Kerangka Dasar dan Esensi Ajaran Islam

Kerangka Dasar dan Esensi Ajaran Islam

KERANGKA DASAR DAN ESENSI AJARAN ISLAM
A.KERANGKA DASAR AJARAN ISLAM
1. Pengertian Islam dan Ruang Lingkup Ajarannya
Sebelum membicarakan ruang lingkup agama Islam (dinul Islarn) , terlebih dahulu akan kita
fahami
arti Islam. Kata Islam, berasal dari kata “as la ma - yus li mu -Is la man' artinya, tunduk, patuh,
menyerahkan diri. Kata Islam terambil dari kata dasar sa la ma atau sa li ma yang artinya
selamat,
sejahtera, tidak cacat, tidak tercela. Dari akar kata sa la ma itu juga terbentuk kata salmun,
silmun
artinya damai patuh dan menyerahkan diri. Sedangkan kata agama , menurut bahasa Al-Qur'an
banyak
digunakan kata din, istilah yang lain juga digunakan oleh Al-Qur”an misalnya millah, shalat.
Din dalam bahasa Smit berarti Undang-undang atau hukum. Dalam Al-Qur'an kata din
mempunyai arti yang berbeda-beda :
l. Din berarti “agama” dalam surat Al-Fath 28 di sebutkan :
“Dialah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar di
menangkan-Nya terhadap semua agama, Dan cukuplah Allah sebagai saksi "
2. Din berarti “ibadah” surat Al-Mukrninun : 14.

“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya meskipun orang-orang kafir
tidak menyukainya.
3. Din berarti “kekuatan” surat Luqman : 32.
“Dan apabila mereka dilamun ombak yan g besar seperti gunung mereka menyeru Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya. .. ”
4. Din berarti pembalasan hari Qiamat. (Surat Asy-Syuara : 82)
“Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahahku pada hari Qiamat ”

Islam adalah nama yang di berikan oleh Allah sendiri, dibeberapa ayat Al-Qur'an
menyebutkannya :
I/
“Sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah Islam”(QS. Ali Imran : 19)
“Barang siapa yang mencari agama selain Allah, tidak akan diterima dari padanya dan dia di
akhirat termasuk orang yang merugi .”(QS. Ali Imran:85)
“Pada hari ini telah Kusempurnakan bagimu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu
nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu sebagai agamamu.”(QS. Al-Maidah : 3)
Pendidikan Agama Islam 45
Kedua kata tersebut din dan Islam bila digabungkan menjadi Dinul Islam yang biasa juga dipakai
istilah Agama Islam. Agama Islam menurut terminologi banyak disampaikan oleh para ulama
dan

cendikiawan, antara lain dikutipkan di sini menurut Abullah Al-Masdoosi (cenikiawan muslim
asal
Pakistan) yang dikutip Endang Saifuddin Anshari :”menumt pandangan Islam, agama ialah
kaidah hidup
yang diturunkan kepada ummat manusia, sejak manusia digelar ke atas buana ini, dan terbina
dalam
bentuknya yang terakhir dan sempuma dalam Al-Qur'an yang suci yang diwahyukan Allah
kepada
Nabi-Nya yang terakhir yakni Muhammad bin Abdullah sebagai Rasulullah SAW., satu kaidah
hidup
yang memuat tuntunan yang jelas dan lengkap mengenai aspek hidup manusia baik spiritual
maupun
material (Endang Saifuddin Anshari; 1976: 79)
Orang yang melakukan aslama (masuk Islam) dinamakan muslim (orang yang berserah diri)
kepada
Allah Swt .
“Bahkan barang siapa aslama (berserah diri) kepadaAllah sedang ia berbuat kebaikan, maka
baginya

pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih

hati (QS. Al-Baqarah : 102)
Islam adalah agama sepanjang sejarah manusia, ajaran dari seluruh nabi dan rasuhaya yang
pemah
di utus oleh Allah SWT pada bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia. Islam agama
bagi Adam
a.s, Nabi Ibrahim, Nabi Yakub, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman dan Nabi Isa a.s.
Islam sebagai agama Nabi Ibrahim dan manusia sebelumnya. Firman Allah Swt :
“Dan Dia tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan, ikutlah agama tuanmu
Ibrahim.
Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari a'ahulu.”(QS. Al-Haj j ;78)
“Nabi Ibrahim telah berwasiat kepada anak-anaknya, demikian pula Nabi Yakub, Ibrahim berkata
.'
SesungguhnyaAllah telah memilih agama Islam ini sebagai agamamu. Sebab itu janganlah kamu
mati
melainkan dalam memeluk agama Islam”. (QS. Al-Baqarah 1 132)
Kemudian pengakuan Nabi Yusuf (putra Nabi Yakub) dalam sebuah doanya;
“Ya. Tuhanku, Sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan dan
mengajarkan kepadaku sebagian tabir mimpi. Tuhanku pencipta langit dan bumi. Engkau
pelindungku
di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan “Islam " dan gabungkanlah aku dengan

orang-orang shalih”(QS. Yusuf : 101)
Mengenai Nabi Sulaiman, Allah berfinnan :
“Berkata ia (Bulqis) .' Wahai pembesar sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat
yang
berharga. Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya isinya : Dengan (menyebut)
nama
Allah yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang (selanjutnya isi surat itu berbunyi) janganlah
kamu

sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang
berserah
diri (masukIslam).(QS. An-Naml : 29-31)
Islam juga agama Nabi Isa a.s. Seperti dalam firman Allah :
“Maka ketika Nabi Isa mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkata ia : Siapakah
yang
akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan agamaAllah (Islam) ? Para Hawariyin
(sahabat46 Pendidikan Agama Islam
sahabat setia) menjawab : Kami penolong-penolong agama Allah, kami beriman kepada Allah
dan
salcsikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim (QS. Ali Imran : 52)

Islam merupakan agama Allah yang di wahyukan kepada para Rasul-rasulnya untuk di ajarkan
kepada manusia yang di bawa dari generasi-generasi, dari angkatan ke angkatan berikutnya. Ia
merupakan
hidayah (petunjuk) bagi seluruh manusia dalam kehidupamya di dunia, merupakan manisfestasi
dari
sifat Rahman dan Rahim (Kasih- Sayang) Allah SWT.
Islam sebelum diutus Muhammad Saw bersifat lokal yakni hanya untuk kepentingan suku,
bangsa
dan daerah-daerah tertentu saja serta terbatas pula periodenya. Islam yang disampaikan para
Rasul secara
estafet bak mata rantai yang sambung menyambung, tetapi mereka dalam satu kesatuan tugas
yang
diemban yaitu menyampaikan tugas risalah ilahiyah (tauhid) yang menyampaikan ajaran dan
peringatan
bagi manusia. Di samping itu dilengkapi dengan hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan dari
Tuhan
berdasar atas hajat dan kebutuhan masa itu.
Ketika Islam datang kepangkuan risalah Muhammad SAW. Islam menjadi agama universal atas

berbagai suku dan golongan di muka bumi dan akan di sampaikan kepada manusia sampai akhir

zaman.
Kepada Islamlah manusia di perintahkan Allah untuk berkiblat dalam satu komando yaitu 1
”Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad (Nabi terakhir) utusan Allah “
Firman Allah swt :
“Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta
alam (QS. Al-Anbiya: 107)
Firman Allah SWT :
Artinya: “Katakanlah (Muhammad) .' “Hai manusia, sesungguhya aku adalah utusanAllah
kepadamu
semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan selain Dia, yang
menghidupkan dan mematikan, karena itu berimanlah kamu kepadaAllah dan Rasul-N ya, Nabi
yang
Ummi yang beriman kepadaAllah dan Kalimat-kalimat-Nya (Kitab-kitab-Nya) dan taatilah Dia,
agar
kamu mendapatpetunjuk (QS. Al-A 'raf' 1 58)
Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw untuk
disampaikan serta di teruskan kepada seluruh umat manusia yang mengandung ketentuanketentuan
keimanan (aqidah) dan ketentuan-ketentuan ibadah dan muamalah (syariah) yang menentukan
proses

berpikir, merasa dan berbuat, dan proses terbentuknya kata hati.
Agama adalah jalan hidup (way of life) yang merupakan sumber sistem nilai yang harus di
jadikan
pedoman oleh manusia. Dengan kata lain Islam merupakan arah petunjuk, pedoman dan
pendorong
bagi manusia untuk menghadapi dalam memecahkan berbagai problem hidup dengan cara yang
benar,
yang sesuai dengan fitrah dan kodrat kemanusiannya sebagai makhluk Allah Swt.
Pada dasamya agama Islam terdiri dari tiga unsur pokok yaitu iman, islam dan ihsan, meskipun

Pendidikan Agama Islam 47
ketiganya mempunyai pengertian yang berbeda tetapi dalam praktek satu sama lain saling terkait
dan
tidak dapat dipisahkan.
Iman artinya membenarkan dengan hati, mengucapkan dalam perkataan dan merealisasikan
dalam
perbuatan akan adanya Allah Swt, dengan segala Kemaha sempumaan-Nya, para Malaikat,
Kitab-kitab
Allah, para Nabi dan Rasul, hari akhir serta Qadha dan Qadhar.
Islam artinya taat, tunduk, patuh dan menyerahkan diri dari segala ketentuan yang telah di

tetapkan
Allah Swt. Yang terdiri atas Syahadatain (dua kalimat Syahadat), Shalat, Puasa, Zakat dan Haji
bagi
yang mampu.
Ihsan artinya berakhlak serta berbuat shalih sehingga dalam melaksanakan ibadah kepada Allah
dan bermuamalah (interaksi) dengan sesama makhluk dilaksanakan dengan penuh keikhlasan
seakanakan Allah menyaksikan gerak-geriknya sepanjang waktu meskipun ia sendiri tidak melihatnya.
Secara garis besamya ruang lingkup agama Islam mencakup :
1 _ Hubungan manusia dengan penciptanya (Allah SWT)
Firman Allah SWT :
“Dan Aku tidak meciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka menyembahKu ” (QS.
Az-Zariyat: 56)
Hubungan manusia dengan Allah disebut pengabdian (ibadah). Pengabdian manusia bukan untuk
kepentingan Allah, Allah tidak berhajat (berkepentingan) kepada siapapun, pengabdian itu
bertujuan untuk mengembalikan manusia kepada asal penciptaannya yaitu Fitrah (kesucian)Nya
agar kehidupan manusia diridhai oleh Allah Swt.
Firman Allah SWT :
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali agar menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan agar mereka mendirikan shalat dan


menunaikan zakat dan yang demikian itulah orang-orang yang lurus. ” (QS. Al-B ayyinah: 5)
2. Hubungan manusia dengan manusia
Agama Islam memiliki konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan, kemasyarakatan,
kenegaraan, perekonomian dan lain-lain. Konsep dasar tersebut memberikan gambaran tentang
aj aran-ajaran yang berkenaan dengan : hubungan manusia dengan manusia atau disebut pula
sebagai ajaran kemasyarakatan. Seluruh konsep kemasyarakatan yang ada bertumpu pada satu
nilai, yaitu saling menolong antara sesama manusia.
Firman Allah SWT :
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”. (Q.S. Al-Maidah : 2)
43 Pendidikan Agama Islam
Manusia diciptakan Allah terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mereka hidup berkelompok,
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Mereka saling membutuhkan dan saling mengisi sehingga
manusia juga disebut makhluk sosial, manusia selalu berhubungan satu sama lain. Demikian
pula keragaman daerah asal.
Tidak pada tempatnya andaikata diantara mereka saling membanggakan diri. Sebab
kelebihan suatu kaum bukan terletak pada kekuatannya, kedudukan sosialnya, wama
kulit, kecantikan/ketampanan atau jenis kelamin. Tapi Allah menilai manusia dari
takwanya. Allah berfirman :
“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan dari seorang laki-laki dan seorang

perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah di antara kamu ialah yang
paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal
(QS. Al-Hujurat: 13).
3 Hubungan Manusia dengan Makhluk Lainnya/lingkungarmya.
Seluruh benda-benda yang diciptakan oleh Allah yang ada di alam ini mengandung manfaat bagi
manusia. Alam raya ini vvujud tidak terjadi begitu saja, akan tetapi diciptakan oleh Allah dengan
sengaja dan dengan hak. Firman Allah 1
Artinya: ” Tidakkah kau perhatikan bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan
bumi dengan hak? ” (Q.S. Ibrahim : 19)

Dan Firman-Nya:
Artinya: “Wahai Tuhan kami, Tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci
Engkau, maka peliharalah kami dari api neraka ” (QS. Ali Imran 191)
Manusia dikaruniai akal (sebagai salah satu kelebihannya), ia juga sebagai khlifah di muka bumi,
namun demikian manusia tetap harus terikat dan tunduk pada hukum Allah. Alain diciptakan
oleh Allah dan dipertmtukkan bagi kepentingan manusia.
Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang untuk mengelola dan mengolah serta
memanfaatkan alam ini. Allah berfirman :
Artinya: "Tidakkah kamu perhatikan, sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk

flrepentingan)mu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan menyempurnakan
untukmu
nikmat-Nya lahir dan bathin (QS. Luqman: 20)
Juga Firman Allah :
Artinya' Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya
(QS. Hud : 61)
Pendidikan Agama Islam 49
Dua finnan Allah di atas menjelaskan bahwa alam ini untuk manusia dan manusia diperintahkan
untuk memakmurkamiya, serta memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Hanya saja dalam
memanfaatkan alam ini manusia harus mengerti batas-batasnya, tunduk dan patuh pada aturanaturan yang telah digariskan oleh Sang Pencipta alam ini
2. KLASIFIKASI AGAMA DAN AGAMA ISLAM
Cukup banyak agama yang ada di dunia ini, sekedar menyebut contoh agama Sinto, Kong Hu
Cu, Bahai, Budha, Katolik, Protestan, Hindu, Islam dan lain-lainnya.
Namun dari sekian banyak agama ini oleh para ahli diklasifikasikan ke dalam dua golongan
(berdasar tolok ukur tertentu). Salah satu tolok ukur yang dapat dipergunakan adalah asal
(sumber)
ajaran agama. Menurut sumber ajaran suatu agama, agama-agama tersebut dapat dibagi menjadi
dua,
yaitu:
1. Agama Wahyu (revealed religion), juga disebut agama samawi, agama langit.

2. Agama Ra°yu (cultural religion/natural religion) agama ardhi, agama bumi,kadang disebut
agama budaya dan agama alam.
Agama wahyu adalah agama yang ajarannya diwahyukan oleh Allah (Tuhan) kepada ummat
manusia melalui Rasul-Nya. Sedangkan agama ra'yu adalah agama yang aj aran-ajarannya
diciptakan oleh manusia sendiri, tidak diwahyukan oleh Allah melalui Rasul-Nya. Berikut
ini akan dibedakan ciri masing-masing agama di atas ;
50 Pendidikan Agama Islam
Ciri agama Wahyu/samawi/langit Ciri agama ra”yu/ardhi/ bumi/budaya
Agama wahyu dapat dipastikan
kelahirannya
Disampaikan melalui utusan atau
Rasul Allah yang bertugas
menyampaikan dan menjelaskan
lebih lanjut wahyu yang diterimanya
dengan berbagai cara dan dan upaya.
Memiliki kitab suci yang
keotentikannya bertahan tetap
Sistem merasa dan berfikimya tidak
inheren dengan sistem merasa dan
berfikir tiap segi kehidupan
masyarakat, malahan menuntut
supaya sistem merasa dan berfikir
mengabdikan diri kepada agama
Aj arannya serba tetap, tetapi tafsiran
dan pandangannya dapat berubah
dengan perubahan akal.
Konsep ketuhanannya monoteisme
mutlak
Kebenaran prinsip-prinsip ajarannya
tahan terhadap kritik akal; mengenai

alam nyata dalam perjalanan ilmu
satu demi satu terbukti
kebenarannya, mengenai alam ghaib
dapat diterima oleh akal.
Sistem nilai ditentukan oleh Allah
sendiri yang diselaraskan dengan
ukuran dan hakekat kemanusiaan.
Melalui agama Wahyu Allah
memberi petunjuk, pedoman,
tuntunan dan peringatan kepada
manusia dalam pembentukan insan
kamil (sempuma) yang bersih dari
dosa.
Agama ra'yu tidak dapat dipastikan
kelahirannya
Tidak mengenal utusan atau Rasul
Allah. Yang mengajarkan agama
budaya adalah filsof atau pendiri
agama tersebut.
Tidak memiliki kitab suci. Sekalipun
memiliki kitab suci
Sistem merasa dan berfikirnya
inheren dengan sistem merasa dan
berfikir tiap segi kehidupan
Ajarannya berubah seiring
perubahan masyarakat yang
menganut, atau oleh filosofnya
Konsep ketuhanannya dinamisme,
animisma, poleteisme paling tinggi
monoteisme nisbi
Kebenaran prinsip ajarannya tak

tahan terhadap kritik akal, mengenai
alam nyata satu satu ketika
dibuktikan keliru oleh ilmu dalam
perkembangannya, mengenai alam
ghaib tak termakan oleh akal (Sidi
Ghazalba; 1975; 49~53)
Nilai agama ditentuakan oleh
manusia sesuai dengan cita-cita,
pengalaman dan penghayatan
masyarakat penganutnya
Pembentukan manusia disandarkan
pada pengalaman dan penghayatan
masyarakat penganutnya yang belum
tentu diakui oleh masyarakat
lain.(Muhammad Daud Ali,
1997172)
Pendzdikan Agama Islam
Yang dimasukkan oleh para ahli ke dalam kelompok agama budaya contohnya adalah agama
Kong Hu Cu, agama Budha yang lahir dari pemikiran pendirinya dan agama Hindu; sedang yang
tergolong
ke dalam agama wahyu adalah agama Yahudi, Nasrani dan Islam. Namun, di antara ketiga agama
wahyu
ini terdapat perbedaan. Kalau tolok ukur di atas diterapkan kepada ketiga agama wahyu, maka
menurut
para ahli pula, tidak semua tolok ukur di atas dapat diterapkan kepada agama Yahudi dan Nasrani
Mengenai kitab sucinya, sebagai contoh dapat dibuktikan oleh para ahli bahwa Taurat dan Injil
telah mengalami perubahan, tidak asli lagi memuat wahyu yang disampaikan oleh malaikat
(Jibril)
dahulu kepada Musa dan Isa sebagai Rasul-Nya. Menurut Profesor Charles Adams, seorang
ilmuwan,

pendeta agama (Kristen) Protestan (1971) kitab suci yang masih asli memuat wahyu Tuhan
hanyalah
Al-Qur'an. Selain dari itu, sifat ajaran agama Yahudi adalah local, khusus bagi orang Yahudi saja
tidak
untuk manusia lain. Tentang agama Nasrani dapat dikemukakan bahwa konsep ketuhanannya
bukanlah
monoteisme mumi tetapi monoteisme nisbi. Menurut ajaran (akidah) agama Nasrani, Tuhan
memang
satu tetapi terdiri dari tiga oknum yakni Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Roh Qudus. Ketiganya
disebut
trinitas atau tritunggal, kesatuan tiga pribadi. Selain dari itu, menurut Maurice Bucaile, ada halhal
dalam kitab suci agama Nasrani yang bertantangan dengan sains modem.
Bagaimana dengan wahyu terakhir, yaitu agama Islarn? Kalau kesembilan tolok ukur tersebut di
atas ditetapkan kepada agama Islarn hasilnya adalah sebagai berikut :
1. Kelahiran agama Islarn adalah pasti yaitu tanggal 17 Ramadhan tahun Gajah, bertepatan
dengan
tanggal 6 Agustus 610 M.
2. Disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai utusan atau Rasulullah.
3. Memilki kitab suci yaitu Al-Qur'an yang memuat asli semua wahyu yang diterima oleh RasulNya.
4. Ajaran agama Islam mutlak benar karena berasal dari Allah yang Maha Benar. Ajaran Islam
berlaku abadi tidak berubah dan tidak boleh dirubah.
5. Konsep ketuhanan Islam adalah tauhid, monotiesme mumi, Allah adalah Esa, Esa dalam zat,
Esa dalam sifat dan Esa dalam perbuatan.
6. Dasar-dasar agama Islarn bersifat fundamental dan mutlak, berlaku untuk seluruh umat
manusia
di manapun dia berada.
7. Nilai-nilai terutama nilai etika dan estetika yang ditentukan oleh agama Islam sesuai dengan
fitrah manusia dan kemanusiaan.
8. Soal-soal alam semesta yang disebutkan dalam agama Islam yang dahulu diterima dengan

keyakinan saja, kini telah banyak dibuktikan kebenaramrya oleh sains modem.
9. Bila petunjuk, pedoman dan tuntunan serta peringatan agama Islam dilaksanakan dengan baik
dan benar maka akan terbentuklah insan kamil yaitu manusia yang sempuma.
Dari uraian tersebut di atas dan dari ciri-ciri agama wahyu yang disebutkan di muka, dapatlah
disimpulkan bahwa pada agama Islamlah kita temui ciri-ciri agama wahyu yang lengkap. Oleh
karena
itu pula dapatlah secara pasti kita katakan bahwa agama Islam, bukan hanya agama yang benar,
tetapi
52 Pendidikan Agama Islam
juga agama yang sempurna (Haron Din, 1990: 278-281).
Sebagai muslim dan muslirnat kita bersyukur memeluk agama Islarn. Tetapi kesyukuran itu
harus
diikuti dengan mempelajari agama kita itu secara sistematis, baik dan benar serta
mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dan, dalam rangka kesyukuran itu pula, dalam masyarakat
majemuk seperti
Indonesia, kita menghargai pemeluk agama lain yang karena keyakinarmya berbeda agamanya
dengan
kita.
Sementara itu perlu ditambahkan bahwa agama wahyu, semua agama langit yang disebutkan di
atas aj aramrya berasal dari wahyu Ilahi yang disampaikan oleh malaikat (Jibril) kepada RasulNya pada
masa tertentu untuk menjadi pedoman hidup manusia. Inti aj ararmya sejak diturunkan kepada
Nabi atau
Rasul-Nya yang pertama sampai kepada Nabi dan Rasul-Nya yang terakhir adalah sama yakni
mengenai
ke-Esaan Allah, tidak ada Tuhan lain selain Allah. Sejak dahulu sampai sekarang dan terus ke
masa
yang akan datang ajaran tentang ke-Esaan Allah (tauhid) tetap tidak berubah-ubah.

Yang berubah adalah jalan yang ditempuh atau syari' at yang mengatur hubungan manusia
dengan
Allah, antar manusia dalam masyarakat dan dirinya sendiri serta lingkungan hidupnya. Karena
itu pula
mengenai syari'at antara satu agama wahyu dengan agama wahyu lam berbeda. Dan, karena
perbedaan
itu ditentukan Allah, maka para pemeluk agama wahyu harus mampu menegakkan sikap, seperti
telah
disinggung di muka, setuju hidup bersama dalam perbedaan.
C. RUANG LINGKUP AGAMA ISLAM
Dalam mempelajari perbandingan agama-agama dan melihat tempat agama Islam dalam agama
wahyu tersebut di atas telah dikemukakan kedudukan agama Islam yang bersifat sui generis
(sesuai
dengan wataknya, berbeda dalarn jenisnya) di antara agama-agama wahyu. Telah dinyatakan
pula bahwa
agama Islam bukan hanya agama sempuma tetapi juga agama yang benar. Namun demikian,
dalam
sejarah perkembangarmya, terutama di kalangan ilmuwan, agama Islarn sering disalah pahami.
Bahwa
Islarn sering difahami hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya. Padahal agama
Islam (selain
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan) juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya,
dengan
masyarakat dan mengatur pula hubungan manusia dengan lingkungannya. Islam sebagai satu
sistem
yang mengatur hidup dan kehidupan manusia, Islam mengatur berbagai tata hubungan manusia.
Pendidikan Agama Islam 53
B.AQIDAH ISLAM (RUKUN IMAN)

Build your own FREE website at Angelfire.com Share: del.icio.us |
digg | reddit | Twitter | facebook

Pendidikan Akidah
Oleh Wan Mohd Hujjatullah Ghazali
Pendahuluan
Pendidikan akidah merupakan asas kepada pembinaan Islam pada diri seseorang. Ia
merupakan inti kepada amalan Islam seseorang. Seseorang yang tidak memiliki akidah
menyebabkan amalannya tidak mendapat pengiktirafan oleh Allah swt. Ayat-ayat yang
terawal yang diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw di Makkah menjurus
kepada pembinaan akidah. Dengan asas pendidikan dan penghayatan akidah yang kuat dan
jelas maka Nabi Muhammad saw telah berjaya melahirkan sahabat-sahabat yang mempunyai
daya tahan yang kental dalam mempertahan dan mengembangkan Islam ke seluruh dunia.
Bilal bin Rabah tidak berganjak imannya walaupun diseksa dan ditindih dengan batu besar di
tengah padang pasir yang panas terik. Demikian juga keluarga Amar bin Yasir tetap teguh
iman mereka walau berhadapan dengan ancaman maut. Dari sini kita nampak dengan jelas
bahawa pendidikan akidah amat penting dalam jiwa setiap insan muslim agar mereka dapat
mempertahan iman dan agama Islam lebih-lebih lagi di zaman globalisasi yang penuh
dengan cabaran dalam segenap penjuru terutamanya internet dan teknologi maklumat yang
berkembang dengan begitu pesat sekali.
2.0 Matlamat dan Objektif Pendidikan Akidah
2.1 Mengakui keesaan Allah swt
Matlamat utama pendidikan akidah Islam ialah mendidik manusia supaya mengakui keesaan
dan ketunggalan Allah swt sebagai tuhan yang wajib disembah. Tiada sekutu bagiNya. Ini
dijelakan oleh Allah swt dalam firmanNya yang bermaksud :

"Katakanlah (wahai Muhammad) Dia ialah Allah Yang Maha Esa. Allah menjadi tumpuan
sekelian makhluk untuk memohon sebarang hajat. Ia tiada beranak dan tidak diperanakkan.
Dan

tidak

ada

sesiapa

yang

setara

denganNya"

(al-Ikhlas : 1-4)
Ayat di atas mendidik manusia supaya mengaku keesaan dan kekuasaan Allah swt. Ayat ini
diturunkan di Makkah di awal perkembangan Islam. Oleh kerana akidah merupakan asas
kepada kekuatan dan pembinaan Islam sebagai al-Din maka wahyu-wahyu yang terawal
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw menjurus kepada pendidikan Akidah bagi
menanam keyakinan yang teguh dalam jiwa manusiatentang keesaan Allah swt.
2.2 Melahirkan manusia yang patuh dan tunduk kepada Allah swt .Pendidikan akidah juga
penting untuk mendidik manusia supaya patuh dan tunduk kepada kebesaran dan keagongan
Allah swt.
2.3 Membentuk keperibadian insan
Sebagaimana acuan dapat membentuk dan mencorakkan air kandungannya maka
demikianlah akidah dapat membentuk dan mendidik orang yang mengambilnya menepati
dengan hakikat dan tabiat kemanusiaan yang tulen dan asli seperti yang dikehendaki oleh
penciptanya. Pendidikan akidah dapat membentuk sifat-sifat nalurinya, akal fikirannya,
iradahnya dan perasaannya. Ringkasnya pendidikan akidah bermatlamat untuk membentuk
nilai akhlak dan keperibadian seseorang insan yang akan mencorakkan suluk amali atau
gerak laku amal perbuatan selaras dengan peranan dan tanggungjawab manusia sebagai
khalifah Allah swt di muka bumi ini. Menurut Mohd Sulaiman Yasin (1987), Akidah Islam
ialah akidah yang bersumberkan ketuhanan (akidah Rabbaniyyah) yang tetap, syumul,
menyeluruh dan fitrah. Tabiat akidah yang demikian ialah akidah yang kukuh dan teguh.
Hanya akidah yang teguh sahaja dapat membentuk manusia yang teguh dan kukuh.
Kekukuhan dan keteguhan akidah ialah kerana kekukuhan dan keteguhan ciri-ciri yang
menjadi kandungan akidah itu, yang merangkumi segala hakikat iaitu hakikat ketuhanan,

hakikat alma semesta dan hakikat kemanusiaan serta nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan
keindahan. Kekukuhan akidah inilah yang akhirnya menjadi sumber kekuatan Islam. Itulah
hakikat kekuatan umat Islam, kekuatan jiwa dan rohani serta peribadinya yang menjadi asas
kepada kekuatan jasmaninya. Di dalam sejarah kegemilangan umat Islam yang silam kita
mendapati bahawa umat Islam di masa itu telah dibentuk dan dididik oleh akidah yang
akhirnya melahirkan kekuatan yang sungguh kental dan luar biasa. Kita lihat sahaja kepada
Bilal, bahawa akidah telah memberikan kekuatan kepadanya. Abdul Rahman bin Auf dan
Osman bin Affan sanggup membelanjakan hartanya kerana mempertahankan Islam sehingga
tiada apa lagi yang dimiliki melainkan Allah swt dan Rasul. Ali bin Abi Talib sanggup
mempertaruhkan nyawanya kerana Rasulullah saw dan banyak lagi contoh-contoh yang
ditunjukkan oleh para sahabat Rasulullah saw hasil dari pendidikan akidah yang mantap.
2.0 Definisi Akidah
Perkataan akidah berasal dari perkataan bahasa Arab iaitu "aqada yang bererti ikatan atau
simpulan. Perkataan ini juga digunakan pada sesuatu yang maknawi seperti akad nikah dan
akad jual beli. Dari ikatan atau simpulan yang maknawi ini maka lahirlah akidah iaitu ikatan
atau simpulan khusus dalam kepercayaan. Sementara dari segi istilah, akidah bermaksud
kepercayaan yang terikat erat dan tersimpul kuat dalam jiwa seseorang sehingga tidak
mungkin tercerai atau terurai. Akidah menurut istilah syara" pula bermaksud kepercayaan
atau keimanan kepada hakikat-hakikat atau nilai-nilai yang mutlak, yang tetap dan kekal,
yang pasti dan hakiki, yang kudus dan suci seperti yang diwajibkan oleh syara" iaitu beriman
kepada Allah swt, rukun-rukun Iman, rukun-rukun Islam dan perkara-perkara ghaibiyyat.
3.2 Hakikat Iman
Dalam menjelaskan definisi akidah ada disebut perkataan kepercayaan atau keimanan. Ini
disebabkan Iman merupakan unsur utama kepada akidah. Iman ialah perkataan Arab yang
bererti percaya yang merangkumi ikrar (pengakuan) dengan lidah, membenarkan dengan hati
dan mempraktikkan dengan perbuatan. Ini adalah berdasarkan sebuah hadis yang bermaksud
: "Iman itu ialah mengaku dengan lidah, membenarkan di dalam hati dan beramal dengan
anggota".
(al-Hadis)
Walaupun iman itu merupakan peranan hati yang tidak diketahui oleh orang lain selain dari
dirinya sendiri dan Allah swt namun dapat diketahui oleh orang melalui bukti-bukti amalan.

Iman tidak pernah berkompromi atau bersekongkol dengan kejahatan dan maksiat.
Sebaliknya iman yang mantap di dada merupakan pendorong ke arah kerja-kerja yang sesuai
dan secucuk dengan kehendak dan tuntutan iman itu sendiri.
Firman

Allah

swt

yang

bermaksud:

"Sesungguhnya orang-orang mukmin yang beriman kepada Allah swt dan RasulNya
kemudian

mereka

(al-Hujurat : 15)
Firman Allah swt lagi yang bermaksud:

tidak

ragu-ragu".

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu apabila disebut nama Allah swt maka terasa
gerunlah hati mereka dan apabila dibaca kepada mereka ayat-ayat Allah swt, bertambahlah
iman mereka dan kepada tuhan sahaja mereka bertawakkal. Mereka mendirikan solat,
membelanjakan daripada apa yang kami beri rezki kepada mereka. Mereka itulah orangorang

yang

beriman

dengan

sebenar-benarnya".

(al-Anfal : 2-4)
Perkara yang menjadi asas atau pokok keimanan dalam Islam juga dikenali sebagai rukunrukun Iman iaitu sebanyak enam perkara :


Pertama : Beriman kepada Allah swt.



Kedua : Beriman kepada Malaikat.



Ketiga : Beriman kepada kitab-kitab.



Keempat : Beriman kepada Rasul-Rasul.



Kelima : Beriman kepada Hari Kiamat.



Keenam : Beriman kepada Qada" dan Qadar.

Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam hadisnya yang bermaksud :
"Iman itu bahawa kamu mempercayai kepada Allah swt, malaikatNya, kitab-kitabNya, para
RasulNya, hari kumudian dan kamu beriman kepada takdir baik dan buruknya".
(Riwayat Muslim)
3.3

Hubungan

Iman

dan

Islam

Iman dengan makna tasdiq juga dinamakan akidah di mana rahsianya tidak diketahui sesiapa
melainkan orang berkenaan dan Allah swt. Namun demikian manusia mempunyai sifat-sifat
lahiriah yang dapat dilihat melalui tingkah laku manusia sama ada melalui percakapan atau
perbuatan. Inilah yang menjadi ukuran keimanan seseorang. Adapun segala yang tersirat di
dalam hatinya terserah kepada Allah swt. Iman yang melahirkan penyerahan diri kepada

Allah itu juga disebut sebagai Islam. Ini bermaksud seseorang yang beriman hendaklah
menyerah diri kepada Allah swt dengan menerima segala hukum dan syariat yang diturunkan
Ilahi. Penyerahan dan penerimaan ini berlaku dengan dua perkara iaitu
(i) dengan kepercayaan dan pegangan hati yang dinamakan Iman (akidah) dan
(ii) melalui sifat-sifat lahiriah iaitu melalui perkataan dan perbuatan (amalan) dinamakan
Islam. Nabi Muhammad saw telah juga menunjukkan penggunaan kalimah Iman dalam
pengertian amal sebagaimana sabdanya yang bermaksud : "Iman terbahagi lebih enam puluh
bahagian, yang paling tinggi ialah mengucap kalimah "Lailahaillallah" dan yang paling
rendah ialah membunag benda-benda yang boleh menyakitkan orang di jalan".
(Riwayat Muslim)
Oleh yang demikian jelas di sini Iman dan Islam mempunyai hubungan yang rapat dan tidak
mungkin dipisahkan. Islam umpama pohon sementara Iman umpama akar sesepohon kayu.
Kesuburan dan kekuatan akar pokok tersebut dapat dilihat dengan kesuburan pokok pada
daun, ranting dan dahannya. Dalam menjelaskan tentang hubungan Iman dan Islam ini kita
petik sebuah hadis sabda Nabi saw kepada rombongan Abdul Qias yang bermaksud:
"Aku menyuruh kamu beriman kepada Allah swt yang Maha Esa. Apakah kamu mengerti
apa dia yang dikatakan beriman kepada Allah swt yang Maha Esa ". Iaitu penyaksian bahawa
tiada tuhan yang disembah melainkan Allah swt yang Maha Esa, tiada sekutu baginya,
mendirikan sembahyang, mengeluarkan zakat dan menunaikan satu perlima daripada harta
rampasan

perang".

(Muttafaqun "alaih)
Hadis di atas menjelaskan betapa adanya hubungan yang erat di antara iman dan Islam di
mana Islam itu menjadi salah satu daripada perinsip Iman dan Iman pula dilahirkan melalui
Islam secara amali, dengan iqrar syahadah dan melaksanakan hukum syariat dalam segala
amalan. Sekiranya berlaku iqrar syahadah dan menunaikan fardhu sedangkan hatinya tidak
yakin atau tidak percaya serta ragu-ragu terhadap hukum hakam Allah swt maka seseorang
itu dihukum tidak beriman walaupun masih dinamakan Islam sebagaimana yang berlaku
kepada sesetengah orang-orang Badwi di zaman Rasulullah saw.
Firman

Allah

swt

yang

bermaksud

"Orang Arab berkata : Kami telah beriman. Katakanlah (wahai Muhammad) : Kamu belum
beriman (janganlah berkata demikian, tetapi sementara Iman belum lagi meresap masuk ke
dalam hati kamu) berkatalah sahaja : Kami telah Islam". (al-Hujurat : 14)
Kesimpulannya Iman itu melambangkan sesuatu yang batin sementara Islam melambangkan
sesuatu yang zahir. Oleh itu iman dan Islam tidak boleh dipisahkan. Islam umpama pokok
sementara Iman umpama akar. Ibadat solat merupakan batang kepada pokok itu sementara
beriman kepada Allah swt merupakan akar tunjangnya di mana ia menjadi teras keimanan
seseorang. Pemisahan Iman dan Islam samalah kita memisahkan pokok dari akarnya.
3.4 Konsep Ihsan dan Hubungannya dengan Iman dan Islam
Ihsan bermaksud bekerja dengan baik dan tekun. Dari segi syara" bermaksud mengelokkan
perbuatan zahir dengan ibadat dan mengelokkan perbuatan batin dengan ikhlas. Menurut
kamus bahasa, Ihsan bermaksud membuat sesuatu yang baik. Al-quran menerangkan dengan
meluas ciri-ciri Ihsan dan mereka yang bersifat muhsinin (berbuat kebaikan).
Antaranya firman Allah swt yang bermaksud :

"Jika kamu berbuat kebaikan, maka faedah kebaikan yang kamu lakukan ialah untuk diri
kamu dan jika kamu berbuat kejahatan maka (kesannya yang buruk) berbalik kepada diri
kamu

juga".

(al-Isra" : 7)
Kedudukan Ihsan adalah tinggi di sisi Islam dalam konteks melengkapkan ciri-ciri keimanan
dan keislaman individu dan masyarakat Islam seluruhnya. Al-Quran menerangkan bahawa
Ihsan wajib menjadi tabiat manusia. Allah swt telah memberi ni"mat kepada manusia dengan
IhsanNya, maka manusia perlu Ihsan dengan ni"mat ini kepada makhluk.
Firman allah swt yang bermaksud :
"Dan berbuat baiklah (kepada hamba-hamba Allah swt) sebagaimana Allah swt berbuat baik
kepadamu

(dengan

pemberian

ni"matNya

yang

melimpah-limpah".

(al-Qasas : 77)

Seseorang yang melakukan Ihsan akan merasa tenang yang tidak dapat dirasakan oleh orang
lain dan orang yang menerima Ihsan itu sendiri merasa senang. Kasih sayang kepada pelaku
Ihsan akan memberi kebahagiaan jiwa. Mereka yang membuat keburukan tidak akan
mendapat ketenangan hidup. Oleh itu Allah swt telah memberi galakan supaya berbuat Ihsan
sebagaimana

firmanNya

yang

bermaksud

:

"Sesungguhnya Allah swt menyuruh kamu berlaku adil, dan berbuat ihsan (kebaikan), serta
memberi bantuan kepada kaum karabat dan melarang daripada melakukan perbuatanperbuatan

keji

dan

mungkar

serta

zalim".

(al-Nahl : 90)

Al-Quran mengangkat martabat Ihsan dengan begitu tinggi lebih-lebih lagi jika turut
disertakan dengan ikhlas kepada Allah swt dan kedua-dua ini dianggap sebagai sifat yang
paling tinggi dan mulia yang patut ada pada diri setiap muslim. Kesimpulannya kalau Iman
itu umpama akar, Islam umpama pokok maka Ihsan pula umpama buah yang baik.
Demikianlah hubungan di antara Iman, Islam dan Ihsan.
3.5 Peringkat-peringkat Iman
Iman itu boleh bertambah dan berkurang. Malah Iman seseorang boleh dihinggapi penyakit.

Ada Iman sentiasa bertambah iaitu Iman para Nabi dan Rasul. Ada Iman yang tidak
bertambah atau berkurang iaitu Iman para Malaikat. Ada Iman yang kadang-kadang
bertambah dan ada ketikanya menurun iaitu Iman kebanyakan orang mukmin. Terdapat juga
jenis Iman yang jarang-jarang bertambah tetapi banyak menurun iaitu Iman orang-orang
yang fasik lagi jahat.
Iman terbahagi kepada lima peringkat:


Iman Taqlid iaitu Iman ikutan. Orang yang beriman secara taqlid beramal sematamata mengikut orang lain. Iman jenis ini merbahaya dan terdedah kepada kesesatan.



Iman Ilmu iaitu Iman yang berdasarkan semata-mata kepada ilmu dan fikiran sematamata dan ia tidak terpahat di dalam hati. Iman pada tahap ini juga terdedah kepada
bahaya dan penyelewengan.



Iman A'yan iaitu Iman yang dapat dihayati sehingga ke lubuk hati. Iman pada tahap
ini dimiliki oleh orang-orang soleh. Seseorang yang beriman pada tahap ini
amalannya bertolak dari hati yang ikhlas untuk mencari keredhaan Allah swt. Iman
kita juga sekurang-kurangnya berada pada tahap ini.



Iman Hak iaitu Iman yang hakiki yang terlepas dari godaan nafsu dan syaitan. Iman
pada tahap ini dimiliki oleh golongan muqarrabin. Iman Hakikat iaitu Iman peringkat
yang paling tinggi yang boleh dicapai oleh manusia. Mereka yang memiliki Iman
pada tahap ini hidup semata-mata untuk Allah swt.

3.6 Rukun Iman
Perkara yang menjadi asas atau pokok keimanan dalam Islam dikenali sebagai rukun-rukun
Iman ialah enam perkara sebagaimana firman Allah swt yang bermaksud:

"Rasulullah telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan juga
orang yang beriman, semuanya beriman kepada Allah swt, Malaikat-MalaikatNya, KitabKitabNya

dan

Rasul-RasulNya".

(al-Baqarah : 285)
Sabda Nabi saw yang bermaksud: "Iman itu ialah kamu beriman kepada Allah swt,
Malaikat-MalaikatNya, Kitab-KitabNya, Rasul-RasulNya, Hari Akhirat, Qadar baik dan
buruk".
(Riwayat Muslim)
3.6.1

Beriman

kepada

Allah

swt

Beriman kepada Allah swt bermaksud mengetahui, percaya dan beri"tikad dengan teguh,
perkara-perkara yang wajib, mustahi dan harus bagi Allah swt. Seseorang itu hendaklah
beri"tikad secara ijmal dan sungguh-gungguh bahawa Allah swt bersifat dengan sifat-sifat
yang sumpurna dan sesuai dengan ketuhananNya. Mustahil Allah swt bersifat dengan sifatsifat kekurangan dan harus bagi Allah swt melakukan semua perkara atau meninggalkannya.
Iman dan tauhid kepada Allah swt tegak di atas dua asas iaitu
Tauhid Rububiyyah
Tauhid Rububiyyah bermaksud mengimani dan yakin bahawa Allah swt sahaja Tuhan yang
mencipta alam ini. Mentauhidkan Allah swt sebagai pencipta, pengurus, pentadbir, pengatur,
pemerintah, pendidik, pemelihara dan pengasuh sekelian alam. Banyak ayat-ayat al-Quran
yang menyebut tentang tauhid Uluhiyah ini. Antaranya firman Allah yang bermaksud:

‫ت جوال جلرجض دباللحدقق دإن ي ججشأ ل ي كلذدهبلك كلم جوي جأ ل د‬
‫أ جل جلم تججر أ ج قجن الل قجه جخل ججق ال قجسجماجوا د‬
‫خل لدق ججدديدد‬
‫ت دب ج‬
"Tidakkah engkau perhatikan bahawa Allah swt menciptakan langit dan bumi dengan
sebenarnya". Jika ia mengkehendaki, kamu dimusnahkanNya dan digantiNya dengan

makhluk

yang

baru".

(Ibrahim 14 : 19)
Firman Allah swt lagi yang bermaksud:

‫جخل ججق ال قجسجماجوا د‬
‫ث دفيجها دمن ك ك ق دل جدابق جدة جوجأنجزل لجنا دمجن‬
‫عجمدد تججرلون ججها جوأ جل لجقى دفي ال لأ جلردض جرجوادسجي جأن تجدميجد دبك كلم جوبج ق ج‬
‫ت دبجغي لدر ج‬
‫ال قجسجماء جماء جفجأنبجتلجنا دفيجها دمن ك ك ق دل جزلودج ك جدريدم‬
"Dia menciptakan beberapa langit tanpa tiang yang kamu lihat, dan Dia mengadakan
gunung-ganang di muka bumi supaya jangan ia bergoyang-goyang bersama kamu dan Dia
menyebarkan di muka bumi bermacam-macam haiwan. Kami turunkan air hujan dari langit
lalu Kami tumbuhkan di muka bumi bermacam-macam tumbuhan yang baik".
(Luqman 31:10)
Dalam beberapa ayat yang lain Allah swt menyebut bahawa orang-orang kafir juga percaya
kepada Rububiyah Allah swt dengan mengaku bahawa Allah swt adalah pencipta langit dan
bumi. Firman Allah swt yang bermaksud:

‫كوجن‬
‫جول جدئن جسأ جل لتجكهم ق جملن جخل ججقكهلم ل جي جكقول ك قجن الل ق جكه جفأ ج ق جنى ي كلؤجف ك‬
"Dan jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir yang menyembah berhala itu)
siapa yang menciptakan mereka, nescaya mereka menjawab: Allah swt! maka bagaimanakah
mereka

dapat

dipalingkan".

(al-Zukhruf : 87)
Maksud firman Allah swt lagi:

‫حلمكد لدل ق جده بجلل أ جك لثجكركهلم‬
‫جول جدئن جسأ جل لتجكهم ق جمن ن ق ج ق جزجل دمجن ال قجسجماء جماء جفأ جلحجيا دبده ال لأ جلرجض دمن بجلعدد جملودتجها ل جي جكقول ك قجن الل ق جكه كقدل ال ل ج‬
‫جلا ي جلعدقكلوجن‬
"Dan jika kamu menanyakan kepada mereka : Siapakah yang menurunkan air dari langit
lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya". Tentulah mereka akan menjawab :
Allah

swt".

(al-Ankabut : 63)
Tauhid Uluhiyyah
Beriman kepada Uluhiyyah Allah swt bermaksud yakin bahawa Allah swt sahaja Tuhan yang

patut disembah, dipohon segala doa, dipatuhi, dicintai, ditakuti, dan tawakkal kepadaNya.
Seterusnya mnerima segala hukumNya dengan yakin dan redha. Ringkasnya Tauhid
Uluhiyyah ini menuntut seseorang meyakini kemutlakan kekuasaan Allah swt yang menjadi
tempat tumpuan segala makhluk sama ada dari segi sembahan atau memohon segala doa dan
hajat. Keyakinan ini menetapkan bahawa hanya Allah swt sahaja yang berkah menentukan
hukum dan peraturan bagi seluruh makhluk di alam ini. Di antara ayat al-Quran yang
membicarakan tentang Uluhiyyah Allah swt adalah seperti berikut. Firman Allah swt yang
bermaksud:

‫دإ قجياجك ن جلعبككد ودإ قجياجك ن جلستجدعيكن‬
"Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami
memohon

pertolongan"

(al-Fatihah : 5)
Firman
Allah

lagi

yang

bermaksud:

"Katakanlah (wahai Muhammad) Dialah Allah swt yang Maha Esa. Allah swt
tempat meminta (tumpuan). Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak
ada
Firman

sesuatupun

(al-Ikhlas : 1-4)
Allah

yang
swt

lagi

meneyrupaiNya".
yang

bermaksud:

"Engkaulah yang memasukkan malam ke dalam siang dan siang ke dalam malam. Engkau
juga mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup.
Engkau jugalah yang memberi rezki kepada sesiapa yang dikehendaki dengan tiada hitungan
hisab".
(Al-Imran : 27)

‫ح قجي دمجن ال لجم دي ق د‬
‫حدقي جوتجلركزكق‬
‫ت جوتك ل‬
‫كتولدكج الل ق جي لجل دفي ال لن قججهادر جوكتولدكج الن قججهاجر دفي الل ق جي لدل جوتك ل‬
‫ت دمجن ال ل ج‬
‫خدركج ال ججمي قج ج‬
‫خدركج ال ل ج‬
‫ب‬
‫جمن تججشاء دبجغي لدر دحجسا د‬
Sesungguhnya kebanyakan manusia sejak dahulu hingga kini mengakui Tauhid Rububiyyah
Allah swt dengan mengakui bahawa Allah swt menciptakan langit dan bumi serta sekelian

alam ini. Tetapi mereka ingkar secara perkataan dan perbuatan terhadap Uluhiyyah Allah swt
seperti beribadat kepada yang lain dari Allah swt serta tidak melaksanakan syariat dan
hukum Allah swt dalam kehidupan ini. Keselarasan di antara Tauhid Uluhiyyah dan Tauhid
Rububiyyah adalah penting untuk memastikan keimanan yang sejati terhadap Allah swt. Ini
adalah kerana Tauhid Rububiyyah adalah adalah merupakan pengakuan bahawa Allah swt
adalah sumber cipta. Sementara Tauhid Uluhiyyah ialah suatu pengakuan bahawa Allah swt
adalah Tuhan yang wajib disembah dan tempat tumpuan sekelian makhluk.
3.6.2 Beriman kepada Malaikat
Beriman kepada malaikat bermaksud percaya dan yakin tentang wujudnya makhluk yang
digelar malaikat. Jumlah malaikat hanya Allah swt sahaja yang mengetahui. Di antara ciriciri malaikat yang disebut di dalam al-Quran dan al-Hadis antaranya ialah:


Malaikat merupakan makhluk yang taat kepada Allah swt.



Diciptakan dari nur.



Tidak mempunyai hawa nafsu.



Tidak makan dan minum



Memiliki akal yang terbatas untuk melaksanakan perintah Allah swt.



Tiada jantina tertentu (tidak lelaki, tidak perempuan, bukan khunsa).



Malakikat mempunyai sayap.



Memiliki kekuatan dan kepantasan yang luar biasa.

Malaikat merupakan makluk yang tidak dapat dikesani dengan penyelidikan dan pemikiran
tentang kewujudannya. Kita tidak boleh menafikan adanya malaikat semata-mata kerana ia
tidak dapat dilihat atau dikaji oleh akal manusia. Beriman kepada malaikat adalah termasuk
di dalam beriman kepada perkara-perkara ghaib kerana ia tidak dapat disaksikan oleh
pancaindera. Hakikatnya amat sukar difahami oleh akal fikiran manusia. Perkhabaran

tentang malaikat dan perkara-perkara ghaibini diketahui melalui al-Quran dan al-Hadis.
Yakin dan beriman kepada perkara-perkara ghaib seperti syurga, neraka, roh merupakan
salah satu daripada ciri-ciri orang bertaqwa kepada Allah swt. Di antara dalil berkenaan
dengan malaikat adalah seperti berikut:
Firman Allah swt yang bermaksud:
"Dan tidaklah ada yang mengetahui siapa tentera Tuhan itu melaikan Dia".
(al-Mudasir : 31)

‫ك‬
‫ب جوي جلزجداجد ال ق جدذيجن‬
‫جوجما جججعل لجنا أ جلص ج‬
‫ب ال قجنادر دإ ق جلا جمجلادئك جةة جوجما جججعل لجنا دع ق جدتجكهلم دإ ق جلا دفتلن جةة لد قل ق جدذيجن ك ججفكروا لدي جلستجي لدقجن ال ق جدذيجن أوكتوا ال لدكجتا ج‬
‫حا ج‬
‫ك‬
‫كادفكروجن جماجذا أ ججراجد الل ق جكه دبجهجذا جمثجةلا‬
‫ب جوال لكملؤدمكنوجن جولدي جكقوجل ال ق جدذيجن دفي كقكلودبدهم ق جمجرضض جوال ل ج‬
‫ب ال ق جدذيجن أوكتوا ال لدكجتا ج‬
‫آجمكنوا دإيجماةنا جوجلا ي جلرجتا ج‬
‫ك ججذلدجك ي كدض قكل الل ق جكه جمن ي ججشاء جوي جلهددي جمن ي ججشاء جوجما ي جلعل جكم كجكنوجد جر دبقجك دإ ق جلا كهجو جوجما دهجي دإ ق جلا دذك لجرى لدل لبججشدر‬
Firman Allah swt lagi yang bermaksud:
"Dan

mereka

mengerjakan

apa

yang

diperintahkan".

(al-Nahlu : 50)

Sabda Rasulullah saw yang bermaksud:
"Dijadikan malaikat daripada cahaya dan dijadikan jin daripada percikan api".
(Riwayat Muslim)
Firman

Allah

swt

yang

bermaksud:

"Miraj yang dilalui oleh malaikat-malaikat dan Jibril ke pusat pemerintahanNya (menerima
dan menyempurkan tugas) pada satu hari tempohnya lima puluh ribu tahun".
(al-Ma"rij : 4)

Firman Allah swt yang bermaksud:
"Segala puji bagi Allah swt yang menciptakan langit dan bumi, yang menjadikan maalaikat
utusan-utusan yang brsayap dua, tiga dan empat". (al-Fath : 1)

Dalam perkembangan kepercayaan manusia terhadap perkara ghaib sejak zaman purbakala
telah ada kepercayaan kepada dewa-dewa. Orang Greek di zaman purba mempercayai

adanya dewa-dewa. Demikian juga orang Tionghoa dan Mesir. Kadang-kadang kepercayaan
kepada dewa-dewa ini dihubungkaitkan dengan bintang-bintang. Contohnya orang Greek
(Yunani) mempercayai bintang Mars adalah dewa peperangan. Demikian juga ada yang
mempercayai bahawa malaikat itu adalah anak perempuan Tuhan.
Setelah fahaman "ketauhidan" menjadi jelas di dalam Islam, maka tegaklah kepercayaan
bahawa persembahan dan pemujaan hanyalah kepada Allah semata-mata. Malaikat-malaikat
bukanlah Tuhan dan tiada kuasa. Ia tidak dapat memakbulkan permohonan makhluk. Kita
tidak perlu takut kepada malaikat kerana ia tidak dapat berbuat apa-apa melainkan dengan
izin Allah swt. Demikianlah halusnya pokok kepercayaan dalam Islam sehingga memuja
malaikat adalah termasuk dalam perbuatan syirik yang membatalkan akidah seseorang.
Menurut athar Said bin al-Musayyib bahawa malaikat itu bukan lelaki dan bukan
perempuan, mereka tidak makan atau minum dan tidak tidur. Bilangan malaikat amatlah
ramai. Tidak diketahui jumlahnya melainkan Allah swt. Setiap orang wajib beriman kepada
malaikat secara ijmal kecuaili sepuluh malaikat sahaja diwajibkan kita beriman secara tafsil
sebagaimana berikut:
Jibril
Malaikat pertama yang dianggap sebagai penghulu sekelian malaikat. Dia juga bernama
Namus, Ruh al-Amin (roh yang diberi keperrcayaan) dan Ruh al-Qudus (roh yang suci).
Tugasnya yang utama ialah menerima perintah Allah swt untuk disampaikan kepada para
Nabi dan Rasul. Oleh kerana ruh Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul itu telah mendapat latihan yang
cukup dan istimewa sehingga memudahkan hubungannya dengan alam ghaib. Maka dapatlah
mereka melihat dan berhubung nyata dengan Malaikat Jibril itu. Nabi Muhammad saw
pertama kali berjumpa dengan Jibril ialah semasa menerima wahyu pertama di gua Hira" di
atas bukit Nur. Datang berupa seorang lelaki berpakaian serba putih. Demikian juga semasa
Isra dan Mi"raj Nabi saw ditemani oleh Jibril alaihissalam.
Jibril pernah merupakan dirinya sebagai seorang sahabat Nabi saw yang muda dan pantas
sikapnya iaitu Dahiyah al-Kalbi. Menurut hadis Bukhari dan Muslim yang diriwayatkan oleh
Saidina Omar al-Khatab menyatakan bahawa Jibril merupa seorang lelaki datang ke majlis
Rasulullah saw mengemukakan pertanyaan berkaitan dengan Iman, Islam dan Ihsan. Semua
sahabat Rasulullah saw yang hadir melihatnya.
Di waktu Rasulullah saw menghembuskan nafasnya yang penghabisan Jibril turut hadir di

sisi Baginda saw. Sebab Rasulullah saw berkata "Jibril ! Jibril ! Dekatlah kepadaku".
(Hamka, 1988).
Kitab-kitab suci dan suuf yang diturunkan kepada Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul iaitu Taurat,
Zabur, Injil dan al-Quran diturunkan melalui perantaraan Jibril as.
Mikail
Malaikat Mikail tugasnya mengurus hal ehwal penghidupan. Mengatur rezki, hujan dan
sebagainya. Mengatus perjalanan matahari, bumi, bulan dan cakrawala ini. Peredaran
matahari dan bintang menyebabkan berlakunya siang dan malam. Ia menjaga perjalanan
alam ini sehingga segala sesuatu itu berjalan dengan lancar di dalam peraturan yang
ditentukan. Yang berat turun ke bawah, yang ringan terapung ke atas dan tenaga tarik
menarik yang ada semuanya dalam lingkungan tugas Mikail.
Izrail
Izrail terkenal denganpanggilan "Malaikat Maut". Bertugas mencabut nyawa segala makhluk
yang bernyawa di alam ini apabila tiba masanya. Izrail tidak akan datang kalau kita belum
"dipanggil". Walaupun di kiri kanan kita bergelimpangan mayat-mayat, kita tidak akan mati
kalau belum tiba giliran. Dan kalau tiba giliran ke mana kita menyembunyikan diri Izrail
tetap menunggu kita. Walaupun kita berada dalam perti besai yang kukuh sekalipun.
Kita tidak tahu bila Izrail akan datang kepada kita. Kita juga tidak boleh cemas kerana dia
pasti datang. Kecemasan boleh dihilangkan dengan memenuhi hidup kita melakukan
kebajikan dan meninggalkan kemungkaran.
Tugasnya meniup sangkakala (Shur). Tiupan pertama memusnahkan seluruh alam ini
melainkan perkara-perkara yang tidak diizinkan Allah swt musnah.
Kesan Akidah Islam
Akidah Islam akan melahirkan seseorang atau masyarakat yang mempunyai kepribadian
yang unggul yang akhirnya akan dijelmakan melalui tingkah-laku, percakapan dan gerakgeri hati seseor