STRUKTUR DAN SIMBOL-­‐SIMBOL DALAM TEKS DRAMA “ORANG-­‐ORANG KALAH” KARYA HANG KAFRAWI (KAJIAN STRUKTURAL-­‐SEMIOTIKA)

STRUKTUR DAN SIMBOL-­‐SIMBOL DALAM TEKS DRAMA “ORANG-­‐ORANG KALAH” KARYA HANG KAFRAWI (KAJIAN STRUKTURAL-­‐SEMIOTIKA)

Structure and Symbols in Drama Text “Orang-­‐Orang Kalah” by Hang Kafrawi Structure (Semiotics Analysis)

Yulita Fitriana

Balai Bahasa Provinsi Riau, Kampus Bina Widya, Jalan Raya Pekanbaru, Bangkinang Km. 13,5 Pekanbaru, HP: 081365674398

(Makalah diterima tanggal 12 Maret 2013—Disetujui tanggal 4 Mei 2013)

Abstrak: Drama mempunyai sebuah struktur yang mengandung simbol-­‐simbol yang mempunyai makna. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan makna struktur dan simbol-­‐simbol teks “Orang-­‐Orang Kalah” karya Hang Kafrawi. Pengungkapan makna struktur dan simbol tersebut di-­‐ lakukan dengan menggunakan teori struktural-­‐semiotika. Hasil analisis menunjukkan adanya konflik ide yang terefleksikan pada konflik fisik yang disebabkan oleh sosok yang tidak diketahui. Temuan itu terungkap melalui alur, tokoh, dialog, dan petunjuk pementasan drama.

Kata-­‐Kata Kunci: struktur, simbol, struktural-­‐semiotika,

Abstract: Drama has a structure containing meaningful symbols. This study aims at finding the structure and symbols’ meaning of “Orang-­‐Orang Kalah” written by Hang Kafrawi. The revealing of the structure and symbols’ meaning, in this case, is conducted by using structural-­‐semiotics theory. The result of the analysis indicates conflict of ideas reflected in physical conflicts which are caused by an unknown figure. It is revealed through the plot, characters, dialogue, and direction of the drama performance.

Key Words: structure, symbol, structural-­‐semiotics

PENDAHULUAN

Fenomena tersebut terlihat pula pa-­‐ Dibandingkan dengan genre kesusastra-­‐

da drama-­‐drama yang dikarang atau an lainnya (puisi dan prosa), drama me-­‐

diadaptasi oleh sastrawan-­‐sastrawan rupakan genre yang paling sedikit men-­‐

Riau. Naskah dan pementasan drama dapat perhatian para sarjana dan peng-­‐

yang dihasilkan oleh para dramawan kaji kesusastraan. Hal itu dibuktikan de-­‐

Riau, seperti Idrus Tintin, BM. ngan sedikitnya penerbitan buku-­‐buku

Syamsuddin, Dasri Al-­‐Mubary, Fedli Azis, kajian drama dan tulisan-­‐tulisan yang

dan Hang Kafrawi, masih belum menda-­‐ mengulas aspek-­‐aspek tertentu yang

pat perhatian yang memadai dari para berhubungan dengan drama. Walaupun

peneliti sastra.

pernyataan tersebut ditujukan pada ke-­‐ Berdasarkan pertimbangan di atas, susastraan Malaysia, Suasa (1988:1)

peneliti memilih objek kajian drama ber-­‐ menyatakan bahwa sinyalemen tersebut

judul “Orang-­‐Orang Kalah” (selanjutnya juga berlaku pada kesusastraan Indo-­‐

“OOK”). Drama yang dikarang oleh Hang nesia.

Kafrawi ini terdapat di dalam buku Orang-­‐Orang Kalah: Kumpulan Cerpen

ATAVISME, Vol. 16, No. 1, Edisi Juni 2013: 109—118 dan Naskah Drama Sebabak” yang diter-­‐

seperti mawas diri terhadap pengaruh bitkan oleh Daulat Riau tahun 2002.

setan yang seringkali datang dengan si-­‐ Menurut Danardana (ed.) (2011:108), fat-­‐sifat yang berpura-­‐pura baik pada

drama ini dipentaskan oleh sanggar “Setan dalam Bahaya” dan makna perto-­‐ Selembayung yang menjadi peserta pada

longan yang diberikan hendaknya tanpa Festival Teater Riau III (2001) dan juga

pamrih dan membeda-­‐bedakan orang pernah dipertunjukkan di Sumatera Uta-­‐

pada drama “Tak Cuma Mimpi”. ra pada tahun yang sama . Beberapa di

Seperti yang sudah disampaikan se-­‐ antara karyanya tersebut berhasil men-­‐

belumnya, penelitian terhadap karya dapat penghargaan, seperti bersama

drama masih kurang, termasuk terhadap sanggar Selembayung menjadi pementas

drama “OOK” karya Hang Kafrawi ini. terbaik II pada Festival Teater se-­‐Riau

Oleh karena itu, perlu dilakukan peneliti-­‐ yang diadakan oleh Dewan Kesenian

an awal, yang dimulai dari penelitian Riau (1999) dan pementas terbaik III struktur, kemudian dilengkapi dengan

pada Festival Teater Melayu se-­‐Asia penelitian semiotika, yang masalahnya Tenggara (Festema) di Universitas Ke-­‐

dirumuskan sebagai berikut: (1) Bagai-­‐ bangsaan Malaysia (UKM), Selangor, Ma-­‐

mana struktur drama “OOK” karya Hang laysia, (2002 ). Kafrawi? dan (2) Simbol-­‐simbol dan

Setakat ini, baru tulisan Musa Ismail makna apa yang terkandung di dalam (2010) berjudul “Kenyataan Kelam da-­‐

struktur drama tersebut? lam Orang-­‐Orang Kalah” yang pernah di-­‐

Penelitian ini bertujuan mendes-­‐ muat di Riau Pos, Minggu 19 Desember

kripsikan struktur drama “OOK” serta 2010 yang membicarakan drama ini. Pa-­‐

mengungkap simbol-­‐simbol dan makna

da tulisan ini, Ismail membahas keselu-­‐ yang terkandung di dalam struktur dra-­‐ ruhan karya yang ada di buku tersebut,

ma tersebut. Adapun manfaat penelitian yaitu 12 cerpen dan satu naskah drama

ini adalah untuk membantu masyarakat sebabak. Ismail menyimpulkan bahwa

memahami drama ini dari segi struktur-­‐ kumpulan cerpen dan drama ini meng-­‐

nya dan memahami makna yang tersirat ungkapkan kenyataan kelam (air mata)

di dalamnya. Selain itu, penelitian terha-­‐ dunia universal.

dap drama ini juga bermanfaat untuk le-­‐ Pembicaraan mengenai drama yang

bih memperkenalkan karya drama dan ditinjau dari teori semiotika pernah dila-­‐

sastrawan Riau ke tingkat nasional.

kukan oleh Suhariyadi (2009) dalam tu-­‐

lisannya “Analisis Semiotika Naskah Dra-­‐

TEORI

ma “Kapai-­‐Kapai” Karya Arifin C. Noer". George R. Kenodle (dalam Soemanto, Suhariyadi menggunakan teori semioti-­‐

2002:15) mengungkapkan bahwa teks ka Roland Barthes mengenai mitos un-­‐

drama dapat dipahami melalui struktur tuk menemukan mitos tentang kemis-­‐

dan tekstur dramatiknya. Struktur ada-­‐ kinan, hierarki sosial, mimpi, harapan,

lah bangunan pikiran drama yang terdiri dan keterasingan hidup yang merupa-­‐

atas alur, karakter (tokoh), dan tema. Se-­‐ kan fakta imajinatif yang dihadirkan pe-­‐

mentara itu, tekstur merupakan unsur-­‐ ngarang dalam karya sastra tersebut. Da-­‐

unsur yang membuat teks drama itu ter-­‐ lam sebuah bukunya, Suyadi San (2012)

dengar dan terlihat (ketika dipentaskan). juga menganalisis dengan menggunakan

Di dalam tekstur tercakup unsur dialog teori struktural-­‐semiotika terhadap be-­‐

(dialogue), suasana hati (mood), dan berapa drama, yaitu “Setan dalam Baha-­‐

spektakel (spectacle). ya” dan “Tak Cuma Mimpi”. Dia menda-­‐

Di dalam tulisan ini, pembicaraan pati makna hidup di dalam keduanya,

difokuskan pada struktur drama,

Struktur dan Simbol-­‐Simbol dalam Teks Drama… (Yulita Fitriani) khususnya yang berkaitan dengan alur

Endraswara (2008:64) menyatakan dan karakter, yang di dalam tulisan ini

bahwa struktural semiotika mengung-­‐ digunakan istilah tokoh dan penokohan.

kap karya sastra sebagai sistem tanda. Sementara, unsur tekstur yang dibahas

Dalam perspektif semiotika, menurut hanya yang berkaitan dengan dialog. Di

Aston dan Savona (dalam Aradea dan samping pembicaraan mengenai alur, to-­‐

Venayaksa, 2007), penganalisisan struk-­‐ koh, dan dialog, dibahas pula kaitan keti-­‐

tur simbol dari lakon atau naskah drama ganya dengan semiotika. Di dalam pem-­‐

berdasar pada empat unsur, yaitu kons-­‐ bicaraan yang bersifat semiotika, pembi-­‐

truksi alur, karakter (tokoh), dialog, dan caraan difokuskan pada simbol. Menurut

petunjuk pementasan (stage direction). Pierce (dalam Endraswara, 2008:65),

Dengan demikian, penulis drama diper-­‐ simbol adalah tanda yang memiliki hu-­‐

caya meletakkan simbol dalam struktur bungan makna dengan yang ditandakan

drama, baik secara eksplisit, maupun bersifat arbitrer, sesuai konvensi suatu

implisit.

lingkungan tertentu. Menurut Ghazali (dalam Zamroni,

METODE

2006), alur drama merupakan pengem-­‐ Penelitian ini merupakan studi pustaka. bangan peristiwa-­‐peristiwa dramatik

Data didapat dari teks drama “OOK” se-­‐ melalui munculnya motivasi-­‐motivasi

bagai objek penelitian. Berdasarkan teori karakter (tokoh). Dietrich (dalam

yang digunakan, penelitian ini dibatasi Zamroni, 2006) membagi drama menja-­‐

pada struktur dan simbol-­‐simbol yang di lima bagian: (1) exposition: permula-­‐

terdapat di dalam teks drama “OOK”. an, pengenalan, bagian drama yang men-­‐

Analisis struktur dibatasi pada pembica-­‐ jelaskan situasi awal. Waktu, tempat, as-­‐

raan unsur alur dan tokoh. Pembicaraan pek sosial, dan psikologi diatur, (2) com-­‐

tekstur terbatas pada dialog karena dua plication: sewaktu keseimbangan keku-­‐

elemen lainnya, yaitu suasana hati dan atan telah terganggu oleh datangnya ac-­‐

spektakel/pertunjukan, tidak dapat di-­‐ tion, (3) climax: poin tertinggi yang

amati pada teks drama. menggemparkan drama, tokoh protago-­‐

Data dikumpulkan melalui teknik-­‐ nis dan tokoh antagonis melibatkan diri

teknik (1) membaca dan memahami teks di sana dan belum ditemukan solusi un-­‐

drama “OOK”, (2) mengidentifikasi un-­‐ tuk memecahkan kesulitan mereka, (4)

sur strukturnya, khususnya alur dan to-­‐ resolution: titik turun setelah klimaks

koh, dan (3) mencatat dialog dan petun-­‐ berakhir, tetapi mungkin bisa naik lagi,

juk pementasan. Penelitian ini menggu-­‐ (5) conclusion: kesimpulan akhir atau ta-­‐

nakan metode kualitatif untuk mendes-­‐ hap penyelesaian cerita.

kripsikan struktur dan simbol-­‐simbol Tidak ada drama tanpa pelaku, ba-­‐

yang terdapat pada drama “OOK”. Pen-­‐ gaimanapun bentuk dan jenis drama ter-­‐

dekatan struktural memfokuskan analis-­‐ sebut. Maryaeni (dalam Zamroni, 2006)

is pada unsur struktur teks drama, yaitu menjelaskan, secara umum dapat dikata-­‐

alur dan tokoh. Analisis struktur ini di-­‐ kan bahwa peristiwa-­‐peristiwa yang di-­‐

lanjutkan dengan analisis semiotik untuk tampilkan dalam karya sastra selalu di-­‐

menemukan makna dari simbol-­‐simbol emban atau terjadi atas diri tokoh-­‐tokoh

yang terdapat di dalam drama tersebut. tertentu. Para pelaku mengemban peris-­‐

Di dalam analisis semiotik, dilakukan de-­‐ tiwa dalam cerita sehingga peristiwa ter-­‐

ngan pembacaan heuristik dan herme-­‐ sebut mampu menjalin suatu cerita yang

neutik, seperti yang dijelaskan oleh padu.

Riffaterre (1978:5—6). Pada pembacaan heuristik karya dibaca berdasarkan

ATAVISME, Vol. 16, No. 1, Edisi Juni 2013: 109—118 struktur bahasanya atau disebut juga sis-­‐

Hanya latar tersebut yang “mengan-­‐ tem semiotika tingkat pertama. Semen-­‐

tar” dan “mempersiapkan” pembaca un-­‐ tara pada pembacaan hermeneutik,

tuk mengetahui situasi yang ada dan di-­‐ karya dibaca berdasarkan konvensi sas-­‐

hadapi di dalam drama “OOK”. Drama tranya atau pembacaan menurut sistem

berlanjut dengan dialog-­‐dialog yang semiotika tingkat kedua, seperti yang di-­‐

memperlihatkan adanya kesepakatan nyatakan oleh Pradopo (2001:84).

para tokoh, yaitu sekumpulan orang, bahwa mereka mengalami penindasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

dan ketidakadilan oleh suatu kekuatan Pada penelitian ini, pembacaan heuristik

yang tidak disebutkan secara jelas. Mere-­‐ dilakukan dengan pemaparan pada bagi-­‐

ka juga bersepakat hendak melakukan an struktur yang disampaikan pada bagi-­‐

sesuatu terhadap penindasan dan ke-­‐ an hasil penelitian, sedangkan pembaca-­‐

tidakadilan yang mereka alami tersebut. an hermeneutik dilakukan pada bagian pembahasan.

Tahap Komplikasi (Complication). Unsur struktur teks drama terdiri

Alur drama ini menuju tahap berikutnya, atas alur, karakter (tokoh), latar, dan te-­‐

yaitu tahap komplikasi. Konflik mulai ma. Berikut ini, pembicaraan mengenai

terjadi ketika mereka berusaha menga-­‐ struktur drama dibatasi pada alur dan

tasi penindasan dan ketidakadilan yang tokoh. Pembicaraan mengenai unsur la-­‐

mereka alami. Mereka berbeda pendapat innya dikaitkan dengan kedua unsur ter-­‐

mengenai tindakan yang hendak mereka sebut.

lakukan untuk mengatasi masalah itu. Konflik bertambah karena mereka mera-­‐

Alur Drama “Orang-­‐Orang Kalah”

sa berbeda profesi, ada yang nelayan, pe-­‐ Alur drama “OOK” terdiri atas pengenal-­‐

tani, dan lain-­‐lain. Konflik kian bertam-­‐ an, komplikasi, krisis, klimaks, dan pe-­‐

bah karena masing-­‐masing orang mera-­‐ nyelesaian.

sa mempunyai kepentingan berbeda pu-­‐ la, apalagi kemudian ada di antara mere-­‐

Tahap Perkenalan (Exposition) ka yang merasa lebih tinggi kedudukan-­‐ Drama sebabak tidak memungkinkan

nya dari yang lain disebabkan sejarah perkenalan yang panjang dan bertele-­‐te-­‐

masa lalunya yang gemilang. le terhadap masalah, tokoh, dan latar yang ditampilkan. Teks drama langsung

Tahap Krisis (Crisis)

pada masalah yang dihadapi tokoh-­‐to-­‐ Konflik memanas ketika mereka memi-­‐ kohnya. Hal tersebut terlihat di dalam

lih seorang di antara mereka untuk dija-­‐ drama “OOK”. Pada awal drama, tahap

dikan pemimpin dalam perlawanan dan perkenalan hanya diperlihatkan melalui

perjuangan mereka. Hal tersebut dise-­‐ deskripsi sebuah latar, seperti kutipan

babkan ada di antara mereka yang mera-­‐ berikut.

sa lebih berhak memimpin dari yang lain. Orang V merasa lebih baik dari

(Pentas ditata seperti tempat orang-­‐

Orang I sehingga tidak dapat menerima

orang yang dibantai. Pompa angguk

ketika Orang I dipilih menjadi pemimpin.

yang perkasa, hutan yang gundul dan

juga perusahan yang megah. Di pentas

Tahap Klimaks (Climax)

juga terlihat orang-­‐orang yang sedang

Berbagai konflik yang terlihat dalam dia-­‐

merintih melawan

kekejaman.)

log-­‐dialog para tokoh mencapai klimaks.

(Kafrawi, 2002:32)

Mereka tidak dapat menyelesaikan kon-­‐ flik yang terjadi antara mereka. Ide-­‐ide

Struktur dan Simbol-­‐Simbol dalam Teks Drama… (Yulita Fitriani) dan pendapat mereka tidak dapat disa-­‐

Keterangan:

tukan. Perpecahan pun tidak terelakkan.

A = pengenalan (exposition)

Orang V keluar dari persatuan orang-­‐ B = komplikasi (complication)

C = krisis (crisis)

orang tersebut. Bagian ini menjadi

D = klimaks (climax)

klimaks alur drama ini karena upaya

E = penyelesaian (conclusion)

mereka untuk melawan kekuatan di luar terbentur dengan adanya pertikaian di

Tokoh dan Penokohan Drama

antara mereka sendiri. Persatuan yang

“Orang-­‐Orang Kalah”

mereka dambakan sebagai modal perla-­‐ Drama “OOK” menampilkan lima orang wanan tersebut menjadi tidak utuh. Dili-­‐

tokoh. Kelima tokoh ini dinamai Orang I, hat dari sisi ini, sekelompok orang terse-­‐

Orang II, Orang III, Orang IV, dan Orang but mengalami kegagalan, bahkan keka-­‐

V. Meskipun ada tokoh-­‐tokoh lain yang lahan, walaupun dikatakan bahwa ke-­‐

kehadirannya diketahui melalui teks lompok orang tersebut, Orang I, Orang II,

samping dan pembicaraan kelima tokoh Orang III, dan Orang IV, tidak berkecil

tersebut, kelima tokoh inilah yang ba-­‐ hati. Mereka menganggap kehilangan sa-­‐

nyak berperan. Tokoh-­‐tokoh lain terse-­‐ tu orang tidak berarti kehilangan sema-­‐

but adalah orang-­‐orang yang merintih ngat untuk terus berjuang mengangkat

dan sebuah kekuatan (manusia?) yang marwah.

menindas tokoh Orang I, Orang II, Orang

III, Orang IV, dan Orang V, serta orang-­‐ Penyelesaian (Conclusion)

orang yang merintih itu. Tokoh ini tidak Penyelesaian dalam drama ini mengan-­‐

pernah hadir secara fisik, tetapi selalu dung unsur kejutan (surprise). Konflik

menjadi bahan perbincangan. Dari per-­‐ demi konflik yang dialami para tokoh,

bincangan tersebut diketahui bahwa to-­‐ baik dengan “kekuatan” di luar mereka,

koh misterius ini sangat berkuasa dan maupun di antara mereka sendiri, disele-­‐

kejam sehingga tega menindas orang saikan dengan menghancurkan segala

lain. Tokoh ini merupakan musuh utama sesuatu di sekitar mereka. Hal tersebut

tokoh Orang I, Orang II, Orang III, Orang disebabkan sekumpulan orang tersebut

IV, dan Orang V sehingga mereka berniat merasa tidak dipedulikan aspirasinya.

menentangnya.

Kesabaran mereka hilang sehingga cara Seperti yang sudah disebutkan se-­‐ itulah yang mereka gunakan untuk me-­‐

belumnya, tokoh Orang I, Orang II, Orang lampiaskan kekesalannya atas ketidak-­‐

III, Orang IV, dan Orang V merupakan to-­‐ adilan yang mereka terima.

koh-­‐tokoh yang banyak berperan di da-­‐ Alur drama “OOK” tersebut digam-­‐

lam drama ini. Mereka merupakan to-­‐ barkan dengan diagram 1.

koh-­‐tokoh utama. Walaupun demikian, tidak banyak informasi yang diketahui

Diagram 1

mengenai tokoh-­‐tokoh ini. Tampaknya

Alur Drama “Orang-­‐Orang Kalah”

hal ini merupakan kesengajaan karena yang dipentingkan bukan siapa tokoh-­‐

D tokoh ini, tetapi apa yang dialami oleh tokoh-­‐tokoh ini dan bagaimana penda-­‐

C pat serta tindakan yang dilakukan para

E tokoh ini untuk mengatasi masalah yang

B mereka hadapi. Namun, di dalam bebe-­‐ rapa dialog terungkap profesi beberapa

A tokoh ini, seperti Orang III yang seorang nelayan dan Orang V adalah seorang

ATAVISME, Vol. 16, No. 1, Edisi Juni 2013: 109—118 petani atau pekebun dan juga seorang

Orang I).

mantan kepala sekolah Taman Kanak-­‐

(Kafrawi, 2002:44—45)

Kanak, seperti yang terdapat di dalam

dialog berikut.

Orang II

Orang II merupakan tokoh yang sangat

Orang III : Tidak bisa. Sebab per-­‐

menghargai adat nenek moyangnya. Dia

soalan aku dengannya

juga tokoh yang berani dan tegas. Hal ini

berbeda. Kalau aku

terlihat dari keputusannya untuk me-­‐

adalah seorang nela-­‐

nunjuk Orang I sebagai pemimpin mere-­‐

yan, dia petani. Mana

ka dan bukan Orang V. Dia juga berani

pula bisa sama.

mengkritik Orang V yang dianggap seba-­‐

Orang IV : Ketika kau pergi ke la-­‐

gai orang yang telah menyerongkan seja-­‐

ut, pernah kau tidak mendapat seekor ikan

rah. Namun, Orang II ini juga merupakan

pun?

tokoh yang kurang berpendidikan. Dia ti-­‐

Orang III : Pernah.

dak mengetahui dengan tepat istilah

Orang IV : Pernah tidak kau ber-­‐

demokrasi yang disebutnya dekorasi

kebun tidak mengha-­‐

(Kafrawi, 2002:43). Walaupun di bagian

silkan?

lain, dia dengan fasih berbicara menge-­‐

Orang V : Akhir-­‐akhir ini pernah.

nai pencemaran lingkungan.

(Kafrawi, 2002:34—35)

Orang II

: Yang lebih menyedih-­‐

Berikut ini pembicaraan mengenai

kan, sejarah yang kali-­‐

tokoh-­‐tokoh tersebut beserta karakter

an yakini milik kalian,

(sifat) mereka.

tidak mampu kalian pergunakan

untuk

Orang I

memperluas kehebat-­‐

Tokoh ini merupakan orang yang perta-­‐

an kalian. Bahkan

ma kali mempunyai ide dan inisiatif

mencoba menyerong-­‐

memperjuangkan nasib kelompoknya kan sejarah

(Kafrawi, 2002:49)

yang mengalami penindasan. Dia meng-­‐

hargai adat, tetapi juga sadar bahwa ter-­‐

Orang III

kadang adat dapat menjadi kendala. Seperti halnya Orang II, Orang III juga

Orang ini mempunyai sifat berani, cer-­‐ kurang berpendidikan. Akan tetapi, dia

das, dan berjiwa pemimpin. Oleh karena orang yang sangat kritis. Dia mengkritisi

itu, sekelompok orang itu mempercayai-­‐ orang-­‐orang yang awalnya seakan hen-­‐

nya menjadi pemimpin mereka. Namun, dak membantu, tetapi kemudian mereka tokoh ini juga digambarkan sebagai

pergi begitu saja. Dia juga mengkritik orang yang cepat emosi dan mudah

Orang V yang terlena dengan kegemi-­‐ menggunakan kata-­‐kata kasar kepada

langan masa lalu, tetapi tidak mau bersa-­‐ orang lain.

tu memperjuangkan perbaikan nasib.

Orang II : Setelah dilakukan pe-­‐ Sejarah yang kalian miliki juga milik ka-­‐ rundingan dan jeda pe-­‐ mi. Jadi tidak ada alasan bahwa dengan milihan, berdasarkan mengecam mempunyai sejarah gemi-­‐

UU yang kami buat lang, kalian meninggalkan perjuangan sendiri dengan pasal yang telah kita sepakati bersama macam-­‐macam, maka (Kafrawi, 2002:49) yang berhak menjadi

ketua panitia adalah kamu (menunjuk pada

Struktur dan Simbol-­‐Simbol dalam Teks Drama… (Yulita Fitriani)

Orang IV

kami jauh dari pusat

Tokoh ini digambarkan sebagai orang

kota, terlantar begitu

yang sok tahu. Orang IV berpikir dia me-­‐

saja sehingga kami ti-­‐

ngetahui apa yang dibicarakannya, tetapi

dak dapat lagi

ternyata tidak. Hal itu terlihat ketika dia

menghandalkan dae-­‐ rah kami yang dulu

membicarakan masalah pencemaran.

terkenal dengan ke-­‐

Dia juga dianggap sudah tercerabut dari

makmuran.

akar budayanya dan kurang menghargai

(Kafrawi, 2002:48)

adat istiadatnya. Gambaran ini didapat

dari perkataan Orang IV mengenai adat Tokoh ini juga digambarkan sebagai dan ketidakmampuannya berpantun se-­‐

orang yang tidak dapat menerima keka-­‐ perti tokoh-­‐tokoh lain.

lahan dari orang lain. Itulah sebabnya ketika tidak terpilih, dia keluar dari ke-­‐

Orang IV : Membeli burung di pa-­‐

lompok dan kesepakatan yang telah di-­‐

sar. Harganya mahal…

bentuk.

Aku tak tahu tak tahu

lagi menyambungnya. Orang V

: He..he…he…kalau kau

Simbol dalam Struktur Drama

tak pandai berpantun

Drama merupakan kumpulan simbol

jangan berpantun.

yang terefleksi dalam alur dan tokoh, di-­‐

Orang III : Kau cuma menambah

alog, dan petunjuk pementasan. Berikut

penderitaan kita saja.

dibicarakan simbol-­‐simbol yang ada di

Sudahlah kita mende-­‐

dalam drama “OOK”.

rita, adat istiadat pun kau tak tahu.

Simbol dalam Konstruksi Alur dan

(Kafrawi, 2002:39)

Tokoh

Bagian yang menarik dari alur drama ini

Orang V

adalah bagian pengenalan dan penyele-­‐ Orang V berjiwa pemimpin. Oleh karena

saian. Bagian pengenalan berlangsung itu, bersama Orang I, dia menjadi nomi-­‐

sangat singkat, sedangkan bagian penye-­‐ ne pemilihan ketua (pemimpin) yang di-­‐

lesaian dibiarkan menggantung. Hal ter-­‐ adakan sekelompok orang yang ingin

sebut berkenaan dengan masalah yang memperjuangkan hak-­‐haknya. Namun,

ada di dalam drama. Masalah tersebut dia tidak terpilih karena terlalu terbuai

dianggap sangat penting dan mendesak dengan sejarah kegemilangan bangsanya

untuk ditangani. Oleh karena itu, perke-­‐ di masa lampau. Ketika di masa kini dia

nalan dibuat sesingkat mungkin agar ter-­‐ mengalami ketidakadilan dan penindas-­‐

gambar urgennya masalah yang ditam-­‐ an, tokoh ini merasa menjadi orang yang

pilkan. Sementara itu, bagian penyelesai-­‐ paling menderita di kelompoknya. Bah-­‐

an dibuat menggantung karena masalah kan, dia menuding kawan-­‐kawan di da-­‐

di dalam drama tersebut tidak dapat di-­‐ lam kelompoknya sebagai penyebab

selesaikan dengan baik. penderitaannya.

Tokoh-­‐tokoh di dalam drama ini ju-­‐

ga merupakan simbol dari sesuatu. Beri-­‐

Orang V : Aku tidak peduli de-­‐ ngan

kut ini penjelasan mengenai tokoh-­‐tokoh

komentar-­‐ko-­‐

mentar kosong kalian.

di dalam drama “OOK”.

Selama ini kalianlah

yang menyebabkan ka-­‐

Orang I

mi menderita. Coba ka-­‐

Orang I merupakan simbol orang-­‐orang

lian bayangkan, daerah

berani, cerdas, dan berjiwa pemimpin.

ATAVISME, Vol. 16, No. 1, Edisi Juni 2013: 109—118 Akan tetapi, sifat-­‐sifat baik itu tidak diiri-­‐

terlena dengan hal tersebut, padahal ke-­‐ ngi dengan kemampuannya mengomu-­‐

gemilangan tersebut telah berakhir aki-­‐ nikasikannya kepada orang lain (masya-­‐

bat penindasan dan ketidakadilan. Bah-­‐ rakat). Karena tidak komunikatif

kan, sosok ini hanya dapat menyalahkan tersebut, terkadang sosok ini terkesan ti-­‐

orang lain atas penderitaan yang di-­‐ dak bisa menghargai orang lain.

alaminya.

Orang II Simbol dalam Dialog dan Petunjuk

Orang II merupakan simbol orang yang

Pementasan (Stage Direction)

sangat menghargai adat nenek moyang-­‐ Dialog merupakan sumber utama untuk nya, berani, dan tegas. Sebenarnya de-­‐

menggali segala informasi tekstual ngan kapasitas tersebut, dia berpotensi

(Soemanto, 2002:42). Melalui dialog ini memecahkan masalah yang dihadapi se-­‐

terungkap masalah, karakter tokoh, aksi kelompok orang tersebut. Namun, ting-­‐

tokoh, dan latar drama. Dialog berperan kat pendidikan yang rendah menjadi ha-­‐

penting dalam penyelesaian masalah langan yang cukup besar untuk berperan

yang dihadapi para tokoh. Akan tetapi, lebih besar.

seperti yang terlihat di dalam drama ini, dialog antartokoh tidak berjalan dengan

Orang III

baik. Banyak muncul kesalahpahaman Orang III adalah simbol orang yang sa-­‐

sehingga berkembang permasalahan-­‐ ngat kritis. Dia mengkritisi banyak hal

permasalahan baru yang memperumit terhadap banyak orang. Meskipun sikap

konflik yang ada. Akibatnya, permasa-­‐ kritis ini sangat diperlukan, di dalam

lahan utama tidak terselesaikan. drama ini Orang III digambarkan sebagai

Roman Ingarden (dalam Soemanto, orang yang bisanya hanya mengkritik.

2002:43) membagi teks drama ke dalam Sementara itu, hasil karyanya sendiri ti-­‐

dua unsur pokok, yaitu teks utama dak ada terlihat.

(haupttext; primary text) dan teks tam-­‐ bahan atau teks pembantu (nebentext;

Orang IV

ancillary text). Aston dan Savona (dalam Orang IV merupakan simbol orang yang

Aradea dan Venayaksa, 2007) menyebut sok tahu dan tercerabut dari akar buda-­‐

teks tambahan tersebut dengan istilah yanya, serta kurang menghargai adat is-­‐

petunjuk pementasan. tiadatnya. Dia tidak mempunyai penge-­‐

Di dalam petunjuk pementasan, ter-­‐ tahuan yang baik mengenai permasalah-­‐

dapat panduan cara para aktor atau ak-­‐ an-­‐permasalahan yang ada di dalam

tris berekspresi dan bergerak, atau latar masyarakat. Bahkan, dia mengabaikan

cerita. Di dalam drama “OOK”, pada pe-­‐ nilai-­‐nilai yang dianut masyarakatnya.

tunjuk pementasan terlihat latar drama, Hal tersebut mengakibatkan perjuangan

seperti adanya pompa angguk yang per-­‐ yang dilakukannya tidak didukung sepe-­‐

kasa, hutan yang gundul dan juga peru-­‐ nuhnya oleh masyarakat.

sahan yang megah. Di pentas juga ter-­‐ lihat orang-­‐orang yang sedang merintih

Orang V

melawan kekejaman. Orang V adalah simbol sosok yang terla-­‐ lu terpaku pada sejarah kegemilangan-­‐

Makna Drama “Orang-­‐Orang Kalah”

nya di masa lampau. Kebesaran di masa Pembicaraan mengenai struktur dan lalu membuat Orang V merasa statusnya

simbol-­‐simbol yang terkandung di da-­‐ lebih tinggi dibandingkan orang lain dan

lamnya, digunakan untuk menemukan berhak memimpin kelompoknya. Dia

makna drama “OOK”. Di dalam drama ini

Struktur dan Simbol-­‐Simbol dalam Teks Drama… (Yulita Fitriani) terlihat adanya konflik yang terjadi di

dalam suatu masyarakat. Jika dikaitkan dengan beberapa tanda yang ada di da-­‐ lam drama, seperti pompa angguk, selipan bahasa Melayu, pantun, masalah hutan, dan ditambah dengan keterangan mengenai pengarang, masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat Riau.

Pertama, masalah yang tidak terse-­‐ lesaikan. Simbol dalam konstruksi alur memperlihatkan adanya konflik-­‐konflik yang terjadi di dalam drama ini, seperti konflik masyarakat dengan sebuah ke-­‐ kuatan luar biasa yang tidak diketahui dan sesama anggota masyarakat yang ti-­‐ dak dapat menyatukan visi mereka da-­‐ lam perjuangan. Penyelesaian drama se-­‐ babak “OOK” ini berakhir dengan sebuah penyelesaian yang “menggantung”, kare-­‐ na masih menimbulkan pertanyaan-­‐per-­‐ tanyaan lebih lanjut, seperti (a) apakah

dengan cara merusak tersebut mereka mendapat perhatian dari pihak yang me-­‐ nindas mereka? (b) bagaimana nasib mereka setelah melakukan perusakan? Dengan demikian, terlihat bahwa ada ke-­‐ inginan dan upaya supaya konflik terse-­‐ but segera terselesaikan. Akan tetapi, pa-­‐

da kenyataannya konflik itu tidak kun-­‐ jung selesai dan terus berlanjut. Kedua, heterogenitas dan arogansi. Di dalam drama ini, gambaran para to-­‐ koh mengisyaratkan adanya heterogeni-­‐ tas dan arogansi para tokohnya. Para to-­‐ koh yang berasal dari berbagai latar, ter-­‐ gambar dari berbagai pekerjaan dan bendera, berebut peran. Mereka juga merasa lebih baik dari yang lainnya, se-­‐ perti Orang V yang merasa lebih berhak sebagai “pewaris” kegemilangan masa lalu. Keberagaman yang tidak berhasil disatukan serta sikap arogan dari ma-­‐ sing-­‐masing individu membuat perjua-­‐ ngan untuk melepaskan diri dari kemis-­‐ kinan yang diakibatkan oleh kekuatan dari luar, gagal. Energi mereka habis un-­‐ tuk bertikai dengan sesama.

Ketiga, komunikasi yang tersumbat. Di dalam drama “OOK”, banyak dialog yang dibuat dengan kalimat-­‐kalimat pendek, bahkan beberapa di antara kalimat tersebut tidak selesai karena di-­‐ sela oleh tokoh lain. Di dalam dialog-­‐dia-­‐ log tersebut muncul kesalahpahaman yang terjadi di antara para tokoh. Diskusi yang mereka lakukan tidak menyelesai-­‐ kan masalah, tetapi justru memunculkan masalah baru. Dengan demikian, terlihat adanya komunikasi yang tidak lancar; tersumbat yang mengakibatkan amuk. Perbuatan amuk ini terlihat pada saat se-­‐ kumpulan orang menghancurkan tem-­‐ pat-­‐tempat yang mereka anggap sebagai sumber penderitaan mereka, seperti ter-­‐ lihat pada petunjuk pementasan drama “OOK” ini (2002:54).

Keempat, ironi. Di dalam pembica-­‐ raan mengenai petunjuk pementasan, di-­‐

perlihatkan adanya ironi yang dihadapi masyarakat yang mengalami konflik. Me-­‐ reka hidup miskin di tengah kekayaan daerah yang mereka tinggali. ‘Pompa angguk’, istilah yang merujuk pada alat untuk memompa minyak dari dalam bu-­‐ mi, menghasilkan kekayaan dan kemak-­‐ muran bagi segelintir orang. Akan tetapi, alat tersebut, yang merujuk pada perusa-­‐ haan minyak, juga menyengsarakan ma-­‐ syarakat yang harus kehilangan tanah-­‐ tanah mereka akibat eksploitasi yang di-­‐ lakukan perusahaan tersebut. Begitu pu-­‐ la dengan hutan gundul yang diperla-­‐ wankan dengan perusahan megah yang mengisyaratkan penderitaan dan keme-­‐ wahan.

SIMPULAN

Dari penjelasan di atas, didapat bebera-­‐ pa simpulan sebagai berikut. Pertama, konflik di dalam drama “OOK” banyak terjadi dalam tataran ide, walaupun me-­‐ reka sempat terlibat konflik fisik yang di-­‐ sebabkan konflik di tingkat ide yang ti-­‐ dak terselesaikan. Para tokoh saling ber-­‐ tikai, tetapi “musuh utama” para tokoh

ATAVISME, Vol. 16, No. 1, Edisi Juni 2013: 109—118 ini justru tidak pernah terlihat jelas; mis-­‐

Pradopo, Rachmat Djoko. 2001. ”Peneli-­‐ terius, tetapi sangat kuat menguasai ke-­‐

tian Sastra dengan Pendekatan hidupan para tokoh.

Semiotika” dalam Metodologi Peneli-­‐ Kedua, drama “OOK” ini adalah dra-­‐

tian Sastra (Jabrohim (ed.)). Yogya-­‐ ma yang penuh dengan simbolisasi yang

karta: Hanindita Graha Widia. menggambarkan masyarakat dengan

Riffaterre, Michael. 1978. Semiotic of berbagai permasalahan yang dihadapi-­‐

Poetry. London: Indiana University nya. Hal tersebut tersirat di dalam alur,

Press.

tokoh, dialog, dan juga petunjuk pemen-­‐ San, Suyadi. 2012. Pengantar Telaah Dra-­‐ tasan.

ma. Medan: Balai Bahasa Medan dan Teater Generasi Medan.

Soemanto, Bakdi. 2002. Godot di Amerika

DAFTAR PUSTAKA

dan Indonesia: Suatu Studi Banding. Jakarta: Grasindo.

Aradea, Nandang dan Firman Venayaksa. Suarsa, Made. 1988. Drama-­‐Drama B. 2007. Drama Terlarang “Opera Ke-­‐

Soelarto: Analisis Strukturalisme Se-­‐ coa” pada Rezim Orde Baru. (http:

miotika. Tesis pada Fakultas Sastra, //www.rumahdunia.net/wmview.ph

Universitas Gadjah Mada. p?ArtID=1123&page=5, diakses pa-­‐

Suhariyadi. 2009. “Analisis Semiotika

da 28 Oktober 2009). Naskah Drama “Kapai-­‐kapai” Karya Danardana, Agus Sri (ed.). 2011. Ensiklo-­‐

Arifin C. Noer" dalam Jurnal Pros-­‐ pedia Sastra Riau. Pekanbaru: Pala-­‐

pektus, Tahun VII Nomor 2, Oktober gan.

2009. (http://ejournal.unirow.ac.id/ Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi

ojs/files/journals/2/articles/4/publi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Med-­‐

c/6.%20Suhariyadi%20beres.pdf, Press.

diakses pada 7 Oktober 2012). Ismail, Musa. 2010. “Kenyataan Kelam

Zamroni, Moch. 2006. “Konflik dalam dalam Orang-­‐Orang Kalah”. (http:

Naskah Drama Dag Dig Dug karya //cabiklunik.blogspot.com/2010/12

Putu Wijaya”. Skripsi Fakultas /kenyataan-­‐kelam-­‐dalam-­‐orang-­‐

Sastra, Jurusan Bahasa dan Sastra orang-­‐kalah.html, diakses 11 Okto-­‐

Universitas Negeri ber 2012). Pernah dimuat di Riau

Indonesia,

Malang. (http://teguhwirwan.blog-­‐ Pos, Minggu, 19 Desember 2010.

detik.com/2009/07/19/konflik-­‐da-­‐ Kafrawi, Hang. 2002. Orang-­‐Orang Ka-­‐

lam-­‐naskah-­‐drama-­‐dag-­‐dig-­‐dug-­‐ lah: Kumpulan Cerpen dan Naskah

karya-­‐putu-­‐wijaya/, diakses pada 8 Drama Sebabak”. Pekanbaru: Daulat

Oktober 2012).

Riau.