Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Analisis Hubungan Faktor Sanitasi Sumur Gali Terhadap Indeks Fecal Coliform di Desa Sentul Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang Tahun 2017

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR SANITASI SUMUR GALI TERHADAP

  INDEKS FECAL COLIFORM DI DESA SENTUL KECAMATAN KRAGILAN KABUPATEN SERANG TAHUN 2017 SKRIPSI

  Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

  Oleh: LILIS AMALIAH 1113101000024 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

  UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, Januari 2018 Lilis Amaliah, NIIM : 1113101000024

Analisis Hubungan Faktor Sanitasi Sumur Gali Terhadap Indeks Fecal

Coliform di Desa Sentul Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang Tahun 2017

  (xvi + 102 halaman, 14 tabel, 2 bagan, 5 gambar, 11 lampiran)

  

ABSTRAK

Pencemaran air banyak diakibatkan oleh sumber pencemar berupa limbah

domestik atau rumah tangga salah satunya dapat menyebabkan pencemaran bakteriologis.

  

Pencemaran bakteriologis akibat limbah domestik tersebut dapat mengalami rembesan ke

dalam air tanah dan mencemari air tanah seperti air sumur gali yang masih banyak

digunakan sebagai sumber bahan baku untuk air minum maupun kegiatan rumah tangga

lainnya. Kehadiran Fecal coliform di air sumur gali dapat mengindikasikan kontaminasi

karena kotoran manusia atau kotoran hewan. Air yang terkontaminasi dengan organisme

ini dapat menyebabkan penyakit pencernaan seperti diare. Sehingga masyarakat harus

menjaga kebersihan air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari agar terhindar dari

penyakit. Dalam menjaga kebersihan air perlu memperhatikan sanitasi air yang digunakan

khususnya faktor sanitasi sumur gali.

  Tujuan penelitian ini diketahuinya hubungan faktor sanitasi sarana sumur gali

terhadap indeks Fecal Coliform pada air sumur gali. Lokasi penelitian di Desa Sentul

Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang. Waktu penelitian dilakukan pada bulan

September-Oktober 2017. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi

cross sectional . Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling, serta

didapatkan jumlah sampel sebesar 69 sarana sumur gali yang dijadikan sebagai bahan

baku air minum oleh masyarakat.

  Hasil penelitian dari 69 sarana sumur gali sebanyak 64 (92,8%) sarana sumur gali

terindikasi adanya bakteri Fecal coliform. Faktor yang memiliki pengaruh terhadap

indeks Fecal coliform pada air sumur gali, yaitu jarak jamban dari sumur gali (p= 0,01),

jarak septic tank dari sumur gali (p= 0,014), dan kondisi fisik sumur gali (p= 0,043).

Faktor lainnya yang tidak memiliki pengaruh, yaitu jarak pencemar lain dari sumur gali

(p= 1,000).

  Saran dari penelitian ini adalah masyarakat dapat melakukan perbaikan kondisi

fisik sarana sumur gali dengan memperbaiki kualitas lantai sumur, SPAL, dan melakukan

penyimpanan ember/timba sumur gali dengan cara digantung, serta merebus air bersih

hingga mendidih selama 5-10 menit sebelum dikonsumsi sebagai air minum. Puskesmas

kragilan melakukan pengukuran bakteri Fecal coliform secara berkala dan memberikan

penyuluhan kepada masyarakat. Pemerintah daerah melakukan upaya pembangunan

septic tank komunal, serta melakukan pengawasan dan pemantauan kualitas sumur gali

yang digunakan. Peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian dengan memasukan

variabel yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti arah aliran air tanah, kemiringan

tanah, porositas tanah, permeabilitas tanah di lokasi penelitian, dan luas tidaknya atau

padat tidaknya pemukiman.

  Kata kunci: pencemaran air, sumur gali, faktor sanitasi, Fecal coliform Daftar Bacaan: 75 (1990-2017)

  STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA SYARIF HIDAYATULLAH FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENES PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM Undergraduated Thesis, January 2018 Lilis Amaliah, NIM : 1113101000024

Analysis of Dug Wells Sanitation Factor Relationships Against Fecal

Coliform Index in Sentul Village, Kragilan Sub-District, Serang District 2017

(xvi + 102 pages, 14 tables , 2 charts, 5 pictures, 11 attachments)

  

ABSTRACT

Water pollution is caused by pollution sources such as domestic or household

waste that can cause bacteriological contamination. Bacteriological contamination caused

by domestic waste can experience seepage into groundwater and contaminate

groundwater such as dug well water that used as a source of raw materials for drinking

water and the other household activities. Fecal coliform found in the dug well water may

indicate contamination by groundwater due to human feces or animal dung. Water

contaminated with these organisms can cause digestive diseases such as diarrhea. So the

public must maintain the cleanliness of water used for daily needs to avoid the disease. In

maintaining the cleanliness of the water it is necessary to pay attention to the water

sanitation used, especially the sanitation factor of the wells.

  The purpose of this research is to know the relationships of sanitation factor dug

wells against the Fecal coliform index on the dug well water. This research was

conducted in Sentul Village, Kragilan Sub-District on September until October 2017.

This research is a quantitative research with cross-sectional study design. The sampling

technique using total sampling, and the number of samples are 69 dug wells which used

as the raw material of drinking water by the community.

  The result of research from 69 dug wells facilities as much as 64 (92,8%) dug

wells indicated by Fecal coliform bacteria. Factors influencing the Fecal coliform index

on the dug wells water such as the distance of latrine from the dug wells (p = 0,01), the

distance of septic tank from the dug wells (p = 0,014), and physical condition of the dug

wells (p = 0,043). Another factor that not infulencing against the Fecal coliform is the

distance of the other pollutant from the dug wells (p = 1,000).

  The recommendation from this research is the community can improve the

physical condition of dug wells by improving the quality of the floor, SPAL, and hanging

the bucket of dug wells, and then boiling clean water for 5-10 minutes before being

consumed as drinking water. Community Health Center of Kragilan required taking

regular measurement of Fecal coliform bacteria and providing counseling to the

community. The local government undertook the construction of a communal septic tank,

and then monitoring the quality of dug wells. The next researcher needs to conduct

research by including variables that are not examined in this study such as groundwater

flow direction, the slope of the ground, porosity and permeability of the soil, and then

density of settlements.

  Keywords : water pollution, dug wells, sanitation factor, Fecal coliform Reference : 75 (1990-2017)

  

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

  Nama Lengkap : Lilis Amaliah Tempat Tanggal Lahir : Serang, 04 Januari 1995 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Jalan Raya Serang-Pandeglang RT/RW 01/03

  Desa. Sukamanah Kec. Baros, Serang, 42173 Email : amaliahlilis@gmail.com No. hp : 082111304886

  Riwayat Pendidikan

  2000-2001 : TK Bakti 5 Baros 2001-2007 : SDN 3 Baros 2007-2010 : SMPN 2 Kota Serang 2010-2013 : SMAN 1 Kota Serang 2013-sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi

  Kesehatan Masyarakat

  Pengalaman Praktek Kerja

  2016 : Pengalaman Belajar Lapangan di Puskesmas Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang 2017 : Kerja Praktik di bagian Pengendalian Risiko Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Banten

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji Syukur Kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Analisis Hubungan Faktor Sanitasi Sumur Gali

  

Terhadap Indeks Fecal Coliform di Desa Sentul Kecamatan Kragilan Kabupaten

Serang Tahun 2017

  ”. Adapun maksud dari penulisan penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

  Penyelesaian penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak tersebut, diantaranya adalah:

  1. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan sekaligus pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan juga saran untuk penelitian ini.

  2. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

  3. Para dosen-dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan dosen- dosen Peminatan Kesehatan Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.

  4. Kepala Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Banten beserta jajarannya yang telah memberikan izin dan membantu dalam melakukan pengukuran air sampel.

  5. Kepala Puskesmas Kecamatan Kragilan beserta jajarannya yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan meminta data yang dibutuhkan.

  6. Kepala Desa Sentul beserta jajarannya yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian berupa pengambilan data sampel air dan juga observasi sarana sumur gali dilingkungannya.

  7. Orangtua tercinta yang selalu memberikan dukungan, nasihat dan doa yang selalu dipanjatkan demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

  8. Nurul Hayati, Dinta Fajriyenti, Nanda Maghfirah, Dini Fadiah, Faza Fidarani dan Khoirunissa Octaviani yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi.

  9. Teman-teman seperjuangan jurusan Kesehatan Masyarakat dan peminatang Kesehatan Lingkungan 2013, serta semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian penelitian ini dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

  Peneiliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun.

  Jakarta, Januari 2018

   Penulis

  

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ..................................... Error! Bookmark not defined.

  

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........ Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI ................. Error! Bookmark not defined.

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

LAMPIRAN ....................................................................................................... 102

  

DAFTAR TABEL

  

  

  

  

  

  

  

  

  

DAFTAR BAGAN

  

  

DAFTAR GAMBAR

  

DAFTAR ISTILAH

  APHA : American Public Health Association BGLB : Brillian Green Lactosa Bile Broth Drainase : Saluran Air Draw down : Penurunan level air Evaporasi : Proses penguapan air Eoutrofikasi : Pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air.

  Fecal coliform : Koliform tinja Infiltrasi : Proses meresapnya air ke dalam tanah JPT : Jumlah Perkiraan Terdekat Kondensasi : Pembentukan awan LB : Lactose Broth MPN : Most Probable Number / Angka Paling Mungkin PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum Presipitasi : Peristiwa jatuhnya air ke bumi/ hujan Purifikasi : Pemurnian/ Penjernihan Run off : Air aliran permukaan atau curah hujan yang mengalir diatas permukaan tanah yang menuju ke sungai, danau, dan lautan. Septic Tank : Lubang penampungan kotoran TPA : Tempat Pembuangan Akhir SPAL : Saluran Pembuangan Air Limbah WHO : World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Pencemaran air adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya (Kemen LH 2010). Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertanian (Sumantri 2010). Pencemaran air di Indonesia banyak diakibatkan oleh sumber pencemar berupa limbah domestik atau rumah tangga yang berasal dari jamban dan septic tank sehingga dapat menyebabkan pencemaran bakteriologis (Rusydi et al. 2015).

  Pencemaran bakteriologis adalah peristiwa yang masih sering terjadi di Negara berkembang berupa masuknya mikroorganisme yang berasal dari tinja manusia atau kotoran binatang berdarah panas masuk ke dalam sumber air bersih.

  Air tanah seperti sumur di Indonesia dapat tercemar secara bakteriologis melalui perembesan air limbah (Sugiharto 1987). Di beberapa wilayah Indonesia, air tanah masih menjadi sumber air minum utama. Air tanah yang masih alami tanpa gangguan manusia, kualitasnya belum tentu bagus. Terlebih lagi yang sudah tercemar oleh aktivitas manusia, kualitasnya akan semakin menurun (Kodoatie 2010).

  Pencemaran air tanah antara lain disebabkan oleh kurang teraturnya pengelolaan lingkungan. Akibat pengambilan air tanah yang intensif di daerah tertentu dapat menimbulkan pencemaran air tanah dalam yang berasal dari tanah dangkal, sehingga kualitas air tanah yang semula baik menjadi menurun dan bahkan tidak dapat digunakan sebagai bahan baku air minum (Kodoatie 2010).

  Air sumur gali merupakan air yang berasal dari sumber air tanah dangkal (Gunawan 2009).

  Sumur gali merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang tinggal didaerah pedesaan maupun di perkotaan Indonesia. Hasil menunjukan bahwa jenis sarana air bersih untuk kebutuhan rumah tangga di Indonesia pada umumnya adalah sumur gali terlindung (29,2%), sumur pompa (24,1%), dan air ledeng/PDAM (19,7%). Diperkotaan, lebih banyak rumah tangga yang menggunakan air sumur bor/pompa (32,9%) dan air ledeng/PDAM (28,6%), sedangkan dipedesaan lebih banyak yang menggunakan sumur gali terlindung (32,7%) (Kemenkes RI 2013).

  Dapat diketahui, penggunaan sarana air bersih masyarakat Provinsi Banten memilki persentase sebesar 40,5% dengan jumlah 1.039.796 KK. Adapun rincian jenis sarana air bersih yang digunakan meliputi Air Ledeng/PDAM 236.426 KK (22,7%), Sumur Pompa Tangan 192.605 KK (18,5%), Sumur Gali 312.734 KK (30,1%), Penampungan Air Hujan 9.583 KK (0,9%), Kemasan 11.353 KK (1,1%) dan lainnya 412.406 KK (39,7%) (Dinkes Provinsi Banten 2011). Pada tahun 2012, untuk persentase air sumur gali yang digunakan di Provinsi Banten memiliki persentase sebesar 25,3% dengan jumlah 314.802 KK. Hal ini menunjukan bahwa sumur gali merupakan jenis sarana air bersih yang paling sering digunakan oleh masyarakat Provinsi Banten.

  Untuk pengguna sumur gali di Kabupaten Serang memiliki persentase sebesar 18,8% dengan jumlah pengguna mencapai 62.740 dari 333.453 jumlah keluarga yang diperiksa sumber air bersihnya (Dinkes Provinsi Banten 2012). Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Serang Tahun 2015, Kecamatan Kragilan merupakan Kecamatan yang memiliki sarana sumur gali terbesar kedua dengan persentase sebesar 26,1% sarana sumur gali. Selain itu, menurut profil Puskesmas Kecamatan Kragilan, desa yang memiliki persentase tertinggi sarana sumur gali, yaitu Desa Sentul sebesar 584 (55,4%) sarana sumur gali.

  Berdasarkan Permenkes No. 416/Menkes/PER/IX/1990 tentang syarat- syarat dan pengawasan kualitas air, kadar Fecal coliform maksimum yang diperbolehkan pada air bersih sebesar > 0/100 ml air contoh (Depkes RI 1990b). Hasil studi pendahuluan dari sepuluh responden yang dilakukan di Desa Sentul pada tahun 2017, menunjukan bahwa sepuluh sampel air sumur gali atau sekitar 100% sampel air sumur gali tidak memenuhi syarat dengan nilai indeks Fecal

  

coliform delapan sampel air sumur gali sebesar >1600 MPN/100ml, satu sampel

  air sumur gali dengan nilai indeks Fecal coliform sebesar 350 MPN/100ml, dan satu sampel air sarana sumur gali memiliki nilai indeks Fecal coliform sebesar 39 MPN/100ml. Sehingga air pada sarana sumur gali di Desa Sentul tidak memenuhi persyaratan bakteriologis.

  Dari hasil penelitian yang diterletak di sempadan Sungai Cikapundung, dari 19 air sumur gali memperlihatkan bahwa semua air mengandung koli-fekal yang tinggi dan melampaui kadar maksimum (> 0/100ml air) yang diperbolehkan dalam Permenkes RI No. 416/Menkes/per/IX/1990 (Ramdhany 2004). Selain itu, dari hasil pemeriksaan sebanyak 50 sampel air sumur gali yang diambil di Kampung Daraulin menunjukan bahwa semua sampel tersebut memiliki jumlah koli-fekal yang lebih dari 0/100 ml (Ridhosari & Roosmini 2011).

  Dari penelitian yang juga dilakukan di Kelurahan Martubung menyatakan bahwa jumlah Fecal coliform sebanyak 4 sumur gali dari 82 sampel yang diperiksa memiliki angka 0 per 100 ml air dan sebanyak 78 sumur gali memiliki angka Fecal coliform > 0 per 100 ml air, hal ini kemungkinan dikarenakan oleh jarak sumur gali dengan jamban penduduk masih terlalu dekat (Ginting 2009). Adapun, dari penelitian yang dilakukan di Kelurahan Terjun, didapatkan hasil bahwa Fecal coliform dari 30 sampel terdapat 27 (90%) sampel air sumur gali tidak memenuhi syarat dan 3 (10%) sampel air sumur gali memenuhi syarat sesuai dengan Permeneks RI No. 416 Tahun 1990 (Aprina 2013). Hal ini menunjukan bahwa banyak sumur gali yang tidak memenuhi syarat air bersih secara bakteriologis karena sudah mengalami pencemaran. Jika air terkontaminasi pencemaran yang mengandung mikroorganisme patogen maka akan ada kemungkinan risiko terjadi penularan penyakit (Butler 2005).

  Kehadiran Fecal coliform di air sumur dapat mengindikasikan kontaminasi oleh air tanah karena kotoran manusia atau kotoran hewan yang dapat mengandung bakteri, virus, atau organisme penyebab penyakit lainnya. Air yang terkontaminasi dengan organisme ini dapat menyebabkan penyakit pencernaan termasuk diare dan mual, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Efek ini mungkin lebih parah dan mungkin mengancam nyawa untuk bayi, anak-anak, orang lanjut usia atau orang dengan kekebalan tubuh rendah (Ministry of Environment 2007). Beberapa penelitian menunjukan bahwa Fecal coliform digunakan sebagai indikator kualitas air yang baik. Hasil penelitian menunjukan bahwa mengkonsumsi air tercemar yang ditandai adanya Fecal coliform dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit gastrointestinal akut atau penyakit penceraan akut (Strauss et al. 2001).

  Banyak sekali penyakit yang disebabkan oleh air yang kotor atau air yang tercemar. Agar sehat, maka orang-orang membutuhkan air bersih untuk minum, mandi, mencuci pakaian, membersihkan dan memasakan makanan. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh air kotor atau air tercemar, yaitu diare (WHO 1995). Diare merupakan gangguan buang air besar (BAB) ditandai dengan BAB lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lendir (Kemenkes RI 2013).

  Parameter bakteriologis seperti Fecal coliform sering ditemukan didalam air bersih. Dalam studi yang telah dilakukan pada pemukiman masyarakat di Myanmar tingkat konsentrasi Fecal coliform memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian diare pada masyarakat Myanmar (Myint et al. 2015). Selain itu, analisis untuk Fecal coliform (E. coli) masih penting bagi penyedia air minum untuk memantau intrusi atau penyerapan air limbah (Jensen et al. 2004). Hasil penelitian (Jensen et al. 2004) yang dilakukan di Punjab Selatan, Pakistan memberikan hubungan yang signifikan bahwa kontaminasi feses dengan parameter Fecal coliform pada air merupakan faktor risiko penting untuk diare pada anak di Negara berkembang.

  Berdasarkan hasil Riskesdas (2013), lima provinsi dengan insiden tertinggi meliputi Provinsi Aceh, Papua, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Banten. Selain itu, perkiraan kasus diare pada fasilitas kesehatan Provinsi Banten juga termasuk kedalam lima provinsi yang memiliki kasus diare tertinggi di Indonesia dengan persentase sebesar 4,68% (Kemenkes RI 2016).

  Pada tahun 2011, kasus diare di Kabupaten Serang memasuki urutan kedua dengan jumlah kasus sebesar 140.323 (Dinkes Provinsi Banten 2011). Kemudian, jumlah kasus diare pada tahun 2014 di Kabupaten Serang masih memasuki urutan kedua, yaitu sebesar 35.879 kasus setelah Kabupaten Pandeglang (BPS Provinsi Banten 2015). Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Serang Tahun 2015, diketahui bahwa kasus diare di Kecamatan Kragilan termasuk ke dalam sepuluh kasus diare tertinggi di Kabupaten Serang.

  Berdasarkan data Profil Puskesmas Kecamatan Kragilan Tahun 2016, diketahui bahwa Desa Sentul merupakan desa yang memiliki kasus diare tertinggi ketiga di Kecamatan Kragilan dengan jumlah kasus sebesar 2.551 kasus. Apabila masyarakat sering terkena diare, maka harus dilakukan pemeriksaan jenis sarana air bersih yang digunakan oleh masyarakat. Pemakaian air yang tidak bersih seringkali menjadi penyebab utama terjadinya diare (WHO 1995).

  Penyebab utama penyakit diare adalah infeksi bakteri atau virus. Jalur masuk utama infeksi dapat melalui air, makanan, feses manusia atau binatang, dan kontak dengan manusia. Kondisi lingkungan yang menjadi habitat atau penjamu untuk patogen, menjadi risiko utama penyakit ini. Sanitasi lingkungan dan kebersihan rumah tangga yang buruk, kurangnya air yang aman, dan pajanan yang berasal dari sampah dapat menyebabkan penyakit diare (WHO 2003). Sehingga masyarakat harus menjaga kebersihan air yang digunakan untuk kebutuhan sehari- hari agar terhindar dari penyakit pencernaan seperti diare. Dalam menjaga kebersihan air diperlukannya memperhatikan sanitasi air yang digunakan khususnya sanitasi sumur gali.

  Sarana air bersih yang digunakan rata-rata penduduk Indonesia, yaitu sarana sumur gali. Sumur gali yang digunakan oleh rata-rata penduduk Indonesia ini tentunya memiliki kualitas air yang berbeda-beda. Kualitas air sumur gali ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jarak jamban, jarak sumber pencemar lain, jarak septic tank, arah aliran air tanah, porositas dan permeabilitas tanah, curah hujan, kondisi fisik sarana sumur gali dan perilaku (Marsono 2009). Adapun faktor sanitasi sumur gali terdiri dari jarak sumber pencemar lain dengan sumur gali, jarak jamban dengan sumur gali, jarak septic tank dengan sumur gali, serta kondisi fisik sarana sumur gali yang meliputi bibir sumur, lantai sumur, dinding sumur kedap air, saluran pembuangan air limbah (SPAL), pengambilan air dengan timba, dan sumur resapan (Depkes RI 1994).

  Berdasarkan hasil penelitian (Marsono 2009), terdapat 18 sumur yang kondisi fisiknya buruk dan keseluruhan (100%) air sumurnya tidak memenuhi syarat diketahui bahwa kondisi fisik sumur mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap mikroorganisme dalam air sumur gali. Selain itu, menurut (Sudrajat 1999), menyebutkan bahwa jarak jamban yang kurang dari 11 meter (60%) hasil pemeriksaan sampel airnya menunjukan kelas kualitas bakteriologis air tidak baik sebanyak 87 sampel (58%) yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jarak jamban dengan kualitas bakteriologis air sumur gali, serta jarak sumber pencemar lain juga memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas bakteriologis air sumur gali. Hal ini didukung oleh penelitian (Sapulete 2010), diperoleh hasil p value (0.039) < 0.05 berarti terdapat hubungan yang sangat bermakna secara statistik antara jarak sumur gali dengan septic tank atau lubang penampungan kotoran dengan kandungan Fecal coliform (E. coli) dalam air sumur gali.

  Dari beberapa penelitian diatas diketahui bahwa faktor sanitasi sumur gali yang digunakan oleh masyarakat seperti jarak jamban dengan sumur gali, jarak pencemaran lain dengan sumur gali, jarak septic tank dengan sumur gali, dan kondisi fisik sarana sumur gali masih banyak yang tidak memenuhi syarat air bersih yang sehat. Masyarakat Kecamatan Kragilan masih banyak memanfaatkan sarana sumur gali sebagai sarana air bersihnya. Wilayah kerja Puskesmas Kragilan terdiri dari enam desa, namun desa yang memiliki sarana sumur gali terbanyak, yaitu Desa Sentul sebesar 584 sarana sumur gali dan menduduki peringkat ketiga dengan kasus diare terbanyak. Selain itu, masyarakat di Desa Sentul tersebut banyak yang menggunakan air sumur gali sebagai sumber air minum, mandi, memasak, dan mencuci perlengkapan masak. Oleh karena itu, perlunya penelitian mengenai hubungan faktor sanitasi sarana sumur gali terhadap indeks Fecal

  coliform di Desa Sentul Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang Tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

  Pencemaran air di Indonesia banyak diakibatkan oleh sumber pencemar berupa limbah domestik atau rumah tangga yang berasal dari jamban dan septic sehingga dapat menyebabkan pencemaran bakteriologis (Rusydi et al. 2015).

  tank

  Pencemaran akibat limbah domestik tersebut dapat mengalami rembesan ke dalam air tanah dan mencemari air tanah penduduk sekitar. Di beberapa wilayah Indonesia, air tanah seperti sumur gali masih menjadi sumber air minum utama (Kodoatie 2010). Selain itu, sumur gali juga sarana air bersih tertinggi yang dimanfaatkan oleh sebagian besar penduduk Provinsi Banten dan juga penduduk di Kecamatan Kragilan khususnya Desa Sentul. Hasil studi pendahuluan dari sepuluh sarana sumur gali di Desa Sentul pada tahun 2017, menunjukan bahwa sepuluh sampel air sumur gali atau sekitar 100% sampel air sumur gali tidak memenuhi syarat. Sehingga air pada sarana sumur gali di Desa Sentul tidak memenuhi persyaratan bakteriologis. Kehadiran Fecal coliform di air sumur dapat mengindikasikan kontaminasi oleh air tanah karena kotoran manusia atau kotoran hewan. Air yang terkontaminasi dengan organisme ini dapat menyebabkan penyakit pencernaan termasuk diare (Ministry of Environment 2007). Sehingga masyarakat harus menjaga kebersihan air yang digunakan untuk kebutuhan sehari- hari agar terhindar dari penyakit. Dalam menjaga kebersihan air diperlukannya memperhatikan sanitasi air yang digunakan khususnya sanitasi sumur gali. Adapun faktor sanitasi sumur gali yang dapat mempengaruhi kadar Fecal coliform meliputi jarak jamban dari sumur gali, jarak pencemaran lain dari sumur gali, jarak septic tank dari sumur gali, dan kondisi fisik sumur gali. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat hubungan faktor sanitasi sarana sumur gali terhadap indeks

  Fecal coliform di Desa Sentul Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang.

1.3 Pertanyaan Penelitian

  1. Bagaimana nilai indeks Fecal coliform air sumur gali di pemukiman Desa Sentul Kecamatan Kragilan?

  2. Bagaimana gambaran antara jarak jamban dari sumur gali di pemukiman Desa Sentul Kecamatan Kragilan?

  3. Bagaimana gambaran antara jarak septic tank dari sumur gali di pemukiman Desa Sentul Kecamatan Kragilan?

  4. Bagaimana gambaran antara jarak pencemar lain (genangan air, tempat sampah, dan kandang ternak) di pemukiman Desa Sentul Kecamatan Kragilan?

  5. Bagaimana gambaran kondisi fisik sarana sumur gali di pemukiman Desa Sentul Kecamatan Kragilan?

  6. Bagaimana hubungan antara jarak jamban dari sumur gali terhadap indeks

  Fecal coliform di Desa Sentul Kecamatan Kragilan?

  7. Bagaimana hubungan antara jarak septic tank dari sumur gali terhadap indeks Fecal coliform di Desa Sentul Kecamatan Kragilan?

  8. Bagaimana hubungan antara pencemar lain (genangan air, tempat sampah, dan kandang ternak) dari sumur gali terhadap indeks Fecal coliform di Desa Sentul Kecamatan Kragilan?

  9. Bagaimana hubungan kondisi fisik sarana sumur gali terhadap indeks coliform di Desa Sentul Kecamatan Kragilan?

  Fecal

1.4 Tujuan Penelitian

  1.4.1 Tujuan Umum

  Mengetahui hubungan faktor sanitasi sarana sumur gali terhadap indeks Fecal Coliform di Desa Sentul Kecamatan Kragilan Tahun 2017.

  1.4.2 Tujuan Khusus

  1. Diketahuinya nilai indeks Fecal coliform air sumur gali di pemukiman Desa Sentul Kecamatan Kragilan.

  2. Diketahuinya gambaran antara jarak jamban dari sumur gali di pemukiman Desa Sentul Kecamatan Kragilan.

  3. Diketahuinya gambaran antara jarak septic tank dari sumur gali di pemukiman Desa Sentul Kecamatan Kragilan.

  4. Diketahuinya gambaran antara jarak pencemar lain (genangan air, tempat sampah, dan kandang ternak) di pemukiman Desa Sentul Kecamatan Kragilan.

  5. Diketahuinya gambaran kondisi fisik sarana sumur gali di pemukiman Desa Sentul Kecamatan Kragilan.

  6. Diketahuinya hubungan antara jarak jamban dari sumur gali terhadap indeks Fecal coliform di Desa Sentul Kecamatan Kragilan.

  7. Diketahuinya hubungan antara jarak septic tank dari sumur gali terhadap indeks Fecal coliform di Desa Sentul Kecamatan Kragilan.

  8. Diketahuinya hubungan antara antara jarak pencemar lain (genangan air, tempat sampah, dan kandang ternak) dari sumur gali terhadap indeks Fecal

  coliform di Desa Sentul Kecamatan Kragilan.

  9. Diketahuinya hubungan kondisi fisik sarana sumur gali terhadap indeks Fecal coliform di Desa Sentul Kecamatan Kragilan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Bagi Pemerintah

  1. Menjadi landasan atau acuan bagi pemerintah, khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Serang dalam pengambilan keputusan serta membuat kebijakan atau program untuk mengurangi penyakit yang bersumber dari air (water

  borne deasease ) seperti penyakit diare.

  2. Menjadi database bagi Dinas Kesehatan dalam melakukan upaya pencegahan penyakit yang berbasis lingkungan khususnya pada diare.

  1.5.2 Manfaat Bagi Puskesmas

  1. Dapat menjadi landasan untuk pengawasan terintegrasi pada air bersih yang digunakan oleh masyarakat.

  2. Dapat menjadi acuan untuk berpartisipasinya masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit yang bersumber dari air (water borne deasease).

  1.5.3 Manfaat Bagi Masyarakat

  Agar dapat mengenali dan memahami kondisi sarana air bersih yang digunakan agar terhindar dari penyakit yang bersumber dari air (water borne

  deasease ).

  1.5.4 Manfaat Bagi Peneliti Lain

  Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti lainnya tentang faktor- faktor yang mempengaruhi pencemaran sumur gali dan sanitasi sumur gali terhadap nilai indeks Fecal coliform air sumur gali. Selain itu, sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut dan informasi bagi peneliti lain yang peduli terhadap kondisi lingkungan dan kesehatan.

1.6 Ruang Lingkup

  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor sanitasi sumur gali terhadap indeks Fecal coliform di Desa Sentul Kecamatan Kragilan Tahun 2017. Metode penelitian menggunakan metode analisis kuantitatif dengan sumber data sekunder dari Puskesmas Kecamatan Kragilan mengenai masyarakat pengguna air sumur gali. Untuk data primer berupa pengambilan sampel air sumur dengan uji Most Probable Number (MPN) dengan menggunakan SNI 06-4158- 1996 agar mengetahui indeks bakteri Fecal coliform pada air bersih. Peneliti juga mengukur jarak antara jamban, septic tank, dan pencemaran lain dari sumur gali menggunakan meteran. Untuk mengetahui kondisi fisik sumur gali dengan metode observasi menggunakan lembar observasi atau lembar checklist. Desain studi yang digunakan, yaitu desain studi cross sectional karena pengukuran dilakukan pada saat yang bersamaan dan bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Populasi dalam penelitian ini adalah sumur gali yang airnya digunakan sebagai bahan baku air minum yang dimiliki masyarakat di Desa Sentul Kecamatan Kragilan, serta sampel dalam penelitian ini sebesar 69 sarana sumur gali.

  Proses pengambilan data dilakukan pada bulan September sampai Oktober tahun 2017. Setelah data diperoleh, dilakukan pengolahan data dengan menggunakan software analisis data. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran dan distribusi frekuensi. Analisis bivariat dengan menggunakan analisis chi square.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Bersih

  2.1.1 Pengertian Air Bersih

  Air merupakan zat yang penting bagi kehidupan manusia. Setiap tiga per empat bagian dari tubuh manusia terdiri dari air dan tidak ada yang dapat bertahan hidup lebih dari 4

  • – 5 hari tanpa minum air (Chandra 2006). Menurut Permenkes No. 416/Menkes/PER/IX/1990, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air juga dipergunakan untuk kebutuhan rumah tangga seperti memasak, mencuci pakaian dan peralatan lainnya. Selain itu, air digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain (Chandra 2006).

  2.1.2 Sumber Air Bersih

  Sekalipun air jumlahnya relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan bersirkulasi akibat pengaruh cuaca, sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus hidrologis. Siklus ini penting, karena jalan yang mensuplai daratan dengan air (Soemirat 2009). Selanjutnya yang dimaksud dengan air adalah air tawar yang tidak termasuk salju dan es. Di Indonesia jumlah dan pemakaian air bersumber pada air tanah, air permukaan dan air atmosfer, yang ketersediannya sangat ditentukan oleh atmosfer atau sering dikenal dengan air hujan (Sumantri 2010).

  Siklus hidrologi memiliki beberapa tahapan yang dilaluinya, mulai dari proses penguapan air (evaporasi), pembentuakan awan (kondensasi), peristiwa penyerapan air kedalam tanah, sampai berlangsungnya proses daur ulang (Chandra 2006).

  

Gambar 2. 1 Siklus Hidrologi

Sumber : (Sumantri 2010)

  Sinar matahari sebagai sumber energi akan mengeluarkan panas matahari sehingga air dapat menguap. Penguapan ini terjadi pada air permukaan, air yang berada di dalam lapisan tanah bagian atas (evaporasi), air yang ada didalam tumbuhan (transpirasi), hewan, dan manusia (transpirasi, respirasi). Uap air ini memasuki atmosfer. Didalam atmosfer uap ini akan menjadi awan, dan dalam kondisi cuaca tertentu dapat mendingin dan berubah bentuk menjadi tetesan- tetesan air dan jatuh kembali kepermukaan sebagai air hujan. Air hujan ini akan mengalir langsung masuk kedalam air permukaan (runoff), ada yang meresap kedalam tanah (perkolasi) dan menjadi air tanah baik yang dangkal maupun yang dalam, ada yang diserap oleh tumbuhan. Air tanah dalam akan timbul ke permukaan sebagai mata air dan menjadi air permukaan. Air permukaan bersama- sama dengan air tanah dangkal, dan air yang berada didalam tubuh akan menguap kembali menjadi awan. Maka siklus hidrologi ini kembali berulang (Soemirat 2009).

  Dari siklus hidrologi ini dapat dilihat adanya berbagai sumber air tawar. Berdasarkan siklus hidrologi, sumber air dapat diklasifikasikan menjadi air angkasa (hujan), air permukaan, dan air tanah yang akan diuraikan sebagai berikut.

  1. Air Angkasa (Air Hujan) Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi.

  Walaupun pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme dan gas, misalnya karbon dioksida, nitrogen, dan ammonia (Chandra 2006). Maka dari itu, kualitas air hujan bergantung sekali pada kualitas udara yang dilaluinya sewaktu turun ke bumi. Bila kadar SO didalam

  2

  udara tinggi, maka hujan yang akan turun bersifat asam, sehingga air hujan tersebut tercemar. Keadaan seperti ini sering ditemukan didaerah perindustrian (Soemirat 2009).

  2. Air Permukaan Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa, dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah (Effendi 2003).

  Air permukaan yang meliputi badan-badan air sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh kepermukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya (Chandra 2006).

  Air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-faktor yang harus diperhatikan, yaitu mutu atau kualitas baku, jumlah atau kuantitasnya, dan kontinuitasnya. Dibandingkan dengan sumber air lain, air permukaan merupakan sumber air yang paling tercemar akibat kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lain (Chandra 2006).

  Sumber-sumber air permukaan, antara lain sungai, selokan, rawa, parit, bendungan, danau, laut, dan air terjun. Sumber air permukaan yang berasal dari sungai, selokan, dan parit mempunyai persamaan, yaitu mengalir dan dapat menghanyutkan bahan yang tercemar. Sumber air permukaan yang berasal dari rawa, bendungan, dan danau memiliki air yang tidak mengalir, tersimpan dalam waktu yang lama, dan mengandung sisa-sisa pembusukan alam, misalnya pembusukan tumbuh-tumbuhan, ganggang, fungi, dan lain-lain (Chandra 2006).

  3. Air Tanah Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, didalam perjalanannya kebawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan (Chandra 2006).

  Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber air lain. Pertama, air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi dan penjernihan. Persediaan air tanah yang cukup tersedia sepanjang tahun, saat musim kemarau sekalipun. Sementara itu, air tanah juga memiliki beberapa kerugian atau kelemahan dibanding sumber air lainnya. Air tanah mengandung zat-zat mineral konsentrasi yang tinggi.

  Konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral semacam magnesium, kalsium, dan logam berat seperti besi dapat menyebabkan kesadahan air. Selain itu, untuk mengisap dan mengalirkan air ke atas permukaan, diperlukan pompa (Chandra 2006). Air tanah terbagi menjadi tiga, yaitu air tanah dangkal, air tanah dalam, dan mata air.

  a. Air Tanah Dangkal Air tanah dangkal terjadi karena daya proses air dari permukaan tanah.

  Lumpur akan tertahan, demikian juga dengan sebagian bakteri. Sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan. Lapisan tanah ini berfungsi sebagai saringan. Disamping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah. Setelah menemui lapisan rapat air, air akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air bersih melalui sumur- sumur dangkal (Sutrisno 2010). Air tanah dangkal terdapat pada kedalaman ± 15 m sebagai sumber air bersih, air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agak baik. Dari segi kuantitas kurang baik dan tergantung musim (Sumantri 2010).

  b. Air Tanah Dalam Air tanah dalam terdapat setelah rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam tak semudah pada air dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukan pipa kedalamnya sampai kedalaman 100 – 300 m. Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur keluar, sumur ini disebut sumur artesis (Sutrisno 2010).

  c. Mata Air Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah. Air yang berasal dari mata air ini belum tercemar oleh kotoran. Mata air yang berasal dari tanah dalam, tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air dalam (Notoatmodjo 2011).

2.1.3 Syarat Kualitas Air Bersih Kegunaan air yang paling terpenting merupakan kebutuhan untuk minum.