MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DISUSUN

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR
PUBLIK

DISUSUN

OLEH :

IRDA

DEWI
FITRAH

1292130010
AKUNTANSI DIPLOMA 3

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI
TAHUN AJARAN 2013-2014

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama

nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
1

“akuntansi sektor publik”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW yang menjadi panutan kita umat islam di seluruh dunia.
Makalah ini dibuat dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan karya yang bisa
dipertanggungjawabkan hasilnya. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait
yang telah membantu kami dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar dalam makalah
ini. Oleh karena itu, saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. Terima kasih dan semoga makalah
ini bisa memberikan sumbangsi positif bagi kita semua.

Makassar, 2 Juni 2014

Irda Dewi Fitrah

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.....................................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................................
2

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................................
RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................................
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH...................................................................................
UNSUR-UNSUR APBD................................................................................................................................
BENTUK DAN SUSUNAN APBD..................................................................................................................
PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA..............................................................
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN....................................................................................................
BASIS AKUNTANSI.....................................................................................................................................
AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL.................................................................................................................
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN.......................................................................................................
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN.................................................................................................................
TANGGUNG JAWAB PELAPORAN KEUANGAN...........................................................................................
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kurun waktu 12 tahun di era reformasi, indonesia sedang melakukan pembenahan di segala
bidang. Termasuk pembenahan dalam pengelolaan keuangan negara. Saat ini pemerintah dituntut untuk
lebih transparan memberikan informasi terkait pengelolaan keuangan negara kepada masyarakat.
Terlebih adanya UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, di mana pada undang3

undang ini badan publik memliki kewajiban untuk menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan
informasi publik yang berada dibawah kewenangannya. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh
lembaga publik merupakan barang publik yang berhak diperoleh oleh masyarakat.
Dalam melakukan pengelolaan keuangan negara tentunya perlu diketahui ruang lingkup dari keuangan
negara tersebut. Menurut Halim, ruang lingkup keuangan negara dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu :
1. Dikelola langsung oleh pemerintah di mana komponen keuangan negara mencakup seluruh
penerimaan dan pengeluarannya.
2. Keuangan negara yang dipisahkan kepengurusannya yaitu kompenen keuangan negara yang
pengurusannya dipisahkan dan cara pengelolaannya berdasarkan hukum publik dan hukum
perdata.
Tuntutan masyarakat agar pengelolaan negara dijalankan dengan transparan dan akuntabel sejalan
dengan keinginan masyarakat internasional. Salah satu kunci pengembangan di dalam tata kelola sektor

publik selama lebih dari 15 tahun adalah adanya dorongan yang kuat oleh lembaga-lembaga
internasional, seperti Organisatiaon For Economic Coorperation and Development (OECD), The
Internasional Monetary Fund (IMF), dan World Bank kepada negara-negara di dunia untuk mengganti
sistem akuntansi tradisionalnya dari akuntansi berbasis kas ke sistem akuntansi berbasis akrual seperti
pada sektor swasta. Hasilnya pada tahun 2010, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP)
menerbitkan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual yang ditetapkan melalui PP Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) menggantikan PP nomor 24 Tahun 2005 yang
menggunakan basis kas menuju akrual.
Lingkup pengaturan PP Nomor 71 tahun 2010 adalah meliputi SAP Berbasis Akrual dan SAP Berbasis
Kas Menuju Akrual. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dapat berlaku selama masa transisi bagi entitas
yang belum siap untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual. Walaupun entitas pelaporan untuk sementara
masih diperkenankan menerapkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual, entitas pelaporan diharapkan dapat
segera menerapkan SAP Berbasis Akrual.

4

A. RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

MENJELASKAN DEFINISI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
MENGURAIKAN UNSUR-UNSUR APBD
MENJELASKAN BENTUK DAN SUSUNAN APBD
MENGURAIKAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
MENGURAIKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
MENGURAIKAN BASIS AKUNTANSI
MENGURAIKAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
MENJELASKAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
MENGURAIKAN TUJUAN LAPORAN KEUANGAN
MENJELASKAN TANGGUNG JAWAB PELAPORAN KEUANGAN

B. TUJUAN

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

MEMAHAMI DEFINISI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
MENGETAHUI UNSUR-UNSUR APBD
MENGETAHUI BENTUK DAN SUSUNAN APBD
MENGETAHUI PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
MENGETAHUI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
MENGETAHUI BASIS AKUNTANSI
MEMAHAMI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
MENGETAHUI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
MEMAHAMI TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

MENGETAHUI TANGGUNG JAWAB PELAPORAN KEUANGAN

BAB 2
PEMBAHASAN
5

1. DEFENISI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
APBD dapat didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan pemda, di mana pada satu
pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatankegiatan dan proyek-proyek daerah selama satu tahun anggaran tertentu,dan pihaklain
menggambarkan perkiraan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi
pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud.
Sedangkan definisi APBD pada orde lama adalah kegiatan badan legislatif ( DPRD) memberikan
kredit kepada badan eksekutif (kepala daerah)untuk melakukan pembiayaan guna kebutuhan
rumah tangga daerah sesuai dengan rancangan yang menjadi dasar penetapan anggaran dan
yang menunjukkan semua penghasilan untuk menutup pengeluaran tadi.
2. UNSUR-UNSUR APBD
Dari kedua definisi tersebut, menunjukkan bahwa APBD sebagai anggaran daerah memiliki
unsur-unsur sebagai berikut:
1. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara terperinci.
2. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya terkait

aktivitas tersebut, dan adanya biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran yang akan
dilaksanakan.
3. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka.
4. Periode anggaran, biasanya satu tahun.
3. BENTUK DAN SUSUNAN APBD
Pada era prareformasi, bentuk dan susunan APBD telah mengalami dua kali perubahan.
Berdasarkan UU Nomor 16 Tahun 1975, pada awalnya APBD terdiri atas:
1. Anggaran rutin, yang dibagi lebih lanjut menjadi pendapatan dan belanja rutin.
2. Anggaran pembangunan, yang juga dibagi lebih lanjut menjadi pendapatan dan belanja
pembangunan.
Susunan tersebut kemudian mengalami perubahan-perubahan, dengan dikeluarkannya
peraturan-peraturan dalam kurun waktu tahun 1984-1988. APBD tidak lagi terbagi atas
anggaran rutin dan pembangunan, tetapi:
1. Pendapatan, yang terbagi lagi menjadi pendapatan daerah, penerimaan pembangunan,
dan urusan kas dan perhitungan ( UKP )
2. Belanja, yang diperinci lagi menjadi belanja rutin ( diklasifikasikan ke dalam 10 bagian )
dan belanja pembangunan (diklasifikasikan menjadi 21 sektor )

4. PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
Penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsipprinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang diterima

secara umum merupakan upaya konkret untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara. Dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 ditetapkan bahwa laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disampaikan berupa laporan keungan yang
setidak-tidaknya dibagi menjadi laporan pelaksanaan anggaran, terdiri atas laporan realisasi
6

anggaran, dan laporan perubahan saldo anggaran lebih; serta laporan finansial, berupa neraca,
laporan operasional, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai
dengan standar akuntansi pemerintahan ( SAP ). Laporan keuangan tersebut, setelah diperiksa
oleh Badan Pemeriksa Keuangan harus diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah selambat-lambatnya enam bulan setelah berakhirnya tahun anggaran
yang bersangkutan. Laporan pertanggungjawaban yang tidak informatif tentunya akan
mengganggu terwujudnya pemerintahan yang transparan dan akuntabel.
5. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) pertama kali yang diterbitkan oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan (KSAP) adalah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2005 pada tanggal 13 Juni 2005. Inilah untuk pertama kali Indonesia memiliki Standar
Akuntansi Pemerintahan sejak Indonesia Merdeka. Saat ini, SAP menurut PP Nomor 24 Tahun
2005 tidak lagi berlaku dan diganti dengan SAP menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 yang
merupakan SAP Berbasis Akrual yang ditetapkan pada tanggal 22 Oktober 2010 dan dapat mulai

diterapkan sejak peraturan pemerintah tersebut ditetapkan. SAP Berbasis Akrual merupakan
amanat dari Pasal 36 ayat 1 UU Nomor 17 Tahun 2010 dan Pasal 70 ayat 2 UU Nomor 1 Tahun
2004, sehingga PP Nomor 24 Tahun 2005 memang harus diganti.
Lingkup pengaturan PP Nomor 71 Tahun 2010 adalah meliputi SAP Berbasis Akrual dan SAP
Berbasis Kas Menuju Akrual. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dapat berlaku selama masa transisi
bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual. Walaupun entitas
pelaporan untuk sementara masih diperkenankan menerapkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual,
entitas pelaporan diharapkan dapat segera menerapkan SAP Berbasis Akrual.
Laporan keungan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual dimaksudkan untuk
memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan (stakeholders), untuk para
pengguna maupun pemeriksa laporan keuangan pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan.
6. BASIS AKUNTANSI
Basis akuntansi adalah perlakuan pengakuan atas hak dan kewajiban yang timbul dari transaksi
keuangan. Perbedaan basis akan berpengaruh terhadap proses akuntansi. Dalam akuntansi
dikenal adanya dua basis yaitu basis kas dan basis akrual. Basis kas adalah basis yang mengakui
timbulnya hak atau kewajiban pada saat kas diterima atau dikeluarkan. Basis akrual adalah basis
yang mengakui adanya hak atau kewajiban pada saat perpindahan hak lepas dari saat kas
diterima atau dikeluarkan.
Meskipun PP Nomor 71 Tahun 2010 dinyatakan sebagai SAP Berbasis Akrual, namun sebenarnya

basis akuntansi yang digunakan tidak sepenuhnya basis akrual. Bahkan, mengarah pada basis
akrual modifikasian,yaitu transaksi-transaksi tertentu dicatat dengan menggunakan basis kas dan
untuk sebagian besar transaksi dicatat menggunakan basis akrual. SAP Berbasis Akrual menurut
PP Nomor 71 Tahun 2010 adalah SAP yang mengakui Pendapatan-LO,beban, aset, utang, dan
ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan-LRA, belanja, dan
pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan

7

dalamAPBN atau APBD, yaitu basis kas. Jadi, sebenarnya SAP tidak menganut basis akrual secara
penuh tetapi basis modifikasian, yaitu akrual modifikasian.
7. AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
Sistem akuntansi akrual adalah sistem pencatatan yang mencatat pendapatan pada saat
pendapatan tersebut diperoleh (earned)—kas diterima maupun tidak—dan beban dicatat pada
saat beban tersebut terjadi (incurred)—kas dibayarkan atau tidak. Sementara, akuntansi berbasis
akrual berarti bahwa pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui
dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan
berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar.
Dalam sistem basis akrual harus diterapkan sistem alokasi yang umumnya dilakukan secara
subjektif arbitter karena pembebanan biaya, pengakuan pendapatan, dan prinsip “matching”nya
harus mematuhi prinsip “time period”. Artinya, jika terdapat biaya yang digunakan untuk
mendapatkan penghasilan pada periode tahun buku yang dilaporkan, maka walaupun belum
dibayar harus diperhitungkan karena memang sudah merupakan hak atas kewajiban entitas.
Jadi, dalam basis akrual yang menjadi dasar pencatatan transaksi adalah isu “title” atau hak dan
kewajiban tanpa melihat apakah sudah diterima atau dibayar melalui transaksi kas atau tidak.
8. PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
SAP Berbasis Akrual (modifikasian) menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 dapat diterapkan secara
bertahap adari SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual
(modifikasian). Ketentuan lebih lanjut penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap akan
diatur melalui peraturan menteri keuangan (permenkeu) dan peraturan menteri dalam negeri
(pemendagri). Begitu juga, apabila diperlukan perubahan terhadap PSAP, perubahan tersebut
akan diatur dengan permenkeu setelah mendapat pertimbangan dari BPK dengan tetap melalui
proses baku penyusunan. SAP mengatur mengenai informasi yang harus disajikan dalam laporan
keuangan, bagaimana menetapkan, mengukur,dan melaporkannya. Oleh karena itu, SAP
mengatur penyajian pos-pos yang harus disajikan dalam laporan keuangan seperti pos kas,
piutang, aset tetap, dan seterusnya. Laporan keuangan pokok yang wajib disusun dan disajikan
oleh entitas pelaporan menurut PP Nomor 24 Tahun 2005 yaitu sebagai berikut:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas (LAK)
4. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Sedangkan, SAP Berbasis Akrual (modifikasian) menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 mewajibkan
entitas pelaporan menyusun dan menyajikan tujuh laporan keungan pokok yang terbagi ke
dalam dua jenis pelaporan, yaitu pelaporan finansial berbasis akrual dan pelaporan pelaksanaan
anggaran berbasis kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Pelaporan finansial terdiri atas:
1. Neraca
2. Laporan Operasional (LO)
3. Laporan Arus Kas
4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
8

Sedangkan, Laporan pelaksanaan anggaran terdiri atas:
1. LRA berbasis kas
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)
Ditambah dengan CaLK yang merupakan laporan yang memerinci atau menjelaskan lebih lanjut
atas pos-pos dalam laporan pelaksanaan anggaran maupun finansial dan merupakan laporan
yang tidak terpisahkan dari kedua pelaporan tersebut.
9. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN
Paragraf 9 PSAP Nomor 01 memuat tujuan laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan pada
paragraf tersebut, terdiri atas tujuan umum dan tujuan spesifik. Tujuan umum laporan keuangan
menurut PP Nomor 24 Tahun 2005 adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan,
realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi
para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Sementara, menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, tujuan umum laporan keuangan adalah
menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus
kas, hasil operasi dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para
pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai sumber daya. Tidak adanya
kata “kinerja keuangan” pada PP Nomor 71 Tahun 2010, disebabkan karena adanya Laporan
Operasional (LO) sebagai bagian dari Laporan keuangan pokok pemerintah yang harus disajikan
oleh entitas pelaporan, sebagai nama lain dari Laporan Kinerja Keuangan yang disebutkan dalam
PP Nomor 24 Tahun 2005 yang sifatnya opsional.
Sedangkan tujuan spesifik laporan keuangan adalah pelaporan keuangan pemerintah adalah
untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk
menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya,dengan:
1. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas
pemerintah
2. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban dan
ekuitas pemerintah
3. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi
4. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya
5. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan
memenuhi kebutuhan kasnya
6. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan
kegiatan pemerintahan
7. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan
dalam mendanai aktivitasnya
Berdasarkan tujuan umum dan tujuan spesifik tersebut, dapat dengan segera dipahami bahwa
laporan keuangan mempunyai prospektif dan prediktif. Peran prospektif, artinya laporan
keuangan pemerintah merupakan catatan historis yang dapat digunakan untuk melihat kondisi
pemerintah saat ini dan sebelumnya serta menilai kinerja pemerintah berdasarkan laporan
9

keuangan. Peran prediktif, artinya laporan keuangan dapat dijadikan dasar referensi bagi
pemangku kepentingan untuk memprediksi kondisi keuangan pemerintah di masa yang akan
datang berdasarkan data historis yang tercantum dalam laporan keuangan.
10. TANGGUNG JAWAB PELAPORAN KEUANGAN
Paragraf 13 PSAP Nomor 01 memuat tentang tanggung jawab pelaporan keuangan. Dalam hal
ini, pihak yang bertanggung jawab atas pelaporan keuangan adalah berada pada pimpinan
entitas. Dalam akuntansi sektor publik, terdapat dua jenis entitas yaitu entitas akuntansi dan
entitas pelaporan. Pada PP Nomor 24 Tahun 2005 tidak diungkapkan pengertian entitas
akuntansi, sementara pada PP Nomor 71 Tahun 2010 pengertian entitas akuntansi diungkapkan
pada KK paragraf 21. Entitas akuntansi adalah unit pada pemerintahan yang mengelola
anggaran,kekayaan dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan
keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakan. Sedangkan, entitas pelaporan adalah unit
pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan
peraturan perundang undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa
laporan keuangan.
Jadi yang dimaksud “pimpinan entitas” pada paragraf 13 PSAP Nomor 01 tersebut adalah
pimpinan entitas pelaporan. Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010, entitas pelaporan di
lingkungan pemerintah pusat adalah masing-masing kementerian negara atau lembaga di
lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah pusat itu sendiri (lihat KK paragraf 22), di mana
pemerintah pusat berwenang menyusun laporan keuangan konsolidasi dari laporan keuangan
seluruh kementerian negara atau lembaga yang dilaksanakan oleh menteri keuangan selaku
bendahara umum negara. Sementara, yang bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan
negara adalah Presiden Republik Indonesia. Pada pemerintah daerah yang menjadi entitas
pelaporan adalah seluruh pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota. Sehingga, akan terdapat
lebih dari 500 entitas pelaporan di republik ini, yang kesemuanya wajib menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah.

BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN
Negara dan pemerintah pusat sebagai sasaran akuntansi sektor publik merupakan konsekuensi
dari pembentukan pemerintahan negara Indonesia. Pengaturan secara jelas kekuasaan atas
pengelolaan keuangan negara merupakan prinsip pokok dalam pengelolaan keuangan negara
yang transaparan dan akuntabel. Penerapan prinsip ini diyakini berpengaruh besar bagi upaya
10

pencapaian tujuan bernegara mengingat manifestasi pengelolaan keuangan negara dalam
penyelenggaraan fungsi pemerintahan adalah disusun dan dilaksanakannya APBN dan APBD
setiap tahun.
Semakin meningkatnya tuntutan publik untuk akuntabel dan transparan dalam pengelolaan
keuangan negara telah mendorong ke arah wacana untuk menerapkan sistem akuntansi
pemerintahan berbasis akrual. Sistem akuntansi berbasis kas telah terbukti memiliki
kelemahan. Kelemahan yang mendasar dari sistem akuntansi kas adalah laporan keuangan
yang dihasilkan tidak informatif, tidak terintegrasi, dan tidak komprehensif.sehingga jika tetap
menggunakan sistem akuntansi kas akan menghambat semangat reformasi untuk menciptakan
pemerintahan yang good governance. Namun demikian, bukan berarti penerapan akuntansi
akrual pada akuntansi pemerintahan,yang lebih banyak menggunakan akuntansi
anggaran,tidak menuai kritik dan perdebatan. Kritik dan perdebatan tersebut telah
memberikan keraguan untuk menerapkan akuntansi akrual secara penuh pada organisasi
pemerintahan.
Harus diakui, kehadiran PSAP masih memiliki kelemahan pada beberapa hal, terutama terkait
dengan basis akuntansi yang digunakan tidak konsisten dan bahkan melanggar undangundang. Penggunaan basis akuntansi akrual pada PP Nomor 71 Tahun 2010 dianggap tidak
penuh dan mengarah pada penggunaan basis akuntansi akrual modifikasian. Tidak
dicantumkannya laporan surplus defisit (laporan kinerja) dalam komponen laporan keuangan
pemerintah menurut PP Nomor 24 Tahun 2005, menimbulkan tanda tanya besar, apakah
pemerintah serius dalam upayanya mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik,
transparan dan akuntabel. Sekalipun masih banyak kelemahan,namun kehadiran standar
akuntani pemerintahan tetap perlu mendapat apresiasi positif. Kehadiaran standar ini menjadi
langkah awal bagi perbaikan sistem akuntansi pemerintahan yang selama ini dijalankan tanpa
standar yang baku.

DAFTAR PUSTAKA
Buku :
1. Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah, edisi ke-3.
Jakarta:Salemba Empat.
2. Mahsun, M., Firma Sulistiyowati, dan Heribertus,A.P.2011. Akuntansi Sektor Publik, edisi ke3.Yogyakarta: BPFE-UGM
3. Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: CV Andi Offset
Internet :
11

1. http://ghodz.files.wordpress.com/2008/04/ak-sek-publik.pdf
2. http://www.ksap.org/riset&artikel/Art15.pdf

12