Keutamaan mencari makanan halal dan Karakter

BAB 1
KEUTAMAAN DAN KEKUATAN KARAKTER
Sebelum mengenal keutamaan dan kekuatan karakter, kita harus terlebih dahulu mengenal
kepribadian dan karakter.Kepribadian adalah kesatuan yang teratur dari unsur-unsur yang dapat
dikenali dan dapat berdiri sendiri namun tidak dapat bekerja sendiri-sendiri. Unsur-unsur tersebut
meliputi sifat mayor dan minor; faktor biologis, psikologis, dan sosial; aspek psikis yang
meliputi berpikir, mempercayai, dan merasakan sesuatu; dan aspek fisik yang meliputi berjalan,
berbicara, dan melakukan kegiatan motorik.
Karakter adalah kepribadian yang dievaluasi sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.
Karakter memiliki 3 level konseptual, antara lain keutamaan, kekuatan, dan tema situasional.
Hubungan antara ketiganya bersifat hierarkis, dengan keutamaan berada di level atas, kekuatan
di level tengah, dan tema situasional di level bawah. Level di sini dalam arti: kita harus
mengenali tema situasional dari karakter terlebih dahulu, barulah kita dapat mengenali kekuatan
karakter, dan yang terakhir adalah keutamaan karakter.
Keutamaan adalah karakteristik utama dari karakter, dianggap sebagai dasar dari tindakan yang
baik. Sedangkan kekuatan karakter adalah proses yang mendefinisikan keutamaan. Maksudnya
adalah keutamaan dapat dicapai melalui pencapaian kekuatan karakter.Sebuah keutamaan
memiliki banyak kekuatan karakter.Orang yang memiliki 1 atau 2 kekuatan karakter dari
keutamaan tertentu saja, sudah dapat memiliki keutamaan tersebut.Tema situasional adalah
kebiasaan khusus untuk mewujudkan kekuatan karakter dalam situasi tertentu.
Berbagai perilaku dapat dinilai berdasarkan keutamaan yang dibedakan menjadi 6, antara lain:

kebijaksanaan, kemanusiaan, kesatriaan, keadilan, pengelolaan diri, dan transendensi. Berikut
adalah 6 keutamaan beserta 24 kekuatan karakter yang terkandung di dalamnya.
1) Kebijaksanaan dan pengetahuan
Kebijaksanaan dan pengetahuan adalah keutamaan yang berkaitan dengan fungsi
kognitif, yaitu tentang bagaimana mendapatkan dan menggunakan pengetahuan. Ada 5
kekuatan yang terkandung dalam keutamaan ini, yaitu:
a) Kreativitas, orisinalitas, dan kecerdasan praktis
Kreativitas atau kecerdasan kreatif meliputi kemampuan menemukan dan
merumuskan ide serta solusi dari suatu masalah.Kreativitas biasanya dimiliki oleh
seniman, arsitek, desainer, namun kreativitas juga diperlukan oleh semua orang
untuk mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari.Orisinalitas adalah hal
yang berkaitan dengan keaslian, biasanya dalam suatu karya seni, karya sastra,
penemuan, dll.Kecerdasan praktis digunakan untuk bertahan hidup, seperti
keberhasilan mengatasi perubahan atau biasa disebut adaptasi.Ketiganya
memungkinkan seseorang untuk menemukan solusi atau produk aslisertacerdik
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
b) Rasa ingin tahu atau minat terhadap dunia
Keingintahuan mencakup minat, dorongan untuk mencoba hal-hal baru, mencari
alasan atas terjadinya suatu peristiwa (misalnya alasan apel jatuh dari pohonnya),
keterbukaan terhadap pengalaman. Rasa ingin tahu mendorong orang memiliki


minat terhadap pengalaman yang sedang berlangsung baik untuk kepentingan diri
sendiri maupun orang lain, serta melakukan penjelajahan dan penemuan, sehingga
penemuan tersebut menambah pengetahuan baru bagi sang penemu dan juga
mungkin bagi orang-orang di sekitarnya, bahkan masyarakat luas. Contoh rasa
ingin tahu yang hanya bermanfaat bagi penemunya adalah seorang anak yang
mencicipi makanan, sedangkan rasa ingin tahu yang bermanfaat juga bagi
masyarakat luas adalah penemuan gravitasi oleh Isaac Newton.
c) Cinta akan pembelajaran
Cinta pembelajaran memungkinkan seseorang menguasai keterampilan, topic, dan
cabang pengetahuan baru, baik dengan caraotodidak (belajar sendiri) maupun
secara formal dalam lembaga pendidikan. Cinta akan pembelajaran merupakan
salah satu hasil dari rasa ingin tahu. Karena ingin tahu tentang sesuatu hal,
seseorang ingin terus belajar sehingga ia menambah pengetahuannya. Hasil dari
pengetahuan ini juga dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan penemuan,
contohnya penemuan lampu oleh Thomas Alfa Edison.Dengan kekuatan ini, orang
akan terus belajar dan terus mengembangkan dirinya menjadi lebih baik.
d) Pikiran yang kritis dan terbuka
Keterbukaan pikiran mencakup kemampuan membuat penilaian dan berpikir
kritis.Keterbukaan memungkinkan orang untuk menerima pengetahuan baru dan

mendengarkan pendapat orang lain sehingga ia belajar untuk menghargai orang
lain. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis fakta, mengevaluasi
argumen, dan memecahkan masalah, sehingga orang yang berpikir kritis tidak
akan mudah tertipu.
e) Perspektif atau kemampuan memahami beragam perspektif yang berbeda dan
memadukannya secara sinergis untuk pencapaian hidup yang baik.
Kekuatan perspektif menjadikan orang yang memilikinya mampu untuk melihat
dunia yang masuk akal bagi diri sendiri dan orang lain. Dengan keutamaan ini,
orang dapat memahami berbagai perspektif yang ada dan menemukan hubungan
di antara perspektif.
2) Kemanusiaan dan cinta
Kemanusiaan dan cinta merupakan keutamaan yang mencakup kemampuan interpersonal
dan bagaimana menjalin pertemanan dengan orang lain. Keutamaan ini memiliki 3
kekuatan, yaitu:
a) Baik dan murah hati
Kekuatan kebaikan hati mencakup kedermawanan, pemeliharaan, perawatan,
kasih sayang, dan altruistik menjadikan orang mau berbagi kesenangan dan
kebaikan dengan orang lain. Kasih sayang adalah cinta yang sejati, yaitu
menyayangi orang dengan tulus, tanpa mengharapkan imbalan apapun,
mengutamakan kebahagiaan orang tersebut dibanding dirinya, namun tak lupa

untuk memikirkan kebahagiaan orang lain. Altruistik adalah perhatian terhadap
kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri atau biasa disebut juga

pengorbanan. Murah hati adalah perilaku berbagi, suka memberi, tidak pelit, dan
suka menolong.Contoh kemurahan hati adalah orang yang memberikan
tumpangan bagi orang yang terlantar.Orang dengan kekuatan ini menjadi berbuat
baik sebagai bagian dari pengembangan dirinya.
b) Selalu memiliki waktu dan tenaga untuk membantu orang lain, mencintai dan
membolehkan diri sendiri untuk dicintai
Kekuatan cinta membuat orang mampu menjalin hubungan dekat dengan orang
lain, khususnya yang bercirikan kegiatan berbagi dan peduli yang saling
membalas, yang umumnya terjadi di antara pasangan kekasih.
c) Kecerdasan sosial
Kecerdasan sosial mencakup kecerdasan emosional dan kecerdasan
intrapersonal.Kecerdasan emosional terdiri dari 5 komponen, yaitu kesadaran diri,
manajemen emosi, motivasi, empati, dan mengatur relasi.Kecerdasan
intrapersonal berkaitan dengan kemampuan mengenali diri secara mendalam,
kemampuan intuitif, dan motivasi diri, penyendiri, sensitif terhadap nilai diri dan
tujuan hidup.Orang dengan kekuatan ini mampu menempatkan diri sesuai dengan
kebutuhan orang lain tanpa mengorbankan kebutuhan diri sendiri. Mereka

mengembangkan dirinya sekaligus juga mengembangkan orang lain.
3) Kesatriaan (Courage)
Keutamaan kesatriaan (courage) merupakan kekuatan emosional yang melibatkan
kemauan kuat untuk mencapai suatu tujuan meskipun mendapat halangan atau tentangan,
baik eksternal maupun internal. Keutamaan ini mencakup 4 kekuatan, yaitu:
a) Menyatakan kebenaran dan mengakui kesalahan
Kekuatan keberanian mencakup kekuatan emosional yang melibatkan
pelaksanaan kehendak untuk mencapai tujuan dalam menghadapi perlawanan baik
dari luar maupun dalam yang membuat orang tahan menghadapi ancaman dan
tantangan.Keberanian di sini lebih cenderung pada keberanian untuk jujur dan
membela yang benar.Orang dengan kekuatan ini hendaknya tidak menyusut ketika
berhadapan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi.Kekuatan ini memampukan
orang bertindak atas keyakinannya sendiri.
b) Ketabahan atau kegigihan, tegas dan keras hati
Ketabahan atau kegigihan mencakup ketekunan dan kerajinan adalah kekuatan
yang mampu menyelesaikan apa yang sudah dimulai, bertahan dalam suatu
rangkaian pencapaian tindakan meskipun ada hambatan. Orang yang tabah dalam
menghadapi berbagai hambatan dan terus berpegang teguh pada tujuan, tidak
pantang menyerahlah, yang akan berhasil mencapai tujuannya. Seperti kata
pepatah dalam bahasa Inggris: “slow and steady wins the race”. Orang dengan

kekuatan ini mampu menyesuaikan kata-kata dan perbuatan, serta berpegang pada
prinsip dalam berbagai situasi, bahkan situasi yang menghambat dan mengancam.
c) Integritas, kejujuran, dan penampilan diri dengan wajar

Integritas mencakup otentisitas (keaslian), kejujuran dan penampilan diri yang
wajar adalah kekuatan yang membuat orang mampu menampilkan diri secara
tulus.Memang kejujuran akan kesalahan kita sering mengarah pada hal yang tidak
menyenangkan, sehingga kemampuan untuk mengakui kesalahan kita adalah
keberanian yang luar biasa. Berbuat salah itu manusiawi, mengakui kesalahan itu
mulia, apalagi bertanggung jawab atas kesalahan tersebut dan berusaha untuk
memperbaikinya.Orang dengan kekuatan ini mengambil tanggung jawab untuk
semua perbuatannya dan menjalankan tugas-tugasnya secara jujur.
d) Vitalitas, bersemangat, dan antusias
Vitalitas mencakup semangat, antusiasme, semangat, dan penuh energi adalah
kekuatan yang membuat orang dapat menjalani kehidupan penuh dengan
kegembiraan, semangat, dan energi.Orang dengan kekuatan ini merasa hidup,
aktif, dan penuh daya juang.Orang yang memiliki semangat hidup biasanya
disebabkan oleh pandangan positif terhadap hidupnya. Orang yang memiliki
pandangan negatif terhadap hidupya akan melalui hari-harinya dengan lesu
sehingga ia tidak memiliki semangat untuk menjalani hidup.

4) Keadilan
Keutamaan keadilan (justice) mendasari kehidupan yang sehat dalam suatu
masyarakat.Keadilan adalah kekuatan sipil yang mendasari kehidupan masyarakat yang
sehat. Keutamaan ini mencakup 3 kekuatan, yaitu:
a) Kewarganegaraan atau kemampuan mengemban tugas, dedikasi dan kesetiaan
demi keberhasilan bersama
Kewarganegaraan mencakup tanggung jawab sosial, loyalitas, dan kesiapan dalam
tim membuat orang dapat bekerja dengan baik sebagai anggota kelompok yang
setia kepada kelompok.Orang yang memiliki kekuatan ini memiliki rasa cinta
terhadap tanah air, bangsa, dan negaranya.
b) Kesetaraan (equity dan fairness) perlakuan terhadap orang lain atau tidak
membeda-bedakan perlakuan yang diberikan kepada satu orang dengan yang
diberikan kepada orang lain
Kesetaraan adalah kekuatan yang membuat orang memperlakukan semua orang
sama di hadapan keadilan, bukan membiarkan keputusan atau perasaan pribadi
yang bias tentang orang lain. Jenis-jenis keadilan antara lain:
i. Keadilan komutatif adalah perlakuan terhadap seseorang dengan tidak
melihat jasa-jasa yang diberikannya. Contoh: Seseorang telah melakukan
kesalahan, tanpa memamndang kedudukannya, dia tetap dihukum sesuai
dengan kesalahan yang dibuatnya.

ii. Keadilan distributif adalah perlakuan terhadap seseorang sesuai dengan
jasa-jasa yang telah diberikannya. Contoh: Beberapa orang pegawai suatu
perusahaan memperoleh gaji yang berbeda, berdasarkan masa kerja,
pangkat, jenjang pendidikan, atau tingkat kesulitan pekerjaannya.
iii.
Keadilan kodrat alam adalah memberi sesuatu sesuai dengan yang
diberikan orang lain kepada kita. Contoh: Seseorang menjawab salam

iv.
v.

yang diucapkan orang lain dikatakan adil karena telah menerima salam
dari orang tersebut.
Keadilan konvensional adalah jika seorang warga negara telah menaati
segala peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan.
Keadilan perbaikan adalah jika seseorang telah berusaha memulihkan
nama baik orang lain yang telah tercemar.

Kekuatan ini menghindarkan orang dari prasangka primordial seperti rasisme dan
stereotype. Orang dengan kekuatan ini mementingkan kesejahteraan orang lain

seperti kesejahteraannya sendiri.
c) Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kekuatan untuk mendorong orang sebagai anggota
kelompok atau sebagai pemimpin untuk menyelesaikan tugas dan pada saat yang
sama menjaga hubungan yang baik dengan orang lain dalam kelompok, juga
menjaga hubungan yang baik antaranggota kelompok. Orang dengan kekuatan ini
dapat menempatkan diri dan bekerja secara prima baik sebagai pemimpin maupun
sebagai bawahan.
5) Pengelolaan diri
Pengelolaan diri (temperance) adalah keutamaan untuk melindungi diri sendiri dari segala
akibat buruk yang mungkin terjadi di kemudian hari karena perbuatan sendiri. Di
dalamnya tercakup 4 kekuatan, yaitu:
a) Pemaaf dan pengampun
Pengampunan dan belas kasihan adalah kekuatan yang memberikan orang
kemampuan untuk mengampuni mereka yang telah berbuat salah, menerima
kekurangan orang lain, memberikan orang kesempatan kedua, dan tidak
pendendam.Kekuatan ini membuat orang percaya pada kemampuan manusia
untuk berbuat baik dan menghindarkan diri dari pesimisme terhadap kebaikan
manusia, juga mencerminkan sikap pengertian dan sadar bahwa dirinya juga
pernah berbuat salah, ingin dimaafkan, dan berhak mendapatkan kesempatan

kedua.
b) Pengendalian diri
Pengendalian diri adalah kekuatan yang memampukan orang mengetahui apa
yang masuk akal dan tidak masuk akal untuk dilakukan sehingga dapat memilih
hal-hal yang masuk akal untuk dilakukannya. Kekuatan ini membuat orang dapat
disiplin, mengendalikan selera, dan emosi mereka. Orang dengan kekuatan ini
dapat menentukan tindakan-tindakan yang tepat bagi dirinya sehingga tidak
merugikan diri sendiri dan orang lain, sehingga tidak menyesal di kemudian hari
akibat ketidakmampuannya untuk mengendalikan diri.
c) Kerendahan hati
Kerendahan hati atau kesederhanaan adalah kekuatan yang membuat orang
mengedepankan prestasi daripada pengakuan atas keberhasilan. Orang dengan

kekuatan ini tidak melakukan kebaikan hanya untuk diri mereka sendiri.Prestasi
bagi orang dengan kekuatan ini bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk
banyak orang. Mereka tidak menilai diri sendiri sebagai lebih atau khusus
dibandingkan orang lain. Mereka selalu menganggap ada orang yang lebih baik
dari mereka sehingga mereka tidak berhak untuk menyombongkan diri, seperti
kata peribahasa: “Di atas langit ada langit”.
d) Kehati-hatian (prudence)

Kehati-hatian adalah kekuatan yang membuat orang selalu berhati-hati dalam
memilih seseorang, tidak mengambil risiko yang semestinya, tidak mengatakan
atau melakukan hal-hal yang nantinya mungkin akan disesali.
6) Transendensi
Transendensi merupakan keutamaan yang menghubungkan kehdupan manusia dengan
seluruh alam semesta dan memberi makna kepada kehidupan. Didalam keutamaan ini
tercakup kekuatan, yaitu:
a) Penghargaan terhadap keindahan dan kesempurnaan
Penghargaan terhadap keindahan dah keunggulan yang mencakup kekaguman,
keheranan, peningkatan kesadaran adalah kekuatan yang membuat orang mampu
menghargai keindahan, keunggulan, keterampilan, dan kinerja yang baik dalam
berbagai ranah kehidupan.Pada diri sendiri, orang dengan kekuatan ini terdorong
juga untuk menghasilkan keindahan, keunggulan, keterampilan dan kinerja yang
baik.Kekuatan ini juga membuat orang mampu menangkap inspirasi atau gugahan
untuk menampilkan diri lebih baik.
b) Kebersyukuran (gratitude) atas segala hal yang baik
Syukur adalah kekuatan yang membuat orang dapat menyadari dan berterima
kasihatas hal baik yang terjadi, serta meluangkan waktu untuk mengungkapkan
terima kasih. Orang dengan kekuatan ini menerima apa yang ada dalam
kehidupan sebagai anugerah dan berkah sehingga selalu berusaha menampilkan
perilaku yang baik sebagai ungkapan terima kasihnya.
c) Penuh harapan, optimis, dan berorientasi ke masa depan, semangat dan gairah
besar untuk menyongsong hari demi hari
Harapan mencakup optimisme, menjalani hidup secara positif dari waktu ke
waktu, dan pikiran yang berorientasi ke masa depan adalah kekuatan yang
membuat orang selalu mengharapkan yang terbaik di masa depan dan bekerja
untuk mencapainya. Orang dengan kekuatan ini selalu optimis dalam menjalani
hidup, berusaha terus menerus untuk lebih baik, dan percaya bahwa yang baik
selalu dapat dicapai dalam hidup.
d) Spiritualitas: memiliki tujuan yang menuntun pada kebersatuan dengan alam
semesta
Spiritualitas mencakup religiusitas, iman, dan adanya tujuan hidup adalah
kekuatan yang membuat orang memiliki keyakinan koheren tentang tujuan yang

lebih tingg, makna hidup, dan makna alam semesta.Orang dengan kekuatan ini
menampilkan perilaku yang konsisten dan koheren sebagai bagian dari usaha
mencapai tujuan hidupnya dan berusaha menyesuaikan diri dan aktivitasnya
dengan daya-daya yang lebih besar di alam semesta.
e) Menikmati hidup dan selera humor yang memadai
Kekuatan menikmati hidup dan humor membuat orang dapat menjalani hidup
yang penuh suka cita, menyukai tertawa, dan menggoda orang untuk
menghasilkan keceriaan, membawa dirinya dan orang lain kepada situasi yang
membuat tersenyum, serta melihat sisi terang dari kehidupan. Orang dengan
kekuatan ini menjalani hidup secara ringanmeski berada dalam situasi yang sulit
dan berat.
Di dalam karakter terdapat keutamaan dan kekuatan.Keutamaan adalah karakteristik dari
karakter yang baik, sedangkan kekuatan karakter adalah proses untuk mencapai keutamaan.
Sejauh ini, terdapat 6 keutamaan, antara lain kebijaksanaan, kemanusiaan, kesatriaan, keadilan,
pengelolaan diri, dan transendensi.Setiap keutamaan memiliki banyak kekuatan karakter.Untuk
mencapai keutamaan tertentu, seseorang tidak perlu mencapai semua kekuatan karakter yang
terkandung dalam keutamaan tersebut, 1 atau 2 pun sudah dikatakan cukup.

BAB 2
DASAR-DASAR FILSAFAT
Sebelum kita mengenal filsafat, kita harus memahami pengertiannya terlebih dahulu.
Berfilsafat berarti digerakkan oleh hasrat oleh pengetahuan, mencari pengetahuan untuk
pengetahuan.
Filosof berasal dari bahasa Yunani dimana ‘philos’ berarti kebijaksanaan dan ‘sophos’ berarti
pecinta, sehingga apabila digabungkan, menjadi philosophos yang berarti pecintab
kebijaksanaan.
Filsuf adalah orang yang menyelidiki hakikat benda-benda, tidak mencari ketenaran atau
kemashyuran, namun mencari kebenaran, mencurahkan diri dan hidupnya untuk mencari
kebijaksanaan atau melakukan pembelajaran, dan mendiskusikan sebab-sebab benda dan
kebaikan tertinggi.
Filsafat adalah apa yang dilakukan filsuf, usaka manusia untuk memahami segala perwujudan
kenyataan secara kritis, radikal, dan sistematis, proses pencarian pengetahuan universal.
Filsafat berlangsung terus-menerus karena yang hendak diketahui tidak terbatas.Filsafat
memahami apa yang ada dan mungkin ada.
Filsafat bersifat kritis, radikal, dan sistematis.
1) Kritis
Berasal dari bahasa Latin ‘kritein’ yang berarti memilah-milah dan ‘kritikos’ yang berarti
kemampuan menilai.Sehingga berfilsafat berarti memilah-milah (membandingkan
ukuran, sebab-akibat, dialektika (perpaduan 2 hal yang berlawanan)) objek yang dikaji
dan menilai objek tersebut, terbuka pada kemungkinan baru, memahami dan
mengevaluasi informasi dengan tujuan menentukan apakah info itu diterima, ditolak atau
belum dapat diputuskan karena belum jelas.
2) Radikal
Radikal berasal dari kata ‘radix’ yang berarti akar.Sehingga berfilsafat adalah pemahaman
yang mendalam sampai ke akar-akarnya.Berpikir kritis berarti berpikir radikal, yaitu
mencermati, menemukan masalah dan ‘lubang’ pada pengetahuan yang sudah ada,
mencari penjelasan baru.
3) Sistematis
berasal dari kata ‘systema’ yang berarti keteraturan, tatanan, dan saling keterkaitan,
dalam filsafat mencakup sikap logis. Sehingga berfilsafat berarti memahami segala
sesuatu dilakukan menurut suatu atura tertentu, runut, dan bertahap, juga memegang
keyakinan akan daya arguman dan penalaran.

Berpikir filosofis berarti merenung yang berarti berkontemplasi (berpikir mendalam, kritis,
universal).Perenungan filosofis berarti menyusun sistem pengetahuan untuk memahami dunia
tempat kita hidup dan diri sendiri.Perenungan filosofis bisa dilakukan oleh individu, yaitu

dengan bertanya pada diri sendiri, juga oleh kelompok, yaitu dengan dialog yang analitis dan
kritik secara timbal balik.
Hasrat filosofis berarti berpikir secara ketat (kritis).Perenungan filosofis bersifat koheren/runtut
(mengandung pernyataan-pernyataan yang selaras/bersesuaian, tidak boleh
bertentangan).Perenungan filosofis berarti menyusun bagian komsepsional yang merupakan hasil
generalisasi (umum) dan abstraksi (khusus) dari pengalaman.
Seorang filsuf membicarakan tentang dunia di sekitarnya, dunia di dalam dirinya, dan berpikir
itu sendiri.
Dalam filsafat tidak boleh ada misteri.Misteri adalah sesuatu yang gelap, belum terpecahkan atau
tidak mungkin terpecahkan karena gaib, dan yang tidak terpecahkan adalah problem.

Berdasarkan objek yang dikaji, filsafat terbagi menjadi 3 cabang, antara lain:
1) Ontologi
Ontologi adalah bagian filsafat yang mengkaji tentang ‘ada’ (being) atau tentang apa
yang nyata. Ontologi dibagi menjadi 2 subbidang, yaitu ontologi dan metafisika.
Ontologi mengkaji ‘ada’ yang keberadaannya tidak disangsikan lagi, tentang sesuatu yang
keberadaannya dipersepsi secara fisik dan tertangkap oleh indra.
Metafisika mengkaji ‘ada’ yang masih disangsikan kehadirannya, tentang sesuatu yang
tidak dapat dijangkau secara indrawi karena objek itu melampaui sesuatu yang bersifat
fisik, misalnya jiwa, ilusi, eksisensi Tuhan, dsb.

2) Epistemologi
Epistemologi adalah bagian filsafat yang mengkaji hakikat dan ruang lingkup
pengetahuan.
Dalam epistemologi, terdapat 4 cabang yang lebih kecil, yaitu:
a) Epistemologi dalam arti sempit
b) Filsafat ilmu
c) Metodologi
d) Logika
Epistemologi mengkaji hakikat pengetahuan yang ditelusuri melalui 4 pokok, yaitu:
a) Sumber pengetahuan

b) Struktur pengetahuan
c) Keabsahan pengetahuan
d) Batas-batas pengetahuan
Pengetahuan di sini adalah pengetahuan umum atau pengetahuan sehari-hari (knowledge)
atau pengetahuan yang berguna bagi manusia (eksistensial pragmatis).Dalam filsafat ilmu
pengetahuan, yang menjadi objek adalah pengetahuan ilmiah (science).Berbeda dengan
pengetahuan sehari-hari (knowledge), pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang
sistematis, diperoleh dengan menggunakan metode-metode tertentu, logis, dan teruji
kebenarannya.

3) Axiologi
Axiologi adalah bidang filsafat yang mengkaji nilai-nilai yang menentukan apa yang
seharusnya dilakukan manusia.
Cabang filsafat yang termasuk dalam axiologi adalah etika dan estetika.
Etika adalah cabang filsafat yang mengkaji nilai apa yang berkaitan dengan kebaikan dan
apakah perilaku itu baik. Kata etika menunjuk pada 2 hal.Pertama, disiplin ilmu yang
mempelajari milai-nilai dan pembenarannya.Kedua, pokok permasalahan disiplin ilmu itu
sendiri yaitu nilai-nilai hidup manusia yang sesungguhnya dan hukum-hukum tingkah
laku manusia.
Estetika mengkaji pengalaman dan penghayatan manusia dalam menanggapi apakah
sesuatu itu indah atau tidak.

Dalam perkembangannya, muncul beberapa aliran dalam filsafat, antara lain:
1) Rasionalisme : aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa semua pengetahuan
bersumber dari akal (rasio), ditegaskan di sini bahwa akal yang mampu mendapatkan
pengetahuan secara jernih (clear) dan lugas/terpisah(distinct) tentang realitas.
2) Empirisme : aliran dalam filsafat yang menekankan pengalaman sebagai sumber
pengetahuan.
3) Kritisisme : aliran filsafat yang dibangun oleh filsuf besar: Imanuel Kant. Aliran ini pada
dasarnya adalah kritik terhadap rasionalisme dan empirisme yang dianggap terlalu
ekstrem dalam mengkaji pengetahuan manusia.
4) Idealisme : aliran filsafat yang berpendirian bahwa pengetahuan adalah proses-proses
mental ataupun proses-proses psikologis yang sifatnya subjektif.

5) Vitalisme:aliran filsafat yang memandang hidup tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara
mekanis karena pada hakikatnya manusia berbeda dengan benda mati.
6) Fenomenolgi : alirah filsafat yang mengkaji penampakan (gejala-gejala) dan memandang
gejala dan kesadaran selalu saling terkait.
Untuk mempelajari filsafat, filsuf menggunakan metode analisis-sintesis.Menganalisis adalah
melakukan pemeriksaan konsepsional terhadap istilah-istilahyang digunakan atau pernyataanpernyataan yang dibuat.Sedangkan sintesis adalah aktivitas menemukan benang merah
antarbagian yang dipilah berdasarkan kategori tertentu untuk kemudian menemukan kesamaan
makna di antara bagian-bagian itu.
Menurut Katsoff, langkah-langkah umum yang disarankan dalam menganalisis dan sintesis
adalah:
1) Memastikan adanya masalah yang diragukan kesempurnaan atau kelengkapannya.
2) Masalah umumnya terpecahkan dengan mengikuti 2 langkah, yakni menguji prinsipprinsip kesahihannya dan menentukan sesuatu yang tak dapat diragukan kebenarannya
(untuk menyimpulkan kebenaran yang lain).
3) Meragukan dan menguji secara rasional segala hal yang ada sangkut pautnya dengan
kebenaran.
4) Mengenali apa yang dikatakan orang lain mengenai masalah yang bersangkutan dan
menguji penyelesaian-penyelesaiannya.
5) Menyarankan suatu hipotesis yang kiranya memberikan jawaban atas masalah yang
diajukan.
6) Menguji konsekuensi-konsekuensi dengan melakukan verifikasi terhadap hasil-hasil
penjabaran yang telah dilakukan.
7) Menarik kesimpulan mengenai masalah yang mengawali penyelidikan.

BAB 3
DASAR-DASAR LOGIKA

A. Pengertian Logika
Sebelum mempelajari logika, alangkah baiknya apabila kita memahami pengertian logika
terlebih dahulu.Logika merupakan cabang ilmu filsafat, juga merupakan cabang ilmu
matematika.Sebagai cabang ilmu filsafat, logika dapat diartikan sebagai cabang dari filsafat yang
mengkaji prinsip, hukum dan metode berpikir yang benar, tepat, dan lurus.Sebagai cabang ilmu
matematika, logika merupakan cabang ilmu matematika yang mengkaji seluk beluk perumusan
pernyataan atau persamaan yang benar, khususnya pernyataan yang menggunakan bahasa formal.
B. Kategori
Manusia berpikir dengan menggunakan kategori.Sejak anak dapat mengenali dunia, kategori
digunakan untuk mengenali objek-objek di dunia.
Pada awalnya, kategori yang digunakan sangat sederhana dan umum seperti lebih besar dan lebih
kecil, atau lebih jauh dan lebih dekat, atau lebih keras atau lebih lembut.Kemudiam kategori
yang lebih kompleks dikembangkan, seperti makhluk hidup yang bernafas dengan paru-paru,
tempat tinggal yang layak huni dan nyaman, dsb.
Ada hierarki kategori, baik berdasarkan sifat umum atau khusus, maupun sifat kompleks atau
simpleks. Contoh: makhluk hidup merupakan kategori yang lebih umum daripada hewan. Hewan
merupakan kategori yang lebih umum daripada mamalia. Menurut Aristoteles, segala sesuatu
terbagi dalam 10 kategori, yaitu:
1) substansi
2) kualitas
3) kuantitas atau ukuran
4) relasi (relatio)
5) aksi (actio)
6) reaksi atau terkena aksi (pasif, menderita, pasio)
7) waktu (kapan)
8) lokasi (di mana)
9) posisi (dalam arti posisi fisik atau posture, silus)
10) memiliki atau mengenakan (habitus)
Menurut Imanuel Kant, pikiran manusia sudah memiliki pengetahuan bawaan dalam bentuk
kategori. Pengetahuan bawaan adalah kerangka ruang dan waktu.Benda-benda sendiri pada
dirinya tidak mengandung kualitas dan kuantitas ruang dan waktu.Manusialah yang
menempatkan mereka dalam kerangka ruang dan waktu.
Selain ruang dan waktu, fungsi berpikir manusia tertuang dalam putusan-putusan yang dapat
dikategorikan dalam 4 kelompok besar, antara lain:
1) Kuantitas
Dari segi kuantitas, setiap pernyataan atau putusan selalu dapat digolongkan sebagai
universal atau partikular. Contoh pernyataan universal adalah: Semua manusia adalah
makhluk hidup. Contoh pernyataan partikular adalah: Beberapa filsuf adalah rasionalis.
2) Kualitas
Dari segi kualitas, setiap pernyataan dapat dibedakan apakah itu afirmatif, negatif, atau
infinit.
a) Suatu pernyataan memiliki kualitas afirmatif jika itu mengafirmasi atau
mengiyakan suatu hal. Contoh: Hari ini hujan.

b) Suatu pernyataan memiliki kualitas negatif jika pernyataan itu menegasi suatu hal.
Contoh: Hari ini tidak hujan.
c) Suatu pernyataan memiliki kualitas infinit jika pernyataan itu mengungkapkan
sesuatu yang tidak terbatas. Contoh: Jiwa manusia abadi.
3) Relasi
Dari segi relasi, pernyataan-pernyataan yang ada dapat digolongkan sebagai kategorikal,
hipotetikal, atau disjunktif.
a) Sebuah pernyataan termasuk dalam kategori kategorikal jika pernyataan itu dapat
langsung dinilai benar salahnya tanpa tergantung pada kondisi atau situasi
tertentu, juga tidak tergantung tempat dan waktu. Contoh: makhluk hidup
bernafas.
b) Sebuah pernyataan termasuk kategoi hipotetikal jika benar atau salahnya
tergantung pada kondisi atau situasi tertentu. Contoh: Jika hari ini turun hujan,
maka jalan basah.
c) Pernyataan disjunktif ditentukan berdasarkan hubungan oposisi logis yang saling
meng-eksklusi atau saling meniadakan antara satu dan lainnya. Contoh: Dunia
terjadi tidak karena kebetulan semata atau karena ada yang menciptakan.
4) Modalitas
Dari segi modalitas, setiap pernyataan dapat digolongkan sebagai pernyataan
problematic, asertorik, atau apodeiktik.
a) Sebuah pernyataan adalah problematik jika apa yang diungkap dengan pernyataan
itu masih berupa kemungkinan. Contoh: Manusia dapat hidup di bulan.
b) Sebuah pernyataan adalah asertorik jika apa yang diungkap dengan pernyataan itu
nyata dan sudah terjadi. Contoh: Manusia mampu membuat pesawat ulang alik.
c) Sebuah pernyataan adalah apodeiktik jika apa yang diungkap dengan pernyataan
itu merupakan keharusan atau keniscayaan. Contoh: manusia harus makan agar
dapat bertahan hidup.
C. Term, Definisi, dan Divisi
1) Term
Term merupakan tanda untuk menyatakan suatu ide yang dapat diindrai (sensible) sesuai
dengan pakat (conventional).
Tanda itu dapat bersifat:
a) Formal, digunakan berdasarkan kesamaan antara tanda dan yang ditandai seperti
gambar, potret, film, dan huruf hielogrif.
b) Instrumental, yang digolongkan menjadi:
i. Alamiah, digunakan berdasarkan kaitan ilmiah antara tanda dan yang
ditandai, misalnya asap menandai api.
ii. Konvensional digunakan berdasarkan kesepakatan sejumlah orang tertentu
pada waktu tertentu, misalnya sandi Morse, lalu lintas, dan bahasa.
Terdapat 3 jenis makna term, antara lain:
a) Denotatif, yang merujuk pada 1 arti yang tertera dalam kamus.
b) Kesan, berdasarkan penggabungannya dengan kata lain. Misalnya, “Saya sakit
hati” berbeda dengan “Semur hati itu enak sekali”.

c) Emotif, yang didasarkan pada perasaan atau emosi. Misalnya, “keras hati” (teguh,
tahan godaan) berbeda dengan “keras kepala” (tidak mau mengalah atau
mendengarkan orang lain).
2) Definisi
Definisi adalah pernyataan yang menerangkan hakikat suatu hal.
Penggolongan definisi
a) Definisi nominal (sinonim)
Definisi yang menerangkan makna kata seperti yang dimuat dalam
kamus.Misalnya, ‘kursi’ berarti ‘tempat duduk’.
b) Definisi real (analitik)
Definisi yang menerangkan arti hal itu sendiri.Misalnya, ‘sikap’ adalah
‘kecenderungan memberikan tanggapan secara positif atau negatif’.
Dibedakan menjadi:
i. Definisi esensial, menerangkan inti (esensi) dari suatu hal dengan
menyebutkan genus dan diferentia-nya. Genus adalah kelompok besar atau
kelas dari hal yang akan dijelaskan. Diferentia adalah ciri khas yang hanya
ada pada hal yang didefinisikan. Contoh: Manusia adalah makhluk
rasional. Makhluk=genus, rasional=diferentia.
ii. Definisi deskriptif, mengungkapkan segi positif, namun belum tentu
esensial mengenai suatu hal, dibedakan menjadi 4:
 Definisi distingtif, menunjukkan properti. Misalnya, ‘Oksigen
adalah gas tak berwarna, tak berbau, tak mempunyai rasa, 1105
kali dari berat udara, dan mencair pada suhu di bawah -115 derajat
Celcius’.
 Definisi genetik, menyebutkan asal mula atau proses terjadinya
suatu hal. Misalnya, ‘Air adalah zat yang terdiri dari gabungan 2
atom hydrogen dan 1 atom oksigen’.
 Definisi kausal, menunjukkan penyebab atau akibat dari sesuatu
hal. Misalnya, ‘Lukisan adalah gambar yang dibuat oleh seorang
seniman’.
 Definsi aksidental, tidak mengandung hal-hal yang esensial dari
suatu hal. Misalnya, ‘Dijual rumah. Luas tanah 170 m2. Bangunan
bertingkat dan pekarangan tertata rapi. Lokasi: Jln. Macan No. 30
Jakarta Pusat. Dilengkapi dengan AC. Lingkungan nyaman, aman,
dan tenteram’.
Terdapat aturan dalam membuat definisi, antara lain:
1.
2.
3.
4.

Definisi harus lebih jelas dari yang didefinisikan.
Definisi tidak boleh mengandung ide atau term dari yang didefinisikan.
Definisi harus dapat dibolak-balik dengan pas.
Definisi harus dinyatakan dalam kalimat positif.

3) Divisi
Divisi adalah uraian suatu keseluruhan ke dalam bagian-bagian berdasarkan satu
kesamaan karakteristik.
Terdapat beberapa jenis divisi, antara lain:
a) Divisi real (aktual)

Dilakukan berdasarkan bagian-bagian yang ada pada objek itu sendiri, baik fisik
maupun metafisik.
Bagian fisik dapat berupa:
i. Bagian esensial ialah bagian-bagian yang harus lengkap untuk membentuk
suatu hal. Contoh: Air terdiri dari oksigen dan hidrogen.
ii. Bagian integral ialah bagian yang tidak harus lengkap. Dibagi menjadi:
 Homogen ialah segolongan unsur yang menjadi bagian suatu hal.
Contoh: Pasir terdiri dari butir-butir.
 Heterogen ialah bagian yang tidak segolongan. Contoh:
Masyarakat terdiri dari golongan kaya dan miskin.
Bagian metafisik merupakan bagian yang komponennya tidak bisa dipisahkan
satu sama lain. Contoh: Manusia terdiri dari rasio, indera, nyawa, dan tubuh.
b) Divisi logis
Dalam divisi logis mental manusialah yang membagi keseluruhan hal menjadi
bagian-bagian.Kita menambahkan unsur-unsur tertentu kepada suatu hal untuk
menjadikannya kelas atau subkelas. Misalnya, ‘Hal’, ‘Hal hidup’, ‘Hal hidup yang
berindera (=hewan), ‘Hal hidup yang berindera dan berakal (=manusia)’.
Kegiatan menambahkan elemen-elemen ini, yang merupakan kegiatan divisi
logis, yang disebut sintesis.
Terdapat aturan dalam pembuatan divisi, antara lain:
1. Tidak boleh ada bagian yang terlewati.
2. Bagian tidak boleh melebihi keseluruhan.
3. Tidak boleh ada bagian yang meliputi bagian yang lain.
4. Divisi harus jelas dan teratur.
5. Jumlah bagian harus terbatas; apabila terlalu banyak akan kacau. Jika diperlukan,
dibuat subbagian.
D. Kalimat, Pernyataan, dan Proposisi
1) Pengertian Kalimat, Pernyataan, dan Proposisi
Kalimat didefinisikan sebagai serangakaian kata yang disusun berdasarkan aturan-aturan
tata bahasa dalam suatu bahasa, dan dapat digunakan untuk tujuan menyatakan,
menanyakan, atau memerintahkan suatu hal.
Proposisi adalah makna yang diungkapkan melalui pernyataan, atau dengan kata lain arti
atau interpretasi dari suatu pernyataan. Pernyataan adalah kalimat yang digunakan untuk
membuat suatu klaim atau menyampaikan sesuatu bisa benar atau salah.
Berikut ialah 3 hal yang menjadi konsekuensi dari definisi kalimat,
pernyataan dan
proposisi.
1. Kalimat yang tidak bermakna atau tidak koheren
tidakmengungkapkan proposisi apa pun. Misalnya, penerangan
tapi kecepatanmembaca tidak mengungkapkan proposisi apa
pun karena penerangan dan kecepatanmembaca di sini tidak
mempunyai hubungan yang jelas dan penggunaan kata tapi di
sini

tidak tepat.
2. Pernyataan atau kalimat yang berbeda dapat mengungkapkan
proposisi
yang sama, misalnya, “Rina adalah adik Yanto” merupakan
proposisi yang sama dengan“Yanto adalah kakak Rina.”
3. Kalimat atau pernyataan yang sama dapatmengungkapkan
proposisi yang berbeda, misalnya, “Masyarakat Jakarta adalah
masyarakatyang majemuk” dapat mengungkapkan proposisi
yang berbeda-beda, antara lain “MasyarakatJakarta terdiri dari
banyak etnis” atau “Masyarakat Jakarta terdiri dari banyak
agama” atau “Masyarakat Jakarta merupakan keturunan dari
perpaduan suku tertentu.”
Kesalahan yang mungkin terjadi dalam pembuatan kalimat atau
pernyataan adalah
yang berikut.
1. Kalimatnya tidak koheren sehingga tidak dapat dimaknai oleh
pendengar
atau pembaca.
2. Kalimatnya sudah koheren tetapi proposisi apa yang
dimaksudkan tidak
jelas sehingga dapat menyebabkan salah tafsir.
3. Tidak menunjukkan dengan jelas bahwakita sedang menyatakan
nilai kebenaran dari kalimat kita (dan bukannya sedang
bertanya,mencoba sound system, berspekulasi, atau berlatih
drama).
2) Pernyataan Sederhana dan Pernyataan Kompleks
Pernyataan sederhana adalah pernyataan yang hanya mengandung 1
proposisi, misalnya, “Anak itu menangis”.
Pernyataankompleks adalah pernyaataan yang mengandung lebih dari
satu proposisi, misalnya, “Selaingemar membaca buku, Adi juga
senang menulis cerita pendek”.Pernyataan ini mengandung 2
proposisi, yaitu “Adi gemar membaca buku” dan “Adi senang menulis
cerita pendek”.
Jenis-jenis pernyataan kompleks, antara lain:
a) Negasi (bukan P)
Negasi dari suatu pernyataan sederhana adalah pengingkaran atas
pernyataan. Contoh: Orang jujur tidak bisa berbohong.
Negatif ganda pada umumnya membentuk pernyataan positif.
Contoh: Jangan sekali-sekali tidak membayar pajak.
b) Konjungsi (P dan Q)

Suatu pernyataan kompleks yang dihubungkan dengan kata dan
disebut konjungsi atau kalimat konjungtif. Contoh: pernyataan
kompleks “Indonesia dan Malaysia berasaskan demokrasi” terbentuk dari
dua pernyataan sederhana, masing-masing “Indonesia berasaskan
demokrasi” dan “Malaysia berasaskan demokrasi”.
c) Disjungsi (P atau Q)
Pernyataan kompleks yang komponen logikanya dihubungkan
dengan kata atau disebut disjungsi atau pernyataan disjungtif.
Contoh: “Joko atau Padmo yang memenangkan pertandingan bulu
tangkis”. Suatu disjungsi benar bila paling sedikit salah satu
disjungnya benar, dan salah jika semua disjungnya salah.
d) Kondisional (Jika P maka Q)
Pernyataan kompleks yang komponen logikanya dihubungkan
dengan jika…, maka…
disebut pernyataan kondisional atau hipotetisis. Pernyataan dalam
anak kalimat yang mengandung kata jika disebut anteseden, dan
pernyataan dalam anak kalimat yang mengandung kata maka
disebut konsekuen.Contoh: Jika hari hujan maka tanah basah.
Suatu pernyataan kondisional dianggap salah hanya jika
antesedennya benar dan konsekuennya salah.
Ada 2 kondisi yang merupakan bentuk khusus dari hubungan
kondisional, yaitu
yang mencukupi (sufficient condition, S) dan kondisi niscaya
(necessary condition, N). Hanyajika pernyataan kondisional Jika S
maka N adalah benar. Contoh:
1. Menghasilkan sperma merupakan kondisi yang mencukupi untuk
membuktikan bahwaseseorang adalah laki-laki.
2. Jenis kelamin laki-laki merupakan kondisi niscaya untuk
menghasilkan sperma.
3. Jika seseorang menghasilkan sperma, maka dia laki-laki.
Ada 5 jenis hubungan antara kondisi yang mencukupi dan niscaya,
antara lain:
1) Kausal
a) Mencabut jantung Dul merupakan kondisi yang mencukupi
untuk membunuhnya.
b) Jika kita mencabut jantung Dul, maka kita membunuhnya.
2) Konseptual
a) Kondisi niscaya untuk tergolong manusia adalah mampu
menggunakan simbol.
b) Jika B adalah manusia, maka dia pasti mampu menggunakan
simbol.

c) (ii) Jika B tidak mampu menggunakan simbol, maka dia pasti
bukan manusia.
3) Definisional
a) Kondisi niscaya dan mencukupi untuk disebut mahasiswa
adalah orang yang
terdaftar secara resmi sebagai pelajar di perguruan tinggi.
b) Jika seseorang adalah mahasiswa, maka dia adalah orang
yang terdaftar secara
resmi sebagai pelajar di perguruan tinggi, dan jika ia adalah
orang yang terdaftarsecara resmi sebagai pelajar di
perguruan tinggi maka ia adalah seorangmahasiswa.
Seseorang adalah mahasiswa jika dan hanya jika dia adalah
orang yang terdaftar secara resmi sebagai pelajar di
perguruan tinggi.
4) Regulatori
a) Lulus Ujian Masuk Perguruan Tinggi merupakan kondisi
niscaya untuk kuliah diuniversitas negeri.
b) Jika seseorang dapat kuliah di universitas negeri secara sah,
maka ia lulus UjianMasuk Perguruan Tinggi.
c) (ii) Jika seseorang tidak lulus Ujian Masuk Perguruan Tinggi,
maka dia tidak dapatkuliah di universitas negeri secara sah.
5) Logis
a) Menjadi kucing hitam adalah kondisi niscaya untuk berwarna
hitam.
b) Jika seekor binatang adalah kucing hitam, maka warnanya
hitam.
E. Penalaran
Penalaran adalah penarikan kesimpulan berdasarkan alasan-asalan yang
relevan.
1) Penyimpulan langsung
Penyimpulan langsung dilakukan melalui indera, umpamanya
memberikan putusan bahwa mawar merah, hari sedang hujan,
matahari bersinar, atau saat ini pagi hari.
2) Penyimpulan tidak langsung
Penyimpulan melalui perbandingan ide-ide adalah penyimpulan tak
langsung.
i.

ii.

Berdasarkan prinsip identitas kita dapat menyimpulkan bahwa
Jika ide 1 = ide 3, dan
ide 2 = ide 3, maka
ide 2 = ide 1.
Berdasarkan prinsip kontradiksi kita dapat menyimpulkan bahwa
Jika ide 1 ≠ ide 3, dan
ide 2 = ide 3, maka

ide 1 ≠ ide 2.
Kedua prinsip dan turunannya yang menjadi dasar-dasar dari
penalaran.
Terdapat 2 jenis penalaran, antara lain:
1) Deduksi adalah penarikan kesimpulan dimulai dari hal-hal yang umum
menuju hal-hal yang khusus.
Contoh:
Semua tanaman tak berindera.
Puteri malu adalah tanaman.
Jadi: Puteri malu tak berindera.
2) Induksi adalah penarikan kesimpulan dimulai dari hal-hal yang khusus
menuju hal-hal yang umum.
Contoh:
Air, di mana pun, di muka bumi atau di laut, pada tingkat permukaan
laut
akan membeku pada nol derajat Celcius.
Tetapi air di mana pun adalah air belaka.
Jadi: Semua air pada tingkat permukaan laut membeku pada nol
derajat Celcius.
Kesalahan penyimpulan digolongkan atas 2, yakni:
1) Kesalahan material
Kesalahan material adalah kesalahan putusan yang digunakan sebagai
pertimbangan yang seharusnya memberikan fakta atau kebenaran.
Contoh: Berdasarkan pengamatan orang melihat setiap hari matahari
tampak bergerak dari timur ke barat, dulu orang menyimpulkan bahwa
matahari mengelilingi bumi.
2) Kesalahan formal
Kesalahan formal ialah kesalahan yang berasal dari urutan
penyimpulan yang tidak
konsisten. Contoh:
Tanya: Mengapa petugas hukum dapat disogok?
Jawab: Karena gaji mereka kecil.
Tanya: Mengapa gaji petugas hukum kecil?
Jawab: Karena ekonomi tidak tumbuh secara baik.
Tanya: Mengapa ekonomi tidak tumbuh secara baik?
Jawab: Karena hukum tidak berjalan dengan baik.
Tanya: Mengapa hukum tidak berjalan dengan baik?
Jawab: Karena petugas hukum dapat disogok.

Ungkapan verbal dari penalaran atau penyimpulan tak langsung adalah
argumentasi.Subjek(S) dan Predikat (P) dari kesimpulan masing-masing
disebut ekstrem minor dan ekstremmayor yang cakupannya lebih luas dari
subjek.Ungkapan dari ide ketiga yangmenghubungkan ide pertama dan ide

kedua yang diperbandingkan dalam argumentasi disebutterm tengah
(middle term, disingkat M). Premis yang mengandung term mayor
disebutpremis mayor. Premis yang mengandung term minor disebut premis
minor. Contoh:
Premis Mayor: Semua hewan (M) adalah mahluk (P).
Premis Minor: Semua belut (S) adalah hewan (M).
Ergo: Semua belut (S) adalah mahluk (P).
F. Argumen Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses perolehan kesimpulan yang terjamin
validitasnyajika bukti yang tersedia benar dan penalaran yang digunakan
untuk menghasilkan kesimpulantepat.
1) Silogisme
Silogisme berasal dari kata Yunani syllogismos yang berarti ‘kesimpulan’.
Silogisme
adalah jenis argumen logis yang kesimpulannya diturunkan dari dua
proposisi umum
(premis) yang berbentuk prosisi kategoris.
Dilihat dari bentuknya, penilaian terhadap silogisme adalah sahih
(valid) atau tidak
sahih (invalid).
a) Silogisme kategoris
i.
Hukum 1: Silogisme hanya mengandung tiga term.
Buku (P) mempunyai halaman (M).
Rumah (S) mempunyai halaman (M).
Jadi: Rumah (S) adalah buku (P).
Halaman di sini bermakna ganda (equivocal), silogisme di atas
mempunyai empat term.
ii.
Hukum 2: Term mayor atau term minor tidak boleh
menjadi universal dalam kesimpulan
jika dalam premis hanya bersifat pertikular.
 uM + pP Semua manusia adalah hewan.
uS − uM Tak ada binatang yang manusia.
uS − uP Tak ada binatang yang hewan.
Yang salah adalah P (disebut illicit mayor).
 uM − uP Tiada burung yang menyusui.
uM + pS Semua burung adalah hewan berkaki dua.
uS − uP Tiada hewan berkaki dua yang menyusui.
Yang salah adalah S (disebut illicit minor).
iii.
Hukum 3: Term tengah tidak boleh muncul dalam
kesimpulan.
M + P Aristoteles adalah filsuf.
M + S Aristoteles adalah misikin.
M + S/P Aristoteles adalah filsuf yang miskin.
iv.
Hukum 4: Term tengah harus digunakan sebagai
proposisi universal dalam premispremis,

v.

vi.

vii.

viii.

setidak-tidaknya satu kali.
uP + pM Semua orang mati.
uS + pM Semua kucing mati.
uS + pP Semua kucing adalah orang.
Hukum 5: Jika kedua premis afirmatif, maka
kesimpulan juga afirmatif.
M + P Semua mamalia menyusui.
S + M Beberapa kuda adalah mamalia.
S − P Beberapa kuda tidak menyusui.
Hukum 6: Tidak boleh kedua premis negatif,
setidaknya salah satu harus afirmatif.
M − P Tiada binatang yang batu.
S − M Tiada intan yang binatang.
S − P Tiada intan yang batu.
Hukum 7: Kalau salah satu premis negatif, kesimpulan
harus negatif. Kalau salah satu
premis partikular, kesimpulan harus partikular.
M − P Tiada karbon yang putih.
pS + M Sebagian zat padat adalah karbon.
uS − P Tiada zat padat yang putih.
Hukum 8: Tidak boleh kedua premis partikular,
setidaknya salah satu harus universal.
pM + pP Beberapa pakar agama adalah orang Indonesia.
pS − uM Beberapa penduduk Depok bukan pakar agama.
pS − uP Beberapa penduduk Depok bukan orang Indonesia.

b) Silogisme hipotesis
Silogisme hipotetis berbeda dengan silogisme kategoris dan
tunduk kepada aturan
tersendiri. Premis mayor terdiri atas anteseden dan
konsekuen.Sebagai contoh, dalam pernyataan “Jika hari hujan,
maka tanah basah”, hari hujan adalah anteseden dan tanah basah adalah
konsekuen.
Berikut ini ketiga bentuk dasar silogisme hipotetis.
i. Mengafirmasi anteseden (modus ponens)
P→Q
P

Q
Contoh:
Jika psikologi adalah ilmu pengetahuan maka psikologi
menggunakan metode.
Psikologi adalah ilmu pengetahuan.
Psikologi menggunakan metode.

ii.

Menolak konsekuensi (modus tollens)
P→Q
-Q

-P
Contoh:
Jika astrologi adalah ilmu pengetahuan maka astrologi
menggunakan metode.
Astrologi tidak menggunakan metode.
Astrologi bukan ilmu pengetahuan.

iii.

Silogisme Hipotetis (Rantai Kondisional)
P→Q
Q→R

P→R
Contoh:
Jika psikologi adalah ilmu pengetahuan maka psikologi
menggunakan metode.
Jika psikologi menggunakan metode maka psikologi
sistematis.
Jika psikologi adalah ilmu pengetahuan maka
psikologi sistematis.

Selain ketiga bentuk itu, ada bentuk-bentuk lain yang lebih
kompleks, antara lain:
i. Silogisme Disjungtif
PVQ
-P

Q
Contoh:
Psikologi adalah ilmu ramal atau psikologi bersifat ilmiah.
Psikologi bukan ilmu ramal.
Psikologi bersifat ilmiah.

ii.

Dilema Konstruktif
(P → Q) & (R → S)
PVR

QVS
Contoh:
(Jika psikologi adalah ilmu pengetahuan maka psikologi
didasari prinsip sebabakibat.)

dan (Jika manusia dikaji oleh psikologi maka kehendak
bebasadalah objek kajian psikologi.)
Psikologi adalah ilmu pengetahuan atau manusia dikaji oleh
psikologi
Psikologi didasari prinsip sebab-akibat atau
kehendak bebas adalah kajian psikologi.
iii.

Dilema Destruktif
(P → Q) & (R → S)
~ Q V ~R

~PV~R
Contoh:
(Jika psikologi adalah ilmu pengetahuan maka psikologi
didasari prinsip sebabakibat)
dan (Jika manusia dikaji oleh psikologi maka kehendak
bebasadalah objek kajian psikologi).
Psikologi tidak didasari prinsip sebab-akibat atau manusia
tidak dikaji oleh
psikologi.
Psikologi bukan ilmu pengetahuan atau kehendak
bebas bukan objek psikologi.

G. Argumen Induktif
Argumen induktif dapat dipahami sebagai hipotesis yang mengandung risiko
dan ketidakpastian.
a) Induksi Enumeratif (Generalisasi Induktif)
i. Pola Argumen 1:
X1 mempunyai karakteristik P.
X2 mempunyai karakteristik P.
X3 mempunyai karakteristik P.
:
Xn mempunyai karakteristik P.
 Semua X mempunyai karakteristik P.
ii.

Pola Argumen 2:
X1 mempunyai karakteristik R.
X2 mempunyai karakteristik R.
X3 mempunyai karakteristik R.
:
X10 tidak mempunyai karakteristik R.
 Kebanyakan X mempunyai karakteristik R.

iii.

Pola Argumen 3:

X1 mempunyai karakteristik G.
X2 mempunyai karakteristik G.
X3 mempunyai karakteristik G.
:
X950 mempunyai karakteristik G.
X951 tidak mempunyai karakteristik G.
X952 tidak mempunyai karakteristik G.
X953 tidak mempunyai karakterisitk G.
:
X1000 tidak mempunyai karakteristik G.
 Sekitar 95% X mempunyai karakteristik G.
iv.

Pola Argumen 4:
N persen dari sampel S yang diambil dari F yang diobservasi
mempunyai karakteristik G.
Sampel S cukup besar dan representatif terhadap F.
 Kira-kira N persen dari F mempunyai karakteristik G.

b) Spesifikasi Induktif: Silogisme Statistikal
Bentuk umum:
N persen dari M adalah P.
Semua S adalah M.
 (Kira-kira) N persen dari S adalah P.
Contoh:
i.

90% dari orang Indian di Amerika Serikat tinggal di daerah
reservasi.
Suku Sioux adalah orang Indian. (implisit)
 Kira-kira 90% suku Sioux tinggal di daerah reservasi.

ii.

100% dari sampel pengacara yang diobservasi bersifat agresif.
Sampel yang diobservasi cukup besar dan representatif terhadap
semua pengacara. (implisit)
Kira-kira 100% pengacara bersifat agresif.
Orang yang akan kita temui adalah pengacara.
 Orang yang akan kita temui bersifat agresif.

c) Induksi Eliminatif atau Diagnostik
Contoh:
Jimmy demam.
Dia kelihatan lemah.
Ada bintik-bintik kecil berwarna merah di wajahnya.
Dia belum pernah kena cacar air.

Orang dengan gejala seperti itu, yang belum pernah
kena cacar air sebelumnya, barangkali kena cacar air. (implisit)
 Jimmy kena cacar air.
H. Sesat Pikir
Sesat pikir adalah perbincangan yangmungkin terasa betul, tetapi yang
setelah diuji terbukti tidak betul.
1) Sesat pikir formal
Sesat pikir formal muncul karena dalam proses penalarannya tidak
menggunakan deduksi yang baku. Terdapat 10 macam sesat pikir
formal, antara lain:
a) Empat Term (Four Terms)
Contoh:
Rumah mempunyai halaman.
Buku mempunyai halaman.
Buku adalah rumah.
Kesalahan terletak pada kata halaman yang mempunyai makna ganda
sehingga ada tambahanterm.Halaman rumah dan halaman buku
berbeda maknanya karena merujuk kepada 2 ideyang berbeda.Jadi,
terdapat empat term dalam silogisme di atas, yang seharusnya hanya
3.
b) Term tengah yang tidak terdistribusikan (undistributed middle terms)
Pengertian dari term tengah yang tidak terdistribusikan adalah
silogisme
kategoris
yang
termtengahnya
tidak
memadai
menghubungkan t