Kata kunci:: Tasamuh, Keberagamaan, dan al-Qur‟an Pendahuluan - MEMBANGUN TASAMUH KEBERAGAMAAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’A
MEMBANGUN TASAMUH KEBERAGAMAAN DALAM PERSPEKTIF AL- QUR’AN
Ade Jamarudin
UIN Sultan Syarif Kasim Riau adejamarudin@yahoo.co.id
Abstrak
Tasamuh merupakan sikap menghormati orang lain untuk melaksanakan hak-haknya. Kita tidak boleh memandang rendah suku bangsa, agama, atau kebudayaan daerah lain, apalagi bersikap menghina, membenci, atau memusuhinya. Selain itu, makna tasamuh juga dapat diartikan sabar menghadapi keyakinan-keyakinan orang lain, pendapat-pendapat mereka dan amal-amal mereka walaupun bertentangan dengan keyakinan dan batil menurut pandangan kita, dan tidak boleh menyerang dan mencela dengan celaan yang membuat orang tersebut sakit dan tersiksa perasaannya.Tasamuh dalam beragama bukan berarti kita hari ini boleh bebas menganut agama tertentu dan esok hari kita menganut agama yang lain atau dengan bebasnya mengikuti ibadah dan ritualitas semua agama tanpa adanya peraturan yang mengikat. Akan tetapi, toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agama-agama lain selain agama kita dengan segala bentuk sistem, dan tata cara peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing
Kata kunci : : Tasamuh, Keberagamaan, dan al- Qur‟an
Pendahuluan
maupun agama. Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan
Manusia merupakan makhluk sosial dalam masyarakat, maka diperlukan
yang tentunya manusia dituntut untuk sikap saling menghormati dan saling
mampu berinteraksi dengan individu lain menghargai, sehingga gesekan-gesekan
dalam rangka memenuhi kebutuhannya. yang dapat menimbulkan pertikaian
Dalam menjalani kehidupan sosial dalam dapat dihindari. Masyarakat juga
masyarakat, seorang
individu
akan
dituntut untuk saling menjaga hak dan dihadapkan dengan kelompok-kelompok
kewajiban di antara mereka. yang berbeda warna dengannya, salah
satunya adalah perbedaan agama. Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa
Dalam menjalani kehidupan sosialnya tidak bisa dipungkiri adanya gesekan-gesekan
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap yang penduduk untuk memeluk agamanya dapat terjadi antar kelompok masing-masing dan untuk beribadat menurut
masyarakat, baik yang berkaitan dengan ras masyarakat, baik yang berkaitan dengan ras
mengungkapkan satu sikap di mana sepatutnya menjunjung tinggi sikap saling
seorang muslim tidak merasa terbebani toleransi antar umat beragama dan saling
dengan keadaan keberaga-maan orang menghormati antar hak dan kewajiban yang
lain atau orang lain yang berbeda ada di antara kita demi keutuhan negara.
agama, tidak fanatik (berlebihan). Dalam bahasa Arab arti tasamuh adalah
Kebebasan beragama pada hakikatnya "sama-sama berlaku baik, lemah
adalah dasar bagi terciptanya kerukunan lembut, dan saling pemaaf." Dalam
antar umat beragama. Tanpa kebebasan pengertian istilah umum, tasamuh
beragama tidak mungkin ada kerukunan adalah "sikap akhlak terpuji dalam
antar umat beragama. Kebebasan beragama pergaulan, di mana terdapat rasa saling
adalah hak setiap manusia. Hak untuk menghargai antara sesama manusia
menyembah Tuhan diberikan oleh Tuhan, dalam batas-batas yang digariskan oleh
dan tidak ada seorangpun yang boleh
ajaran Islam".
mencabutnya.
bahasa berarti Demikian juga sebaliknya, toleransi
Menurut
tenggang rasa, sedangkan menurut antar umat beragama adalah cara agar
istilah tasamuh berarti menghargai kebebasan beragama dapat terlindungi
sesama. Ada yang bilang maksud dari dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak
Tasamuh /toleransi adalah bersikap dapat diabaikan. Namun, yang seringkali
menerima dan damai terhadap terjadi adalah penekanan dari salah satunya,
keadaan yang dihadapi, misalnya misalnya penekanan kebebasan yang
toleransi dalam agama, maksudnya mengabaikan toleransi dan usaha untuk
antar agama saling menghormati hak merukunkan dengan memaksakan toleransi
dan kewajiban masing-masing tidak dengan membelenggu kebebasan. Untuk
saling mengganggu . Dari sini tasamuh dapat
mempersandingkan
keduanya,
pemahaman yang benar mengenai kebebasan dapat dimaknai “toleransi beragama”.
Kata toleransi sebenarnya bukanlah beragama dan toleransi antar umat beragama bahasa “asli” Indonesia, tetapi serapan merupakan sesuatu yang penting dalam dari bahasa Inggris “tolerance”, yang kehidupan sehari-hari bermasyarakat.
definisinya juga tidak jauh berbeda
Epistimologi Tasamuh
toleransi/toleran. Tasamuh adalah bentuk (mubalaghah)
dengan
kata
Menurut Oxford Advanced Learners dari “samaha” yang dalam bahasa Indonesia
Dictionary of Current English, biasa diartikan “tenggang rasa” atau dalam
toleransi adalah quality of tolerating istilah disebut toleransi. Praktisnya, tasamuh
opinions, beliefs, customs, behaviors, etc, adalah mudah dalam berinteraksi, fleksibel,
different from one‟s own (Hornby, 1986). berperilaku enteng tidak menyulitkan. Istilah
Adapun dalam bahasa Arab, “tasamuh” mulai populer pada fase-fase
istilah yang lazim dipergunakan akhir abad yang lalu, oleh para cendikiawan
sebagai padanan dari kata toleransi sebagai padanan dari kata toleransi
menjadi latar belakang sikap tidak al-shadr (lapang dada) dan tasâhul (ramah,
tasamuh adalah over dosis fanatisme suka memaafkan). Makna ini selanjutnya
agama menjelma menjadi faktor berkembang
ketidaksukaan kepada apa saja yang dada/terbuka (welcome) dalam menghadapi
dianggap menyalahi/berbeda. Dari sini perbedaan yang bersumber dari kepribadian
kemudian muncul keinginan mengajak yang mulia (Ahmad Warson Munawwir,
atau menambah follower, tentu saja ada 1997).
yang mau diajak ada juga yang menolak, kondisi ini terkadang
Jadi, toleransi beragama adalah ialah diperparah oleh penolakan dengan
sikap sabar dan menahan diri untuk tidak celaan. Lalu muncullah sikap eksklusif
mengganggu dan tidak melecehkan agama hanya mau bergabung dengan yang
atau sistem keyakinan dan ibadah penganut seiman/sepaham, dan menutup diri
agama-agama lain . untuk bergaul dengan yang tidak
Makna toleransi yang sebenarnya seiman/sepaham. Sikap eksklusif yang bukanlah mencampura-dukkan keimanan
terelaborasi sedimikian rupa itu dan ritual Islam dengan agama non Islam,
kemudian berangsur-angsur menim- tapi menghargai eksistensi agama orang lain.
bulkan rasa tidak suka terhadap Toleransi
mereka yang tak seiman/sepaham, konteks sosial, budaya dan agama
berlaku kasar, bahkan represif dan berarti sikap dan perbuatan yang melarang
yang
intimidatif.
adanya diskriminasi terhadap kelompok- Banyak sekali fakta sejarah
kelompok yang berbeda atau tidak dapat terpampang menggambarkan absennya
diterima oleh mayoritas dalam suatu sikap tasamuh, di antara yang terekam
masyarakat. Contohnya adalah toleransi dalam al- Qur‟an misalnya kisah beragama, dimana penganut mayoritas dalam kekejaman Ashabul Ukhdud (Yahudi
suatu masyarakat mengizinkan keberadaan Yaman) membangun parit api untuk
agama-agama lainnya (al-Baghowy, 2011). membakar hidup-hidup kaum Nasrani
Tentu sikap ini bukanlah hal baru di Najran. Peristiwa yang begitu dunia Islam, di Madinah Rasulullah SAW
mencekam itu bermula dari ketidak- tidak enggan berdampingan dengan pribumi
sukaan para tokoh Yahudi atas Yahudi maupun Nasrani. Juga bisa kita
banyaknya rakyat yang berubah haluan ambil contoh lain Sayyidina Umar RA ketika
lebih memilih menjadi Nasrani. Begitu menaklukkan Jerussalem, tempat-tempat
pula perseteruan mayoritas vs ibadah warga non muslim tetap berdiri utuh
minoritas, sejarah mencatat banyak tidak dirusak, pemeluknya diberikan
fakta di mana mayoritas cenderung kebebasan untuk menjalankan aktivitas
ingin mendominasi dalam segala hal, ibadah sesuai tuntunan yang mereka
menghalangi aktivitas ritual minoritas, percayai.
bahkan terkadang membabi buta bahkan terkadang membabi buta
Sesungguhnya Allah Maha Indonesia. Islam meski dengan jelas mengetahui lagi Maha Mengenal.
menyatakan ketidaktepatan agama selainnya, Sebab turunnya QS. al-Hujurat: namun demikian tidak menjadikan pengikut
13, diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ḥatim agama lain sebagai musuh, tidak pula
al- Ḥakimyang bersumber dari Ibnu mengajarkan mencela hak menjalan-kan
Abi Mulaikah, dia mengemukakan: ketentuan yang mereka yakini dan hak-hak
“Ketika Fat ḥu Makkah (penaklukan lain dalam kehidupan.
kota Makkah), Bilal naik ke atas Tasamuh dalam Islam lahir dari
Ka‟bah untuk mengumandangkan reformasi pemikiran dan kemuliaan budi
adzan. Beberapa orang berkata: pekerti yang sudah melekat kuat sejak
“Apakah pantas budak hitam ini adzan diangkatnya Muhammad sebagai Rasul. Oleh
di atas Ka‟bah?”, maka berkatalah karena itu, Islam menjadikannya sebagai
yang lainnya: “Sekiranya Allah salah satu landasan pranata sosialnya. membenci orang ini, pastilah Dia akan
menggantikannya”. Ayat ini turun
Tasamuh dalam Agama Islam
sebagai penegasan bahwa dalam Islam Tasamuh mengarah kepada sikap
tidak ada diskriminasi, yang paling terbuka dan mau mengakui adanya berbagai
mulia adalah yang paling bertaqwa. macam perbedaan, baik dari sisi suku
Ibnu „Asakir meriwayatkan bangsa, warna kulit, bahasa, adat-istiadat,
dalam Kitab Mubhamat-nya (yang budaya, bahasa, serta agama. Ini semua
ditulis tangan oleh Ibnu Basykuwai), merupakan fitrah dan sunnatullah yang
yang bersumber dari Abu Bakr bin Abi sudah menjadi ketetapan Tuhan. Landasan
dalam tafsirnya, dasar pemikiran ini adalah firman Allah
Dawud
di
mengemukakan bahwa ayat ini turun dalam QS. al-Hujurat ayat 13:
berkenaan dengan Abu Hind yang dikawinkan oleh Rasulullah kepada
seorang wanita Banıi Bayaḍah. Bani Baya ḍah berkata: “Wahai Rasulullah, pantaskah kalau kami mengawinkan
putri-putri kami kepada bekas-bekas budak kami?” Ayat ini turun sebagai penjelasan bahwa dalam Islam tidak
ada perbedaan antara bekas budak dan Artinya: Hai manusia, Sesung-guhnya
orang merdeka.
Kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikan
Seluruh manusia tidak akan bisa kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
menolak sunnatullah ini. Dengan supaya kamu saling kenal-mengenal.
demikian, bagi manusia, sudah selayak- Sesungguhnya orang yang paling mulia
nya untuk mengikuti petunjuk Tuhan diantara kamu di sisi Allah ialah orang
dalam menghadapi perbedaan-perbe- dalam menghadapi perbedaan-perbe-
toleransi), itulah agama Islam. risalah penting yang ada dalam sistem teologi
sangat menghargai Islam.
eksistensi agama lain dan begitu pula mengingatkan kita akan keragaman manusia,
dengan penganutnya. Dalam sejarah baik dilihat dari sisi agama, suku, warna kulit,
Islam tidak pernah memaksakan adat-istiadat.
keyakinannya kepada orang lain. Tasamuh dalam beragama bukan
Pemaksaan dalam bentuk apapun agar berarti kita hari ini boleh bebas menganut
orang lain beriman sesuai dengan agama tertentu dan esok hari kita menganut
agama yang memaksa adalah tindakan agama yang lain atau dengan bebasnya
tidak etis dan bertentangan dengan mengikuti ibadah dan ritualitas semua agama
kemauan atau kehendak Allah. Ada tanpa adanya peraturan yang mengikat. Akan
beberapa ayat yang dapat menuntun tetapi, toleransi beragama harus dipahami
umat Islam untuk mengembangkan sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya
konsep kerukunan antara sesama umat agama-agama lain selain agama kita dengan
manusia. Misalnya Surat Ali Imran segala bentuk sistem, dan tata cara
ayat 103:
peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama
masing-masing.
Konsep tasamuh yang ditawarkan Islam
sangatlah rasional dan praktis serta tidak berbelit-belit. Namun, dalam hubungannya
dengan keyakinan (akidah) dan ibadah, umat Islam tidak mengenal kata kompromi. Ini
berarti keyakinan umat Islam kepada Allah tidak sama dengan keyakinan para penganut
agama lain terhadap tuhan-tuhan mereka.
Demikian juga dengan tata cara ibadahnya. Bahkan Islam melarang penganutnya
mencela
Artinya: “Dan berpeganglah kamu manapun. Maka kata tasamuh atau toleransi semuanya kepada tali (agama) Allah, dalam Islam bukanlah “barang baru”, tetapi dan janganlah kamu bercerai berai,
sudah diaplikasikan dalam kehidupan sejak dan ingatlah akan nikmat Allah agama Islam itu lahir.
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
Allah mempersatukan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari,
Karena itu, agama Islam menurut
Maka
hatimu, lalu menjadilah kamu Rasulullah saw. pernah ditanya tentang
karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah
agama yang paling dicintai oleh Allah, maka berada di tepi jurang neraka, lalu beliau menjawab: al-Hanafiyyah as-Samhah
Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Dalam surat ini Allah swt Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
akan pentingnya Nya kepadamu, agar kamu mendapat
menjelaskan
petunjuk.” persatuan antara sesama umat Islam yang didasari oleh rasa solidaritas serta
Adapun yang menjadi latar belakang loyalitas Ukhuwah Islamiyah. Sehingga turunya surat Ali Imran ayat 103 ini di
Allah mengambil analog tali sebagai jelaskan sekilas dalam tafsir Fi Dzilalil
instrumen agar umat Islam antara satu Qur‟an yang di kutip dari kitab Sirah
lainnya saling Nabawiyah karangan Muhammad bin Ishaq,
dengan
yang
berpegangan pada tali tersebut. Makna bahwasanya ayat ini turun berkenaan dengan
berpegang teguhlah kamu sekalian, suku Auz dan Khazraj. Peristiwanya adalah,
yakni upayakan sekuat tenaga untuk seseorang
mengaitkan dari satu dengan yang lain sekumpulan orang Auz dan Khazraj. Melihat
laki-laki
yahudi melewati
dengan tuntunan Allah sambil persatuan dan kerukunan mereka, si Yahudi
menegakkan disiplin “kamu semua” itu merasa tidak senang. Kemudian ia
tanpa kecuali. Sehingga kalau ada yang mengirim seseorang untuk turut serta
lupa, maka ingatkanlah dia, atau yang duduk-duduk di antara mereka dan
tergelincir maka bantulah dia bangkit memprovokasi
agar semua dapat bergantung pada tali mengingatkan mereka kepada peperangan
mereka
dengan
agama Allah. Kalau kamu lengah atau masa lalu di antara mereka yang terkenal
ada salah seorang yang menyimpang, dengan peperangan “ bu‟ats”. Maka laki-laki
maka keseimbangan akan kacau dan itupun melaksanakan provokasinya.
disiplin akan rusak, karena itu bersatu Akibatnya, merekapun termakan oleh
padulah dan jangan bercerai-berai dan provokasi itu. Sehingga bangkitlah rasa
ingatlah nikmat Allah kepadamu. gengsi,
Bandingkanlah keadaan kamu sejak berkobarlah kebencian di antara mereka.
datangnya Islam yang ketika itu kamu Kedua belah pihak menonjolkan simbolnya
masih dalam masa jahiliah yang masing-masing, mencari senjata, dan saling
bermusuh-musuhan dengan ditandai mengancam untuk “perang”. Informasi ini
peperangan yang segera sampai kepada Nabi saw. lalu beliau
terjadinya
belangsung begitu lama. Maka Allah mendatangi mereka. Ditenangkannya mereka
mempersatukan hati kamu pada satu dengan bersabda, “apakah kalian hendak
jalan dan arah yang sama, lalu menonjolkan semboyan-semboyan jahiliah,
menjadilah kamu karena nikmat Allah padahal aku masih ada di antara kalian?
yaitu dengan agama Islam, orang- Kemudian beliau membacakan ayat ini
orang yang bersaudara; sehingga kini kepada mereka. Maka, menyesallah mereka
tidak ada bekas luka di hati kamu atas apa yang baru terjadi di antara mereka,
masing-masing. Sebagaimana disebut- lantas mereka berdamai, berpelukan dan
kan di depan, ayat ini turun sebagai membuang senjata-senjata masing- masing”.
respon atas peristiwa yang terjadi antara suku Auz dan Khazraj yang pada mulanya merupakan suku yang respon atas peristiwa yang terjadi antara suku Auz dan Khazraj yang pada mulanya merupakan suku yang
mukmin dalam rasa saling cintanya mendamaikan dan mempersatukan keduanya dan saling menyayanginya, dan saling belas kasih di antara mereka, yaitu
dengan menciptakan rasa cinta di hati seperti satu tubuh. Ketika salah satu mereka.
anggota tubuh ada yang menderita sakit, maka saling merasakanlah
Nash al- Qur‟an
ini
sengaja
sebagian yang lain dengan rasa tidak menyebutkan hati tempat menyimpan
dapat tidur dan merasa panas " perasaan dan jalinan-jalinan. Dia tidak
(Mufakat Ahli Hadits). mengatakan “Fa allafa bainakum, maka Allah
Oleh karena itu, demi tegaknya mempersatukan di antara kamu”, melainkan
syiar Islam, umat Islam dituntut untuk ditembusnya tempat penyimpanan yang
persatuan dan dalam dengan mengatakan “fa allafa baina
mempererat
persaudaraan dengan al- Qur‟an dan qulubikum , maka Allah mempersatukan
Hadits sebagai dasar dan dasar-dasar hatimu”. Digambarkanlah hati-hati mereka
filosofis yang menjadi spiritualnya. itu sebagai satu berkas atau satu ikatan dan
Firman Allah swt: perjanjian. Nash ini juga melukiskan
gambaran keadaan mereka sebagai sebuah pemandangan yang hidup dan bergerak
seiring dengan gerak hati mereka, “kamu t elah berada di tepi jurang neraka”, ketika
mereka bergerak jatuh ke dalam jurang neraka, tiba-tiba hati mereka melihat tangan Allah terentang untuk menjadi pegangan.
Artinya: Dan taatilah Allah dan rasul-nya dan janganlah kamu
Terlukislah keselamatan dan kebebasan berselisih yang menyebabkan kamu
setelah mereka di ambang bahaya dan menjadi gentar dan hilang kekuatan hampir terjerumus. Dari sekian tafsir di atas
dan bersabarlah. dapat ditarik benang merah bahwa persatuan
kamu
Sesungguhnya Allah bersama-sama umat Islam akan terjalin dan dapat dirajut orang-orang yang sabar (QS. Al-
Anfal: 46).
sepanjang masa, manakala umat Islam antara satu dengan yang lainnya saling merajut tali
Selain penjelasan dari al- Qur‟an, persaudaraan yang didasari oleh rasa cinta
masalah toleransi juga ditemui dalam dan kasih sayang seiman dan seagama.
hadits. Hal ini dapat dilihat dalam perilaku Nabi sehari-hari dalam
Dalam hadisnya Rasulullah betsabda: bergaul dengan pemeluk agama lain.
Di antara contoh perbuatan Nabi yang berkaitan dengan toleransi, misalnya pada suatu ketika datang menghadap beliau di Madinah beberapa orang delegasi Kristen dari Najran yang
diketuai seorang pendeta besar. Delegasi itu beliau sambut dengan cara diketuai seorang pendeta besar. Delegasi itu beliau sambut dengan cara
hendaki, tentu Dia menjadikan duduk para tamunya itu, sehingga mereka manusia umat yang satu, tetapi
Senantiasa berselisih kagum terhadap penerimaan yang luar biasa
mereka
pendapat, kecuali orang-orang yang sopannya. Kemudian ketika datang waktu
diberi rahmat oleh Tuhanmu. dan sembahyang mereka, sedang gereja tidak ada
untuk Itulah Allah menciptakan di Madinah, maka Nabi mempersilahkan
kalimat Tuhanmu mereka sembahyang di Masjid Madinah (keputusan-Nya) telah ditetapkan: Sesungguhnya aku akan memenuhi
mereka.
menurut cara sembahyang mereka. Dengan neraka Jahannam dengan jin dan demikian semakin jelaslah ajaran kerukunan
manusia (yang durhaka) semuanya. dalam Islam, dan ajaran tersebut pada
Kedua; Ilmu yang berarti dasarnya bersumber dari al-Qur'an dan
pengetahuan juga merupakan kata sunnah Rasul.
kunci menyikapi situasi dan kondisi. Begitu komprehensifnya ajaran Islam
Mengutip kata bijak Cendikiawan Gus sehingga bagaimana membina hubungan
Dur : “semakin tinggi ilmu seseorang yang harmonis antara sesama manusia
semakin besar rasa toleransinya“. sehingga terjadi ketertiban dalam kancah
Orang yang banyak tahu akan kehidupan ini. Tasamuh bisa lestari jika
berupaya menyikapi satu fenomena beberapa hal berikut dipahami dan dihayati
dari berbagai sudut pandang sehingga dengan baik;
tidak gampang menghakimi, sehingga Pertama;
bisa lebih bijak.
Islam dengan dua pedoman utamanya
Ketiga; Menyikapi perbedaan pemahaman yang komprehensif dan
(al- Qur‟an-Hadits)
memberi
berpijak pada landasan budi pekerti mengajarkan bahwa perbedaan adalah
mulia, lapang dada, serta komunikasi niscaya merupakan fitrah manusia, sebab
atau dialog yang baik. Dari sini Islam manusia satu dan lainnya memiliki
sudah meletakkan pedoman kokoh, perbedaan
tingkat pemahaman dan dasar kuat serta kolaborasi seirama intelegensi. Dalam Surat Hud: 118-119
antara kewajiban muslim agar saling dijelaskan:
ayom dan asih dengan sesamanya, juga elok dalam bergaul ketika dihadapkan
pada kondisi di mana mereka berinteraksi dengan yang berbeda
agama/paham.
Allah mengabarkan bahwa Dia Maha Kuasa untuk menjadikan
mereka semua sebagai umat yang satu di atas keimanan atau kekufuran. Demikian perkataan Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya 2/481 ketika menerangkan ayat Allah yang mulia mereka semua sebagai umat yang satu di atas keimanan atau kekufuran. Demikian perkataan Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya 2/481 ketika menerangkan ayat Allah yang mulia
sebagian yang lain” (at-Thabari, 7/139 menjelaskan: “Kalau Allah meng-hendaki,
rahimahullah
no 18732; Ibnu Katsir, 2/482). tentu Dia akan menjadikan seluruh umat
Ketiga, Sebagian lagi ada yang manusia ini sebagai Muslimin” (at-Thabari, menyebutkan bahwa ikhtilaf dalam 7/137 no. 18712). “Mereka senantiasa ayat ini adalah ikhtilaf dalam hal
berikhtilaf (berselisih pendapat). ...” rahmat dan maghfirah (ampunan) (at-
Para ulama Ahli Tafsir di kalangan
Thabari, 7/139).
Salaf berbeda pendapat di dalam Dari tiga pendapat yang
menerangkan maksud ikhtilaf yang ada disebutkan oleh para pakar tafsir di
dalam ayat ini dalam beberapa pendapat atas, yang paling rajih (kuat) adalah
sebagai berikut: pendapat yang menyatakan bahwa
ikhtilaf dalam ayat ini adalah ikhtilaf menyatakan bahwa ikhtilaf yang dimaksud
Pertama : Sebagian
ada
yang
dalam beraneka ragam agama dan adalah ikhtilaf dalam masalah agama dan
hawa nafsu, sebagaimana yang ahwa (hawa nafsu). Menurut al-Hasan al-
ditegaskan oleh Ibnu Jarir At- Thabari Bashri: “Seluruh umat manusia berselisih
dalam tafsirnya. Beliau mengatakan: dalam beraneka ragam agama kecuali yang
“Pendapat yang paling kuat dalam dirahmati oleh Rabbmu karena orang yang
menerangkan pengertian ikhtilaf yang dirahmati tidak akan berselisi h” (at-Thabari,
tersebut dalam ayat ini adalah 7/138 no 18715).
pendapat yang menyatakan bahwa Kata Imam „Atha‟: “Mereka (orang- umat manusia ini senantiasa berikhtilaf dalam perkara agama dan hawa nafsu
orang yang ikhtilaf) adalah Yahudi, Nasrani, mereka. Sehingga agama, hawa nafsu,
dan Majusi, sedangkan al-Hanafiyah (kaum dan kelompok mereka beraneka ragam
Muslimin) adalah orang-orang yang dirahmati Allah Azza wa Jalla” (at-Thabari, bentuknya, kecuali orang-orang yang
dirahmati Allah Azza wa Jalla, yaitu 7/137 no 18713; as-Suyuthi: 4/491). Kata
orang-orang yang beriman kepada Ikrimah, murid Ibnu Abbas radliyallahu
'anhuma: “Mereka senantiasa ikhtilaf dalam Allah dan membenarkan para Rasul- hawa nafsu” (at-Thabari, 7/139 no. 18727; Nya. Hal ini karena mereka tidak
pernah berikhtilaf dalam mengesakan as-Suyuthi: 4/492).
Allah, membenarkan para Rasul dan Kedua, Sebagian lagi ada yang
risalah yang mereka bawa (at-Thabari, mengatakan bahwa ikhtilaf yang dimaksud
dalam ayat ini adalah ikhtilaf dalam masalah
Tasamuh dalam Aqidah Islamiyah,
rezeki, sebagian ada yang kaya dan yang lain
I’tiqad, Syari’ah
fakir miskin. Dalam sebuah riwayat dari al- Hasan al-Bashri disebutkan bahwa beliau
dalam aspek sosial rahimahullah mengatakan: “Yakni mereka
Jika
kemasyarakatan semangat tasamuh berikhtilaf dalam masalah rezeki sehingga
menjadi sebuah anjuran, ummat Islam sebagian mereka mengejek dan menghinakan
boleh saling tolong, bekerjasama dan boleh saling tolong, bekerjasama dan
Sedangkan kita non Islam, tetapi dalam soal aqidah sama
dalamnya.
bermu‟amalah dari sisi kemanusiaan sekali tidak dibenarkan adanya toleransi
kita.
antara ummat Islam dengan orang-orang Rasulullah saw. tatkala diajak
non Islam. Dengan tasamuh antar umat ber-tasamuh dalam masalah aqidah,
beragama, tasamuh hendaknya dapat
kaum Muslimin dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat
bahwa pihak
mengikuti ibadah orang-orang kafir hidup bersama masyarakat penganut agama
dan sebaliknya, orang-orang kafir juga lain, dengan memiliki kebebasan untuk
mengikuti ibadah kaum Muslimin, menjalankan prinsip-prinsip keagamaan
secara tegas Rasulullah diperintahkan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya
oleh Allah untuk menolak tawaran paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah
yang ingin menghancurkan prinsip maupun tidak beribadah, dari satu pihak ke
dasar Aqidah Islamiyah itu. Allah pihak lain. Hal demikian dalam tingkat
berfirman:
praktik-praktik sosial dapat dimulai dari sikap bertetangga, karena toleransi yang
paling hakiki adalah sikap kebersamaan
sosial,
antara penganut keagamaan dalam praktik
bermasyarakat, serta bukan hanya sekedar pada tataran logika dan wacana.
Sikap tasamuh antar umat beragama bisa dimulai dari hidup bertetangga, baik
dengan tetangga yang seiman dengan kita
atau tidak. Sikap tasamuh itu direfleksikan Artinya: Katakanlah: “Hai orang- dengan cara saling menghormati, saling
orang kafir. Aku tidak akan memuliakan, dan saling tolong. Hal ini telah
menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan
dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. yang Aku sembah. Dan Aku tidak
ketika suatu saat beliau dan para sahabat pernah menjadi penyembah apa yang sedang berkumpul, lewatlah rombongan
kamu sembah, Dan kamu tidak orang Yahudi yang mengantar jenazah. Nabi
pernah (pula) menjadi penyembah saw.
Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu,
dan untukkulah, penghormatan. Seorang sahabat berkata: agamaku” (QS. al-Kaafiruun:1- “Bukankah mereka orang Yahudi wahai
rasul?” Nabi saw. menjawab “Ya, tapi Dalam setiap mereka manusia juga”. Jadi sudah jelas, melaksanakan
shalat, sebenarnya ummat Islam telah bahwa sisi akidah atau teologi bukanlah diajarkan untuk selalu berpegang teguh urusan manusia, melainkan Tuhan SWT dan terhadap aqidah Islamiyah dan jangan tidak ada kompromi serta sikap tasamuh di sampai keyakinan ummat Islam itu
sedikit pun dirasuki oleh virus syirik, sedikit pun dirasuki oleh virus syirik,
tidak mengenal konsep pemaksaan menciptakan langit dan bumi, dengan
beragama. Setiap diri individu diberi cenderung kepada agama yang benar, dan
sepenuhnya untuk Aku bukanlah termasuk orang-orang yang
kelonggaran
memeluk agama tertentu dengan mempersekutukan Tuhan. Sesung-guhnya
kesadarannya sendiri, tanpa intimidasi shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku
(Q.S. Yunus [10]: 99-100; al-Kahfi hanya milik Allah, Tuhan semesta alam.
Tidak ada yang menyekutui-Nya.
Artinya: Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu)daripadanya, dan
Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi" (Q.S. Ali Imran: 85).
Siapa yang menginginkan kebahagiaan dan kemuliaan di dunia dan akhirat, tidak
ada jalan kecuali beriman kepada Allah Swt. Artinya: Dan Jikalau Tuhanmu dan beribadah kepada-Nya. Kemuliaan itu
menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
tidak bisa dicapai dengan menyembah selain Allah Ta‟ala. Kemuliaan hanya milik Allah seluruhnya. Maka apakah kamu
(hendak) memaksa manusia supaya semata. “Barangsiapa yang menghendaki
mereka menjadi orang-orang yang kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu
beriman semuanya? dan tidak ada semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-
seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah
perkataan yang baik dan amal yang saleh menimpakan kemurkaan kepada dinaikkan-Nya.
orang-orang yang tidak memperguna- merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang
kan akalnya " (Q.S. Yunus: 99- keras, dan rencana jahat mereka akan hancu r ”.
Umat Islam diperbolehkan bekerjasama dengan pemeluk agama lain dalam aspek
ekonomi, sosial dan urusan duniawi lainnya.
Dalam sejarahpun, Nabi Muhammad telah
memberi teladan mengenai bagaimana hidup bersama dalam keberagaman. Dalam hadits
yang diriwayatkan Abu Dawud, Nabi saw. menyuruh kita memberikan hadiah kepada
tetangga, meskipun mereka beragama Yahudi.
singkirkanlah orang ini, kemudian persilakanlah kami masuk”. Maka
turunlah ayat di atas. Orang yang mengamalkan ayat
Artinya: Dan Katakanlah: "Kebe-naran itu ini adalah orang yang berpegang teguh datangnya
dari Tuhanmu;
Maka
terhadap nilai-nilai agama yang telah Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah
ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin ditetapkan oleh Allah SWT. Mereka (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya
tetap beriman dan berpegang teguh Kami telah sediakan bagi orang orang zalim
terhadap aturan Allah walaupun itu neraka, yang gejolaknya mengepung
godaan dan rayuan untuk melepaskan mereka. dan jika mereka meminta minum,
keyakinan datang silih berganti. niscaya mereka akan diberi minum dengan
air seperti besi yang mendidih yang Karena mereka menyadari bahwa menghanguskan muka. Itulah minuman
keputusan yang diambil pasti akan yang paling buruk dan tempat istirahat yang
menerima konsekuensi dari apa yang paling jelek (Q.S. al-Kahfi: 29).
dipilihnya. Keimanan yang diambil Ibnu A bbas r.a. mengatakan, “ayat di
akan mendapatkan ridha Allah, begitu atas diturunkan berkenaan dengan Umayah
pula kekufuran yang diambil akan ibnu Khalaf al-Jumahiy. Demikian itu karena
mendapatkan ganjarannya. Setiap Umayah menganjurkan supaya Nabi saw.
siapapun tidak boleh mengerjakan suatu perbuatan yang tidak
orang,
memaksakan keyakinan yang ia disukai oleh Nabi sendiri, yaitu mengusir
percayai kepada orang lain, begitu pula orang-orang
sebaliknya. Keyakinan merupakan hak pengikutnya dari sisinya, demi untuk
yang sangat asasi dan fundamental mendekatkan pemimpin-pemimpin Mekah
kehidupan seseorang. kepada dirinya. Setelah peristiwa itu,
dalam
Pemaksaan terhadap keyakinan adalah turunlah ayat di atas. ”Ibnu Abu Hatim
dilarang dan tidak diperbolehkan oleh mengetengahkan sebuah hadits melalui ar-
aturan agama Islam, serta pelanggaran Rabi‟ yang menceritakan, bahwa Nabi saw.
terhadap hak asasi seseorang dalam pernah bercerita kepada kami bahwa pada
beragama.
suatu hari beliau bertemu dengan Umayah Dalam sebuah hadits, riwayat
ibnu Khalaf yang membujuknya, sedangkan Ibnu Abbas, seorang laki-laki dari
Nabi saw. pada saat itu dalam keadaan tidak sahabat Anshar datang kepada Nabi,
memperhatikan apa yang dimaksud oleh meminta izin untuk memaksa dua
Umayah; Ibnu Abu Hatim mengetengahkan anaknya yang beragama Nasrani agar
pula hadits lain melalui sahabat Abu beralih menjadi muslim. Apa jawab
Hurairah r.a. yang menceritakan, bahwa pada Nabi? Beliau menolak permintaan itu,
suatu hari Uyainah ibnu Hishn datang sambil membacakan Surah al-Baqarah
kepada Nabi saw. sedang sahabat Salman
berada di sisinya. Maka Uyainah langsung
be rkata, “Jika kami datang maka
Rasulullah tatkala diajak untuk mengikuti ibadah orang-orang kafir dan sebaliknya, orang-orang kafir juga mengikuti ibadah kaum Muslimin,
secara tegas Rasulullah diperintahkan oleh Allah untuk menolak tawaran
yang ingin menghancurkan prinsip dasar Aqidah Islamiyah itu. Sama
Artinya: Tidak ada paksaan untuk sekali tidak dibenarkan jika seseorang (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya
merelatifkan kebenaran telah jelas jalan yang benar daripada jalan imannya dan menganggap bahwa apa yang sesat. karena itu Barangsiapa yang
muslim
ingkar kepada thaghut dan beriman kepada yang diyakininya hanyalah klaim Allah, maka sesungguhnya ia telah
semata. Tentu saja hal yang demikian berpegang kepada buhul tali yang Amat
menghancurkan pondasi kuat yang tidak akan putus. dan Allah
akan
keimanannya. Ia harus meyakini Maha mendengar lagi Maha mengetahui". bahwa Islam adalah satu-satunya
Persoalan keyakinan terpulang kepada agama Allah yang disampaikan oleh hak pilih masing-masing individu. Sebab
para Rasul dan disempurnakan dengan Allah sendiri telah memberikan kebebasan
diutusnya Muhammad (al-Maidah [5]: kepada manusia untuk memilih jalan
hidupnya. Manusia, oleh Allah ta‟ala diberi peluang untuk menimbang secara bijak dan
kritis antara memilih Islam atau kufur
dengan segala resikonya. Meski demikian, Islam tidak kurang-kurangnya memberi peringatan dan menyampaikan ajakan agar
manusia itu mau beriman. Namun, setelah seseorang sudah memilih Islam sebagai
dien nya, maka ada konsekuensi keimanan
bagi dirinya, yakni menjaga kemurnian
aqidahnya. Agaknya hal inipun berlaku juga bagi pemeluk agama apapun. Jika dalam
aspek sosial kemasyarakatan semangat toleransi menjadi sebuah anjuran, ummat
Islam boleh saling menolong (tolong- menolong), bekerjasama, dan saling
menghormati dengan orang-orang non Islam, tetapi dalam soal aqidah sama sekali
tidak dibenarkan adanya toleransi antara umat Islam dengan orang-orang non Islam.
berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Artinya: Diharamkan bagimu (memakan)
1 Jauh-jauh hari Buya Hamka bangkai, darah , daging babi, (daging
menasihati kita, ketika hewan) yang disembelih atas nama selain menafsirkan Surah al-Mumtahanah Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang
telah
jatuh, yang ditanduk, dan diterkam dalam Tafsir Al-Azhar, “…orang yang
binatang buas, kecuali yang sempat kamu mengaku dirinya seorang Islam tetapi dia menyembelihnya 2 , dan (diharamkan bagimu) berkata; “Bagi saya segala agama itu sama
yang disembelih untuk berhala. Dan saja, karena sama- sama baik tujuannya”. (diharamkan juga) mengundi nasib dengan
3 Orang yang berkata begini nyatalah bahwa anak panah , (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini 4 tidak ada agama yang mengisi hatinya.
orang-orang kafir telah putus asa untuk Kalau dia mengatakan dirinya Islam, maka (mengalahkan) agamamu, sebab itu
perkataannya itu tidak sesuai dengan janganlah kamu takut kepada mereka dan
kenyataannya. Karena bagi orang Islam takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah
sejati, agama yang sebenarnya itu hanya Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu,
Islam”.
dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-
Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi
Visi
Konsep al- Qur’an
agama bagimu. Maka barangsiapa
terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja
Manusia
1 Darah yang keluar dari tubuh, sebagaimana
Tasamuh adalah sikap
tersebut dalam surat al-An-aam ayat 145.
menghormati orang lain untuk
Maksudnya ialah: binatang yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang
melaksanakan hak-haknya. Kita tidak
diterkam binatang buas adalah halal kalau sempat
boleh memandang rendah suku
disembelih sebelum mati. 3 al-Azlaam artinya: anak panah yang belum
bangsa, agama, atau kebudayaan
pakai bulu. Orang Arab Jahiliyah menggunakan anak
daerah lain, apalagi bersikap menghina,
panah yang belum pakai bulu untuk menentukan
membenci, atau memusuhinya. Selain
apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya ialah: mereka ambil tiga buah anak
itu, makna tasamuh juga dapat diartikan
panah yang belum pakai bulu. setelah ditulis masing-
sabar
menghadapi keyakinan-
masing yaitu dengan: lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa, diletakkan
keyakinan orang lain, pendapat-
dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah.
pendapat mereka, dan amal-amal
bila mereka hendak melakukan sesuatu, maka mereka meminta supaya juru kunci Ka'bah mengambil sebuah
mereka
walaupun bertentangan
anak panah itu. Terserahlah nanti apakah mereka
dengan keyakinan dan batil menurut
akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. Kalau
pandangan kita, dan tidak boleh
yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya,
menyerang dan mencela dengan celaan
maka undian diulang sekali lagi.
yang membuat orang tersebut sakit
Yang dimaksud dengan hari ialah: masa, yaitu: masa haji wada', haji terakhir yang dilakukan
dan tersiksa perasaannya. Asas ini
oleh Nabi Muhammad s.a.w.
terkandung dalam ayat al-Qur'an:
Maksudnya: dibolehkan memakan makanan yang diharamkan oleh ayat ini jika terpaksa.
lalu orang-orang kafir mencaci maki Allah Ta‟ala secara berlebihan dan
didasari dengan ilmu pengetahuan, lalu Allah menurunkan:
tanpa
Laa tasubbu- lladziina yad‟uuna min duunillaahi (Dan janganlah kamu
memaki ilah-ilah yang mereka ibadahi selain Allah).
Artinya: Dan janganlah kalian mencela orang-orang yang berdo'a kepada selain
Fa yasubbullaaHa „adwam bighairi Allah, yang menyebabkan mereka mencela
„ilmi (Karena mereka nanti akan Allah dengan permusuhan dengan tanpa
memaki Allah dengan melampaui ilmu. Demikianlah Kami menghiasi untuk
batas tanpa pengetahuan). Hal ini setiap umat amalan mereka, lalu Dia
menunjukkan bahwa meninggalkan mengabarkan kepada apa yang mereka
lakukan" (Q.S. al-An'am:108). kemaslahatan untuk menghindari kerusakan yang lebih parah adalah
Allah berfirman, melarang terhadap lebih diutamakan. Hal itu didasarkan
Rasul-Nya, Muhammad saw, dan orang- pada hadits shahih bahwasanya
orang yang beriman dari mencaci ilah-ilah Rasulullah saw. bersabda:
kaum musyrikin, meskipun cacian itu mengandung kemaslahatan, namun hal itu
“Dilaknat orang yang mencaci-maki menimbulkan kerusakan yang lebih besar
orang tuanya”. Para Sahabat bertanya:
“Ya Rasulullah, daripada kemaslahatan itu sendiri, yaitu
bagaimana seseorang mencaci-maki balasan orang-orang musyrik dengan cacian
orang tuanya?” Beliau saw. terhadap Ilah orang-orang mukmin, padahal
menjawab: “Ia mencaci ayah Allah adalah “Rabb, yang tiada Ilah (yang
seseorang, maka orang itu pun berhak diibadahi) selain Dia”. mencaci ayahnya. Ia mencaci ibu seseorang, maka orang itu pun Sebagaimana yang dikatakan Ali bin
mencaci ibunya (atau sebagaimana Abi Thalhah, dari Ibnu Abbas, mengenai
yang dikatakan oleh Rasulullah saw)”.
ayat ini, “Orang-orang musyrik itu berkata: "Hai Muhammad,
Kadzaalika zayyannaa likulli makianmu itu terhadap ilah-ilah kami, atau
engkau hentikan
ummatin „amalaHum (Demikianlah kami akan mencaci-maki Rabbmu". Lalu
Kami jadikan setiap umat menganggap Allah melarang Rasulullah dan orang-orang
balk pekerjaan mereka). Maksudnya, mukmin mencaci patung-patung mereka; fa
sebagaimana kami telah hiasi bagi yasubbullaaHa „adwam bighairi „ilmi (Karena
orang-orang itu cinta kepada berhala- mereka nanti akan memaki Allah dengan
berhala mereka, fanatik terhadapnya, melampaui batas tanpa pengetahuan).
serta mendukungnya. Demikian pula Kami hiasi setiap umat dari umat-umat
Abdurrazzaq mengatakan dari Ma‟mar, dari Qatadah: “Dahulu kaum muslimin yang sesat amal perbuatan mereka
kerjakan. Allah mencaci berhala-berhala orang-orang kafir,
yang
mereka
mempunyai hujjah yang kuat dan mempunyai hujjah yang kuat dan
jangan (mengganggu) binatang- Tsumma ilaa rabbih
im marji‟uhum 8 binatang had-ya, dan binatang- (Kemudian kepada Rabb merekalah kembali 9 binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mereka). Yaitu tempat kembali mereka. Fa
mengganggu
orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka
yunabbi- uHum bimaa kaanuu ya‟maluun (Lalu mencari kurnia dan keredhaan dari Allah memberitakan kepada mereka apa
Tuhannya 10 dan apabila kamu telah yang dahulu mereka kerjakan). Maksudnya,
menyelesaikan ibadah haji, maka mereka akan diberikan balasan sesuai dengan
bolehlah berburu. Dan janganlah amal perbuatan mereka tersebut, jika baik
sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
maka kebaikan pula balasannya, dan jika menghalang-halangi kamu dari buruk, maka keburukan pula balasannya.
Masjidil Haram, mendorongmu Dalam
kehidupan
sehari-hari
berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam
hendaknya kita membiasakan diri untuk (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
saling bekerjasama dalam kebaikan, saling dan jangan tolong-menolong dalam menghargai orang lain, dan sikap tenggang
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan rasa. Allah swt berfirman dalam Q.S. al-
bertakwalah kamu kepada Allah, Maidah ayat 2:
sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
Kesimpulan
Kebebasan beragama pada
adalah dasar bagi terciptanya kerukunan antar umat beragama. Tanpa kebebasan beragama
hakikatnya
6 Syi'ar Allah ialah: segala amalan yang dilakukan dalam rangka ibadat haji dan
tempat-tempat mengerjakannya. 7 Maksudnya antara lain ialah: bulan
Muharram, dan Rajab), tanah Haram (Mekah) dan Ihram, maksudnya ialah: dilarang
melakukan peperangan di bulan-bulan itu.
8 Ialah: binatang (unta, lembu, kambing, biri-biri) yang dibawa ke Ka'bah
untuk mendekatkan diri kepada Allah,
disembelih di tanah Haram dan dagingnya dihadiahkan kepada fakir miskin dalam rangka
ibadat haji. 9
Ialah: binatang had-ya yang diberi
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, kalung, supaya diketahui orang bahwa
binatang itu telah diperuntukkan untuk dibawa
janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar
ke Ka'bah.
10 Dimaksud dengan karunia ialah: keuntungan yang diberikan Allah dalam
perniagaan. Keredhaan dari Allah ialah: pahala amalan haji.
tidak mungkin ada kerukunan antar umat
Daftar Kepustakaan
beragama. Kebebasan beragama adalah hak Ahmad Warson Munawwir. (1997).
setiap manusia. Hak untuk menyembah Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada
Terlengkap. Edisi ke-2. Cet. ke- seorangpun yang boleh mencabutnya.
14. Surabaya: Pustaka Progresif. Konsep tasamuh yang ditawarkan Islam
Baghowy. (2011). Tafsir: Maosoatul Quranil ‟Adzim. Juz 8. Yaman.
sangatlah rasional dan praktis serta tidak berbelit-belit. Namun, dalam hubungannya
al-Bukhori. (2011). Shahih: Maosoatul Haditsunnabawy . Juz 4. Yaman.
dengan keyakinan (akidah) dan ibadah, umat Islam tidak mengenal kata kompromi. Ini
al-Hilali, Syeikh Salim bin „Ied. (t.th.). Toleransi Islam Menurut Pandangan
berarti keyakinan umat Islam kepada Allah al-Qur'an dan as-Sunnah . terj. Abu
tidak sama dengan keyakinan para penganut Abdillah Mohammad Afifuddin agama lain terhadap tuhan-tuhan mereka.
as-Sidawi. Misra: Maktabah Demikian juga dengan tata cara ibadahnya.
Salafy Press. Bahkan Islam melarang penganutnya
Hornby, A. S. (1986). Oxford Advanced mencela
Learners Dictionary of Current manapun.
English . Cet. ke-23. London: Oxford University Press.
Konsep tasamuh dalam perspektif al- Qur‟an tidak boleh memandang rendah suku Husnain, Taufik Ibrahim. (1998). al-
Nidzâm al-Siyâsi wa al-Ikhwân al- bangsa, agama, atau kebudayaan daerah lain,
Muslimûn fî Mishr: min al-Tasâmuh apalagi bersikap menghina, membenci, atau
ilâ al-Muwâjahah . Cet. ke-1. memusuhinya. Selain itu, makna tasamuh juga
Beirut: Dar al- Thali‟ah. dapat diartikan sabar menghadapi keyakinan-
Ibnu Katsir. (1420H). Tafsir Al Qur‟an keyakinan orang lain, pendapat-pendapat
al- „Azhim, Ibnu Katsir. Muhaqqiq: mereka, dan amal-amal mereka walaupun
Sami bin Muhammad Salamah. Jilid 8. Cet ke-2. Dar At
bertentangan dengan keyakinan dan batil
Thoyibah.
menurut pandangan kita, dan tidak boleh -------. (2011). Tafsir Ibnu Katsir: menyerang dan mencela dengan celaan yang
Maosoatul Quranil ‟Adzim. Juz 3. membuat orang tersebut sakit dan tersiksa
Yaman.
perasaannya. Ishaq, Adib al-Afghani, dkk. (1993).
Adhwâ‟ „alâ al-Ta‟ashub. Cet. Ke-
1. Beirut: Dar Amwaj.
al-Makhzanji, Ahmad. (1987). al- „Adl wa al-Tasâmuh al-Islâmiy . Kairo: Muassasah al-Ahram.
Muhammad Quraish Shihab. (1996). Wawasan al-Quran . Cet. Ke-3.
Bandung: Mizan.
-------. (2001). Tafsir al-Mishbah. Cet. Ke-1. Jakarta: Lentera Hati.
al-Qaradhawi, Yusuf. (1977). Ghairu al- Muslimîn fî al- Mujtama‟ al-Islâmiy. Cet. Ke-1. Kairo: Maktabah Wahbah.
-------. (1994). Fatâwâ Mu‟âshirah. Cet. ke- 3.Jilid ke-2. Manshurah: Dar al- Wafa‟.
-------. (2000). al-Aqaliyyât al-Dîniyyah wa al- Hill al-Islâmiy . Cet. Ke-1. Beirut:
Muassasah al-Risalah. al-Qurthubi, Abdullah bin Muhammad bin
Ahmad al-Anshari. (t.th.). Al- Jâmi‟ li Ahkâm al-Quran. Jilid-9. Mesir: Dar al-
Kutub al-mishriyyah. Salman, Abdul Malik. (1993). al-Tasâmuh
Tijâh al-Aqaliyyât Kadharûrotin li al- Nahdhah . Kairo: III