hipotesis dan pretest guru tahun

HIPOTESIS DAN PRETEST
Hasyim Ali Imran1
Abstracts
Tulisan ini mencoba membahas topik pretest dalam kaitan posisi pentingnya bagi pelaksanaan uji hipotesis.
Telaahannya difokuskan pada persoalan pengertian dan posisi pretest dalam proses penelitian. Termasuk
pula menyangkut bagaimana proses pelaksanaan pretest dan implikasinya terhadap proses finishing
instrument penelitian. Hasil pembahasan menunjukkan, pretest terhadap sebuah instrument penelitian pada
hakikatnya dilakukan dalam rangka upaya mendapatkan data yang valid untuk keperluan pengujian
hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya lewat proses berfikir deduktif dalam satu tahapan tertentu
pada suatu rangkaian proses penelitian. Dalam sebuah proses penelitian, posisinya terletak pada fase
operationalization yang berada di antara hypotheses dan observation/data collection. Terdapat sejumlah
kaidah yang harus dipenuhi dalam proses pelaksanaan pretest. Diantaranya berupa penyiapan instrument
yang layak pretest. Implikasi hasil pretest terhadap proses finishing instrument penelitian memiliki dua
kemungkinan, pertama mem-finishing format instrument sesuai bentuknya ketika digunakan sebagai
instrument pretest apabila hasil pretrest menghasilkan nilai reliabelitas Alpha Cronbach minimal sebesar
0,800. Kedua, melakukan pengulangan pretest jika hasil prêtest menghasilkan nilai reliabelitas Alpha
Cronbach sebesar kurang dari 0,800.

Kata-kata kunci : Hipotesis; pretest.
Latar Belakang dan Permasalahan
Dalam tradisi positivistic, sebuah proses penelitian (baca: penelitian komunikasi)

pada hakikatnya merupakan sebuah rangkaian aktifitas yang berawal dari suatu proses
konseptualisasi sebuah fenomena komunikasi dan berakhir pada sebuah kesimpulan atas
fenomena yang dikonseptualisir sebelumnya. Dengan demikian terlihat komponen
konsep menjadi komponen inti dalam sebuah rangkaian penelitian.
Konsep yaitu generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat
dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama 2. Konsep ini sifatnya masih
bermakna tunggal sehingga belum bisa dilakukan pengukuran terhadap fenomena yang
dijelaskannya. Guna memungkinkan pengukuran, maka bagi ilmuwan tradisional,
terhadap suatu konsep harus diberikan sifat-sifat tertentu. Concepts are typically
operationalized in traditional science

3

sehubungan ilmu memerlukan ketepatan dalam

melakukan observasi terhadap konsep yang dipelajari. Sebagai contoh misalnya konsep
motif dalam menonton televisi, maka untuk dapat dilakukan pengukuran, harus diberi
ciri-ciri khusus terhadap konsep motif tadi. Ciri yang diberikan, misalnya menurut
jenisnya, maka bisa dipelajari antara lain dengan cara menggolongkannya menjadi seperti
1


2

Peneliti Madya Bidang studi Komunikasi dan Media pada BPPI Wilayah II Jakarta, Badan Litbang SDM Depkominfo RI.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1984, Metode Penelitian Survai, cetakan keempat, Jakarta, LP3ES, 17.

3

Littlejohn, Stephen W., 2005, Theories of Human Communication, eighth edition, Thomson Learning Inc., Wadsworth, Belmont,
USA., p. 25.

1

yang dilakukan Rubin dalam mengukur motif menonton televisi, yang terdiri dari : pass
time/habit ; information; entertainmen; companionship dan escape4. misalnya menjadi
verbal dan non verbal, dan lain sejenisnya. Konsep lain, misalnya penduduk, maka dapat
dirumuskan menurut varian-varian seperti jenis kelamin, suku bangsa, usia dan lain
sejenisnya.
Seiring dengan pemberian ciri tertentu pada suatu konsep, semisal konsep motif
tadi, maka seiring itu pula konsep berubah namanya menjadi variabel. Variabel sendiri

mengandung makna bisa atau dapat bervariasi atau beragam. Dengan demikian berarti
pula bahwa sebuah konsep belum tentu variabel, namun variabel sudah pasti konsep,
yakni konsep yang memiliki variasi nilai.
Dalam rangkaian suatu proses kegiatan ilmiah, variabel sendiri terdapat di dalam
rumusan hipotesis yang dibuat peneliti. Hipotesis sendiri berasal dari dua kata dasar,
hipo (kurang) dan tesa (kebenaran). Artinya, pernyataan tentang kebenaran menyangkut
hubungan dua variabel atau lebih yang sifatnya masih kurang. Karena sifatnya masih
kurang, maka hipotesis lazim juga disebut dengan kebenaran yang bersifat sementara.
Dengan kata lain, hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan atau
terkaan tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya (Nasution,
2006 : 39).
Terkait dengan adanya ragam format pernyataan tentatif dalam hipotesis, itu
menyebabkan munculnya keragaman hipotesis dalam bentuk. Ragam bentuk dimaksud
terdiri dari : hipotesis kerja; hipotesis nol dan hipotesis statistik (deskriptif, komparatif,
asosiatif) (Nasution, 2006 ; 43-44; Sugiyono, 2005 : 17). Mengenai munculnya variabel
dalam rumusan hipotesis, itu tidak terjadi begitu saja, akan tetapi berproses secara
sistematis dengan menggunakan prosedur berfikir logika deduktif yang berpedoman pada
prinsip koherensi dan korespondensi. Dalam tradisi ilmu kubu positivistik, proses yang
demikian terjadi dalam babakan kerangka teori atau landasan konseptual untuk studi
yang menelaah satu variabel. Bagi peneliti positivis, secara umum babakan ini berfungsi

menjadi wahana baginya dalam “menerangkan diri sendiri” atas “kegelapan” yang masih
melingkupinya ketika merumuskan masalah pokok penelitian yang nota bene masih
bertolak pada informasi terbatas mengenai fenomena yang dipelajarinya. Dalam upaya
4

Rubin (1983), dalam Infante, Dominic A., Rancer, Andrew S., dan Womack, Deanna F., 1990, Building
Communication Theory, Illinois, Waveland, Chapter 11, 354.

2

“menerangkan diri” ini, maka penemuan konsep-konsep teoritik yang konsisten (taat
azas) dengan fenomena yang telah dikonseptualisir sebelumnya dalam perumusan
masalah penelitian, kiranya menjadi sesuatu yang harus dipenuhi oleh peneliti dalam
upayanya mengemukakan argumentasi ilmiah. Karenanya dalam proses tersebut teori
komunikasi menduduki posisi paling penting sehubungan konsep-konsep teoritik itu
hanya dapat dijumpai di dalamnya. Seperti dikatakan Stanley Deetz5, a theory is a way of
seeing and thinking about the world. Jadi, teori merupakan petunjuk paling penting bagi
peneliti dalam upayanya mempelajari sebuah fenomena komunikasi.
Mengenai fungsi hipotesis dalam proses keilmuan, terkait dengan sifatnya yang
masih kurang tadi, maka kekurangan tersebut perlu diisi agar diperoleh kebenaran yang

penuh. Peran yang demikian sendiri dapat diketahui ketika sebuah proses penelitian telah
memasuki tahap analisis dan interpretasi data hasil penelitian. Hasil

analisis dan

interpretasi ini dibandingkan dengan pernyataan dalam rumusan hipotesis. Hasil
perbandingan ini mempunyai dua kemungkinan, pertama menolak hipotesis dan kedua
menerima hipotesis. Jika hipotesis diterima atau relevan dengan data empirik, itu berarti
teori-teori yang diacu ilmuwan sebagai petunjuk ketika dalam proses perumusan hipotesis
dengan proses berfikir deduktif, kualitasnya jadi semakin meningkat. Jika hipotesis tidak
diterima, maka hipotesis itu menjadi alat pengoreksi terhadap eksistensi teori yang
direferensi. Berkaitan dengan peran hipótesis yang demikian, maka di antara akademisi
karenanya ada yang menganalogikan hipotesis itu berperan sebagai jembatan
penghubung antara dunia ide dengan dunia empirik. Sebuah analogi yang secara filosofis
ilmu disebut sebagai perangkat ilmiah yang berfungsi sebagai alat bantu untuk mengecek
kebenaran a priori yang dirumuskan dengan proses berfikir deduktif-intuitif dengan data
a posteriori yang empirikal.
Data a posteriori yang empirikal sendiri, dengan begitu tampak menjadi ujung
tombak bagi suatu hipotesis yang hendak diuji dalam suatu proses riset. Karenanya, data
itu idealnya harus benar-benar menjadi data yang dibutuhkan oleh variabel dalam

hipotesis. Kalau tidak, hipotesis itu akan melahirkan kesimpulan yang salah karena
eksistensinya diuji berdasarkan data yang keliru atau bias (menceng).

5

Stanley Deetz, (dalam Littlejohn, 2005 :17).

3

Secara esencial ada beberapa cara agar suatu hipotesis terhindar dari pengujian
menurut penggunaan data yang bias. Diantaranya berkaitan dengan konsep teoritik.
Terkait dengan konsep teoritik tersebut, maka data yang diperoleh itu hendaknya harus
bersumber dari penggunaan instrument (kuesioner) yang dibangun menurut konsepkonsep teoritik yang relevan dengan konseptualisasi fenomena pada tahap awal
pelaksanaan penelitian. Relevansinya sendiri dapat diketahui melalui hasil uji konstruk
oleh para ekspert yang kadar keilmuannya relevan dengan substansi masalah yang
dikandung instrument. Hal lain yang mungkin sangat vital yakni terkait dengan
pelaksanaan pre test kuesioner sebagai instrument pengumpul data. Pretest yang
demikian dilakukan setelah melalui fase uji konstruk oleh para ekspert tadi. Dengan pre
test, diharapkan akan diperoleh kuesioner yang valid6 dan reliabel7, dan pada gilirannya
akan dapat dijadikan sebagai alat penghasil data yang valid dan reliabel yang nota bene

idealnya memang dibutuhkan oleh suatu hipotesis yang hendak diuji. Meskipun
demikian, eksistensi peranan penting pretest dalam proses pelaksanaan penelitian masih
kerap diabaikan peneliti. Kondisi ini tentunya kurang ideal bagi upaya pengembangan
ilmu pengetahuan. Terkait dengan fenomena ini, maka tulisan ini mencoba membahas
topik pretest dalam kaitan posisi pentingnya bagi pelaksanaan uji hipotesis. Telaahannya
difokuskan pada persoalan pengertian dan posisi pretest dalam proses penelitian.
Termasuk pula menyangkut bagaimana proses pelaksanaan pretest dan implikasinya
terhadap proses finishing instrument penelitian.
Pretest
Dari sejumlah literatur yang ada, konsep pretest sebenarnya tidak ditemukan
pengertiannya secara definitif. Ilmuwan statistik bahkan tampak tidak menggunakan
konsep pretest tersebut dalam menunjukkan adanya proses uji terhadap suatu instrumen
6I

Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.
Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono
2005: 267). Dengan kata lain, instrument yang valid akan menghasilkan kesamaan di antara data yang
diperoleh dengan yang terjadi pada obyek instrument (misalnya responden). Untuk mengetahui valid
tidaknya sebuah instrument, maka instrument dapat diuji dengan cara internal (rasional) dan eksternal.
Sebuah instrument menjadi valid secara internal jika kriteria yang ada di dalam instrument secara teoritis

telah mencerminkan apa yang diukur. Sementara instrument menjadi valid secara eksternal jika kriteria di
dalam instrumen disusun menurut fakta-fakta empiris yang telah ada.
7
Instrument yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang
sama, akan menghasilkan data yang sama. (Sugiyono, 2005: 267). Dengan kata lain, melalui instrument
yang reliable, data yang diperoleh akan konsisten walaupun penerapannya dalam waktu yang berbeda
(lihat, Nurgiyantoro, Gunawan dan Marzuki, 2003 : 319.

4

sebelum secara final diterapkan untuk mengumpulkan data riset. Mereka menggunakan
istilah uji validitas dan reliabelitas atau uji instumen penelitian 8. Konsep pretest biasanya
dijumpai dalam buku-buku metode penelitian ilmu sosial, misalnya seperti yang tertera
dalam buku Neuman dan Singarimbun9. Meskipun demikian, dari masing-masing
penjelasannya, maka dengan menggunakan konsep pretest, kiranya dapat diartikan bahwa
pretest itu pada hakikatnya merupakan suatu proses pengujian sebuah instrumen
penelitian oleh peneliti dengan cara menggunakan jasa para ekspert10 yang relevan
dengan substansi instrumen dan kemudian mencobakannya pada calon reponden guna
mendapatkan masukan bagi penyempurnaan kuesioner agar terwujudnya validitas dan
reliabelitas yang tinggi demi pemerolehan data yang valid dan reliabel ketika

diaplikasikan pada responden. Dengan demikian, pretest terhadap sebuah instrument
penelitian pada hakikatnya dilakukan dalam rangka mendapatkan data yang valid untuk
keperluan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya dalam suatu rangkaian
proses penelitian.11 Dengan kata lain, data yang valid bagi suatu penelitian, merupakan
tujuan akhir dari sebuah pretest instument. Guna mewujudkan maksud tersebut, maka
sudah seyogyanya kalau instrument yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data
valid itu, harus direvisi terlebih dahulu sesuai dengan masukan-masukan yang diperoleh
dari hasil pelaksanaan pretest.
Terdapat sejumlah masukan penting yang akan diperoleh melalui pelaksanaan
pretest. Diantaranya berupa penghapusan beberapa pertanyaan tertentu; penambahan
pertanyaan tertentu; kesadaran akan dimengerti tidaknya item-item pertanyaan secara
8

Lihat, Sugiyono, 2005, “Statistik Untuk Pengujian Validitas dan Reliabelitas Instrumen Penelitian”,
dalam, Statistika Untuk Penelitian, Bandung, CV Alfabeta, Bab 9, hal. 270; Nurgiyantoro, Gunawan dan
Marzuki, 2002, ”Uji Instrumen Penelitian”, dalam Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial,
Yogyakarta, Gadjah Mada University, Bab 9, hal. 315).
9

Neuman (2004: 166) menggunakan kata pretest ketika ia menjelaskan cara how to improve reliability

instrumen penelitian. Dikatakan, reliability can be improved by using a pretest or pilot version of a
measure first. Develop one or more draft or preliminary versions of a measure anf by them before applying
the final version in a hypothesis testing situation. Sementara Singarimbun dan Effendi (1984 : 136)
menyinggung konsep pretest ketika mereka membicarakan topik pembuatan kuesioner. Disebutkan bahwa
pretes dilakukan dalam rangka untuk menyempurnakan kuesioner.
10
Orang yang berkompeten di bidang substansi instrument. Mereka melakukan penilaian terhadap
instrumen, prosesnya dikenal dengan istilah expert judgement (penilaian oleh ahlinya). (Nurgiyantoro,
Gunawan dan Marzuki, 2002 : 317).
11
Posisi pretest dalam sebuah proses penelitian, jika mengacu pada skema THE LOGICAL STRUCTURE
OF THE QUANTITATIVE RESEARCH PROCESS yang dikemukakan Bryman (1998, p.20), maka
terletak pada fase operationalization yang berada di antara hypotheses dan observation/data collection.
Lihat Gambar 1.

5

baik oleh responden; kesadaran akan perlu tidaknya mengubah urutan pertanyaan;
kesadaran akan perlu tidaknya melakukan editing bahasa dalam instrument; dan
kesadaran tentang lamanya waktu yang dibutuhkan untuk aplikasi instrumen12. Akan

tetapi, sejumlah masukan penting tersebut baru dapat terwujud secara ideal jika
sebelumnya peneliti menyadari akan adanya kaidah dalam pelaksanaan pretest instrument
penelitian. Kaidah dimaksud, yakni kaidah yang sangat esensial, yaitu berupa
seperangkat norma ilmiah yang harus dijunjung tinggi oleh peneliti yang membuat
instrument penelitian. Norma ilmiah tersebut misalnya, bahwa suatu instrumen penelitian
perwujudannya bukan terjadi secara ”ujug-ujug” tanpa mengacu pada konsep-konsep
teoritik baik pada level scientific theory maupun practical theory13. Perwujudan
instrument melainkan harus berawal dari sebuah konseptualisasi fenomena tertentu yang
kemudian akan menggiring pada penggunaan konsep-konsep teoritik yang relevan
dengan fenomena yang dikonseptualisir sebelumnya. Relevansi ini perlu terjaga terus
konsistensinya hingga berujung pada perumusan hipotesis yang mengandung variabel
yang measureable. Variabel (konsep yang memiliki varian nilai) ini kemudian dibuatkan
definisi konsep dan definisi operasionalnya. Indikator-indikator serta ukuran-ukuran
dalam definisi operasional tersebut selanjutnya menjadi patokan dalam merumuskan
pertanyaan-pertanyaan dalam instrument penelitian14. Dalam kaitan proses pretest dalam
arti yang sesungguhnya, maka instrument yang layak test, sebenarnya adalah instrument
yang dalam pembuatannya memang telah melalui prosedur ilmiah sebagaimana
dimaksudkan barusan15, bukan instrument yang dibuat secara ”ujug-ujug”16.

12

Singarimbun, Masri dan Handayani, Tri, 1984, ”Pembuatan Kuesioner”, dalam, Metode Penelitian Survai, cetakan keempat,
Jakarta, LP3ES, bab 8, hal. 136-137.
13

Berdasarkan pengamatan penulis, pembuatan instrument yang demikian masih kerap dijumpai, biasanya pada instrument penelitian
kebijakan. Demikian halnya pada instrument penelitian pada pembuatan skripsi mahasiswa. Instrumen dibangun bukan menurut
petunjuk dalam teori yang diacu melainkan menurut ”rasa-rasa”.
14
Upaya mewujudkan instrument yang demikian, secara ideal karenanya memerlukan jasa pembimbing atau konsultan yang
keahliannya sesuai dengan substansi topik penelitian.
15
Dalam buku-buku yang membahas pretest instrument, persoalan ini hampir tak pernah disinggung, karena instrument yang di-pretes
sudah diasumsikan sebagai instrument yang sesuai prosedural. Padahal dalam realita, banyak dijumpai instrumen yang tidak
mengikuti prosedur ilmiah.
16
Prosedur ilmiah pembuatan kuesioner dalam kaitan pretest menjadi sangat penting terutama jika proses hasil pretest itu dilakukan
dengan menggunakan program SPSS (special program for social science). Program ini tidak mampu memilah mana data hasil pretest
menurut penggunaan instrument ”ujug-ujug” dan mana instrument yang prosedural. Peneliti yang merevisi instrument sesuai masukan
informasi dari data hasil pretest menurut penggunaan instrument ”ujug-ujug” tentu akan menghasilkan instrument yang semakin
invalid. Instrument ”ujug-ujug” maksudnya instrument yang asal jadi. Menkominfo Sofyan Jalil menganalogikan instument yang
demikian dengan ”ecek-ecek” sebagai sumber penyebab munculnya hasil penelitian ”ecek-ecek”. ”Ecek-ecek” merupakan istilah kata
sifat yang berasal dari bahasa sehari-hari di daerah Sumatera Utara. Artinya yaitu ”main-main” atau tidak serius.

6

Jika sebuah instrument memang telah dibangun sesuai dengan prosedur ilmiah,
maka masih ada sejumlah kaidah yang kiranya perlu disadari peneliti. Di antara kaidah
yang paling perlu diketahui yaitu berkaitan dengan jenis instrument yang akan di-pretest.
Pentingnya pengetahuan tersebut, karena itu akan berkaitan dengan alat uji statistik yang
akan digunakan dalam mengukur hasil pretest. Dalam kaitan ini, maka menurut
Sugiyono17 ada dua jenis instrument, yakni instrument yang berbentuk test dan instrument
yang berbentuk nontest. Instrument berbetuk test adalah instumen yang bertujuan untuk
mengukur prestasi belajar dan instrument yang berbentuk nontest18 yaitu untuk mengukur
sikap. Instrument yang berupa test jawabannya adalah ”salah atau benar”, sedangkan
instrument sikap jawabannya tidak ada yang ”salah atau benar” tetapi bersifat ”positif dan
negatif”. Dengan demikian ini berarti bahwa instrument berupa test, out put datanya akan
berlevel interval dan ratio, sementara instrument nontest datanya akan berlevel nominal
dan ordinal. Konsekuensi dari dua jenis instrument tersebut dalam kaitannya dengan uji
validitas, adalah berupa langkah dalam melakukan uji validitas instrument. Konsekuensi
dimaksud, sebagaimana dimaksudkan Sugiyono yaitu berupa keharusan melakukan
pengujian validitas konstruksi19 dan validitas isi20 terhadap instrumen yang berupa test.
Sementara untuk instrument yang nontest yang digunakan untuk mengukur ’sikap’ cukup
memenuhi validitas konstruksi21.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa pretest terhadap sebuah
instrument penelitian pada hakikatnya dilakukan dalam rangka mendapatkan data yang
valid untuk keperluan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya dalam
sebuah rangkaian proses penelitian. Dengan demikian diharapkan perolehan data bias
dapat dihindarkan karena pengumpulannya dilaksanakan dengan menggunakan
17

Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung, CV Alfabeta, 2005.
Misalnya instrument yang berupaya mengungkap sikap, pandangan dan kecenderungan-kecenderungan kelompok masyarakat
tertentu terhadap kehidupan politik di Indonesia.
19
Sebuah instrument menjadi valid secara konstruktif jika instrument tersebut telah valid secara internal. Dalam kaitan ini, menurut
Nurgiyantoro, Gunawan dan Marzuki (2002 : 319), jika penelitian bertujuan ingin mengungkap sikap, pandangan dan kecenderungankecenderungan kelompok masyarakat tertentu terhadap kehidupan politik di Indonesia, butir-butir pertanyaan yang diajukan dalam
instrumen, misalnya yang berupa angket, harus sesuai dengan teori tentang sikap, pandangan dan kecenderungan-kecenderungan
masyarakat terhadap suatu masalah. Dengan demikian, butir-butir pertanyaan itu dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan pada
bidangnya.
20
Sebuah instrument menjadi valid dari segi isi jika instrument tersebut memuat item-item yang realistis dalam obyek penelitian.
Salah satu contoh instrument yang tidak memiliki validitas isi adalah instument yang digunakan pemerintah dalam menentukan
anggota masyarakat penerima BLT (Bantuan Langsung Tunai) beberapa waktu lalu. Indikator kemiskinan yang digunakan pemerintah
sudah tidak relevan dengan realitas kemiskinan pada saat penerapan program BLT.
21
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung, CV Alfabeta, 2005: 270.
18

7

instrument yang valid22. Guna maksud tersebut, tanpa maksud mengurangi arti instrument
test,

maka dalam kaitannya dengan pelaksanan pretest, praktek proses pelaksanaan

pretest di sini akan dilakukan secara terbatas pada instrument yang bersifat nontest. Ini
dilakukan dengan pertimbangan, bahwa instrument-instrument ilmu sosial, termasuk ilmu
komunikasi, biasanya cenderung bersifat nontest, yakni instrument yang tidak berupaya
mencari jawaban ”salah atau benar”, melainkan hanya berupaya melihat kecenderungankecenderungan yang bersifat semisal ”positif dan negatif”. Untuk kepentingan makalah
ini, maka sebagai acuan pelaksanaan pretest akan digunakan kuesioner nontest penelitian
Literasi Komputer Masyarakat Pedesaan Dalam Kaitan Kesiapan Menjadi Masyarakat
Informasi, yang dibuat Tim Peneliti BPPI Wilayah II Jakarta beberapa waktu lalu23.
Posisi Aktifitas Pretest Mengacu pada
THE LOGICAL STRUCTURE OF THE QUANTITATIVE RESEARCH PROCESS

(Bryman, 1998, p.20)
MAIN PHASES

INTERVENING PROCESSES

THEORY
DEDUCTION
HYPOTHESES
OPERATIONALIZATION
(Buat Instrument–Pretest instrumentRevisi Instrument pasca hasil Pretest
Instrument) 24
OBSERVATION/
DATA COLLECTION
DATA PROCESSING
DATA ANALYSIS
INTERPRETATION
FINDINGS

22

Instrumen yang telah teruji validitas dan reliabelitasnya bukanlah menjadi satu-satunya factor yang dapat membuat hasil penelitian
menjadi valid dan reliabel. Masih ada faktor lainnya, yakni terkait dengan kondisi obyek yang diteliti dan kualitas penguasaan peneliti
dalam menggunakan instrument. Kualitas penguasaan ini terutama diperlukan jika dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan bantuan orang lain. Jika demikian, maka para petugas tersebut perlu di-coaching terlebih dahulu, setelah itu perlu
dilakukan test kesepahaman di antara sesama petugas pengumpul data.
23
Dalam proses dan finishing pembuatannya, kuesioner ini dibangun berdasarkan bimbingan intensif dari konsultan, Dr. Gati Gayatri,
M.A., Ketua Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta.
24
Modifikasi dari penulis.

8

Pelaksanaan Pretest
Dalam pelaksanaan pretest, selain instrument yang dalam pembuatannya memang
telah melalui prosedur ilmiah25, maka masih terdapat sejumlah kaidah yang harus
dipenuhi terlebih dahulu agar hasil pretest itu sesuai dengan yang diharapkan peneliti.
Diantaranya adalah menyangkut jumlah responden yang akan dijadikan sumber data
primer pretes; lokasi pelaksanaan pretest; dan item-item kuesioner yang akan di-pretest.
Berkaitan dengan jumlah responden, menurut Singarimbun dan Effendi 26 tidak ada
ketentuan yang pasti mengenai jumlah tersebut. Namun dikatakatan, biasanya sebanyak
30-50 responden yang berasal dari luar daerah penelitian 27, sudah mencukupi. Pemilihan
responden dilakukan berdasarkan responden yang keadaannya kurang lebih sama dengan
responden yang sesungguhnya 28. Sementara meyangkut persoalan item-item kuesioner
yang akan di-pretest, maka sulit ditemukan dalam literatur. Akan tetapi, menurut Sangun
item-item yang hendak dipretest itu biasanya item yang bersifat multiple saja29 .
Terkait dengan pelaksanaan pretest terhadap instrumen Literasi Komputer
Masyarakat Pedesaan Dalam Kaitan Kesiapan Menjadi Masyarakat Informasi, sejumlah
norma sebagaimana dikemukakan para akademisi tadi, telah berupaya diadopsi oleh tim
penelitinya. Adopsi itu berupa : -penentuan sampel pretest sebanyak 30 orang;
sebarannya dilakukan secara merata di tiga wilayah (Jakarta, Bogor dan Bekasi) yang
kondisinya memiliki kemiripan dengan pedesaan30; dan pretes dilakukan secara terbatas
terhadap item-item yang memiliki jawaban multiple saja31.
Pengumpulan data dalam pretest itu sendiri dilakukan oleh tiga interviewer yang
sebelumnya mendapat pelatihan dari perancang instrument. Pelatihan ini sendiri
dilakukan tiga kali dengan disertai diskusi di antara petugas dengan pelatih. Tujuannya
yaitu agar diperoleh pemahaman yang relatif sama di antara perancang dengan petugas
25

Kuesioner yang demikian biasanya kuesioner yang telah lolos uji validitas konstruksi. Menurut Sugiyono (2005: 271), untuk
menguji validitas konstruksi, maka dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement experts).
26

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian, 1984, Metode Penelitian Survai, cetakan keempat, Jakarta, LP3ES, bab 8, hal. 138.

27

Menurut Gayatri, Gati, 2007, lokasi dimaksud yaitu lokasi pretest yang keadaannya mirip dengan lokasi penelian sebenarnya.
Misalnya, lokasi itu pedesaan, maka pretest harus dilakukan pada daerah-daerah yang mirip pedesaan di luar lokasi penelitian.
28
Menurut Sugiyono (2005 ; 272), terkait dengan jumlah tersebut, maka jumlahnya sekitar 30 orang.
29
Disampaikan dalam perkuliahan Metode Penelitian Komunikasi Kuantitatif, PPS MIK UPDM(B) Jakarta, 2006.
30
Lokasi real penelitian ini sendiri dilakukan di pedesaan-pedesaan pada tiga propinsi, yakni Propinsi Jambi, Bengkulu dan
Kepulauan bangka Belitung.
31
Hal ini dilakukan guna mendapatkan gambaran tentang kadar konvergensi responden terhadap keragaman pilihan yang ada dalam
satu variable.Gambaran demikian diperlukan untuk perbaikan kuesioner guna ketepatan pengukuran.(Ir. Enisar Sangun, Phd. dalam
wawancara per telepon, 31 Juli 2007).

9

pengumpul data. Data yang diperoleh melalui wawancara yang dilakukan para petugas
tadi, akhirnya menjadi data primer bagi proses pretest dalam rangka mengetahui kadar
reliabelitas

instrument.

Kadar

reliabelitas

instrument

dapat

diketahui

melalui

perhitungan-perhitungan statistik. Cara yang dilakukan dapat ditempuh dengan dua jalan,
pertama secara manual dan kedua dengan memanfaatkan komputer melalui Program
SPSS, misalnya SPSS 12,0 for Windows. Menurut para akademisi statistik, cara manual
kurang efektif karena akan memakan waktu lama sehubungan rumitnya perhitunganperhitungan yang akan dilakukan. Untuk itu mereka menyarankan penggunaan komputer
dengan Program SPSS akan jauh lebih efektif dan efisien 32. Para peneliti yang melakukan
pretest terhadap instrumen Literasi Komputer Masyarakat Pedesaan Dalam Kaitan
Kesiapan Menjadi Masyarakat Informasi, akhirnya mengikuti apa yang disarankan para
akademisi statistik tadi. Dalam pelaksanaannya Program SPSS 12,0 for Windows
ditetapkan sebagai alat bantu dalam proses penghitungan hasil pretest.
Untuk dapat melakukan aplikasi program dimaksud, maka terdapat sejumlah
langkah yang harus dilakukan tim peneliti. Langkah-langkah itu berupa : Pertama, mensett variabel view sesuai jumlah item dan karakteristiknya yang terdapat dalam kuesioner
yang dipretest33. Karena setting variabel view akan mengikuti karakteristik instrument,
maka jumlah row biasanya cenderung akan melebihi jumlah responden (row pada setting
data view) yang nota bene dalam kasus ini sebanyak 30. Dalam proses setting variabel
view ini hendaknya diusahakan seakurat mungkin sesuai perhitungan yang ”diinginkan”
instrument. Sebab bila tidak, maka proses perhitungan SPSS tidak akan maksimal sesuai
dengan yang diinginkan peneliti. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam setting variabel
view adalah menyangkut skala pengukuran. Dalam setting variabel view, skala
pengukuran ini dapat dijumpai pada kolom terakhir ”measure”. Pada kolom ini Program
SPSS 12,0 for Windows biasanya menampilkan level pengukuran data yang standard,
yakni ”scale”34. Program SPSS tidak bisa mengubah level data secara otomatis, dan
32

Lihat, Sugiyono (2005 ; 272).
Karakteristtik item dalam proses ini, maksudnya adalah berkaitan dengan variable beserta sub variable (indicator variable) dan nilai
dari masing-masing sub variable.
33

34

Dalam statistic dikenal level pengukuran data mengenai suatu variabel. Level pengukuran tersebut lazim dikenal dengan akronim
NOIR (nominal, ordinal, interval dan ratio). Sebagai jargon statistik, maka ”scale” dalam variabel view berarti data yang
pengukurannya dalam level interval dan ratio. Ukuran2 kecenderungan Pemusatan: a) Rata-rata (mean), level pengukuran, Interval –
Ratio (IR atau scale); b) Median, level pengukuran, ordinal, interval dan ratio (OIR); dan c) Modus, level pengukuran, Nominal,
ordinal, interval dan ratio (NOIR). (Diambil dari Dr. Mei Rokhiyat, dalam Perkuliahan Statistik Pada Semester I PPS MIK UPDM (B)
Jakarta, Angkatan VIII, 2006.

10

karenanya ukuran standar tersebut harus disesuaikan dengan level data dari suatu variabel
yang hendak di-test. Jika tidak, maka mesin komputer akan tetap melakukan perhitungan
dan menghasilkan data yang tidak sesuai dengan prinsip perhitungan statisitik. Hal mana,
tentu akan berakibat fatal dalam proses penafsiran, misalnya terhadap data central of
tendency dan disversi. Untuk menghindarkan kefatalan yang demikian, maka tindakan
yang perlu dilakukan adalah dengan cara melakukan perubahan sesuai dengan level
pengukuran data yang akan di-entry nantinya. Perubahan demikian dilakukan dengan
cara meng-klik ”scale” pada kolom ”measure”, maka akan ke luar alternatif scale,
ordinal dan nominal dan segeralah lakukan modifikasi sesuai dengan level data yang mau
dientri nantinya. Misalnya kalau data itu menyangkut variabel nominal seperti agama,
jenis kelamin, jenis media yang digunakan, dan lain sejenisnya, maka harus diubah dari
”scale” menjadi nominal. Demikian pula bila suatu variabel berskala ordinal, misalnya
menyangkut sikap, maka harus diubah dari scale menjadi ordinal. Setelah proses
preparing ini selesai, maka langkah kedua adalah meng-entry data primer berupa hasil uji
coba pada 30 responden tadi. Proses entry dilakukan pada data view setting.
Langkah ketiga merupakan lanjutan dari langkah kedua, yakni setelah tuntasnya
proses entry data pada data view setting. Pada langkah ini dilakukan proses penyaringan
item-item instrument yang hendak diproses melalui program SPSS 12,0 for Window.
Item-item yang dipilih, sesuai prinsip sebagaimana telah disinggung sebelumnya, adalah
item instrument yang bersifat multiple saja. Setelah diketahui, maka langkah keempat
adalah melakukan proses penghitungan statistik dengan menggunakan Program SPSS.
Untuk keperluan ini, maka cara yang dilakukan adalah : 1) klik analyze pada data view
setting atau variabel view setting, lalu arahkan kursor ke scale dan arahkan ke reliability
analysis; 2) masukkan item-item pilihan yang multiple pada pertanyaan-pertanyaan
dalam instrument pada tampilan reliability analysis; 3) klik statistic; 4) arahkan kursor
dan klik dalam kotak-kotak tersedia di samping “item, scale dan scale if item deleted,
correlations, dan F Test; 5) klik continue-klik OK dan hasil penghitungan SPSS 12,0 for
Window muncul dalam tampilan Output SPSS Viewer.
Terkait pretest instrument yang dijadikan kasus dalam tulisan ini, maka setelah
melalui proses empat langkah tadi, dihasilkanlah sejumlah data statistic hasil pretest.
Untuk keperluan pembahasan makalah ini, maka akan dikutipkan hasil pretest pada item-

11

item tertentu saja, yakni item “14” ; “18” dan C. Computer Literacy (Kemampuan Dalam
Operasi dan Aplikasi Sofware Komputer, dalam instrument (lihat lampiran). Penentuan

item “14” dilakukan berdasarkan hasil pretest yang menunjukkan idealnya kadar
reliabelitas suatu item instrument. Item “18” ditetapkan berdasarkan contoh item
instrument yang menunjukkan kurang idealnya kadar reliabelitas item instrument.
Sementara item ” C. Computer Literacy (Kemampuan Dalam Operasi dan Aplikasi
Sofware Komputer” dalam kaitan upaya melihat reliabelitasnya sebagai variabel utama
dalam instrument bersangkutan.
Item nomor 14 dalam instrument, pertanyaannya adalah :
14. Apa saja yang B/I/S ketahui tentang contoh-contoh application system software
komputer ? (Jawaban lebih dari satu)
a. Microsoft word
b. Microsoft exel
c. Power point
d. Page maker
e. Browser
f. Winamp
g. Game
h. SPSS (Special Program for Social Science)
i. Photoshop
j. Lainnya, sebutkan : ....................................
Setelah melewati proses empat tahapan sebagaimana disinggung sebelumnya, maka
Reliability Statistics item “14” dalam instrument adalah :
Tabel 1 Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.920
10
Sumber : Hasil Olah Data BPPI Wilayah II Jakarta, 2007.

Tampilan data yang dihasilkan Program SPSS 12,0 for Window tersebut, jika
mengacu pada standard reliabelitas yang dikemukakan Cronbach35, maka nilai
Cronbach's Alpha ini mendekati sempurna karena kurang 0,080 untuk menjadi 1,0
sebagai nilai reliabelitas sempurna. Dengan demikian, item tersebut telah layak untuk
diaplikasikan pada responden karena telah memiliki nilai reliabelitas yang ideal.
35

Menurut Cronbach, sebagaimana dikatakan Ir. Enisar Sangun, Phd. , nilai reliabelitas merentang dari
00,00 – 1,00. Suatu instrument dinilai reliable jika memenuhi standard minimal nilai reliabelitas sebesar
0,80.

12

Meskipun demikian, nilai reliabelitas ini masih dapat ditingkatkan untuk lebih mendekati
nilai sempurna. Untuk maksud tersebut, maka langkah yang harus dilakukan adalah
dengan cara menghilangkan sub item tertentu. Caranya yaitu dengan mengamati nilai
alpha dari setiap item yang terdapat dalam table Item-Total Statistics sebagai out put
program SPSS 12,0 for Window.
Tabel 2: Item-Total Statistics

Scale Mean if
Item Deleted
2.00
2.07

Scale
Variance if
Item Deleted
7.643
7.567

Corrected
Item-Total
Correlation
.711
.756

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.913
.910

Power point

2.28

7.921

.780

.908

Page maker

2.34

8.305

.728

.911

Browser

2.38

8.601

.663

.915

Winamp

2.24

7.618

.871

.902

Game

2.00

8.143

.517

.926

SPSS

2.41

8.894

.612

.918

Post nuke

2.38

8.601

.663

.915

.871

.902

Microsoft Word
Mocrosoft exel

Photoshop

2.24
7.618
Sumber : Hasil Olah Data BPPI Wilayah II Jakarta, 2007.

Pengamatan diarahkan pada nilai-nilai yang terdapat dalam kolom terakhir pada
table, yakni kolom “Cronbach's Alpha if Item Deleted”. Fokus perhatian terutama
ditujukan pada nilai-nilai tertinggi atau yang memiliki kesamaan, sejauh diperlukan
dalam rangka menemukan nilai standar minimal sebesar 0,80. Dalam kaitan data table
Item-Total Statistics sebagai out put program SPSS 12,0 for Window di atas, maka nilai
tertinggi ada pada item Game (0,926). Makna nilai ini adalah, bahwa kalau item Game di
hapus (deleted) maka nilai reliabelitas item secara total akan mengalami kenaikan. Ketika
proses penghitungan SPSS diproses ulang tanpa mengikuti item Game (lihat, table ItemTotal Statistics tanpa item Game), maka Reliability Statistics item “14” dalam instrument
menjadi :
Tabel 3 Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.926
9
Sumber : Hasil Olah Data BPPI Wilayah II Jakarta, 2007.

13

Tampilan data yang dihasilkan Program SPSS 12,0 for Window tersebut kiranya
menunjukkan peningkatan nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,006, yang semakin mendekat ke
angka sempurna sebesar 1,00. Dengan demikian ini berarti bahwa finishing instrument
penelitian terkait item “14” ini, akan lebih ideal jika dilakukan dengan tanpa menyertakan
sub item Game.
Tabel 4 : Item-Total Statistics tanpa item Game

Scale Mean if
Item Deleted
1.52
1.59

Scale
Variance if
Item Deleted
6.259
6.108

Corrected
Item-Total
Correlation
.639
.720

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.927
.920

Power point

1.79

6.384

.763

.915

Page maker

1.86

6.623

.773

.915

Browser

1.90

6.882

.716

.920

Winamp

1.76

6.047

.890

.906

SPSS

1.93

7.209

.626

.925

Post nuke

1.90

6.882

.716

.920

.890

.906

Microsoft Word
Mocrosoft exel

Photoshop

1.76
6.047
Sumber : Hasil Olah Data BPPI Wilayah II Jakarta, 2007.

Selanjutnya berkaitan dengan item “18”, pertanyaannya yaitu :
18. Bagaimana cara B/I/S mempelajari komputer tersebut ?
a. Dengan cara formal :
1. Proses belajar di kampus
2. Proses belajar di tempat kursus
3. Proses belajar di lembaga diklat
4. Lainnya, sebutkan : ..................................................
b. Dengan cara informal :
1. Belajar dan praktik sendiri melalui baca-baca buku di kantor
2. Belajar dan praktik sendiri melalui bertanya-tanya pada teman di kantor
3. Belajar dengan cara melihat-lihat teman menggunakan komputer di
kantor
4. Belajar dengan cara langsung dibimbing teman di kantor
5. Belajar dan praktik sendiri melalui baca-baca buku di sekolah
6. Belajar dan praktik sendiri melalui bertanya-tanya pada teman di sekolah
7. Belajar dengan cara melihat-lihat teman menggunakan komputer di
sekolah
8. Belajar dengan cara langsung dibimbing teman di sekolah
9. Belajar dan praktik sendiri melalui baca-baca buku di rumah sendiri
10. Lainnya, sebutkan : ....................................

14

Reliability Statistics item “18” dalam instrument adalah, bahwa pada fase pertama (lihat,
table 5), dengan perhitungan statistic yang didasarkan pada 10 sub item (table 6),
menghasilkan nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,652. Nilai yang demikian tentunya masih
jauh berada di bawah standar minimal reliabelitas Cronbach sebesar 0,8. Karenanya, item
instrument tersebut belum layak untuk direalisasikan sebagai instrument pengumpul data.
Guna menjadikannya supaya layak, perlu dilakukan perhitungan kembali agar nilai 0,652
tadi dapat mencapai nilai minimal standar reliabelitas.
Pada prinsipnya, cara melakukan upaya ini sama dengan langkah yang dilakukan
dalam kasus item ”14” tadi, yaitu dengan mengamati nilai alpha dari setiap item yang
terdapat dalam table Item-Total Statistics sebagai out put program SPSS 12,0 for
Window. Untuk kasus item ”18”, maka nilai alpha dimaksud tertera pada kolom terakhir
dalam tabel 6.
Tabel 5 Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's
Standardized
Alpha
Items
N of Items
.652
.579
10
Sumber : Hasil Olah Data BPPI Wilayah II Jakarta, 2007.
Tabel 6 Item-Total Statistics
Scale
Scale
Mean if
Variance if Corrected
Item
Item
Item-Total
Deleted
Deleted
Correlation
Dengan cara informal
baca buku di kantor
Dengan cara informal
tanya teman di kantor

Squared
Multiple
Correlation

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted

2.57

4.879

-.110

.

.694

2.29

3.604

.496

.

.583

Dengan cara informal
lihat teman gunakan
komputer di kantor

2.36

3.478

.598

.

.558

Dengan cara informal
dibimbing teman di
kantor

2.36

3.478

.598

.

.558

Dengan cara informal
baca buku di sekolah

2.43

3.802

.445

.

.598

2.36

3.786

.415

.

.604

2.43

3.802

.445

.

.598

Dengan cara informal
tanya teman di
sekolah
Dengan cara informal
lihat teman gunakan
komputer di sekolah

15

Dengan cara informal
dibimbing teman di
sekolah

2.43

4.571

.022

.

.687

Dengan cara informal
baca buku di rumah

2.57

4.110

.403

.

.614

Dengan cara informal
di rental

2.64

5.170

-.335

.

.705

Sumber : Hasil Olah Data BPPI Wilayah II Jakarta, 2007.

Setelah dilakukan penghapusan tiga sub item yang memiliki nilai alpha tinggi 36,
maka sub-sub item yang tertinggal sebagai bahan perhitungan statistic, adalah menjadi
sebagai berikut : 1) Dengan cara informal tanya teman di kantor; 2) Dengan cara informal
lihat teman gunakan komputer di kantor; 3) Dengan cara informal dibimbing teman di
cantor; 4) Dengan cara informal baca buku di sekolah; 5) Dengan cara informal tanya
teman di sekolah; 6) Dengan cara informal lihat teman gunakan komputer di sekolah; dan
7) Dengan cara informal baca buku di rumah. Setelah sub-sub item ini di “analyze”, maka
dalam tampilan Output SPSS Viewer terpaparkan data sebagaimana tampak pada table
6.1., dengan nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,783 (lihat, table 7). Jadi ada pengaruh
pengaplikasian “Cronbach's Alpha if Item Deleted” terhadap nilai reliabelitas item
instrument dalam ukuran Cronbach. Bentuk pengaruhnya berupa pertambahan nilai alpha
sebesar 0,131 terhadap nilai Cronbach's Alpha yang pada fase sebelumnya sebesar 0,652.
Nilai Cronbach's Alpha yang demikian, meski telah meningkat kadarnya namun tetap
masih berada di bawah standar minimal reliabelitas sebesar 0,800. Karenanya, item “18”
dapat dikatakan sebagai item instrument yang masih kurang memenuhi standar minimal
reliabelitas37.
Tabel 6.1. Item-Total Statistics
Scale
Mean if
Item
Deleted
Dengan cara informal
tanya teman di kantor

1.79

Scale
Variance if
Item
Deleted

Corrected
Item-Total
Correlation

Squared
Multiple
Correlation

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted

3.566

.499

.

.758

36

Terdiri dari : 1) Dengan cara informal baca buku di kantor , Cronbach's Alpha if Item Deleted sebesar .694; 2)
Dengan cara informal dibimbing teman di sekolah (.687); Dengan cara informal di rental (.705).
37

Menurut Ir. Enisar Sangun,Phd., jika hal yang demikian terjadi, maka harus dilakukan pengulangan
pretest. Bentuknya berupa wawancara ulang dengan responden. Responden yang digunakan bisa responden
yang sama dan bisa responden pengganti sejauh karakteristiknya relatif sama dengan responden yang
digantikan. Jika tidak dilakukan karena berkaitan dengan sejumlah keterbatasan, maka nilai sebesar 0,783
yang lebih cenderung ke angka 0,80, sudah dapat ditolerir sebagai sesuatu yang reliabel (Wawancara per
telepon, 2 Juli 2007).

16

Dengan cara informal
lihat teman gunakan
komputer di kantor

1.86

3.363

.651

.

.725

Dengan cara informal
dibimbing teman di
kantor

1.86

3.363

.651

.

.725

Dengan cara informal
baca buku di sekolah

1.93

3.610

.543

.

.749

1.86

3.670

.461

.

.765

1.93

3.918

.355

.

.784

2.07

4.071

.405

.

.774

Dengan cara informal
tanya teman di
sekolah
Dengan cara informal
lihat teman gunakan
komputer di sekolah
Dengan cara informal
baca buku di rumah

Sumber : Hasil Olah Data BPPI Wilayah II Jakarta, 2007.
Tabel 7 Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's
Standardized
Alpha
Items
N of Items
.783
.782
7
Sumber : Hasil Olah Data BPPI Wilayah II Jakarta, 2007.

Terakhir adalah menyangkut item “C. Computer Literacy (Kemampuan Dalam
Operasi dan Aplikasi Sofware Komputer)” dalam instrument. Bunyi itemnya, sbb. :
Mohon diisi kolom-kolom angka di bawah ini menurut jawaban yang sesuai menurut
responden dengan tanda ”V” pada masing-masing pernyataan.
Kemampuan Dalam Operasi dan Aplikasi Sofware
Komputer
25.
Menghidupkan komputer
26.
memilih dan menjalankan aplikasi
(progarm) komputer sesuai kebutuhan
27.
mengatasi masalah yang terjadi saat
memulai aktifitas penggunaan komputer
28.
Membuat file baru
29.
Membuka file
30.
Menyimpan file
31.
Menghapus file
32.
Meng-copy file
33.
Mengcopy – paste teks dalam file
34.
Memodifikasi keberadaan sebuah
dokumen prosesor word
35.
Menempatkan sebuah gambar atau grafik
ke dalam sebuah dokumen
36.
Membuat gambar atau grafik dengan
menggunakan komputer
37.
Menggunakan word processing untuk
membuat atau mengubah table sesuai
kebutuhan

0

1

2

Skor kemampuan
3
4
5

6

7

8

17

38.
39.

Mengaplikasikan Microsoft word
Membuat power point

40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.

Mengaplikasikan corel draw
Mengaplikasikan Page maker
Mengaplikasikan photo shop
Mengaplikasikan Program SPSS
Mengaplikan Media Player
Mengaplikan Winamp
Memainkan game
Membuat folder baru
Menghapus folder yang ada
Meng-copy folder
Mengcopy file dari USB ke hardisk
computer atau sebaliknya
Mengcopy file dari disket ke harddisk
computer atau sebaliknya
Mengcopy file dari CD ke harddisk
computer
Mengcopy file dari CDRW ke harddisk
computer atau sebaliknya
Mengkoneksikan komputer ke nternet
Menutup aplikasi komputer secara
prosedural
Mengatasi masalah yang terjadi saat
mengakhiri aktifitas penggunaan komputer
Mematikan komputer secara prosedural

51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.

Catatan : Nilai 0,1,2, = Belum mandiri (dependent) ; 3,4,5 = Berkembang jadi mandiri (developing
independent) ; 6,7,8 = Mandiri (Independent)

Berdasarkan proses penghitungan statistik dengan menggunakan Program SPSS 12,0 for
Window, diperoleh data sebagaimana tampak dalam tabel 8 berikut ini :
Tabel 8 : Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted

Scale
Variance if
Item Deleted

Squared
Multiple
Correlation

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted

137.29

4198.220

.819

.

.985

137.71

4132.066

.886

.

.985

Kemampuan mengatasi
masalah saat mulai
menggunakan komputer

139.14

4174.440

.868

.

.985

Kemampuan membuat file
baru

137.50

4112.731

.922

.

.984

137.36

4108.863

.909

.

.984

Kemampuan menyimpan
file

137.36

4108.863

.909

.

.984

Kemampuan menghapus
file

137.36

4108.863

.909

.

.984

Kemampuan meng-copy
flie

137.43

4101.495

.928

.

.984

Kemampuan
menghidupkan komputer
Kemampuan memilih &
menjalankan aplikasi
komputer

Kemampuan membuka file

Corrected
Item-Total
Correlation

18

Kemampuan meng-copypaste teks dalam file

137.64

4090.709

.917

.

.984

Kemampuan memodifikasi
dokumen

138.29

4096.527

.910

.

.984

Kemampuan menempatkan
gambar atau grafik ke
dalam dokumen

139.93

4160.071

.814

.

.985

139.93

4160.071

.814

.

.985

Kemampuan menggunakan
word processing tabel

138.93

4138.687

.875

.

.985

Mengaplikasikan Microsoft
word

137.79

4140.335

.791

.

.985

Mengaplikasikan power
point

140.64

4162.709

.773

.

.985

141.57

4204.264

.783

.

.985

141.79

4231.874

.764

.

.985

141.00

4176.923

.757

.

.985

Mengaplikasikan SPSS

142.14

4289.978

.794

.

.985

Mengaplikasikan microsoft
publisher

141.50

4315.654

.378

.

.986

Mengaplikasikan Media
Player

138.50

4184.885

.629

.

.985

Mengaplikasikan Winamp

139.79

4053.720

.879

.

.985

Memainkan game

137.93

4218.379

.614

.

.985

Kemampuan membuat
folder baru

139.29

4122.835

.849

.

.985

Kemampuan menghapus
folder

139.29

4122.835

.849

.

.985

Kemampuan meng-copy
folder

139.29

4122.835

.849

.

.985

Kemampuan meng-copy
file dari USB ke hard disk
atau sebaliknya

139.14

4078.747

.915

.

.984

Kemampuan meng-copy
file dari disket ke hard disk
atau sebaliknya

139.00

4108.615

.851

.

.985

Kemampuan meng-copy
file dari CD ke hard disk
atau sebaliknya

140.21

4201.412

.680

.

.985

Kemampuan mengcopy
CDRW ke hard disk atau
sebaliknya

140.86

4229.209

.720

.

.985

Kemampuan membuat
gambar atau grafik dengan
komputer

Mengaplikasikan corel draw
Mengaplikasikan page
maker
Mengaplikasikan photoshop

19

Kemampuan
mengkoneksikan komputer
ke internet

140.00

4086.615

.813

.

.985

Kemampuan menutup
aplikasi komputer secara
prosedural

138.14

4128.747

.833

.

.985

139.43

4175.187

.815

.

.985

137.64

4199.478

.815

.

.985

Kemampuan mengatasi
masalah saat mengakhiri
aktifitas gunakan komputer
Kemampuan mematikan
komputer secara
prosedural

Sumber : Hasil Olah Data BPPI Wilayah II Jakarta, 2007.

Jika diamati data dalam kolom Cronbach's Alpha if Item Deleted pada table 8 di
atas, terlihat bahwa nilai semua item itu terletak dalam rentangan nilai 0,984 – 0,986.
Dengan nilai yang demikian ini berarti bahwa semua item dalam variable Computer
Literacy secara relatif memiliki kadar kontribusi yang sama terhadap peningkatan kadar
reliabelitas variable Computer Literacy. Dengan kata lain, jika dilakukan penghapusan
terhadap item yang mana saja, tetap akan menghasilkan nilai total Cronbach's Alpha yang
berada di atas standar minimal (0,800). Nilai reliabelitas variabel ini sendiri, berdasarkan
out put Program SPSS 12,0 for Window senilai 0,985 (lihat, table 9), jauh di atas standar
minimal dan cenderung mendekati sempurna (kurang 0,015 untuk menjadi 1,00). Karena
itu, item-item dalam variabel Computer Literacy dalam instrument ini dapat disimpulkan
sebagai telah memenuhi standar reliabelitas instrument, dan karenanya layak untuk
diaplikasikan sebagai instrument pengumpul data dari responden yang sebenarnya.
Tabel 9 Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's
Standardized
Alpha
Items
N of Items
.985
.986
34
Sumber : Hasil Olah Data BPPI Wilayah II Jakarta, 2007.

Implikasi Hasil Pretest Terhadap Instrument
Seperti telah dikemukakan pada bagian-bagian awal tulisan ini, pretest terhadap
sebuah instrument penelitian pada hakikatnya dilakukan dalam rangka mendapatkan data
yang valid untuk keperluan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya dalam

20

suatu rangkaian proses penelitian. Guna diperolehnya data sebagaimana dimaksud, untuk
itu diperlukan instrument yang setidaknya telah memiliki nilai standard minimal kadar
reliabelitas. Pemilikan nilai kadar reliabelitas ini sendiri dapat diketahui melalui proses
penghitungan terhadap data primer hasil pretest instrument. Dengan demikian, maka
dapatlah diartikan bahwa pengetahuan mengenai nilai kadar reliabelitas suatu instrument
akan berimplikasi pada instrument penelitian. Implikasinya ada dua kemungkinan,
pertama mem-finishing format instrument sesuai bentuknya ketika digunakan sebagai
instrument pretest apabila hasil pretrest menghasilkan nilai reliabelitas Alpha Cronbach
minimal sebesar 0,800. Kedua, melakukan pengulangan pretest jika hasil prêtest
menghasilkan nilai reliabelitas Alpha Cronbach sebesar kurang dari 0,800.
Dengan pemahaman di atas, maka dengan mengacu pada pembahasan hasil pretest
terhadap instrument Literasi Komputer Masyarakat Pedesaan Dalam Kaitan Kesiapan
Menjadi Masyarakat Informasi sebelumnya, implikasinya terhadap instrument tersebut
dapa