Aktor Keamanan dan Doktrin COIN (1)
AKTOR KEAMANAN DAN DOKTRIN COUNTERINSURGENCY
Sigit
Doktrin adalah prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh kekuatan atau elemen
militer sebagai panduan tindakan-tindakan di dalam mendukung tujuan nasional.
Doktrin juga bersifat memiliki kewenangan tetapi memerlukan pertimbangan dalam
aplikasi
atau
penerapannya.
Sedangkan
Kontra
Insurgensi (counterinsurgency-
COIN) merupakan seperangkat tindakan politik, ekonomi, sosial, dan keamanan yang
terintegrasi, dan dimaksudkan untuk mengakhiri dan mencegah terulangnya kekerasan
bersenjata, menciptakan dan memelihara struktur politik, ekonomi, dan sosial yang
stabil, dan menyelesaikan penyebab pemberontakan dalam rangka membangun dan
mempertahankan kondisi yang diperlukan untuk stabilitas yang langgeng.[1] Oleh
karena itu Doktrin kontra insurgensi dapat diartikan sebagai prinsip-prinsip dasar yang
digunakan sebagai panduan dalam pelaksanaan kontra insurgensi. Kemudian doktrin
kontra insurgensi tersebut harus difungsikan sebagai panduan umum sebagai tujuan
untuk pelaksanaan kampanye yang menghasilkan keamanan yang efektif dan tata
kelola
populasi
dan
wilayah
tertentu
dan
menyerang
serta
memadamkan
pemberontakan. Sehingga dengan adanya doktrin tersebut, tujuan yang hendak dicapai
dalam pelaksanaan kontra insurgensi dapat berjalan sesuai dengan tahapan-tahapan
yang telah dibuat atau digariskan dalam doktrin COIN tersebut.
Pada dasarnya doktrin kontra insurgensi antara satu daerah atau negara
dengan negara lainnya memiliki perbedaan, terutama dalam hal taktik dan strategi
dalam menghadapi insurgensi tersebut, sehingga dalam konteks kontra insurgensi ini
tidak
ada
strategi
atau
taktik
yang
terbaik,
bahkan tidak
ada
satu metode campuranpun antara strategi dan taktik yang selalu terbaik.[2] Hal tersebut
disebabkan dalam kontra insurgensi memiliki ketergantungan terhadap situasi secara
menyeluruh, termasuk diantaranya sumber daya dan kebiasaan dari insurgen itu
sendiri, sumber daya dan situasi strategis dari kontra insurgensi, serta situasi umum
yang mengarah kepada populasi atau penduduk. Sehingga lebih lanjut menurut Scott
(1970), kunci keberhasilan kontra insurgensi di Malaya belum tentu terbukti efektif
diterapkan di Vietnam dengan melihat hal-hal yang mempengaruhi kontra insurgensi itu
sendiri.
Pembuatan doktrin kontra insurgensi/COIN pada dasarnya merupakan
bagaimana prespektif pemerintah dalam memandang insurgensi tersebut, apakah
sebagai ancaman yang membahayakan atau sebagai sebuah tindakan kriminal biasa.
Selain prespektif terhadap ancaman, doktrin COIN juga harus melihat bagaimana
karakteristik
dari
daerah/lokus
dan
insurgensi
itu
sendiri
sehingga
dalam
mengaplikasikan maupun implementasi doktrin COIN tersebut dapat sesuai dengan
tujuan dari kebijakan COIN yang mampu mereduksi gangguan dan menghilangkan
kekuatan insurgensi beserta infrastruktur yang menyertainya. Dalam pelaksanaannya
harus melihat bagaimana kerawanan yang dimiliki oleh aktor keamanan sebagai
pelaksana doktrin tersebut. Kerawanan-kerawanan tersebut harus direduksi dan diatasi
sehingga bisa dianalisis resiko yang akan diterima dalam pelaksanaan doktrin COIN
tersebut.
Dengan demikian, dalam implementasinya doktrin kontra insurgensi/COIN
tersebut agar tidak menimbulkan permasalahan baru dalam insurgensi, khususnya
yang berkaitan dengan keberadaan aktor keamanan, harus mempertimbangkan
beberapa hal, seperti halnya; (1) faktor-faktor situasional yang mencakup tentang
lingkungan fisik dan demografi, insurgensi itu sendiri, ekspektasi dan tradisi dari
populasi, serta lingkungan internasional; (2) Input dasar dan kemampuan dari kontra
insurgensi. Kemudian sebagai tindak lanjut dari implementasi dari doktrin COIN
tersebut
aktor
keamanan
harus
memahami
beberapa
hal
yang
mendukung
keberhasilan dari doktrin COIN tersebut. Pemahaman-pemahaman tersebut melingkupi
beberapa hal seperti; (1) memahami tentang bagaimana kekuatan insurgen yang
bergerak dalam lingkup pemberontakan bersenjata (arm struggle); (2) sedapat mungkin
dapat mengoptimalkan pasukan dari wilayah lokal guna mendapatkan informasi dan
data intelijen; (3) mengoptimalkan dinas intelijen sehingga dapat memperoleh akses
informasi
tentang
insurgen;
(4)
selalu
berusaha
untuk
memisahkan
antara
pemberontak/insurgen dengan penduduk sipil yang selaras dengan pendapat lama dari
Mao Zedong tentang “fish and water”.
Implementasi doktrin COIN berkaitan dengan keberadaan aktor keamanan pada
dasarnya merupakan pilar keamanan pada COIN, dimana pilar keamanan tersebut
terdiri dari (1) military security yang bertujuan untuk menciptakan dan memberikan
keamanan kepada masyarakat dari serangan dan intimidasi yang dilakukan oleh
gerilyawan,
bandit-bandit,
teroris,
atau
oleh
kelompok
bersenjata;
(2) police
security, dengan menyelenggarakan Polmas atau community policing, intelijen polisi
atau aktivitas-aktivitas khusus untuk mengumpulkan keterangan dan informasi tentang
insurgen, dan menyelenggarakan keamanan dengan menggelar paramiliter untuk
pasukan lapangan seperti halnya pasukan Brimob di Indonesia; dan (3) human
security, dengan membangun kerangka yang berkaitan dengan perwujudan dan
perlindungan HAM bagi masyarakat, institusi sipil dan individu masyarakat. Kemudian
menyelenggarakan keamanan umum dengan mengoptimalkan peran dari institusi
pendukung lainnya seperti halnya pemadam kebakaran, dinas kesehatan, pertahanan
sipil serta keamanan masyarakat.
Hal yang tidak kalah penting dalam implementasi doktrin COIN tersebut adalah
bagaimana mewujudkan kerjasama. Kerjasama ini dapat bersifat menyeluruh dan
mengikat antara aktor keamanan dengan elemen-elemen lainnya seperti instansi
pemerintahan, masyarakat, lembaga masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat
sehingga mampu memberikan pencapaian dukungan masyarakat atau populasi yang
lebih besar. Aktor keamanan baik militer maupun polisi mampu melaksanakan operasi
COIN secara efektif dan dapat menyediakan lingkungan yang aman, dimana diperlukan
untuk pembangunan. Hal tersebut dapat terwujud dengan berintegrasi dengan sektor
pemerintahan yang lainnya melalui kerjasama dan koordinasi secara implementatif
dalam penyelenggaraan di bidang administrasi sehingga mampu mengembangkan dan
menjaga
kestabilan
politik,
sosial,
dan
ekonomi,
serta
mengurangi relative
deprivation yang menjadi permasalahan selama ini. Terpenting dalam implementasinya,
doktrin COIN tersebut justru tidak memunculkan insurgensi-insurgensi baru yang
bertolak dari ketidakpuasan masyarakat atau penduduk akibat dari pelaksanaan COIN
tersebut, kemudian aktor keamanan (militer dan polisi) bukanlah satu-satunya solusi
dalam sebuah strategi COIN, tetapi masih terdapat pilar-pilar lain seperti halnya pilar
ekonomi dan politik dengan pendekatan-pendekatanya dalam mengatasi insurgensi.
Dari pembahasan diatas, Ada beberapa hal yang penting dalam implementasi
doktrin COIN dilihat dari aktor keamanan, dimana COIN tersebut juga harus mencakup
beberapa hal (1) Terrain centric, strategi COIN harus mampu menguasai wilayah
dimana insurgen berada, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pergerakan
insurgen dalam mengembangkan aksinya dan dukungan logistik. Aktor keamanan
dapat
melakukan
kegiatan
seperti
halnya
mengembangkan
satuan
komando
kewilayahan, memonitar wilayah udara/laut untuk mencegah terjadinya penyusupan
logistik insurgen lewat udara/laut ; (2) enemy centric, doktrin COIN harus meliputi
bagaimana strategi COIN dapat menguasai musuh melalui pengamanan daerah rawan
dengan melakukan patroli darat, laut dan udara serta melakukan strategi anti gerilya
terhadap insurgen, menyiapkan satuan tempur; (3) Population Centric, doktrin COIN
bagi aktor keamanan harus mengaplikasikan pendekatan teritorial melalui kelompok
masyarakat, agama guna mendapatkan civil support, dan melalui Operasi Teritorial
yang
didukung
operasi
Intelijen
dengan memberdayakan
masyarakat
untuk
memenangkan pikiran dan hati masyarakat tersebut; (4) Infrastructure Centric, ikut
berperan dalam membangun infrastruktur bersama-sama dengan aktor pemerintahan
maupun non pemerintah dalam memajukan wilayah yang menjadi basis insurgen, poin
ini lebih condong kepada peran serta aktor keamanan dalam mendukung sumber daya
untuk keberadaan infrasturktur yang memadai.
Gambar 1. Cakupan Doktrin Integrative COIN Aktor Keamanan
Sumber: Andi Widjajanto. 2013.
Satu hal yang perlu diingat adalah bagaimana kelompok insurgen dalam
mengontrol populasi/masyarakat dengan berusaha merebut hati dan pikiran mereka
sehingga kelompok insurgen ini bisa membentuk dan mengkontruksi elemen politisnya
menjadi lebih kuat dalam melakukan perlawanan terhadap pemerintah. Sebagaimana
bagusnya strategi COIN dalam usahanya memberantas insurgensi akan menjadi
sebuah kesia-siaan ketika elemen politis yang dimiliki insurgen masih eksis dan tidak
berhenti dalam melakukan perjuangannya untuk meraih political ends-nya. Kemudian
Ho Chi Minh juga mengatakan bahwa:
“Time is the condition to be won to defeat the enemy. In military affairs time
is of prime importance. Time ranks first among the three factors necessary
for victory, coming before terrain and support of the people. Only with time
can we defeat the enemy”.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa tidak ada deadline khusus kapan
kelompok insurgen harus menyatakan kemenangan sehingga hal ini menyulitkan pihak
pemerintah yang sah karena waktu bagi pasukan militer adalah faktor penting yang
menentukan
kemenangan,
semakin
berlarutnya
pergerakan
insurgensi
akan
menambah besarnya biaya di pihak pemerintah dan membutuhkan berbagai macam
strategi COIN dalam menghadapinya.
Daftar Pustaka
Agus, Fadilah (ed). 2006. Pemberontakan dan Kontra Insurgensi. Jakarta: FRR Law
Office.
Freeman, Michael and Hy Rothstein (ed). 2011. Gangs and Guerrillas. USA: Guardian
News & Media.
Galula, David. 2006. Counterinsurgency Warfare Theory and Practice. Westport:
Praeger Security International.
Kilcullen, David J. 2010. Counterinsurgency. NY: Oxford University Press.
Muradi. 2012. Densus 88 AT Konflik, Teror, dan Politik. Bandung: Dian Cipta.
Scott, Andrew M. 1970. Insurgency. Chapel Hill: The University of North Carolina Press.
US DoD. 2009. Joint Publication 3-24 Counterinsurgency Operation. USA: US DoD.
US Department of Army. 2006. Field Manual 3-24 MCWP 3-33.5 Counterinsurgency.
USA: Headquarters Department of Army
[1] R. Scott Moore. The Basics of Counterinsurgency.
[2] Andrew M. Scott. 1970. Insurgency. Chapel Hill: University of North Carolina Press.
Hal. 113.
Sigit
Doktrin adalah prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh kekuatan atau elemen
militer sebagai panduan tindakan-tindakan di dalam mendukung tujuan nasional.
Doktrin juga bersifat memiliki kewenangan tetapi memerlukan pertimbangan dalam
aplikasi
atau
penerapannya.
Sedangkan
Kontra
Insurgensi (counterinsurgency-
COIN) merupakan seperangkat tindakan politik, ekonomi, sosial, dan keamanan yang
terintegrasi, dan dimaksudkan untuk mengakhiri dan mencegah terulangnya kekerasan
bersenjata, menciptakan dan memelihara struktur politik, ekonomi, dan sosial yang
stabil, dan menyelesaikan penyebab pemberontakan dalam rangka membangun dan
mempertahankan kondisi yang diperlukan untuk stabilitas yang langgeng.[1] Oleh
karena itu Doktrin kontra insurgensi dapat diartikan sebagai prinsip-prinsip dasar yang
digunakan sebagai panduan dalam pelaksanaan kontra insurgensi. Kemudian doktrin
kontra insurgensi tersebut harus difungsikan sebagai panduan umum sebagai tujuan
untuk pelaksanaan kampanye yang menghasilkan keamanan yang efektif dan tata
kelola
populasi
dan
wilayah
tertentu
dan
menyerang
serta
memadamkan
pemberontakan. Sehingga dengan adanya doktrin tersebut, tujuan yang hendak dicapai
dalam pelaksanaan kontra insurgensi dapat berjalan sesuai dengan tahapan-tahapan
yang telah dibuat atau digariskan dalam doktrin COIN tersebut.
Pada dasarnya doktrin kontra insurgensi antara satu daerah atau negara
dengan negara lainnya memiliki perbedaan, terutama dalam hal taktik dan strategi
dalam menghadapi insurgensi tersebut, sehingga dalam konteks kontra insurgensi ini
tidak
ada
strategi
atau
taktik
yang
terbaik,
bahkan tidak
ada
satu metode campuranpun antara strategi dan taktik yang selalu terbaik.[2] Hal tersebut
disebabkan dalam kontra insurgensi memiliki ketergantungan terhadap situasi secara
menyeluruh, termasuk diantaranya sumber daya dan kebiasaan dari insurgen itu
sendiri, sumber daya dan situasi strategis dari kontra insurgensi, serta situasi umum
yang mengarah kepada populasi atau penduduk. Sehingga lebih lanjut menurut Scott
(1970), kunci keberhasilan kontra insurgensi di Malaya belum tentu terbukti efektif
diterapkan di Vietnam dengan melihat hal-hal yang mempengaruhi kontra insurgensi itu
sendiri.
Pembuatan doktrin kontra insurgensi/COIN pada dasarnya merupakan
bagaimana prespektif pemerintah dalam memandang insurgensi tersebut, apakah
sebagai ancaman yang membahayakan atau sebagai sebuah tindakan kriminal biasa.
Selain prespektif terhadap ancaman, doktrin COIN juga harus melihat bagaimana
karakteristik
dari
daerah/lokus
dan
insurgensi
itu
sendiri
sehingga
dalam
mengaplikasikan maupun implementasi doktrin COIN tersebut dapat sesuai dengan
tujuan dari kebijakan COIN yang mampu mereduksi gangguan dan menghilangkan
kekuatan insurgensi beserta infrastruktur yang menyertainya. Dalam pelaksanaannya
harus melihat bagaimana kerawanan yang dimiliki oleh aktor keamanan sebagai
pelaksana doktrin tersebut. Kerawanan-kerawanan tersebut harus direduksi dan diatasi
sehingga bisa dianalisis resiko yang akan diterima dalam pelaksanaan doktrin COIN
tersebut.
Dengan demikian, dalam implementasinya doktrin kontra insurgensi/COIN
tersebut agar tidak menimbulkan permasalahan baru dalam insurgensi, khususnya
yang berkaitan dengan keberadaan aktor keamanan, harus mempertimbangkan
beberapa hal, seperti halnya; (1) faktor-faktor situasional yang mencakup tentang
lingkungan fisik dan demografi, insurgensi itu sendiri, ekspektasi dan tradisi dari
populasi, serta lingkungan internasional; (2) Input dasar dan kemampuan dari kontra
insurgensi. Kemudian sebagai tindak lanjut dari implementasi dari doktrin COIN
tersebut
aktor
keamanan
harus
memahami
beberapa
hal
yang
mendukung
keberhasilan dari doktrin COIN tersebut. Pemahaman-pemahaman tersebut melingkupi
beberapa hal seperti; (1) memahami tentang bagaimana kekuatan insurgen yang
bergerak dalam lingkup pemberontakan bersenjata (arm struggle); (2) sedapat mungkin
dapat mengoptimalkan pasukan dari wilayah lokal guna mendapatkan informasi dan
data intelijen; (3) mengoptimalkan dinas intelijen sehingga dapat memperoleh akses
informasi
tentang
insurgen;
(4)
selalu
berusaha
untuk
memisahkan
antara
pemberontak/insurgen dengan penduduk sipil yang selaras dengan pendapat lama dari
Mao Zedong tentang “fish and water”.
Implementasi doktrin COIN berkaitan dengan keberadaan aktor keamanan pada
dasarnya merupakan pilar keamanan pada COIN, dimana pilar keamanan tersebut
terdiri dari (1) military security yang bertujuan untuk menciptakan dan memberikan
keamanan kepada masyarakat dari serangan dan intimidasi yang dilakukan oleh
gerilyawan,
bandit-bandit,
teroris,
atau
oleh
kelompok
bersenjata;
(2) police
security, dengan menyelenggarakan Polmas atau community policing, intelijen polisi
atau aktivitas-aktivitas khusus untuk mengumpulkan keterangan dan informasi tentang
insurgen, dan menyelenggarakan keamanan dengan menggelar paramiliter untuk
pasukan lapangan seperti halnya pasukan Brimob di Indonesia; dan (3) human
security, dengan membangun kerangka yang berkaitan dengan perwujudan dan
perlindungan HAM bagi masyarakat, institusi sipil dan individu masyarakat. Kemudian
menyelenggarakan keamanan umum dengan mengoptimalkan peran dari institusi
pendukung lainnya seperti halnya pemadam kebakaran, dinas kesehatan, pertahanan
sipil serta keamanan masyarakat.
Hal yang tidak kalah penting dalam implementasi doktrin COIN tersebut adalah
bagaimana mewujudkan kerjasama. Kerjasama ini dapat bersifat menyeluruh dan
mengikat antara aktor keamanan dengan elemen-elemen lainnya seperti instansi
pemerintahan, masyarakat, lembaga masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat
sehingga mampu memberikan pencapaian dukungan masyarakat atau populasi yang
lebih besar. Aktor keamanan baik militer maupun polisi mampu melaksanakan operasi
COIN secara efektif dan dapat menyediakan lingkungan yang aman, dimana diperlukan
untuk pembangunan. Hal tersebut dapat terwujud dengan berintegrasi dengan sektor
pemerintahan yang lainnya melalui kerjasama dan koordinasi secara implementatif
dalam penyelenggaraan di bidang administrasi sehingga mampu mengembangkan dan
menjaga
kestabilan
politik,
sosial,
dan
ekonomi,
serta
mengurangi relative
deprivation yang menjadi permasalahan selama ini. Terpenting dalam implementasinya,
doktrin COIN tersebut justru tidak memunculkan insurgensi-insurgensi baru yang
bertolak dari ketidakpuasan masyarakat atau penduduk akibat dari pelaksanaan COIN
tersebut, kemudian aktor keamanan (militer dan polisi) bukanlah satu-satunya solusi
dalam sebuah strategi COIN, tetapi masih terdapat pilar-pilar lain seperti halnya pilar
ekonomi dan politik dengan pendekatan-pendekatanya dalam mengatasi insurgensi.
Dari pembahasan diatas, Ada beberapa hal yang penting dalam implementasi
doktrin COIN dilihat dari aktor keamanan, dimana COIN tersebut juga harus mencakup
beberapa hal (1) Terrain centric, strategi COIN harus mampu menguasai wilayah
dimana insurgen berada, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pergerakan
insurgen dalam mengembangkan aksinya dan dukungan logistik. Aktor keamanan
dapat
melakukan
kegiatan
seperti
halnya
mengembangkan
satuan
komando
kewilayahan, memonitar wilayah udara/laut untuk mencegah terjadinya penyusupan
logistik insurgen lewat udara/laut ; (2) enemy centric, doktrin COIN harus meliputi
bagaimana strategi COIN dapat menguasai musuh melalui pengamanan daerah rawan
dengan melakukan patroli darat, laut dan udara serta melakukan strategi anti gerilya
terhadap insurgen, menyiapkan satuan tempur; (3) Population Centric, doktrin COIN
bagi aktor keamanan harus mengaplikasikan pendekatan teritorial melalui kelompok
masyarakat, agama guna mendapatkan civil support, dan melalui Operasi Teritorial
yang
didukung
operasi
Intelijen
dengan memberdayakan
masyarakat
untuk
memenangkan pikiran dan hati masyarakat tersebut; (4) Infrastructure Centric, ikut
berperan dalam membangun infrastruktur bersama-sama dengan aktor pemerintahan
maupun non pemerintah dalam memajukan wilayah yang menjadi basis insurgen, poin
ini lebih condong kepada peran serta aktor keamanan dalam mendukung sumber daya
untuk keberadaan infrasturktur yang memadai.
Gambar 1. Cakupan Doktrin Integrative COIN Aktor Keamanan
Sumber: Andi Widjajanto. 2013.
Satu hal yang perlu diingat adalah bagaimana kelompok insurgen dalam
mengontrol populasi/masyarakat dengan berusaha merebut hati dan pikiran mereka
sehingga kelompok insurgen ini bisa membentuk dan mengkontruksi elemen politisnya
menjadi lebih kuat dalam melakukan perlawanan terhadap pemerintah. Sebagaimana
bagusnya strategi COIN dalam usahanya memberantas insurgensi akan menjadi
sebuah kesia-siaan ketika elemen politis yang dimiliki insurgen masih eksis dan tidak
berhenti dalam melakukan perjuangannya untuk meraih political ends-nya. Kemudian
Ho Chi Minh juga mengatakan bahwa:
“Time is the condition to be won to defeat the enemy. In military affairs time
is of prime importance. Time ranks first among the three factors necessary
for victory, coming before terrain and support of the people. Only with time
can we defeat the enemy”.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa tidak ada deadline khusus kapan
kelompok insurgen harus menyatakan kemenangan sehingga hal ini menyulitkan pihak
pemerintah yang sah karena waktu bagi pasukan militer adalah faktor penting yang
menentukan
kemenangan,
semakin
berlarutnya
pergerakan
insurgensi
akan
menambah besarnya biaya di pihak pemerintah dan membutuhkan berbagai macam
strategi COIN dalam menghadapinya.
Daftar Pustaka
Agus, Fadilah (ed). 2006. Pemberontakan dan Kontra Insurgensi. Jakarta: FRR Law
Office.
Freeman, Michael and Hy Rothstein (ed). 2011. Gangs and Guerrillas. USA: Guardian
News & Media.
Galula, David. 2006. Counterinsurgency Warfare Theory and Practice. Westport:
Praeger Security International.
Kilcullen, David J. 2010. Counterinsurgency. NY: Oxford University Press.
Muradi. 2012. Densus 88 AT Konflik, Teror, dan Politik. Bandung: Dian Cipta.
Scott, Andrew M. 1970. Insurgency. Chapel Hill: The University of North Carolina Press.
US DoD. 2009. Joint Publication 3-24 Counterinsurgency Operation. USA: US DoD.
US Department of Army. 2006. Field Manual 3-24 MCWP 3-33.5 Counterinsurgency.
USA: Headquarters Department of Army
[1] R. Scott Moore. The Basics of Counterinsurgency.
[2] Andrew M. Scott. 1970. Insurgency. Chapel Hill: University of North Carolina Press.
Hal. 113.