Tugas Manajemen Risiko bencana alam

Manajemen Risiko: Perbandingan Risiko Pasar dan Risiko Likuiditas Bank BNI
Konvensional dengan Bank BRI Syariah
Kelompok 8
Anggota:
Elida Kusumastuti

(20130730030)

Wahida Turrohmah

(20130730035)

Reni Agustina

(20130730036)

Nurul Ma’rifah

(20130730047)

Vio Daniswan


(20120730048)

Tabel Perhitungan Risiko Kredit Bank BNI Konvensional dengan Bank BRI Syariah tahun
2010 – 2014
Bank BNI Konvensional

Bank BRI Syariah

Rumus NPL digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan Bank BNI Konvensional pada
faktor risiko kredit, sedangkan untuk Bank BRI Syariah menggunakan rumus NPF. Rasio NPL
dan NPF dapat menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola kredit bermasalah/pembiayaan
bermasalah dari keseluruhan kredit/pembiayaan yang diberikan oleh bank. Hasil dari perhitungan
rasio NPL menunjukkan bahwa risiko kredit Bank BNI Konvensional dari tahun 2010 sampai
tahun 2014 semakin menurun, artinya dapat mengindikasikan kelangsungan keuangan Bank BNI
Konvensional yang baik. Sedangkan untuk NPF Bank BRI Syariah semakin naik, artinya Bank
BRI Syariah perlu berhati-hati terhadap pembiayaan macet maupun yang tidak lancar.

Tabel Perhitungan Risiko Likuiditas Bank BNI Konvensional dengan Bank BRI Syariah
tahun 2010 – 2014

Bank BNI Konvensional

Bank BRI Syariah

Rasio LDR digunakan untuk mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan bank
dengan dana yang diterima oleh bank, yang menggambarkan kemampuan bank dalam membayar
kembali penarikan dana oleh masyarakat dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya. LDR digunakah untuk Bank BNI Konvensional, sedangkan untuk Bank
BRI Syariah menggunkana istilah FDR.
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa LDR Bank BNI Konvensional dari tahun 2010
sampai tahun 2014 semakin tinggi. Rasio LDR yang semakin tinggi harus diperhatikan oleh
Bank BNI Konvensional, karena tingginya rasio LDR tersebut mengindikasikan bahwa semakin
rendah kemampuan likuiditas sebuah bank karena terlalu besar jumlah dana masyarakat yang
dialokasikan ke kredit. Sedangkan untuk Bank BRI Syariah, dari tahun 2010 sampai tahun 2013
juga mengalami peningkatan, namun pada tahun 2014, rasio FDR semakin rendah. Artinya Bank
BRI Syariah mulai memperkuat kemampuan likuiditasnya.

Tabel Perhitungan Risiko Likuiditas Bank BNI Konvensional dengan Bank BRI Syariah
tahun 2010 – 2014
Bank BNI Konvensional


Bank BRI Syariah

Rasio LAR digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan
kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank. Nilai rasio LAR Bank BNI
Konvensional dari tahun 2010 hingga 2014 tergolong sangat baik karena nilai rasio lebih dari
50% dan kurang dari 75%. Nilai rasio LAR Bank BNI Konvensional dari tahun 2010 hingga
tahun 2014 mengalami peningkatan. Nilai rasio LAR yang terus meningkat memang baik tetapi
harus tetap diperhatikan, jika kenaikan tersebut semakin besar hingga nilai rasio mencapai lebih
besar dari 75% maka bank tersebut terindikasi tidak likuid.
Sedangkan nilai rasio LAR untuk Bank BRI Syariah dari tahun 2010 hingga 2014
cenderung fluktuative. Pada tahun 2014 rasio LAR Bank BRI Syariah semakin kecil yaitu
77,13%. Bank BRI Syariah harus terus memantau pembiayaan yang diberikan kepada nasabah,
agar dapat mempertahankan likuiditasnya. Nilai Rasio LAR yang terlalu besar mengindikasikan
bahwa bank beresiko mengeluarkan asetnya lebih banyak untuk membiayai kredit yang
terindikasi bermasalah. Apabila kredit yang diberikan lebih banyak, risiko yang didapatkan dari
kredit tersebut akan semakin besar juga dan dapat mempengaruhi likuiditas bank atas aset yang
dimilikinya.
Kesimpulan:
Risiko kredit: Untuk risiko kredit, Bank BNI Konvensional lebih baik dalam mengelola kredit

bermasalah dibandingkan Bank BRI Syariah. Sehingga Bank BNI Konvensional memiliki risiko
kredit yang lebih kecil daripada Bank BRI Syariah.
Risiko Likuiditas: Dari segi likuiditas, Bank BNI Konvensional lebih baik dibanding Bank BRI
Syariah.