Peranan Anopheles sundaicus sebagai Vektor Penyakit Malaria di Beberapa Daerah Di Indonesia

PERANAN ANOPIIELES SUA{DAICU,$ SEBAGAI YEKTOR PEI\'YAKIT
M.{LARIADI BEBERAPADAERAH DI INDONESIA *)
Hasan

Boesri'

ABSTRACT
The An. sundaicus mosquito

nurturing behavior is located in sea, rtarsh and plainwater
The An. sundaicus' (Rodenwaldt) mosquito location spreads all over India, Bangladesh,
Burma, Indochina, Thailand, Malaysia, Singapore and Indonesia. Whether in Indonesia
it
covers throughout Riau, Lampung, West Java, Central java, Jogiakarta, east Java,
Nusa
Tenggara Ilmur and South Sulawesi. Restingplaces where An. suniaicus mosquitofavors
are
bushes, piles of dry coconut leaves and indoors. Its
ability
towards bliod sources are
fwor

relatives (depending on the situation and condition ofits location) since it could bite indoors
or outdoors. Nevertheless, accordingto sornepublications
Qiteratures), fur.. sundaicus prefers
biting outdoors noctumally with its peak around 9-12 pm. An. sundaici, ,ot" ot a malaria
vector in s ome areas ofIndones ia.

Kqruords : An. sundaicus.vectorl Indonesia

PEIIDAIfl]LUAN
Penyakit yang ditularkan vektor dan
masih merupakan masalah bagi kesehatan
masyarakat di Indonesi a aataralain adalatr
penyakit malaria yang ditularkan oleh
nyamuk Anopheles. Salah satu species
Anopheles yang menjadi vektor tersebut
adalah Anopheles Sundaicus Rodenwaldt,
1926.Di dunia ada2.960 spesies nyamuk
dan 457 spesies yang tercakup dalam 18
genera tercatat ditemukan di Indonesia,
meliputi 80 spesies Anopheles, 32 spesies

Culex, 125 spesies Aedes dan 8 spesies
Mansonia sedangkan sisanya merupakan
anggota genera-genera yang tidak penting
dalam penularan penyakitl. Di kawasan
Asia Tenggara, Anopheles Sundaicus
mempunyai arti penting dalam penularan
penyakit malaria baik sebagai vektor
utama maupwr sebagai vektor pengikut
(secondary vector) mulai dari daerah
Orissa hinggga sampai ke Fulau Timor
Indonesia'.

Di Indonesia, An. sundaicus
Rodenwaldt merupakan vektor utama
penyakit di daerah-daerah pantai'. Spesies
'B2P2VRP Salatiga
Badan Litbang KesehatarU KEMENKES RI

66


ini berkembangbiak dengan baik terutama
dalam perairan-perafuan yang banyak

mengandung tumbuh-tumbuhan air
(algea) seperti pada lagoon, rawa dan
muara pantai sungai yang bersifat payau
dengan salinitas berkisar aataru 4-30 grll
dengan keadaaan sinar matahari yang
cukupo. Larta An. Sundaicus Rodenwaldt,
India didapatkan dalam perairan-

di

perairan yang mempunyai kadar gaf,arn
yang bervariasi yaitu mulai dari O,Asyo
sampai 0,25yo dan kadang-kadang dapat
pula ditemukan pada perairan yaog
berkadar garam yaag lebih tinggi yaitu
sekitar 1,8o6t. Namun demikian, di daerah
Sumatera Larva An. sundaicus im dapat

berkembangbiak di air tawar yaitu di

daerah persawahan yaf,g banyak

mengandung fumbuhan algea filament.
Jenis rlan banyaknya tumbuhan dari suatu

permukaan perairaa dapat pula
menentukan kepadatan relatif dari larva
An. sundaicus yang ada dalam perairan
tersebut. Tumbuhan yang mengapung
seperti Entermorpha, Cladophora dan
ganggang Cyanophyceae merupakan

Jnnral Vektor Penyakit, Vol.

III No. 2, 2009 : 66 - 72

tempat yang ideal bagi perkembangbiakannya'. Oleh karena hal-hal tersebut di
atas, sering pula dikatakan bahwa genus

Entermorpha diketal sebagai indikator
atau pertanda tempat perindukan ln.
Sundaicusu.

Di negara bagian Malaysia (Serawak)
An. sundaicus Rodenwaldt, dilaporkan
sebagai vaktor utama di daerah pantai
negara tersebutT. Sedangkan di Thailand,

An. sundaiczs Rodenwaldt hanya diduga
sebagai vektor peng i7rut (s c ondary vehor)
karena beberapa wilayah lrregara tersebut,
vektor utama penyakit malaria tersebut
adalahAn. balabacensis, An. minimus dan
An. macul atus' . P eny ebaran An. sundaicus

Rodenwaldt meliputi: India, Bangladesh,
Burma, Indociaa, Thailand, Malaysia,
Singapore, Indinesia dan belum pemh
dilaporkan terdapat di Srilanka, Philipina,

danTaiwant.

Di India, penyebaran dari An.
sundaicus Rodenwaldt, meliputi daerah
bagian Barut Bengali, Orissa, hinggu
daerah pantai Andhra paradesh dan
Andamans. Di Indonesia penyebaran dari
An. sundaicus Rodenwaldt dan telah
dikonfirmasi sebagai vektor malaria
meliputi daerah-daerah Riau, Lampung,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta,
Jawa Timur, NTT, dan Sulawesi Selatane.

Tujuan dari penulisan ini iatah
memberikan informasi (penjelasan)
mengenai beberapa aspek biologi dan
bionomik dari An. sundaicus Rodenwaldt
serta peranannya dalam kesehatan

manusia termasuk dalam


pengendaliannya.

METODE

Kalsifikasi Anopheles sundaicus
Rodenwaldt.

Terdapat

2

varietas (tipe) An.

sundaicus Rodenwaldt yaitu : 1) varietas
(tipe ) Flavescens yang terdapat di Jawa. 2)
Variatas (tipe) Torakala Stoker dan
Waktodei 1949 yang terdapat di daerah

Sulawesi. Sedangkan klasifikasinya

dan
Swellengberel adalah : Phylum:

menurut Bonne Wepster

Arthropoda, Classis: Hexapoda, Ordo:
Diptera, Familia: Culcidae, Sub familia:
Anophelinea, Tribus: Anophelini, Sub
Genus: Celia, Seri : Pseudomyzornyia,
Genus: Anopheles',.

HASILDAFT PEMBAIIASAN

Morfologi

Latva nyamuk An. sundaicus
mempunyai panjang tubuhnya lebih
kurang 5 mm pada instar ke VI, berwarna
kecoklat-coklatan atau sering pula
berwama kehij au-hiajuan, bulu-bulu pada

antena kecil dan tidak bercabang, bulubulu iner clypeal letaknya berjauhan, bulubulu kipas pada ruas adbomen pertama
sempuran tergal plate abdomen kecil dan
bulu meso thoraks no.4 bercabang 3-4 di
dekatpangkalnya.
Dewasa (untuk yang betina)
Pada bagian kepala terdapat sisik-sisik
pucat (pada bagian verteks) dan bagian
depannya terdapat sisik-sisik yarLg
menonjol, antena berwama coklat dengan
sedikit sisik-sisik pucat di ujungnya dan
palpi berwarna coklat gelap dengan tiga
bagian berwarna pucat dan bagian pucat
yang terujung sama panjangnya dengan
bagian gelap dibawahnya.

BagianThoraks
Pada bagian anterior pronotal lobes
terdapat beberapa bulu-bulu, dengan
bagian pro pleuron dengan Z-3 bulu.
Bagian tengah mesonotumnya dengan

kelompok sisik putih. Scutellum berwama
coklat kekuning-kuningan dengan
bagiannya coklat tua dan pada bagian
tepinya terdapat rarnbut seperti sisik.
Halter berwarna putih dan pada ujunguya
terdaspat sisik berwarna hitam. Rambutrambut spiracular 2-3 tetapi dap atpula6-7 .
Rambut-rambut pada bagian pre alar

67

PerunanAnophelessundaicnssebagaiVektorPenyakit'...(HasanBoesri)

I

berjumlah 6-8. Bagian atas mesepimeral
ada 8 rarrbut (sisik) danbagianbawahnya
dari mesepimeral tersebut tak berarnbut

Dewasa


(tak bersisik). Bagian stemopleural bagian
atas terdaoat 6-7 rambut, sedangkan pada
bagian bawahnya terdapat 7 rarnbut.

mempublikasikan tentang keaktifan
mengigit dan An. sundaicus Rodenwaldt
ini. An. Sundaicus di Indonesia aktif
mengigit sepanjang malam dengan
kepadatan yang tertinggi sekitar tengah

Bagian Sayap dan Kaki
Sayap kecil, benrkuran tidak lebih dari
3 mm. Urat sayap I dancostannyaterdapat
bercak-bercak putih yang jumlahnya
bervariasi dan biasanya 4 ataa lebih. Pada
percabangan urat sayap 5.1 dan 4.2
terdapat sisik hitam (panjang sisik hitam
tersebut bervariasi). Pda urat sayap 6
terdapat 2 noda gelap. Pada femur dan tibia
bercak-bercak putih. Persambungan tibiatarsus kaki belakang dengan gelang pucat
yang sempit. Tarsus ke-5 kaki belakang
sebagian atau selurubnya berwama gelap.

KeaktifanMenggigit

Hanya sedikit informasi

Yang

malam dan meqjelang pagi hari.

An. sundaicus di daerah Pantai
Banyuwangi Jawa Timur, aktif monggigit
dengan kepadatan yang tertinggt pada
pulnul 21.00 sampai pukul 24.00 teugah
malam". Demikian pula di India dan di
Burma bahwa An. sundaiczs mulai aktif
mengigit sejak pukul21.00 hingga pulul
24.00tengahmalam.
Kebiasaan Makan darah (Feeding
Habit)

Soedir dari hasil pengamatannYa

BIONOMIK Anopheles

sundeicus

Rodenwaldt

Larva
Berkembang biak di daerah Pantai,
dalam perairan payau, rawa-rawa, lagoon,
kolam-kolarn ikan dan berbagai keadaan
perairan dengan salinitas mulai dari 0,05%
sampai 1,8 Yo dan lebih disukai Pada
tempat'tempat yang banyak diambuhi
oleh algae dari Entermorphq Cladocera
dan Cyanophyceau. Namun demikian
pernah pula dilaporkan bahwa An.
sandaicus Rodenwaldt di India dan
Indonesia dapat berkembang biak dalam
air tawar yang banyak mengandung
tumbuhan air seperti dari geaus
Entermorphat,
Tempat-tempat perkembangbiakn /n.
sund.aicus Rodenwaldt dalam air tawu di
Sumatera pertama kali ditEmukan di
daerah Mandailing dengan ketinggian 210
meter di atas permukaan laut, Yang
selanjutrya ditemukan pula di daerah
sekitar danau Toba yang berketinggian
1000 m diatas permukaaan laut, juga di
daerah pulauNias dan Simalungunto.

68

menge,nai efektivitas berbagpi jeois hewan

sebagai umpan uatuk kolelsi ryamuk,
mengatakan bahwa An. sundaicus di
daerah pantai Glagah Jawa Tengah lebih
banyak berhasil ditangkap dengan

menggunakan darah saPi bila
dibandingkan dengan hasil tanggkapan
dengan menggunakan umpan orangt'.

An. sundaicus di daerah Jawa Timur,
persentase nyamuk yarg menggigit darah
manusia 51,% dr dalam rumah dan hanya
22% yang di tangkap di luar rumah
demikian pula sebanyak 32% nyamuk
yang abdomennya penuh dengan darah
berisikan darah manusia. Sedangkan di
Malaysia dan Kamphucaa An. sundaicus

lebih tertarik terhadap sapi bila

dibandiagkan dengan monyet. Adapun
ke,padataa tahunan di beberapa daerah atau

negara dapat saja berlainan yafrg
tergantung dari banyak hal antara lain
dipengaruhi oleh keadaaan iklim dan
cuaca maupun tempt-tempat beristirahat

yang ada. An. sundaicus di India
mempunyai kepadatan yang relatif lebih
tinggi adalah pada bulan Oktober dan
November setiap tahunnya. Demikian pula

Jnrnal Veltor Penyakit, Vol.

di

I[

No. 2, 2009 :66 - 72

di daerah
pantai mempunyai kepadatan yang relatif
tinggi pada bulan Oktober dan November
bersamaan dengan musim penghujan tiba.
Tetapi di daerah pantai Banyuwangi Jawa
Indonesia An. sundaicus

Timur, An. sundaicus mempunyai

kepadatan yanr rclatif lebih besar pada
BulanMaretll.
Kebiasaaan Istirahat

An. sundaicus Rodenwaldt dapat
beristirahat baik dalam maupun luar
rumah. Perilaku istirahat ini dilakukan

biasanya setelah nyamuk tersebut
menghisap darah (terlihat pada bagian
abdomenya penuh dengan darah)
Walaupun tidak jarang dijumpai nyamuk
tersebut beristirahat sebelum menghisap
darah hospesnya. Tempat-tempat istirahat
An. sundaicus di luar rumah dapat
berbeda-beda antara satu daerah dengan
daerah lain. Di daerah Pesisir Utara pulau
Iawa, An. sundaicus banyak ditemukan
beristirahat pada blarak-blarak (daun
kelapa kering) ataupun sekitar semaksemak belukar. Demikian pula di daerah
pantai Pasir Gedangan Purworejo Jawa
Tengah An. sundaiczs banyak ditemukan
beristirahat di luar rumah pada
tumpukan/kumpulan pelepah dan daundaun kelap a yan9 telah kerin g atau sekitar
kandang sapi.
Tempat beristirahat dart An. sundaicus
daerah pantai Glagah Jawa Tengah
adalah semak Pandan Qtandanus sp)".
Namun demikian, An. sundaicus didaerah
pantai banyuwangi Jawa Timur banyak
beristirahat di dalam rumah yang berjarak
kawang dari 500 meter dari pantai".
Di Malaysia An. sundaicus banyak
beristirahat di rumah. Demikian pula di

di

Burma sebelum diadakan program
penyemprotan An. sundaicus selalu
beristiratrat di dalam rumah sepanjang
hari.

Umur harapan hidup (Lovelengty)
Untuk mempelajari lamanya harapan
hidup An. sundaicus maka tidak terlepas

dari penyelidikan mengenai sudah pernah
tidaknya nyamuk tersebut bertelur, atau
penyelidikan mengenai berapa lama waktu
yaag dibutuhkan dalam satu siklus
goootropik dan beberapa kali siklus
tersebut dapat terj adi. UrrtttkAn. s undaicus
publikasi tentang hal-hal tersebut diatas
sangatlah sedikit. Namun demikian, di
Malaysia telah diseleksi sebanyak 1.211
et&or An. sundaicus dan didapatkan
sebanyak 64%o parous, sehingga dapat
dikatakan An. sundaicus tersebut
mempunyai kemampuan hidup yang
sedang karena sebelumnya telah diadakan

pengamatan dalam laboratorium bahwa
nyamuk tersebut dapat hidup 2 sampai 3
minggu.

Dayaterbang
Untuk mengetahui kemapuan daya
terbang An. sundaicus telah banyak
dilakukan uji coba ataupun pengamatan
oleh beberapa ahli, tetapi hasil yarrg
diperoleh menunjukan perbedaan yang
bervariasi.
An. sundaiczs selarna musim kemarau
di India dapat terbang sejauh 3,2 lon dari

tempat perindukannya. Namun An.

sundaicus dapatterbang pula sekitar jarak
1,6 kn dari tempat perindukannya adalah
normal. Namun demikian di Indonesia
dapat terbang sejauh 5 km dari tempat
perindukannyaa.

Tarian dalam perkawinan (Swarming
andMating)

Untuk mengetahui prilaku dan
gerakan An. sundaicus di dalam proses
perkawinarury a (sw arming) belum banyak
diketahui. Walaupun demikian dalam

suatu pengamatan di sekitar danau Chikal
India, mengatakan bahwa swarming pada
An. sundaiczs dimulai pukul 17.30 hingga
hari menjadi gelap. Swarrning tersebut
kadang-kadang terdiri dari 5.000 individu
dan sering terjadi diatas kepal dengan
pergerakan vertikal + 30 cm deuganjarak+
300 cm dari tempatpertama kali peristiwa
tersebut berlangsung, dengan pergerakan

69

PerananAnophelesSundaicassebagaiVektorPenyakit ..'.(HasanBoesri)
yang teratff ke atas dan ke bawah secaf,a
terusmenerus.

PERANAN DALAM PENT]LARAN
PEIYYAKIT
Telah diketahui babwa An. sundaicus
Rodenwaldt dapat berperan sebagai vektor
malaria di daerah pantai pada beberapa

negara. Oleh sebab itu penyelidikan
tentang peranannya sebagai penular
penyakit banyak mendapat perhatian dari
paraahli.
Telah dilakrftan penyelidikan An.
sundaicus Rodenwaldt di daerah Sumatera
yaitu mernbedah sebanyak 4.505 specimen
dan menemukan sebanyak 102 specimen
yang lambungnya terinfeksi oleh parasit
malaria (plasmadiuru sp yang masih
berupa ookisit). Kemudian dari hasil

pembedahan sebanyak 3.813 An.
sundaicus di Jawa mendapatkan hasil 5l
specimen yang terinfeks i olehpl as madium
sp pada lambunguya. Hasil lain
menunjuftkan telah dibedah sebanyak 836

specimen An. sundaicus di India
mendapatkan 71 specimen menginfeksi
lambung dan 108 specime,r me,ngirfeksi
kelenjar ludah sehingga didapatkan ailai

sporozoit rate + 20%. Dalam

di

daerah Sulawesi
Selatan dilaporkan infeksi malaria
terhadap anak-anak berumur 2 - 9 tafuxr
mencapai 34% dengan Sporozoit rate

pengamatannya

tersebut. Selanjutnya oleh dicoba
keefektifan dari senyawa diflubenzuron
(OMS lS04) terhadap vektor malaria di
Bali. Hasil yang direkomendasikan yaitu
efektif pada larva An. sundaicus dalam
waktu lima hari dengan tidak merusak
pada organi srne non tergef

Di Malaysia dan Cambodia aktivitas
menggigit,4 n. sundaicus didapatkan lebih
sering di luar rumah daripada di dalam
rumah dengan suafu perbandingan 2,5 :
1,0'0. Perbandingan yang didapatkan di
Semarang Jawa Tengah, pada tahun 1960
dapat bersukur
adalah 1,6 t.O'.
bahwa pada tahun 2002 telah dilakukan
penangkapan larva nyamuk Anapheles dt

:

ny amuk An. s undaicus. Tetapi pad a daerah
pantai selatan di Jawa Tengah masih ada.

KESIMPT]LANI
Berdasarkan peuulusuran Pustaka
yang diperoleh menge,nai dinamika dari
An. sundaiars Rodenwaldt yang dirasa
saaget tcebatas sekali publikasinya maka
dapat disimpulkan beberapa hal yang
dirasapeutingyaitu:
l. Species ,4n. sundaicus Rodenwaldt

semprot hudson, dengan dosis l,l-2,3

thuringiensis yang masing-masing

dilarutkan didalam alat semprot tersebut
Hasil yang direkomendasikan adalah
dengan perlakuan tersebut, dapat menekan
populasi An. sundaicus serendahrendahnyao. Pengamatan vektor malaria di
BaIi tenryata An. sundaicus merupakan
vektor yang sangat berperan di daerah

7A

fita

daerah pantai dari Brebes sampai di
Rembang, tidak ditemukan lagi adanya

sebesar 0,7yo 13. Suatu penilaian dari
pengunaan B acillus thuringiensls terhadap
An. sundaicus dr daerah Jawa Barat yaifu
dengan menyemprotkan benfirk liquid dari
Bacillus thurircgiensrs H-14 densm alat
kglha. Perlakuan yang diberikan adalah 50
nl, 75 ml, dan 100 mI liquid Bacilfus

.

2.

3.

mempunyai keunikan tersendiri datam
memilih tempat perindukannya yanlg
disenanginy a y alittt p adaperairan yang
bersifat asin, payau, atau dalam
perairan yaag bersifat tawar. Apakah
hal ini rebagai suatu sifat adaptasiyang
be$u dari species tersebut ataukah
memang mempunyai sifat genetik
yang saling berbeda satu de'ngan
lainnya. (Belum ditemukan publikasi
yang membahas masalah tersebut).
Dengan memahami biomon* dai An.
sundaicus secara lebih cermat dan
teliti diharapkan dapat membantu
dalam menentukan kebijaksanaan
pada tindakan pemberantasannya
dengan tepat dan berhasil guna.

An. sundaicus
Rodenwaldt meliputi India,

Peayebaran dari

Junral Vektor Penyakit, Vol.

III No. 2,2009 : 66 - 72

Bangladesh, Burma, Indocina,
Thailand, Malaysia, Singapore,
Indinesia. Sedangkan penyebaran di

Java. Indian Journal Malariology.

(4):321-338.
4.

Indonesia (dengan catatanyang sudah

dikonfirmasikan sebagai vektor
malaria) meliputi daerah-daerah Riau,
Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Yogyakarta, Jawa Timur, NTT, dan

4.

Sulawesi Selatan.

Tempat-tempat istirahat yang paling
disenangi ialah pada semak-semak,
tumpukan daun kelapa kering di luar

rumah, namun demikian An.
sundaicus mengemari juga

beristirahat di dalam rumah.
Kesenangan terhadap sumber darah
sangat relatif (tergantung situasi dan
kondisi tempat), karcna An. sundaicus
suka makan darah hewan maupurl
manusia, Menggigit di dalam mauprxr

di

malam.
PerananAn. Sundaicus sebagai vektor
penyakit malaria di beberapa daerah di
Indonesia sudah tidak diragukan lagi
baik sebagai vektor utama maupun
sebagai sec ondary vector.
2

5.

1

1.

O'Connor. C.T dan Tine Sopa,1981.

check-list

of the mosquito

Indonesia.
the US Naval Medical Research Unit
No,2, Jakarta.
L,

Soerono, M. G. davidsou dan Munir,
1965. The Development and trand of
insectiside resistence in An. aconifus
andAa, Sundaicus. Bull. WHO 161168.

3.

Harsfall.W.R, 1955. Mosquiotes their
bionomics and relation to disease. The
Ronald Pres s Company, New York.

6.

Soekirno.M, Y.H, Bang, M.Sudomo,
TJokorda Putra Pembayun dan G.A.

Fleming, 1983. Bionomics of
Anopheles Sundaicus and other
Anophelinea assosiated. WHO
document, WHOA/BC/83.
7.

8.

Sundararaman, S, R, Soeroto, M.
Siran, 1957. Vector of malaria in Mid

8

85.

Chooi.c.k,1985. Status of Malaria
Vectors in Malaysia. The Southeast
asian journal of hopical medicine and
public health. March : 16 (1)- -

Museum and Reference Center
SEAMOE-TROMPED, 1986. Alist of
Mosquiotes species in Southest Asia.
Faculty of tropical medicine Mahidol
University B angkok, Thailand.

9.

Depkes R[, 1987. Pemberantasan
Vektor dan Cara-cara Evaluasinya.
Dit. Jen, PPMdanPLP, Jakarta.

10. Boone-wepster dan Swellengrebel,
1953. The Anopheles mosquitoes of
the Indo-Australian region. The
Departement of tropical Hygiene and

Goegrapical Pathology Royal

A

of
Aspesical publication of

184.896.

5.

.00 hingg a24.00

DAF'TARPUSTAKA

Scherfer.C.H. dan S. Kimowardoyo,
1984. An operational evaluation of
Bacillus Thuringiensis serottype H- 1 4
against Anopheles Sundaicus in West
Java, Indonesia. WHO document,

wHoA/BC

luar rumah, namuu demikian

banyak publikasi yang cenderung
mengatakan lebih senang mengigit
diluar rumah dengan keaktifan
sepanjang malam dan yang paling
tinggi keaktifannya sekitar pukul

11

Tropical Institute, Amsterdam.

11. Martono, 1,979. Studi Anophelini
(Culicidae, Diptera) di daerah tarnbak
Banyuwangi. Tesis Fakultas Pasca
SarjanaIPB, Bogor.

12. Soedir.s,l985. Efektifitas berbagai
jenis hewan sebagai umpan untuk
koleksi nyamuk. Tesis Fakultas Pasca
Sa{anaIPB, Bogor.
1

3. Collins.R.lR.K.Jun g, Hazan Anoez,
R.H. Sutrisno dan D.Putut,1979. A

7l

l-..

PerananAnopheles Sundaicas sebagai Vektor

study of the coastal malria VectorAn.

Sundaicus Rodenwaldt and An.
Subpictus Grassi in South Sulawesi,

Indonesia WHO document,
wHo/IvIaU79.913.

72

14.

Penyakit

.... (I{asan Boesri)

Chow.C.Y,l970. Bionomics of
Malaria vectors in the wesffen pasific
regron. Southeast asia joumal top.
Med. Pub. Hlth. I : 40-57