘Ummah fi Sunan al- hadith-hadith yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah. 35 Ahwāl waal-Af’āl, hlm. 2309

Abu ‘Abdullah Ahmad ibn Muhammad ibn Hilal ibn

34 Abu ‘Abdullah Ahmad ibn Muhammad ibn Hilal ibn 35 Nurcholis Madjid, Kautsar Azhari Noer dkk, Fiqih Lintas As’ad al-Shaibānial-Marwazi al-Baghdādi, Musnad Ahmad ibn Agama, hlm. 70-71, dikutip dari: Fatima Mernissi, Women

Hanbal wa Bihamīsuhū Muntakhab Kanz al-‘Ummah fi Sunan al- and Islam: A Historical and Theological Enquiry, (Oxford: Basil Ahwāl waal-Af’āl, hlm. 398

Blackwell, 1991)

Syofrianisda, Kajian Hadith tentang Salam dalam Buku Fiqih Lintas Agama (FLA)

Hadith yang melarang memulai mereka ke pinggir jalan. Hadith ini menampilkan mengucapkan salam kepada non-muslim

Islam dengan wajah garang dan kasar’’. 37 dinilai lemah ( ḍāif) dan ditolak oleh tim

Tim penulis mengemukakan sebuah penulis dari segi sanad-nya, karena perawinya peristiwa pengalaman seorang Budhisme. Ia

(Abu Hurairah) adalah seorang yang memiliki menceritakan bahwa hubungannya dengan banyak kekurangan dan kelemahan dalam kerabat dan sanak saudaranya yang beragama periwayatan hadith. Argumen mereka tersebut Kristen dan kerabat-kerabat serta sanak

dibantah oleh penilaian Muhammad Naṣir al- saudaranya yang beragama Islam, sebelum Din al-Albani yang memuat hadith ini dalam pertengahan 1980-an, sangat baik dan

kitab Ṣahīh Sunan Abi Daud. 36 akrab. Tetapi hubungan itu mulai renggang,

Kemudian hadith yang ke 2, 3, 4 dan 5 bahkan tegang, karena pengaruhhukum yang diriwayatkan oleh al-Bukhari yang tidak dan norma Islam yang kaku dan eksklusif. bersumber dari AbuHurairah melainkan dari Hukum dan norma itu merusak hubungan ‘Aisyah, Anas ibn Malik, ‘Abdullah ibn ‘Umar harmonis antara mereka yang berbeda agama dan riwayat Ahmad ibn Hanbal dari Abi dan kepercayaan. Awalnya mereka tidak Bashrah tidak terlalu dikritisi oleh tim penulis. mempersoalkan hukum mengucapkan salam, Bahkan tim penulis menerima dan mendukung yaitu ‘‘ Assalāmu’alaikum’’, kepada orang-orang hadith tersebut baik dari segi sanad dan matan non-muslim, mengucapkan selamat natal dan maupun dari segi maksud dan maknanya.

ikut serta merayakan natal bagi orang-orang

Tim penulis menilai bahwa hadith yang muslim. Tetapi sejak mereka menerima fatwa diriwayatkan oleh Muslim melalui AbuHurairah para ulama bahwa tiga kebiasaan tadi dilarang, bertentangan dengan hadith-hadith yang sikap mereka berubah terhadap kerabat- diriwayatkan oleh al-Bukhari melalui ‘Aisyah, kerabat dan sanak saudara mereka yang non- Anas ibn Malik dan ‘Abdullah ibn ‘Umar dari muslim. Mereka tidak mau lagi melakukan segi maksud dan maknanya.

tiga kebiasaan itu. Bahkan, di antara mereka Umat Islam harus mengamalkan hadith- ada yang tidak mau lagi bersalaman dengan

hadith yang bersumber dari ṣahīhaini kerabat-kerabat dan sanak saudara mereka ( ṣahīh Bukhari dan Muslim), tidak boleh yang non-muslim. Keakraban telah berubah meragukannya, karena di dalamnya sudah menjadi kebencian, kedamaian telah berubah terjamin validitasnya. Namun terhadap menjadi ketegangan, persaudaraan telah hadith tentang salam ini tim penulis menilai berubah menjadi permusuhan.

ḍāif’’ (tidak dapat diamalkan) dengan alasan Tim penulis mengatakan bahwa sangat

hadith ini diriwayatkan oleh Muslim melalui ironis, Islam sebagai agama salam (kedamaian, AbuHurairah.

kesejahteraan dan keselamatan), karena Hadith riwayat Muslim dari Abu Hurairah penetapan hukum dan normanya yang kaku

tentang larangan Nabi memulai mengucapkan dan eksklusif telah berubah menjadi sumber salam kepada orang-orang Yahudi dan kebencian dan permusuhan. 38 Kemudian Nasrani yang telah penulis paparkan di atas tim penulis juga mengatakan, bahwa hadith dikomentari oleh tim penulis dengan;

lain yang dijadikan dalil untuk larangan

‘Hadith ini diriwayatkan oleh Muslim melalui mengucapkan salam kepada orang-orang non- AbuHurairah. Hadith ini tidak hanya melarang muslim adalah hadith yang menceritakan memulai mengucapkan salam kepada orang-orang

bahwa sekelompok orang Yahudi mendatangi Yahudi dan Nasrani, tetapi juga menyuruh orang- Nabi Muhammad SAW sambil mengucapkan orang muslim untuk bersikap kasar terhadap

mereka, yaitu dengan mendesak siapapun di antara

37 Nurcholis Madjid, Kautsar Azhari Noer dkk, Fiqih Lintas

Muhammad Naṣir al-Din al-Albani, Ṣahīh Sunan Abu Agama, hlm. 68-69 38 Nurcholis Madjid, Kautsar Azhari Noer dkk, Fiqih Lintas

Daud , terj. Taufiq ‘Abd al-Rahman dan Sofia Tidjaniy, (Jakarta:

Agama, hlm. 66-67

PustakaAzzam, 2006), hlm. 463

P-ISSN: 1978-6948

10 e -ISSN: 2502-8650

Vol. 11 No. 1 Januari 2017 | 113-130

‘Assāmu‘alaikum’’ (celaka bagi engkau). Hadith berbeda dengan gambaran wajah Islam yang ini telah penulis paparkan di atas. Tim penulis diberikan olehhadith yang diriwayatkan oleh

mengomentarinya dengan; Muslim melalui AbuHurairah. Sepuluh hadith ‘‘Hadith ini diriwayatkan oleh al-Bukhari melalui yang diriwayatkan melalui Aisyah, Abdullah Aisyah. Ada sembilan hadith lain yang pada ibn Umar dan Anas ibn Malik memberikan intinya, meskipun dengan redaksi-redaksi yang gambaran wajah Islam yang ramah, lembut sedikit berbeda, sama dengan hadith ini. Sembilan dan bersahabat, sedangkan hadith yang hadith ini diriwayatkan oleh al-Bukhari melalui diriwayatkan melalui Abu Hurairah tadi tiga orang: enam hadith melalui Aisyah, dua hadith memberikan gambaran wajah Islam yang melalui Abdullah ibn Umar dan satu hadith melalui

kasar, galak dan tidak bersahabat. 40 Anas ibn Malik. Jadi, ada sepuluhhadith yang pada Berkenaan dengan masalah mengucapkan intinya mengandung pesan yang sama.’’ 39 salam, perlu pula diperhatikan hadith Nabi

Beberapa catatan tentang sepuluh hadith melalui Anas ibn Malik yang mengatakan bahwa yang diriwayatkan oleh al-Bukhari ini perlu sabdanya; «Apabila Ahl Kitab mengucapkan mendapatkan perhatian. Pertama, salam yang salam, maka jawablah; wa ‘‘alaikum)» 41 . Hadith diucapkan oleh orang-orang Yahudi adalah ini menunjukan bahwa orang-orang muslim salam penghinaan, yaitu ‘‘a l-Sāmu ‘‘alaikum’’ wajib menjawab salam yang diucapkan oleh atau ‘‘ al-Sāmu ‘alaika’’ (celaka bagi engkau), ahl al-Kitab. bukan salam perdamaian, yaitu ‘‘ Assalāmu

Kemudian tim penulis mengemukakan ‘ailakum’’. Kedua, yang mengucapkan salam sebuah hadith yang diriwayatkan oleh al-

penghinaan adalah orang-orang Yahudi, Bukhari melalui Abdullah ibn Umar dapat bukan Nabi. Ketiga, sikap para tamu Yahudi dijadikan rujukan untuk mengetahui apakah itu terhadap Nabi adalah sikap kebencian mengucapkan salam kepada orang non- dan permusuhan, bukan sikap perdamaian muslim boleh atau dilarang. Hadith ini dan persahabatan. Keempat, Nabi menegur menceritakan bahwa seorang lelaki bertanya ‘Aisyah agar tidak berkata kasar dan tidak kepada Rasulullah SAW tentang Islam mana melaknat para tamu yang tidak sopan, karena yang terbaik. Nabi menjawab; ‘‘memberikan Allah mencintai keramahan dan kelembutan. makanan dan membaca salam kepada siapa yang

Kekasaran dan ketidaksopanan tamu tidak engkau kenal dan siapa yang tidak engkau kenal’’ 42 . boleh menghilangkan keramahan dan Pemahaman tim penulis ini jauh berbeda kelembutan penerima tamu. Kelima, cukup dengan pemahaman ulama-ulama hadith. bagi Nabi untuk menjawab salam orang-orang Hadith riwayat Muslim dari Abu Hurairah, Yahudi itu dengan ‘‘wa ‘‘alaikum’’ (dan bagimu Rasulullah secara tegas mengatakan bahwa kematian), atau ‘‘wa ‘alaika’’ (dan bagi engkau seorang muslim dilarang untuk memulai kematian).

mengucapkan salam kepada non-muslim. Tim penulis menganggap antara hadith

riwayat Muslim dari Abu Hurairah dengan

sepuluh hadith yang diriwayatkan oleh al-

Bukhari melalui Aisyah, Abdullah ibn Umar

dan Anas ibn Malik adalah dua hadith yang bertentangan dari segi maksud dan maknanya.

Mereka mengatakan bahwa sepuluh hadith

yang diriwayatkan oleh al-Bukhari melalui

40 Nurcholis Madjid, Kautsar Azhari Noer dkk, Fiqih Lintas

Aisyah, Abdullah ibn Umar dan Anas ibn Malik Agama, hlm. 70 memberikan gambaran wajah Islam yang 41 Nurcholis Madjid, Kautsar Azhari Noer dkk, Fiqih Lintas

Agama, hlm. 23

Abu ‘Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Nurcholis Madjid, Kautsar Azhari Noer dkk, Fiqih Lintas

Agama, hlm. 69 al-Mughīrah ibn Bardizbah al-Bukhāri al-Jāfi, Ṣahīh al-Bukhāri,

hlm. 18

Syofrianisda, Kajian Hadith tentang Salam dalam Buku Fiqih Lintas Agama (FLA)

Artinya; “Qutaibah ibn Said telah mengabarkan hadith tentang menebarkan salam itu telah kepada kami, Abd al-Aziz (al-Darawardi) di takhṣiṣ oleh hadith yang melarang memulai telah mengabarkan kepada kami dari salam kepada non-muslim di atas. 46 Memulai Suhail dari bapaknyadari AbuHurairah, mengucapkan salam kepada non-muslim (baik bahwa Rasulullah SAW bersabda: itu Yahudi, Nasrani, ahl al-Kitab maupun Janganlah kamu memulai mengucapkan orang yang menganut agama Budha, Hindu salam kepada Yahudi dan Nasrani. Jika

dan Konghucu) adalah dilarang dalam Islam. kamu menjumpai salah seorang dari Sebab, ucapan salam adalah ucapan mulia dan mereka di jalan maka desaklah dia ke

pinggir. khusus untuk sesama muslim saja.

Jika seorang muslim dilarang untuk Terdapat perbedaan antara kasus anjuran memulai mengucapkan salam kepada non-

memberi salam kepada orang yang tidak muslim, tentu yang mengucapkan salam dikenal 43 , meskipun non-muslim dengan terlebih dahulu adalah orang-orang non- larangan memulai mengucapkan salam muslim. Kemudian bagaimana cara menjawab kepada non-muslim. Maksud hadith di atas salam dari non-muslim tersebut. Mengenai adalah larangan memulai salam kepada non- hal ini Rasulullah juga mengajarkan seperti muslim yang benar-benar kita kenal agama hadith-hadith yang telah penulis paparkan di yang dianutnya.Makna yang dapat ditangkap atas. dari hadith di atas ialah, bahwa seorang

Hadith nomor 2, 3, 4 dan 5 di atas muslim dilarang memberi salam lebih awal menjelaskan bahwa salam yang disampaikan

dari non-muslim. Berbeda kasusnya dengan oleh non-muslim itu tidak seperti salam yang sesama muslim, di mana yang lebih baik itu disyariatkan di dalam Islam. Pernyataan itu

adalah orang yang memulai salam. 44 Demikian senada dengan isyarat al-Qur`an di dalam surat menurut Muhammad ibn Hajar al-asqalani.

al-Mujadilah ayat 8;

Adapun makna apabila kamu menemui salah seorang di antara mereka di jalan, maka

desaklah mereka ke pinggir (ke tempat yang

sempit), menurut al-Shanāni bukan berarti

menentang mereka, akan tetapi sebagai bukti ketidakrelaan umat Islam terhadap agama

yang mereka anut setelah kedatangan agama

Islam yang mulia. 45 Artinya: Apakah tidak kamu perhatikan orang- Imam al-Nawawi menyebutkan, atas dasar

orang yang telah dilarang mengadakan hadith di atas, sebagian ulama mengharamkan

pembicaraan rahasia, kemudian mereka memulai mengucapkan salam kepada non-

kembali (mengerjakan) larangan itu muslim. Sementara ulama lain membolehkan

dan mereka mengadakan pembicaraan memulai salam kepada non-muslim atas dasar

rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan keumuman hadith menebarkan salam. Namun,

dan durhaka kepada Rasul. Dan apabila pendapat kedua ini lemah karena keumuman

mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan

43 Lihat Abd al-Qādir Ahmad Aṭa’, Adābun al-Nabi;

memberi salam yang bukan sebagai

Meneladani Akhlak Rasulullah , (Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiyah,

ketentuan Allah untukmu. Dan mereka

1992), hadith nomor 67, hlm. 209-211

mengatakan kepada diri mereka sendiri:

Ahmad ibn Ali ibn Hajar al-Asqalāni, Fath al-Bāri Sharh

«Mengapa Allah tidak menyiksa kita

Ṣahīh al-Bukhāri, (Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiyah, 2000), Kitab al-Istidzan, bab 9, Jilid XI, hlm. 24

Muhammad Ismail al-Amir al-Ṣanāni, Terjemahan Subul 46 Abu Zakariyya ibn Sharif ibn Muri al-Nawāwi, Ṣahīh al-Salam; Sharh Bulugh al-Marām min Jami`’I Adillah al-Ahkam,

Muslim bi Sharh al-Nawāwi; al-Manhaj Sharh Ṣahīh Muslim ibn al-Hajjaj”

terj.Abu Bakar Muhammad, (Bandung: Ikhlas, 1992), Jilid III, , (Dār Ihya’at-Turathal-‘Arabi: Beirut, 1392 H.), Juz 9,

hlm. 225.

hlm. 661

P-ISSN: 1978-6948

12 e -ISSN: 2502-8650

Vol. 11 No. 1 Januari 2017 | 113-130 Vol. 11 No. 1 Januari 2017 | 113-130

H. Kesimpulan

Cukuplah bagi mereka Jahannam yang Pertama, tim penulis menilai ḍaif (lemah) akan mereka masuki. Dan neraka itu hadith tentang larangan mengucapkan salam

adalah seburuk-buruk tempat kembali. kepada non-muslim (hadith riwayat Muslim

Hadith nomor 2, 3, 4 dan 5 di atas, jika dikaitkan melalui Abu Hurairah). Mereka menolak hadith dengan surat al-Mujadilah ayat (8) delapan tersebut karena perawinya (Abu Hurairah) ini diperoleh gambaran bahwa salam yang memiliki banyak kekurangan dan kelemahan diucapkan oleh non-muslim, khususnya Yahudi dalam periwayatan hadith. Padahal ulama- dan Nasrani adalah salam yang tidak ditentukan ulama hadith seperti Muhammad Naṣir al-Din al- Allah, yakni mereka berharap kecelakaan bagi Albani menilai ṣahīh hadith tersebut. Kemudian muslim. Oleh sebab itu, Rasulullah mengajarkan penilaian tim penulis ini tidaklah konsisten, cara menjawab salam seperti ini, yakni dengan sebab dalam persoalan lain seperti persoalan doa mengatakan ‘wa ‘‘alaikum’. Ada banyak riwayat bersama (doa antaragama) pada pembahasan yang menjelaskan tentang cara ini, ada yang mereka memakai hadith Abu Hurairah. Tim menggunakan ‘’wawu’’ (wa ‘‘alaikum) dan ada penulis berpandangan bahwa wahyu atau suatu yang tidak (‘‘alaikum). Namun, menurut Imam teks harus tunduk kepada zaman, bukan zaman al-Nawawi kebanyakan riwayat menjelaskan yang harus tunduk kepada wahyu atau teks. dengan menggunakan ‘’wawu’’. Lebih lanjut dia Jika teks tidak sesuai dengan zaman, maka teks mengatakan; penggunaan ‘’wawu’’ mempunyai tersebut dibuang dan dicari-cari serta dibuat- dua makna: pertama, membalas salam dengan buat celah untuk melemahkannya, meskipun apa yang disampaikan oleh non-muslim, seperti mereka tidak berkompeten dalam hal tersebut, kata mereka: ‘’’alaikum al-maut’’. Jawabannya: sehingga hadith yang hasan ṣahīh (Hadith riwayat ’engkau juga demikian‘. Bentuk seperti ini, Muslim melalui AbuHurairah) dilemahkan dan ‘’wawu’’ dimaksudkan sebagai ‘’ wawu aṭaf’, yakni ditolak begitu saja. aṭaf pada ‘’’alaikum al-maut’’. Kedua; ‘’wawu’’

Kedua, Pemahaman tim penulis terhadap dimaksudkan sebagai ‘’al-Isti’naf’’, artinya; hadith-hadith tentang salam jauh berbeda ‘bagimu ialah apa yang pantas kamu peroleh’.

dengan pemahaman ulama-ulama hadith. Tim Menurut al-Khaṭṭabi apabila ‘’wawu’’ penulis terlalu cepat dalam menyimpulkan ditiadakan, maka artinya menolak salam makna dan maksud hadith, sehingga orang non-muslim. Sementara, apabila ‘‘wawu’’ menghasilkan pemahaman yang keliru. Mereka disebutkan, maka berarti adanya kesamaan beranggapan bahwa hadith yang melarang antara non-muslim dengan muslim yang mengucapkan salam kepada non-muslim tidak menjawab salam itu. Dalam hal ini al-Khaṭṭabi berlaku lagi dan umat Islam boleh mengucapkan lebih cenderung kepada peniadaan ‘’wawu’’. salam kepada non-muslim, karena keadaan Namun pendapat ini ditolak oleh Imam al- zaman sudah jauh berubah, yang mana Yahudi Nawawi, sebab dalam banyak riwayat kedua dan Nasrani tidak lagi memusuhi Islam. bentuk ini disebutkan.

Kemudian hadith tersebut bertentangan

Intinya menjawab salam dari non-muslim dengan watak dasar Islam yang menekankan hanya dengan ‘’wa ‘‘alaikum’’ dan tidak kedamaian. Sedangkan menurut pemahaman menambahkan dengan ‘‘al-Salam’’. Ada juga ulama-ulama hadith, seorang muslim dilarang yang membolehkan dengan ‘‘wa ‘‘alaikum al- memulai mengucapkan salam kepada non- Salam’’, namun tidak ditambahkan dengan muslim. Namun, hanya dibolehkan menjawab ‘‘ warahmatullāhi wabarakātuh’’. Pendapat ini salam dari mereka atas dasar nilai kemanusiaan disampaikan oleh al-Mawardi. Namun banyak dengan mengatakan ‘’wa’’alaikum’’. Sebab, ulama yang membantah, karena bertentangan salam merupakan persoalan akidah, bukan dengan ẓahir naṣ hadith.

mu`amalah. Antara persoalan akidah dan mu`amalah tidak boleh dicampuradukkan.

Syofrianisda, Kajian Hadith tentang Salam dalam Buku Fiqih Lintas Agama (FLA)

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Fatimah, Muhammad Khair, Etika Muslim Sehari-hari, terj. Biqadirin, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002.

Ismail, Muhammad Syuhudi, Hadith Nabi yang Al-Asqalani, Ahmad Ibn ‘Ali Ibn Hajar, Fath

Tekstual dan Kontekstual, Jakarta: Bulan al-Bāri bi Sharh} Ṣah>h al-Bukhāri, Juz IV,

Bintang, 1994.

Beirut: Dār al-Fikr, t.th. Ja’iz, Ahmad Hartono dan Bashori Hasan Agus, Al-Albani, Naṣir al-Din Muhammad, Ṣahīh

Menangkal Bahaya JIL dan FLA, Jakarta: Sunan Abu Daud, diterjemahkan oleh ‘Abd

Pustaka Al-Kautsar, 2003.

al-Rahman Taufiq dan Tidjaniy Sofia, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006.

Madjid, Nurcholis, Azhari Noer Kautsar dkk., Fiqih Lintas Agama, Membangun Masyarakat

Al-Baghdādi, Abu ‘Abdullah Ahmad ibn

Cet. VII, Jakarta: Muhammad ibn Hilal ibn Asad al-Shaibaniy

Inklusif-Pluralis,

Paramadina, 2004.

al-Marwazi. Musnad Ahmad ibn Hanbal wa Bihamīsuhū Muntakhab Kanzu al-‘Ummah fī ----------, Cendikiawan dan Religius Masyarakat, Sunan al-Ahwal wa al-Af’al, Juz VI, Beirut:

Jakarta: Paramadina, 1997. Dār al-Fikr, tth.

Mandzur, Imam al-‘Allāmah Ibn. Lisan al-‘Arabi, Al-Jafi, Abi Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn

Beirut: Dār al-Haya’ al-Turath al-Arabi, tth. Ibrahim ibn al-Mughīrah ibn Bardizbah Maizuddin, Metodologi Pemahaman Hadith,

al-Bukhari, Ṣahīh al-Bukhāri, Beirut: Dār al- Padang: Hayfa Press, 2008. Fikr, 1981

----------------, Kajian Islam, Jurnal Ilmu-Ilmu Al-Kahlani, ibn Isma’il Muhammad, Subul al-

Keislaman, Padang: IAIN Imam Bonjol Salam, Bandung: Maktabah Dahlan, t.th.

Padang, 2001.

Al-Maluf,Abu, Munjid fi al-Lughah, Beirut; Safri, Edi. al-Imam al-Shāfi’I, Metode Penyelesaian Lebanon, 2000.

Hadith Mukhtalif, Padang: IAIN IB Press, Al-Naisabūri,Abu al-Hasan Muslim al-Hajjaj al-

1999.

Qushairi, al-Jami al-Ṣahīh, Kitab al-Salam, Salim, Peter, Kamus Bahasa Indonesia Jilid IV Juz VII, Beirut: Dār al-Fikr, tth.

Kontemporer, Jakarta;Modern English Press, Al-Nawāwi, Abu Zakariya ibn Sharif ibn Muri, 1991.

Ṣahīh Muslim bi Sharh al-Nawāwi; al-Manhaj Syadily, John M. Echols dan Hassan, Kamus Sharah Ṣahīh Muslim ibn al-Hajjaj, Beirut: