151473302 Diagram Fishbone dan id. docx
Diagram Fishbone: Pengertian, Konsep, Manfaat, Cara Membuat
dan Contoh Bentuk dan Aplikasi Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/
Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa
Oleh Hendra Poerwanto
Pengertian Dan Konsep Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect
(Sebab dan Akibat)/ Ishikawa
Ada banyak metode untuk mengetahui akar penyebab dari masalah yang muncul
diperusahaan. Metode – metode tersebut antara lain :
1. Brainstorming
2. Bertanya Mengapa beberapakali (WHY – WHY)
3. Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/
Ishikawa
Pada kesempatan ini yang dibicarakan adalah poin yang ke 3 Diagram Fishbone (Tulang
Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa
Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu metode / tool di
dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram SebabAkibat atau cause effect diagram. Penemunya adalah seorang ilmuwan jepang pada
tahun 60-an. Bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tikyo Jepang yang
juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo. Sehingga sering juga disebut dengan diagram
ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas.
Yang menggunakan data verbal (non-numerical) atau data kualitatif. Dr. Ishikawa juga
ditengarai sebagai orang pertama yang memperkenalkan 7 alat atau metode
pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone diagram, control chart, run chart,
histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flowchart.
Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan) karena memang berbentuk mirip dengan
tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan
menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai
penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang
ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan
diagram Cause and Effect (Sebab dan Akibat) karena diagram tersebut menunjukkan
hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal,
diagram sebab-akibat dipergunakan untuk untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab
(sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab
itu.
Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa telah
menciptakan ide cemerlang yang dapat membantu dan memampukan setiap orang atau
organisasi/perusahaan dalam menyelesaikan masalah dengan tuntas sampai ke akarnya.
Kebiasaan untuk mengumpulkan beberapa orang yang mempunyai pengalaman dan
keahlian memadai menyangkut problem yang dihadapi oleh perusahaan Semua anggota
tim memberikan pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan
mengapa masalah tersebut terjadi. Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga
kebebasan memberikan pendapat dan pandangan setiap individu. Jadi sebenarnya
dengan adanya diagram ini sangatlah bermanfaat bagi perusahaan, tidak hanya dapat
menyelesaikan masalah sampai akarnya namun bisa mengasah kemampuan
berpendapat bagi orang – orang yang masuk dalam tim identifikasi masalah perusahaan
yang dalam mencari sebab masalah menggunakan diagram tulang ikan.
Manfaat Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/
Ishikawa
Fungsi dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/
Ishikawa adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang
mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya .
Sering dijumpai orang mengatakan “penyebab yang mungkin” dan dalam kebanyakan
kasus harus menguji apakah penyebab untuk hipotesa adalah nyata, dan apakah
memperbesar atau menguranginya akan memberikan hasil yang diinginkan.
Dengan adanya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan
Akibat)/ Ishikawa ini sebenarnya memberi banyak sekali keuntungan bagi dunia bisnis.
Selain memecahkan masalah kualitas yang menjadi perhatian penting perusahaan.
Masalah – masalah klasik lainnya juga terselesaikan. Masalah – masalah klasik yang ada
di industri manufaktur khusunya antara lain adalah :
a) keterlambatan proses produksi
b) tingkat defect (cacat) produk yang tinggi
c) mesin produksi yang sering mengalami trouble
d) output lini produksi yang tidak stabil yang berakibat kacaunya plan produksi
e) produktivitas yang tidak mencapai target
f) complain pelanggan yang terus berulang
Pada dasarnya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan
Akibat)/ Ishikawa dapat dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut :
a) Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah
b) Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah
c) Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut
d) Mengidentifikasi tindakan (bagaimana) untuk menciptakan hasil yang diinginkan
e) Membahas issue secara lengkap dan rapi
f) Menghasilkan pemikiran baru
Jadi ditemukannya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/
Ishikawa ini memberikan kemudahan dan menjadi bagian penting bagi penyelesaian
masalah yang mucul bagi perusahaan.
Penerapan diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/
Ishikawa ini dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar “penyebab” terjadinya
masalah khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan
banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan.
Apabila “masalah” dan “penyebab” sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan
langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi
lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan “penyebab”
dan mencari “akar” permasalahan sebenarnya.
Apabila ingin menggunakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect
(Sebab dan Akibat)/ Ishikawa, kita terlebih dahulu harus melihat, di departemen, divisi
dan jenis usaha apa diagram ini digunakan. Perbedaan departemen, divisi dan jenis
usaha juga akan mempengaruhi sebab – sebab yang berpengaruh signifikan terhadap
masalah yang mempengaruhi kualitas yang nantinya akan digunakan.
Cara Membuat Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan
Akibat)/ Ishikawa
Dalam hal melakukan Analisis Fishbone, ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan, yakni
1. Menyiapkan sesi analisa tulang ikan .
2. Mengidentifikasi akibat atau masalah.
3. Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama.
4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.
5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
Cara yang lain dalam menyusun Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect
(Sebab dan Akibat)/ Ishikawa dalam rangka mengidentifikasi penyebab suatu keadaan
yang tidak diharap adalah sebagai berikut:
Mulai dengan pernyataan masalah-masalah utama penting dan mendesak untuk
diselesaikan.
Tuliskan pernyataan masalah itu pada kepala ikan, yang merupakan akibat
(effect). Tulislah pada sisi sebelah kanan dari kertas (kepala ikan), kemudian
gambarkan tulang belakang dari kiri ke kanan dan tempatkan pernyataan
masalah itu dalam kotak.
Tuliskan faktor-faktor penyebab utama (sebab-sebab) yang mempengaruhi
masalah kualitas sebagai tulang besar, juga ditempatkan dalam kotak. Faktorfaktor penyebab atau kategori-kategori utama dapat dikembangkan melalui
Stratifikasi ke dalam pengelompokan dari faktor-faktor: manusia, mesin,
peralatan, material, metode kerja, lingkungan kerja, pengukuran, dll. Atau
stratifikasi melalui langkah-langkah aktual dalam proses. Faktor –faktor penyebab
atau kategori-kategori dapat dikembangkan melalui brainstorming. Berikut
diberikan contoh yang bias dijadikan panduan untuk merumuskan faktor-faktor
utama dalam mengawali pembuatan Diagram Cause and Effect.
a) The 4 M’s (digunakan untuk perusahaan manufaktur)
1)
2)
3)
4)
Machine (Equipment),
Method (Process/Inspection)
Material (Raw,Consumables etc.)
Man power.
b) The 8 P’s (digunakan pada industri jasa)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
People
Process
Policies
Procedures
Price
Promotion
Place/Plant
Product
c) The 4 S’s (digunakan pada industri jasa) :
1)
2)
3)
4)
Surroundings
Suppliers
Systems
Skills
d) 4 P (pendekatan manajemen pemasaran)
1)
2)
3)
4)
Price
Product
Place
Promotion
Tuliskan penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab-penyebab
utama (tulang-tulang besar), serta penyebab-penyebab sekunder itu dinyatakan
sebagai tulang-tulang berukuran sedang.
Tuliskan penyebab-penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab-penyebab
sekunder (tulang-tulang berukuran sedang), serta penyebab-penyebab tersier itu
dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran kecil.
Tentukan item-item yang penting dari setiap faktor dan tandailah faktor-faktor
penting tertentu yang kelihatannya memiliki pengaruh nyata terhadap
karakteristik kualitas. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dari suatu
masalah yang sedang dikaji kita dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan
berikut :
1. Apakah penyebab itu? Mengapa kondisi atau penyebab itu terjadi?
2. Bertanya “Mengapa” beberapa kali (konsep five whys) sampai ditemukan
penyebab yang cukup spesifik untuk diambil tindakan peningkatan.
Penyebab-penyebab spesifik itu yang dimasukkan atau dicatat ke dalam
diagram sebab-akibat.
Kelebihan/ Kekurangan FishBone Diagram (Tulang Ikan)/ Cause and Effect
(Sebab dan Akibat)/ Ishikawa
Kelebihan Fishbone diagram adalah dapat menjabarkan setiap masalah yang terjadi
dan setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan saran yang mungkin
menjadi penyebab masalah tersebut. Sedang Kekurangan Fishbone diagram adalah
opinion based on tool dan di design membatasi kemampuan tim / pengguna secara
visual dalam menjabarkan masalah yang mengunakan metode “level why” yang dalam,
kecuali bila kertas yang digunakan benar – benar besar untuk menyesuaikan dengan
kebutuhan tersebut. Serta biasanya voting digunakan untuk memilih penyebab yang
paling mungkin yang terdaftar pada diagram tersebut.
Contoh Bentuk Dasar Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab
dan Akibat)/ Ishikawa
Ada banyak bentuk dasar Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab
dan Akibat)/ Ishikawa yang dapat diadikan acuan. Berikut ini diberikan format dasar dari
Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa yang
sekiranya dapat memberikan inspirasi dalam penerapan dan pengembangan lebih jauh
yang disesuaikan situasi dan kondisi yang ada. Ada yang penggambaran Cause ditulis di
tulang ikan sebelah kiri dan Effect di kepala ikan, namun ada pula yang sebaliknya.
Contoh 01 bentuk dasar Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan
Akibat)/ Ishikawa
Contoh 2 bentuk dasar Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan
Akibat)/ Ishikawa
Contoh Penerapan Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab
dan Akibat)/ Ishikawa
Perusahaan ABC bergerak di bidang manufaktur. Perusahaan ini memproduksi sepatu
olahraga, karena begitu pesatnya pertumbuhan pasar sehingga memaksa perusahaan ini
menjaga kualitas agar tetap bisa bersaing dengan para pesaingnya. Namun pada kuartal
akhir tahun 2010 perusahaan ini mengalami penuruanan penjualan karena produk dinilai
cacat oleh distributor. Untuk mengatasi permasalahan ini, manajer produksi diminta
menganalisa dan mencari akar permasalahan sehingga banyak produk yang cacat,
sehingga diharapkan penjualan produk awal tahun 2011 bisa meningkat. Namun sebelum
manajer produksi melakukan analisa, sudah ada evaluasi yang menjelaskan bahwa
banyaknya produk cacat dikarenakan rendahnya kualitas bahan baku sepatu yang
didapat. Manajer produksi, akhirnya menetapkan ingin menggunakan Diagram Cause and
Effect sebagai bahan pencari akar penyebab dari masalah tersebut.
Langkah awal yang dilakukan adalah Manajer produksi menentukan Masalah yang
terjadi. Masalah yang muncul misalnya “ banyaknya produk cacat”.
Langkah ke dua adalah menuliskan masalah tersebut pada kepala ikan yang
merupakan akibat atau effect.
Langkah ketiga, Manajer produksi menuliskan faktor – faktor yang mungkin menjadi
penyebab utama masalah pada banyaknya produk cacat di akhir kuartal tahun 2010.
Dimisalnkan yang menjadi faktor penyebab utama masalah ini adalah :
a) Machine (Mesin)
b) Method (Metode atau proses produksi)
c) Material (Bahan baku)
d) Man power (Tenaga kerja)
Langkah Keempat. Pada tahap ini manajer produksi mencari penyebab – penyebab
sekunder yang mungkin mempengaruhi penyebab utama. misalnya
a) Kemungkinan Penyebab masalah sekunder pada tulang Machine
i. Kerusakan Mesin
ii. Kesalahan Seting mesin produksi
b) Kemungkinan Penyebab Masalah sekunder pada Tulang Method
i. Layout produksi
c) Kemungkinan Penyebab Masalah sekunder pada Tulang Material
i. Kualitas bahan baku rendah
ii. Suplay barang baku
d) Kemungkinan Penyebab Masalah sekunder pada Tulang Man Power
i. Kemampuan Tenaga kerja
ii. Kemampuan mandor
Pada langkah kelima, manajer produksi mencari penyebab – penyebab tersier yang
mungkin bisa mempengaruhi penyebab – penyebab sekunder. Jadi terjadi analisis lagi
pada tahap ini. Apabila memang tidak ditemukan penyebab tersier, penyebab sekunder
dinyatakan cukup menjadi akar permasalahan pada tiap pokok tulang permasalahan
a) Kemungkinan Penyebab masalah tersier pada tulang Machine dimisalkan
i. Kerusakan Mesin
ii. Mesin tua
iii. Mesin tidak diservis dengan rutin
iv. Kesalahan Seting mesin produksi
v. Rendah pengetahuan tentang SOP
b) Kemungkinan Penyebab masalah tersier pada tulang Method dimisalkan
i. Layout produksi
c) Kemungkinan Penyebab masalah tersier pada tulang Material dimisalkan
i. Kualitas bahan baku rendah
ii. Supply barang baku
d) Kemungkinan Penyebab masalah tersier pada tulang Man Power dimisalkan
i. Kemampuan Tenaga kerja
ii. Kemampuan mandor
Pada langkah keenam, manajer produksi menetukan item-item yang penting dari
seiap faktor pada hasil diagram langkah kelima dan menandai (dalam hal ini diberi warna
hijau) bahwa faktor-faktor tersebut yang paling mungkin mempunyai pengaruh nyata
terhadap banyaknya produk sepatu yang cacat
Dari diagram tulang ikan di atas dapat dilihat bahwa ternyata, banyaknya produk
cacat tidak hanya disebabkan oleh material atau bahan baku yang tidak berkualitas,
namun juga dipengaruhi oleh tenaga kerja, metode atau system operasi dan mesin yang
digunakan.
Tahap terakhir adalah Kesimpulan. Dari hasil analisis, Manajer produksi
menyimpulkan ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk kembali menjaga kualitas
produk untuk awal kuartal tahun 2011 yaitu :
*****
Kapan Fishbone di perlukan ?
1.
Ketika untuk mempelajari masalah / issue untuk menentukan akar
penyebab?
2.
Ketika ingin mempelajari semua kemungkinan dan alasan mengapa
proses mulai mengalami kesulitan, masalah, atau kerusakan?
3.
Ketika perlu untuk mengidentifikasi daerah-daerah untuk
pengumpulan data?
4.
Ketika ingin mempelajari mengapa proses tidak bekerja baik atau
memproduksi hasil yang diinginkan?
Kelebihan Fishbone diagram:
Dapat menjabarkan setiap masalah yang terjadi dan setiap orang yang
terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan saran yang mungkin menjadi
penyebab masalah tersebut.
Kekurangan Fishbone diagram:
Ini adalah opinion based on tool dan di design membatasi kemampuan
tim / pengguna secara visual dalam menjabarkan masalah yang
mengunakan metode “level why” yang dalam, kecuali bila kertas yang
digunakan benar – benar besar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan
tersebut. Serta biasanya voting digunakan untuk memilih penyebab yang
paling mungkin yang terdaftar pada diagram tersebut.
Langkah-langkah dalam Penyusunan Diagram Fishbone
Langkah-langkah dalam penyusunan Diagram Fishbone dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Membuat kerangka Diagram Fishbone. Kerangka Diagram Fishbone meliputi
kepala ikan yang diletakkan pada bagian kanan diagram. Kepala ikan ini nantinya
akan digunakan untuk menyatakan masalah utama. Bagian kedua merupakan sirip,
yang akan digunakan untuk menuliskan kelompok penyebab permasalahan. Bagian
ketiga merupakan duri yang akan digunakan untuk menyatakan penyebab masalah.
Bentuk kerangka Diagram Fishbone tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
2. Merumuskan masalah utama. Masalah merupakan perbedaan antara kondisi yang
ada dengan kondisi yang diinginkan (W. Pounds, 1969 dalam Robbins dan Coulter,
2012). Masalah juga dapat didefinisikan sebagai adanya kesenjangan atau gap
antara kinerja sekarang dengan kinerja yang ditargetkan. Masalah utama ini akan
ditempatkan pada bagian kanan dari Diagram Fishboneatau ditempatkan pada
kepala ikan. Berikut contoh rumusan masalah utama.
a.
Masalah
pada
lembaga
Rendahnya
kualitas
lulusan
Rendahnya
kualitas
pelayanan
kepada
peserta
diklat,
dan
b.
Masalah
pada
Panjangnya
antrian
di
kasir
atau
customer
Tingginya
tingkat
kredit
macet,
dan
c.
Kantor
Tidak
tercapainya
target
penerimaan
Rendahnya kualitas layanan, dan lain-lain
diklat
diklat.
lain-lain.
Bank
service.
lain-lain.
Pajak
pajak.
3. Langkah berikutnya adalah mencari faktor-faktor utama yang berpengaruh atau
berakibat
pada
permasalahan.
Langkah
ini
dapat
dilakukan
dengan
teknik brainstorming. Menurut Scarvada (2004), penyebab permasalahan dapat
dikelompokkan dalam enam kelompok yaitu materials (bahan baku), machines and
equipment (mesin
dan
peralatan),manpower (sumber
daya
manusia), methods (metode), Mother
Nature/environment(lingkungan),
dan measurement (pengukuran). Gaspersz dan Fontana (2011) mengelompokkan
penyebab masalah menjadi tujuh yaitu manpower (SDM), machines(mesin dan
peralatan), methods (metode), materials (bahan baku), media, motivation(motivasi),
dan money (keuangan). Kelompok penyebab masalah ini kita tempatkan di
Diagram Fishbone pada sirip ikan.
4. Menemukan penyebab untuk masing-masing kelompok penyebab masalah.
Penyebab ini ditempatkan pada duri ikan. Berikut disajikan contoh penyebab
masalah rendahnya kualitas lulusan diklat.
a.
Kelompok
SDM.
Misalnya masalah SDM terkait dengan tenaga pengajar. Penyebab dari unsur tenaga pengajar
ini adalah rendahnya kompetensi tenaga pengajar. Terdapat beberapa pengajar yang tidak
sesuai
dengan
bidangnya.
b.
Kelompok
Material.
Terkait dengan diklat, penyebab bahan baku yang kurang baik adalah pertama kualitas
kurikulum yang kurang baik. Kedua, bahan ajar banyak yang kurang update dengan
perkembangan organisasi. Ketiga, tidak ada rencana pembelajaran dalam bentuk program
pengajaran
dan
Satuan
Acara
Pembelajaran.
c.
Kelompok
mesin
dan
peralatan.
Penyebab masalah dari sisi mesin dan peralatan ada tiga yaitu kurang nyamannya ruangan
kelas, tidak adanya ruangan untuk praktik, dan banyak komputer dan proyektor yang rusak.
d.
Kelompok
method.
Penyebab masalah dari sisi metode adalah kurangnya inovasi dalam model pembelajaran.
Penyebab masalah ini dapat dirinci lebih lanjut dengan mencari penyebab dari penyebab
masalah tersebut. Pendalaman lebih lanjut dari penyebab masalah ini dapat dilakukan sampai
dengan lima level. Dapat digunakan metode Five Whys untuk pendalaman penyebab masalah
ini.
5. Langkah selanjutnya setelah masalah dan penyebab masalah diketahui, kita
dapat
menggambarkannya
dalam
Diagram Fishbone. Contoh
Diagram Fishbone berikut terkait dengan permasalahan rendahnya kualitas lulusan
diklat seperti yang telah dijelaskan di atas.
Daftar Rujukan
Gaspersz, V. dan A. Fontana. 2011. Integrated Management Problem Solving Panduan
bagi Praktisi Bisnis dan Industri. Penerbit Vinchristo Publication.
Kaplan, R.S. dan D.P. Norton. 1996. The Balanced Scorecard: Translating Strategy into
Action. Harvard Business Press.
Robbins, S.P. dan Mary Coulter. 2012. Management. Pearson Education, Prentice Hall
Scarvada, A.J., Tatiana Bouzdine-Chameeva, Susan Meyer Goldstein, Julie M. Hays, Arthur V.
Hill. 2004. A Review of the Causal Mapping Practice and Research Literature. Second
World Conference on POM and 15 th Annual POM Conference, Cancun, Mexico, April 30 – May
3, 2004.
Diagram atau Diagram Pohon
By Eris Kusnadi
Adakalanya suatu sasaran improvement membutuhkan rincian lengkap
tentang bagaimana jalur dan tugas-tugas yang perlu dilakukan untuk mencapai
sasaran tersebut. Dalam tujuh alat perencanan manajemen (7 management and
planning tools) atau 7 New Quality Tools terdapat diagram yang dapat
mengungkap secara sederhana tentang besarnya suatu masalah serta mengurai apa
saja langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk pemecahan masalah tersebut.
Diagram itu dikenal dengan nama tree diagram atau atau diagram pohon.
Tree diagram adalah teknik yang digunakan untuk memecahkan konsep apa
saja, seperti kebijakan, target, tujuan, sasaran, gagasan, persoalan, tugas-tugas,
atau aktivitas-aktivitas secara lebih rinci ke dalam sub-subkomponen, atau tingkat
yang lebih rendah dan rinci. Tree Diagram dimulai dengan satu item yang
bercabang menjadi dua atau lebih, masing-masing cabang kemudian bercabang lagi
menjadi dua atau lebih, dan seterusnya sehingga nampak seperti sebuah pohon
dengan banyak batang dan cabang.
Tree Diagram telah digunakan secara luas dalam perencanaan, desain, dan
pemecahan masalah tugas-tugas yang kompleks. Alat ini biasa digunakan ketika
suatu perencanaan dibuat, yakni untuk memecahkan sebuah tugas ke dalam itemitem yang dapat dikelola (manageable) dan ditugaskan (assignable). Penyelidikan
suatu masalah juga menggunakan tree diagram untuk menemukan komponen rinci
dari setiap topik masalah yang kompleks. Penggunaan alat ini disarankan jika
risiko-risiko dapat diantisipasi tetapi tidak mudah diidentifikasi. Tree diagram lebih
baik ketimbang interrelationship diagram untuk memecah masalah, yang mana
masalah tersebut bersifat hirarkis. Oleh karena itu, gunakan alat ini hanya untuk
masalah-masalah yang dapat dipecahkan secara hirarkis.
Berikut adalah prosedur membuat tree diagram:
1. Buat draft pernyataan sasaran (goal statement)
Buat suatu pernyataan sasaran, proyek, rencana, masalah, atau persoalan lain yang
sedang diselidiki. Tulis persoalan tersebut pada bagian paling atas (untuk tree
diagram vertikal) atau pada bagian paling kiri (untuk tree diagramhorizontal).
2. Buat team yang tepat
Team harus terdiri dari dari orang-orang yang mampu berpikir analitis (bukan
kreatif), dan harus memiliki pengetahuan rinci terkait topik sasaran yang sedang
dibahas termasuk keahliannya dalam memecah masalah ke tingkat yang lebih rinci.
Idealnya ukuran team berkisar antara 4-6 orang.
3. Buat sub-sub sasaran
Lakukan curah pendapat (brainstorming) untuk membuat batang pertama tree
diagram. Hal ini berarti membuat rencana aksi (action plan) apa pada tingkat/level
pertama agar pernyataan sasaran dapat tercapai. Terus ulangi hal ini pada levellevel berikutnya yang lebih rinci sampai mendapatkan elemen fundamental seperti:
tindakan spesifik yang dapat ditugaskan, komponen yang tidak dapat dibagi lagi,
akar penyebab, atau sampai team mencapai batas keahlian mereka.
Jika kita telah membuat affinity diagram atau interrelationship
diagram sebelumnya, kita dapat mengambil gagasan-gagasan dari sana. Tulis
gagasan atau rencana aksi tersebut di bawah pernyataan pertama (untuk pohon
vertikal) atau di sebelah kanan pernyataan pertama (untuk pohon horizontal).
Tunjukkan hubungan antara level tersebut dengan garis panah.
4. Lakukan peninjauan
Lakukan pemeriksaan secukupnya sesuai dengan yang dibutuhkan pada setiap
level, gunakan pertanyaan-pertanyan seperti berikut:
Apakah ada hal-hal yang terlupakan?
Apakah item pada setiap level telah cukup menjelaskan level diatasnya?
Apakah item pada setiap level memang benar-benar perlu dilakukan untuk
level diatasnya?
Apakah tugas-tugas yang dihasilkan mengarah pada pencapaian sasaran?
Perhatikan Gambar 1 di bawah ini adalah contoh tree diagram dengan
sasaran (goal) meningkatkan rasio ekonomi dan arus kas perusahaan.
Gambar 1. Contoh Tree Diagram untuk Meningkatkan Rasio Ekonomi dan Arus Kas Perusah
MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH
Kita sering menghadapi berbagai macam masalah, namun kita sering kurang tau masalah yang
seharusnya menjadi prioritas utama dan harus segera diselesaikan. Sebelum kita mencari
pemecahan dari suatu masalah, kita harus mencari penyebab utama serta penyebab lain dari
masalah sehingga dapat menyusun rencana kegiatan yang lebih spesifik dan mampu menyelesaikan
masalah.
Menetapkan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di masyarakat saat ini merupakan
tugas yang penting dan semakin sulit. Manager kesehatan masyarakat sering dihadapkan pada
masalah yang semakin menekan dengan sumber daya yang semakin terbatas. Metode untuk
menetapkan prioritas secara adil, masuk akal, dan mudah dihitung merupakan perangkat
manajemen yang penting.
Berikut merupakan berbagai metode yang dapat digunakan:
1. METODE HANLON
Metode yang dijelaskan di sini memberikan cara untuk membandingkan berbagai masalah
kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka, sebisa mungkin
sama/sederajat, dan objektif.
Metode ini, yang disebut dengan Metode Hanlon maupun Sistem Dasar Penilaian Prioritas
(BPRS), dijelaskan dalam buku Public Health: Administration and Practice (Hanlon and Pickett, Times
Mirror/Mosby College Publishing) dan Basic Health Planning (Spiegel and Hyman, Aspen Publishers).
Metode ini memiliki tiga tujuan utama:
* Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksplisit yang harus
diperhatikan dalam menentukan prioritas
* Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot relatif satu sama lain
* Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dinilai secara
individual.
Formula Dasar Penilaian Prioritas
Berdasarkan tinjauan atas percobaan berulang yang dilakukan dalam mengidentifikasi
masalah-masalah kesehatan, pola kriteria yang konsisten menjadi kelihatan jelas. Pola tersebut
tercermin pada komponen-komponen dalam sistem ini.
Komponen A = Ukuran/Besarnya masalah
Komponen B = Tingkat keseriusan masalah
Komponen C = Perkiraan efektivitas solusi
Komponen D = PEARL faktor ((propriety, economic feasibility, acceptability, resource availability,
legality--Kepatutan, kelayakan ekonomi, dapat diterima, ketersediaan sumber daya, dan legalitas)
Semua komponen tersebut diterjemahkan ke dalam dua rumus yang merupakan nilai numerik
yang memberikan prioritas utama kepada mereka penyakit / kondisi dengan skor tertinggi.
Nilai Dasar Prioritas/Basic Priority Rating (BPR)> BPR = (A + B) C / 3
Nilai Prioritas Keseluruhan/Basic Priority Rating (OPR)> OPR = [(A + B) C / 3] x D
Perbedaan dalam dua rumus akan menjadi semakin nyata ketika Komponen D (PEARL) dijelaskan.
Penting untuk mengenal dan menerima hal-hal tersebut, karena dengan berbagai proses
seperti itu, akan terdapat sejumlah besar subyektivitas. Pilihan, definisi, dan bobot relatif yang
ditetapkan pada komponen merupakan keputusan kelompok dan bersifat fleksibel. Lebih jauh lagi,
nilai tersebut merupakan penetapan dari masing-masing individu pemberi nilai. Namun demikian,
beberapa kontrol ilmiah dapat dicapai dengan menggunakan definisi istilah secara tepat, dan sesuai
dengan data statistik dan akurat.
Komponen
Komponen A - Ukuran/Besarnya Masalah
Komponen ini adalah salah satu yang faktornya memiliki angka yang kecil. Pilihan biasanya terbatas
pada persentase dari populasi yang secara langsung terkena dampak dari masalah tersebut, yakni
insiden, prevalensi, atau tingkat kematian dan angka.
Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih dari satu cara. Baik keseluruhan
populasi penduduk maupun populasi yang berpotensi/berisiko dapat menjadi pertimbangan. Selain
itu, penyakit –penyakit dengan faktor risiko pada umumnya, yang mengarah pada solusi
bersama/yang sama dapat dipertimbangkan secara bersama-sama. Misalnya, jika kanker yang
berhubungan dengan tembakau dijadikan pertimbangan, maka kanker paru-paru, kerongkongan, dan
kanker mulut dapat dianggap sebagai satu. Jika akan dibuat lebih banyak penyakit yang juga
dipertimbangkan, penyakit cardiovascular mungkin juga dapat dipertimbangkan. Nilai maksimal dari
komponen ini adalah 10. Keputusan untuk menentukan berapa ukuran/besarnya masalah biasanya
merupakan konsensus kelompok.
Komponen B – Tingkat Keseriusan Masalah
Kelompok harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin dan menentukan tingkat keseriusan
dari masalah. Sekalipun demikian, angka dari faktor yang harus dijaga agar tetap pada nilai yang
pantas. Kelompok harus berhati-hati untuk tidak membawa masalah ukuran atau dapat dicegahnya
suatu masalah ke dalam diskusi, karena kedua hal tersebut sesuai untuk dipersamakan di tempat
yang lain.
Maksimum skor pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor harus dipertimbangkan bobotnya dan
ditetapkan secara hati-hati. Dengan menggunakan nomor ini (20), keseriusan dianggap dua kali lebih
pentingnya dengan ukuran/besarnya masalah.
Faktor yang dapat digunakan adalah:
* Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat kematian, atau faktor risiko;
kepentingan relatif terhadap masayarakat; akses terkini kepada pelayanan yang diperlukan.
* Tingkat keparahan: tingkat daya tahan hidup, rata-rata usia kematian, kecacatan/disabilitas, angka
kematian prematur relatif.
* Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota / daerah / Negara), dan untuk masing-masing individu.
Masing-masing faktor harus mendapatkan bobot. Sebagai contoh, bila menggunakan empat faktor,
bobot yang mungkin adalah 0-5 atau kombinasi manapun yang nilai maksimumnya sama dengan 20.
Menentukan apa yang akan dipertimbangkan sebagai minimum dan maksimum dalam setiap faktor
biasanya akan menjadi sangat membantu. Hal ini akan membantu untuk menentukan batas-batas
untuk menjaga beberapa perspektif dalam menetapkan sebuah nilai numerik. Salah satu cara untuk
mempertimbangkan hal ini adalah dengan menggunakannya sebagai skala seperti:
0 = tidak ada
1 = beberapa
2 = lebih (lebih parah, lebih gawat, lebih banyak, dll)
3 = paling
Misalnya, jika kematian prematur sedang digunakan untuk menentukan keparahan, kemudian
kematian bayi mungkin akan menjadi 5 dan gonorea akan menjadi 0.
Komponen C - Efektivitas dari Intervensi
Komponen ini harus dianggap sebagai "Seberapa baikkan masalah ini dapat diselesaikan?" Faktor
tersebut mendapatkan skor dengan angka dari 0 - 10. Komponen ini mungkin merupakan komponen
formula yang paling subyektif. Terdapat sejumlah besar data yang tersedia dari penelitian-penelitian
yang mendokumentasikan sejauh mana tingkat keberhasilan sebuah intervensi selama ini.
Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan yang diketahui dari literatur,
dikalikan dengan persen dari target populasi yang diharapkan dapat tercapai.
Contoh: Berhenti Merokok
Target populasi 45.000 perokok
Total yang mencoba untuk berhenti 13.500
Efektivitas penghentian merokok 32% atau 0,32
Target populasi x efektivitas 0,30 x 0,32 = 0,096 atau 0,1 atau 1
Contoh: Imunisasi
Target populasi 200.000
Jumlah yang terimunisasi yang diharapkan 193.000
Persen dari total 97% atau 0,97
Efektivitas 94% atau 0,94
Populasi yang tercapai x efektivitas 0,97 x 0,94 = 0,91 atau 9,1
Sebuah keuntungan dengan mempertimbangkan populasi target dan jumlah yang diharapkan adalah
akan didapatkannya perhitungan yang realistis mengenai sumber daya yang dibutuhkan dan
kemampuan yang diharapkan untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan.
Komponen D – PEARL
PEARL yang merupakan kelompok faktor itu, walaupun tidak secara langsung berkaitan dengan
masalah kesehatan, memiliki pengaruh yang tinggi dalam menentukan apakah suatu masalah dapat
diatasi.
P – Propierity/Kewajaran. Apakah masalah tersebut berada pada lingkup keseluruhan misi kita?
E – Economic Feasibility/Kelayakan Ekonomis. Apakah dengan menangani masalah tersebut akan bermakna
dan memberi arti secara ekonomis? Apakah ada konsekuensi ekonomi jika masalah tersebut tidak
diatasi?
A – Acceptability. Apakah dapat diterima oleh masyarakat dan / atau target populasi?
R – Resources/Sumber Daya. Apakah tersedia sumber daya untuk mengatasi masalah?
L – Legalitas. Apakah hukum yang ada sekarang memungkinkan masalah untuk diatasi?
Masing-masing faktor kualifikasi dipertimbangkan, dan angka untuk setiap faktor PEARL adalah 1 jika
jawabannya adalah "ya" dan 0 jika jawabannya adalah "tidak." Bila penilaian skor telah
lengkap/selesai, semua angka-angka dikalikan untuk mendapatkan jawaban akhir terbaik. Karena
bersama-sama, faktor-faktor ini merupakan suatu produk dan bukan merupakan jumlah. Singkatnya,
jika salah satu dari lima faktor yang "tidak", maka D akan sama dengan 0. Karena D adalah pengali
akhir dalam rumus , maka jika D = 0, masalah kesehatan tidak akan diatasi dibenahi dalam OPR,
terlepas dari seberapa tingginya peringkat masalah di BPR. Sekalipun demikian, bagian dari upaya
perencanaan total mungkin termasuk melakukan langkah-langkah lanjut yang diperlukan untuk
mengatasi PEARL secara positif di masa mendatang. Misalnya, jika intervensi tersebut hanya tidak
dapat diterima penduduk, dapat diambil langkah-langkah bertahap untuk mendidik masyarakat
mengenai manfaat potensial dari intervensi, sehingga dapat dipertimbangkan di masa mendatang.
2. FISHBONE DIAGRAM
Dr. Kaoru Ishikawa seorang ilmuwan Jepang, merupakan tokoh kualitas yang telah
memperkenalkan user friendly control, Fishbone cause and effect diagram, emphasised the ‘internal
customer’ kepada dunia. Ishikawa juga yang pertama memperkenalkan 7 (seven) quality tools:
control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, and flowchart yang sering juga
disebut dengan “7 alat pengendali mutu/kualitas” (quality control seven tools).
Diagram Fishbone dari Ishikawa menjadi satu tool yang sangat populer dan dipakai di seluruh
penjuru dunia dalam mengidentifikasi faktor penyebab problem/masalah. Alasannya sederhana.
Fishbone diagram tergolong praktis, dan memandu setiap tim untuk terus berpikir menemukan
penyebab utama suatu permasalahan. Diagram “tulang ikan” ini dikenal dengan cause and effect
diagram. Kenapa Diagram Ishikawa juga disebut dengan “tulang ikan”?…..ya memang kalau
diperhatikan rangka analisis diagram Fishbone bentuknya ada kemiripan dengan ikan, dimana ada
bagian kepala (sebagai effect) dan bagian tubuh ikan berupa rangka serta duri-durinya digambarkan
sebagai penyebab (cause) suatu permasalahan yang timbul.
Dari gambar di atas terlihat bahwa faktor penyebab problem antara lain (kemungkinan) terdiri
dari : material/bahan baku, mesin, manusia dan metode/cara. Semua yang berhubungan dengan
material, mesin, manusia, dan metode yang “saat ini” dituliskan dan dianalisa faktor mana yang
terindikasi “menyimpang” dan berpotensi terjadi problem. Ingat,..ketika sudah ditemukan satu atau
beberapa “penyebab” jangan puas sampai di situ, karena ada kemungkinan masih ada akar penyebab
di dalamnya yang “tersembunyi”. Bahasa gaulnya, jangan hanya melihat yang gampang dan nampak
di luar.
Ishikawa mengajarkan kita untuk melihat “ke dalam” dengan bertanya “mengapa?……
mengapa?…dan mengapa?”. Hanya dengan bertanya “mengapa” beberapa kali kita mampu
menemukan akar permasalahan yang sesungguhnya. Penyebab sesungguhnya, bukan gejala.
Dengan menerapkan diagram Fishbone ini dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar
“penyebab” terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan
banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila
“masalah” dan “penyebab” sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan
lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita
untuk dapat melihat semua kemungkinan “penyebab” dan mencari “akar” permasalahan
sebenarnya.
Kaoru Ishikawa, ilmuwan yang banyak menyumbangkan pemikiran di bidang manajemen
kualitas ini lahir pada tahun 1915 di Tokyo, Jepang. Alumni teknik kimia Universitas Tokyo ini ingin
merubah konsep pemikiran manusia tentang bekerja. Ishikawa mengurai secara rinci prinsip plan-docheck-act W.Edward Deming, sang kreator P-D-C-A menjadi;
1. Plan-P
>> Tentukan gol dan target
>> Tentukan cara/metode mencapai gol
2. Do-D
>> Terlibat dalam pendidikan dan pelatihan
>> Implementasi pekerjaan
3. Check-C
>> Cek akibat dari implementasi
4. Act-A
>> Mengambil tindakan yang sesuai
Bagaimana Menggunakan Diagram Fishbone?
Ya….inilah bagian yang paling penting. Ishikawa san telah menciptakan ide cemerlang yang
dapat membantu dan memampukan setiap orang atau organisasi/perusahaan menyelesaikan
masalah dengan tuntas sampai ke akarnya. Kumpulkanlah beberapa orang yang mempunyai
pengalaman dan keahlian memadai menyangkut problem yang terjadi. Semua anggota tim
memberikan pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa
masalah tersebut terjadi. Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan
pendapat dan pandangan setiap individu.
Penggunaan
Melakukan identifikasi penyebab masalah;
Mengkatagorikan berbagai sebab potensial suatu masalah dengan cara yang sistematik;
Mencari akar penyebab masalah;
Menjelaskan hubungan sebab akibat suatu masalah.
Pedoman Pelaksanaan
Identifikasi semua penyebab yang relevan berdasarkan fakta dan data;
Karakteristik yang diamati benar-benar nyata berdasarkan fakta, dapat diukur atau diupayakan dapat
diukur;
Dalam diagram tulang ikan, faktor-faktor yang terkendali sedapat mungkin seimbang peranan atau
bobotnya;
Faktor penyebab yang ditemukan adalah yang mungkin dapatdiperbaiki, bukan yang tidak mungkin
diperbaiki ataudiselesaikan;
Dalam menyelesaikan fakta dimulai pada tulang yang kecil,selanjutnya akanmemperbaiki faktor
tulang besar yang akanmenyelesaikan masalah;
Perlu dicatat masukan yang diperoleh selama pertemuan dalam pembuatan diagram tulang ikan.
Fishbone Diagram sering juga disebut sebagai diagram Sebab Akibat. Dimana dalam menerapkan
diagram ini mengandung langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyiapkan sesi sebab-akibat
2. Mengidentifikasi akibat
3. Mengidentifikasi berbagai kategori.
4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.
5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
Ini tentu bisa dimakhlumi, manusia mempunyai keterbatasan dan untuk mencapai hasil
maksimal diperlukan kerjasama kelompok yang tangguh. Masalah-masalah klasik di industri
manufaktur seperti:
>> keterlambatan proses produksi
>> tingkat defect (cacat) produk yang tinggi
>> mesin produksi yang sering mengalami trouble
>> output lini produksi yang tidak stabil yang berakibat kacaunya plan produksi
>> produktivitas yang tidak mencapai target
>> complain pelanggan yang terus berulang dan segudang masalah besar dan rumit lainnya, perlu
ditangani dengan benar.
Solusi instan yang hanya mampu memandang sampai tingkat gejala, tidak akan efektif.
Masalah mungkin akan teratasi sesaat, namun cepat atau lambat akan datang kembali.
Kaoru Ishikawa yang juga penggagas konsep implementation of
quality circles ini sangat percaya pentingnya dukungan dan
kepemimpinan dari manajemen puncak (top management) dalam suatu
organisasi/perusahaan didukung oleh kerjasama tim (teamwork) yang
solid sangat berperan dalam pembuatan produk unggul dan
berkualitas.Selesaikanlah suatu masalah sampai ke akar-nya dengan tuntas agar masalah yang
sama tidak terulang lagi di masa yang akan datang.
Kelebihan diagram tulang ikan
Lebih terstruktur;
Mengkatagorikan berbagai sebab potensial dari suatu masalah dengan
cara yang sistematik;
Mengajarkan pada tim dan individu mengenai proses serta prosedur yang
berlaku atau yang baru.
Kekurangan diagram tulang ikan
tulang ikan belum menggambarkan sebab yang sebenarnya (paling mungkin) harus
didukung data.
3. POHON MASALAH
I. ANALISA MASALAH DENGAN TEHNIK POHON MASALAH
Secara visual menggambarkan hubungan ‘sebab-akibat’ dari masalah yang ada sekarang.
Gunakan kartu metaplan.
Cara menggunakan kartu metaplan:
a) Identifikasi hanya masalah yang ada, jangan yang bersifat teoritis
b) Hanya satu masalah per kartu
c) Masalah harus ditulis dengan gaya negative
d) Masalah bukan tidak adanya jawaban melainkan keadaan yang negative. Oleh karenaitu hindarkan
penggunaan kalimat seperti “kurangnya ini” atau “tidak ada”
Kekurangan pohon masalah
membutuhkan waktu yang banyak dan jika masalah semakin kompleks akan lebih
sulit dalam menentukan penyebab utama masalah
Proses pelaksanaan pohon masalah
Membuat kerangka pohon masalah;
Menentukan masalah yang akan dianalisis;
Menuliskan masalah dan menempatkan dalam kotak paling atas pada diagram;
Mengidentifikasi penyebab dari masalah yang telah ditentukan melalui FGD atau brainst orm ing;
Dengan cara yang sama seperti langkah 4, dilakukananalisis penyebab masalah sampai tidak
terjawabpertanyaan, apa yang menjadi penyebab tersebutmelalui proses FGD maupun brainstorming
1. MEMILIH MASALAH INTI
a) Sebelum melakukan analisa masalah, pastikan orang yang terlibat dengan suatu permasalahan
terlibat dalam perumusanmasalah. Contoh: ” Banyaknya kecelakaan bus”.
b)Tulislah rumusan singkat dari masalah inti pada kartu apa yang dia anggap sebagai titik pusat dari
masalah yang ada sekarang dalam wilayah proyek.
c) Masalah inti kemudian dipilih oleh seluruh anggota kelompok dengan menyepakati satu “masalah
paling inti”. Masalah inti tidak harus berarti masalah paling penting karena ia hanya berfungsi sebagai
titik awal dari pembuatan pohon masalah.
d)Masalah-masalah yang mencakup hubungan sebab-akibat yang menyeluruh dalam wilayah
masalah cocok menjadi masalah inti.
e)Jika kelompok tidak dapat menyetujui masalah inti, pilihlah secara tentative satu masalah dan
lanjutkan bekerja. Kemudian kembali mendiskusikan masalah inti nanti. Contohnya: Bis
sering kecelakaan.
2. BUAT POHON MASALAH
a) Setelah menetapkan masalah inti, letakkan kartu ini di tengah- tengah papan tulis atau dinding.
b) Telitilah masalah-masalah lainnya dan kondisi negatif penting yang merupakan penyebab lansung
dari masalah inti tersebut.
c) Tambahkan penyebab dari setiap masalah dan bekerjalah terus ke bawah, sehingga membentuk
sebuah pohon (pohon masalah)
d) Dengan cara yang sama, tempatkan efek langsung dan penting dari masalah inti diatasnya.
e) Efek selanjutnya dapat ditambahkan pada setiap kartu sebelum menyelesaikanbagian atas dari
pohon.
f) Pada umumnya, terdapat beberapa sebab-akibat per masalah. Juga kartu masalah
yang mempunyai tingkat kepentingan yang sama harus ditempatkan pada tingkatan yang sama pula.
g)Tunjukan semua hubungan sebab-akibat yang utama dan penting dengan tanda panah.
h) Sambil menyelesaikan Pohon Masalah, periksa diagram secara keseluruhan danperiksa
penggunaan kata yang tepat, hubungan sebab-akibat yang tepat, dan kelengkapannya. Langkah –
langkah ini pada akhirnya memunculkan satu gambar yang lengkap dan terinci - dengan akar yang
diwakili oleh penyebab masalah, dan akibat dari masalah tersebut (lihat contoh)
II. MENCARI BEBERAPA STRATEGI UTAMA PROYEK DARI POHON
MASALAH
a)Iidentifikasi beberapa kelompok cabang sebab akibat yang mengarah ketengah. Lingkari kelompok
tersebut. Satu cabang atau gabungan cabang-cabang bisa dijadikan strategi proyek.
b) Kalau cabang-cabang diambil sebagai pendekatan proyek maka daun-daunnya adalah komponenkomponen proyek.
c) Teliti kembali hasil analisa stakeholder untuk menentukan siapa yang akan terpengaruh dan
terlibat dalam penggabungan cabang-cabang tersebut.
d) Rumuskan beberapa alternatif strategi utama proyek dalam bentuk hasil dengan mengganti
kalimat yang negatif dipohon masalah dengan yang positif.
III. MEMBUAT POHON HASIL SEBAGAI LOGIKA PROYEK
Dari strategi utama yang telah dirumuskan, bangun logika Pohon Hasil atau Logika Proyek.
yang menjelaskan cara un tuk memecahkan masalah dan efek dari pemecahan. Pohon
HASIL mengidentifikasi “kondisi yang diinginkan” setelah masalahdipecahkan, dan menjadi landasan
untuk pemeriksaan pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan keadaan.
a) Gantilah kata-kata hubungan ‘sebab-akibat’ yang bersifat negative dari pohon masalah menjadi
hubungan ‘cara-hasil yang bersifat positif, “kondisi yang diinginkan di masa depan” (hasil) dapat
dicapai.
b) Telitilah semua hasil dan hubungannya agar masuk akal dan layak, kalau diperlukan sesuaikanlah
analisis hasil.Adanya penambahan ”sopir disiplin dan tepat waktu”
c) Periksa diagaram secara menyeluruh dan pertajamlah agar mendapatkan kesempurnaan analisis.
d) Bila pernyataan dalam kartu tidak dapat diubah menjadi pernyataan positif, periksalah kembali
pohon masalahnya yang dicoba digambarkan oleh kartu itu. Juga, jika “keadaan yang diinginkan
(hasil) “ sangat tidak masuk akal, atau tidak logis, logika sebab-akibat harus diperiksa kembali.
Struktur Pohon Hasil mungkin berbeda dengan Pohon masalah.
Bagaimana Cara memilih satu atau dua dari strategi utama.
1. Nilailah setiap strategi utama proyek tersebut dengan menggunakan
kriteria-kriteria berikut ini.
• Secara realistis dapat dilakukan. Tidak terlalu banyak hambatan, baik dalamstaffing, secara politis,
maupun potensi resistenskomunitas dampingan, situasi kedaan dilokasi misalanya keadaan darurat.
• Memiliki kontribusi terhadap kebijakan-kebijakan penting di sektor ybs, misalnya: kontribusi
mengatasi kemiskinan, menjaga kelestarian hutan
• Secara teknis feasible untuk mencapainya dalam kurun waktu Program
• Mengarah pada keberlanjutan hasil/dampak dan berkontribusi pada peningkatan kapasitas
• Tidak terlalu mahal
• Manfaat yang besar bagi kelompok sasaran – laki-perempuan, tua-muda, kelompok minoritas,
kelompok cacat.
• Pengalaman kesuksesan di proyek sejenis sebelumnya.
• Kemungkinancomplementary (saling mendukung) dengan proyek-proyek lain yang dilakukan oleh
kelompok/organisasi lain.
• Kesesuaian tingkat teknologi dalam hubungannya dengan keberlanjutan
• Kelayakan biaya dan tenaga.
• Kemungkinan kesinambungan /perkembangan kegiatan dan dampak setelah proyek selesai.
• Dampak lingkungan, biaya vs. manfaat Berapa orang yang tercakup dalam proyek
4. BRAINSTORMING (Curah pendapat)
Suatu teknik yang efektif untuk membantu melakukan identifikasi masalah,
menentukan penyebab masalah danmencari cara pemecahan masalah,
merupakan metoda yang digunakan untukmenggali ide atau pemikiran baru yang
secara efektif melibatkan seluruh anggota kelompok.
Kelebihan metoda brainstorming:
Mendapatkan masalah, penyebab masalah dan cara pemecahan masalah dengan
cepat;
Merupakan data primer karena sumber data dapat langsung diperoleh;
Dapat digunakan bila tidak mempunyai data sekunder;
Menghasilkan ide atau pemikiran baru yang kreatif dan inovatif dengan cepat
Kekurangan MetodaBrainstorming
tidak dapat digunakan pada sampel atau peserta yang besar serta terjadi dan risiko terjadinya
subyektivitas sangat besar bilatidak ditunjang dengan data-data yang ada.
Manfaat
Dapat digunakan secara efektif untuk memperoleh ideuntuk menentukan masalah, identifikasi
masalah,memilih prioritas masalah serta mengajukan alternatifpemecahan masalah;
Untuk memperoleh ide atau pemikiran baru darisekelompok orang dalam waktu singkat
denganmenggunakan dua kemampuan (kreatif dan intuitif);
Memberikan kesempatan kepada semua anggotakelompok untuk memberikan konstribusi
danketerlibatan dalam memecahkan masalah.
5. METODE DELPHI
Metode Delphi adalah cara mendapatkan informasi, membuat keputusan, menentukan
indikator, parameter dan lain-lain yang reliabel dengan mengeksplorasi ide dan informasi dari orangorang yang ahli di bidangnya, yaitu dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh ekpertis atau
praktisi yang kompeten di bidang yang akan diteliti, kemudian hasil kuesioner ini direview oleh pihak
fasilitator atau peneliti untuk dibuatsummary, dikelompok-kelompokkan, diklasifikasikan dan
kemudian dikembalikan pada ekspertis dan praktisi yang sama untuk direview, direvisi dan begitu
seterusnya dalam beberapa tahap yang berulang.
Delphin Technique Yaitu penetapan prioritas masalah tersebut dilakukan melalui kesepakatan
sekelompok orang yang sama keahliannya. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan
khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa masalah
pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari.
Dengan metode seperti ini, partisipan yang meliputi ekspertis dan praktisi dapat memberikan
pendapat dan opini dengan bebas dan objektif, tanpa takut disalahkan, bahkan dapat merevisi
pendapat mereka yang sebelumnya. Sehingga hasil diskusi yang diperoleh dapat bersifat sereliabel
mungkin.
langkah-langkah metode Delphi dalam 9 langkah mudah :
Tentukan periode waktU
Tentukan jumlah putaran pengambilan pendapaT
Tentukan apa saja yang akan didefine
Tentukan ahlinya
Tentukan input apa yang akan diharapkan dari mereka
Review literatur oleh para ahli tersebut (kriteria dan tujuan)
Pelaksanaan sesi diskusi dan feedback iteratif bersama ekspertis
Perumusan hasil dari sesi diskusi dengan pengelompokan, pengkategorian, ataupun pemeringkatan
Menyepakati hasil diskusi dan feedback
Nama Metode Delphi memang sophisticated (udah bayangin bahasa pemrograman aja), tapi
sebenernya ide metode ini sudah ada sejak tahun 1970-an. Yang berbeda, mungkin media yang
digunakan. Pengambilan input, review, diskusi dan sebagainya dapat dilakukan dengan pertemuan
tatap muka, via telepon, e-mail, sampai dengan e-meeting.
6. DELBECH TEHNIK
Delbech Technique Penetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan sekelompok
orang yang tidak sama keahliannya. Sehingga diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk
meningkatkan pengertian dan pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta.
7. NOMINAL GROUP TECHNIQUE (NGT)
(managementfile – Quality) – Nominal Group Technique adalah salah satu quality tools yang
bermanfaat dalam mengambil keputusan terbaik. Dalam quality manageme
dan Contoh Bentuk dan Aplikasi Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/
Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa
Oleh Hendra Poerwanto
Pengertian Dan Konsep Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect
(Sebab dan Akibat)/ Ishikawa
Ada banyak metode untuk mengetahui akar penyebab dari masalah yang muncul
diperusahaan. Metode – metode tersebut antara lain :
1. Brainstorming
2. Bertanya Mengapa beberapakali (WHY – WHY)
3. Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/
Ishikawa
Pada kesempatan ini yang dibicarakan adalah poin yang ke 3 Diagram Fishbone (Tulang
Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa
Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu metode / tool di
dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram SebabAkibat atau cause effect diagram. Penemunya adalah seorang ilmuwan jepang pada
tahun 60-an. Bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tikyo Jepang yang
juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo. Sehingga sering juga disebut dengan diagram
ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas.
Yang menggunakan data verbal (non-numerical) atau data kualitatif. Dr. Ishikawa juga
ditengarai sebagai orang pertama yang memperkenalkan 7 alat atau metode
pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone diagram, control chart, run chart,
histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flowchart.
Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan) karena memang berbentuk mirip dengan
tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan
menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai
penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang
ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan
diagram Cause and Effect (Sebab dan Akibat) karena diagram tersebut menunjukkan
hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal,
diagram sebab-akibat dipergunakan untuk untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab
(sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab
itu.
Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa telah
menciptakan ide cemerlang yang dapat membantu dan memampukan setiap orang atau
organisasi/perusahaan dalam menyelesaikan masalah dengan tuntas sampai ke akarnya.
Kebiasaan untuk mengumpulkan beberapa orang yang mempunyai pengalaman dan
keahlian memadai menyangkut problem yang dihadapi oleh perusahaan Semua anggota
tim memberikan pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan
mengapa masalah tersebut terjadi. Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga
kebebasan memberikan pendapat dan pandangan setiap individu. Jadi sebenarnya
dengan adanya diagram ini sangatlah bermanfaat bagi perusahaan, tidak hanya dapat
menyelesaikan masalah sampai akarnya namun bisa mengasah kemampuan
berpendapat bagi orang – orang yang masuk dalam tim identifikasi masalah perusahaan
yang dalam mencari sebab masalah menggunakan diagram tulang ikan.
Manfaat Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/
Ishikawa
Fungsi dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/
Ishikawa adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang
mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya .
Sering dijumpai orang mengatakan “penyebab yang mungkin” dan dalam kebanyakan
kasus harus menguji apakah penyebab untuk hipotesa adalah nyata, dan apakah
memperbesar atau menguranginya akan memberikan hasil yang diinginkan.
Dengan adanya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan
Akibat)/ Ishikawa ini sebenarnya memberi banyak sekali keuntungan bagi dunia bisnis.
Selain memecahkan masalah kualitas yang menjadi perhatian penting perusahaan.
Masalah – masalah klasik lainnya juga terselesaikan. Masalah – masalah klasik yang ada
di industri manufaktur khusunya antara lain adalah :
a) keterlambatan proses produksi
b) tingkat defect (cacat) produk yang tinggi
c) mesin produksi yang sering mengalami trouble
d) output lini produksi yang tidak stabil yang berakibat kacaunya plan produksi
e) produktivitas yang tidak mencapai target
f) complain pelanggan yang terus berulang
Pada dasarnya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan
Akibat)/ Ishikawa dapat dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut :
a) Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah
b) Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah
c) Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut
d) Mengidentifikasi tindakan (bagaimana) untuk menciptakan hasil yang diinginkan
e) Membahas issue secara lengkap dan rapi
f) Menghasilkan pemikiran baru
Jadi ditemukannya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/
Ishikawa ini memberikan kemudahan dan menjadi bagian penting bagi penyelesaian
masalah yang mucul bagi perusahaan.
Penerapan diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/
Ishikawa ini dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar “penyebab” terjadinya
masalah khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan
banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan.
Apabila “masalah” dan “penyebab” sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan
langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi
lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan “penyebab”
dan mencari “akar” permasalahan sebenarnya.
Apabila ingin menggunakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect
(Sebab dan Akibat)/ Ishikawa, kita terlebih dahulu harus melihat, di departemen, divisi
dan jenis usaha apa diagram ini digunakan. Perbedaan departemen, divisi dan jenis
usaha juga akan mempengaruhi sebab – sebab yang berpengaruh signifikan terhadap
masalah yang mempengaruhi kualitas yang nantinya akan digunakan.
Cara Membuat Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan
Akibat)/ Ishikawa
Dalam hal melakukan Analisis Fishbone, ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan, yakni
1. Menyiapkan sesi analisa tulang ikan .
2. Mengidentifikasi akibat atau masalah.
3. Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama.
4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.
5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
Cara yang lain dalam menyusun Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect
(Sebab dan Akibat)/ Ishikawa dalam rangka mengidentifikasi penyebab suatu keadaan
yang tidak diharap adalah sebagai berikut:
Mulai dengan pernyataan masalah-masalah utama penting dan mendesak untuk
diselesaikan.
Tuliskan pernyataan masalah itu pada kepala ikan, yang merupakan akibat
(effect). Tulislah pada sisi sebelah kanan dari kertas (kepala ikan), kemudian
gambarkan tulang belakang dari kiri ke kanan dan tempatkan pernyataan
masalah itu dalam kotak.
Tuliskan faktor-faktor penyebab utama (sebab-sebab) yang mempengaruhi
masalah kualitas sebagai tulang besar, juga ditempatkan dalam kotak. Faktorfaktor penyebab atau kategori-kategori utama dapat dikembangkan melalui
Stratifikasi ke dalam pengelompokan dari faktor-faktor: manusia, mesin,
peralatan, material, metode kerja, lingkungan kerja, pengukuran, dll. Atau
stratifikasi melalui langkah-langkah aktual dalam proses. Faktor –faktor penyebab
atau kategori-kategori dapat dikembangkan melalui brainstorming. Berikut
diberikan contoh yang bias dijadikan panduan untuk merumuskan faktor-faktor
utama dalam mengawali pembuatan Diagram Cause and Effect.
a) The 4 M’s (digunakan untuk perusahaan manufaktur)
1)
2)
3)
4)
Machine (Equipment),
Method (Process/Inspection)
Material (Raw,Consumables etc.)
Man power.
b) The 8 P’s (digunakan pada industri jasa)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
People
Process
Policies
Procedures
Price
Promotion
Place/Plant
Product
c) The 4 S’s (digunakan pada industri jasa) :
1)
2)
3)
4)
Surroundings
Suppliers
Systems
Skills
d) 4 P (pendekatan manajemen pemasaran)
1)
2)
3)
4)
Price
Product
Place
Promotion
Tuliskan penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab-penyebab
utama (tulang-tulang besar), serta penyebab-penyebab sekunder itu dinyatakan
sebagai tulang-tulang berukuran sedang.
Tuliskan penyebab-penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab-penyebab
sekunder (tulang-tulang berukuran sedang), serta penyebab-penyebab tersier itu
dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran kecil.
Tentukan item-item yang penting dari setiap faktor dan tandailah faktor-faktor
penting tertentu yang kelihatannya memiliki pengaruh nyata terhadap
karakteristik kualitas. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dari suatu
masalah yang sedang dikaji kita dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan
berikut :
1. Apakah penyebab itu? Mengapa kondisi atau penyebab itu terjadi?
2. Bertanya “Mengapa” beberapa kali (konsep five whys) sampai ditemukan
penyebab yang cukup spesifik untuk diambil tindakan peningkatan.
Penyebab-penyebab spesifik itu yang dimasukkan atau dicatat ke dalam
diagram sebab-akibat.
Kelebihan/ Kekurangan FishBone Diagram (Tulang Ikan)/ Cause and Effect
(Sebab dan Akibat)/ Ishikawa
Kelebihan Fishbone diagram adalah dapat menjabarkan setiap masalah yang terjadi
dan setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan saran yang mungkin
menjadi penyebab masalah tersebut. Sedang Kekurangan Fishbone diagram adalah
opinion based on tool dan di design membatasi kemampuan tim / pengguna secara
visual dalam menjabarkan masalah yang mengunakan metode “level why” yang dalam,
kecuali bila kertas yang digunakan benar – benar besar untuk menyesuaikan dengan
kebutuhan tersebut. Serta biasanya voting digunakan untuk memilih penyebab yang
paling mungkin yang terdaftar pada diagram tersebut.
Contoh Bentuk Dasar Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab
dan Akibat)/ Ishikawa
Ada banyak bentuk dasar Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab
dan Akibat)/ Ishikawa yang dapat diadikan acuan. Berikut ini diberikan format dasar dari
Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa yang
sekiranya dapat memberikan inspirasi dalam penerapan dan pengembangan lebih jauh
yang disesuaikan situasi dan kondisi yang ada. Ada yang penggambaran Cause ditulis di
tulang ikan sebelah kiri dan Effect di kepala ikan, namun ada pula yang sebaliknya.
Contoh 01 bentuk dasar Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan
Akibat)/ Ishikawa
Contoh 2 bentuk dasar Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan
Akibat)/ Ishikawa
Contoh Penerapan Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab
dan Akibat)/ Ishikawa
Perusahaan ABC bergerak di bidang manufaktur. Perusahaan ini memproduksi sepatu
olahraga, karena begitu pesatnya pertumbuhan pasar sehingga memaksa perusahaan ini
menjaga kualitas agar tetap bisa bersaing dengan para pesaingnya. Namun pada kuartal
akhir tahun 2010 perusahaan ini mengalami penuruanan penjualan karena produk dinilai
cacat oleh distributor. Untuk mengatasi permasalahan ini, manajer produksi diminta
menganalisa dan mencari akar permasalahan sehingga banyak produk yang cacat,
sehingga diharapkan penjualan produk awal tahun 2011 bisa meningkat. Namun sebelum
manajer produksi melakukan analisa, sudah ada evaluasi yang menjelaskan bahwa
banyaknya produk cacat dikarenakan rendahnya kualitas bahan baku sepatu yang
didapat. Manajer produksi, akhirnya menetapkan ingin menggunakan Diagram Cause and
Effect sebagai bahan pencari akar penyebab dari masalah tersebut.
Langkah awal yang dilakukan adalah Manajer produksi menentukan Masalah yang
terjadi. Masalah yang muncul misalnya “ banyaknya produk cacat”.
Langkah ke dua adalah menuliskan masalah tersebut pada kepala ikan yang
merupakan akibat atau effect.
Langkah ketiga, Manajer produksi menuliskan faktor – faktor yang mungkin menjadi
penyebab utama masalah pada banyaknya produk cacat di akhir kuartal tahun 2010.
Dimisalnkan yang menjadi faktor penyebab utama masalah ini adalah :
a) Machine (Mesin)
b) Method (Metode atau proses produksi)
c) Material (Bahan baku)
d) Man power (Tenaga kerja)
Langkah Keempat. Pada tahap ini manajer produksi mencari penyebab – penyebab
sekunder yang mungkin mempengaruhi penyebab utama. misalnya
a) Kemungkinan Penyebab masalah sekunder pada tulang Machine
i. Kerusakan Mesin
ii. Kesalahan Seting mesin produksi
b) Kemungkinan Penyebab Masalah sekunder pada Tulang Method
i. Layout produksi
c) Kemungkinan Penyebab Masalah sekunder pada Tulang Material
i. Kualitas bahan baku rendah
ii. Suplay barang baku
d) Kemungkinan Penyebab Masalah sekunder pada Tulang Man Power
i. Kemampuan Tenaga kerja
ii. Kemampuan mandor
Pada langkah kelima, manajer produksi mencari penyebab – penyebab tersier yang
mungkin bisa mempengaruhi penyebab – penyebab sekunder. Jadi terjadi analisis lagi
pada tahap ini. Apabila memang tidak ditemukan penyebab tersier, penyebab sekunder
dinyatakan cukup menjadi akar permasalahan pada tiap pokok tulang permasalahan
a) Kemungkinan Penyebab masalah tersier pada tulang Machine dimisalkan
i. Kerusakan Mesin
ii. Mesin tua
iii. Mesin tidak diservis dengan rutin
iv. Kesalahan Seting mesin produksi
v. Rendah pengetahuan tentang SOP
b) Kemungkinan Penyebab masalah tersier pada tulang Method dimisalkan
i. Layout produksi
c) Kemungkinan Penyebab masalah tersier pada tulang Material dimisalkan
i. Kualitas bahan baku rendah
ii. Supply barang baku
d) Kemungkinan Penyebab masalah tersier pada tulang Man Power dimisalkan
i. Kemampuan Tenaga kerja
ii. Kemampuan mandor
Pada langkah keenam, manajer produksi menetukan item-item yang penting dari
seiap faktor pada hasil diagram langkah kelima dan menandai (dalam hal ini diberi warna
hijau) bahwa faktor-faktor tersebut yang paling mungkin mempunyai pengaruh nyata
terhadap banyaknya produk sepatu yang cacat
Dari diagram tulang ikan di atas dapat dilihat bahwa ternyata, banyaknya produk
cacat tidak hanya disebabkan oleh material atau bahan baku yang tidak berkualitas,
namun juga dipengaruhi oleh tenaga kerja, metode atau system operasi dan mesin yang
digunakan.
Tahap terakhir adalah Kesimpulan. Dari hasil analisis, Manajer produksi
menyimpulkan ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk kembali menjaga kualitas
produk untuk awal kuartal tahun 2011 yaitu :
*****
Kapan Fishbone di perlukan ?
1.
Ketika untuk mempelajari masalah / issue untuk menentukan akar
penyebab?
2.
Ketika ingin mempelajari semua kemungkinan dan alasan mengapa
proses mulai mengalami kesulitan, masalah, atau kerusakan?
3.
Ketika perlu untuk mengidentifikasi daerah-daerah untuk
pengumpulan data?
4.
Ketika ingin mempelajari mengapa proses tidak bekerja baik atau
memproduksi hasil yang diinginkan?
Kelebihan Fishbone diagram:
Dapat menjabarkan setiap masalah yang terjadi dan setiap orang yang
terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan saran yang mungkin menjadi
penyebab masalah tersebut.
Kekurangan Fishbone diagram:
Ini adalah opinion based on tool dan di design membatasi kemampuan
tim / pengguna secara visual dalam menjabarkan masalah yang
mengunakan metode “level why” yang dalam, kecuali bila kertas yang
digunakan benar – benar besar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan
tersebut. Serta biasanya voting digunakan untuk memilih penyebab yang
paling mungkin yang terdaftar pada diagram tersebut.
Langkah-langkah dalam Penyusunan Diagram Fishbone
Langkah-langkah dalam penyusunan Diagram Fishbone dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Membuat kerangka Diagram Fishbone. Kerangka Diagram Fishbone meliputi
kepala ikan yang diletakkan pada bagian kanan diagram. Kepala ikan ini nantinya
akan digunakan untuk menyatakan masalah utama. Bagian kedua merupakan sirip,
yang akan digunakan untuk menuliskan kelompok penyebab permasalahan. Bagian
ketiga merupakan duri yang akan digunakan untuk menyatakan penyebab masalah.
Bentuk kerangka Diagram Fishbone tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
2. Merumuskan masalah utama. Masalah merupakan perbedaan antara kondisi yang
ada dengan kondisi yang diinginkan (W. Pounds, 1969 dalam Robbins dan Coulter,
2012). Masalah juga dapat didefinisikan sebagai adanya kesenjangan atau gap
antara kinerja sekarang dengan kinerja yang ditargetkan. Masalah utama ini akan
ditempatkan pada bagian kanan dari Diagram Fishboneatau ditempatkan pada
kepala ikan. Berikut contoh rumusan masalah utama.
a.
Masalah
pada
lembaga
Rendahnya
kualitas
lulusan
Rendahnya
kualitas
pelayanan
kepada
peserta
diklat,
dan
b.
Masalah
pada
Panjangnya
antrian
di
kasir
atau
customer
Tingginya
tingkat
kredit
macet,
dan
c.
Kantor
Tidak
tercapainya
target
penerimaan
Rendahnya kualitas layanan, dan lain-lain
diklat
diklat.
lain-lain.
Bank
service.
lain-lain.
Pajak
pajak.
3. Langkah berikutnya adalah mencari faktor-faktor utama yang berpengaruh atau
berakibat
pada
permasalahan.
Langkah
ini
dapat
dilakukan
dengan
teknik brainstorming. Menurut Scarvada (2004), penyebab permasalahan dapat
dikelompokkan dalam enam kelompok yaitu materials (bahan baku), machines and
equipment (mesin
dan
peralatan),manpower (sumber
daya
manusia), methods (metode), Mother
Nature/environment(lingkungan),
dan measurement (pengukuran). Gaspersz dan Fontana (2011) mengelompokkan
penyebab masalah menjadi tujuh yaitu manpower (SDM), machines(mesin dan
peralatan), methods (metode), materials (bahan baku), media, motivation(motivasi),
dan money (keuangan). Kelompok penyebab masalah ini kita tempatkan di
Diagram Fishbone pada sirip ikan.
4. Menemukan penyebab untuk masing-masing kelompok penyebab masalah.
Penyebab ini ditempatkan pada duri ikan. Berikut disajikan contoh penyebab
masalah rendahnya kualitas lulusan diklat.
a.
Kelompok
SDM.
Misalnya masalah SDM terkait dengan tenaga pengajar. Penyebab dari unsur tenaga pengajar
ini adalah rendahnya kompetensi tenaga pengajar. Terdapat beberapa pengajar yang tidak
sesuai
dengan
bidangnya.
b.
Kelompok
Material.
Terkait dengan diklat, penyebab bahan baku yang kurang baik adalah pertama kualitas
kurikulum yang kurang baik. Kedua, bahan ajar banyak yang kurang update dengan
perkembangan organisasi. Ketiga, tidak ada rencana pembelajaran dalam bentuk program
pengajaran
dan
Satuan
Acara
Pembelajaran.
c.
Kelompok
mesin
dan
peralatan.
Penyebab masalah dari sisi mesin dan peralatan ada tiga yaitu kurang nyamannya ruangan
kelas, tidak adanya ruangan untuk praktik, dan banyak komputer dan proyektor yang rusak.
d.
Kelompok
method.
Penyebab masalah dari sisi metode adalah kurangnya inovasi dalam model pembelajaran.
Penyebab masalah ini dapat dirinci lebih lanjut dengan mencari penyebab dari penyebab
masalah tersebut. Pendalaman lebih lanjut dari penyebab masalah ini dapat dilakukan sampai
dengan lima level. Dapat digunakan metode Five Whys untuk pendalaman penyebab masalah
ini.
5. Langkah selanjutnya setelah masalah dan penyebab masalah diketahui, kita
dapat
menggambarkannya
dalam
Diagram Fishbone. Contoh
Diagram Fishbone berikut terkait dengan permasalahan rendahnya kualitas lulusan
diklat seperti yang telah dijelaskan di atas.
Daftar Rujukan
Gaspersz, V. dan A. Fontana. 2011. Integrated Management Problem Solving Panduan
bagi Praktisi Bisnis dan Industri. Penerbit Vinchristo Publication.
Kaplan, R.S. dan D.P. Norton. 1996. The Balanced Scorecard: Translating Strategy into
Action. Harvard Business Press.
Robbins, S.P. dan Mary Coulter. 2012. Management. Pearson Education, Prentice Hall
Scarvada, A.J., Tatiana Bouzdine-Chameeva, Susan Meyer Goldstein, Julie M. Hays, Arthur V.
Hill. 2004. A Review of the Causal Mapping Practice and Research Literature. Second
World Conference on POM and 15 th Annual POM Conference, Cancun, Mexico, April 30 – May
3, 2004.
Diagram atau Diagram Pohon
By Eris Kusnadi
Adakalanya suatu sasaran improvement membutuhkan rincian lengkap
tentang bagaimana jalur dan tugas-tugas yang perlu dilakukan untuk mencapai
sasaran tersebut. Dalam tujuh alat perencanan manajemen (7 management and
planning tools) atau 7 New Quality Tools terdapat diagram yang dapat
mengungkap secara sederhana tentang besarnya suatu masalah serta mengurai apa
saja langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk pemecahan masalah tersebut.
Diagram itu dikenal dengan nama tree diagram atau atau diagram pohon.
Tree diagram adalah teknik yang digunakan untuk memecahkan konsep apa
saja, seperti kebijakan, target, tujuan, sasaran, gagasan, persoalan, tugas-tugas,
atau aktivitas-aktivitas secara lebih rinci ke dalam sub-subkomponen, atau tingkat
yang lebih rendah dan rinci. Tree Diagram dimulai dengan satu item yang
bercabang menjadi dua atau lebih, masing-masing cabang kemudian bercabang lagi
menjadi dua atau lebih, dan seterusnya sehingga nampak seperti sebuah pohon
dengan banyak batang dan cabang.
Tree Diagram telah digunakan secara luas dalam perencanaan, desain, dan
pemecahan masalah tugas-tugas yang kompleks. Alat ini biasa digunakan ketika
suatu perencanaan dibuat, yakni untuk memecahkan sebuah tugas ke dalam itemitem yang dapat dikelola (manageable) dan ditugaskan (assignable). Penyelidikan
suatu masalah juga menggunakan tree diagram untuk menemukan komponen rinci
dari setiap topik masalah yang kompleks. Penggunaan alat ini disarankan jika
risiko-risiko dapat diantisipasi tetapi tidak mudah diidentifikasi. Tree diagram lebih
baik ketimbang interrelationship diagram untuk memecah masalah, yang mana
masalah tersebut bersifat hirarkis. Oleh karena itu, gunakan alat ini hanya untuk
masalah-masalah yang dapat dipecahkan secara hirarkis.
Berikut adalah prosedur membuat tree diagram:
1. Buat draft pernyataan sasaran (goal statement)
Buat suatu pernyataan sasaran, proyek, rencana, masalah, atau persoalan lain yang
sedang diselidiki. Tulis persoalan tersebut pada bagian paling atas (untuk tree
diagram vertikal) atau pada bagian paling kiri (untuk tree diagramhorizontal).
2. Buat team yang tepat
Team harus terdiri dari dari orang-orang yang mampu berpikir analitis (bukan
kreatif), dan harus memiliki pengetahuan rinci terkait topik sasaran yang sedang
dibahas termasuk keahliannya dalam memecah masalah ke tingkat yang lebih rinci.
Idealnya ukuran team berkisar antara 4-6 orang.
3. Buat sub-sub sasaran
Lakukan curah pendapat (brainstorming) untuk membuat batang pertama tree
diagram. Hal ini berarti membuat rencana aksi (action plan) apa pada tingkat/level
pertama agar pernyataan sasaran dapat tercapai. Terus ulangi hal ini pada levellevel berikutnya yang lebih rinci sampai mendapatkan elemen fundamental seperti:
tindakan spesifik yang dapat ditugaskan, komponen yang tidak dapat dibagi lagi,
akar penyebab, atau sampai team mencapai batas keahlian mereka.
Jika kita telah membuat affinity diagram atau interrelationship
diagram sebelumnya, kita dapat mengambil gagasan-gagasan dari sana. Tulis
gagasan atau rencana aksi tersebut di bawah pernyataan pertama (untuk pohon
vertikal) atau di sebelah kanan pernyataan pertama (untuk pohon horizontal).
Tunjukkan hubungan antara level tersebut dengan garis panah.
4. Lakukan peninjauan
Lakukan pemeriksaan secukupnya sesuai dengan yang dibutuhkan pada setiap
level, gunakan pertanyaan-pertanyan seperti berikut:
Apakah ada hal-hal yang terlupakan?
Apakah item pada setiap level telah cukup menjelaskan level diatasnya?
Apakah item pada setiap level memang benar-benar perlu dilakukan untuk
level diatasnya?
Apakah tugas-tugas yang dihasilkan mengarah pada pencapaian sasaran?
Perhatikan Gambar 1 di bawah ini adalah contoh tree diagram dengan
sasaran (goal) meningkatkan rasio ekonomi dan arus kas perusahaan.
Gambar 1. Contoh Tree Diagram untuk Meningkatkan Rasio Ekonomi dan Arus Kas Perusah
MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH
Kita sering menghadapi berbagai macam masalah, namun kita sering kurang tau masalah yang
seharusnya menjadi prioritas utama dan harus segera diselesaikan. Sebelum kita mencari
pemecahan dari suatu masalah, kita harus mencari penyebab utama serta penyebab lain dari
masalah sehingga dapat menyusun rencana kegiatan yang lebih spesifik dan mampu menyelesaikan
masalah.
Menetapkan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di masyarakat saat ini merupakan
tugas yang penting dan semakin sulit. Manager kesehatan masyarakat sering dihadapkan pada
masalah yang semakin menekan dengan sumber daya yang semakin terbatas. Metode untuk
menetapkan prioritas secara adil, masuk akal, dan mudah dihitung merupakan perangkat
manajemen yang penting.
Berikut merupakan berbagai metode yang dapat digunakan:
1. METODE HANLON
Metode yang dijelaskan di sini memberikan cara untuk membandingkan berbagai masalah
kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka, sebisa mungkin
sama/sederajat, dan objektif.
Metode ini, yang disebut dengan Metode Hanlon maupun Sistem Dasar Penilaian Prioritas
(BPRS), dijelaskan dalam buku Public Health: Administration and Practice (Hanlon and Pickett, Times
Mirror/Mosby College Publishing) dan Basic Health Planning (Spiegel and Hyman, Aspen Publishers).
Metode ini memiliki tiga tujuan utama:
* Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksplisit yang harus
diperhatikan dalam menentukan prioritas
* Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot relatif satu sama lain
* Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dinilai secara
individual.
Formula Dasar Penilaian Prioritas
Berdasarkan tinjauan atas percobaan berulang yang dilakukan dalam mengidentifikasi
masalah-masalah kesehatan, pola kriteria yang konsisten menjadi kelihatan jelas. Pola tersebut
tercermin pada komponen-komponen dalam sistem ini.
Komponen A = Ukuran/Besarnya masalah
Komponen B = Tingkat keseriusan masalah
Komponen C = Perkiraan efektivitas solusi
Komponen D = PEARL faktor ((propriety, economic feasibility, acceptability, resource availability,
legality--Kepatutan, kelayakan ekonomi, dapat diterima, ketersediaan sumber daya, dan legalitas)
Semua komponen tersebut diterjemahkan ke dalam dua rumus yang merupakan nilai numerik
yang memberikan prioritas utama kepada mereka penyakit / kondisi dengan skor tertinggi.
Nilai Dasar Prioritas/Basic Priority Rating (BPR)> BPR = (A + B) C / 3
Nilai Prioritas Keseluruhan/Basic Priority Rating (OPR)> OPR = [(A + B) C / 3] x D
Perbedaan dalam dua rumus akan menjadi semakin nyata ketika Komponen D (PEARL) dijelaskan.
Penting untuk mengenal dan menerima hal-hal tersebut, karena dengan berbagai proses
seperti itu, akan terdapat sejumlah besar subyektivitas. Pilihan, definisi, dan bobot relatif yang
ditetapkan pada komponen merupakan keputusan kelompok dan bersifat fleksibel. Lebih jauh lagi,
nilai tersebut merupakan penetapan dari masing-masing individu pemberi nilai. Namun demikian,
beberapa kontrol ilmiah dapat dicapai dengan menggunakan definisi istilah secara tepat, dan sesuai
dengan data statistik dan akurat.
Komponen
Komponen A - Ukuran/Besarnya Masalah
Komponen ini adalah salah satu yang faktornya memiliki angka yang kecil. Pilihan biasanya terbatas
pada persentase dari populasi yang secara langsung terkena dampak dari masalah tersebut, yakni
insiden, prevalensi, atau tingkat kematian dan angka.
Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih dari satu cara. Baik keseluruhan
populasi penduduk maupun populasi yang berpotensi/berisiko dapat menjadi pertimbangan. Selain
itu, penyakit –penyakit dengan faktor risiko pada umumnya, yang mengarah pada solusi
bersama/yang sama dapat dipertimbangkan secara bersama-sama. Misalnya, jika kanker yang
berhubungan dengan tembakau dijadikan pertimbangan, maka kanker paru-paru, kerongkongan, dan
kanker mulut dapat dianggap sebagai satu. Jika akan dibuat lebih banyak penyakit yang juga
dipertimbangkan, penyakit cardiovascular mungkin juga dapat dipertimbangkan. Nilai maksimal dari
komponen ini adalah 10. Keputusan untuk menentukan berapa ukuran/besarnya masalah biasanya
merupakan konsensus kelompok.
Komponen B – Tingkat Keseriusan Masalah
Kelompok harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin dan menentukan tingkat keseriusan
dari masalah. Sekalipun demikian, angka dari faktor yang harus dijaga agar tetap pada nilai yang
pantas. Kelompok harus berhati-hati untuk tidak membawa masalah ukuran atau dapat dicegahnya
suatu masalah ke dalam diskusi, karena kedua hal tersebut sesuai untuk dipersamakan di tempat
yang lain.
Maksimum skor pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor harus dipertimbangkan bobotnya dan
ditetapkan secara hati-hati. Dengan menggunakan nomor ini (20), keseriusan dianggap dua kali lebih
pentingnya dengan ukuran/besarnya masalah.
Faktor yang dapat digunakan adalah:
* Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat kematian, atau faktor risiko;
kepentingan relatif terhadap masayarakat; akses terkini kepada pelayanan yang diperlukan.
* Tingkat keparahan: tingkat daya tahan hidup, rata-rata usia kematian, kecacatan/disabilitas, angka
kematian prematur relatif.
* Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota / daerah / Negara), dan untuk masing-masing individu.
Masing-masing faktor harus mendapatkan bobot. Sebagai contoh, bila menggunakan empat faktor,
bobot yang mungkin adalah 0-5 atau kombinasi manapun yang nilai maksimumnya sama dengan 20.
Menentukan apa yang akan dipertimbangkan sebagai minimum dan maksimum dalam setiap faktor
biasanya akan menjadi sangat membantu. Hal ini akan membantu untuk menentukan batas-batas
untuk menjaga beberapa perspektif dalam menetapkan sebuah nilai numerik. Salah satu cara untuk
mempertimbangkan hal ini adalah dengan menggunakannya sebagai skala seperti:
0 = tidak ada
1 = beberapa
2 = lebih (lebih parah, lebih gawat, lebih banyak, dll)
3 = paling
Misalnya, jika kematian prematur sedang digunakan untuk menentukan keparahan, kemudian
kematian bayi mungkin akan menjadi 5 dan gonorea akan menjadi 0.
Komponen C - Efektivitas dari Intervensi
Komponen ini harus dianggap sebagai "Seberapa baikkan masalah ini dapat diselesaikan?" Faktor
tersebut mendapatkan skor dengan angka dari 0 - 10. Komponen ini mungkin merupakan komponen
formula yang paling subyektif. Terdapat sejumlah besar data yang tersedia dari penelitian-penelitian
yang mendokumentasikan sejauh mana tingkat keberhasilan sebuah intervensi selama ini.
Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan yang diketahui dari literatur,
dikalikan dengan persen dari target populasi yang diharapkan dapat tercapai.
Contoh: Berhenti Merokok
Target populasi 45.000 perokok
Total yang mencoba untuk berhenti 13.500
Efektivitas penghentian merokok 32% atau 0,32
Target populasi x efektivitas 0,30 x 0,32 = 0,096 atau 0,1 atau 1
Contoh: Imunisasi
Target populasi 200.000
Jumlah yang terimunisasi yang diharapkan 193.000
Persen dari total 97% atau 0,97
Efektivitas 94% atau 0,94
Populasi yang tercapai x efektivitas 0,97 x 0,94 = 0,91 atau 9,1
Sebuah keuntungan dengan mempertimbangkan populasi target dan jumlah yang diharapkan adalah
akan didapatkannya perhitungan yang realistis mengenai sumber daya yang dibutuhkan dan
kemampuan yang diharapkan untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan.
Komponen D – PEARL
PEARL yang merupakan kelompok faktor itu, walaupun tidak secara langsung berkaitan dengan
masalah kesehatan, memiliki pengaruh yang tinggi dalam menentukan apakah suatu masalah dapat
diatasi.
P – Propierity/Kewajaran. Apakah masalah tersebut berada pada lingkup keseluruhan misi kita?
E – Economic Feasibility/Kelayakan Ekonomis. Apakah dengan menangani masalah tersebut akan bermakna
dan memberi arti secara ekonomis? Apakah ada konsekuensi ekonomi jika masalah tersebut tidak
diatasi?
A – Acceptability. Apakah dapat diterima oleh masyarakat dan / atau target populasi?
R – Resources/Sumber Daya. Apakah tersedia sumber daya untuk mengatasi masalah?
L – Legalitas. Apakah hukum yang ada sekarang memungkinkan masalah untuk diatasi?
Masing-masing faktor kualifikasi dipertimbangkan, dan angka untuk setiap faktor PEARL adalah 1 jika
jawabannya adalah "ya" dan 0 jika jawabannya adalah "tidak." Bila penilaian skor telah
lengkap/selesai, semua angka-angka dikalikan untuk mendapatkan jawaban akhir terbaik. Karena
bersama-sama, faktor-faktor ini merupakan suatu produk dan bukan merupakan jumlah. Singkatnya,
jika salah satu dari lima faktor yang "tidak", maka D akan sama dengan 0. Karena D adalah pengali
akhir dalam rumus , maka jika D = 0, masalah kesehatan tidak akan diatasi dibenahi dalam OPR,
terlepas dari seberapa tingginya peringkat masalah di BPR. Sekalipun demikian, bagian dari upaya
perencanaan total mungkin termasuk melakukan langkah-langkah lanjut yang diperlukan untuk
mengatasi PEARL secara positif di masa mendatang. Misalnya, jika intervensi tersebut hanya tidak
dapat diterima penduduk, dapat diambil langkah-langkah bertahap untuk mendidik masyarakat
mengenai manfaat potensial dari intervensi, sehingga dapat dipertimbangkan di masa mendatang.
2. FISHBONE DIAGRAM
Dr. Kaoru Ishikawa seorang ilmuwan Jepang, merupakan tokoh kualitas yang telah
memperkenalkan user friendly control, Fishbone cause and effect diagram, emphasised the ‘internal
customer’ kepada dunia. Ishikawa juga yang pertama memperkenalkan 7 (seven) quality tools:
control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, and flowchart yang sering juga
disebut dengan “7 alat pengendali mutu/kualitas” (quality control seven tools).
Diagram Fishbone dari Ishikawa menjadi satu tool yang sangat populer dan dipakai di seluruh
penjuru dunia dalam mengidentifikasi faktor penyebab problem/masalah. Alasannya sederhana.
Fishbone diagram tergolong praktis, dan memandu setiap tim untuk terus berpikir menemukan
penyebab utama suatu permasalahan. Diagram “tulang ikan” ini dikenal dengan cause and effect
diagram. Kenapa Diagram Ishikawa juga disebut dengan “tulang ikan”?…..ya memang kalau
diperhatikan rangka analisis diagram Fishbone bentuknya ada kemiripan dengan ikan, dimana ada
bagian kepala (sebagai effect) dan bagian tubuh ikan berupa rangka serta duri-durinya digambarkan
sebagai penyebab (cause) suatu permasalahan yang timbul.
Dari gambar di atas terlihat bahwa faktor penyebab problem antara lain (kemungkinan) terdiri
dari : material/bahan baku, mesin, manusia dan metode/cara. Semua yang berhubungan dengan
material, mesin, manusia, dan metode yang “saat ini” dituliskan dan dianalisa faktor mana yang
terindikasi “menyimpang” dan berpotensi terjadi problem. Ingat,..ketika sudah ditemukan satu atau
beberapa “penyebab” jangan puas sampai di situ, karena ada kemungkinan masih ada akar penyebab
di dalamnya yang “tersembunyi”. Bahasa gaulnya, jangan hanya melihat yang gampang dan nampak
di luar.
Ishikawa mengajarkan kita untuk melihat “ke dalam” dengan bertanya “mengapa?……
mengapa?…dan mengapa?”. Hanya dengan bertanya “mengapa” beberapa kali kita mampu
menemukan akar permasalahan yang sesungguhnya. Penyebab sesungguhnya, bukan gejala.
Dengan menerapkan diagram Fishbone ini dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar
“penyebab” terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan
banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila
“masalah” dan “penyebab” sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan
lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita
untuk dapat melihat semua kemungkinan “penyebab” dan mencari “akar” permasalahan
sebenarnya.
Kaoru Ishikawa, ilmuwan yang banyak menyumbangkan pemikiran di bidang manajemen
kualitas ini lahir pada tahun 1915 di Tokyo, Jepang. Alumni teknik kimia Universitas Tokyo ini ingin
merubah konsep pemikiran manusia tentang bekerja. Ishikawa mengurai secara rinci prinsip plan-docheck-act W.Edward Deming, sang kreator P-D-C-A menjadi;
1. Plan-P
>> Tentukan gol dan target
>> Tentukan cara/metode mencapai gol
2. Do-D
>> Terlibat dalam pendidikan dan pelatihan
>> Implementasi pekerjaan
3. Check-C
>> Cek akibat dari implementasi
4. Act-A
>> Mengambil tindakan yang sesuai
Bagaimana Menggunakan Diagram Fishbone?
Ya….inilah bagian yang paling penting. Ishikawa san telah menciptakan ide cemerlang yang
dapat membantu dan memampukan setiap orang atau organisasi/perusahaan menyelesaikan
masalah dengan tuntas sampai ke akarnya. Kumpulkanlah beberapa orang yang mempunyai
pengalaman dan keahlian memadai menyangkut problem yang terjadi. Semua anggota tim
memberikan pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa
masalah tersebut terjadi. Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan
pendapat dan pandangan setiap individu.
Penggunaan
Melakukan identifikasi penyebab masalah;
Mengkatagorikan berbagai sebab potensial suatu masalah dengan cara yang sistematik;
Mencari akar penyebab masalah;
Menjelaskan hubungan sebab akibat suatu masalah.
Pedoman Pelaksanaan
Identifikasi semua penyebab yang relevan berdasarkan fakta dan data;
Karakteristik yang diamati benar-benar nyata berdasarkan fakta, dapat diukur atau diupayakan dapat
diukur;
Dalam diagram tulang ikan, faktor-faktor yang terkendali sedapat mungkin seimbang peranan atau
bobotnya;
Faktor penyebab yang ditemukan adalah yang mungkin dapatdiperbaiki, bukan yang tidak mungkin
diperbaiki ataudiselesaikan;
Dalam menyelesaikan fakta dimulai pada tulang yang kecil,selanjutnya akanmemperbaiki faktor
tulang besar yang akanmenyelesaikan masalah;
Perlu dicatat masukan yang diperoleh selama pertemuan dalam pembuatan diagram tulang ikan.
Fishbone Diagram sering juga disebut sebagai diagram Sebab Akibat. Dimana dalam menerapkan
diagram ini mengandung langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyiapkan sesi sebab-akibat
2. Mengidentifikasi akibat
3. Mengidentifikasi berbagai kategori.
4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.
5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
Ini tentu bisa dimakhlumi, manusia mempunyai keterbatasan dan untuk mencapai hasil
maksimal diperlukan kerjasama kelompok yang tangguh. Masalah-masalah klasik di industri
manufaktur seperti:
>> keterlambatan proses produksi
>> tingkat defect (cacat) produk yang tinggi
>> mesin produksi yang sering mengalami trouble
>> output lini produksi yang tidak stabil yang berakibat kacaunya plan produksi
>> produktivitas yang tidak mencapai target
>> complain pelanggan yang terus berulang dan segudang masalah besar dan rumit lainnya, perlu
ditangani dengan benar.
Solusi instan yang hanya mampu memandang sampai tingkat gejala, tidak akan efektif.
Masalah mungkin akan teratasi sesaat, namun cepat atau lambat akan datang kembali.
Kaoru Ishikawa yang juga penggagas konsep implementation of
quality circles ini sangat percaya pentingnya dukungan dan
kepemimpinan dari manajemen puncak (top management) dalam suatu
organisasi/perusahaan didukung oleh kerjasama tim (teamwork) yang
solid sangat berperan dalam pembuatan produk unggul dan
berkualitas.Selesaikanlah suatu masalah sampai ke akar-nya dengan tuntas agar masalah yang
sama tidak terulang lagi di masa yang akan datang.
Kelebihan diagram tulang ikan
Lebih terstruktur;
Mengkatagorikan berbagai sebab potensial dari suatu masalah dengan
cara yang sistematik;
Mengajarkan pada tim dan individu mengenai proses serta prosedur yang
berlaku atau yang baru.
Kekurangan diagram tulang ikan
tulang ikan belum menggambarkan sebab yang sebenarnya (paling mungkin) harus
didukung data.
3. POHON MASALAH
I. ANALISA MASALAH DENGAN TEHNIK POHON MASALAH
Secara visual menggambarkan hubungan ‘sebab-akibat’ dari masalah yang ada sekarang.
Gunakan kartu metaplan.
Cara menggunakan kartu metaplan:
a) Identifikasi hanya masalah yang ada, jangan yang bersifat teoritis
b) Hanya satu masalah per kartu
c) Masalah harus ditulis dengan gaya negative
d) Masalah bukan tidak adanya jawaban melainkan keadaan yang negative. Oleh karenaitu hindarkan
penggunaan kalimat seperti “kurangnya ini” atau “tidak ada”
Kekurangan pohon masalah
membutuhkan waktu yang banyak dan jika masalah semakin kompleks akan lebih
sulit dalam menentukan penyebab utama masalah
Proses pelaksanaan pohon masalah
Membuat kerangka pohon masalah;
Menentukan masalah yang akan dianalisis;
Menuliskan masalah dan menempatkan dalam kotak paling atas pada diagram;
Mengidentifikasi penyebab dari masalah yang telah ditentukan melalui FGD atau brainst orm ing;
Dengan cara yang sama seperti langkah 4, dilakukananalisis penyebab masalah sampai tidak
terjawabpertanyaan, apa yang menjadi penyebab tersebutmelalui proses FGD maupun brainstorming
1. MEMILIH MASALAH INTI
a) Sebelum melakukan analisa masalah, pastikan orang yang terlibat dengan suatu permasalahan
terlibat dalam perumusanmasalah. Contoh: ” Banyaknya kecelakaan bus”.
b)Tulislah rumusan singkat dari masalah inti pada kartu apa yang dia anggap sebagai titik pusat dari
masalah yang ada sekarang dalam wilayah proyek.
c) Masalah inti kemudian dipilih oleh seluruh anggota kelompok dengan menyepakati satu “masalah
paling inti”. Masalah inti tidak harus berarti masalah paling penting karena ia hanya berfungsi sebagai
titik awal dari pembuatan pohon masalah.
d)Masalah-masalah yang mencakup hubungan sebab-akibat yang menyeluruh dalam wilayah
masalah cocok menjadi masalah inti.
e)Jika kelompok tidak dapat menyetujui masalah inti, pilihlah secara tentative satu masalah dan
lanjutkan bekerja. Kemudian kembali mendiskusikan masalah inti nanti. Contohnya: Bis
sering kecelakaan.
2. BUAT POHON MASALAH
a) Setelah menetapkan masalah inti, letakkan kartu ini di tengah- tengah papan tulis atau dinding.
b) Telitilah masalah-masalah lainnya dan kondisi negatif penting yang merupakan penyebab lansung
dari masalah inti tersebut.
c) Tambahkan penyebab dari setiap masalah dan bekerjalah terus ke bawah, sehingga membentuk
sebuah pohon (pohon masalah)
d) Dengan cara yang sama, tempatkan efek langsung dan penting dari masalah inti diatasnya.
e) Efek selanjutnya dapat ditambahkan pada setiap kartu sebelum menyelesaikanbagian atas dari
pohon.
f) Pada umumnya, terdapat beberapa sebab-akibat per masalah. Juga kartu masalah
yang mempunyai tingkat kepentingan yang sama harus ditempatkan pada tingkatan yang sama pula.
g)Tunjukan semua hubungan sebab-akibat yang utama dan penting dengan tanda panah.
h) Sambil menyelesaikan Pohon Masalah, periksa diagram secara keseluruhan danperiksa
penggunaan kata yang tepat, hubungan sebab-akibat yang tepat, dan kelengkapannya. Langkah –
langkah ini pada akhirnya memunculkan satu gambar yang lengkap dan terinci - dengan akar yang
diwakili oleh penyebab masalah, dan akibat dari masalah tersebut (lihat contoh)
II. MENCARI BEBERAPA STRATEGI UTAMA PROYEK DARI POHON
MASALAH
a)Iidentifikasi beberapa kelompok cabang sebab akibat yang mengarah ketengah. Lingkari kelompok
tersebut. Satu cabang atau gabungan cabang-cabang bisa dijadikan strategi proyek.
b) Kalau cabang-cabang diambil sebagai pendekatan proyek maka daun-daunnya adalah komponenkomponen proyek.
c) Teliti kembali hasil analisa stakeholder untuk menentukan siapa yang akan terpengaruh dan
terlibat dalam penggabungan cabang-cabang tersebut.
d) Rumuskan beberapa alternatif strategi utama proyek dalam bentuk hasil dengan mengganti
kalimat yang negatif dipohon masalah dengan yang positif.
III. MEMBUAT POHON HASIL SEBAGAI LOGIKA PROYEK
Dari strategi utama yang telah dirumuskan, bangun logika Pohon Hasil atau Logika Proyek.
yang menjelaskan cara un tuk memecahkan masalah dan efek dari pemecahan. Pohon
HASIL mengidentifikasi “kondisi yang diinginkan” setelah masalahdipecahkan, dan menjadi landasan
untuk pemeriksaan pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan keadaan.
a) Gantilah kata-kata hubungan ‘sebab-akibat’ yang bersifat negative dari pohon masalah menjadi
hubungan ‘cara-hasil yang bersifat positif, “kondisi yang diinginkan di masa depan” (hasil) dapat
dicapai.
b) Telitilah semua hasil dan hubungannya agar masuk akal dan layak, kalau diperlukan sesuaikanlah
analisis hasil.Adanya penambahan ”sopir disiplin dan tepat waktu”
c) Periksa diagaram secara menyeluruh dan pertajamlah agar mendapatkan kesempurnaan analisis.
d) Bila pernyataan dalam kartu tidak dapat diubah menjadi pernyataan positif, periksalah kembali
pohon masalahnya yang dicoba digambarkan oleh kartu itu. Juga, jika “keadaan yang diinginkan
(hasil) “ sangat tidak masuk akal, atau tidak logis, logika sebab-akibat harus diperiksa kembali.
Struktur Pohon Hasil mungkin berbeda dengan Pohon masalah.
Bagaimana Cara memilih satu atau dua dari strategi utama.
1. Nilailah setiap strategi utama proyek tersebut dengan menggunakan
kriteria-kriteria berikut ini.
• Secara realistis dapat dilakukan. Tidak terlalu banyak hambatan, baik dalamstaffing, secara politis,
maupun potensi resistenskomunitas dampingan, situasi kedaan dilokasi misalanya keadaan darurat.
• Memiliki kontribusi terhadap kebijakan-kebijakan penting di sektor ybs, misalnya: kontribusi
mengatasi kemiskinan, menjaga kelestarian hutan
• Secara teknis feasible untuk mencapainya dalam kurun waktu Program
• Mengarah pada keberlanjutan hasil/dampak dan berkontribusi pada peningkatan kapasitas
• Tidak terlalu mahal
• Manfaat yang besar bagi kelompok sasaran – laki-perempuan, tua-muda, kelompok minoritas,
kelompok cacat.
• Pengalaman kesuksesan di proyek sejenis sebelumnya.
• Kemungkinancomplementary (saling mendukung) dengan proyek-proyek lain yang dilakukan oleh
kelompok/organisasi lain.
• Kesesuaian tingkat teknologi dalam hubungannya dengan keberlanjutan
• Kelayakan biaya dan tenaga.
• Kemungkinan kesinambungan /perkembangan kegiatan dan dampak setelah proyek selesai.
• Dampak lingkungan, biaya vs. manfaat Berapa orang yang tercakup dalam proyek
4. BRAINSTORMING (Curah pendapat)
Suatu teknik yang efektif untuk membantu melakukan identifikasi masalah,
menentukan penyebab masalah danmencari cara pemecahan masalah,
merupakan metoda yang digunakan untukmenggali ide atau pemikiran baru yang
secara efektif melibatkan seluruh anggota kelompok.
Kelebihan metoda brainstorming:
Mendapatkan masalah, penyebab masalah dan cara pemecahan masalah dengan
cepat;
Merupakan data primer karena sumber data dapat langsung diperoleh;
Dapat digunakan bila tidak mempunyai data sekunder;
Menghasilkan ide atau pemikiran baru yang kreatif dan inovatif dengan cepat
Kekurangan MetodaBrainstorming
tidak dapat digunakan pada sampel atau peserta yang besar serta terjadi dan risiko terjadinya
subyektivitas sangat besar bilatidak ditunjang dengan data-data yang ada.
Manfaat
Dapat digunakan secara efektif untuk memperoleh ideuntuk menentukan masalah, identifikasi
masalah,memilih prioritas masalah serta mengajukan alternatifpemecahan masalah;
Untuk memperoleh ide atau pemikiran baru darisekelompok orang dalam waktu singkat
denganmenggunakan dua kemampuan (kreatif dan intuitif);
Memberikan kesempatan kepada semua anggotakelompok untuk memberikan konstribusi
danketerlibatan dalam memecahkan masalah.
5. METODE DELPHI
Metode Delphi adalah cara mendapatkan informasi, membuat keputusan, menentukan
indikator, parameter dan lain-lain yang reliabel dengan mengeksplorasi ide dan informasi dari orangorang yang ahli di bidangnya, yaitu dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh ekpertis atau
praktisi yang kompeten di bidang yang akan diteliti, kemudian hasil kuesioner ini direview oleh pihak
fasilitator atau peneliti untuk dibuatsummary, dikelompok-kelompokkan, diklasifikasikan dan
kemudian dikembalikan pada ekspertis dan praktisi yang sama untuk direview, direvisi dan begitu
seterusnya dalam beberapa tahap yang berulang.
Delphin Technique Yaitu penetapan prioritas masalah tersebut dilakukan melalui kesepakatan
sekelompok orang yang sama keahliannya. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan
khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa masalah
pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari.
Dengan metode seperti ini, partisipan yang meliputi ekspertis dan praktisi dapat memberikan
pendapat dan opini dengan bebas dan objektif, tanpa takut disalahkan, bahkan dapat merevisi
pendapat mereka yang sebelumnya. Sehingga hasil diskusi yang diperoleh dapat bersifat sereliabel
mungkin.
langkah-langkah metode Delphi dalam 9 langkah mudah :
Tentukan periode waktU
Tentukan jumlah putaran pengambilan pendapaT
Tentukan apa saja yang akan didefine
Tentukan ahlinya
Tentukan input apa yang akan diharapkan dari mereka
Review literatur oleh para ahli tersebut (kriteria dan tujuan)
Pelaksanaan sesi diskusi dan feedback iteratif bersama ekspertis
Perumusan hasil dari sesi diskusi dengan pengelompokan, pengkategorian, ataupun pemeringkatan
Menyepakati hasil diskusi dan feedback
Nama Metode Delphi memang sophisticated (udah bayangin bahasa pemrograman aja), tapi
sebenernya ide metode ini sudah ada sejak tahun 1970-an. Yang berbeda, mungkin media yang
digunakan. Pengambilan input, review, diskusi dan sebagainya dapat dilakukan dengan pertemuan
tatap muka, via telepon, e-mail, sampai dengan e-meeting.
6. DELBECH TEHNIK
Delbech Technique Penetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan sekelompok
orang yang tidak sama keahliannya. Sehingga diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk
meningkatkan pengertian dan pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta.
7. NOMINAL GROUP TECHNIQUE (NGT)
(managementfile – Quality) – Nominal Group Technique adalah salah satu quality tools yang
bermanfaat dalam mengambil keputusan terbaik. Dalam quality manageme