Perilaku manusia dan norma subyektif

Manusia,
Prilaku,
dan
Norma-

Siapa Manusia?

Apakah Seperti

Apa
ciri khas
manusia?

•Mahluk
berakal

• Mahluk berbudi

• Mahluk berperasaan

Mahluk apa lagi?


• Mahluk yang bertanya

3

pertanyaan
mendasar
pada
manusia

Pertanyaan pertama: Apa?

Pertanyaan: apa,
dijawab dengan:

Memberi
Nama
Ini namanya Kakak

Itu namanya banjir


Ini namanya Ayah

Itu namanya motor

Pertanyaan
kedua:
Mengapa?

Pertanyaan: mengapa,
dijawab dengan:

Memberi
Penjelasan

Penjelasan
Agama atau
Penjelasan IP

Pertanyaan

ketiga:
Bagaimana?

Pertanyaan: bagaimana,
dijawab dengan:

Membuat
Keputusan

Dalam mengambil
keputusan, manusia
memerlukan pedoman,
yaitu norma.

• Norma berasal dari kata Latin “Norma” yang artinya
alat tukang kayu untuk mengukur sudut. (Dalam
bahasa Indonesia: Siku-siku)

Norma adalah “ukuran tindakan”


Tindakan baik

Tindakan buruk

Apakah tindakan itu benar atau salah?

Apakah tindakan itu mulia atau hina?

Norma:
Khusus:

Umum:

Berlaku dalam
Situasi tertentu

Berlaku dalam
Segala situasi

Contoh Norma Khusus:

Tata Tertib Sekolah

Contoh Norma Khusus:
Aturan Permainan Bola

1. ETIKET
Aturan Tindakan untuk
Sopan Santun

Norma
umum

2. HUKUM
Aturan Tindakan untuk
Ketertiban Umum
3. MORAL
Aturan Tindakan untuk
Kebaikan Manusia

Contoh Etiket:

Sopan Santun saat menyapa:

Contoh Etiket:
Sopan Santun saat makan:

Contoh Hukum:
Hukum Perdata

Contoh Hukum:
Hukum Dagang

Contoh Moral:
Ajaran agama: menghargai sesama

Contoh Moral:
Ajaran agama untuk berbagi

Perbedaan
Norma Khusus Vs Norma Umum
• Jesica adalah seorang penyanyi yang buruk,

karena dalam menyanyi fals, artikulasi tidak baik
sehingga membuat yang mendengar sakit
telinganya.
• Tetapi ia orang yang sopan karena memakai
baju yang rapih dan selalu menyapa orang
dengan ramah. Selain itu ia jujur dan dapat
dipercaya. Ia selalu bersikap adil.
• Secara khusus, sebagai penyanyi, Jesica itu
buruk. Tetapi secara umum ia orang yang sopan
dan baik hati.

Hubungan: Etiket dan Hukum
• Etiket dan hukum sama sekali
tidak mempunyai hubungan.
• Kalaupun ada, bisa disebut
etiket sebagai hukum nonformal yang sangat longgar.

Perbedaan: Etiket Vs Hukum
• Berdasarkan
kesepakatan yang

longgar, mis: tata
cara makan

• Diundangkan secara
formal dan tegas,
misalnya hukum
Negara RI

Etiket Vs Hukum
• Tidak memiliki sangsi,
paling-paling dianggap
tidak sopan

• Tuntutan sangsinya
jelas: Melanggar hukum
bisa dipenjara.

Hubungan Etiket dan Moral
• Sama-sama menyangkut prilaku dari
manusia. Hewan tidak memerlukan

etiket, apalagi moral.
• Sama-sama
mengatur
tindakan
manusia secara normatif, dengan
ukurannya sendiri-sendiri.

Perbedaan: Etiket Vs Moral
• Hanya menilai cara
bertindak, misalnya
memberi harus dengan
tangan kanan.

• Menilai substansi
tindakan, memberi itu
adalah kebaikan.

Etiket Vs Moral
• Hanya berlaku dalam
pergaulan (ketika ada

orang lain). Misalnya soal
duduk, tidak sopan sambil
angkat kaki.

• Berlaku sepanjang
hidup (ada atau tidak
ada orang lain),
misalnya soal kejujuran

Etiket Vs Moral
• Sangat relatif, tergantung
budaya, misalnya
bersendawa saat makan.

• Lebih bersifat universal,
misalnya soal
menolong, semua
bilang baik.

Etiket Vs Moral

• Menilai segi lahiriah dari
manusia. Yang terlihat
diluar, bukan yang ada
dalam hati.

• Menyangkut manusia
dari dalamnya. Yang
penting itu motivasi hati.

Hubungan Hukum dan Moral
• Hukum dan moral tidak selalu sama. Apa yang
dinilai hukum itu benar, belum tentu secara moral
benar. Contoh: hukum politik apartheid.
• Hukum membutuhkan moral. Kualitas hukum
ditentukan oleh moralnya. Tanpa dukungan moral,
hukum bisa menjadi legalisasi penindasan.
Contoh: hukum yang bias jender (UU perkawinan).
• Sebaliknya moral membutuhkan hukum. Moral
hanya akan ada di awang-awang jika tidak dibuat
hukumnya. Tanpa dukungan hukum, moral tidak
berfungsi.
Contoh:
Masalah
Perlindungan
Konsumen.

Perbedaan: Hukum Vs Moral
• Tertutup (sudah baku),
hanya bisa ditafsirkan.
Misalnya, memberi itu
tidak dilarang hukum.

• Terbuka untuk
diperbincangkan /
diperdebatkan. Misalnya, soal
baik atau buruknya memberi
kepada pengamen.

Hukum Vs Moral
• Bersifat legal-formal.
Tidak tergantung
manusia, tetapi
sepenuhnya tergantung
pada rumusan formal.

• Bersifat Subyektif.
Tergantung pada
penilaian orang. Misalnya
apakah pacaran itu ada
batasnya?

Hukum Vs Moral
• Mengukur
tindakannya “an sich”

• Menilai juga motivasi
dibalik tindakan

Perbedaan: Hukum Vs Moral
• Bisa dipaksakan dengan • Tidak bisa dipaksakan,
sanksi hukuman.
sanksinya hanya nurani.
Misalnya, yang tidak mau
Misalnya, orang yang tidak
bayar pajak, diancam
mau menolong saat yang
bisa dipenjara
lain susah.

Perbedaan: Hukum Vs Moral
• Dasarnya
kesepakatan
masyarakat tertentu

• Dasarnya nilai-nilai
kemanusiaan
universal