Psikologi pendidikan Perkembangan dan Intele

BAB 1

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi
sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan individu pada tiap
tahunnya akan selalu berbeda seiring dengan pertumbuhannya , proses ia menjadi sosok
yang lebih dewasa di kemudian hari. Perkembangan dan pertumbuhan tak lepas dari otak
(brain function) yang mempunyai andil besar dalam setiap perkembangan dan
pertumbuhan manusia. Otak memiliki 4 cuping otak yang terdiri dari frontal (pemikiran),
parietal ( sensasi tubuh) , occipital (visi, penglihatan ), dan temporal (pendengaran). Pada
otak manusia terdapat hemisphere atau belahan otak yang memiliki spesialisasi fungsi
dari satu belahan otak atau belahan lainnya (lateralisasi). Dalam individu yang utuh
terdapat spesialisasi fungsi di beberapa area,yaitu :
1. Pemprosesan verbal  bagian pemprosesan seperti bahasa. Kebanyakan individu,ucapan
dan tata bahasa berada di belahan kiri otak. Namun tidak semua proses bahasa berada di
bagian kiri.
2. Pemprosesan non-verbal  lebih dominan kepada proses informasi non-verbal, seperti
emosi,pengenalan visual ( seperti pengenalan wajah).
Dalam setiap perkembangan individu apabila mendapatkan didikan yang baik,
maka akan menghasilkan progress yang baik dan akan berpengaruh kepada n,

perkembangan jiwa dan juga agamanya dimasa dewasanya. Namun, belum tentu semua
akan sesuai dengan didikan pada awal pertumbuhannya, karena yang berperan terhadap
tumbuh kembang seseorang , tidak hanya keluarga namun juga teman sebaya,dan
lingkungan tempat belajar. Sikap seorang anak dapat dibentuk mulai dari sejak dia usia 6
tahun, dimana pada masa ini anak sudah dapat menangkap dengan baik apa yang
disampaikan oleh orang lain. Anak yang dibiasakan dari kecilnya untuk bersikap
positive , maka sampai pada ia besar akan berpengaruh hal yg positive dan juga
berpengaruh terhadap jiwanya yang sehat.

BAB II
1

PEMBAHASAN

 Perkembangan Kognitif
A. Pengertian kognitif
Istilah ‘cognitive’ berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti.
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu
manusia sedang berpikir.1 Dalam perkembangannya, kemudian istilah kognitif menjadi populer
sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk

pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman,
memperhatikan, memberikan, pengolahan informasi, pemecahan masalah dan lainnya. Dalam hal
nya, perkembangan kognitif terdapat 2 teori yang menguatkan perkembangannya, yaitu Teori
perkembangan kognitif piaget dan Teori perkembangan Vygotsky.

B. Teori – teori perkembangan kognitif
1. Teori perkembangan kognitif piaget
Teori piaget mengatakan bahwa perkembangan mendahului pembelajaran. Dalam memahami
dunia mereka secara aktif, anak – anak menggunakan skema (kerangka kognitif atau kerangka
referensi). Skema adalah sebuah konsep atau kerangka yang eksis didalam pikiran seseorang/
individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi. 2 Skema bisa
merentang mulai dari skema sederhana sampai skema kompleks. Umumnya, skema ini tumbuh
dan berkembang sesuai dengan umur setiap anak dan tergantung kepada kemampuan anak
tersebut. Salah satu ahli ilmu saraf terkemuka bahkan mengatakan bahwa meski otak anak-anak
mendapatkan banyak informasi pada tahun-tahun awal , sebagian besar proses belajar terjadi
setelah formasi synaptic menjadi stabil, yaitu setelah usia 10 tahun ( Goldman-Rakic, 1996).
Alasan

mengapa


anak-anak

yang

masih

balita

susah

memfokuskan

perhatian

dan

mempertahankan perhatian dalam jangka waktu yang lama adalah karena myelination dalam area
otak yang memfokuskan perhatian belum lengkap sampai akhir usia sekolah dasar ( Tanner,
1978).3 Aspek penting dari perkembangan otak di tingkat sel adalah peningkatan dramatis dalam
koneksi antara neuron (sel – sel saraf). Dalam suatu studi menyatakan bahwa otak anak – anak


1 Gagne dalam jamaris , 2006 . Posted by Oky Chandra , 2013.
2 Santrock, Jhon , psikologi pendidikan, hal. 46 (University of Texas )
3Myelination adalah sebuah proses dimana banyak sel otak dan sistem saraf diselimuti dengan lapisan –
lapisan sel lemak yang bersekat.

2

tampak mengalami perubahan anatomis yang substansial antara usia 13 - 15 tahun. (Thomson
dkk, 2000)
Piaget (1952) mengatakan bahwa ada dua proses yang bertanggung jawab atas cara anak
menggunakan dan mengadaptasi skema mereka ;
1. Akomodasi : suatu proses mental yang terjadi ketika anak menyesuaikan diri dengan
informasi baru. Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru.
Yakni, anak menyesuaikan skema mereka dengan lingkungannya.
2. Asimilasi : suatu proses mental yang terjadi ketika seorang anak memasukkan
pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada. Asimilasi terjadi ketika
seseorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang ada. Yakni,
dalam asimilasi, anak mengasimilasikan kedalam suatu skema .
Dalam teori Piaget,terdapat 4 tahap perkembangan kognitif, yaitu :

1. Tahap Sensorimotor (Dari kelahiran sampai usia 2 tahun)
 Tahap piagetian pertama , mulai dari kelahiran sampai sekitar usia 2 tahun, dimana
bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan mengoordinasikan pengalaman
indra dengan gerakan motorik. Bayi membangun pemahaman dunia dengan
mengoordinasikan pengalaman indrawi dan tindakan fisik. Bayi melangkah maju dari
tindakan instingual dan refleksi saat baru saja lahir ke pemikiran simbolik, menuju
akhir tahapan tersebut
2. Tahap praoperasional ( usia 2 tahun sampai 7 tahun).
 Tahap ini lebih simbolis daripada tahap sensorimotor, tetapi tidak melibatkan
pemikiran operasional.namun, tahap ini lebih bersifat egosentris dan intuitif daripada
logis. Pemikiran pra-Operasional dibagi menjadi 2 sub tahapan :
A. Sub tahap fungsi simbolik ( antara usia 2 dan 4 tahun).
Dalam subtahap ini, anak melatih kemampuan untuk mewujudkan secara mental
sebuah benda yang tidak ada. Hal tersebut akan memperluas dunia mental si anak
menuju dimensi baru. Perkembangan bahasa yang cepat dan adanya permainan
simbolik , merupakan contoh dari peningkatan dalam pemikiran rancangan yang
kasar untuk menggambar rumah, mobil, awan dan banyak aspek lain di dunia.
Meskipun anak mengalami kemajuan tersendiri dalam subtahap ini, pemikiran
praoperasional mereka masih mempunyai 2 batasan penting, yaitu egosentrime
dan animisme.

Egosentrime adalah ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif diri
sendiri dan perspektif orang lain.

3

Animisme adalah karakteristik pemikiran praoperasional. Animisme merupakan
keyakinan bahwa benda mati mempunyai sifat “ seperti makhluk hidup” dan
mampu bertindak.
B. Subtahap pemikiran intuitif ( usia 4 sampai 7 tahun).
Pada subtahap ini, anak – anak mulai menggunakan pemikiran primitif dan ingin
mengetahui jawaban untuk semua jenis pertanyaan. Mereka tampak sangat yakin
dengan pengetahuan mereka dalam subtahap ini, tetapi tidak sadar akan
begaimana mereka mengetahui apa yang mereka ketahui.
Pada tahap pra-operasional , terdapat karakteristik pemikiran yang disebut sentrasi
(centration), yang melibatkan pemfokusan (pemusatan) perhatian pada satu karakteristik
sehingga menghilangkan karakteristik yang lainnya. Kemudian adanya konservasi
(conservation), ide bahwa beberapa sifat dari satu objek tetap sama meskipun tampilan
objek tersebut mungkin berubah ; kemampuan kognitif yang berkembang pada tahap
operasional konkret, menurut piaget.
3. Tahap operasional konkret ( usia 7 – 11tahun)

Pada tahap ini, anak berpikir secara operasional dan pemikiran yang logis menggantikan
pemikiran

intuitif

tetapi

hanya

dalam

situasi

yang

konkret

;

keterampilan


mengklarifikasikan ada , tetapi persoalan abstrak akan menimbulkan kesulitan. Operasi
konkret adalah tindakan mental yang bisa bolak – balik dan berkaitan dengan objek yang
nyata dan konkret. Operasi konkret memungkinkan anak untuk mengoordinasikan
beberapa karakteristik daripada berfokus pada satu sifat benda. Pada tahapan ini, anak
secara mental mampu melakukan apa yang sebelumnya hanya bisa dilakukan secara fisik,
dan mereka bisa membalikkan operasi yang konkret.
4. Tahap operasional formal (usia 11 – 15 tahun)
Pada tahap ini, pemikiran menjadi lebih abstrak, idealistis dan logis. Pada tahap ini,
individu – individu mulai mengambil keputusan berdasarkan pengalaman nyata dan
berpikir lebih luas. Kualitas abstrak dari pemikiran operasional formal terlihat nyata
dalam pemecahan masalah secara verbal.

4

3. Teori Vygotsky
Teori ini menyatakan bahwa pembelajaran mendahului perkembangan. Bagi Vygotsky ,
pembelajaran melibatkan pemerolehan tanda – tanda melalui pengajaran dan informasi
dari orang lain.
Ada 3 klaim dalam inti pandangan Vygotsky, yaitu :

(1) keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisa dan diinterpretasikan secara
developmental
(2) kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa , dan bentuk diskursus yang
berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasikan aktivitas
mental.
(3) kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang
sosiokultural.
Menurut Vygotsky,untuk memahami fungsi kognitif kita harus memeriksa alat yang
memperantarai dan membentuknya, dan alat yang paling penting adalah bahasa. Vygotsky
berpendapat bahwa pada masa kanak – kanak awal (early chilhood),bahasa mulai digunakan
sebagai alat yang membantu anak untuk merancang aktivitas dan memecahkan problem. Dalam
teorinya ia juga mengungkapkan bahwa kemampuan kognitif berasal dari hubungan sosial dan
kultur. Vygotsky mengatakan bahwa perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan
sosial dan kultural. Perkembangan memori, perhatian dan nalar melibatkan pembelajaran untuk
menggunakan alat yang ada dalam masyarakat.

 Sikap
A. Pengertian sikap
Didalam pergaulan sehari-hari kata “sikap” seringkali digunakan dalam arti yang
salah atau kurang tepat. Si Budi “ sikap nya” lemah. Kakak saya tidak diterima masuk

tentara karena “ sikap” badannya kurang tegap. Murid itu dihukum oleh gurunya karena “
bersikap” kurang ajar. Penggunaan kata sikap secara sembarangan saja seperti itu, dapat
mengaburkan arti yang sebenarnya dari kata itu. Sikap, atau yang dalam bahasa inggris
disebut attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu
kecendrungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap perangsang atau situasi yang
dihadapi. Bagaimana reaksi seseorang jika ia terkena sesuatu rangsangan baik mengenai
orang, benda-benda, ataupun situasi-situasi yang mengenai dirinya.sebagai contoh ; Pak
Amin bersikap acuh tak acuh terhadap persoalan yang menyangkut keluarganya. Dari
contoh tersebut dapat dikatakan bahwa sikap adalah suatu perbuatan/tingkah laku sebagai
5

reaksi/respons terhadap sesuatu rangsangan/stimulus, yang disertai dengan pendirian dan
perasaan orang itu. Tiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap suatu
perangsang. Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu masing-masing
seperti adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas
perasaan, dan juga situasi lingkungan.

B. Perkembangan Sikap
Menurut Ellis; faktor – faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan dan
pembentukan sikap anak-anak yang perlu diperhatikan di dalam pendidikan ialah : kematangan

( maturation ), keadaan fisik anak, pengaruh keluarga, lingkungan sosial, kehidupan sekolah,
guru, kurikulum sekolah, dan cara guru mengajar. 4 Pada awal masa kanak-kanaknya, biasanya
anak-anak akan mengidentifikasi diriya dengan ibu atau ayahnya atau orang lain yang dekat
dengannya. Sedangkan masa selanjutnya sesuai dengan perkembangan pergaulan dan pandangan
anak-anak mulai mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh, pahlawan-pahlawan, pimpinan
masyarakat atau orang-orang yang berprestasi dalam bidang olahraga dan sebagainya. Hal
tersebut berpengaruh pada perkembangan sikap anak. Berikut beberapa proses pembentukan
sikap anak, antara lain :
1. Imitasi (Imitation) : perniruan sikap, cara pandang serta tingkah laku orang lain yang
dilakukan dengan sengaja oleh anak. Pada umumnya anak mulai mengadakan imitasi
atau peniruan sejak usia 3 tahun, yaitu meniru perilaku orang lain yang ada
disekitarnya. Seringkali anak tidak hanya meniru perilaku misalnya gerak tubuh, rasa
senang atau tidak senang, sikap orang tua terhadap agama dan sebagainya. Tetapi
ekspresi orang lain terhadap sesuatu, antara lain menirukan orang marah, menangis
bergembira dan sebagainya. Pada umumnya anak suka menirukan segala sesuatu yang
dilakukan oleh orang tuanya.
2. Internalisasi : suatu proses yang merasuk pada diri seseorang (anak) karena
pengaruh sosial yang paling mendalam dan paling langgeng dalam kehidupan orang
tersebut. Suatu nilai, norma atau sikap semacam itu selalu dianggap benar. Begitu
nilai, norma atau sikap tersebut terinternalisasi pada diri anak sukar dirubah dan
menetap dalam waktu yang cukup lama. Misalnya seorang anak menilai bahwa
memakai kerudung itu baik dan benar, maka anak akan melakukan terus sekalipun
kadang-kadang mendapat cemoohan dari orang atau anak lain.

Sebaliknya

penanaman nilai semacam ini dimulai sejak dini, sehingga sejak kecil telah terbiasa
membedakan sesuatu yang baik dengan yang kurang baik. Dalam Internalisasi
4 M.Ngalim Purwanto, psikologi pendidikan, PT remaja rosdakarya,Bandung, 2013, hlm 140-142

6

tersebut faktor yang paling penting adalah adanya keyakinan dan kepercayaan pada
diri individu atau anak tersebut terhadap pandangan atau nilai tertentu dari orang lain,
orang tua, kakak atau kelompok lain dalam pergaulan sehari-hari.
3. Introvert dan Ekstrovert


Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan
sosialnya, minat, sikap atau keputusan-keputusan yang diambil selalu
berdasarkan pada perasaan, pemikiran dan pengalamannya sendiri. Orang
yang berkecenderungan introvert biasanya bersifat pendiam dan kurang
bergaul bahkan seakan-akan tidak memerlukan bantuan orang lain, karena
kebutuhannya dapat dipenuhi sendiri.



Ekstrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian
keluar dirinya, sehingga minat, sikap dan keputusan-keputusan yang diambil
lebih banyak ditentukan oleh orang lain atau berbagai peristiwa yang terjadi di
luar dirinya.
Orang yang berkecenderungan ekstrovert biasanya mudah bergaul, ramah,
aktif, banyak berinisiatif serta banyak teman.

4. Kemandirian : kemampuan seseorang untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang
lain baik dalam bentuk material maupun moral. Sedangkan pada anak kemandirian
sering kali dikaitkan dengan kemampuan anak untuk melakukan segala sesuatu
berdasarkan kekuatan sendiri tanpa bantuan orang dewasa. Misalnya mengikat tali
sepatu dan lain-lain. Dasar kemandirian adalah adanya rasa percaya diri seseorang
untuk menghadapi sesuatu dalam kehidupan sehari-hari.
5. Ketergantungan (Overdependency) , ditandai dengan perilaku anak yang
bersifat "kekanak-kanakan", perilakunya tidak sesuai dengan anak lain yang sebaya
usianya. Dengan kata lain anak tersebut memiliki ketidak mandirian, yang mencakup
fisik dan mental dan perilakunya berlainan dengan anak "normal”.
6. Bakat (Aptitude) : potensi dalam diri seseorang yang dengan adanya rangsangan
tertentu meungkin orang tersebut dapat mencapai sesiatu tingkat kecakapan,
pengetahuan dan keterampilan khusus yang sering kali melebihi orang lain.Bakat
tersebut juga terdapat semenjak masa kanak-kanak. Aktivitas anak sudah dapat
mencerminkan bakat tertentu. Menurut ilmu pengetahuan ada dua jenis bakat yang
dimiliki dan dapat dikembangkan, yaitu :
a.

Bakat yang bertalian dengan kemahiran atau kemampuan mengenai suatu

bidang pekerjaan khusus, sebagai contoh : dagang, menulis/menyusun karangan dsb.
bakat semacam ini disebut juga vocation aptitude.
7

b.

Bakat yang diperlukan untuk berhasil dalam tipe pendidikan tertentu atau

pendidikan khusus, misalnya bakat melihat ruang (dimensi) yang diperlukan oleh
orang arsitek, bakat semacam ini disebut juga scholastic aptitude.

 Perkembangan Intelektual
A. Pengertian intelektual
Menurut kamus Webster New World Dictionary of the American Language, istilah
intellect berarti :
1. Kecakapan untuk berfikir, mengamati atau mengerti ; kecakapan untuk mengamati
hubungan-hubungan, perbedaan-perbedaan, dan sebagainya. Dengan demikian kecakapan
berbeda dari kemauan dan perasaan,
2. Kecakapan mental yang besar, sangat intelligence, dan
3. Pikiran atau intelligensi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa intelek adalah suatu kecakapan mental, yang
menggambarkan kemampuan berpikir. Intelegensi merupakan kemampuan seseorang dalam
berpikir dan bertindak.5

B. Perkembangan Intelektual
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau
melaksanakan tugas-tugas belajar yang menurut kemampuan kognitif ( seperti membaca,
menulis, dan menghitung atau CALISTUNG ). Sebelum masa ini, yaitu masa prasekolah ( usia
Taman Kanak-kanak atau Raudhatul Athfal ), daya pikir anak masih bersifat imajinatif, beranganangan atau berhayal, sedangkan pada usia SD/MI daya pikirnya sudah berkembang kearah
berpikir konkret dan rasional. Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi
dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya
nalarnya. Kepada anak sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan, seperti CALISTUNG.
Disamping itu, kepada anak juga sudah dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan yang terkait
dengan kehidupan manusia, hewan, lingkungan alam, lingkungan sosial budaya, dan agama.
Untuk mengembangkan daya nalarnya, daya cipta, atau kreativitas anak, maka kepada anak
perlu diberi peluang-peluang untuk bertanya, berpendapat, atau menilai ( memberi ktitik) tentang
berbagai hal yang terkait dengan pelajaran, atau peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Upaya
5 H. Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono, perkembangan peserta didik, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hal 99

8

lain yang dapat dilakukan sekolah, dalam hal ini para guru dalam mengembangkan kreativitas
anak, adalah dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan, seperti perlombaan men garang,
menggambar, menyanyi, drama, berpidato ( bahasa ibu dan Indonesia ), dan cerdas-cermat
( terklait dengan pelajaran matematika, IPA, IPS, bahasa, dan agama ). 6

 Pengaruh sikap terhadap perkembangan jiwa agama
Sikap anak yang ekstrovert akan memberikan hasil yang positive kedalam lingkungan
sehari – hari. Sikap orang tua yang lembut namun tegas dalam mendidik anak akan membangun
semangat anak untuk terus belajar dan mau untuk terus belajar.
Anak yang selalu diajarkan hal-hal yang baik, seperti menolong orang lain, meolong orang tua di
rumah dan juga saling menghormati satu sama lainnya, akan menumbuhkan sikap tanggung
jawab dan juga rasa toleransi yang baik untuk masa yang akan datang. Apabila anak sejak
kecilnya sudah diberikan rasa tanggung jawab, maka jiwanya merasa adanya sikap memiliki
terhadap hal lainnya, tidak adanya rasa acuh tak acuh dalam dirinya. Contoh lainnya, anak lakilaki berusia 5 tahun, sudah diajarkan oleh ayahnya untuk shalat berjamaah di mesjid, sampai ia
berusia 8 tahun dia masih mengikuti ayahnya. Pada saat usianya 10 tahun, dia akan tergerak
dengan sendirinya untuk melangkahkan kakinya ke mesjid untuk shalat berjamaah meskipun
ayahnya tidak ke mesjid. Dalam hal ini, jiwanya sudah merasa nyaman dengan hal itu, dan
apabila dia tidak melakukannya ada rasa gundah padadirinya, dan itu berpengaruh terhadap
perkembangan agamanya. Jelas dalam islam dinyatakan bahwa laki-laki baiknya melakukan
shalat jamaah di mesjid, dan itu sudah tertanam pada dirinya sejak kecil dan menjadi kebiasaan
pada saat dia dewasa.

 Pengaruh kognitif terhadap perkembangan jiwa agama
Dalam tahapan kognitif, anak yang berusia dewasa dia akan terus menerus mencari
pengetahuan yang dia butuhkan, bahkan hal sekecilpun jika ia tidak tahu, maka dia akan
mencari tau. Apabila pada masa kecilnya hanya mengetahui bahwa kewajiban seorang muslim
ialah mengerjakan shalat 5 waktu dan berpuasa pada bulan Ramadhan. Pada masa dewasanya ia
akan mencari tau, manfaat dari berpuasa , manfaat daripada gerakan shalat. Hal ini berpengaruh
terhadap dirinya, pengetahuan-pengetahuan tersebut selain menambah wawasannya juga
menambah semangatnya untuk beribadah kepada Allah Swt.
Dalam hal lain, orang tua mengajarkan kepada anaknya untuk membaca doa sebelum tidur
dengan menjelaskan bahwa doa sebelum tidur dibaca agar terhindar dari mimpi buruk. Dengan
demikian, anak akan termotivasi diri dan terus menjadi kebiasaan karena mereka telah
mengingat apa yang disampaikan. Kognitif seorang anak akan tumbuh berkembang sesuai
6 Syamsu Yusuf LN dan Nani M.Sugandhi,perkembangan peserta didik, PT Rajagrafindo persada,depok,2011,
hal 61-62

9

dengan pertumbuhannya . anak yang tidak mendapatkan didikan secara sempurna akan susah
berkembang. Didikan orangtua sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak dalam hal
jiwa dan jugaagamanya.

 Pengaruh intelektual terhadap perkembangan jiwa agama
Individu yang memiliki intelektual yang baik, akan dapat memahami dan mencerna
bagaimana proses dia mencari jati dirinya sehingga ia dapat menentukan arah tujuan hidup
(future goals). Manusia lahir secara suci dan pada umumnya dia memiliki hak mutlak
termasuk dengan hak memeluk agama,orang tuanya lah yang membawanya kedalam agama
yang mana sesuai dengan apa yang dianut oleh orang tuanya. Pada tiap anak yang terus
tumbuh dan berkembang, ia akan mencari tau atau bertanya mengenai berbagai hal yang
menyangkut dengan agamanya. Kemampuan daya tangkapnya yang cepat dan aktif,
memudahkannya untuk cepat mendapatkan jawaban sesuai dengan yang diharapkan.
Intelektual seseorang akan sangat berpengaruh kepada perkembangan jiwa dan juga
agamanya. Pada tiap individu, telah tertanam nilai – nilai yang baik, namun kembali kepada
bagaimana individu tersebut menempatkannya. Kuat atau tidaknya iman seseorang tidak
dapat diukur dari intelektualnya,namun sudah pasti orang yang memiliki intelektual yang
tinggi , dia akan berkontribusi dan akan terus mendalami ilmu agamanya.

BAB III
KESIMPULAN
Perkembangan dan pertumbuhan baik perkembangan kognitif,sikap dan juga intelektual ,
semuanya saling berkaitan dan memiliki peranan dan juga posisi yang penting dalam tumbuh
kembang individu. Tiap individu normal yang mampu melewati tahap perkembangan dengan
baik, tidak mampu berpikir lebih untuk masa depannya. Setiap individu melewati hal yang sama
dengan individu lainnya, sesuai dengan umurnya. Tahapan – tahapan tersebut, kedepannya
10

menjadi sebagai sebuah patokan untuk dirinya, sejauh ia mampu mengembangkan potensi
otaknya untuk terus berinovasi dan berkreasi sesuai dengan minat – bakatnya. pada tiap individu
telah ditanamkan nilai., moral, sikap dan juga harapan kelak dia dewasa oleh tiap – tiap orang
tuanya. Untuk mencapai keberhasilannya, maka dari itu perkembangan kognitif,sikap dan
intelektual akan terus berkembang dan juga akan terus diasah sesuai dengan tahap
pertumbuhannya hingga ia dewasa.

Daftar pustaka

Sahertian, P.A., 2000 . Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia . Jak
Purwanto,M.Ngalim.2013. psikologi pendidikan.Bandung : PT remaja rosdakarya
Setiono,Kusdwiratri. psikologi perkembanga.Jakarta:Erlangga
Desmita.2009.Psikologi Perkembangan Peserta Didik.Bandung:Remaja Rosdakarya
11

H. Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono.2002. perkembangan peserta didik.Jakarta : PT Rineka
Cipt
Yusuf LN, Syamsu dan M.Sugandhi, Nani.2011.perkembangan peserta didik.Depok: PT
Rajagrafindo persada.
Sudaryono, 2012. Dasar – dasar evaluasi pembelajaran. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Jhon, Santrock. 2012. Educational Psychology. University of Texas at Dallas .
Sururin, 2004. Perkembangan keagamaan terhadap remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya
http://okykidamori.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-perkembangan-kognitif.html

12