Tata pemerintahan yang baik dan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Istilah Clean and Good Governance (pengelolaan atau tata
pemerintahan yang bersih dan baik) merupakan wacana yang mengiringi
gerakan reformasi.wacana clean dan good governance sering kali dikaitkan
dengan tuntunan akan pengelolaan pemerintah yang professional, akuntabel,
dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Terjadinya krisis ekonomi
di Indonesia antara lain disebabkan oleh tata cara penyelenggaraan
pemerintahan yang tidak dikelola dan diatur dengan baik. Akibatnya timbul
berbagai masalah seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang sulit
diberantas, masalah penegakan hukum yang sulit berjalan, monopoli dalam
kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat yang
memburuk.
Masalah-masalah tersebut juga telah menghambat proses pemulihan
ekonomi Indonesia, sehingga jumlah pengangguran semakin meningkat,
jumlah penduduk miskin bertambah, tingkat kesehatan menurun, dan
bahkan telah menyebabkan munculnya konflik-konflik di berbagai daerah
yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan negara Republik Indonesia.
Bahkan kondisi saat inipun menunjukkan masih berlangsungnya praktek
dan perilaku yang bertentangan dengan kaidah tata pemerintahan yang baik,
yang bisa menghambat terlaksananya agenda-agenda reformasi.
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah landasan bagi
pembuatan dan penerapan kebijakan negara yang demokratis dalam era
globalisasi. Fenomena demokrasi ditandai dengan menguatnya kontrol
masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan, sementara fenomena
globalisasi ditandai dengan saling ketergantungan antarbangsa, terutama
dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomi dan aktivitas dunia usaha
(bisnis).
Kedua perkembangan diatas, baik demokratisasi maupun globalisasi,
menuntut redefinisi peran pelaku-pelaku penyelenggaraan pemerintahan.
Pemerintah, yang sebelumnya memegang kuat kendali pemerintahan, cepat
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .1
atau lambat harus mengalami pergeseran peran dari posisi yang serba
mengatur dan mendikte ke posisi sebagai fasilitator. Dunia usaha dan
pemilik modal, yang sebelumnya berupaya mengurangi otoritas negara yang
dinilai cenderung menghambat perluasan aktivitas bisnis, harus mulai
menyadari pentingnya regulasi yang melindungi kepentingan publik.
Sebaliknya, masyarakat yang sebelumnya ditempatkan sebagai penerima
manfaat (beneficiaries), harus mulai menyadari kedudukannya sebagai
pemilik kepentingan yang juga harus berfungsi sebagai pelaku.
Oleh karena itu, tata pemerintahan yang baik perlu segera dilakukan
agar segala permasalahan yang timbul dapat segera dipecahkan dan juga
proses pemulihan ekonomi dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin kami sampaikan:
a. Apa pengertian Good Governance?
b. Bagaimana prinsip-prinsip Good Governance?
c. Bagaimana cara mengembangkan struktur organisasi dan manajemen
perubahan?
d. Bagaimana hubungan antara good governance dengan otonomi
daerah?
e. Bagaimana optimalisasi pelaksanaan otonomi daerah
melalui Good Governance?
f. Bagaimana tata kelola kepemerintahan yang bersih
dan gerakan anti KKN?
g. Apa asal usul korupsi dinegara berkembang?
h. Apa itu dampak korupsi?
i. Bagaimna Strategi Penataan Aparatur dalam Pelaksanaan Good
Governance Menuju Pemerintahan Yang Bersih ?
1.3. Tujuan Penulisan
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .2
Adapun tujuan penulisan yang ingin kami sampaikan sebagai berikut:
a. Mengetahui pengertian Good Governance
b. Mengetahui prinsip-prinsip Good Governance
c. Mengetahui cara mengembangkan struktur organisasi dan manajemen
perubahan
d. Mengetahui hubungan antara good governance dengan otonomi
daerah
e. Mengetahui optimalisasi pelaksanaan otonomi daerah
melalui Good Governance
f. Menjelaskan tata kelola kepemerintahan yang bersih
dan gerakan anti KKN
g. Mengetahui asal usul korupsi dinegara berkembang
h. Mengetahui pengertian dampak korupsi
i. Mengetahui Strategi Penataan Aparatur dalam Pelaksanaan Good
Governance Menuju Pemerintahan Yang Bersih
1.4. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang ingin kami sampaikan sebagai berikut:
a. Makalah ini hanya membahas mengenai tata pemerintahan yang baik
b. Makalah ini tidak membahas tata pemerintahan yang baik kepada
setiap otonomi daerah
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .4
BAB III
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Tata Pemerintahan yang Baik
Tata Pemerintahan yang baik (Good Governance) adalah tindakan atau
tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat mengarahkan,
mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik untuk mewujudkan nilai-nilai
itu dalam tindakan dan kehidupan keseharian. Indikator pemerintahan yang baik
adalah jika produktif dan memperlihatkan hasil dengan indikator kemampuan
ekonomi rakyat meningkat dalam aspek produktifitas maupun dalam daya belinya,
kesejahteraan spiritualitasnya terus meningkat dengan indikator rasa aman, tenang
dan bahagia serta sense of nationality yang baik.
Dan dalam arti yang lebih luas, good governance dapat
diartikan “suatu kesepakatan menyangkut pengaturan Negara
yang diciptakan bersama pemerintah, masyarakat madani (civil
society) dan sektor swasta. Kesepakatan tersebut mencakup
keseluruhan bentuk mekanisme, proses dan lembaga-lembaga
dimana
warga
dan
kepentingannya,
kelompok
menggunakan
masyarakat
hak
mengutarakan
hukum,
memenuhi
kewajiban dan menjembatani perbedaan diantara mereka. ”Good
and Clean Governance” memiliki pengertian akan segala hal
yang
terkait
dengan
atau
tingkahlaku
yang
bersifat
mengarahkan,mengendalikan, atau mempengaruhi urusan publik
untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan seharihari.
Prinsip demokrasi yang bertumpu pada peran sentral
warga negara dalam proses sosial politik bertemu dengan
prinsip-prinsip
dasar
good
governance,
yaitu
pengelolaan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa yang dirumuskan
bersama oleh pemerintah dan komponen masyarakat madani.
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .5
Pemerintahan dikatakan baik jika pembangunan dapat dilakukan
dengan biaya yang sangat minimal namun dengan hasil yang
maksimal. Good and Clean Governance dapat terwujud maksimal
jika ditopang oleh 2 unsur yang saling terkait negara dan
masyarakat madani yang di dalamnya terdapat sektor swasta.
2.2. Pendapat Ahli Mengenai Tata Pemerintahan yang Baik
2.2.1. Menurut Taylor, good governance adalah pemerintahaan
yang demokratis seperti yang dipraktikan dalam Negaranegara demokrasi maju di Eropa Barat dan Amerika misalnya
(Saiful Mujani, 2001)
2.2.2. Andi Faisal Fakti,
good
governance
dapat
diartikan
sebagai :mengejawatkan nilai nilai luhur dalam mngarahkan
warga negara kepada masyarakat dan pemerintahan yang
berkeadaban melalui wujud pemerintahan yang suci dan
damai.
2.2.3. Bakti Santoso mengatakan bahwa good governance adalah
pelaksanaan politik.
2.3. Prinsip-prinsip Good Governance
Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsipprinsip didalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak
ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai
bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good
governance. Prinsip-prinsip itu diantaranya adalah:
2.3.1. Partisipasi
Partisipasi (Participation) adalah semua warga berhak terlibat dalam
pengambilan keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga
perwakilan yang sah untuk mewakili kepentingan mereka. Partisipasi
menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan
mengungkapkan pendapat serta kapasitas untuk berpartisipasi secara
konstruktif.
2.3.2. Penegakan Hukum
Penegakan Hukum (Rule of Law) adalah partisipasi masyarakat dalam
proses
politik
dan
perumusan-perumusan
kebijakan
publik
memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Tanpa diimbangi oleh
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .6
sebuah hukum dan penegakkannya yang kuat, partisipasi akan
berubah menjadi proses politik yang anarkis.
Karakter dalam menegakkan rule of law:
Supremasi hukum (the supremacy of law);
Kepastian hukum (legal certainty);
Hukum yang responsif;
Penegakkan hukum yang konsisten dan non-diskriminasi;
Independensi peradilan.
2.3.3. Transparansi
Salah satu yang menjadi persoalan bangsa di akhir masa orde baru
adalah merebaknya kasus-kasus korupsi yang berkembang sejak awal
masa rejim kekuasaannya. Salah satu yang dapat menimbulkan dan
memberi
ruang
gerak
kegiatan
korupsi
adalah
manajemen
pemerintahan yang tidak transparan. Aspek mekanisme pengelolaan
negara yang harus dilakukan secara transparan.
Setidaknya ada 8 aspek yaitu:
Penetapan posisi, jabatan atau kedudukan
Kekayaan pejabat publik
Pemberian penghargaan
Penetapan kebijakan yang terkait dengan
pencerahan
kehidupan
Kesehatan
Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik
Keamanan dan ketertiban
Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat
2.3.4. Responsif (Responsiveness)
Pemerintah harus peka dan cepat tanggap terhadap persoalanpersoalan
masyarakat.
Sebagai
konsekuensi
logis
dari
keterbukaan, setiap komponen yang terlibat dalam
proses pembangunan good governance harus memiliki
daya tanggap terhadap keinginan atau keluhan para
pemegang saham (stake holder). Upaya peningkatan
daya tanggap tersebut, terutama ditujukan pada sektor
publik yang selama ini cenderung tertutup, arogan,
serta berorientasi pada kekuasaan. Untuk mengetahui
kepuasan
masyarakat
terhadap
pelayanan
yang
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .7
diberikan oleh sektor publik, secara periodik perlu
dilakukan survei untuk mengetahui tingkat kepuasan
konsumen (customer satisfaction).
2.3.5. Orientasi Kesepakatan (Consencus Orientation)
Pengambilan putusan melalui proses musyawarah dan semaksimal
mungkin berdasar kesepakatan bersama. Kegiatan bernegara,
berpemerintahan, dan bermasyarakat pada dasarnya
merupakan aktivitas politik, yang berisi dua hal utama,
yaitu konflik dan konsensus. Dalam good governance,
pengambilan keputusan ataupun pemecahan masalah
bersama lebih diutamakan berdasarkan konsensus,
yang dilanjutkan dengan kesediaan untuk konsisten
melaksanakan
konsensus
yang
telah
diputuskan
bersama. Konsensus bagi bangsa indonesia sebenarnya
bukanlah hal yang baru, karena nilai dasar kita dalam
memecahkan
persoalan
bangsa
adalah
melalui
musyawarah untuk mufakat.
2.3.6. Keadilan (Equity)
Melalui prinsip good governance, setiap warga negara
memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh
kesejahteraan.
Akan
tetapi,
karena
kemampuan
masing-masing warga negara berbeda-beda, sektor
publik harus memainkan peranan agar kesejahteraan
dan keadilan dapat berjalan seiring sejalan.
2.3.7. Efektifitas (Effectiveness) dan Efisiensi (Efficiency)
Agar pemerintahan efektif dan efisisen, maka para pejabat perancang
dan pelaksana tugas-tugas pemerintahan harus mampu menyusun
perencanaan-perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan nyata dari
masyarakat, secara rasional dan terukur.
2.3.8. Akuntabilitas (Accountability)
Pertanggungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang
memberinya delegasi dan kewenangan untuk mengurusi berbagai
urusan dan kepentingan mereka, setiap pejabat publik dituntut untuk
mempertanggungjawabkan
semua
kebijakan,
perbuatan,
moral,
maupun netralitas sikapnya terhadap masyarakat.
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .8
2.3.9. Visi Strategis (Syrategic Vision)
Pandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan datang.
Kualifikasi ini menjadi penting dalam kerangka perwujudan good
governance, karena perubahan dunia dengan kemajuan teknologinya
yang begitu cepat. Dalam era yang berubah secara dinamis,
setiap domain dalam good governance harus memiliki
visi yang strategis. Tanpa visi semacam itu, suatu
bangsa dan negara akan mengalami ketertinggalan. Visi
itu, dapat dibedakan antara visi jangka panjangm (long
time vision) antara 20 sampai 25 tahun serta visi jangka
pendek (short time vision) sekitar 5 tahun.
Prinsip-prinsip good governance pada dasarnya
mengandung nilai yang bersifat objektif dan universal
yang menjadi acuan dalam menentukan tolak ukur atau
indikator
dan
ciri-ciri/karakteritik
penyelenggaraan
pemrintahan negara yang baik. Prinsip-prinsip good
governance dalam praktik penyelenggaraan negara
dituangkan dalam tujuh asas umum penyelenggaraan
negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Berih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Prinsip
atau
asas
umum
dalam
penyelenggaraan
negara yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor
28 tahun 1999 meliputi sebagai berikut:
Asas kepastian hukum adalah asas dalam negara
hukum yang mengutamakan landasan
perundang-undangan,
kepatutan,
dan
peraturan
keadilan
dalam setiap kebijakan enyelenggaraan negara.
Asas tertib penyelenggaraan negara adalah asas
yang menjadi landasan keteraturan, keserasian dan
keseimbangan
dalam
pengendalian
penyelenggaraan negara.
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .9
Asas
kepentingan
umum adalah
asas
yang
mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara
aspiratif, akomodatif, dan selektif.
Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri
terhadap
hak
masyarakat
untuk
memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif,
tentang
penyelenggaraan
negara
dengan
tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi,
golongan dan rahasia negara.
Asas
proporsionalitas adalah
mengutamakan
keseimbangan
asas
antara
yang
hak
dan
kewajiban penyelenggaraan negara.
Asas
profersionalitas adalah
asas
yang
mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode
etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan
bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggaraan
negara
harus
dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau
rakyat
negara
sebagai
pemegang
sesuai
dengan
kedaulatan
ketentuan
tertinggi
peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Disamping
itu,
juga
terdapat
pilar-pilar
good
governance diantaranya:
1) Negara
atau
pemerintahan
(state),
berfungsi
dalam hal:
a. Menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial
yang stabil
b. Membuat
peraturan
yang
efektif
dan
berkeadilan
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .10
c. Menyediakan public service yang efektif dan
accountable
d. Menegakkan HAM
e. Melindungi lingkungan hidup
f. Mengurus
standar
kesehatan
dan
standar
keselamatan publik.
2) Sektor swasta atau dunia usaha (private sector),
berfungsi dalam hal:
a. Menjalankan industri
b. Menciptakan lapangan kerja
c. Menyediakan insentif bagi karyawan
d. Meningkatkan standar hidup masyarakat
e. Memelihara lingkungan hidup
f. Menaati peraturan
g. Transfer
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
kepada masyarakat
h. Menyediakan kredit bagi pengembangan UKM
3) Masyarakat (society), berfungsi dalam hal:
a. Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi
b. Mempengaruhi kebijakan public
c. Sebagai
sarana
cheks
and
balances
pemerintah
d. Mengawasi
penyalahgunaan
kewenangan
sosial pemerintah
e. Mengembangkan SDM
f. Sarana
berkomunikasi
antar
anggota
masyarakat
pada negara yang sedang berkembang yang
sektor swasta dan sektor masyarakat relatif belum
maju, sektor pemerintah memegang peranan yang
sangat menentukan. Sektor pemerintah harus bertindak
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .11
sebagai promotor pembangunan. Pada saatnya apabila
sektor swasta dan sektor masyarakat semakin maju
karena
pembangunan,
secara
bertahap
peranan
mulai
sektor
berkurang.
pemerintah
Tarik-menarik
peranan antara sektor pemerintah dan sektor swasta
dan sektor masyarakat apabila tidak dikelola secara
bijak akan dapat menimbulkan berbagai ketegangan
sosial. Dalam hal ini diperlukan pimpinan nasional yang
memiliki dukungan legitimasi politik yang kuat, memiliki
kharisma,
serta
kemampuan
mnajerial
untuk
mengendalikan perubahan.
2.4. Cara Mengembangkan Struktur Organisasi Dan Manageman
Perubahan
Menurut Lukman Hakim Saifuddin, (2004) good governance di
Indonesia adalah penyelenggaraan peerintahan yang baik yang dapat
diartikan sebagai suatu mekanisme pengelolaan sumber daya dengan
substansi dan implementasi yang diarahkan untuk mencapai pembangunan
yang efisien dan efektif secara adil. Oleh karena itu, good governance akan
tercipta di antara unsur-unsur negara dan institusi kemasyarakatan (ormas,
LSM, pers, lembaga profesi, lembaga usaha swasta, dan lain-lain) memiliki
keseimbangan dalam proses checks and balances dan tidak boleh satu pun
di antara mereka yang memiliki kontrol absolute.
Pengembangan publil good governance di Indonesia akan menunjuk
pada sekumpulan nilai (cluster of values), yang notabane sudah lama hidup
dan berkembang di masyarakat Indonesia. Sekumpulan nilai yang dimaksud
tersebut adalah 11 (sebelas) nilai good governance yakni (1) check and
balances, decentralization, effectiveness, efficiency, equity, human rights
protection, integrity,
participation, pluralism, predictability, rule of
law, dan transparency.
Pertanyaan yang muncul kemudian dalam implementasinya adalah
bagaimana mendekati, mengidentifikasi, mengurai, dan mengupayakan
pemecahan persoalan penegakan good governance. Menurut Lukman
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .12
Hakim, ada tiga faktor determinan pencapaian good governance, yakni
lembaga atau pranata (institutions/system), sumber daya manusia (human
factor), dan budaya (cultures).
Terkait dengan tiga faktor determinan tersebut, pada subbab ini akan
dibahas tentang lembaga atau pranata, budaya dan sumber daya manusia
dalam dua bagian, yaitu struktur organisasi dalam good governance dan
manajemen perubahan yang diperlukan oleh organisasi.
1. Struktur Organisasi dalam Good Governance
Globalisasi
dan
perkambangan
informasi
akan
mempercepat
perubahan organisasi. Menurut Tulis (2000), perubahan terhadap
sumber daya manusia sebesar 10 persen saja dapat mengubah struktur
organisasi, selain perubahan ang disebabkan faktor teknologi,
ekonomi, politik, dan sosial. Praktik manajemen yang lama baik
menyangkut struktur organisasi, personel, dan tugas pokok, akan
menyebabkan resistensi terhadap perubahan dan menyebabkan sulitnya
melakukan restrukturisasi organisasi dalam rangka mencapai efisiensi.
Dalam rangka menghadapi perubahan yang begitu cepat, maka
beberapa hal yang penting dilakukan adalah :
a. Memelihara kesadaran yang tinggi akan urgensi
Perubahan besar dalam organisasi, baik struktur dan budaya tidak akan
pernah sukses bila organisasi tersebut cepat puas. Kesadaran tinggi
akan tingkat urgensi yaitu memahami hak yang mendesak dan
menempatkannya sebagai prioritas dalam menghadapinya, sangat
membantu proses mengatasi masalah dan langkah perubahan yang
besar. Peningkatan fungsi organisasi akan menyebabkan tingginya
tingkat organisasi. Untuk memelihara urgensi tingkat tinggi maka
diperlukan sistem informasi manajemen yang menyangkut sistem
informasi akuntansi, untuk keuangan, sistem informasi sumber daya
manusia (SDM) untuk mengukur kinerja SDM, dan sistem informasi
lain yang diperlukan oleh organisasi. Sistem informasi ini akan
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .13
menjamin kecermatan dan kejelian data, sehingga data yang digunakan
untuk pengambilan keputusan yang valid.
b. Penyusunan pranata organisasi
Misi dan tujuan setiap organisasi sektor publik adalah memuaskan para
pihak yang berkepentingan dengan pelayanan publik serta melestarikan
tingkat kepuasan masyarakat. Tanangan untuk mencapai kepuasan
adalah melalui mutu pelayanan yang prima atas pelayanan dan
kepercayaan publik. Permasalahan dalam peningkatan mutu ini pada
birokrasi terkendala dengan sumber informasi yang terbatas, tingkat
pengetahuan aparat yang tidak memadai, budaya birokrasi, dan
pengambilan keputusan yang tidak efektif karena delegasi wewenang
yang tidak optimal serta tidak adanya insentif dan berkorelasi dengan
sistem penggajian.
Permasalahan dalam penyusunan pranata organisasi adalah masalah
keagenan, yaitu kebijaksanaan yang salah dan berjalan terus-menrus,
program yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta
pekerjaan yang tidak berkonstruksi terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Singkatnya, tantangan utama dalam mendesain dan
pengembangan pranata organisasi pemerintah dan sistem nasional
adalah mengoptimalkan informasi pengambilan keputusan serta
menciptakan sistem penggajian yang sepadan dengan kinerja.
Perbaikan sistem informasi dan sistem penggajian berbasis kinerja ini
akan meningkatkan mutu layanan dan kepercayaan publik.
c. Perubahan Struktur Organisasi
Perubahan kondisi pasar, teknologi, sistem sosial, regulasi, dan
pelaksanaan Good
Governance dapat
memengaruhi
struktur
pengembangan organisasi. Untuk perubahan struktur organisasi perlu
dilakukan analisis biaya dan manfaat terhadap pengaruh pelayanan
public terhadap organisasi melalui perubahan yang bersifat strategis.
Perubahan
struktur
organisasi
mencakup
tiga
unsur
sebagai
determinan, yaitu: (a) sistem pendapatan wewenang, tugas pokok,
fungsi dan tanggung jawab, (b) sistem balas jasa yang sepadan, dan (c)
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .14
sistem evaluasi indikator atau pengukuran kinerja untuk individu dan
unit organisasi. Masalah utama dalam perubahan struktur organisasi
adalah
meyakinkan
diri
bahwa
pengambilan
keputusan
dan
akuntabilitas semua pihak yang berkepentingan terhadap organisasi
mempunyai informasi dan pengetahuan yang relevan mengambil
keputusan yang baik dan benar serta adanya insentif sepadan yang
menggunakan informasi secara produktif dan terpercaya. Perubahan
lingkungan yang berpengaruh terhadap perubahan struktur organisasi,
biaya, dan manfaat langsung maupun tidak langsung harus dianalisis
secara cermat dan hati-hati.
Dalam rangka pelaksanaan GG, makia organisasi modern dapat
melakukan :
1.
Kesadaran yang tinggi terhadap tingkat urgensi
2.
Kerja sama tim yang baik dalam tatanan staf dan manajemen
3.
Bisa menciptakan dan mengomunikasikan visi, misi, dan program
dengan baik
4.
Pemberdayaan semua karyawan dengan memerhatikan minat dan
bakat
5.
Memberikan delegasi wewenang dengan efektif
6.
Mengurangi ketergantungan yang tidak perlu, dan
7.
Mengembangkan budaya organisasi yang adaptif dan penggunaan
analisis kinerja
2. Manajemen Perubahan
Sesuai
dengan
pertimbangan
TAP
MPR
RI
Nomor
II/MPR/1999, masalah krisis multidimensi yang melanda negara
Indonesia merupakan penghambat perwujudan cita-cita dan tujuan
nasional. Reformasi di segala bidang, diharapkan dapat menjadi suatu
langkah penyelamatan, pemulihan, pemantapan dan pengembangan
pembangunan serta penguatan kepercayaan diri
Kemampuan para pemimpin penyelenggara pemerintahan dan
masyarakat yang mengelola perubahan menjadi sangat krisis dan
strategis, terutama sensitifitas dan responsibilitas terhadap tanda dan
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .15
waktu perubahan tersebut diperlukan, khususnya dalam langkah
penyelamatan, pemulihan, dan pengembangan. Ada dua hal yang perlu
ditekankan dalam manajemen perubahan, yaitu mengapa ada perubahan
yang berhasil dan ada yang gagal?
Perubahan yang gagal disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
a. Terlalu cepat puas
b.
Team work yang gagal
c. Merumuskan visi, misi, dan program dengan kurang tepat
d.
Gagal menciptakan harapan sukses kepada seluruh anggota
organisasi
e. Menganggap perubahan sudah selesai dan hanya sekali
memerlukan perubahan, dan
f.
Tidak bisa mengubah symbol, nilai, sikap dan norma organisasi dari
yang lama menjadi budaya yang baru dalam organisasi.
Untuk mengurangi kegagalan dalam perubahan budaya organisasi,
maka harus dihilangkan atau dikurangi dampak negatif dari perubahan
seperti bubarnya organisasi, kehilangan pasar dan kepuasaan pelanggan,
penurunan gaji dan harus dikikis dengan menjelaskan mengapa
organisasi perlu mengadakan perubahan, bagaimana tahap perubahan,
bagaimana hasil akhir dari perubahan, dan bagaimana peran serta dari
setiap
anggota
organisasi
dalam
perubahan.
Untuk
mencapai
keberhasilan dalam perubahan, ada beberapa hal yang diperlukan, yaitu:
1. Menetapkan strategi, pentingnya, dan tahapan perubahan
2. Mengembangkan semangat kerja sama tim yang tinggi
3. Mengembangkan strategi komunikasi untuk menyampaikan visi,
misi, program perubahan, sehingga anggota dapat termotivasi, dan
4. Memberdayakan
setiap
anggota
organisasi
sesuai
dengan
kompetensi minat, dan bakat.
2.5. Hubungan Antara Good Governance Dengan Otonomi Daerah
Upaya pelaksanaan tata pemerintahan yang baik, UU
No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan
salah
salu
instrumen
yang
merefleksikan
keinginan
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .16
pemerintah untuk melaksanakan tata pemerintahan yang
baik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal ini
dapat dilihat dari indikator
transparansi
dan
upaya
penciptaan
penegakan hukum,
partisipasi.
Dalam
hal
penegakan hukum, UU No. 32 Tahun 2004 telah mengatur
secara
tegas
upaya
pemerintahan
hukum
daerah
yang
bagi
para
penyelenggara
diindikasikan
melakukan
penyimpangan.
Dari sistem penyelenggaraan pemerintahan sekurangkurangnya
terdapat
7
elemen
penyelenggaraan
pemerintahan yang saling mendukung tergantung dari
bersinergi satu sama lainnya, yaitu :
1. Urusan Pemerintahan
2. Kelembagaan
3 Personil
4. Keuangan
5. Perwakilan
6. Pelayanan Publik
7. Pengawasan.
Ketujuh elemen di atas merupakan elemen dasar yang
akan ditata dan dikembangkan serta direvitalisasi dalam
koridor UU No. 32 Tahun 2004. Namun disamping penataan
terhadap tujuan elemen dasar diatas, terdapat juga hal-hal
yang bersifat kondisional yang akan menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari grand strategi yang merupakan
kebutuhan nyata dalam rangka penataan otonomi daerah di
Indonesia secara keseluruhan yaitu penataan Otonomi
Khusus NAD dan Daerah Istimewa Yogyakarta, dari Papua
penataan
daerah
dari
wilayah
perbatasan,
serta
pemberdayaan masyarakat.Setiap elemen tersebut disusun
penataannya dengan langkah-langkah menyusun target
ideal yang harus dicapai, memotret kondisi senyatanya dari
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .17
mengidentifikasi gap yang ada antara target yang ingin
dicapai dibandingkan kondisi rill yang ada saat ini.
Meskipun dalam pencapaian Good Governance rakyat
sangat berperan, dalam pembentukan peraturan rakyat
mempunyai hak untuk menyampaikan aspirasi, namun
peran
negara
sebagai
organisasi
yang
bertujuan
mensejahterakan rakyat tetap menjadi prioritas. Untuk
menghindari kesenjangan didalam masyarakat pemerinah
mempunyai peran yang sangat penting. Kebijakan publik
banyak
dibuat
dengan
menafikan
faktor
rakyat
yang
menjadi dasar absahnya sebuahnegara. UU no 32 tahun
2004 yang memberikan hak otonami kepada daerah juga
menjadi salah satu bentuk bahwa rakyat diberi kewenangan
untuk mengatur dan menentukan arah perkembangan
daerahnya
sendiri.
Dari
pemilihan
kepala
daerah,
perimbangan keuangan pusat dan daerah (UU no 25 tahun
1999). Peraturan daerah pun telah masuk dalam Tata urutan
peraturan perundang - undangan nasional (UU no 10 tahun
2004), Pengawasan oleh masyarakat.
Sementara itu dalam upaya mewujudkan transparansi
dalam penyelenggaran pemerintahan diatur dalam Pasa127
ayat (2), yang menegaskan bahwa sistem akuntabilitas
dilaksanakan
dengan
memberikan
laporan
kewajiban
Kepala
penyelenggaraan
Daerah
untuk
pemerintahan
daerah kepada Pemerintahan, dan memberikan laporan
keterangan
pertanggungjawaban
kepada
DPRD,
serta
menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan
daerah kepada masyarakat.
Sistem
akuntabilitas
semacam
ini
maka
terdapat
keuntungan yang dapat diperoleh yakni, akuntabilitas lebih
dapat terukur tidak hanya dilihat dari sudut pandang politis
semata. Hal ini merupakan antitesis sistem akuntabilitas
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .18
dalam UU No. 22 Tahun 1999 dimana penilaian terhadap
laporan pertanggungjawaban kepala daerah oleh DPRD
seringkali tidak berdasarkan pada indikator-indikator yang
tidak jelas. Karena akuntabilitas didasarkan pada indikator
kinerja
yang
terukur,maka
penyelenggaraan
laporan
pemerintahan
keterangan
daerah
tidak
mempunyaidampak politis ditolak atau diterima. Dengan
demikian
maka
stabilitas
penyelenggaraanpemerintahan
daerah dapat lebih terjaga.
Masyarakat memiliki hak untuk melakukan pengawasan
terhadap
penyelenggaraan
pemerintahan
daerah.
Pelaksanaan pengawasan oleh masyarakat dapat dilakukan
oleh masyarakat sebagai perorangan, kelompok maupun
organisasi
indikasi
dengan
cara:
terjadinya
Pemberian
korupsi,
kolusi
informasi
atau
adanya
nepotisme
di
lingkungan pemerintah daerah maupun DPRD. Penyampaian
pendapat dan saran mengenai perbaikan, penyempurnaan
baik preventif maupun represif atas masalah.
Informasi dan pendapat tersebut disampaikan kepada
pejabat yang berwenang dan atau instansi yang terkait.
Menurut Pasal 16 Keppres No. 74 Tahun 2001, masyarakat
berhak memperoleh informasi perkembangan penyelesaian
masalah yang diadukan kepada pejabat yang berwenang.
Pasal
kepada
tersebut
berusaha
masyarakat
untuk
dalam
memberikan
menjalankan
kekuatan
pengawasan.
Dengan demikian, jelas bahwa Undang-undang Nomor 32
tahun 2004 dipersiapkan untuk menjadi instrumen yang
diharapkan
konsep
dapat
good
menjadi
governance
ujung
tombak
dalam
pelaksanaan
penyelenggaraan
pemerintahan di indonesia.
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .19
2.6. Optimalitas Pelaksanaan Otonomi Daerah Melalui Good
Governance
Good
pergeseran
governance
paradigma
dapat
ditinjau
konsep
sebagai
bentuk
goverment (pemerintah)
menjadi governance (kepemerintahan).
Secara
epistemologis, perubahan paradigma goverment berwujud
pada pergeseran mindset dan orientasi birokrasi sebagai
unit pelaksana dan penyedia layanan bagi masyarakat, yang
semula birokrat melayani kepentingan kekuasaan menjadi
birokrat yang berorientasi pada pelayanan publik.
Salah satu bentuk layanan tersebut adalah penertiban
regulasi yang dapat menciptakan suasana yang kondusif
bagi masyarakat. Akan tetapi, sebelum lebih jauh kita
menelaah
kiat-kiat
dalam
menciptakan
regulasi
yang
kondusif, tidak ada salahnya apabila kita memulainya
dengan memahami terlebih dahulu beberapa konsep dasar
dalam kebijakan publik.
Dalam
kacamata
awam,
pemerintahan
yang
baik
identik dengan pemerintahan yang mampu memberikan
pendidikan
gratis,
membuka
banyak
lapangan
kerja,
mengayomi fakir miskin, menyediakan sembako murah,
memberikan iklik investasi yang kondusif dan bermacam
kebaikan lainnya. Dengan kata lain, pemerintah dianggap
baik
apabila
ia
mampu
melindungi
dan
melayani
masyarakatnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pelayanan
umum yang berkualitas merupakan ukuran untuk menilai
sebuah pemerintahan yang baik, sedangkan pelayanan
umum yang buruk lebih mencerminkan pemerintahan yang
miskin
inovasi
dan
tidak
memiliki
keinginan
untuk
menyejahterakan masyarakatnya (bad governance).
Berbicara tentang good governance biasanya lebih
dekat
dengan
masalah
pengelolaan
manajemen
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .20
pemerintahan dalam membangun kemitraan dengan stake
holder (pemangku kepentingan). Oleh karena itu, good
governance menjadi sebuah kerangka konseptual tentang
cara memperkuat hubungan antara pemerintah, sektor
swasta
dan
Hubungan
masyarakat
yang
dalam
harmonis
nuansa
dalam
nuansa
kesetaraan.
kesetaraan
merupakan prasyarat yang harus ada. Sebab, hubungan
yang tidak harmonis antara ketiga pilar tersebut dapat
menghambat kelancaran proses pembangunan.
2.7. Tata Kelola Kepemerintahan Yang Bersih Dan Gerakan Anti
KKN
Korupsi adalah suatu permasalah besar yang merusak
keberhasilan
pembanguna
nasional,korupsi
menjadikan
ekonomi menjadi berbiaya tinggi,politik yang tidak sehat
dan moralitas yang terus menerus merosot.
Makna korupsi
Menurut kartini kartono korupsi adalah tingkah laku individu
yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mngeduk
keuntungan pribadi merugikan kepentingan umum dan
negara.badan
pengawas
keuangan
dan
pembangunan
mendefenisikan korupsi sebagai tindakan yang merugikan
kepentingan umum dan masyarakat luas demi keuntungan
pribadi dan kelompok tertentu.
2.8. Asal Usul Korupsi Dinegara Berkembang
Beberapa hal yang menjadi akar masalah terjadinya korupsi
antara lain:
1. Kemiskinan
2. Kekuasaan
3. Budaya
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .21
4.
5.
6.
7.
Ketidaktahuan
Rendahnya kualitas moral suatu masyarakat
Lemahnya kelembagaan politik dari suatu negara
Karna penyakit bersama
2.9. Impak Korupsi
Jika di atas kita mngakui bahwa salah satu penyebab korupsi
adalah
kemiskinan
maka
korupsi
pun
menyebabkan
kemiskinan di negara berkembang,kemiskinan tersebut di
sebabkan
para
elit
kekayaan
negerinya
negara
untuk
berkembang
kepentingan
mengambil
sendiri
atau
kelompoknya.
Beberapa hal yang di sebabkan oleh prilaku korupsi adalah :
1.
Tindak korupsi mencerminkan kegagalan mencapai
tujuan tujuan yang di tetapkan pemerintah.
2. Korupsi akan segera menular ke sektor swasta dalam
situasi yang sulit diramalkan,atau melemahkan investasi
dalam negri,dan mnyisihkan pendatang baru,dengan
demikian
mngurangi
partisipasi
sektor swasta.
3. Korupsi
mencerminkan
dan
pertumbuhan
kenaikan
harga
administrasi(pembayar pajak harus ikut mnyuap karna
4.
membayar beberapa kali lipat untuk pelayan yang sama.
Jika korupsi merupakan bentuk pembayaran yang tidak
sah,hal ini akan mngurangi jumlah dana yang di
sediakan untuk publik.
5. Korupsi
merusak
mental
aparat
pemerintah,melunturkan keberanian yang di perlukan
6.
untuk mematuhi standar etika yang tinggi.
Korupsi dalam pemerintahan menurunkan rasa hormat
pada kekuasaan yang akhirnya menurunkan legilitimasi
7.
pemerintah.
Jika elit berpolitik dan penjabat tinggi pemerintah
secara luas di anggap korupsi,maka akan mnyimpulkan
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .22
tidak ada alasan bagi publik untuk tidak boleh korupsi
8.
juga.
Seorang penjabat yang korupsi adalah pribadi yang
hanya memikirkan diri sendiri tidak mau berkorban demi
kemakmuran bersama untuk masa yang akan datang.
9. Korupsi menimbulkan kerugian yang sangat besar dari
sisi produktivitas,karna waktu dan energi habis untuk
menjalin
hubungan
guna
untuk
menghindari
atau
mengalahkan sistem,untuk
mengkatkan kepercayaan
dan
yang
memberikan
alasan
objektiv
permintaan layanan yang di perlukan.
10. Korupsi karna merupakan ketidakadilan
mengenai
yang
di
lembagakan ,mau tidak mau akan menimbulkan perkara
yang harus di bawa ke pengadilan dan tuduhan tuduhan
palsu yang di gunakan pada penjabat yang jujur untuk
tujuan pemerasan.
11. Bentuk korupsi yang paling menonjol di beberapa
negara uang pelicin atau uang rokok menyebabkan
keputusan
di
timbang
berdasarkan
uang
bukan
berdasarkan kebutuhan manusia.
2.10. Strategi Penataan Aparatur dalam Pelaksanaan Good Governance Menuju
Pemerintahan Yang Bersih
Untuk mewujudkan pelaksanaan good governance secara konsisten
dan sustainable (berkelanjutan) bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi
good governance tersebut diarahkan pada upaya penciptaan aparatur yang
bersih dan berwibawa. Untuk itu, jajaran birokrasi pemerintahan harus
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .23
memahami esensi birokrasi itu sendiri dikaitkan dengan penciptaan good
governance yang dimaksud.
Dalam konteks ini David Obsorn dan Gaebler (1992) menyampaikan 10
konsep birokrasi sebagai berikut :
1. Catalytic Government : Steering rather than rowing. Aparatur dan
birokrasi berperan sebagai katalisator, yang tidak harus melaksanakan
sendiri pembangunan tapi cukup mengendalikan sumber-sumber yang
ada di masyarakat. Dengan demikian aparatur dan birokrasi harus
mampu mengoptimalkan penggunaan dana dan daya sesuai dengan
kepentingan publik.
2. Community-owned government : empower communities to solve their
own problems, rather than marely deliver service. Aparatur dan
birokrasi harus memberdayakan masyarakat dalam pemberian dalam
pelayanannya. Organisasi-organisasi kemasyarakatan sepeti koperasi,
LSM
dan
sebagainya,
perlu
diajak
untuk
memecahkan
permasalahannya sendiri, seperti masalah keamanan, kebersihan,
kebutuhan sekolah, pemukiman murah dan lain-lain.
3. Competitive government : promote and encourrage competition, rather
than monopolies”. Aparatur dan birokrasi harus menciptakan
persaingan dalam setiap pelayanan. Dengan adanya persaingan maka
sektor usaha swasta dan pemerintah bersaing dan terpaksa bekerja
secara lebih profesional dan efisien.
4. Mission-driven government : be driven by mission rather than rules”.
Aparatur dan birokrasi harus melakukan aktivitas yang menekankan
kepada
pencapaianapa
yang
merupakan
“misinya”
dari
pada
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .24
menekankan pada peraturan-peraturan. Setiap organisasi diberi
kelonggaran untuk menghasilkan sesuatu sesuai dengan misinya.
5.
Result-oriented government : result oriented by funding outcomes
rather than inputs. Aparatur dan birokrasihendaknya berorientasi
kepada kinerja yang baik. Instansi yang demikian harus diberi
kesempatan yang lebih besar dibanding instansi yang kinerjanya
kurang.
6. Cuntomer-driver government : meet the needs of the customer rather
than the bureaucracy. Aparatur dan birokrasi harus mengutamakan
pemenuhan kebutuhan mayarakat bukan kebutuhan dirinya sendiri.
7. “ente prising government : concretrate on earning money rather than
just speding it. Aparatur birokrasi harus memiliki aparat yang tahu cara
yang tepat dengan menghasilkan uang untuk organisainya, disamping
pandai menghemat biaya. Dengan demikian para pegawai akan terbiasa
hidup hemat.
8. Anticipatory government : invest in preventing problems rather than
curing crises. Aparatur dan birokrasi yang antisipasif. Lebih baik
mencegah dari pada memadamkan kebakaran. Lebih baik mencegah
epidemi daripada mengobati penyakit. Dengan demikian akan terjadi
“mental swich” dalam aparat daerah.
9. Decentralilazed government : decentralized authority rahter than build
hierarcy. Diperlukan desentralisasi dalam pengelolaan pemerintahan,
dari berorientasi hirarki menjadi partisipasif dengan pengembangan
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .25
kerjasama tim. Dengan demikian organisasi bawahan akan lebih leluasa
untuk berkreasi dan mengambil inisiatif yang diperlukan.
10. Market-oriented government : solve problemby influencing market
forces rather than by treating public programs. Aparatur dan birokrasi
harus memperhatikan kekuatan pasar. Pasokan didasarkan pada
kebutuhan atau permintaan pasar dan bukan sebaliknya. Untuk itu
kebijakan harus berdasarkan pada kebutuhan pasar.
Melengkapi konsep diatas, Obsorn dan Peter Plastrik (1996) menyampaikan
lima (5) strategi untuk pengembangan konsep Reinventing Government
yang dikenal dengan istilah “The Five C’S”, sebagai berikut :
a. Strategi inti (Core Strategi) yaitu strategi merumuskan kembali tujuantujuan penyelenggaraan pemerintahan, termasuk otonomi daerah
melalui penetapan visi, misi, tujuan, dan sasaran, arah kebijakan serta
peran-peran kelembagaan serta individu aparatur penyelenggara
pemerintahan.
b. Strategi konsekuensi (consekquency strategi), dalam hal ini perlu
dirumuskan dan ditata kembali pola-pola insensif kelembagaan
maupun individual, baik melalui pendekatan manajemen kompetitif,
manajemen bisnis (komporatisasi dan privatisasi), atau manajemen
kinerja(performance management).
c. Strategi pemakai jasa (customer strategi) aparatur birokrasi dalam hal
ini perlu melakukan reorientasi dari kepentingan politik pemerintahan,
serta orientasi pada kepentingan kelembagaannya, kearah kepentingan
pemenuhan
kebutuhan
berdasarkan
pilihan-pilihan
masyarakat
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .26
(pemakai jasa publik), peningkatan kualitas layanan, serta kompetisi
pasar yang sehat.
d.
Strategi pengendalian ( control strategy), yaitu adanya perumusan
kembali dalam upaya pengendalian organisasi, mulai dari :
Pengendalian Strategi yang merupakan proses perumusan dan
penetapan organisasi.
Pengendalian mamajemen, yang merupakan pengendalian dalam
menjaga agar pelaksanaan telah ditetapkan.
Pengendalian tugas sebagai pengendalian yang sifatnya pelaksana
(operasional).
Ketiga pengendalian ini bisa dikembangkan melalui pengembangan
struktur organisasi kelembagaan yang bertumpu pada kekuatan
aparatur seperti gugus kendali mutu ( total quality control).
e. Strategi budaya / kultur (cultur Strategi),
yaitu adanya upaya
reorientasi perilaku dan budaya aparatur serta birokrasi yang lebih
terbuka dan mampu merevitalisasi dan mengadopsi nilai-nilai budaya
(baik budaya lama maupun baru), yang lebih menyentuh nilai-nilai
keadilan dan hati nurani.
Agar
lembaga
pemerintah
lebih
mampu
melaksanakan
fungsi
kepemerintahan yang baik (good governance), perlu diciptakan suatu sistem
borikrasi dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Memiliki struktur yang sederhana, dengan sunber daya manusia yang
memiliki
kompetensi
melaksanakan
tugas-tugas
kepemerintahan
(pengembangan kebijakan dan pelayanan) secara arif, efesien dan
efektif.
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .27
b. Mengembangkan hubungan kemitraan ( partnership) antara pemerintah
dan setiap unsur dalam masyarakat yang bersangkutan (tidak sekedar
kemitraan internal diantara sesama jajaran instansi pemerintahan saja).
c. Memahami dan komit akan manfaat dan arti pentingnya tanggung
jawab bersama dan kerjasama dalam suatu keterpaduan serta sinergisme
dalam pencapaian tujuan.
d. Adanya dukungan dan sistem imbalan yang memadai utuk mendorong
terciptanya motivasi, kemampuan dan keberanian menanggung resiko
(risk taking) berinisiatif, partisipatif, yang telah diperhitungkan secara
realistik dan rasional.
e. Adanya kepatuhan dan ketaatan terhadap nilai-nilai internal (kode etik)
administrasi publik, juga terhadap nilai-nilai etika dan moralitas yang
diakui dengan junjungan tinggi secara sama dengan masyarakat yang
dilayabi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Pada hakikatnya Good Governance bagaimana adalah memberikan
pelayanan
kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya kepada
masyarakat.
2. Tata Pemerintahan yang baik (Good Governance) adalah tindakan atau
tingkah
laku
yang
didasarkan
pada
nilai-nilai
yang
bersifat
mengarahkan, mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik untuk
mewujudkan nilai-nilai itu dalam tindakan dan kehidupan keseharian.
3. Prinsip-prinsip Good Governance yaitu :
1) Partisipasi
2) Penegakan Hukum
3) Transparansi
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .28
Responsif (Responsiveness)
Orientasi Kesepakatan (Consencus Orientation)
Keadilan (Equity)
Efektifitas (Effectiveness) dan Efisiensi (Efficiency)
Akuntabilitas (Accountability)
Visi Strategis (Syrategic Vision)
4. Beberapa hal yang menjadi akar masalah terjadinya korupsi antara lain:
1. Kemiskinan
2. Kekuasaan
3. Budaya
4. Ketidaktahuan
5. Rendahnya kualitas moral suatu masyarakat
6. Lemahnya kelembagaan politik dari suatu negara
7. Karna penyakit bersama
4)
5)
6)
7)
8)
9)
3.2.
Saran
Mudah-mudahan kedepan pelayanan yang di berikan melalui konsep
good governance akan menjadikan kehidupan bernagari lebih mudah dalam
memperoleh pelayanan dan memberikan pelayanan yang terbaik untuk
masyarakat yang ada di pemerintahan nagari serta
tidak membutuhkan
biaya
sebuah
yang
besar
untuk
memperoleh
pelayan.
Sebagai pel atau obat terhadap penyakit pelayan yang terjadi selama ini
adalah konsep good governance, dapat di terapkan kepada petugas pelayan
publik yang ada di nagari . Dengan cara memberikan pelatihan pelayanan
publik kepada petugas yang ada di nagari. Sekali lagi kita berharap pelayan
publik yang efesiean efektif dan akuntabilitas dapat di wujudkan di nagari.
Prinsip good
berlaku
untuk
governance yang
semua
jenjang
dijelaskan
tersebut
pemerintahan,
baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Mau tidak
mau,
mampu
ataupun
tidak
mampu,
dalam
menyelenggarakan otonomi daerah, pemerintah daerah
dituntut
untuk
governance karena
menerapkan
prinsip
prinsip-prinsip good
tersebut
telah
menjadi
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .29
paradigma
baru
didalam
menyelenggarakan
kepemerintahan yang digunakan secara universal.
Pemerintahan yang baik tidak di lihat dari sistem
yang berbuat atau rancangan undang-undang yang di
rumuskan,
melainkan
suatu
sikap
yang
pasti
dalam
menangani suatu permasalahn tanpa memandang siapa
serta mengapa hal tersebut harus di lakukan. Pada sisi lain,
pemerintah
pusat
memiliki
kewajiban
untuk
menyebarluaskan konsep good governance kepada seluruh
jajaran pemerintahan karena konsep tersebut menjadi salah
satu ukuran keberhasilan birokrasi pemerintahan.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://rochem.wordpress.com/2012/01/07/good-governance-tata-
pemerintahan-yang-baik/
( Waktu akses 10/11/2016
19: 00 WIB )
2. http://www.tammangalle.com/2013/02/10-prinsip-tata-pemerintahan-
yang-baik.html
( Waktu akses 10/11/2016
19: 10 WIB )
3. http://celotehlestarius.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-dan-
konsep-good-governance.html
( Waktu akses 10/11/2016
19: 25 WIB )
4. http://higheststartiika.blogspot.co.id/2013/04/tata-kelola-
pemerintahan-yang-baik-dan.html.
( Waktu akses 10/11/2016
19: 40 WIB )
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .30
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .31
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Istilah Clean and Good Governance (pengelolaan atau tata
pemerintahan yang bersih dan baik) merupakan wacana yang mengiringi
gerakan reformasi.wacana clean dan good governance sering kali dikaitkan
dengan tuntunan akan pengelolaan pemerintah yang professional, akuntabel,
dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Terjadinya krisis ekonomi
di Indonesia antara lain disebabkan oleh tata cara penyelenggaraan
pemerintahan yang tidak dikelola dan diatur dengan baik. Akibatnya timbul
berbagai masalah seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang sulit
diberantas, masalah penegakan hukum yang sulit berjalan, monopoli dalam
kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat yang
memburuk.
Masalah-masalah tersebut juga telah menghambat proses pemulihan
ekonomi Indonesia, sehingga jumlah pengangguran semakin meningkat,
jumlah penduduk miskin bertambah, tingkat kesehatan menurun, dan
bahkan telah menyebabkan munculnya konflik-konflik di berbagai daerah
yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan negara Republik Indonesia.
Bahkan kondisi saat inipun menunjukkan masih berlangsungnya praktek
dan perilaku yang bertentangan dengan kaidah tata pemerintahan yang baik,
yang bisa menghambat terlaksananya agenda-agenda reformasi.
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah landasan bagi
pembuatan dan penerapan kebijakan negara yang demokratis dalam era
globalisasi. Fenomena demokrasi ditandai dengan menguatnya kontrol
masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan, sementara fenomena
globalisasi ditandai dengan saling ketergantungan antarbangsa, terutama
dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomi dan aktivitas dunia usaha
(bisnis).
Kedua perkembangan diatas, baik demokratisasi maupun globalisasi,
menuntut redefinisi peran pelaku-pelaku penyelenggaraan pemerintahan.
Pemerintah, yang sebelumnya memegang kuat kendali pemerintahan, cepat
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .1
atau lambat harus mengalami pergeseran peran dari posisi yang serba
mengatur dan mendikte ke posisi sebagai fasilitator. Dunia usaha dan
pemilik modal, yang sebelumnya berupaya mengurangi otoritas negara yang
dinilai cenderung menghambat perluasan aktivitas bisnis, harus mulai
menyadari pentingnya regulasi yang melindungi kepentingan publik.
Sebaliknya, masyarakat yang sebelumnya ditempatkan sebagai penerima
manfaat (beneficiaries), harus mulai menyadari kedudukannya sebagai
pemilik kepentingan yang juga harus berfungsi sebagai pelaku.
Oleh karena itu, tata pemerintahan yang baik perlu segera dilakukan
agar segala permasalahan yang timbul dapat segera dipecahkan dan juga
proses pemulihan ekonomi dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin kami sampaikan:
a. Apa pengertian Good Governance?
b. Bagaimana prinsip-prinsip Good Governance?
c. Bagaimana cara mengembangkan struktur organisasi dan manajemen
perubahan?
d. Bagaimana hubungan antara good governance dengan otonomi
daerah?
e. Bagaimana optimalisasi pelaksanaan otonomi daerah
melalui Good Governance?
f. Bagaimana tata kelola kepemerintahan yang bersih
dan gerakan anti KKN?
g. Apa asal usul korupsi dinegara berkembang?
h. Apa itu dampak korupsi?
i. Bagaimna Strategi Penataan Aparatur dalam Pelaksanaan Good
Governance Menuju Pemerintahan Yang Bersih ?
1.3. Tujuan Penulisan
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .2
Adapun tujuan penulisan yang ingin kami sampaikan sebagai berikut:
a. Mengetahui pengertian Good Governance
b. Mengetahui prinsip-prinsip Good Governance
c. Mengetahui cara mengembangkan struktur organisasi dan manajemen
perubahan
d. Mengetahui hubungan antara good governance dengan otonomi
daerah
e. Mengetahui optimalisasi pelaksanaan otonomi daerah
melalui Good Governance
f. Menjelaskan tata kelola kepemerintahan yang bersih
dan gerakan anti KKN
g. Mengetahui asal usul korupsi dinegara berkembang
h. Mengetahui pengertian dampak korupsi
i. Mengetahui Strategi Penataan Aparatur dalam Pelaksanaan Good
Governance Menuju Pemerintahan Yang Bersih
1.4. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang ingin kami sampaikan sebagai berikut:
a. Makalah ini hanya membahas mengenai tata pemerintahan yang baik
b. Makalah ini tidak membahas tata pemerintahan yang baik kepada
setiap otonomi daerah
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .4
BAB III
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Tata Pemerintahan yang Baik
Tata Pemerintahan yang baik (Good Governance) adalah tindakan atau
tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat mengarahkan,
mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik untuk mewujudkan nilai-nilai
itu dalam tindakan dan kehidupan keseharian. Indikator pemerintahan yang baik
adalah jika produktif dan memperlihatkan hasil dengan indikator kemampuan
ekonomi rakyat meningkat dalam aspek produktifitas maupun dalam daya belinya,
kesejahteraan spiritualitasnya terus meningkat dengan indikator rasa aman, tenang
dan bahagia serta sense of nationality yang baik.
Dan dalam arti yang lebih luas, good governance dapat
diartikan “suatu kesepakatan menyangkut pengaturan Negara
yang diciptakan bersama pemerintah, masyarakat madani (civil
society) dan sektor swasta. Kesepakatan tersebut mencakup
keseluruhan bentuk mekanisme, proses dan lembaga-lembaga
dimana
warga
dan
kepentingannya,
kelompok
menggunakan
masyarakat
hak
mengutarakan
hukum,
memenuhi
kewajiban dan menjembatani perbedaan diantara mereka. ”Good
and Clean Governance” memiliki pengertian akan segala hal
yang
terkait
dengan
atau
tingkahlaku
yang
bersifat
mengarahkan,mengendalikan, atau mempengaruhi urusan publik
untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan seharihari.
Prinsip demokrasi yang bertumpu pada peran sentral
warga negara dalam proses sosial politik bertemu dengan
prinsip-prinsip
dasar
good
governance,
yaitu
pengelolaan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa yang dirumuskan
bersama oleh pemerintah dan komponen masyarakat madani.
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .5
Pemerintahan dikatakan baik jika pembangunan dapat dilakukan
dengan biaya yang sangat minimal namun dengan hasil yang
maksimal. Good and Clean Governance dapat terwujud maksimal
jika ditopang oleh 2 unsur yang saling terkait negara dan
masyarakat madani yang di dalamnya terdapat sektor swasta.
2.2. Pendapat Ahli Mengenai Tata Pemerintahan yang Baik
2.2.1. Menurut Taylor, good governance adalah pemerintahaan
yang demokratis seperti yang dipraktikan dalam Negaranegara demokrasi maju di Eropa Barat dan Amerika misalnya
(Saiful Mujani, 2001)
2.2.2. Andi Faisal Fakti,
good
governance
dapat
diartikan
sebagai :mengejawatkan nilai nilai luhur dalam mngarahkan
warga negara kepada masyarakat dan pemerintahan yang
berkeadaban melalui wujud pemerintahan yang suci dan
damai.
2.2.3. Bakti Santoso mengatakan bahwa good governance adalah
pelaksanaan politik.
2.3. Prinsip-prinsip Good Governance
Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsipprinsip didalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak
ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai
bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good
governance. Prinsip-prinsip itu diantaranya adalah:
2.3.1. Partisipasi
Partisipasi (Participation) adalah semua warga berhak terlibat dalam
pengambilan keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga
perwakilan yang sah untuk mewakili kepentingan mereka. Partisipasi
menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan
mengungkapkan pendapat serta kapasitas untuk berpartisipasi secara
konstruktif.
2.3.2. Penegakan Hukum
Penegakan Hukum (Rule of Law) adalah partisipasi masyarakat dalam
proses
politik
dan
perumusan-perumusan
kebijakan
publik
memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Tanpa diimbangi oleh
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .6
sebuah hukum dan penegakkannya yang kuat, partisipasi akan
berubah menjadi proses politik yang anarkis.
Karakter dalam menegakkan rule of law:
Supremasi hukum (the supremacy of law);
Kepastian hukum (legal certainty);
Hukum yang responsif;
Penegakkan hukum yang konsisten dan non-diskriminasi;
Independensi peradilan.
2.3.3. Transparansi
Salah satu yang menjadi persoalan bangsa di akhir masa orde baru
adalah merebaknya kasus-kasus korupsi yang berkembang sejak awal
masa rejim kekuasaannya. Salah satu yang dapat menimbulkan dan
memberi
ruang
gerak
kegiatan
korupsi
adalah
manajemen
pemerintahan yang tidak transparan. Aspek mekanisme pengelolaan
negara yang harus dilakukan secara transparan.
Setidaknya ada 8 aspek yaitu:
Penetapan posisi, jabatan atau kedudukan
Kekayaan pejabat publik
Pemberian penghargaan
Penetapan kebijakan yang terkait dengan
pencerahan
kehidupan
Kesehatan
Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik
Keamanan dan ketertiban
Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat
2.3.4. Responsif (Responsiveness)
Pemerintah harus peka dan cepat tanggap terhadap persoalanpersoalan
masyarakat.
Sebagai
konsekuensi
logis
dari
keterbukaan, setiap komponen yang terlibat dalam
proses pembangunan good governance harus memiliki
daya tanggap terhadap keinginan atau keluhan para
pemegang saham (stake holder). Upaya peningkatan
daya tanggap tersebut, terutama ditujukan pada sektor
publik yang selama ini cenderung tertutup, arogan,
serta berorientasi pada kekuasaan. Untuk mengetahui
kepuasan
masyarakat
terhadap
pelayanan
yang
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .7
diberikan oleh sektor publik, secara periodik perlu
dilakukan survei untuk mengetahui tingkat kepuasan
konsumen (customer satisfaction).
2.3.5. Orientasi Kesepakatan (Consencus Orientation)
Pengambilan putusan melalui proses musyawarah dan semaksimal
mungkin berdasar kesepakatan bersama. Kegiatan bernegara,
berpemerintahan, dan bermasyarakat pada dasarnya
merupakan aktivitas politik, yang berisi dua hal utama,
yaitu konflik dan konsensus. Dalam good governance,
pengambilan keputusan ataupun pemecahan masalah
bersama lebih diutamakan berdasarkan konsensus,
yang dilanjutkan dengan kesediaan untuk konsisten
melaksanakan
konsensus
yang
telah
diputuskan
bersama. Konsensus bagi bangsa indonesia sebenarnya
bukanlah hal yang baru, karena nilai dasar kita dalam
memecahkan
persoalan
bangsa
adalah
melalui
musyawarah untuk mufakat.
2.3.6. Keadilan (Equity)
Melalui prinsip good governance, setiap warga negara
memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh
kesejahteraan.
Akan
tetapi,
karena
kemampuan
masing-masing warga negara berbeda-beda, sektor
publik harus memainkan peranan agar kesejahteraan
dan keadilan dapat berjalan seiring sejalan.
2.3.7. Efektifitas (Effectiveness) dan Efisiensi (Efficiency)
Agar pemerintahan efektif dan efisisen, maka para pejabat perancang
dan pelaksana tugas-tugas pemerintahan harus mampu menyusun
perencanaan-perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan nyata dari
masyarakat, secara rasional dan terukur.
2.3.8. Akuntabilitas (Accountability)
Pertanggungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang
memberinya delegasi dan kewenangan untuk mengurusi berbagai
urusan dan kepentingan mereka, setiap pejabat publik dituntut untuk
mempertanggungjawabkan
semua
kebijakan,
perbuatan,
moral,
maupun netralitas sikapnya terhadap masyarakat.
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .8
2.3.9. Visi Strategis (Syrategic Vision)
Pandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan datang.
Kualifikasi ini menjadi penting dalam kerangka perwujudan good
governance, karena perubahan dunia dengan kemajuan teknologinya
yang begitu cepat. Dalam era yang berubah secara dinamis,
setiap domain dalam good governance harus memiliki
visi yang strategis. Tanpa visi semacam itu, suatu
bangsa dan negara akan mengalami ketertinggalan. Visi
itu, dapat dibedakan antara visi jangka panjangm (long
time vision) antara 20 sampai 25 tahun serta visi jangka
pendek (short time vision) sekitar 5 tahun.
Prinsip-prinsip good governance pada dasarnya
mengandung nilai yang bersifat objektif dan universal
yang menjadi acuan dalam menentukan tolak ukur atau
indikator
dan
ciri-ciri/karakteritik
penyelenggaraan
pemrintahan negara yang baik. Prinsip-prinsip good
governance dalam praktik penyelenggaraan negara
dituangkan dalam tujuh asas umum penyelenggaraan
negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Berih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Prinsip
atau
asas
umum
dalam
penyelenggaraan
negara yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor
28 tahun 1999 meliputi sebagai berikut:
Asas kepastian hukum adalah asas dalam negara
hukum yang mengutamakan landasan
perundang-undangan,
kepatutan,
dan
peraturan
keadilan
dalam setiap kebijakan enyelenggaraan negara.
Asas tertib penyelenggaraan negara adalah asas
yang menjadi landasan keteraturan, keserasian dan
keseimbangan
dalam
pengendalian
penyelenggaraan negara.
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .9
Asas
kepentingan
umum adalah
asas
yang
mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara
aspiratif, akomodatif, dan selektif.
Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri
terhadap
hak
masyarakat
untuk
memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif,
tentang
penyelenggaraan
negara
dengan
tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi,
golongan dan rahasia negara.
Asas
proporsionalitas adalah
mengutamakan
keseimbangan
asas
antara
yang
hak
dan
kewajiban penyelenggaraan negara.
Asas
profersionalitas adalah
asas
yang
mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode
etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan
bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggaraan
negara
harus
dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau
rakyat
negara
sebagai
pemegang
sesuai
dengan
kedaulatan
ketentuan
tertinggi
peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Disamping
itu,
juga
terdapat
pilar-pilar
good
governance diantaranya:
1) Negara
atau
pemerintahan
(state),
berfungsi
dalam hal:
a. Menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial
yang stabil
b. Membuat
peraturan
yang
efektif
dan
berkeadilan
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .10
c. Menyediakan public service yang efektif dan
accountable
d. Menegakkan HAM
e. Melindungi lingkungan hidup
f. Mengurus
standar
kesehatan
dan
standar
keselamatan publik.
2) Sektor swasta atau dunia usaha (private sector),
berfungsi dalam hal:
a. Menjalankan industri
b. Menciptakan lapangan kerja
c. Menyediakan insentif bagi karyawan
d. Meningkatkan standar hidup masyarakat
e. Memelihara lingkungan hidup
f. Menaati peraturan
g. Transfer
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
kepada masyarakat
h. Menyediakan kredit bagi pengembangan UKM
3) Masyarakat (society), berfungsi dalam hal:
a. Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi
b. Mempengaruhi kebijakan public
c. Sebagai
sarana
cheks
and
balances
pemerintah
d. Mengawasi
penyalahgunaan
kewenangan
sosial pemerintah
e. Mengembangkan SDM
f. Sarana
berkomunikasi
antar
anggota
masyarakat
pada negara yang sedang berkembang yang
sektor swasta dan sektor masyarakat relatif belum
maju, sektor pemerintah memegang peranan yang
sangat menentukan. Sektor pemerintah harus bertindak
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .11
sebagai promotor pembangunan. Pada saatnya apabila
sektor swasta dan sektor masyarakat semakin maju
karena
pembangunan,
secara
bertahap
peranan
mulai
sektor
berkurang.
pemerintah
Tarik-menarik
peranan antara sektor pemerintah dan sektor swasta
dan sektor masyarakat apabila tidak dikelola secara
bijak akan dapat menimbulkan berbagai ketegangan
sosial. Dalam hal ini diperlukan pimpinan nasional yang
memiliki dukungan legitimasi politik yang kuat, memiliki
kharisma,
serta
kemampuan
mnajerial
untuk
mengendalikan perubahan.
2.4. Cara Mengembangkan Struktur Organisasi Dan Manageman
Perubahan
Menurut Lukman Hakim Saifuddin, (2004) good governance di
Indonesia adalah penyelenggaraan peerintahan yang baik yang dapat
diartikan sebagai suatu mekanisme pengelolaan sumber daya dengan
substansi dan implementasi yang diarahkan untuk mencapai pembangunan
yang efisien dan efektif secara adil. Oleh karena itu, good governance akan
tercipta di antara unsur-unsur negara dan institusi kemasyarakatan (ormas,
LSM, pers, lembaga profesi, lembaga usaha swasta, dan lain-lain) memiliki
keseimbangan dalam proses checks and balances dan tidak boleh satu pun
di antara mereka yang memiliki kontrol absolute.
Pengembangan publil good governance di Indonesia akan menunjuk
pada sekumpulan nilai (cluster of values), yang notabane sudah lama hidup
dan berkembang di masyarakat Indonesia. Sekumpulan nilai yang dimaksud
tersebut adalah 11 (sebelas) nilai good governance yakni (1) check and
balances, decentralization, effectiveness, efficiency, equity, human rights
protection, integrity,
participation, pluralism, predictability, rule of
law, dan transparency.
Pertanyaan yang muncul kemudian dalam implementasinya adalah
bagaimana mendekati, mengidentifikasi, mengurai, dan mengupayakan
pemecahan persoalan penegakan good governance. Menurut Lukman
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .12
Hakim, ada tiga faktor determinan pencapaian good governance, yakni
lembaga atau pranata (institutions/system), sumber daya manusia (human
factor), dan budaya (cultures).
Terkait dengan tiga faktor determinan tersebut, pada subbab ini akan
dibahas tentang lembaga atau pranata, budaya dan sumber daya manusia
dalam dua bagian, yaitu struktur organisasi dalam good governance dan
manajemen perubahan yang diperlukan oleh organisasi.
1. Struktur Organisasi dalam Good Governance
Globalisasi
dan
perkambangan
informasi
akan
mempercepat
perubahan organisasi. Menurut Tulis (2000), perubahan terhadap
sumber daya manusia sebesar 10 persen saja dapat mengubah struktur
organisasi, selain perubahan ang disebabkan faktor teknologi,
ekonomi, politik, dan sosial. Praktik manajemen yang lama baik
menyangkut struktur organisasi, personel, dan tugas pokok, akan
menyebabkan resistensi terhadap perubahan dan menyebabkan sulitnya
melakukan restrukturisasi organisasi dalam rangka mencapai efisiensi.
Dalam rangka menghadapi perubahan yang begitu cepat, maka
beberapa hal yang penting dilakukan adalah :
a. Memelihara kesadaran yang tinggi akan urgensi
Perubahan besar dalam organisasi, baik struktur dan budaya tidak akan
pernah sukses bila organisasi tersebut cepat puas. Kesadaran tinggi
akan tingkat urgensi yaitu memahami hak yang mendesak dan
menempatkannya sebagai prioritas dalam menghadapinya, sangat
membantu proses mengatasi masalah dan langkah perubahan yang
besar. Peningkatan fungsi organisasi akan menyebabkan tingginya
tingkat organisasi. Untuk memelihara urgensi tingkat tinggi maka
diperlukan sistem informasi manajemen yang menyangkut sistem
informasi akuntansi, untuk keuangan, sistem informasi sumber daya
manusia (SDM) untuk mengukur kinerja SDM, dan sistem informasi
lain yang diperlukan oleh organisasi. Sistem informasi ini akan
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .13
menjamin kecermatan dan kejelian data, sehingga data yang digunakan
untuk pengambilan keputusan yang valid.
b. Penyusunan pranata organisasi
Misi dan tujuan setiap organisasi sektor publik adalah memuaskan para
pihak yang berkepentingan dengan pelayanan publik serta melestarikan
tingkat kepuasan masyarakat. Tanangan untuk mencapai kepuasan
adalah melalui mutu pelayanan yang prima atas pelayanan dan
kepercayaan publik. Permasalahan dalam peningkatan mutu ini pada
birokrasi terkendala dengan sumber informasi yang terbatas, tingkat
pengetahuan aparat yang tidak memadai, budaya birokrasi, dan
pengambilan keputusan yang tidak efektif karena delegasi wewenang
yang tidak optimal serta tidak adanya insentif dan berkorelasi dengan
sistem penggajian.
Permasalahan dalam penyusunan pranata organisasi adalah masalah
keagenan, yaitu kebijaksanaan yang salah dan berjalan terus-menrus,
program yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta
pekerjaan yang tidak berkonstruksi terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Singkatnya, tantangan utama dalam mendesain dan
pengembangan pranata organisasi pemerintah dan sistem nasional
adalah mengoptimalkan informasi pengambilan keputusan serta
menciptakan sistem penggajian yang sepadan dengan kinerja.
Perbaikan sistem informasi dan sistem penggajian berbasis kinerja ini
akan meningkatkan mutu layanan dan kepercayaan publik.
c. Perubahan Struktur Organisasi
Perubahan kondisi pasar, teknologi, sistem sosial, regulasi, dan
pelaksanaan Good
Governance dapat
memengaruhi
struktur
pengembangan organisasi. Untuk perubahan struktur organisasi perlu
dilakukan analisis biaya dan manfaat terhadap pengaruh pelayanan
public terhadap organisasi melalui perubahan yang bersifat strategis.
Perubahan
struktur
organisasi
mencakup
tiga
unsur
sebagai
determinan, yaitu: (a) sistem pendapatan wewenang, tugas pokok,
fungsi dan tanggung jawab, (b) sistem balas jasa yang sepadan, dan (c)
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .14
sistem evaluasi indikator atau pengukuran kinerja untuk individu dan
unit organisasi. Masalah utama dalam perubahan struktur organisasi
adalah
meyakinkan
diri
bahwa
pengambilan
keputusan
dan
akuntabilitas semua pihak yang berkepentingan terhadap organisasi
mempunyai informasi dan pengetahuan yang relevan mengambil
keputusan yang baik dan benar serta adanya insentif sepadan yang
menggunakan informasi secara produktif dan terpercaya. Perubahan
lingkungan yang berpengaruh terhadap perubahan struktur organisasi,
biaya, dan manfaat langsung maupun tidak langsung harus dianalisis
secara cermat dan hati-hati.
Dalam rangka pelaksanaan GG, makia organisasi modern dapat
melakukan :
1.
Kesadaran yang tinggi terhadap tingkat urgensi
2.
Kerja sama tim yang baik dalam tatanan staf dan manajemen
3.
Bisa menciptakan dan mengomunikasikan visi, misi, dan program
dengan baik
4.
Pemberdayaan semua karyawan dengan memerhatikan minat dan
bakat
5.
Memberikan delegasi wewenang dengan efektif
6.
Mengurangi ketergantungan yang tidak perlu, dan
7.
Mengembangkan budaya organisasi yang adaptif dan penggunaan
analisis kinerja
2. Manajemen Perubahan
Sesuai
dengan
pertimbangan
TAP
MPR
RI
Nomor
II/MPR/1999, masalah krisis multidimensi yang melanda negara
Indonesia merupakan penghambat perwujudan cita-cita dan tujuan
nasional. Reformasi di segala bidang, diharapkan dapat menjadi suatu
langkah penyelamatan, pemulihan, pemantapan dan pengembangan
pembangunan serta penguatan kepercayaan diri
Kemampuan para pemimpin penyelenggara pemerintahan dan
masyarakat yang mengelola perubahan menjadi sangat krisis dan
strategis, terutama sensitifitas dan responsibilitas terhadap tanda dan
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .15
waktu perubahan tersebut diperlukan, khususnya dalam langkah
penyelamatan, pemulihan, dan pengembangan. Ada dua hal yang perlu
ditekankan dalam manajemen perubahan, yaitu mengapa ada perubahan
yang berhasil dan ada yang gagal?
Perubahan yang gagal disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
a. Terlalu cepat puas
b.
Team work yang gagal
c. Merumuskan visi, misi, dan program dengan kurang tepat
d.
Gagal menciptakan harapan sukses kepada seluruh anggota
organisasi
e. Menganggap perubahan sudah selesai dan hanya sekali
memerlukan perubahan, dan
f.
Tidak bisa mengubah symbol, nilai, sikap dan norma organisasi dari
yang lama menjadi budaya yang baru dalam organisasi.
Untuk mengurangi kegagalan dalam perubahan budaya organisasi,
maka harus dihilangkan atau dikurangi dampak negatif dari perubahan
seperti bubarnya organisasi, kehilangan pasar dan kepuasaan pelanggan,
penurunan gaji dan harus dikikis dengan menjelaskan mengapa
organisasi perlu mengadakan perubahan, bagaimana tahap perubahan,
bagaimana hasil akhir dari perubahan, dan bagaimana peran serta dari
setiap
anggota
organisasi
dalam
perubahan.
Untuk
mencapai
keberhasilan dalam perubahan, ada beberapa hal yang diperlukan, yaitu:
1. Menetapkan strategi, pentingnya, dan tahapan perubahan
2. Mengembangkan semangat kerja sama tim yang tinggi
3. Mengembangkan strategi komunikasi untuk menyampaikan visi,
misi, program perubahan, sehingga anggota dapat termotivasi, dan
4. Memberdayakan
setiap
anggota
organisasi
sesuai
dengan
kompetensi minat, dan bakat.
2.5. Hubungan Antara Good Governance Dengan Otonomi Daerah
Upaya pelaksanaan tata pemerintahan yang baik, UU
No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan
salah
salu
instrumen
yang
merefleksikan
keinginan
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .16
pemerintah untuk melaksanakan tata pemerintahan yang
baik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal ini
dapat dilihat dari indikator
transparansi
dan
upaya
penciptaan
penegakan hukum,
partisipasi.
Dalam
hal
penegakan hukum, UU No. 32 Tahun 2004 telah mengatur
secara
tegas
upaya
pemerintahan
hukum
daerah
yang
bagi
para
penyelenggara
diindikasikan
melakukan
penyimpangan.
Dari sistem penyelenggaraan pemerintahan sekurangkurangnya
terdapat
7
elemen
penyelenggaraan
pemerintahan yang saling mendukung tergantung dari
bersinergi satu sama lainnya, yaitu :
1. Urusan Pemerintahan
2. Kelembagaan
3 Personil
4. Keuangan
5. Perwakilan
6. Pelayanan Publik
7. Pengawasan.
Ketujuh elemen di atas merupakan elemen dasar yang
akan ditata dan dikembangkan serta direvitalisasi dalam
koridor UU No. 32 Tahun 2004. Namun disamping penataan
terhadap tujuan elemen dasar diatas, terdapat juga hal-hal
yang bersifat kondisional yang akan menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari grand strategi yang merupakan
kebutuhan nyata dalam rangka penataan otonomi daerah di
Indonesia secara keseluruhan yaitu penataan Otonomi
Khusus NAD dan Daerah Istimewa Yogyakarta, dari Papua
penataan
daerah
dari
wilayah
perbatasan,
serta
pemberdayaan masyarakat.Setiap elemen tersebut disusun
penataannya dengan langkah-langkah menyusun target
ideal yang harus dicapai, memotret kondisi senyatanya dari
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .17
mengidentifikasi gap yang ada antara target yang ingin
dicapai dibandingkan kondisi rill yang ada saat ini.
Meskipun dalam pencapaian Good Governance rakyat
sangat berperan, dalam pembentukan peraturan rakyat
mempunyai hak untuk menyampaikan aspirasi, namun
peran
negara
sebagai
organisasi
yang
bertujuan
mensejahterakan rakyat tetap menjadi prioritas. Untuk
menghindari kesenjangan didalam masyarakat pemerinah
mempunyai peran yang sangat penting. Kebijakan publik
banyak
dibuat
dengan
menafikan
faktor
rakyat
yang
menjadi dasar absahnya sebuahnegara. UU no 32 tahun
2004 yang memberikan hak otonami kepada daerah juga
menjadi salah satu bentuk bahwa rakyat diberi kewenangan
untuk mengatur dan menentukan arah perkembangan
daerahnya
sendiri.
Dari
pemilihan
kepala
daerah,
perimbangan keuangan pusat dan daerah (UU no 25 tahun
1999). Peraturan daerah pun telah masuk dalam Tata urutan
peraturan perundang - undangan nasional (UU no 10 tahun
2004), Pengawasan oleh masyarakat.
Sementara itu dalam upaya mewujudkan transparansi
dalam penyelenggaran pemerintahan diatur dalam Pasa127
ayat (2), yang menegaskan bahwa sistem akuntabilitas
dilaksanakan
dengan
memberikan
laporan
kewajiban
Kepala
penyelenggaraan
Daerah
untuk
pemerintahan
daerah kepada Pemerintahan, dan memberikan laporan
keterangan
pertanggungjawaban
kepada
DPRD,
serta
menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan
daerah kepada masyarakat.
Sistem
akuntabilitas
semacam
ini
maka
terdapat
keuntungan yang dapat diperoleh yakni, akuntabilitas lebih
dapat terukur tidak hanya dilihat dari sudut pandang politis
semata. Hal ini merupakan antitesis sistem akuntabilitas
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .18
dalam UU No. 22 Tahun 1999 dimana penilaian terhadap
laporan pertanggungjawaban kepala daerah oleh DPRD
seringkali tidak berdasarkan pada indikator-indikator yang
tidak jelas. Karena akuntabilitas didasarkan pada indikator
kinerja
yang
terukur,maka
penyelenggaraan
laporan
pemerintahan
keterangan
daerah
tidak
mempunyaidampak politis ditolak atau diterima. Dengan
demikian
maka
stabilitas
penyelenggaraanpemerintahan
daerah dapat lebih terjaga.
Masyarakat memiliki hak untuk melakukan pengawasan
terhadap
penyelenggaraan
pemerintahan
daerah.
Pelaksanaan pengawasan oleh masyarakat dapat dilakukan
oleh masyarakat sebagai perorangan, kelompok maupun
organisasi
indikasi
dengan
cara:
terjadinya
Pemberian
korupsi,
kolusi
informasi
atau
adanya
nepotisme
di
lingkungan pemerintah daerah maupun DPRD. Penyampaian
pendapat dan saran mengenai perbaikan, penyempurnaan
baik preventif maupun represif atas masalah.
Informasi dan pendapat tersebut disampaikan kepada
pejabat yang berwenang dan atau instansi yang terkait.
Menurut Pasal 16 Keppres No. 74 Tahun 2001, masyarakat
berhak memperoleh informasi perkembangan penyelesaian
masalah yang diadukan kepada pejabat yang berwenang.
Pasal
kepada
tersebut
berusaha
masyarakat
untuk
dalam
memberikan
menjalankan
kekuatan
pengawasan.
Dengan demikian, jelas bahwa Undang-undang Nomor 32
tahun 2004 dipersiapkan untuk menjadi instrumen yang
diharapkan
konsep
dapat
good
menjadi
governance
ujung
tombak
dalam
pelaksanaan
penyelenggaraan
pemerintahan di indonesia.
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .19
2.6. Optimalitas Pelaksanaan Otonomi Daerah Melalui Good
Governance
Good
pergeseran
governance
paradigma
dapat
ditinjau
konsep
sebagai
bentuk
goverment (pemerintah)
menjadi governance (kepemerintahan).
Secara
epistemologis, perubahan paradigma goverment berwujud
pada pergeseran mindset dan orientasi birokrasi sebagai
unit pelaksana dan penyedia layanan bagi masyarakat, yang
semula birokrat melayani kepentingan kekuasaan menjadi
birokrat yang berorientasi pada pelayanan publik.
Salah satu bentuk layanan tersebut adalah penertiban
regulasi yang dapat menciptakan suasana yang kondusif
bagi masyarakat. Akan tetapi, sebelum lebih jauh kita
menelaah
kiat-kiat
dalam
menciptakan
regulasi
yang
kondusif, tidak ada salahnya apabila kita memulainya
dengan memahami terlebih dahulu beberapa konsep dasar
dalam kebijakan publik.
Dalam
kacamata
awam,
pemerintahan
yang
baik
identik dengan pemerintahan yang mampu memberikan
pendidikan
gratis,
membuka
banyak
lapangan
kerja,
mengayomi fakir miskin, menyediakan sembako murah,
memberikan iklik investasi yang kondusif dan bermacam
kebaikan lainnya. Dengan kata lain, pemerintah dianggap
baik
apabila
ia
mampu
melindungi
dan
melayani
masyarakatnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pelayanan
umum yang berkualitas merupakan ukuran untuk menilai
sebuah pemerintahan yang baik, sedangkan pelayanan
umum yang buruk lebih mencerminkan pemerintahan yang
miskin
inovasi
dan
tidak
memiliki
keinginan
untuk
menyejahterakan masyarakatnya (bad governance).
Berbicara tentang good governance biasanya lebih
dekat
dengan
masalah
pengelolaan
manajemen
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .20
pemerintahan dalam membangun kemitraan dengan stake
holder (pemangku kepentingan). Oleh karena itu, good
governance menjadi sebuah kerangka konseptual tentang
cara memperkuat hubungan antara pemerintah, sektor
swasta
dan
Hubungan
masyarakat
yang
dalam
harmonis
nuansa
dalam
nuansa
kesetaraan.
kesetaraan
merupakan prasyarat yang harus ada. Sebab, hubungan
yang tidak harmonis antara ketiga pilar tersebut dapat
menghambat kelancaran proses pembangunan.
2.7. Tata Kelola Kepemerintahan Yang Bersih Dan Gerakan Anti
KKN
Korupsi adalah suatu permasalah besar yang merusak
keberhasilan
pembanguna
nasional,korupsi
menjadikan
ekonomi menjadi berbiaya tinggi,politik yang tidak sehat
dan moralitas yang terus menerus merosot.
Makna korupsi
Menurut kartini kartono korupsi adalah tingkah laku individu
yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mngeduk
keuntungan pribadi merugikan kepentingan umum dan
negara.badan
pengawas
keuangan
dan
pembangunan
mendefenisikan korupsi sebagai tindakan yang merugikan
kepentingan umum dan masyarakat luas demi keuntungan
pribadi dan kelompok tertentu.
2.8. Asal Usul Korupsi Dinegara Berkembang
Beberapa hal yang menjadi akar masalah terjadinya korupsi
antara lain:
1. Kemiskinan
2. Kekuasaan
3. Budaya
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .21
4.
5.
6.
7.
Ketidaktahuan
Rendahnya kualitas moral suatu masyarakat
Lemahnya kelembagaan politik dari suatu negara
Karna penyakit bersama
2.9. Impak Korupsi
Jika di atas kita mngakui bahwa salah satu penyebab korupsi
adalah
kemiskinan
maka
korupsi
pun
menyebabkan
kemiskinan di negara berkembang,kemiskinan tersebut di
sebabkan
para
elit
kekayaan
negerinya
negara
untuk
berkembang
kepentingan
mengambil
sendiri
atau
kelompoknya.
Beberapa hal yang di sebabkan oleh prilaku korupsi adalah :
1.
Tindak korupsi mencerminkan kegagalan mencapai
tujuan tujuan yang di tetapkan pemerintah.
2. Korupsi akan segera menular ke sektor swasta dalam
situasi yang sulit diramalkan,atau melemahkan investasi
dalam negri,dan mnyisihkan pendatang baru,dengan
demikian
mngurangi
partisipasi
sektor swasta.
3. Korupsi
mencerminkan
dan
pertumbuhan
kenaikan
harga
administrasi(pembayar pajak harus ikut mnyuap karna
4.
membayar beberapa kali lipat untuk pelayan yang sama.
Jika korupsi merupakan bentuk pembayaran yang tidak
sah,hal ini akan mngurangi jumlah dana yang di
sediakan untuk publik.
5. Korupsi
merusak
mental
aparat
pemerintah,melunturkan keberanian yang di perlukan
6.
untuk mematuhi standar etika yang tinggi.
Korupsi dalam pemerintahan menurunkan rasa hormat
pada kekuasaan yang akhirnya menurunkan legilitimasi
7.
pemerintah.
Jika elit berpolitik dan penjabat tinggi pemerintah
secara luas di anggap korupsi,maka akan mnyimpulkan
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .22
tidak ada alasan bagi publik untuk tidak boleh korupsi
8.
juga.
Seorang penjabat yang korupsi adalah pribadi yang
hanya memikirkan diri sendiri tidak mau berkorban demi
kemakmuran bersama untuk masa yang akan datang.
9. Korupsi menimbulkan kerugian yang sangat besar dari
sisi produktivitas,karna waktu dan energi habis untuk
menjalin
hubungan
guna
untuk
menghindari
atau
mengalahkan sistem,untuk
mengkatkan kepercayaan
dan
yang
memberikan
alasan
objektiv
permintaan layanan yang di perlukan.
10. Korupsi karna merupakan ketidakadilan
mengenai
yang
di
lembagakan ,mau tidak mau akan menimbulkan perkara
yang harus di bawa ke pengadilan dan tuduhan tuduhan
palsu yang di gunakan pada penjabat yang jujur untuk
tujuan pemerasan.
11. Bentuk korupsi yang paling menonjol di beberapa
negara uang pelicin atau uang rokok menyebabkan
keputusan
di
timbang
berdasarkan
uang
bukan
berdasarkan kebutuhan manusia.
2.10. Strategi Penataan Aparatur dalam Pelaksanaan Good Governance Menuju
Pemerintahan Yang Bersih
Untuk mewujudkan pelaksanaan good governance secara konsisten
dan sustainable (berkelanjutan) bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi
good governance tersebut diarahkan pada upaya penciptaan aparatur yang
bersih dan berwibawa. Untuk itu, jajaran birokrasi pemerintahan harus
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .23
memahami esensi birokrasi itu sendiri dikaitkan dengan penciptaan good
governance yang dimaksud.
Dalam konteks ini David Obsorn dan Gaebler (1992) menyampaikan 10
konsep birokrasi sebagai berikut :
1. Catalytic Government : Steering rather than rowing. Aparatur dan
birokrasi berperan sebagai katalisator, yang tidak harus melaksanakan
sendiri pembangunan tapi cukup mengendalikan sumber-sumber yang
ada di masyarakat. Dengan demikian aparatur dan birokrasi harus
mampu mengoptimalkan penggunaan dana dan daya sesuai dengan
kepentingan publik.
2. Community-owned government : empower communities to solve their
own problems, rather than marely deliver service. Aparatur dan
birokrasi harus memberdayakan masyarakat dalam pemberian dalam
pelayanannya. Organisasi-organisasi kemasyarakatan sepeti koperasi,
LSM
dan
sebagainya,
perlu
diajak
untuk
memecahkan
permasalahannya sendiri, seperti masalah keamanan, kebersihan,
kebutuhan sekolah, pemukiman murah dan lain-lain.
3. Competitive government : promote and encourrage competition, rather
than monopolies”. Aparatur dan birokrasi harus menciptakan
persaingan dalam setiap pelayanan. Dengan adanya persaingan maka
sektor usaha swasta dan pemerintah bersaing dan terpaksa bekerja
secara lebih profesional dan efisien.
4. Mission-driven government : be driven by mission rather than rules”.
Aparatur dan birokrasi harus melakukan aktivitas yang menekankan
kepada
pencapaianapa
yang
merupakan
“misinya”
dari
pada
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .24
menekankan pada peraturan-peraturan. Setiap organisasi diberi
kelonggaran untuk menghasilkan sesuatu sesuai dengan misinya.
5.
Result-oriented government : result oriented by funding outcomes
rather than inputs. Aparatur dan birokrasihendaknya berorientasi
kepada kinerja yang baik. Instansi yang demikian harus diberi
kesempatan yang lebih besar dibanding instansi yang kinerjanya
kurang.
6. Cuntomer-driver government : meet the needs of the customer rather
than the bureaucracy. Aparatur dan birokrasi harus mengutamakan
pemenuhan kebutuhan mayarakat bukan kebutuhan dirinya sendiri.
7. “ente prising government : concretrate on earning money rather than
just speding it. Aparatur birokrasi harus memiliki aparat yang tahu cara
yang tepat dengan menghasilkan uang untuk organisainya, disamping
pandai menghemat biaya. Dengan demikian para pegawai akan terbiasa
hidup hemat.
8. Anticipatory government : invest in preventing problems rather than
curing crises. Aparatur dan birokrasi yang antisipasif. Lebih baik
mencegah dari pada memadamkan kebakaran. Lebih baik mencegah
epidemi daripada mengobati penyakit. Dengan demikian akan terjadi
“mental swich” dalam aparat daerah.
9. Decentralilazed government : decentralized authority rahter than build
hierarcy. Diperlukan desentralisasi dalam pengelolaan pemerintahan,
dari berorientasi hirarki menjadi partisipasif dengan pengembangan
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .25
kerjasama tim. Dengan demikian organisasi bawahan akan lebih leluasa
untuk berkreasi dan mengambil inisiatif yang diperlukan.
10. Market-oriented government : solve problemby influencing market
forces rather than by treating public programs. Aparatur dan birokrasi
harus memperhatikan kekuatan pasar. Pasokan didasarkan pada
kebutuhan atau permintaan pasar dan bukan sebaliknya. Untuk itu
kebijakan harus berdasarkan pada kebutuhan pasar.
Melengkapi konsep diatas, Obsorn dan Peter Plastrik (1996) menyampaikan
lima (5) strategi untuk pengembangan konsep Reinventing Government
yang dikenal dengan istilah “The Five C’S”, sebagai berikut :
a. Strategi inti (Core Strategi) yaitu strategi merumuskan kembali tujuantujuan penyelenggaraan pemerintahan, termasuk otonomi daerah
melalui penetapan visi, misi, tujuan, dan sasaran, arah kebijakan serta
peran-peran kelembagaan serta individu aparatur penyelenggara
pemerintahan.
b. Strategi konsekuensi (consekquency strategi), dalam hal ini perlu
dirumuskan dan ditata kembali pola-pola insensif kelembagaan
maupun individual, baik melalui pendekatan manajemen kompetitif,
manajemen bisnis (komporatisasi dan privatisasi), atau manajemen
kinerja(performance management).
c. Strategi pemakai jasa (customer strategi) aparatur birokrasi dalam hal
ini perlu melakukan reorientasi dari kepentingan politik pemerintahan,
serta orientasi pada kepentingan kelembagaannya, kearah kepentingan
pemenuhan
kebutuhan
berdasarkan
pilihan-pilihan
masyarakat
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .26
(pemakai jasa publik), peningkatan kualitas layanan, serta kompetisi
pasar yang sehat.
d.
Strategi pengendalian ( control strategy), yaitu adanya perumusan
kembali dalam upaya pengendalian organisasi, mulai dari :
Pengendalian Strategi yang merupakan proses perumusan dan
penetapan organisasi.
Pengendalian mamajemen, yang merupakan pengendalian dalam
menjaga agar pelaksanaan telah ditetapkan.
Pengendalian tugas sebagai pengendalian yang sifatnya pelaksana
(operasional).
Ketiga pengendalian ini bisa dikembangkan melalui pengembangan
struktur organisasi kelembagaan yang bertumpu pada kekuatan
aparatur seperti gugus kendali mutu ( total quality control).
e. Strategi budaya / kultur (cultur Strategi),
yaitu adanya upaya
reorientasi perilaku dan budaya aparatur serta birokrasi yang lebih
terbuka dan mampu merevitalisasi dan mengadopsi nilai-nilai budaya
(baik budaya lama maupun baru), yang lebih menyentuh nilai-nilai
keadilan dan hati nurani.
Agar
lembaga
pemerintah
lebih
mampu
melaksanakan
fungsi
kepemerintahan yang baik (good governance), perlu diciptakan suatu sistem
borikrasi dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Memiliki struktur yang sederhana, dengan sunber daya manusia yang
memiliki
kompetensi
melaksanakan
tugas-tugas
kepemerintahan
(pengembangan kebijakan dan pelayanan) secara arif, efesien dan
efektif.
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .27
b. Mengembangkan hubungan kemitraan ( partnership) antara pemerintah
dan setiap unsur dalam masyarakat yang bersangkutan (tidak sekedar
kemitraan internal diantara sesama jajaran instansi pemerintahan saja).
c. Memahami dan komit akan manfaat dan arti pentingnya tanggung
jawab bersama dan kerjasama dalam suatu keterpaduan serta sinergisme
dalam pencapaian tujuan.
d. Adanya dukungan dan sistem imbalan yang memadai utuk mendorong
terciptanya motivasi, kemampuan dan keberanian menanggung resiko
(risk taking) berinisiatif, partisipatif, yang telah diperhitungkan secara
realistik dan rasional.
e. Adanya kepatuhan dan ketaatan terhadap nilai-nilai internal (kode etik)
administrasi publik, juga terhadap nilai-nilai etika dan moralitas yang
diakui dengan junjungan tinggi secara sama dengan masyarakat yang
dilayabi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Pada hakikatnya Good Governance bagaimana adalah memberikan
pelayanan
kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya kepada
masyarakat.
2. Tata Pemerintahan yang baik (Good Governance) adalah tindakan atau
tingkah
laku
yang
didasarkan
pada
nilai-nilai
yang
bersifat
mengarahkan, mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik untuk
mewujudkan nilai-nilai itu dalam tindakan dan kehidupan keseharian.
3. Prinsip-prinsip Good Governance yaitu :
1) Partisipasi
2) Penegakan Hukum
3) Transparansi
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .28
Responsif (Responsiveness)
Orientasi Kesepakatan (Consencus Orientation)
Keadilan (Equity)
Efektifitas (Effectiveness) dan Efisiensi (Efficiency)
Akuntabilitas (Accountability)
Visi Strategis (Syrategic Vision)
4. Beberapa hal yang menjadi akar masalah terjadinya korupsi antara lain:
1. Kemiskinan
2. Kekuasaan
3. Budaya
4. Ketidaktahuan
5. Rendahnya kualitas moral suatu masyarakat
6. Lemahnya kelembagaan politik dari suatu negara
7. Karna penyakit bersama
4)
5)
6)
7)
8)
9)
3.2.
Saran
Mudah-mudahan kedepan pelayanan yang di berikan melalui konsep
good governance akan menjadikan kehidupan bernagari lebih mudah dalam
memperoleh pelayanan dan memberikan pelayanan yang terbaik untuk
masyarakat yang ada di pemerintahan nagari serta
tidak membutuhkan
biaya
sebuah
yang
besar
untuk
memperoleh
pelayan.
Sebagai pel atau obat terhadap penyakit pelayan yang terjadi selama ini
adalah konsep good governance, dapat di terapkan kepada petugas pelayan
publik yang ada di nagari . Dengan cara memberikan pelatihan pelayanan
publik kepada petugas yang ada di nagari. Sekali lagi kita berharap pelayan
publik yang efesiean efektif dan akuntabilitas dapat di wujudkan di nagari.
Prinsip good
berlaku
untuk
governance yang
semua
jenjang
dijelaskan
tersebut
pemerintahan,
baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Mau tidak
mau,
mampu
ataupun
tidak
mampu,
dalam
menyelenggarakan otonomi daerah, pemerintah daerah
dituntut
untuk
governance karena
menerapkan
prinsip
prinsip-prinsip good
tersebut
telah
menjadi
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .29
paradigma
baru
didalam
menyelenggarakan
kepemerintahan yang digunakan secara universal.
Pemerintahan yang baik tidak di lihat dari sistem
yang berbuat atau rancangan undang-undang yang di
rumuskan,
melainkan
suatu
sikap
yang
pasti
dalam
menangani suatu permasalahn tanpa memandang siapa
serta mengapa hal tersebut harus di lakukan. Pada sisi lain,
pemerintah
pusat
memiliki
kewajiban
untuk
menyebarluaskan konsep good governance kepada seluruh
jajaran pemerintahan karena konsep tersebut menjadi salah
satu ukuran keberhasilan birokrasi pemerintahan.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://rochem.wordpress.com/2012/01/07/good-governance-tata-
pemerintahan-yang-baik/
( Waktu akses 10/11/2016
19: 00 WIB )
2. http://www.tammangalle.com/2013/02/10-prinsip-tata-pemerintahan-
yang-baik.html
( Waktu akses 10/11/2016
19: 10 WIB )
3. http://celotehlestarius.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-dan-
konsep-good-governance.html
( Waktu akses 10/11/2016
19: 25 WIB )
4. http://higheststartiika.blogspot.co.id/2013/04/tata-kelola-
pemerintahan-yang-baik-dan.html.
( Waktu akses 10/11/2016
19: 40 WIB )
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .30
Tata Pemerintahan Yang Baik ( Good Governance ) .31