Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Serta Kepadatan Kandang Terhadap Penampilan Ayam Pedaging

Jurnal Peternakan Indonesia, Oktober 2018
ISSN 1907-1760 E-ISSN 2460-3716

Vol. 20 (3): 175-180

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Serta Kepadatan Kandang Terhadap Penampilan
Ayam Pedaging
The Influence of Energy - Protein Balance and Cage Density to the Broiler Performance
H. Silondae* dan D. Polakitan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara
*E-mail: hasrianti_silondae@yahoo.com
(Diterima: 23 Mei 2018; Disetujui: 25 Juli 2018)

ABSTRAK
Masalah imbangan energi-protein dalam ransum serta kepadatan kandang yang berbeda merupakan
bahan kajian yang perlu dilakukan dalam upaya perbaikan penampilan ayam broiler. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh imbangan energi dan protein serta kepadatan kandang terhadap penampilan
ayam pedaging. Metode percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial 3x2 dengan
empat ulangan. Perlakuan terdiri atas dua faktor, dimana faktor pertama adalah adalah kepadatan ternak
(A) terdiri atas tiga taraf perlakuan yaitu 4 ekor/m2 (A1), 8 ekor/m2 (A2), dan 12 ekor/m2 (A3). Faktor kedua
adalah imbangan energi dan protein (B), terdiri atas dua taraf perlakuan yaitu: 2900 kkal/kg : 22% PK (B1),

dan 3100 kkal/kg : 19% PK (B2). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan A1B1 : 4 ekor/m2 - 2900
kkal/kg (EM) : 22 % (PK) berpengaruh nyata terhadap nilai KRH, PBBH, konversi ransum, dan persentase
karkas.
Kata kunci: broiler, energi, kepadatan kandang, protein

ABSTRACT
The problem of energy-protein balance in the rations and the density of different cages is a study
material that needs to be done in an effort to improve the appearance of broiler chickens. This experiment
research aims to determine the effect of energy and protein balance and cage density on broiler performance.
The experimental method used by completely randomized design (CRD) 3x2 factorial pattern with four
replications. The treatment consisted of two factors, where the first factor was the density of livestock (A)
consisting of three treatment levels 4 birds/m2 (A1), 8 birds/m2 (A2), and 12 birds / m2 (A3). The second
factor was the energy and protein balance (B), consisting of two treatment levels: 2,900 kcal/kg: 22%
PK (B1), and 3,100 kcal/kg: 19% PK (B2). The result showed that the treatment of A1B1: 4 birds/m2 –
2,900 kkal/kg (EM): 22% (PK) was the best effect on daily ration consumption, daily weight gain, ration
conversion, and carcass percentage.
Keywords: broiler, density of the cage, energy, protein

PENDAHULUAN
Perkembangan usaha ayam pedaging

di Indonesia cukup pesat karena sifat genetik
yang baik dalam menghasilkan daging lebih
cepat dari jenis ternak lain. Ayam broiler
pertumbuhannya sangat cepat dengan bobot
1,5 kg sampai umur 30 hari (Rahayu et al.,
2011). Broiler memiliki sifat unggul antara
lain proses pertumbuhan yang cepat, sehingga
masa panen bisa lebih pendek, efisien dalam

konsumsi ransum, menghasilkan daging
yang lunak dengan kulit yang licin (Risnajati,
2012). Prestasi pertumbuhan broiler ini tentu
saja dicapai dengan usaha perbaikan melalui
rekayasa genetik, perbaikan tata laksana
pemeliharaan dan perbaikan kualitas ransum,
sehingga dapat diperoleh hasil yang baik.
Imbangan energi dan protein dalam ransum
merupakan faktor utama perbaikan tingkat
pertumbuhan broiler. Salah satu faktor penting
yang harus diperhatikan dalam pembuatan


Pengaruh Imbangan Energi dan … (Silondae dan Polakitan)

175

Vol. 20 (3): 175-180

ransum unggas adalah kandungan energinya
disamping protein sebagai faktor penting
dalam pembuatan jaringan tubuh.
Penyusunan ransum ayam broiler harus
memperhatikan unsur energi dan protein.
Ayam broiler umur 0-3 minggu dalam
ransumnya mengandung protein sebesar
23% dan energi metabolis 3.200 kkal/kg
(NRC, 1994). Kandungan protein berfungsi
untuk pertumbuhan dan pembentukan
tulang. Sedangkan ketersediaan energi
untuk menunjang aktivitas ayam dan tujuan
produksi. Penelitian mengenai imbangan

protein dan energi terus dilakukan oleh
para pakar nutrisi dan produksi unggas.
Soeharsono (1976) mengungkapkan respon
broiler terhadap berbagai kondisi lingkungan
dan perbandingan kandungan proteinenergi dalam ransum. Rosebrough dan
Steele (1985) meneliti pengaruh perbedaan
level protein terhadap komposisi tubuh dan
proses lipogenesis. Sizemore dan Siegel
(1993) menitikberatkan kajiannya mengenai
pengaruh imbangan energi-protein rasio
terhadap broiler betina. Hidalgo et al. (2004)
juga turut menyumbankan hasil penelitiannya
mengenai respon prestasi kinerja broiler
berdasarkan imbangan energi metabolis dan
protein kasar.
Pada broiler kadar lemak karkas
ditingkatkan pada akhir penggemukan dengan
jalan mengurangi kadar protein ransum
sedikit dibawah yang dibutuhkan untuk laju
pertumbuhan maksimum dan meningkatkan

energi ransum sampai pada suatu tingkatan
mendekati tingkatan energi tertinggi. Broiler
yang berumur tujuh sampai delapan minggu
mengkomsumsi lebih banyak energi dari
pada yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
disebabkan karena energi ransum yang sangat
tinggi dan sebagian karena defisiensi ringan
dari protein. Kelebihan energi tersebut akan
dirubah kedalam lemak tubuh disamping
menghasilkan tubuh akhir (body finish) yang
dikehendaki untuk dipasarkan (Anggorodi,
1984). Hal lain yang perlu mendapat perhatian
adalah kepadatan kandang tidak terlalu padat
karena akan berakibat pada performa ayam
176

itu sendiri seperti konsumsi ransum menurun
disebabkan kesempatan makan berkurang,
sehingga pertumbuhan tidak tercapai secara
optimal, serta kanibalisme meningkat yang

menambah jumlah kematian ayam. Kandang
sistem litter dengan padat ternak menimbulkan
bau busuk karena meningkatnya kadar gas
ammonia (NH3). Kadar ammonia sebesar
50% akan menurunkan 8% berat badan ayam
umur 7 minggu. Kondisi litter yang basah
menimbulkan penyakit snot, cacingan, dan
lain sebagainya. Keseimbangan energi dan
protein dalam ransum sangat penting dalam
setiap tahapan pertumbuhan broiler, demikian
pula pemberian lemak harus berimbang antara
starter dan finisher yaitu masing-masing
dalam ransum sebesar 7% dan 6% (Djannah,
1985).
METODE
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
Kebun Percobaan Pandu, Kecamatan Wori

Kabupaten Minahasa Utara, pada bulan
Februari sampai bulan Juni 2015. Materi
penelitian menggunakan DOC ayam pedaging
strain CP 707. Bahan kandang menggunakan
bambu, atap rumbia, dan kayu. Adapun
peralatan lainnya seperti timbangan, tempat
minum, tempat pakan, terpal, lampu, alat
tulis menulis, sekam, koran, obat-obatan dan
lain-lain disediakan di dalam kandang. Sistem
kandang panggung percobaan dibagi 24 unit
percobaan masing-masing berukuran panjang
100 cm, lebar 100 cm dan tinggi 50 cm. Setiap
plot percobaan kandang dilengkapi dengan
wadah pakan dan galon tenteng tipe manual.
Pakan yang digunakan adalah jagung kuning,
konsentrat ayam pedaging, bungkil kelapa,
dedak halus, tepung ikan, dan topmix (Tabel
1). Pemberian minum dilakukan bersamaan
dengan pemberian pakan.
Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang diamati antara
lain konsumsi ransum harian, pertambahan
bobot badan harian, konversi ransum,
persentase bobot karkas, dan mortalitas.

Pengaruh Imbangan Energi dan … (Silondae dan Polakitan)

Vol. 20 (3): 175-180

Tabel 1. Kandungan nutrisi dan energi metabolis pakan
No
1
2
3
4
5
6

Bahan pakan
Jagung Kuning

Konsentrat*
Bungkil kelapa
Dedak Halus
Tepung ikan
Premix/Topmix

Protein
(%)
9
36
20.5
13.6
61.8

Lemak
(%)
3,9
3,0-8,0
1,8
4,0

4,0

Serat kasar
(%)
2.2
8
10.3
8
0.6

Energi metabolis
(kkal/kg)
3360
2100
3050
2740
2910

Sumber: Rahayu et al., 2011; *SNI 2009


Analisa Data
Rancangan percobaan dalam penelitian
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)
pola faktorial 3x2 dengan empat kali ulangan.
Perlakuan terdiri atas dua faktor, dimana
faktor pertama adalah adalah kepadatan
ternak (A) terdiri atas tiga taraf perlakuan
yaitu 4 ekor/m2 (A1), 8 ekor/m2 (A2), dan 12
ekor/m2 (A3). Faktor kedua adalah imbangan
energi dan protein (B), terdiri atas dua taraf
perlakuan yaitu: 2900 kkal/kg : 22% PK (B1),
dan 3100 kkal/kg : 19% PK (B2), dengan
demikian diperoleh 6 perlakuan dan 4 ulangan
sehingga terdapat 24 unit percobaan.
Kombinasi perlakuan antara lain:
a). A1B1 : 4 ekor/m2 - 2900 kkal/kg (EM) : 22
% (PK)
b). A1B2 : 4 ekor/m - 3100 kkal/kg (EM) : 19
% (PK)
c). A2B1 : 8 ekor/m2 - 2900 kkal/kg (EM) : 22
% (PK)
d). A2B2 : 8 ekor/m2 - 3100 kkal/kg (EM) : 19
% (PK)
e). A3B1 : 12 ekor/m2 - 2900 kkal/kg (EM) :
22 % (PK)
f). A3B2 : 12 ekor/m2 - 3100 kkal/kg (EM) :
19 % (PK)
Analisa data menggunakan sidik ragam
dan uji F, bila terdapat perlakuan yang berbeda
nyata dilakukan analisa lanjutan dengan uji
beda nyata terkecil (Steel and Torrie,1995).
Penyusunan ransum berdasarkan kandungan
nutriennya dapat dilihat pada Tabel 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji pengaruh imbangan energi
dan protein terhadap performa ayam pedaging
disajikan pada Tabel 2.
Konsumsi Ransum Harian
Berdasarkan analisa statistik, perlakuan
imbangan energi protein dan kepadatan
kandang berpengaruh nyata terhadap
konsumsi ransum harian ayam pedaging.
Diketahui konsumsi ransum ayam pedaging
menunjukkan perbedaan yang signifikan
antara perlakuan (Tabel 2), dengan konsumsi
ransum paling rendah terdapat pada perlakuan
A1B1 (4 ekor/m2 - 2900 kkal/kg (EM) : 22
%(PK), sebesar 594,11, A2B2 dan A2B1
sebesar 861,11 dan 964,71. Sedangkan A1B2,
A3B1 dan A3B2 menunjukkan perbedaan yang
tidak signifikan. Secara numerik, perlakuan
A1B2 (4 ekor/m2 - 3100 kkal/kg(EM) : 19
%(PK) tidak berbeda jauh lebih tinggi dengan
kepadatan kandang 12 ekor/m. Tahapan
pertumbuhan ayam turut dipengaruhi oleh
kandungan energi rasio dalam ransum.
Apabila kandungan energinya rendah maka
ayam akan makan lebih banyak begitupun
sebaliknya. Soeharsono (1976) menyarankan
besaran energi rasio untuk broiler fase finisher
sebesar 3000 kkal/kg dan protein 22%,
sementara Yuwananta (2004), menambahkan
sampai 3200 kkal/kg dalam ransum.
Pertambahan Bobot Badan Harian
Kepadatan ternak dalam setiap plot
percobaan menyebabkan tingkat persaingan
makan yang berbeda pula. Kepadatan ternak

Pengaruh Imbangan Energi dan … (Silondae dan Polakitan)

177

Vol. 20 (3): 175-180

Tabel 2. Pengaruh imbangan energi dan protein serta kepadatan kandang terhadap penampilan
ayam pedaging

Perlakuan
A1B1
A1B2
A2B1
A2B2
A3B1
A3B2

Konsumsi
Ransum
Harian
(g/ekor)
594,14c
1569,82a
964,71b
861,11b
1459,36a
1397,93a

Pertambahan
Bobot Badan
Harian
(g/ekor)
202,27
161,89
202,80
186,08
189,76
227,71

Konversi
ransum

Persentase
Bobot karkas
(%)

Mortalitas
(ekor)

0,96c
2,60a
1,59b
1,46b
2,52a
2,48a

85
80
83
83
84
84

1
-

Keterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan (P