PERMINTAAN PERSAKSIAN DAN PEMBEBASAN HUTANG MAYIT DALAM TRADISI UPACARA PEMBERANGKATAN JENAZAH (STUDI LIVING HADITH)

PERMINTAAN PERSAKSIAN DAN PEMBEBASAN HUTANG MAYIT DALAM TRADISI UPACARA PEMBERANGKATAN JENAZAH (STUDI LIVING HADITH)

Khamim*

Abstract

A phenomenon living hadith in community Nahliyyin in Jombang is a tradition of asking testimony and guaranteed the deceased debt conducted after jenazah prayer. This article investigates that community tradition in Jombang by using phenomenology approach, and normative-textual approach to examine the truth of that tradition if it is measured by using hadith text. In conclusion, the tradition of asking testimony for deceased after conducted jenazah prayer in fact is appropriate with the Prophet’s doctrine, because that tradition is conducted to pray deceased, and the purpose of jenazah prayer is asking help. Furthermore, the tradition of asking the deceased debt free after conducting jenazah prayer is still in line with hadith of Salmat ibn al-Akwa’ about the rejection of the Prophet conducted prayer for deceased before there is a person who guarantees his/ her debt, because after fathu makkah is happened the Prophet is the first person who guarantees the debt of died Mukmin. That tradition is considered still in line with the meaning of hadith, so that this living hadith is considered true and appropriate with Islam syari’at.

Keywords: asking testimony, debt free, living hadith.

Abstrak

Salah satu fenomena living hadith pada masyarakat Nahḍiyyīn Jombang adalah tradisi permintaan persaksian dan penanggungan hutang mayit setelah dilakukan shalat jenazah. Tulisan ini menguraikan tradisi masyarakat Jombang tersebut dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, serta pendekatan normatif-tekstual untuk menguji kesahihan tradisi tersebut jika diukur dengan teks hadith. Kesimpulannya, tradisi permintaan persaksian terhadap jenazah setelah dilakukan shalat jenazah, sesungguhnya masih sesuai dengan ajaran Nabi, karena tradisi itu dilakukan untuk mendoakan mayit, dan tujuan shalat jenazah adalah memintakan pertolongan. Demikian juga, tradisi permintaan pembebasan hutang mayit setelah dilakukan shalat jenazah masih sejalan dengan hadith Salmat ibn al-Akwa’, tentang penolakan Nabi melakukan shalat terhadap jenazah sebelum terdapat orang yang menanggung hutangnya, karena setelah terjadi fatḥ makkah justeru Nabi sendiri sebagai orang pertama yang menanggung hutang orang mukmin yang meninggal dunia. Tradisi di atas dipandang masih sejalan dengan kandungan makna hadith, sehingga living hadith ini dipandang benar dan sesuai dengan syari’at Islam.

Kata kunci: permintaan persaksian, pembebasan hutang, living hadith.

aspek sosiologis dan antropologis, yang Dalam kajian hadith terdapat 3 genre dan kemudian disebut dengan the living hadith/

A. Pendahuluan

obyek penelitian, yaitu otentisitas hadith, 1 sunnah. kandungan makna hadith, dan hadith-hadith

Dalam mengawali penjelasan tentang yang dipraktekkan serta dilembagakan oleh living hadith, Suryadi mengatakan, living sunnah

masyarakat muslim kontemporer. Bentuk (sunnah yang hidup) telah berkembang dengan amalan masyarakat yang diakui didasarkan pesat di berbagai daerah imperium Islam, pada hadith-hadith tertentu saat ini menjadi dan karena perbedaan praktek hukum yang fenomena menarik bagi pengkaji hadith.

1 Penelitian tentangnya berkaitan erat dengan Sahiron Syamsuddin, “Kata Pengantar Ranah-ranah

Penelitian dalam Studi al-Qur’an dan Hadith” dalam Sahiron Syamsuddin (ed.), Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadith,

(Yogyakarta: TH Press, 2005), hlm. xiv-xvi. Dosen STAIN Kediri.

Khamim, Permintaan Persaksian dan Pembebasan Hutang Mayit 113 Khamim, Permintaan Persaksian dan Pembebasan Hutang Mayit 113

Muhammad Alfatih Suryadilaga juga akan terancam jika tidak ada rujukan yang menulis living hadith dengan judul “Living otoritatif. 2 Bahkan, kata Fazlur Rahman, untuk Hadith dalam Tradisi Sekar Makam”. Tulisan itu menghadapi ekstrimisme dan penafsiran menggambarkan seputar salah satu living hadith sewenang-wenang terhadap sunnah Nabi, yang terkait dengan praktek ziarah kubur di maka kanonisasi sunnah dalam bentuk hadith Makam Panembahan Senopati Yogyakarta.

muncul dalam skala besar-besaran. 3 “Living Yang menjadi persoalan adalah bagaimana hadith” dimaknai sebagai gejala yang tampak praktek ziarah yang dilakukan masyarakat di masyarakat berupa pola-pola perilaku yang di makam dan kaitannya dengan ajaran

bersumber dari hadith Nabi. Pola-pola perilaku yang dicontohkan oleh Nabi. 7 Demikian juga, di sini merupakan bagian dari respon umat Muhammad Hanafi, yang menulis living hadith Islam dalam interaksi mereka dengan hadith- dengan judul “Tradisi Shalat Kajat di Bulan

hadith Nabi. 4 Suro Pada Masyarakat Dukuh Teluk Kragilan Sudah barang tentu, masyarakat Islam Gantiwarno Klaten (Studi Living Hadits)”. 8 berperilaku sesuai dengan ajaran-ajaran al- Tulisan ini menjelaskan, bahwa tradisi shalat Qur’an dan hadith. Namun fenomena yang kajat yang telah dilakukan selama 36 tahun itu terjadi di masyarakat tidak selalu sama persis tetap diadopsi dari hadith tentang shalat ḥājat, dengan ajaran al-Qur’an dan hadith yang hanya saja dilaksanakan selama satu bulan Suro semestinya dipraktekkan dan diamalkan. dan masing-masing pelaku mempunyai tujuan Karenanya terdapat tradisi di masyarakat Islam yang berbeda. Sebagian melakukannya sebagai yang dianggap “menyimpang”, namun masih ajang untuk mendekatkan diri kepada Allah dapat dilacak landasan normatifnya. Dalam sekaligus mendalami agama melalui mengaji, hal ibadah shalat, terdapat pemahaman shalat walaupun pelaku yang lain menjadikannya wetu tellu dan wetu lima di masyarakat bayan sebagai forum silaturrahmi, dan sikap

Lombok Timur NTB. 5 Padahal dalam hadith solidaritas untuk penyatuan ummat. Nabi saw., shalat yang dilakukan adalah lima

Penelitian tentang living hadith di atas waktu. Masalah lain adalah pengungkapan dirasa sangat penting, karena terkait dengan masalah jampi-jampi yang berkaitan erat penafsiran dan penerapan ajaran Islam di

2 Suryadi, ”Dari Living Sunnah Ke Living Hadith” dalam 6 Syamsul Kurniawan, “Hadith Jampi-jampi dalam kitab Sahiron Syamsuddin (ed.), Metodologi Penelitian Living Qur’an Mujarrabat Melayu dan Taj al-Muluk Menurut Pandangan

dan Hadith, hlm. 87, 97-98. Masyarakat Kampung Seberang Kota Pontianak Propinsi 3 Fazlur Rahman. Islam, Terj. Ahsin Mohammad, (Bandung:

Kalbar”, Skripsi Jurusan Tafsir Hadith Fakultas Ushuluddin Pustaka, 1984), hlm. 77.

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005, tidak diterbitkan. 4 Muhammad Alfatih Suryadilaga, “Model-model Living

7 Muhammad Alfatih Suryadilaga, “Living Hadith dalam Hadith” dalam Sahiron Syamsuddin (ed.), Metodologi Penelitian

Tradisi Sekar Makam” dalam Jurnal Al-Risalah, Volume 13 ........., hlm. 107-114.

Nomor 1 Mei 2013.

5 Najmuddin, “Pemahaman Masyarakat Bayan terhadap 8 Muhammad Hanafi, “Tradisi Shalat Kajat di Bulan Suro al-Qur’an (Studi Perbandingan antara Masyarakat Penganut Pada Masyarakat Dukuh Teluk Kragilan Gantiwarno Klaten

ajaran Islam Wetu Tellu dengan Penganut Ajaran Islam Wetu (Studi Living Hadits)”, Skripsi Jurusan Tafsir Hadith Fakultas Lima)”, Skripsi Jurusan Tafsir Hadith Fakultas Ushuluddin UIN

Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013, tidak Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005, tidak diterbitkan.

diterbitkan.

P-ISSN: 1978-6948

e-ISSN: 2502-8650

Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 113-130 Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 113-130

melakukan modifikasi. 9

ajaran Islam dalam al-Qur’an dan hadith atau Artikel ini mencoba menganalisis seputar tidak sesuai dengan keduanya. Kajian itu juga salah satu living hadith yang terkait dengan sangat penting dalam rangka mewujudkan praktek keagamaan masyarakat Nahḍiyyīn “Islam yang ṣāliḥ fī kull zamān wa makān” (Islam Dusun Gading Desa Gadingmangu Perak adaptif) dan “ raḥmat li al-‘ālamīn” (membawa Jombang, sebagai masyarakat minoritas rahmat bagi seluruh alam). Bahkan kajian Nahdlatul Ulama di tengah-tengah masyarakat tentang living hadith semakin menarik seiring Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang permintaan persaksian dan Islam terhadap ajaran agamanya. Kita banyak penanggungan hutang mayit setelah dilakukan

menjumpai kegiatan keagamaan, baik di masjid shalat jenazah. 10 Yang menjadi persoalan maupun di media cetak dan elektronik. Hal adalah, apakah tradisi itu masih sesuai dengan yang menarik, misalnya praktek pengobatan ajaran dan yang dicontohkan oleh Nabi dalam Nabi ( al-ṭibb al-nabawī), yaitu ruqyat (jampi) dan beberapa hadithnya. Karena dalam hadith Abu ḥijāmat (bekam). Bila kita memakai perspektif Qatadah, Nabi melakukan shalat untuk jenazah

teori sejarah (continuity and change), kita akan seseorang setelah Abu Qotadah menanggung menemukan persoalan. Apakah praktek ruqyat hutangnya, padahal sebelumnya Nabi menolak dan ḥijāmat saat ini persis sama dengan yang untuk melakukan shalat jenazah. Jika tidak dilakukan Nabi? dan kita ketahui, ruqyat dan sesuai dengan ajaran Nabi, bagaimana Islam

ḥijāmat sudah ada sebelum Islam datang. menilainya, dan mengapa tradisi itu tetap Tentu ada penyesuaian dan interpretasi dalam dilakukan sampai sekarang?. Untuk itulah, pada

prakteknya. artikel ini akan dideskripsikan secara singkat

Dalam melakukan penelitian tentang living masyarakat Nahḍiyyīn Dusun Gading dan Mlaten

hadith, digunakan pendekatan fenomenologi, Desa Gadingmangu Perak Jombang. Setelah itu, karena living hadith sebagai gejala yang tampak dibahas tentang permintaan persaksian dan atau sebagai fenomena dari masyarakat Islam, penanggungan hutang mayit setelah dilakukan dan kajian living hadith ini masuk dalam

9 kategori fenomena sosial keagamaan. Bila Jacques Waardenburg, Classical Approaces to the Study

of Religion (Paris: Mouton the Hague, 1973), 412. Dikutip dari

demikian halnya, pendekatan atau paradigma Moh Natsir Mahmud, “Studi Al-Qur’an dengan Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengamati dan Historisisme dan Fenomenologi, Evaluasi Terhadap Pandangan menjelaskan living hadith yang terjadi pada Barat tentang Al-Qur’an”, Disertasi Program Pasca Sarjana

suatu masyarakat Islam adalah ilmu-ilmu IAIN Sunan Kalijaga, 1992, tidak diterbitkan, hlm. 90.

10 Observasi peneliti di Dusun Gading Desa Gadingmangu

sosial, dalam hal ini adalah Sosiologi dan yang diperkuat dengan wawancara kepada KH. Rofi’usyan (RS), Antropologi.

Tokoh Agama Kecamatan Bandarkedungmulyo, Wawancara,

Pendekatan fenomenologi sangat tepat Jombang, 23 Maret 2016 dan Ny. Musyarrofah (MS), Tenaga

untuk digunakan, karena menurut G. Van der Sosial Kematian jenazah perempuan Dusun Gading-Mlaten,

Wawancara, Jombang, 23 April 2016. Di tempat lain, tradisi itu

Leew, fenomenologi bertugas untuk mencari dilakukan biasanya pada jenazah kyai, yang menurut penilaian atau mengamati fenomena sebagaimana banyak orang, jelas sebagai orang yang baik. Zayad Abd. yang tampak. Dalam hal ini ada tiga prinsip Rahman, Sekretaris Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlotul yang tercakup di dalamnya, yaitu sesuatu ‘Ulama Kabupaten Kediri, Wawancara, Kediri, 10 Mei 2016.

Sementara di Dusun Mlaten, Mangu dan Bacek yang menjadi

itu berwujud, sesuatu itu tampak dan karena bagian dari Desa Gadingmangu, tetap dilakukan persaksian sesuatu itu tampak dengan tepat, maka ia dan penanggungan hutang mayit sebelum dilakukan shalat merupakan fenomena. Penampakan itu jenazah. Abd. Rohim (AR), Pengurus Sosial Kematian Dusun

Mlaten dan Ketua Tanfidziyah Pengurus Ranting Nahdlotul

menunjukkan kesamaan antara yang tampak ‘Ulama Desa Gadingmangu, Wawancara, Jombang, 23 April

2016, Mukhlas (MK), Pengurus Sosial Kematian Dusun Mangu, Wawancara, Jombang, 7 Mei 2016, dan Supeno (SP), Pengurus Sosial Kematian Dusun Bacek, Wawancara, Jombang, 9 Mei 2016.

Khamim, Permintaan Persaksian dan Pembebasan Hutang Mayit 115 Khamim, Permintaan Persaksian dan Pembebasan Hutang Mayit 115

Sedang adat yang rusak adalah adat yang berlaku di suatu tempat, namun bertentangan

B. ‘Urf ( ‘ādat) dalam Penetapan Hukum dengan dalīl shar’ī, menghalalkan yang haram

dan membatalkan kewajiban. Contohnya, Salah satu teori yang paling tepat untuk berjudi untuk merayakan suatu peristiwa, melakukan penelitian terhadap living hadith ini, pesta dengan menghidangkan minuman menurut peneliti, adalah teori ‘urf. Living sunnah haram, membunuh anak perempuan yang baru dan living hadith sesungguhnya merupakan lahir dan kumpul kebo (hidup bersama lain jenis perkembangan pemahaman isi teks yang telah tanpa nikah). diupayakan sesuai dengan konteks sumber

Islam

Para ulama’ sepakat, bahwa ‘urf ṣaḥīḥ dapat dijadikan dasar hujjah. (konteks ketika terjadi teks) maupun konteks 14 Ulama mengatakan, pembaca (konteks ketika isi teks diterapkan). “adat bisa menjadi syari’at yang ditetapkan Maka selain teori ‘urf, sesungguhnya masih (al-‘ādat sharī’at muḥakkamah)”. Imam Malik terdapat teori lain, seperti teori istiḥsān, istiṣlāḥ banyak menetapkan hukum berdasarkan ( maṣlaḥat al-mursalah) dan teori maqāṣid al- perbuatan penduduk Madinah ( ‘amal ahl

sharī’ah. al-Madīnah). Imam Abu Hanifah dan para

‘Urf 11 ( ‘ādat) adalah sesuatu yang telah pengikutnya menetapkan hukum yang berbeda dikenal di masyarakat dan dilakukan secara karena perbedaan adat. Imam Syafi’i ketika

terus-menerus, baik dalam bentuk perkataan tinggal di Mesir dikenal mempunyai pendapat atau perbuatan. 12 Perkataan yang menjadi adat yang baru (qaul jadīd) karena perbedaan adat adalah pemaknaan kata “al-walad” (anak), yang dari pendapatnya yang lama ketika tinggal di secara mutlak berarti anak laki-laki, bukan baghdad ( qaul qadīm). Hal itu membuktikan anak perempuan, walaupun secara etimologi, bahwa ketiga madzhab fiqih itu berhujjah berarti “anak laki-laki atau anak perempuan” dengan ‘urf. Karenanya Ibn ‘Abidin menulis pada persoalan waris atau harta pusaka, risalah dengan judul “ Nashr al-‘arf fīmā buniya sebagaimana pada surat al-Nisa’, 11-12. Kata 15 min al-aḥkām ‘alā al-‘urf”.

“walad” pada dua ayat itu, berlaku untuk anak Kehujjahan ‘urf sebagai dalīl shar’ di dukung

laki-laki dan perempuan. Sedang perbuatan oleh Al-Qur’an surat al-A’rāf ayat 199: ْرُمْأَو َوْفَعْلا ِذ ُخ yang menjadi adat, adalah kebiasaan berjual َنيِلِهاَجْلا ِنَع ْضِر ْعَأَو ِفْرُعْلاِب (jadi lah engkau beli barang-barang yang tidak bernilai dengan pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang hanya tukar-menukar secara langsung (bay’ al- ma’ruf, serta ber palinglah dari pada orang-orang mu’āṭāh) tanpa akad.

bodoh) dan perkataan sahabat ‘Abd Allah ibn

‘Urf (‘ādat) ada dua macam, yaitu adat yang Mas’ud ra.: ٌن َسَح ِللها َدْن ِع َوُهَف اًن َسَح َنْوُمِل ْسملا ُهآَراَم

ṣaḥīḥ) dan adat yang rusak (fāsid). 13 Adat ٌئْي َس ِللها َدْن ِع َوُهَف اًئْي َس َنْوُمِل ْسُملا ُهَاَراَمَو (sesuatu

benar (

yang benar adalah kebiasaan yang dilakukan yang di nilai baik oleh kaum muslimin adalah manusia dan tidak bertentangan dengan dalīl baik di sisi Allah, dan sesuatu yang mereka nilai shar’ī, tidak menghalalkan yang haram dan tidak buruk maka ia buruk di sisi Allah). membatalkan kewajiban. Contohnya adalah

Beberapa syarat penerimaan ‘urf sebagai sumber hukum ‘Urf ini merupakan dasar penetapan hukum di luar naṣ

adalah ‘urf berlaku umum, tidak bertentangan dengan naṣ yang digunakan oleh madhhab Malikiyyah dan Hanafiyyah.

shar’ī, bahkan selaras dengannya, sudah berlaku sejak lama, Muhammad Abu Zahrah, Uṣūl al-Fiqh, (Kuwait: Dār al-Fikr al- dan tidak berbenturan dengan taṣrīḥ (ketegasan seseorang

‘Arabī, T.Th.), hlm. 273.

dalam sebuah masalah).

‘Abd al-Wahhab Khallaf, ‘Ilm Uṣūl al-Fiqh, (Kuwait: Dār al- 15 ‘Abd al-Wahhab Khallaf, ‘Ilm Uṣūl al-Fiqh, hlm. 90 dan Qalam, 1977), hlm. 89.

Muhammad Abu Zahrah, Uṣūl al-Fiqh, hlm. 275. Muhammad Abu Zahrah, Uṣūl al-Fiqh,hlm. 274.

P-ISSN: 1978-6948

e-ISSN: 2502-8650

Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 113-130

Ungkapan ‘Abd Allah ibn Mas’ud di atas,

baik dari segi redaksi maupun isi, menunjukkan “Suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf serta bahwa kebiasaan-kebiasaan baik yang berlaku

berpalinglah dari orang bodoh”. di masyarakat muslim dan sejalan dengan

3) Perubahan hukum disebabkan oleh tuntunan umum syari’at Islam merupakan

perubahan zaman dan tempat (taghayyur sesuatu yang baik di sisi Allah. Hal-hal yang

al-aḥkām bi taghayyur al-azminah wa al- bertentangan dengan kebiasaan-kebiasaan

amkinah).

yang dinilai baik oleh masyarakat, akan

4) Sesuatu yang dinilai baik menurut ‘urf melahirkan kesulitan dan kesempitan dalam

sama dengan sesuatu yang ditetapkan

berdasarkan syarat ( al-ma’rūf ‘urfan ka al- berfirman pada surat al-Maidah ayat 6:

kehidupan sehari-hari. 16 Dalam hal itu, Allah

mashrūṭ sharṭan).

ُديِرُي ْنِكَٰلَو ٍجَرَح ْنِم ْمُكْيَلَع َلَعْجَيِل ُ َّهالل ُديِرُي اَم 5) Sesuatu yang tetap karena ‘urf sebagaimana

sesuatu yang tetap karena nash ( al-thābit bi

al-‘urf ka al-thābit bi al-naṣ). “Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia

hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan

C. Living Hadith; Diskripsi dan Analisis

nikmatNya bagimu, supaya kamu bersyukur”.

1. Deskripsi Masyarakat Nahḍiyyīn Dusun

Hukum yang didasarkan pada adat akan

Gading Desa Gadingmangu

berubah seiring perubahan waktu dan tempat, Desa Gadingmangu merupakan satu dari 13 karena masalah baru bisa berubah sebab desa di wilayah Kecamatan Perak, 18 Kabupaten perubahan masalah asal. Oleh karena itu, Jombang. 19 Desa ini terdiri dari Dusun Gading, dalam hal perbedaan pendapat ini para ‘ulama fikih mengatakan, perbedaan itu pada waktu Mlaten, Mangu dan Bacek. Di Dusun Gading dan

17 dan masa, bukan pada dalil dan alasan. Mlaten, selain terdapat masyarakat Nahdlatul ‘Ulama’ ( Nahḍiyyīn) sebagai masyarakat asli,

‘Urf diterima sebagai landasan juga terdapat masyarakat Islam Jama’ah yang pembentukan hukum berpeluang lebih luas

menggunakan nama Lembaga Dakwak Islam bagi dinamisasi hukum Islam melalui kaidah, Indonesia (LDII). Organisasi kelompok Islam bahwa hukum yang pada mulanya dibentuk ini mengelola pondok pesantren dan lembaga oleh mujtahid berdasarkan ‘urf, akan berubah

jika ‘urf itu berubah. Inilah yang dimaksud

18 Perak merupakan sebuah kecamatan yang terletak

oleh para ulama, misalnya Ibn al-Qoyyim al- di bagian barat Kabupaten Jombang dan berbatasan dengan Jauziyah (w.751 H), tidak diingkari perubahan wilayah Kabupaten Kediri dengan luas wilayah 27,29 Km².

hukum karena perubahan waktu dan tempat (http://www.jombangkab.go.id/index.php/web/entry/

profil-kecamatan-perak-.html (Diakses tanggal 10 Desember

( taghayyur al-aḥkām bi taghayyur al-azminah wa 2015). Kecamatan ini terdiri dari Desa Cangkringrandu, al-amkinah).

Gadingmangu, Glagahan, Jantiganggong, Kalang Semanding,

Beberapa kaidah yang berhubungan Kepuhkajang, Pagerwojo, Perak, Plosogenuk, Sembung, dengan ‘urf, di antaranya adalah; Sukorejo, Sumberagung dan Temuwulan. (http://cahaya-

venue.blogspot.co.id/2009/07/kabupaten-jombang.html

1) Adat itu menjadi hukum ( al-‘ādat (Diakses tanggal 10 Desember 2015). muḥakkamah). 19 Di Kabupaten Jombang terdapat pondok pesantren

2) Apa yang telah ditetapkan oleh syara’ besar yang menjadi basis kaum Nahḍiyyīn, yaitu Pondok secara umum, maka ia dikembalikan pada Pesantren Darul ‘Ulum Rejoso Kecamatan Peterongan, Pondok

Pesantren Manba’ul Ma’arif Denanyar Kecamatan Jombang,

‘urf. Dua kaidah di atas sebagaimana al- Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas Kecamatan Qur’an surat al-A’raf ayat 199;

Jombang,dan Pondok Pesantren Tebu Ireng Cukir Kecamatan Diwek, serta Pondok Pesantren Majma’ul Bahrain Ploso Kecamatan Ploso yang merupakan pondok pesantren Sidiqiyah dan Pondok Pesantren Gadingmangu yang merupakan basis

16 Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, T.Th.), dari Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). (http://cahaya- hlm. 212-213.

venue.blogspot.co.id/2009/07/kabupaten-jombang.html 17 ‘Abd al-Wahhab Khallaf, ‘Ilm Uṣūl al-Fiqh, hlm. 90.

(Diakses tanggal 10 Desember 2015).

Khamim, Permintaan Persaksian dan Pembebasan Hutang Mayit 117 Khamim, Permintaan Persaksian dan Pembebasan Hutang Mayit 117

2. Fenomena Living hadith Tradisi Perawatan

dan SMK Budi Utomo. Sementara masyarakat

dan Upacara Pemberangkatan Jenazah

Nahḍiyyīn mengelola lembaga pendidikan Tradisi upacara pemberangkatan jenazah Rauḍat al-Aṭfāl (RA), Madrasah Ibtidaiyah Sunan menjadi bagian dari serangkaian kegiatan Giri (MI SG), Madrasah Tsanawiyah Bahrul perawatan jenazah, dan merupakan kelanjutan Ulum (MTs. BU), Sekolah Menengah Umum dari beberapa perlakuan terhadap orang yang A.Wahid Hasyim (SMU AWH) dan Madrasah sakit keras ( al-muḥtaḍir). Perlakuan terhadap Aliyah Bahrul Ulum (MABU) yang diwadahi orang yang sakit keras berdasarkan penjelasan dalam Yayasan Pendidikan Islam Sunan Giri para tokoh agama, pengurus sosial kematian dan

(YPI SG). 20 tenaga sosial kematian lokasi penelitian, yang

Masyarakat Nahḍiyyīn sebagai masyarakat kemudian peneliti simpulkan sebagai berikut;

a. Membacakan al-Qur’an, terutama surat berjumlah sekitar 200 kepala keluarga,

asli di Dusun Gading dan Mlaten 21 yang

yāsīn, 23 dengan harapan segera sembuh dalam kehidupan sehari-harinya melakukan

jika diberi kesembuhan atau untuk amaliah keagamaan ‘alā Nahdlatul ‘Ulama’.

memudahkan lepasnya ruh dari jasad orang Selain shalat lima waktu secara berjamaah

yang sakit keras jika meninggal dunia, di masjid dan mushola lengkap dengan wirid-

b. Menuntun dan membimbing ( talqīn) nya, mereka juga melakukan kegiatan tahlīl

membaca kalimat “ lā ilāha illā Allāh” atau dan pembacaan Surat Yasin disertai pengajian

kata “ Allāh”; dengan harapan supaya rutin seminggu sekali, baik bagi bapak-bapak

menjadi ucapan terakhirnya, pada Jam’iyah Al-Birru, maupun bagi ibu-ibu

c. Memejamkan kedua matanya, setelah dalam kegiatan Muslimat NU. Pembacaan tahlīl

nyata-nyata meninggal dunia, juga dilakukan setiap malam Jum’at di masjid

d. Meluruskan kedua tangan dan kakinya, atau mushola setelah jamaah shalat maghrib.

e. Merapatkan rahang mulut dengan tali, 24 Bahkan kegiatan serupa juga dilakukan selama

f. Menyedekapkan kedua tangannya, tujuh hari, jika terdapat warga yang meninggal

g. Menutup seluruh tubuhnya dengan dunia, atau mendapat undangan dari warga

selembar kain,

yang mempunyai hajat atau acara tasyakuran.

h. Mengumumkan kematiannya kepada Kecuali itu, bapak-bapak juga mengikuti

orang banyak. 25

kegiatan khatm al-qur’ān pada setiap hari Beberapa perlakuan terhadap orang yang

Jum’at pagi di masjid al-Mubarok. Sedang bagi

ibu-ibu setiap 36 hari atau selapan hari sekali al-muḥtaḍir) di atas sebagaimana

sakit keras (

26 dan didasarkan pada pada hari Kamis Kliwon. Bahkan bagi ibu-ibu disebutkan dalam fiqih hadith, adalah membaringkan ke arah kanan

juga terdapat kegiatan pembacaan manāqib Shaykh ‘Abd al-Qadīr al-Jaylānī. Bagi anak-anak, dengan menghadap kiblat, menuntun membaca

baik laki-laki maupun perempuan, mereka

23 Ternyata pembacaan surat Yāsīn dilakukan pada semua

melakukan kegiatan pembacaan sholawat al- warga LDII Dusun Gading, termasuk almarhum Mbah Bambang.

22 dība’ī setiap malam Jum’at. Munawaroh, Istri al-Marhum Mbah Bambang, Wawancara,

Jombang, 10 Desember 2015, yang diperkuat dengan AR, Wawancara, Jombang, 2 Mei 2016. Menurut sumber lain, dibacakan surat al-ra’d, yang dilakukan oleh warga Nahḍiyyīn juga warga LDII. MK, Wawancara, Jombang, 7 Mei 2016.

Menurut penjelasan MK, jika kedua mata jenazah sulit

http://mabahrululumperak.blogspot.co.id/ (Diakses dipejamkan, kedua tangan dan kakinya sulit diluruskan dan rahang tanggal 10 Desember 2015).

mulutnya sulit dirapatkan dengan tali, maka digunakan bantuan Deskripsi tentang praktik keagamaan masyarakat ini uang logam yang diletakkan pada tempat-tempat yang sulit,

bersumber dari wawancara kepada para tokoh agama dan bahkan disertai doa khusus. MK, Wawancara, Jombang, 7 Mei 2016. tokoh masyarakat. Di antaranya, KH. Abdul Mu’in, Muflich

25 MS, Wawancara, Jombang, 23 April 2016. Machfud dan Abd. Rohim, Wawancara, Jombang, 12 April 2016.

Wahbah Al-Zuhayli, Al-Fiqh al-Islāmī wa Adillatuh, juz 2, Observasi penulis tanggal 27 September 2015 – 27 (Damskus: Dar al-Fikr, 2002), hlm. 1478-1483.

November 2015.

P-ISSN: 1978-6948

e-ISSN: 2502-8650

Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 113-130 Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 113-130

d. Mempercepat perawatan jenazahnya: memejamkan kedua matanya dan mendoakan jika telah nyata wafat, menutup seluruh

.»ْمُكِباَقِر ْنَع ُهَنوُعَضَت ٌّرَشَف ،َكِلَذ ىَوِس ُكَي ْنِإَو ،ِهيَلإ sedang melakukan 30 iḥrām saat meninggal dunia, .يراخبلا هجرخأ

badannya selain wajah dan kepalanya jika

mengumumkan kewafatannya, mempercepat

e. Membayar hutangnya dan memenuhi perawatan jenazahnya, membayar hutangnya

wasiatnya :

dan memenuhi wasiatnya, dan mendorong

orang banyak untuk memintakan ampunan. 31 .»ُهْنَع ىَضْقُي ىَّهتَح ِهِنْيَدب ٌةَقَّهلَعُم ِنِمْؤُملا ُسْفَن«

f. dan mendorong orang banyak untuk perlakuan terhadap orang yang sakit keras (al-

Beberapa hadith yang menjadi dasar

memintakan ampunan :

muḥtaḍir) adalah berikut ini:

a. Memejamkan kedua mata dan mendoakan

jika telah nyata wafat:

َةَمَلَس يِبأ ىَلَع ملسو هيلع الل ىلص ِالل ُلوُسَر َلَخَد 32 .»ُلَأْسُي َنلآا ُهَّهنِإَف ِتيبثَّهتلاب اَذِإ َحوُّرلا َّهنِإ« :َلاَق َّهمُث ،ُهَضَمْغأَف ،ُهُرَصَب َّهقَش ْدَقَو Kemudian dilakukan beberapa rangkaian

لا« :َلاَقَف ،ِهِلْهأ ْنِم ٌساَن َّهجَضَف .»ُرَصَبلا ُهَعِبَت َضِبُق kegiatan perawatan jenazah. Berdasarkan

penjelasan para tokoh agama, pengurus sosial

َنوُنِّمَؤُي َةَكِئلاَملا َّهنِإَف .ٍرْيَخِب لاِإ ْمُكِسُفْنأ ىَلَع اوُعْدَت kematian dan tenaga sosial kematian lokasi َةَمَلَس يِبلأ ْرِفْغا َّهمهللا« :َلاَق َّهمُث .»َنوُلوُقَت اَم ىَلَع penelitian, yang kemudian peneliti simpulkan, يِف ِهِبِقَع يِف ُهْفُلْخاَو َنيِّيِدْهَملا يِف ُهَتَجَرَد ْعَفْراَو rangkaian kegiatan itu terdiri dari:

ُهَل ْحَسْفاَو . َنيِمَلاَعلا َّهبَر اَي ُهَلَو اَنَل ْرِفْغاَو . َنيِرِباَغلا a. Memandikan jenazah, yang dilakukan oleh

27 tenaga sosial kematian bersama keluarga

almarhum, meliputi kegiatan:

b. Menutup seluruh badannya selain wajah

1) Melepas pakaian dan segala dan kepalanya jika sedang melakukan

yang dikenakan jenazah sebelum iḥrām saat meninggal dunia:

memandikan dengan cara yang baik,

َتاَم َنيِح ملسو هيلع الل ىلص ِالل ُلوُسَر َيِّجُس 2) Menutup kemaluan jenazah dengan

kain yang tembus air untuk menjaga

28 rasa malunya, .هيلع قفتم .ٍةَرَبِح ِبْوَثِب 33

c. Mengumumkan kewafatannya:

30 Sebagaimana hadith muttafaq ‘alayh (riwayat Imam Bukhari

يِف َّهيِشاَجَّهنلا ىَعَن ملسو هيلع الل ىلص ِالل َلوُسَر َّهنَأ pada bāb al-sur’ah bi al-janāzah, sebagaimana Imam Muslim pada ،ْمِهِب َّهفَصَف ،ىَّهلَصُملا ىَلِإ َجَرَخ ،ِهيِف َتاَم يِذَّهلا ِمْوَيلا kitāb al-janā’iz bāb al-isrā’ fī al-janāzah), Imam Abu Dawud pada

29 bāb al-isrā’ bi al-janāzah, Imam al-Tirmidhi pada bāb mā jā’a fī al-

. )هيلع قفتم( ًاعَبْرَأ َرَّهبَكَو isrā’ bi al-janāzah, Imam al-Nasa’i pada bāb al-sur’ah bi al-janāzah,

dan Imam Ibn Majah pada bāb mā jā’a fī shuhūd al-janā’iz, dari Abu

27 Jalal al-Din ‘Abd al-Rahman ibn Abu Bakr al-Suyuti, al- Hurayrah, yang menurut catatan Al-Albani pada empat kitab

Jāmi’ al-Ṣaghīr fī Aḥādīth al-Bashīr al-Nadhīr bāb Ḥarf al-Hamzah Sunan hadith itu bernilai ṣaḥīḥ, sebagaimana juga penilaian Imam juz 1 (Beirut: Dar al-Fikr, T.Th.), hlm. 80.

al-Suyuti dalam al-Jāmi’ al-Ṣaghīr bāb Ḥarf al-Hamzah juz 1, hlm. 41. 28 Dalam riwayat Imam Muslim pada bāb tasjiyat al-mayyit

31 Sebagaimana hadith riwayat Imam al-Tirmidhi pada bāb dari Aishah, sebagaimana hadith muttafaq ‘alayh (riwayat mā jā’a ‘an al-Nabi saw. “nafs al-mu’min mu’allaqat bi daynih ḥattā

Imam Bukhari pada bāb al-burūd wa al-ḥibarah wa al-shamlah), yuqḍā ‘anhu” dan Imam Ibn Majah pada bāb al-tashdīd fi al-dayn dari keduanya dari sahabat Aishah; dan Imam al-Nasa’i pada bāb

Abu Hurayrah, yang menurut penilaian Imam al-Suyuti, hadith tasjiyat al-mayyit dari sahabat Jabir, yang menurut catatan itu adalah ṣaḥīḥ. al-Jāmi’ al-Ṣaghīr bāb Ḥarf al-Nūn juz 2, hlm. 188. dalam kitab Bulūgh al-Marām, hadith ini bernilai ṣaḥīḥ.

32 Sebagaimana hadith Abu Dawud pada bāb al-istighfār ‘inda 29 Sebagaimana hadith riwayat Imam Bukhari pada bāb

al-mayyit fī waqt al-inṣirāf, yang menurut penilaian Imam al-Suyuti, al-rajul yan’ā ilā ahl al-mayyit bi nafsih dan bāb al-takbī r ‘alā al- hadith itu adalah ṣaḥīḥ. al-Jāmi’ al-Ṣaghīr bāb Kāna juz 2, hlm. 109. janāzah arba’an, juga Imam Muslim pada kitāb al-janā’iz bāb fī

33 Menurut penjelasan MK, bahkan sebaiknya jenazah al-takbīr ‘alā al-janāzah dan Imam Malik pada bāb al-takbīr ‘alā

dimandikan di tempat yang diberi atap di atasnya. MK, al-janā’iz, semuanya dari Abu Hurayrah.

Wawancara, Jombang, 7 Mei 2016.

Khamim, Permintaan Persaksian dan Pembebasan Hutang Mayit 119

3) Menyiram tubuh jenazah dengan almarhum, atau oleh keluarga almarhum air yang sudah dicampur dengan

dengan didampingi oleh tenaga sosial baiklin ukuran botol kecil untuk

kematian, dengan rangkaian kegiatan: menghilangkan kuman terutama dari

1) Membawa jenazah, setelah dimandikan, penyakit menular, 34 ke atas kain kafan yang telah disiapkan

1) Menghilangkan kotoran dari perut dengan ditaburi kapur barus yang telah jenazah dengan cara engkok (ditekan

dihaluskan dan cendana pada lapis perutnya untuk mengeluarkan

pertama,

banyak kotoran), dengan ukuran

2) Menutup jalan depan (qubul) dan jalan sepanjang telunjuk jari, 35 belakang (dubur) jenazah dengan

2) Mewudlu’kan jenazah dengan shofteck atau pempers, menutup semua niat wudlu’ sunnah sebelum

lubang, membalut sela-sela kaki dan memandikan,

tangan, semua pergelangan dengan

3) Memandikan seluruh tubuh kapas yang telah ditaburi kapur barus, jenazah yang telah diletakkan di

3) Mengkafani jenazah,

atas tempat yang tinggi dengan

4) Membungkus jenazah yang telah air suci disertai niat memandikan

dikafani dengan selembar tikar yang jenazah, 36 diikat dengan tusuk. 39

c. Melakukan shalat jenazah oleh semua air yang telah dicampur dengan

4) Menyiram tubuh jenazah dengan

orang yang mengikuti ta’ziyah bersama kapur barus, sabun, daun kelor, dan

keluarga almarhum di rumah almarhum, 40 daun widoro secara terpisah,

dengan posisi kepala mayit di sebelah

5) Membersihkan kulit di bawah selatan jika mayit laki-laki atau posisi kuku atau tempat yang berlubang

kepala mayit di sebelah utara jika mayit dengan dahan daun suruh atau

perempuan, 41

daun waru, 37 d. Memakamkan jenazah, yang dilakukan

6) Menyempurnakan mandi jenazah oleh keluarga almarhum bersama semua dengan air yang suci,

orang yang mengikuti ta’ziyah, setelah

7) Mewudlu’kan jenazah dengan terlebih dahulu dilakukan upacara niat wudlu’ sunnah untuk pemberangkatan jenazah, yang meliputi penyempurnanan,

kegiatan:

8) dan mengeringkan tubuh mayit

1) Upacara pemberangkatan jenazah, dengan handuk. 38 yang berisi pidato pihak keluarga atau

b. Mengkafani jenazah, yang dilakukan oleh tokoh masyarakat yang bertindak atas tenaga sosial kematian bersama keluarga

nama keluarga, untuk;

a) Memintakan maaf atas semua

34 Dalam kasus ini, sebaiknya meminta bantuan dokter,

kesalahan mayit selama hidupnya,

agar tidak menimbulkan fitnah. MK, Wawancara, Jombang, 7 Mei 2016.

b) Memintakan persaksian baik atas

35 Menurut penjelasan MK, sebaiknya ditambah dengan

kelakuan mayit selama bergaul

menggosokkan kapas pada dubur jenazah dan kemudian

dengan masyarakat setempat,

digosok dengan jari untuk mengetahui apakah sudah bersih atau belum. MK, Wawancara, Jombang, 7 Mei 2016.

36 Untuk niat memandikan jenazah boleh dilakukan sejak mulai menghilangkan najis. MK, Wawancara, Jombang, 7 Mei

2016. 39 MS, Wawancara, Jombang, 23 April 2016.

Menurut penjelasan MK, sebaiknya ditambah dengan 40 MS, Wawancara, Jombang, 23 April 2016 dan dikuatkan memotong kuku jari tangan dan kaki jenazah. MK, Wawancara,

oleh observasi peneliti.

Jombang, 7 Mei 2016. 41 KH. Hasan Anshori (HA), Tokoh Agama Kecamatan 38 MS, Wawancara, Jombang, 23 April 2016.

Perak dan Rois Syuriyah MWCNU Perak, Wawancara, Jombang,

30 April 2016.

P-ISSN: 1978-6948

e-ISSN: 2502-8650

Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 113-130 Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 113-130

untuk mayit,

ḥaqq al-adamī,

3) Membacakan doa secara khusus dari

d) Memohonkan doa agar amal keluarga untuk mayit. 42 kebaikannya diterima Allah dan

Penjelasan para tokoh di atas sebagaimana segala dosanya diampuni, tersebut dalam fiqih, bahwa jika orang yang

e) Membacakan doa penutup di akhir sakit keras telah nyata-nyata meninggal

upacara. dunia, maka ia mempunyai empat hak yang

2) Pemakaman jenazah, meliputi menjadi kewajiban keluarga dan orang Islam

kegiatan: pada umumnya. Empat hak itu adalah hak

a) Mengiring mayit menuju makam dimandikan, dikafani, dishalati dan diiring dengan diiringi bacaan “ lā ilāh jenazahnya untuk dimakamkan. 43 Empat hak illā Allāh, lā ilāh illā Allāh, lā ilāh mayit itu tidak terkait dengan hak kebendaan

illā Allāh, Muḥammad Rasūl Allāh” orang lain, walaupun tetap terkait dengan harta dengan lagu khas kematian,

peninggalannya (tirkat). 44 Karenanya, setelah

b) Memasukkan jenazah, setelah jenazah dirawat, baru kemudian dibayarkan

sampai di makam, ke dalam liang hutangnya dan dilaksanakan wasiatnya. Jika

lahat yang telah disiapkan dengan semua hak mayit itu telah dilaksanakan, maka membaca “ bismi Allāh wa ‘alā millat baru dilakukan pembagian harta warisan Rasūl Allāh ṣaw.”, dengan posisi (tirkat) kepada semua ahli waris sesuai bagian

menghadap kiblat,

masing-masing.

c) Membuka kain kafan di bagian Beberapa hadith yang menjadi dasar empat

wajah mayit, sehingga pipi sebelah kewajiban terhadap orang yang meninggal

kanan menempel tanah, sebagai bentuk dari perawatan jenazah adalah:

d) Melepas tali kain kafan,

a. Memandikan dan mengkafani jenazah:

e) Memberi bantal dari tanah sejumlah tiga, yang diletakkan pada bagian

kepala, pinggang dan kaki,

f) Menutup jenazah dengan tlisik,

g) Memasukkan segala peralatan

yang disertakan pada mayit ke

b. Melakukan shalat jenazah setelah dalam liang lahat, seperti tikar

membebaskan hutangnya: pembungkus jenazah yang telah

dikafani dan tusuk pengikatnya,

h) Menutup jenazah dan segala

peralatan yang disertakan dengan

42 MS, Wawancara, Jombang, 23 April 2016 dan dikuatkan

tanah yang ditinggikan dan oleh observasi peneliti. ditandai dengan dua batu nisan di 43 Al-Zuhayli, Al-Fiqh ...... juz 2, hlm. 1483.

sebelah utara dan selatan, 44 Al-Zuhayli, Al-Fiqh ...... , juz 10, hlm. 7727.

45 i) Menyiram tanah makam dengan Hadith ini diriwayatkan Imam Bukhari sebagaimana

pada bāb al-muḥrim yamūt bi ‘arafah wa lam ya’mur al-Nabi

air kembang,

saw. an yu’addā ‘anhu baqiyyat al-ḥajj, Imam Muslim pada bāb

j) Membacakan talqīn (tuntunan mā yuf’al bi al-muḥrim idhā māta, Imam al-Tirmidhi pada bāb menghadapi dua malaikat munkar mā jā’a fī al-muḥrim yamūt fī iḥrāmih, Imam al-Nasa’i pada bāb

ghusl al-muḥrim bi al-sidr idhā māta, Imam Ibn Majah pada bāb

nakir dan menjawab pertanyaan mā yaddahin bih al-muḥrim, dan Imam al-Darimi pada bāb fī al- keduanya) setelah selesai proses muḥrim idhā māta mā yuṣna’ bih, semuanya dari sahabat Ibn pemakaman,

‘Abbas ra., yang menurut penilaian Imam al-Suyuti dalam kitab al-Jāmi’ al-Ṣaghīr hadith itu bernilai ṣaḥīḥ.

Khamim, Permintaan Persaksian dan Pembebasan Hutang Mayit 121

؛هيلع ىّلص ًءافو كرت هّنأ ثّدُح ْنِإف ؟ءاضق نم upacara pemberangkatan jenazah setelah هيلع الل حتف اّملف ،مكبَحاص ىلع اوّلص :لاق لاإو melakukan shalat untuk mayit dan kemudian

نمف ،مهسفنأ نم نينمؤملاب ىلوأ انأ :لاق حوتفلا mengiringnya sampai ke makam.

Persoalan lain yang sangat urgen untuk

وهف ًلاام كرت نمو ،هؤاضق َّهيلعف ؛نْيَد هيلعو يّفوُت dijawab di sini adalah alasan dan tujuan

46 .”هتثرول perawatan jenazah, terutama permintaan

persaksian dan pembebasan hutang mayit

c. Mengiring jenazah untuk dimakamkan: setelah dilakukan shalat jenazah. Beberapa

ةدايعو ،ملاسلا ّدر :سمخ ملسملا ىلع ملسملا ّقح“ penjelasan para tokoh agama, pengurus تيمشتو ،ةوعدلا ةباجإو ،زئانجلا عابتاو ،ضيرملا sosial kematian dan tenaga sosial kematian

47 .”سطاعلا lokasi penelitian menjelaskan, bahwa

kegiatan perawatan jenazah dilakukan untuk

d. Memakamkan jenazah : memenuhi hak-hak mayit dari orang-orang

ْنَأ ُّبِحُي يِذَّهلا ِعِضْوَملا يِف َّهلاِإ ًاّيبَن ُالل َضَبَق اَم« yang masih hidup sesuai isi hadith Nabi. .ِهِشاَرِف ِعِضْوَم يِف ُهوُنِفْدا »ِهيِف َنَفْدُي Sedang permintaan persaksian dimaksudkan

untuk mendoakan baik kepada mayit, 49 bukan Namun dalam riwayat Ibn Majah persaksian yang sesungguhnya, walaupun sebagaimana pada bāb dhikr wafatih wa seharusnya persaksian tetap dilaksanakan

dafnih ṣaw. dari Ibn Abbas, Abu Bakar pernah sebelum melakukan shalat jenazah, 50 karena

mendengar Rasul Allah saw. mengatakan: dalam ajaran agama Islam terdapat anjuran «

untuk menuturkan kebaikan mayit bukan Berdasarkan hadith-hadith di atas dapat kejelekannya. Karena itu persaksian dan

diketahui, bahwa tata cara perawatan jenazah pembebasan hutang mayit yang dilaksanakan adalah memandikan, mengkafani, menshalati, setelah melakukan shalat jenazah hanya melanjutkan adat yang telah lama terjadi. dan memakamkannya. Bahkan, shalat jenazah 51

dilakukan setelah terdapat orang yang Persaksian “baik” (sahe dalam bahasa membebaskan atau menanggung hutang mayit. jawa) berarti Islam atau iman, dan persaksian

Itu artinya, penanggungan hutang mayit harus “buruk” (awon dalam bahasa jawa) berarti dilakukan sebelum shalat jenazah. Tetapi teori 52 kafir. Karenanya, persaksian terhadap

itu berbeda dengan tradisi perawatan jenazah di

49 MS, Wawancara, Jombang, 23 April 2016 dan HA,

komunitas Nahḍiyyīn yang mengikuti faham ahl Wawancara, Jombang, 30 April 2016. al-sunnah wa al-jamā’ah, yang memberlakukan 50 HA, Wawancara, Jombang, 30 April 2016.

51 MS, Wawancara, Jombang, 23 April 2016, KH. Abdul Mu’in

46 Hadith itu merupakan riwayat al-Bukhari pada bāb al- (AM), Tokoh Agama Desa Gadingmangu, Wawancara, Jombang,

dayn dan bāb qawl al-Naby saw. “man taraka kallan aw ḍiyā’an fa 23 April 2016, AR, Wawancara, Jombang, 23 April 2016, dan ilayya”, Imam Muslim pada kitāb al-farā’iḍ bāb man taraka mālan

HA, Wawancara, Jombang, 30 April 2016. Bahkan menurut AR, fa li warathatih dan Imam al-Nasa’i pada kitāb al-janā’iz bāb

permintaan persaksian itu baru terjadi dalam waktu yang al-ṣalāt ‘alā man ‘alayh dayn hadith nomor 1962, sebagaimana belum lama, karena sebelum itu berlaku tradisi “kerubuhan

di takhrīj juga pada uraian persoalan penanggungan (kafālat) gunung : kenduri” sebelum dilakukan shalat jenazah dan baru dan pembebasan hutang mayit, semuanya dari sahabat Abu kemudian jenazah diberangkatkan ke makam setelah shalat Hurayrah ra.

jenazah dengan diiringi tradisi “kepruk kendi: pukul kendi”,

47 Hadith itu riwayat Imam Bukhari sebagaimana pada melewati bawah kerenda jenazah yang akan diberangkatkan

bāb al-amr bi ittibā’ al-janā’iz, Imam Muslim pada bāb min ḥaqq sebanyak tiga kali dan kembang mayang untuk mayit jejaka al-muslim li al-muslim radd al-salām, dari sahabat Abu Hurayrah

atau gadis. Hasil wawancara itu berbeda dengan AM, yang ra., yang menurut penilaian Imam al-Suyuti dalam kitab al- menurutnya harus tetap didahulukan dalil nash dari pada Jāmi’ al-Ṣaghīr hadith itu bernilai ṣaḥīḥ. Al-Suyuti, al-Jāmi’ bāb

adat, bahwa terlebih dahulu harus dilakukan persaksian dan Ḥarf al-Ḥā’ juz 1, hlm. 148.

pembebasan hutang sebelum dilakukan shalat jenazah. AM, 48 Hadith riwayat al-Tirmidhi sebagaimana pada bāb mā

Wawancara, Jombang, 23 April 2016.

jā’a fī dafn al-Naby ṣaw. ḥayth qubiḍ dari Abu Bakr, menurut 52 AM, Wawancara, Jombang, 23 April 2016. Nara sumber penilaian Imam al-Suyuti hadith itu bernilai Ḥasan. al-Jāmi’ al- itu mengutip penjelasan KH. Syamsuri Badawi Tebuireng

Ṣaghīr bāb Ḥarf al-Mīm juz 2, hlm. 147. Jombang, bahwa hadith Nabi saw. yang menyatakan, bahwa

P-ISSN: 1978-6948

e-ISSN: 2502-8650

Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 113-130 Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 113-130

menurut Allah”. 53 Senada dengan uraian itu, Rasūl Allāh ṣaw. bersabda: “hutang itu ada dua seorang nara sumber 54 menjelaskan, bahwa macam; barang siapa meninggal dunia dengan isi persaksian itu sudah diarahkan menjadi berniat membayar hutangnya, maka aku yang persaksian yang baik, karena dalam kalimatnya, menanggungnya; dan barang siapa meninggal perwakilan keluarga itu menanyakan kepada dunia dengan tidak berniat membayar orang-orang yang mengikuti ta’ziyah, “mayit hutangnya, maka hutang itu akan diambilkan ini Islam apa tidak”?, jawabnya, “Islam”, dari kebaikan-kebaikannya; ketika itu sudah perwakilan keluarga itu menanyakan kembali, tidak terdapat dinar dan dirham”. 56 “orang Islam itu baik apa tidak”?, jawabnya,

Terkait dengan persoalan pembebasan dan “baik”, dan terakhir perwakilan keluarga itu penanggungan hutang mayit, sebagaimana menyatakan, “berarti mayit orang Islam itu disebutkan dalam fiqih dan didasarkan hadith, baik, dan semoga persaksian kalian menjadi doa bahwa pembebasan itu dilakukan dari harta terhadap mayit ini”. Persaksian itu dilakukan peninggalannya, jika ia meninggalkan harta. setelah sebelumnya perwakilan keluarga Jika tidak meninggalkan harta, bagaimana meminta ahli waris untuk menanggung hutang pembebasan hutang-hutangnya?. Ternyata mayit.

dalam fiqih terdapat pembahasan tentang Alasan lain dari seorang nara sumber 55 akad kafālat (penanggungan) yang dibolehkan

menjelaskan, bahwa persaksian dan berdasarkan al-Qur’an Surat Yusuf, 72, al- Sunnah dan ijmak ulama’. 57 Dalam sebuah

“ niyyat al-mu’min khayr min ‘amalih: niat orang mukmin lebih baik dari pada perbuatannya”, maksudnya niat orang mukmin

hadith riwayat al-Bukhari, Ahmad dan al-

lebih baik dari pada perbuatan orang kafir. Menurut peneliti,

Nasa’i dari Salmat ibn al-Akwa’, bahwa

tampaknya pemaknaan itu perlu ditinjau kembali, sebab dalam

ketika Nabi diminta untuk melakukan shalat pemaknaan hadith itu terdapat kata ganti ( ism ḍamīr) yang terhadap jenazah seorang laki-laki, beliau rujuknya tidak pada ism ẓāhir (bukan kata ganti) yang telah bertanya, “apakah ia meninggalkan sesuatu?”, disebutkan sebelumnya. Karenanya, menurut Ibn al-‘Allān dalam kitab Dalīl al-Fāliḥīn li Ṭuruq Riyāḍ al-Ṣāliḥīn, pengertian para sahabat menjawab, “tidak”, “apakah ia hadith niyyat al-mu’min khayr min ‘amalih adalah, bahwa niat mempunyai hutang?”, para sahabat menjawab, orang mukmin yang tidak diwujudkan dalam perbuatan adalah

“ya, dua dinar”. Lalu beliau bersabda: ”lakukan

lebih baik dari pada perbuatan orang mukmin yang tidak didasari dengan niat. Karena niat bertempat di dalam hati dan

shalat untuk jenazah saudaramu”. Abu Qotadah

hanya diketahui oleh Allah. Penjelasan seperti itu sebagaimana

berkata: “dua dinar hutang mayit itu menjadi

pengertian hadith “ kull ‘amal ibn ādam lah illā al-ṣawm, fa innahū

tanggunganku ya Rasulullah”, kemudian

lī wa Ana ajzī bih....”. Kata al-Khaṭṭābī, puasa itu ibadah yang

Rasulullah melakukan shalat untuk jenazah ikhlas dan tidak bisa dimasuki riyā’ juga sum’at, karenanya saudaramu”. 58

hanya bisa diketahui oleh Allah saja. Bahkan menurut Ibn al-‘Arabi, sebagaimana dikutip al-Ṣan’ānī dalam kitab Subul

56 Al-Suyuti, al-Jāmi’ al-Ṣaghīr juz 2 (Libanon: Dar al-Fikr, al-Salām bi Sharḥ Bulūgh al-Marām, ingat kepada Allah (dhikr

Allāh) menjadi penyempurna dan menjadi amal yang sangat T.Th.), hlm. 18. 57 Al-Zuhayli, Al-Fiqh ...... juz 6,hlm. 4142.

utama pada semua bentuk alam manusia, karenanya dhikr 58 Hadith itu diriwayatkan oleh al-Bukhari pada kitāb al- Allāh menjadi syarat penting, sebagaimana keberadaan hadith

ḥawālāt bāb in aḥāla dayn al-mayyit ‘alā rajul jāza dan al-Nasa’i niyyat al-mu’min khayr min ‘amalih.

AM, Wawancara, Jombang, 23 April 2016. kitāb al-janā’iz bāb al-ṣalāt ‘alā man ‘alayh dayn, keduanya

pada

dari sahabat Salmat ibn al-Akwa’. Riwayat itu berbeda dengan AR, Wawancara, Jombang, 23 April 2016.

hadith Al-Bukhari dari sahabat Abu Hurayrah sebagaimana Suwaji (SW), Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat

Dusun Gading, Wawancara, Jombang, 23 April 2016. bāb al-dayn dan bab qawl al-Naby saw. “man taraka kallan

pada

aw ḍiyā’an fa ilayya”, sebagaimana riwayat Imam Muslim pada

Khamim, Permintaan Persaksian dan Pembebasan Hutang Mayit 123

Berdasarkan hadith tentang akad kafālat terhadap orang yang meninggal dunia, dan juga, shalat jenazah dilakukan setelah ada hukumnya adalah boleh bahkan dianjurkan, penanggungan atau pembebasan hutang karena dalam hadith terdapat anjuran untuk mayit. Karenanya, terkait dengan hadith itu menyebutkan kebaikan mayit, sebagaimana al-San’ani dalam Subul al-Salām membuat topik sabda Nabi: “ Udhkurū Maḥāsin Mautākum wa “

tark al-ṣalāh ‘alā man māta wa ‘alayh dayn” (tidak 60 Kuffū ‘an Masāwihim”, dan anjuran memberikan melakukan shalat jenazah untuk mayit yang persaksian kepada mayit, sebagaimana sabda

meninggalkan hutang). Menurut penjelasan Rasulullah: “ Man athnaytum ‘alayh khayran Ibn Baṭāl, jumhur ulama memandang sah wajabat lahū al-Jannah wa man athnaytum ‘alayhi

terhadap penanggungan hutang mayit. sharran wajabat lahū al-Nār, antum shuhadā’ Allāh Karenanya, hadith di atas mengandung fī al-Arḍ, antum shuhadā’ Allāh fī al-Arḍ” (Orang penjelasan lain, bahwa orang yang tidak yang kalian puji dengan kebaikan, maka surga mempunyai kewajiban boleh dan dipandang wajib baginya; Orang yang kalian puji dengan sah menanggung kewajiban orang lain dan kejelekan, maka neraka wajib baginya; kalian ini bermanfaat bagi orang yang ditanggung. adalah para saksi Allah di muka bumi, kalian Penolakan Nabi untuk melakukan shalat adalah para saksi Allah di muka bumi, kalian

terhadap jenazah seseorang, karena shalat adalah para saksi Allah di muka bumi). 61 Nabi itu merupakan shafā’at (pertolongan)

Demikian juga, keunikan persoalan yang tidak akan tertolak, sementara hutang permintaan persaksian dan pembebasan hanya akan bebas jika dibayar atau ditanggung hutang mayit setelah dilakukan shalat jenazah

oleh seseorang. 59 adalah sebagai taktik supaya semua orang Persoalan lain yang juga terjadi dalam mau mengakui kebaikan mayit, walaupun rangkaian tradisi upacara pemberangkatan lahiriahnya tidak begitu. 62 Hal itu terlihat jenazah adalah memberikan persaksian baik dari kalimat persaksian yang ditanyakan kepada orang-orang yang mengikuti ta’ziyah

kitāb al-farā’iḍ bāb man taraka mālan fa li warathatih dan riwayat

yang tidak menanyakan keberadaan mayyit

al-Nasa’i pada kitāb al-janā’iz bāb al-ṣalāt ‘alā man ‘alayh dayn hadith nomor 1962, bahwa ketika Rasul Allah saw. diminta tetapi menanyakan keberadaan orang Islam, melakukan shalat untuk jenazah seseorang, beliau bertanya: bahkan dalam kalimat persaksian itu terdapat “apakah ia meninggalkan sisa harta untuk membayar penafsiran kata “baik” berarti “beriman” hutangnya”?, jika dijawab, mempunyai, maka beliau melakukan shalat untuknya, jika tidak mempunyai, maka dan kata “buruk” berarti “kafir”. Itu semua, beliau memerintahkan para sahabat untuk melakukan shalat sesungguhnya merupakan cara yang halus, untuknya. Tetapi setelah fatḥ makkah, maka beliau bersabda :

bagaimana semua bisa mengakui kebaikan “aku orang yang lebih utama terhadap orang-orang mukmin orang yang telah meninggal dunia.

dari pada diri mereka sendiri; barang siapa dari orang-orang

Terkait dengan fenomena itu, maka

mukmin meninggal dunia dan meninggalkan hutang, maka

menjadi tanggungan saya, dan barang siapa meninggalkan implikasinya adalah, bahwa shalat jenazah harta, maka menjadi hak ahli warisnya”. Riwayat al-Bukhari sebaiknya dilakukan di musholla atau masjid, itu berbeda dengan riwayat Abu Dawud pada bāb fī al-tashdīd

karena sudah terjamin kesuciannya dibanding fī al-dayn dari sahabat Jabir, yang menyatakan, bahwa Rasul rumah; dan shalat jenazah dilakukan setelah

Allah saw. melakukan shalat untuk jenazah seseorang yang

telah ditanggung hutangnya, sebagaimana riwayat al-Nasa’i pelaksanaan tradisi pemberangkatan jenazah pada kitāb al-janā’iz bāb al-ṣalāt ‘alā man ‘alayh dayn dari sahabat

yang di dalamnya berisi permintaan persaksian

Abu Qatadah dan dari Jabir, riwayat al-Tirmidhi pada bāb mā jā’a fī al-ṣalāt ‘alā al-madiyūn dari sahabat Abu Qatadah dan Abu

60 Hadith riwayat Abu Dawud pada bāb fī al-Nahy ‘an Sabb Hurayrah, riwayat Ibn Majah pada bāb al-kafālat dari sahabat

al-Mawtā dan Tirmidhi pada bāb Ākhar dari Ibn ‘Umar ra. Abu Qatadah dan bāb man taraka daynan aw diya’an fa ‘ala Allah

61 Abu Bakar al-Bazzar, Musnad al-Bazzār: al-Baḥr al- wa ‘ala Rasulih dari sahabat Abu Hurayrah dan Jabir dan riwayat

Zakhkhār juz 9, (al-Madinah al-Munawwarah: Maktabat al- al-Darimi pada bāb fī al-ṣalāt ‘alā man māta wa ‘alayh dayn dari

‘Ulum wa al-Hikam, 2009), hlm. 261.

sahabat Abu Qatadah. 62 MS, AM, dan AR, Wawancara, Jombang, 23 April 2016, 59 Muhammad ibn Isma’il al-Kaḥlānī al-Ṣan’ānī, al-Sayyid

walaupun AR menilai persaksian setelah dilakukan shalat al-Imam, Subul al-Salām Juz 3, (Bandung: Dahlan, T.Th.), 62.

jenazah itu indikasi pemahaman fikih yang masih kurang baik.

P-ISSN: 1978-6948

124

e-ISSN: 2502-8650

Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 113-130

Khamim, Permintaan Persaksian dan Pembebasan Hutang Mayit 125

dan pembebasan hutang mayit. Dua implikasi itu sesuai dengan yang diajarkan Nabi pada beberapa hadithnya.

3. Tradisi Permintaan Persaksian dan Pembebasan Hutang Mayit dalam Perspektif Hadith

a. Penjelasan Hadith tentang Permintaan Persaksian dan Pembebasan Hutang Mayit Penjelasan beberapa hadith yang terkait

dengan persoalan pemberian persaksian dan pembebasan hutang mayit setelah pelaksanaan salat janazah adalah sebagaimana berikut ini.

1) Hadith tentang Persaksian

a) Hadith riwayat Ibn Umar :

“Tuturkan kebaikan-kebaikan mayit kalian dan tolaklah kejelekan-kejelekan mereka”.