Karakteristik gas vulkanik dan implikasi (1)

Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 5 No. 3 Desember 2014: 159-172

Karakteristik gas vulkanik dan implikasinya terhadap daerah wisata di
Dataran Tinggi Dieng
he characteristics of volcanic gases and its implications to tourism area
in Dieng Plateau
Priatna
Badan Geologi
Jl. Diponegoro No. 57, Bandung

ABSTRAK
Semburan gas beracun menjadi penanda khas Dataran Tinggi Dieng. Meskipun demikian, Dataran Tinggi
Dieng tetap menjadi sumber penghidupan bagi petani dan menjadi aset wisata yang ramai dikunjungi orang.
Kawah Sikidang, Sikendang, dan Sileri termasuk kawasan wisata yang berisiko menyemburkan gas beracun.
Hasil analisis atas percontoh gas pada tahun 2014, diketahui bahwa kandungan gas karbon dioksida di Kawah
Sikidang 5,65% volume, Kawah Sikendang mencapai 73,801% volume, dan Kawah Sileri 56,013% volume.
Oleh karena itu, Kawah Sikidang layak terus dikembangkan sebagai kawasan wisata Dataran Tinggi Dieng, sementara dua kawah lainnya harus mendapat perhatian serius bila hendak dikembangkan menjadi objek wisata.
Karakteristik gas vulkanik di kawah tersebut berimplikasi terhadap cara penataan kawasan wisata di Dataran
Tinggi Dieng. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan pengukuran gas secara periodik, pembuatan peta zonasi sebaran gas vulkanik untuk penataan kawasan wisata, dan sosialisasi kepada masyarakat.
Kata Kunci: Gas vulkanik, Kawasan Wisata, Dataran Tinggi Dieng
ABSTRACT

he outbursts of toxic gases are the distinctive characteristics of Dieng Plateau. Nonetheless, the Plateau remains as
the source of livelihood for farmers and the potential assets for tourism. Sikidang fumarolic ield, Sikendang fumarolic ield, and Sileri Crater are tourist areas which at risk of outburst toxic gases. Based on the result of analysis of
the sample gas for 5 months during 2014, it is known that the concentration of carbon dioxide gas in the Sikidang
Crater reached 5.65% volume, and Sikendang Crater reached 73,801%, and Sileri Crater reached 56.013%.
herefore, Sikidang Crater deserves to be developed as a tourist attraction in Dieng Plateau, while two other craters
should receive serious attention if it is to be developed into the tourist attraction. he characteristic of volcanic gases
in the three of craters imply the zonation of Dieng tourism. To overcome these problems, gas measurements must be
taken periodically, zoning map of volcanic gases distribution in order to arrange the tourist area should be made, and
socialization to the public.
Keywords: Volcanic gases, Tourism Area, Dieng Plateau

Naskah diterima 24 Oktober 2014, selesai direvisi 22 November 2014
Korespondensi, email: pargeologi@yahoo.com

159

160

Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 5 No. 3 Desember 2014: 159-172


PENDAHULUAN
Gempa bumi mengguncang Dataran Tinggi
Dieng pada 20 Februari 1979. Dari Kawah
Sinila terdengar ledakan keras disertai semburan lumpur. Menjelang pagi, 149 orang yang
berlari untuk menyelamatkan diri, mati lemas
karena menghisap gas CO2 yang konsentrasinya
mencapai 40 kali batas aman. Dampak lainnya,
adalah matinya tanaman dan gugurnya daundaun tanaman yang tingginya mencapai 1,7
m. Ini karena tingginya konsentrasi gas racun,
terutama CO2 (Priatna, 2011).
Lindsay (1989) mencatat bahwa dalam kurun
waktu 200 tahun terakhir, di Dataran Tinggi
Dieng telah terjadil paling tidak 15 kali letusan.
Letusannya merupakan letusan hidrotermal
(Zen, 1980) yang menghasilkan lumpur yang
tersebar hanya di sekitar kawah dan mengalir
melalui sungai-sungai yang berada di lereng
kawah. Bahaya yang dapat timbul diduga hanya
di tempat-tempat yang berdekatan dengan titik
letusan dan di sepanjang daerah aliran sungai.

Namun, letusan Dieng sering kali diikuti dengan semburan racun yang justru lebih berbahaya, karena sifatnya yang tidak berbau dan
tidak berwarna sehingga dapat menimbulkan
korban jiwa.
Meski demikian, dari waktu ke waktu, Dataran
Tinggi Dieng kian menjadi salah satu andalan
wisata di Provinsi Jawa Tengah. Kawasan Dieng
telah ditetapkan sebagai salah satu kawasan andalan yang pengembangannya perlu terus dipacu dan terpadu dengan dukungan secara lintas
wilayah dan sektoral, melalui penyediaan fasilitas prasarana dan sarana wisata yang memadai
sesuai dengan kebutuhan wisatawan dan sebagai kawasan strategis dengan fungsi lindung.

Karena Kawasan Dataran Tinggi Dieng beralih
fungsi menjadi tujuan wisata gunung api yang
cukup potensial di Jawa Tengah, maka pemantauan emisi gas vulkanik terutama pada objekobjek wisata perlu, bahkan harus terus dilakukan. Konsentrasi gas sewaktu-waktu dapat
meningkat tanpa dapat dideteksi sebelumnya.
Oleh karena itu, kajian ini terpusat pada upaya mengkaji karakteristik gas vulkanik yang
berkembang di Dataran Tinggi Dieng. Setelah
diketahui, maka peneliti mengkorelasikan implikasinya terhadap pengembangan kawasan
wisata di Dataran Tinggi Dieng.
Tataan Geologi Gunung Dieng
Kawasan Dieng termasuk ke dalam enam kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Wonosobo, Batang, Temanggung, Kendal, Banjarnegara, dan Pekalongan. Namun, sebagian besar,

secara administratif, masuk ke wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo. Berdasarkan pembagian zona, daerah Dataran Tinggi
Dieng termasuk Zona Serayu Utara yang di
arah utara berbatasan dengan Dataran Aluvial
Jawa Utara. Di bagian selatan dibatasi oleh
depresi Jawa Tengah. Di bagian barat dan timur
dibatasi oleh Zona Gunung Api Kuarter.
Dieng Barat dan Dieng Timur mempunyai pola
struktur yang sama, hanya pada wilayah Dieng
Barat telah terjadi depresi Batur. Batas depresi
ini di sebelah barat adalah Karanganyar yang
diteruskan kearah utara melalui Purwajiwa ke
Kradenan dan batas di sebelah timur adalah dari
Gembol menuju utara melalui Kepakisan, Candradimuka, Gunung Alang dan Gunung Klaras
sampai terus ke arah utara. Sukhyar et al.(1986)
membagi depresi ini menjadi dua bagian yaitu
bagian selatan disebut depresi Batur dan bagian

Karakteristik gas vulkanik dan implikasinya terhadap daerah wisata di Dataran Tinggi Dieng Priatna.

utara disebut Depresi Sidongkal dengan batasnya pusat-pusat erupsi yang membentang timur

barat seperti Butak-Petarangan dan Dringo.
Sesar dan kelurusan gunung api di Dataran
Tinggi Dieng umumnya berarah barat lauttenggara dan barat - timur. Sesar vulkanik
berada di sekitar pusat letusan. Adapun zona
sesar berarah hampir barat - timur terdapat di
sebelah selatan, yang membatasi depresi Batur.
Bagian selatan yang relatif naik disebut sebagai
Blok Tilting (Gunawan, 1986). Sesar-sesar bersusun merupakan sesar-sesar tangga memotong
lava Rogojembengan. Indikasinya didasarkan
atas adanya gawir yang terlihat dari Dieng berarah barat laut - tenggara dan juga dicerminkan
oleh punggungan pada Puncak Prau yang linier.
Dari sisi kegunungapian, menurut van Bemmelen (1949) Dataran Tinggi Dieng merupakan kelompok gunung api kuarter yang secara
isiograis merupakan bagian dari pegunungan
Serayu Utara yang terletak pada zona lemah
serta merupakan sayap bagian utara dari jalur
geantiklin Jawa dengan arah timur - barat, memanjang ke Barat, dari Dataran Tinggi Dieng
ke Gunung Slamet. Sedangkan rekahan kedua
terdiri dari serentetan kerucut-kerucut muda
Sundoro-Sumbing yang meluas ke arah tenggara Dataran Tinggi Dieng. Dataran tinggi ini
terdiri dari beberapa puncak dan kawah.

Gas Vulkanik Gunung Dieng
Gas yang keluar dari gunung api secara umum
terdiri dari H2O (80-95%) dan gas lain seperti
CO2, CO, H2S, SO2, HCl, HF, N2, O2, CH2,
dan H2. Adanya perubahan konsentrasi dari
masing-masing gas sangat dipengaruhi oleh
suhu dan tekanan atau tingkat aktivitas vulkanik yang sedang terjadi (Tazief dan Sabroux,

161

1983).
Gas karbon dioksida (CO2) adalah gas tidak
berwarna, tak berbau, tak terbakar, tidak reaktif
dan mempunyai berat jenis 1,53. Di udara normal konsentrasinya 0,03%. Konsentrasi antara
3-5 % mengaktifkan saluran pernapasan, dan
sakit kepala. Konsentrasi yang lebih tinggi secara cepat menyebabkan koma dan kematian.
Gas hidrogen sulida (H2S) beracun, berbau
telur busuk, tidak berwarna, berat jenisnya 1,19
dapat terbakar dan dengan udara dapat membentuk campuran yang eksplosif. Sementara gas
belerang dioksida (SO2) tidak berwarna, bersifat asam, sangat mengiritasi alat penciuman,

berat jenis 2,26 tidak mudah terbakar, tidak
eksplosif, dan relatif stabil. Ambang batas penciuman 3 ppm. Sangat mengiritasi mata, tenggorokan dan saluran pernapasan, dapat menimbulkan pembengkakan celah suara, dan menyebabkan penyakit paru-paru kritis. Konsentrasi
20 ppm menyebabkan batuk dan iritasi pada
mata. Konsentrasi maksimum yang diizinkan
oleh ahli kesehatan 5 ppm. Terhadap tanaman
sangat beracun, konsentrasi 0,3 ppm selama 8
jam menyebabkan kematian daun (Tazief dan
Sabroux, 1983).
Komposisi gas vulkanik dari Dataran Tinggi
Dieng didominasi oleh gas CO2 dan besarnya
kandungan uap air, H2O. Secara umum gas
vulkanik dari Dataran Tinggi Dieng didominasi
uap air, kemudian CO2 yang diikuti gas sulfur
dan HCl. Gas-gas lain seperti NH3, H2, dan
Ar selalu dalam jumlah kecil. Namun, menurut Humaida et al. (2003a), wilayah barat dan
timur Dataran Tinggi Dieng mempunyai komposisi gas yang berbeda.
Dari hasil penyelidikan Humaida et al. (2003a),
diketahui bahwa gas CO2 merupakan komposi-

162


Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 5 No. 3 Desember 2014: 159-172

si gas utama di fumarola bagian barat. Gas CO2
fumarola yang berkonsentrasi tinggi banyak
dijumpai di wilayah Depresi Batur dan membentuk pola tertentu yang mengikuti pola sesar
di wilayah ini. Tembusan solfataranya berkandungan uap air lebih kecil dibandingkan yang
ada di wilayah Dieng Timur seperti Sikidang
dan Sileri. Tembusan solfatara yang masih aktif
dan didominasi oleh uap air yang terdapat di
wilayah Dieng Barat hanya terdapat di kawah
Candradimuka. Sedangkan di bagian timur uap
air mendominasi gas tersebut kecuali dari Sikendang dan Sileri. Dominasi uap air pada gas
di Dieng Timur yang diikuti tingginya klorida
(Cl) mengindikasikan bahwa gas tersebut berasal dari magmatik dalam (Giggenbach, 1992).
Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng
Menurut Adisasmita (2007) kawasan adalah
bentangan permukaan (alam) dengan batas-batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
fungsional. Kawasan memiliki fungsi tertentu
(misalnya kawasan lindung, kawasan budi daya,

kawasan pesisir pantai, kawasan pariwisata, dan
lain-lain). Wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi kawasan wisata adalah bentangan permukaan yang dikunjungi atau didatangi
oleh orang banyak (wisatawan) karena kawasan
tersebut memiliki objek wisata yang menarik.
Dataran Tinggi Dieng yang masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo ini kian menjadi salah satu andalan wisata
di Provinsi Jawa Tengah. Kawasan Dieng telah
ditetapkan dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) Jawa Tengah Tahun
2004 sebagai salah satu Kawasan Andalan yang
pengembangannya perlu terus dipacu dan terpadu dengan dukungan secara lintas wilayah

dan sektoral, melalui penyediaan fasilitas prasarana dan sarana wisata yang memadai sesuai
dengan kebutuhan wisatawan dan sebagai kawasan strategis dengan fungsi lindung.
Selain itu, kawasan Dataran Tinggi Dieng dipetakan menjadi kawasan poros dan kawasan
jeruji. Kawasan poros adalah kawasan wisata
Dieng yang memiliki objek-objek wisata yang
menjadi ikon atau penggerak aktivitas pariwisata di Kawasan Wisata Dieng. Kawasan Jeruji
adalah kawasan wisata Dieng yang memiliki
objek-objek wisata yang mendukung objekobjek wisata yang berada dalam kawasan poros.
Dieng merupakan kawasan wisata yang memadukan berbagai aspek, baik keindahan alam,
sejarah, hingga budaya. Ketiga aspek inilah

yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke daerah wisata di Kabupaten
Wonosobo dan Banjarnegara ini. Objek wisata
di Dieng meliputi Gardu Pandang Tieng, Tuk
Bima Lukar, Dieng Plateau heatre, Museum
Kailasa Dieng, Telaga Warna, OASE Dieng
(Objek Wisata Air Telaga Sewiwi), Telaga Merdada, Pemandian Air Panas Bitingan, Air Terjun
Sirawe, Sumur Jalatunda, Sikunir, Goa Jimat/
Gua Upas, Pertapan Mandalasari, Darmasala,
Sendang Sedayu, Gangsiran Aswotomo, PLTP
Geodipa, Watu Kelir, Ondo Budo, Pendopo
Soeharto-Whitlem, Pos Pengamatan Gunung
Api Dieng, Komplek Candi Arjuna, Kawah
Sikidang, Kawah Candradimuka, Kawah Sileri,
Kawah Sibanteng, Kawah Sinila.
Ditambah dengan perkembangan objek wisata
yang menawarkan pesona sunrise yang sejak tahun 2009 mulai naik daun ke seluruh seantero
Nusantara. Nama Bukit Sikunir, yang menyajikan fenomena golden menggema ke seluruh
dunia. Apalagi dengan pesatnya perkembangan

Karakteristik gas vulkanik dan implikasinya terhadap daerah wisata di Dataran Tinggi Dieng Priatna.


teknologi informasi yang membuat nama objek
wisata ini semakin cepat menyebar ke dunia.
Bukit Sikunir disusul lokasi-lokasi pandang
matahari terbit lainnya seperti Gunung Prau,
Gunung Pakuwaja, dan Gunung Bisma.
Karena kawasan Dataran Tinggi Dieng beralih
fungsi menjadi tujuan wisata gunung api yang
cukup potensial di Jawa Tengah, maka pemantauan emisi gas vulkanik terutama pada objekobjek wisata perlu, bahkan harus terus dilakukan. Konsentrasi gas sewaktu-waktu dapat meningkat tanpa dapat dideteksi sebelumnya.
Pengambilan Percontoh Gas Vulkanik
Pengambilan percontoh di lapangan dilakukan
dengan cara mengamati tempat-tempat keluarnya gas; melakukan pengukuran suhu gas
di tempat-tempat keluarnya gas; dan memilih
titik pengambilan percontoh pada suhu yang
tertinggi, kecepatan hembusan gas yang cukup
tinggi dan lubang keluarnya kecil, untuk menghindari kontaminasi udara dan kondensasi percontoh.
Pengambilan percontoh dilakukan pada titik
terpilih keluarnya gas gunung api, di lubang gas
atau di cekungan berair. Tahap awal pengambilan percontoh adalah pengukuran suhu udara,
pengukuran koordinat titik pengambilan percontoh, dan deskripsi lokasi pengambilan percontoh.
Pengambilan Percontoh di Lubang Gas
Pengambilan percontoh di lubang gas dilakukan
dengan cara memasukkan pipa silika ke dalam
lubang gas yang sudah ditentukan. Hubungkan pipa silika dengan selang silikon dan gas
mengalir dari sumber kurang lebih 30 menit.
Hubungkan selang silikon dengan tabung

163

Giggenbach yang sudah divakumkan. Bukalah
katup perlahan-lahan agar gas masuk ke dalam
tabung, lakukan pengocokan pelan-pelan. Apabila tabung menjadi panas, dinginkan tabung
dengan kain basah. Hentikan aliran gas apabila
gelembung gas yang masuk ke dalam larutan
NaOH sudah melemah. Tutuplah katup dengan rapat dan mengencangkan sekali lagi tutup tabung pada saat tabung sudah dingin.
Pengambilan Percontoh di Cekungan Berair
(Pool)
Prosedur pengambilan percontoh gas di
cekungan berair secara garis besar sama dengan
di lubang gas. Sebelum pengambilan percontoh, bila memungkinkan, kurangi volume air
untuk menghindari hilangnya gas-gas yang mudah larut dalam air. Gas yang keluar melewati
cekungan berair ditangkap dengan corong kemudian dialirkan melalui pipa silika ke tabung
Giggenbach.
Metode Analisis
Dalam penelitian ini metode analisis data yang
akan diambil adalah metode analisis kimia
kuantitatif, yakni rangkaian pekerjaan analisis
yang bertujuan untuk mengetahui konsentrasi
gas dan uap air dari percontoh yang dianalisis. Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel
yang berisi keterangan waktu dan tempat pengambilan percontoh.
Untuk komposisi gas vulkanik, ada tiga metode
analisis yang digunakan. Pertama, metode analisis spektrofotometri untuk menganalisis gas-gas
terlarut HCl, HF, NH3, dan SO2. Kedua adalah
metode analisis volumetri untuk menganalisis
gas terlarut CO2 dan H2S. Ketiga, sementara
untuk gas tidak terlarut, yaitu H2, CO, O2+Ar,

Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 5 No. 3 Desember 2014: 159-172

164

N2, CH4, CO, dinalisis dengan kromatograi
gas setelah dipisahkan dengan penyaring molekuler dengan menggunakan Helium sebagai gas
pembawa.

ini ditampilkan dalam bentuk graik (Gambar
1). Pengambilan percontoh gas dilakukan di
Sikidang, Sibanteng, Sikendang, Sileri, dan
Sinila. Pembahasan difokuskan pada gas CO2,
karena gas tersebut dianggap paling berbahaya
dan dapat dijadikan sebagai penanda aktivitas
di Dataran Tinggi Dieng.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran konsentrasi gas dan uap air di Dataran Tinggi Dieng telah dilakukan oleh Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG) melalui Balai Penyelidikan dan
Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). Berkaitan dengan penelitian ini
data yang ditampilkan merupakan hasil kompilasi beberapa kali pengukuran, sedangkan data
baru merupakan hasil penelitian di lima lokasi
kawasan wisata Dataran Tinggi Dieng dilakukan peneliti pada bulan April 2014 (Tabel 1).

Kandungan CO2 (Gambar 1) di Kawah Sikidang 5,654% volume dan Sibanteng 2,610%
volume merupakan konsentrasi terendah
dibandingkan dengan tiga lokasi lainnya. Konsentrasi paling tinggi di Sikendang mencapai
73,801% volume. Sementara Sileri mencapai
56,013% volume dan Sinila 64,580% volume.
Kandungan gas H2S
Selain mengetahui konsentrasi gas CO2 berikut
ini (Gambar 2) ditampilkan juga data H2S untuk mengetahui tingkat kerawanan di lima lokasi tersebut. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa konsentrasi H2S yang bersumber dari

Kandungan gas CO2
Untuk mengetahui tingkat bahaya gas CO2 di
beberapa lokasi Dataran Tinggi Dieng, berikut

Tabel 1. Data Analisis Gas dan Uap Air di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng, April 2014
Konsentrasi Dalam % Vol

No

Gas dan
Uap Air

Sikidang

1

H2

0,003

0,030

Sibanteng

Sikendang

Sileri

Sinila

0,000

0,174

0,000

2

O2+Ar

0,002

0,000

0,004

0,015

0,080

3

N2

0,042

0,030

0,542

0,709

0,550

4

CH4

0,003

0,002

1,090

1,030

0,520

5

CO

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

6

CO2

5,654

2,610

73,801

56,013

64,580

7

SO2

0,000

0,000

1,148

0,000

0,000

8

H2S

2,031

1,050

5,196

0,000

0,000

9

HCl

0,015

0,090

0,257

0,124

0,140

10

NH3

0,531

0,690

0,776

0,003

0,010

11

H2O

91,291

95,500

17,185

41,933

34,120

12

Suhu (0C)

91

90

23

73

78

Karakteristik gas vulkanik dan implikasinya terhadap daerah wisata di Dataran Tinggi Dieng Priatna.

165

Gambar 1. Konsentrasi CO2 di kawasan wisata Dataran Tinggi Dieng.

mofet Sikendang mencapai angka 5,196% volume, Sikidang 2,031% volume, dan Sibanteng
1,050% volume. Sedangkan di Sileri dan Sinila
tak terdeteksi adanya H2S. Hal ini memberi
petunjuk bahwa kandungan H2S di Sikendang
bisa lebih membahayakan dibanding dengan
empat lokasi lainnya (Gambar 2). Pembahasan
selanjutnya akan difokuskan kepada tiga lokasi
utama sebagai kawasan wisata, yakni Sikidang,
Sikendang dan Sileri.
Gas Vulkanik di Kawah Sikidang
Kawah Sikidang sebagai ikon wisata di Dataran
Tinggi Dieng, karena paling ramai dikunjungi
oleh para wisatawan. Kawah ini memiliki lapangan fumarola terluas. Pemandangan Kawah
Sikidang diambil dari bukit yang letaknya berada di antara Kawah Sikidang dan Sibanteng
(Gambar 3).
Konsentrasi gas di lapangan fumarola Sikidang
pada April 2014 didominasi uap air yang mencapai 91,291%, sementara konsentrasi CO2

hanya 5,654%. Dari hasil pengukuran selama
sembilan kali (Tabel 2) diperoleh angka rata-rata sebesar 5,076% volume. Dengan demikian,
Kawah Sikidang yang konsentrasi gasnya didominasi oleh uap air dan di sekitarnya muncul
lubang lubang uap yang merupakan manifestasi
panas bumi, relatif aman untuk dijadikan sebagai kawasan wisata.
Konsentrasi CO2 di Kawah Sikidang bervariasi
dari 1,23% - 13,66% volume. Sementara variasi H2O antara 68% - 97,23% volume.
Hubungan CO2 dengan H2S dalam graik
(Gambar 4) dengan persamaan garis y= 0,5171x
-0,5013 dengan y = H2S dan x = CO2. Nilai
korelasi dari CO2 vs H2S ini sebesar 0,95 dan
berdasarkan nilai korelasi menurut Sugiyono
(1999) adanya hubungan sangat kuat antara
konsentrasi CO2 dan H2S. Hal ini menandakan
adanya hubungan yang signiikan ketika terjadi
peningkatan konsentrasi CO2 juga terjadinya
peningkatan konsentrasi H2S. Kedua gas ini
beracun. Perbedaannya, CO2 tidak berwarna

166

Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 5 No. 3 Desember 2014: 159-172

Gambar 2. Graik kandungan gas H2S di kawasan wisata Dieng.

Gambar 3. Kawah Sikidang Dataran Tinggi Dieng.

dan tidak berbau, sedangkan H2S berbau telur
busuk.
Untuk mengetahui hubungan H2S dengan H2
di Kawah Sikidang dari data pada Tabel 2 dapat
ditampilkan dalam graik (Gambar 5) dengan

persamaan garis y = 0,0199x – 0,0031 dengan y
= H2 dan x = H2S. Nilai korelasi dari H2S vs H2
ini sebesar 0,86 dan berdasarkan nilai korelasi
menurut Sugiyono (1999) adanya hubungan
sangat kuat antara konsentrasi H2S dan H2. Ini

Karakteristik gas vulkanik dan implikasinya terhadap daerah wisata di Dataran Tinggi Dieng Priatna.

167

Gambar 4. Graik korelasi CO2 terhadap H2S di Kawah Sikidang.

Tabel 2. Hasil Analisis Gas dan Uap Air di Kawah Sikidang 1999-2014
No

Gas
dan
uap air

Konsentrasi uap air dan gas dalam % volume
111999

072000

082000

112000

062001

072001

062003

042012

042014

Ratarata

1

CO2

1,230

2,000

10,600

2,290

4,720

4,090

13,660

1,436

5,654

5,076

2

H2S

0,100

1,850

5,580

0,640

1,230

0,880

6,540

0,260

2,031

2,123

3

SO2

0,440

0,000

0,000

0,000

0,620

0,000

0,000

0,139

0,000

0,133

4

HCL

0,960

0,340

9,160

1,980

0,350

0,200

5,070

0,035

0,015

2,012

5

H2

0,010

0,010

0,070

0,020

0,050

0,020

0,170

0,000

0,003

0,039

6

N2

0,030

1,090

6,150

0,240

1,480

0,440

0,390

0,016

0,042

1,098

7

CH4

0,001

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,003

0,001

0,003

0,001

8

O2+Ar

0,000

0,280

0,330

0,010

0,090

0,080

0,000

0,000

0,002

0,088

9

H2O

97,230

94,430

68,110

94,820

91,460

94,290

74,160

97,776

91,291

89,285

menandakan adanya hubungan yang signiikan ketika terjadi peningkatan konsentrasi H2S
juga terjadinya peningkatan konsentrasi H2.
Hubungan ini didukung oleh terjadinya reaksi
kimia pada sistem magma gunung api, yaitu:
SO2 + 3H2

H2S + 2H2O

Terbentuknya H2S dipengaruhi oleh meningkatnya konsentrasi H2 dalam magma tersebut.
Pada pengambilan percontoh di Kawah Sikidang terdeteksi adanya H2O yang cukup signiikan. Untuk mengetahui hubungan H2O
terhadap H2S sesuai dengan reaksi di bawah ini:

168

Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 5 No. 3 Desember 2014: 159-172

Gambar 5. Graik korelasi H2S terhadap H2 di Kawah Sikidang.

SO2 + 3H2

H2S + 2H2O

dari data pada Tabel 2 ditarik persamaan garis
hasilnya seperti terlihat pada Gambar 6 persamaan y = -4,3498 x + 98,522 dengan y = H2O
dan x = H2S. Nilai korelasi dari H2O vs H2S
ini sebesar 0,95 dan berdasarkan nilai korelasi
menurut Sugiyono (1999) adanya hubungan
sangat kuat antara konsentrasi H2O dan H2S.
Ini menandakan adanya hubungan yang signiikan ketika terjadi penurunan konsentrasi H2S
juga terjadinya penurunan konsentrasi H2O.
Hubungan ini didukung oleh terjadinya reaksi
kimia pada sistem magma gunung api.
Gas Vulkanik di Kawah Sikendang
Kawah ini merupakan hasil dari depresi Igir
Binem dari Gunung Prau yang membelah kawasan telaga tersebut menjadi dua bagian, yaitu
Telaga Warna dan Telaga Pengilon. Letaknya
persis berada di pinggir Telaga Warna. Di kawah
ini masih ada aktivitas vulkanik berupa lubang
kecil yang mengeluarkan suara-suara seperti

kendang sehinggga masyarakat lokal menyebutnya Kawah Sikendang.
Pengambilan percontoh dilakukan sekitar 30 m
dari tepi Telaga Warna. Di sana tidak terlihat
adanya aktivitas gas. Secara visual tidak terlihat
ada hembusan gas. Suhu yang terukur di Kawah
Sikendang sangat rendah, yaitu 230C.
Hasil pengukuran tahun 2014, konsentrasi gas
CO2 di Kawah Sikendang diketahui mencapai
73,801% volume. Konsentrasi gas yang tinggi
dan baunya cukup menyengat, sehingga orang
yang melewati areal itu harus mengenakan
masker gas. Konsentrasi gas CO2 yang tinggi
tidak berwarna dan berbau dapat membahayakan, sementara keberadaan gas H2S ditunjukkan oleh bau telur busuk yang sangat menyengat.
Gas Vulkanik di Kawah Sileri
Kawah Sileri merupakan kawasan wisata terluas
di Dataran Tinggi Dieng. Permukaan airnya

Karakteristik gas vulkanik dan implikasinya terhadap daerah wisata di Dataran Tinggi Dieng Priatna.

169

Gambar 6. Graik korelasi H2O terhadap H2S di Kawah Sikidang.

yang terus-menerus mengepulkan asap putih
menunjukkan adanya gejala vulkanisme. Rupa
kawah ini berwarna kelabu kental seperti leri,
sehingga dinamakan Kawah Sileri.
Lingkungan di sekitar Kawah Sileri masih sangat
alami dengan latar belakang pegunungan yang
hijau. Kawah ini tercatat pernah mengeluarkan
gas beracun pada tahun 1944, 1964, 1984, Juli
2003, dan September 2009. Terakhir kalinya
kawah ini mengeluarkan aktivitas freatik pada
tanggal 26 September 2009 sehingga muncul
tiga celah kawah baru.
Pengukuran gas di Kawah Sileri dilakukan di
pinggir kawah dari gelembung gas yang terperangkap dalam air kawah. Hasil pengukuran konsentrasi CO2 tahun 2014 mencapai
56,013% volume. Saat ini Kawah Sileri sepi
dari pengunjung selain tempatnya yang tidak
terawat juga konsentrasi CO2 cukup tinggi
yang sewaktu-waktu bisa berbahaya. Suhu air
Kawah Sileri 730C.

Implikasi terhadap Daerah Wisata di
Dataran Tinggi Dieng
Dalam kaitannya dengan wisata alam yang
menjadi kajian penelitian ini, yaitu Kawah
Sikidang, Kawah Sikendang, dan Kawah Sileri,
maka upaya untuk mengetahui dan memahami
karakteristik gas vulkanik di kawasan wisata
tersebut sangat penting. Hal tersebut sangat
terkait dengan penyusunan berbagai kebijakan
dan pengaturan dalam upaya mitigasi bencana
gunung api.
Perwujudannya berupa produk penyusunan
peta kawasan rawan bencana gas vulkanik atau
zonasi kawasan rawan bencana gas vulkanik,
peraturan, rekomendasi, buku, booklet, pemasangan papan peringatan, dan penataan kawasan wilayah. Dengan adanya data karakteristik gas di kawasan wisata tersebut, pemerintah
daerah dapat dengan lebih mudah melakukan
pengelolaan kawasan wisata tersebut.

170

Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 5 No. 3 Desember 2014: 159-172

Untuk Kawah Sikidang yang memiliki konsentrasi CO2 sebesar 5,654%, masih layak terus
dikembangkan sebagai kawasan wisata Dataran
Tinggi Dieng, dengan catatan diberi pembatas
berupa pagar dan papan peringatan mengenai
bahaya gas beracun yang mungkin akan terjadi.
Sementara Kawah Sikendang dengan konsentrasi CO2 sebesar 73,801% volume, memerlukan penataan dengan cara membuat pagar
dan papan peringatan agar masyarakat tidak
mendekati ke lubang fumarola yang berada di
tepi Telaga Warna. Sedangkan Kawah Sileri
dengan konsentrasi CO2 56,013% volume
sebaiknya bila terpaksa terus dikembangkan
menjadi kawasan wisata, maka harus dibuatkan
pagar pembatas dan papan peringatan agar masyarakat tidak mendekati kawah.
Dengan jalan menginformasikan data seluasluasnya secara terbuka kepada masyarakat yang
merupakan bagian dari era keterbukaan informasi publik, ditunjang dengan aturan dan
pembatasan kawasan wisata yang berisiko terjadi bencana gunung api berupa gas beracun,
diharapkan dapat membangkitkan kesadaran
akan pentingnya mengetahui dan memahami
gas vulkanik di kawasan wisata Dataran Tinggi
Dieng.
KESIMPULAN
Penelitian karakteristik gas vulkanik tiga kawah
di kawasan wisata Dataran Tinggi Dieng menghasilkan dua kesimpulan.
Pertama karakteristik gas vulkanik dalam kaitannya untuk mitigasi bencana gunung api di
Kawah Sikidang, Kawah Sikendang, dan Kawah
Sileri menunjukkan konsentrasi gas CO2 yang
berbeda-beda. Berdasarkan data gas vulkanik

Kawah Sikidang layak terus dikembangkan sebagai kawasan wisata, sementara Kawah Sikendang dan Kawah Sileri, jika ingin terus dikembangkan sebagai daerah wisata, memerlukan
penataan secara terintegrasi.
Kedua, implikasi dari diketahuinya karakteristik
gas vulkanik di tiga kawasan wisata di Dataran
Tinggi Dieng itu berperan penting dalam upaya
mitigasi bencana gunung api. Apalagi Dataran
Tinggi Dieng kini menjadi tujuan wisata yang
potensial di Jawa Tengah, maka pemantauan
emisi gas vulkanik terutama pada objek-objek
wisata mutlak harus dilakukan, karena konsentrasi gas di kawasan wisata setiap saat dapat meningkat.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Dr. Ir. H. Nana Sulaksana., MSP, Prof.
Dr. Ir. Adjat Sudradjat, M.Sc; Dr. Winantris, Dr. Ir.
Emi Sukiyah, M.T.; Dr. Ir. Ildrem Syafri, DEA; dan
Dr. Ir. Johanes Hutabarat, M.Si. atas bimbingan dan
diskusinya selama melakukan penelitian dan penulisan makalah ini. Terima kasih juga disampaikan
kepada Dr. Hanik Humaida, M.Sc., Ir. Euis Sutaningsih, M.Sc., Yustinus Sulistyo, dan Sukarnen, atas
masukan dan bantuannya, baik saat pengambilan
percontoh di lapangan maupun saat pengujiannya
di laboratorium BPPTKG, PVMBG, Badan Geologi. Yang terakhir terima kasih saya kepada Atep
Kurnia, T. Bachtiar, M. Nizar Firmansyah, dan Bunyamin atas diskusinya selama penulisan makalah ini.
ACUAN
Adisasmita, R., 2010, Pembangunan Kawasan dan
Tata Ruang, Graha Ilmu: Yogyakarta.
Bemmelen, V.R.W., 1949, he Geology of Indonesia,

Karakteristik gas vulkanik dan implikasinya terhadap daerah wisata di Dataran Tinggi Dieng Priatna.

171

he Hague, Martinus Nijnhof, Vol. IA.

ington DC.

Dinas Kebudayaan dan Provinsi Jawa Tengah, 2004,
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah.

Priatna, 2011, Hidup di antara Semburan Gas.
Dalam Hidup di Atas Tiga Lempeng: Gunung Api dan
Bencana Geologi, Bandung: Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Giggenbach, W.F., 1975, A Simple method for the
collection and analysis of volcanic gas samples. Bull.
Volcanol.39: 15-27.
Giggenbach, W.F., 1992, Isotopic shifts in waters from
geothermal and volcanic systems along convergent plate
boundaries and their origin, Earth Planet. Sci. Lett.,
113: 49S-S 10.
Gunawan, R., 1968, Geological investigations in the
Dieng Area, Central Java: Unpublish, thesis, Institute Technologi Bandung.
Humaida, H., Sulistiyo, Y., dan Hartiyatun, S.,
2003a, Fenomena Pegunungan Dieng Ditinjau dari
Geokimia Gas, Yogyakarta: Balai Penyelidikan dan
Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi.
Humaida, H., E. Sartini, Sulistiyo, Y., Hartiyatun,
S., 2003b, Geokimia Air dalam Penyelidikan di Pegunungan Dieng, Yogyakarta: Balai Penyelidikan dan
Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi.
Jogiyanto, H.M., 2001, Analisis dan Desain Sistem
Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek
Aplikasi Bisnis, Yogyakarta: Andi.
Lindsay, M., Simkin T., Summers M., Nielsen E.,
1989, Global Volcanism, 1975-1985, Dieng, Wash-

Republik Indonesia, 2011, Peraturan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral No. 15 Tahun 2011, tentang Pedoman Mitigasi Bencana Gunung api, Gerakan
Tanah, Gempa Bumi, dan Tsunami, Jakarta: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Sugiyono, 1999, Statistik untuk Penelitian, Cetakan
ke-2. Bandung: CV Alfabeta.
Sukhyar, R., Sumartadipura N.S., dan Efendi W.,
1986, Peta Geologi Komplek Gunung api Dieng, Jawa
Tengah, Bandung: Direktorat Vulkanologi.
Sulistyo, Y., Humaida, H., Sartini E., Suryono.
2002, Sebaran Gas CO2 di Pegunungan Dieng, Yogyakarta: Balai Penyelidikan dan Pengembangan
Teknologi Kebencanaan Geologi.
Tazief, H. dan Sabroux, J.C., 1983, Forcasting Volcanic Events, Tokyo: Elseivier.
Terry, G.R., 1986, Asas-asas Manajemen, Bandung:
Alumni.
Zen, M.T. dan Alzwar Muzil, 1980, Hydrothermal
Eruption at Sinila Crater, Dieng Volcanic Complex
(Central Java). Bulletin Dept. Teknik Geologi. Bandung: ITB.