BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi awal - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model Numbered Head Together (NHT) dan Alat Peraga M

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Penelitian

4.1.1 Deskripsi Kondisi awal

  Kondisi awal merupakan kondisi sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Terlebih dahulu untuk mengetahui suasana pembelajaran dan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran Matematika. Hasil belajar SD Negeri Tengaran 01 belum seperti yang diharapkan, baik dari segi hasil, pada umumnya anak belum tuntas, dari segi guru, pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru belum menggunakan pendekatan, metode, alat peraga dan komponen-komponen lain dengan tepat, masih menggunakan pendekatan, metode, dan alat peraga yang tradisional. Hal ini dapat di lihat dari nilai sebanyak 20 siswa dapat disajikan tabel hasil belajar di bawah ini:

Tabel 4.1 Nilai Hasil Belajar Matematika Kondisi Awal No. Nilai KKM = 75 Sebelum Tindakan Keterangan Jumlah Siswa Presentase (%) 1.

  10 0% Belum Tuntas 2. 20 0% Belum Tuntas 3. 30 0% Belum Tuntas 4.

  40 5 25% Belum Tuntas 5.

  50 4 20% Belum Tuntas 6.

  60 2 10% Belum Tuntas 7.

  70 3 15% Belum Tuntas 8.

  80 4 20% Tuntas

  9

  90 2 10% Tuntas 10 100 0% Tuntas

  Jumlah

  20 100%

  Rata

  61.5

  • – rata

  90 Nilai Tertinggi

  Nilai Terendah

  40 Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa siswa yang telah mencapai KKM ada 6 siswa atau 30% dan siswa yang belum mencapai KKM adalah 14 siswa atau 70%. Nilai rata-rata (mean) yang diperoleh kelas adalah 61.5 dengan perolehan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40. Untuk lebih jelasnya, rekapitulasi ketuntasan hasil belajar sebelum diberikan tindakan disajikan dalam diagram 4.1 berikut.

  Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Kondisi Awal Chart Title tuntas belumtuntas 30%

  70% Diagram 4.1

  Mengacu pada KKM yaitu 75, maka presentase keseluruhan siswa yang sudah mencapai kriteria ketuntasan maupun yang belum, disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Kondisi Awal No. Nilai Sebelum Tindakan Keterangan

  

KKM = 75 Jumlah siswa Presentase

(%)

  1. < 75 14 70% Belum Tuntas 2. 6 30% Tuntas

  ≥75

  Jumlah 15 100% Rata

  61.5 – rata Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah

  30 Berdasarkan tabel presentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas V

  SDNegeriTengaran 01 sebelum tindakan, menunjukan bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari KKM 75 sebanyak 14 siswa atau 70% dari total keseluruhan siswa. Sedangkan siswa yang nilainya telah mencapai KKM sebanyak 6 siswa atau 30% dari total keseluruhan siswa.

  Berdasarkan data hasil belajar yang rendah dari siswa kelas IV di SD Negeri Tengaran 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015, penulis akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sesuai dengan rancangan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan pembelajaran Number Head Together (NHT) guna meningkatkan hasil belajar siswa yang akan dilakukan dalam 2 siklus, dimana setiap siklus akan dilakukan 2 kali pertemuan.

4.1.2 Pelaksanaan Siklus 1

  4.1.2.1 Tahap Perencanaan Tindakan Siklus 1 Langkah-langkah sebelum penulis melakukan tindakan: a.

  Pemerikasaan kembali RPP yang telah disusun dan mencermati hal-hal yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan.

  b.

  Menyiapkan alat peraga rangka segitiga dan soal evaluasi serta Lembar Kerja Siswa.

  c.

  Mengecek kelengkapan alat pengumpulan data, meliputi lembar observasi guru dan siswa.

  4.1.2.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 Setelah menyusun langkah

  • – langkah kegiatan pembelajaran, penulis bersama observer menyepakati untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang terdiri dari dua pertrmuan pembelajaran yaitu:

  Pertemuan I

  Pertemuan pertama dilaksanakan Rabu, 06 April 2015 dengan kompetensi dasar mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar. Pada pertemuan pertama terdapat dua indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu menyebutkan jenis-jenis segitiga dan menyebutkan sifat-sifat segitiga.

  a) Kegiatan Awal Dalam kegiatan awal ini yang dilakukan oleh pengajar meliputi beberapa kegiatan yang telah di rancanakan dalam rencana pembelajaran yaitu membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen, memberi motivasi, melakukan apersepsi dan menyiapkan scenario pembelajaran. Kegiatan apersepsi dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai rangkasigitiga yang terdapat dalam rumah joglo, kemudian pengajar mengkomunikasiakan tujuan pembelajaran dan cara belajar yang ditempuh dalam pembelajaran Number Head Together. Dan siswa diminta untuk membuat kelompok dengan jumlah 4 orang per kelompok. b) Kegiatan Inti

  Pada kegiatan inti, pengajar menjelaskan materi mengenai sifat bangun datar serta memberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada kelompok. Dari materi tersebut secara berkelompok siswa melakukan diskusi untuk menjawab soal

  • – soal yang diberikan sebelumnya. Selama kegiatan tersebut berlangsung, pengajar berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa untuk menemukan sifat bangun datar setiap kelompok diberikan alat peraga. Dari alat peraga ini siswa lebih mudah menemukan jawaban. Jawaban yang ditemukan kemudian ditulis di LKS (Lembar Kerja Kelompok) yang telah dibagikan sebelumnya.

  Setelah semua kelompok pengajar secara bergantian sesuai nomor kepala dipanggil oleh pengajar siswa memepresentasikan sifat-sifat bangun datar. Suasana yang tercipta pada tahap ini sangat gaduh, karena siswa yang belum mendapatkan giliran justru berjalan kesana kemari. Namun, hal tersebut segera bisa diatasi oleh pengajar, ketika siswa yang lain menanggapi atau mengomentari hasil presentasi. Selama kegiatan ini berlangsung, pengajar melakukan penilaian proses. Penilaian yang dilakukan menyangkut penilaian afektif dan psikomotor siswa. Untuk memantapkan siswa mengenai materi yang dipelajari, pengajar memberikan umpan balik dan penguatan terhadap proses Number Head Together dalam menemukan sifat- sifat bangun datar. Pengajar dan siswa melakukan refleksi dalam mengikuti pembelajaran Number Head Together. Pengajar juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal – hal yang belum dipahami.

  c) Kegiatan Akhir Pengajar bersama-sama sengan siswa membuat penegasan atau kesimpulan tentang sifat-sifat bangun datar yang telah ditemukan oleh siswa dalam pembelajaran

  NHT. Pengajar memberikan pesan kepada siswa untuk mempelajari lagi materi tersebut. Pengajar juga menyampaikan pelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Pengajar memberikan pesan kepada siswa untuk mempelajari lagi materi tersebut dan materi pertemuan sebelumnya, karena dalam pertemuan selanjutnya akan

  Pertemuan II

  Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, 6 April 2015 dengan kompetensi dasar yang masih sama yaitu mengidentifikasi sifat bangun datar. Pada pertemuan terakhir di siklus I ini terdapat satu indikator pembelajaran yang

  • – disampaikan yaitu membedakan jenis-jenis segitiga. Berikut ini adalah langkah langkah pembelajaran pertemuan terakhir pada siklus I:

  a) Kegiatan Awal Kegiatan awal yang dilakukan pengajar meliputi beberapa kegiatan yang telah di desain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen dan melakukan apersepsi. Sebelum melakukan kegiatan apersepsi, pengajar melakukan kegiatan prasyarat dengan menanyakan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Kegiatan apersepsi dilakukan dengan menunjukan perubahan batu besar lama kelamaan menjadi semakin kecil karena akibat dari pelapukan. Setelah apersepsi, kemudian pengajar mengkomunikasikan tujuan pembelajaran NHT, dan siswa diminta untuk membuat kelompok dengan jumlah 4 orang perkelompok.

  b) Kegiatan Inti

  Pada kegiatan inti, pengajar menjelaskan secara singkat materi mengenai jenis-jenis segitiga. Setelah itu pengajar memberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) untuk di diskusikan bersam dengan kelompok. Selama kegiatan tersebut berlangsung, pengajar berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa untuk menjelaskan jenis-jenis segitiga. Setelah mendapat pengarahan dari pengajar, kemudian mereka berdiskusi dengan kelompoknya untuk menjelaskan jenis-jenis segitiga. Jawaban yang ditemukan kemudian ditulis di LKS (Lembar Kerjaa Siswa) yang telah dibagikan sebelumnya.

  Secara bergantian sesuai nomor kepala dipanggil oleh pengajar siswa memepresentasikan hasil kerja kelompok mengani jenis-jenis segitiga di depan kelas. Suasana yang tercipta pada tahap ini sangat gaduh, karena siswa yang belum diatasi oleh pengajar, ketika siswa yang lain menanggapi atau mengomentari hasil presentasi. Selama kegiatan ini berlangsung, pengajar melakukan penilaian proses. Penilaian yang dilakukan menyangkut penilaian afektif dan psikomotor siswa. Untuk memantapkan siswa mengenai materi yang dipelajari, pengajar memberikan umpan balik dan penguatan terhadap proses Number Head Together dalam menjelaskan jenis-jenis segitiga. Pengajar dan siswa melakukan refleksi dalam mengikuti pembelajaran Number Head Together. Pengajar juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal

  • – hal yang belum dipahami.
  • – Pengajar juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal hal yang belum dipahami dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua.

  c) Kegiatan Akhir Pengajar bersama

  • – sama dengan siswa membuat penegasan atau kesimpulan tentang jenis-jenis segitiga yang telah ditemukan oleh siswa dalam pembelajaran NHT. Pengajar menyampaikan kepada siswa tentang kesiapan dalam mengikuti evaluasi pembelajaran. Pengajar menjelaskan kepada siswa tentang peraturan dalam mengerjakan soal evaluasi, kemudian pengajar membagikan soal evaluasi pada setiap siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan baik dan pengajar mengawasi jalanya tes dari awal sampai akhir. Setelah semua selesai mengerjakan soal evaluasi, pengajar bersama siswa mencocokan hasil kerja siswa dan langsung mengumumkan hasil tes kepada siswa.

4.1.2.3 Tahap Hasil Observasi Siklus I dan II

  Pertemuan I

  Selain kegiatan pembelajaran guru, aktivitas belajar siswa juga diamati oleh observer dengan lembar observasi yang telah ditetapkan. Adapun hasil observasi aktivitas guru dan siswa sebagai berikut:

  1. Observasi Guru

Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus I Pertemuan I dan II Aspek yang di nilai Keterlaksanaan sintaks Ya tidak Ya tidak 1.

    Apakah guru membuka pelajaran?

    2. Apakah guru menyampaikan tujuan pembelajaran?

  3.

    Apakah guru mempersiapkan alat dan media yang akan digunakan? 4.

    Apakah guru mengulas pembelajaran kemarin? 5.

    Apakah guru membagi siswa kedalam kelompok secara heterogen? 6.

    Apakah guru memberikan nomer kesetiap siswa dalam kelompok? 7.

    Apakah guru menjelaskan langkah-langkah dalam diskusi kelompok?

   peraga dan lembar kerja ke setiap kelompok?

   8. Apakah guru membagikan alat

  

   9. Apakah guru mengamati jalanya diskusi?

   kelompok jika ada yang kesulitan mengerjakan? 11.

   10. Apakah guru membantu

    Apakah guru memanggil siswa untuk menyampaikan jawaban?

    12. Apakah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk Tanya jawab? 13.

  Apakah Guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan? 14. Apakah guru memberikan soal kepada siswa?

  15. Apakah guru menutup pembelajaran?

  Berdasarkan tabel diatas dalam pelaksanaan pertemuan I dan II menunjukan bahwa guru telah melakukan seluruh aspek yang terdapat pada lembar observasi guru dengan runtut dan benar dari awal sampai akhir

  2. Observasi Siswa

  Apakah siswa bertanya kepada guru jika masih mengalami kesulitan?

  Apakah siswa bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami?

    10.

  Apakah siswa menanggapi hasil diskusi yang disampaikan oleh kelompok lain?

    9.

  Apakah siswa membacakan hasil eksperimen di depan kelas?

    8.

  Apakah siswa menggunakan alat perga dengan baik?

    7.

    6.

Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I Pertemuan I dan II Aspek yang di nilai Keterlaksanaan Ya Tidak Ya Tidak 1.

  Apakah siswa melakukan kegiatan diskusi sesuai dengan langkah-langkah yang dijelaskan guru?

    5.

  Apakah siswa memakai nomor yang dibagikan guru?

    4.

  Apakah siswa membentuk kelompok sesuai yang diperintahkan guru?

    3.

  Apakah siswa mendengarkan penjelasan guru secara tertib?

    2.

  Apakah siswa berdoa sesuai yang diperintahkan guru?

   

  11. Apakah siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran yang sudah dilakukan?

    12.

  Apakah siswa mengerjakan soal secara mandiri?

   

  Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa siswa telah memenuhi seluruh aspek yang terdapat pada lembar observasi siswa dengan tepat tanpa melewatkan satu aspek apapun.

4.2.2.3 Hasil Analisis Data Hasil Belajar Siklus I

I. Paparan Hasil Belajar Siklus I

  Hasil belajar setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I yang diperoleh selama pelaksanaan pembelajaran Number Head Together pada mata pelajaran Matematika kelas V SDNegeri Tengaran 01 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7 Nilai Hasil Belajar Matematika Siklus I No. Nilai KKM = 75 Siklus I Keterangan Jumlah Siswa Presentase (%) 1.

  10 0% Belum Tuntas 2. 20 0% Belum Tuntas 3. 30 0% Belum Tuntas 4. 40 0% Belum Tuntas 5.

  50 3 15% Belum Tuntas 6.

  60 4 20% Belum Tuntas 7.

  70 4 15% Belum Tuntas 8.

  80 5 25% Tuntas

  9

  90 2 10% Tuntas 10 100 2 15% Tuntas

  Jumlah

  20 100%

  Rata

  72.5

  • – rata

  Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah

  50 Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dengan menerapkan pembelajaran NHT menunjukan bahwa perbandingan siswa yang mencapai ketuntasan belajar (KKM 75) adalah sebanyak 11 siswa atau 55% sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 9 siswa atau 45%. Kondisi ini mengalami perubahan dibandingkan pada kondisi awal sebelum tindakan. Pada kondisi setelah siklus I siswa yang mendapatkan nilai40 sebanyak 0 siswa, nilai 50 sebanyak 3 siswa, nilai 60 sebanyak 4 siswa, nilai 70 sebanyak 4 siswa, nilai 80 sebanyak 5 siswa, nilai 90 sebanyak 2 siswa nilai 100 sebanyak 2 siswa. Nilai rata

  • – rata siswa meningkat pada kondisi awal sebelum tindakan yaitu 61.5 menjadi 72.5. Nilai terendah yang dicapai pada siklus I adalah 50 dan nilai tertinggi yang dicapai adalah 100. Untuk lebih jelasnya mengenai data ketuntasan hasil belajar siklus I dapat dilihat pada diagram 4.2 berikut ini.

  Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus I Chart Title tunas belum tuntas 45%

  55% Diagram 4.2 Berdasarkan data perolehan hasil belajar dan mengacu pada KKM = 75 dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8 Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus I No. Nilai Siklus I Keterangan KKM = 75 Jumlah Presentasi Siswa (%)

  1. < 75 9 45% Belum Tuntas 2. 11 55% Tuntas ≥ 75

  Jumlah 20 100% Rata

  72.5 – rata Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah

50 Berdasarkan tabel presentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SDN

  Tengaran 01 siklus I, menunjukan bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari KKM sebanyak 9 siswa atau 45% dari total keseluruhan siswa. Sedangkan siswa yang nilainya telah mencapai KKM sebanyak 11 siswa atau 55% dari total keseluruhan siswa.

II. Perbandingan Hasil Belajar Sebelum Tindakan dan Siklus I

  Pada kondisi awal, siswa yang hasil belajarnya telah tuntas sebanyak 6 siswa atau 30%, sedangkan siswa yang hasil belajarnya belum tuntas sebanyak 14 siswa atau 70% dengan nilai rata

  • – rata sebelum tindakan 61.5.Pada siklus I hasil belajar siswa meningkat menjadi 11 siswa yang telah tuntas hasil belajarnya atau 55%, sedangkan siswa yang belum tunas hasil belajarnya hanya 9 siswa atau 45% dengan rata
  • – rata menjadi 72.5. Hal ini menunjukan adanya peningkatan hasil belajar dan sesuai dengan kriteria yang diharapkan yaitu dengan ketuntasan klasikal sebesar 80% dari 20 siswa.
Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa sebelum tindakan dan setelah dilakukan tindakan pada siklus I, berikut disajikan tabel perbandingan hasil belajar siswa sebelum tindakan dan setelah tindakan siklus I:

Tabel 4.9 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal danSiklus I No. Nilai Kondisi awal Siklus I KKM = 75 Jumlah Presentase Jumlah Presentase Siswa (%) Siswa (%)

  1. Tuntas 6 30% 11 55%

  2. Belum Tuntas 14 70% 9 45%

  Jumlah

20 100%

20 100%

  Mengacu pada tabel tersebut, dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam belajar setelah diberikan tindakan pada siklus I. dari kondisi awal ke siklus I mengalami peningkatan ketuntasan belajar yang signifikan, yaitu 30% menjadi 70%. Selain ketuntasan, rata

  • – rata nilai juga mengalami peningkatan, yaitu dari 61.5 menjadi 80.5. Pada siklus I ini ketuntasan belajar 70% berarti peningkatan tersebut belum mencapai kriteria yang diharapkan yaitu 80% dari total jumlah siswa. Untuk lebih jelasnya mengenai perbandingan ketuntasan hasil belajar sebelum tindakan dan setelah tindakan siklus I tersaji pada diagram berikut:

  Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Sebelum Tindakan dan Setelah Siklus I

  15

  10 tidak tuntas tuntas

  5 kondisi awal siklus 1 Diagram 4.3

4.2.2.4 Tahap Refleksi Siklus I

  Tahap ini dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan. refleksi bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan baik secara proses maupun hasil. Kegiatan refleksi dilakukan bersama antara guru pengajar, guru kolaborator (observer) dan perwakilan beberapa siswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan terdapat kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran model Number head Together.

  Pembelajaran Matematika kelas V pada materi tentang mengidentifikasi sifat bangun datar pada siklus I ini belum berhasil. Sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu ketuntasan klasikal telah mencapai lebih dari 80%. Nilai yang diperoleh pada siklus I ini terendah 50 dan tertinggi 100 Dengan rata-rata 72.5. Hal ini belum tercapai karena kekurangan pada pembelajaran model NHT diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali ketika siswa bekerja dalam kelompok dan ketika presentasi di depan kelas.

  2. Pada awal pertemuan, siswa masih belum memahami langkah – langkah pembelajaran NHT dengan benar.

  3. Guru belum memberikan reward/penguatan pada siswa yang menjawab benar.

  4. Tidak semua siswa memberikan komentar dan tanggapan terhadap hasil presentasi temanya.

  Mengacu pada kelemahan

  • – kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran, peneliti memutuskan untuk mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II sebagai berikut: 1.

  Pengajar lebih membimbing siswa selama langkah – langkah pembelajaran.

  2. Pengajar mengarahkan siswa untuk lebih memperhatikan siswa yang sedang presentasi dan meminta untuk memberikan komentar terhadap hasil presentasi tersebut.

  3. Memberikan reward/penguatan kepada siswa yang menjawab benar, baik secara

4.2.3 Pelaksanaan Siklus II

  4.2.3.1 Tahap Perencanaan Tindakan Siklus II

  Pada tahap perencanaan tindakan siklus II ini, peneliti memperbaiki skenario pembelajaran berdasarkan masalah yang akan dilaksanakan pada siklus II. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, maka guru pengajar melakukan upaya perbaikan pembelajaran, membimbing siswa selama langkah – langkah pembelajaran, mengarahkan siswa untuk memperhatikan dan memberikan komentar terhadap hasil presentasi siswa lain dan memberikan reward/penguatan kepada siswa yang menjawab benar. Selama itu guru pengajar juga menyiapkan kembali lembar kerja siswa, lembar evaluasi, rubrik penilaian, dan alat peraga.

  4.2.3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II

  Pelaksanaan tindakan siklus II ini sama dengan tindakan siklus I, pembelajaran dilaksanakan dua pertemuan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Langkah

  • – langkah pembelajaran tersebut:

  Pertemuan I

  Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 8 April 2015 dengan kompetensi dasar memahami sifat dan hubungan antar bangun. Pada pertemuan pertama terdapat dua indikator pembelajaran yang disampaikan yaitumengidentifikasi . Berikut adalah langkah

  • – langkah pembelajaran pada siklus II pertemuan pertama:

  a) Kegiatan Awal Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi beberapa kegiatan yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka pelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen, dan melakukan apersepsi. Kegiatan apersepsi dilakukan dengan memperlihatkan alat peraga bangun ruang. Siswa diminta untuk menyebutkan jenis -jenis bangun ruang. Setelah apersepsi, kemudian pengajar mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan cara belajar yang ditempuh dalam pembelajaran NHT. Dan siswa diminta untuk membuat kelompok dengan jumlah 4 orang per kelompok.

  b) Kegiatan Inti

  Pada kegiatan inti, pengajar menjelaskan kepada siswa dengan memberikan teks bacaan mengenai jenis

  • – jenis bangun ruang berdasarkan sisi, jenis – jenis tanah berdasarkan sudut dan berdasarkan rusuknya. Dari teks bacaan tersebut secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menjawab soal
  • – soal yang telah diberikan sebelumnya.

  Secara bergantian sesuai nomor kepala yang dipanggil oleh pengajar siswa mempresentasikan tentang bahan

  • – bahan penyusun tanah yang ditemukan di depan kelas. Suasana yang tercipta pada tahap ini sangat gaduh, karena siswa yang belum mendapatkan giliran justru berjalan kesana kemari. Namun, hal tersebut segera bisa diatasi oleh pengajar, ketika siswa yang lain menanggapi atau mengomentari hasil presentasi. Selama kegiatan ini berlangsung, pengajar melakukan penilaian proses. Penilaian yang dilakukan menyangkut penilaian afektif dan psikomotor siswa. Untuk memantapkan siswa mengenai materi yang dipelajari, pengajar memberikan umpan balik dan penguatan terhadap proses Number Head Together dalam menjelaskan tentang bahan penyusun tanah. Pengajar dan siswa melakukan refleksi dalam mengikuti pembelajaran Number Head Together. Pengajar juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal – hal yang belum dipahami.

  c) Kegiatan Akhir Pengajar bersama

  • – sama dengan siswa membuat penegasan atau kesimpulan tentang proses pelapukan pada batuan, dan jenis – jenis pelapukan yang telah ditemukan oleh siswa dalam pembelajaran NHT. Pengajar menyampaikan kepada siswa tentang pentingnya mengetahui bangun datar. Pengajar meminta siswa untuk mempelajari bangun ruang di rumah agar pertemuan berikutnya siswa lebih mudah memahami.

  Pertemuan II

  Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, 13 April 2015 dengan kompetensi dasar yang masih sama yaitu Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. Pada pertemuan terakhir di siklus II ini terdapat satu indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu mengidentifikasi jaring-jaring bangun ruang seperti jarring-jaring kubus, limas, tabung. Berikut ini adalah langkah – langkah pembelajaran pertemuan terakhir pada siklus II: a) Kegiatan Awal

  Kegiatan awal yang dilakukan pengajar meliputi beberapa kegiatan yang telah di desain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen dan melakukan apersepsi. Sebelum melakukan kegiatan apersepsi, pengajar melakukan kegiatan prasyarat dengan menanyakan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan apersepsi dilakukan dengan menunjukan bahwabangun ruang memiliki jarring-jaring. Setelah apersepsi, kemudian pengajar mengkomunikasikan tujuan pembelajaran NHT, dan siswa diminta untuk membuat kelompok dengan jumlah 4 orang perkelompok.

  b) Kegiatan Inti

  Pada kegiatan inti, pengajar memberikan materi tentang jaring-jaring bangun ruang serta memberikan Lembar Kerja Sisiwa (LKS) yang bersangkutan dengan bacaan. Dari teks tersebut secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menjawab soal

  • – soal yang telah diberikan sebelumnya. Selama kegiatan tersebut berlangsung, pengajar berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa untuk menjelaskan proses terbentuknya tanah dan jenis – jenis tanah menurut tempat dan jenis batuan yang mengalami pelapukan. Setelah mendapat pengarahan dari pengajar, kemudian mereka berdiskusi dengan kelompoknya untuk membuat jarring-jaring bangun ruang dengan benar. Jawaban yang ditemukan kemudian ditulis di Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah dibagikan sebelumnya.

  Secara bergantian sesuai nomor kepala dipanggil oleh pengajar dan siswa Suasana yang tercipta pada tahap ini sangat gaduh, karena siswa yang belum mendapatkan giliran justru berjalan kesana kemari. Namun, hal tersebut segera bisa diatasi oleh pengajar, ketika siswa yang lain menanggapi atau mengomentari hasil presentasi. Selama kegiatan ini berlangsung, pengajar melakukan penilaian proses. Penilaian yang dilakukan menyangkut penilaian afektif dan psikomotor siswa. Untuk memantapkan siswa mengenai materi yang dipelajari, pengajar memberikan umpan balik dan penguatan terhadap proses Number Head Together dalam menjelaskan proses pelapukan pada batuan, dan jenis

  • – jenis pelapukan. Pengajar dan siswa melakukan refleksi dalam mengikuti pembelajaran Number Head Together. Pengajar juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal
  • – hal yang belum dipahami.
  • – Pengajar juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal hal yang belum dipahami dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua.

  c) Kegiatan Akhir Pengajar bersama

  • – sama dengan siswa membuat penegasan atau kesimpulan tentang proses pembuatan jaring-jaring yang telah ditemukan oleh siswa dalam pembelajaran NHT. Pengajar menyampaikan kepada siswa tentang kesiapan dalam mengikuti evaluasi pembelajaran. Pengajar menjelaskan kepada siswa tentang peraturan dalam mengerjakan soal evaluasi, kemudian pengajar membagikan soal evaluasi pada setiap siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan baik dan pengajar mengawasi jalanya tes dari awal sampai akhir. Setelah semua selesai mengerjakan soal evaluasi, pengajar bersama siswa mencocokan hasil kerja siswa dan langsung mengumumkan hasil tes kepada siswa.

4.2.3.3 Tahap Hasil Observasi Siklus II

  a. Pertemuan I Selama proses pembelajaran, observer melakukan aktivitas yang dilakukan guru selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

  NHT. Adapun rincian hasil observasi guru dapat dilihat dari tabel berikut:

  1. Observasi Guru

Tabel 4.10 Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus II Pertemuan I dan II Aspek yang di nilai Keterlaksanaan sintaks Ya tidak Ya tidak 1.

    Apakah guru membuka pelajaran? 2.   Apakah guru menyampaikan tujuan pembelajaran? 3.

    Apakah guru mempersiapkan alat dan media yang akan digunakan? 4.

    Apakah guru mengulas pembelajaran kemarin? 5.   Apakah guru membagi siswa kedalam kelompok secara heterogen? 6.

    Apakah guru memberikan nomer kesetiap siswa dalam kelompok? 7.

    Apakah guru menjelaskan langkah-langkah dalam diskusi kelompok? 8.

    Apakah guru membagikan alat peraga dan lembar kerja ke setiap kelompok?

   jalanya diskusi? 10.   Apakah guru membantu kelompok jika ada yang kesulitan mengerjakan? 11.

   9. Apakah guru mengamati

    Apakah guru memanggil siswa untuk menyampaikan jawaban? 12.

    Apakah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk Tanya jawab? 13.

  Apakah Guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan?

  14. Apakah guru memberikan soal kepada siswa?

  15. Apakah guru menutup pembelajaran?

  Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa guru telah melakukan seluruh aspek yang terdapat pada lembar observasi guru dengan runtut dan benar dari awal sampai akhir .

  1. Observasi Siswa

    6.

  Apakah siswa bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami?

    10.

  Apakah siswa menanggapi hasil diskusi yang disampaikan oleh kelompok lain?

    9.

  Apakah siswa membacakan hasil diskusi di depan kelas?

    8.

  Apakah siswa menggunakan alat perga dengan baik?

    7.

  Apakah siswa bertanya kepada guru jika masih mengalami kesulitan?

  Apakah siswa melakukan kegiatan diskusi sesuai dengan langkah-langkah yang dijelaskan guru?

Tabel 4.11 Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus II Pertemuan I dan II

    5.

  Apakah siswa memakai nomor yang dibagikan guru?

    4.

  Apakah siswa membentuk kelompok sesuai yang diperintahkan guru?

    3.

  Apakah siswa mendengarkan penjelasan guru secara tertib?

    2.

  Apakah siswa berdoa sesuai yang diperintahkan guru?

  Aspek yang di nilai Keterlaksanaan Ya Tidak Ya Tidak 1.

   

  11. Apakah siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran yang sudah dilakukan?

    12.

  Apakah siswa mengerjakan soal secara mandiri?

   

  Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa siswa telah memenuhi seluruh aspek yang terdapat pada lembar observasi siswa dengan tepat tanpa melewatkan satu aspek apapun.

4.2.3.4 Hasil Analisis Data Hasil Belajar Siklus II

  Hasil belajar setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I yang diperoleh selama pelaksanaan pembelajaran Number Head Together pada mata pelajaran Matematika kelas V SDN Tengaran 01 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.14 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Matematika Siklus II No. Nilai KKM = 75 Siklus II Keterangan Jumlah Siswa Presentase (%) 1.

  10 0% Belum Tuntas 2. 20 0% Belum Tuntas 3. 30 0% Belum Tuntas 4. 40 0% Belum Tuntas 5. 50 0% Belum Tuntas 6.

  60 1 5% Belum Tuntas 7.

  70 1 5% Belum Tuntas 8.

  80 6 30% Tuntas

  9

  90 7 35% Tuntas 10 100 5 25% Tuntas

  Jumlah

  20 100%

  Rata

  87

  • – rata

  Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah

  70 Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa KKM pada siklus II mencapai 90% atau sebanyak 18 siswa yang tuntas. Kondisi ini mengalami peningkatan dari dari hasil tindakan siklus I. nilai rata

  • – rata siswa juga meningkat, pada siklus I yaitu 72.5 menjadi 87 pada siklus II. Nilai terendah yang dicapai pada siklus II adalah 60 dan nilai tertinggi yang dicapai 100. Untuk lebih jelasnya mengenai data ketuntasan hasil belajar siklus II dapat dilihat pada diagram 4.4

  Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus II tunas belum tuntas

10%

  90% Diagram 4.4

  Berdasarkan data perolehan hasil belajar dan mengacu pada KKM = 75 dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.15 berikut:

Tabel 4.15 Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematuka Siklus I No. Nilai Siklus II Keterangan KKM = 75 Jumlah Presentasi Siswa (%)

  1. <75

  2

  10 Belum Tuntas 2. 18 90% Tuntas ≥ 75

  Jumlah

20 100%

Rata

  87 – rata Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah

60 Berdasarkan tabel presentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SDN

  tengaran siklus II, menunjukan bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari KKM sebanyak 2 siswa atau 10% dari total keseluruhan siswa. Sedangkan siswa yang nilainya telah mencapai KKM sebanyak 18 siswa atau 90% dari total keseluruhan siswa. Dengan hasil ini membuktikan bahwa penelitian tindakan yang dilakukan sebanya 2 siklus berhasil karena telah melebihi batas ketuntasan yaitu 80%.

II. Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II

  Pada siklus I hasil belajar siswa yang telah tuntas sebanyak 9 siswa atau 45%, sedangkan siswa yang belum tuntas hasil belajarnya 11 siswa atau 55%, dengan nilai rata – rata 72.5%. Hasil meningkat kembali setelah dilaksanakan siklus II, yaitu

  • – siswa yang telah tuntas belajarnya sebanyak 18 siswa atau 90% dengan nilai rata rata menjadi 87.

  Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan II. Berikut disajikan tabel perbandingan hasil belajar siswa setelah siklus I dan siklus II

Tabel 4.16 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II No. Nilai Siklus I Siklus II Jumlah Presentase Jumlah Presentase Siswa (%) Siswa (%)

  1. Tuntas 9 45% 18 90%

  2. Belum Tuntas 11 55% 2 10%

  Jumlah

20 100%

20 100%

  Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kembali jumlah siswa yang tuntas dalam belajar. Dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan ketuntasan belajar yaitu dari 45% menjadi 90% atau sebesar 45%. Selain ketuntasan, rata

  • – rata nilai juga mengalami peningkatan kembali, yaitu dari 72.5 menjadi 87. Baik pada siklus I maupun siklus II dalam penelitian tindakan ini telah mencapai kriteria yang diharapkan, karena ketuntasan klasikal yang mencapai telah lebih dari 80%. Berikut tersaji diagram untuk memahami lebih jelas mengenai perbandingan ketuntasan hasil belajar siklus I dan siklus II.

  Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II

  18

  16

  14

  12 tidak tuntas

  10 tuntas

  8

  6

  4

  2 siklus 1 siklus 2 Diagram 4.5

  III. Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II Tabel 4.17 Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II No. Nilai Kondisi Awal Siklus I Siklus II Jumlah Presentase Jumlah Presentase Jumlah Presentase Siswa (%) Siswa (%) Siswa (%)

  1. Tuntas 6 30% 9 45% 18 90%

  2. Belum 14 70% 11 55% 2 10% Tuntas

  Jumlah 20 100% 20 100% 20 100% Rata

  61.5

  72.5

  87 – rata Nilai 100 100 100 Tertinggi Nilai

  40

  50

  60 Terendah

  Berdasarkan tabel 4.17, penelitian tindakan dengan menerapkan pembelajaran NHT ini telah meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal siswa telah mencapai nilai ketuntasan kriteria minimal (KKM= 75) sebanyak 6 siswa dari 20 siswa atau 30%. Nilai rata

  • – rata yang diperoleh pada kondisi awal adalah 61.5 dengan pencapaian nilai tertinggi 100 dan terendah 30. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I mendapatkan hasil peningkatan yang signifikan, yaitu sebanyak 9 siswa telah memperoleh nilai diatas kriteria ketuntasan
  • – minimal, jika dalam presentase siswa yang telah tuntas sebanyak 45%. Nilai rata rata yang dicapai juga meningkat menjadi 72.5 dengan pencapaian nilai tertinggi 100 dan terendah 40.

  Berdasarkan hasil tersebut penelitian tindakan pada siklus I ini belum berhasil karena belum mencapai kriteria keberhasilan dalam penelitian ini, yaitu ketuntasanklasikal sebesar 80%. Dikarenakan siklus I belum berhasil, penelitian tindakan ini dilanjutkan ke siklus II. Hasil dari penelitian tindakan siklus II juga mengalami peningkatan lagi, dengan ketuntasan belajar menjadi 90%. Sebanyak 18 siswa yang mencapai nilai lebih dari KKM, dan 2 atau 10%siswa yang tidak tuntas setelah siklus II ini. Nilai rata

  • – rata yang dicapai setelah siklus II ini juga mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya yaitu 72.5 dengan pencapaian nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model kooperatif tipe Number Head Together dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika materi bangun datar pada siswa kelas V SDN Tengaran 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2014/2015. Hasil tersebut disajikan pada grafik perbandingan ketuntasan hasil belajar pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II berikut:

  Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Kondisi Awal,

Siklus I dan Siklus II

  18

  16

  14

  12 tidak tuntas

  10 tuntas

  8

  6

  4

  2 prasiklus siklus 1 siklus 2 Diagram 4.6

4.2.3.5 Tahap Refleksi Siklus II

  Pada tahap refleksi kali ini, penulis membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan indikator keberhasilan tersebut sampai pada siklus II ini penelitian sudah berhasil. Untuk variabel tindakan dikatakan berhasil apabila 80% ( ≥6 langkah) langkah

  • – langkah model Number Head Together dilaksanakan oleh guru. dan variabel hasil belajar pencapaian KKM = 75 pada 80%. Pada siklus I siswa telah mencapai ketuntasan hasil belajar sebanyak 45% sedangkan siklus II 90%.

  Berdasarkan hasil yang telah mencapai indikator keberhasilan tersebut, maka penelitian ini sampai pada siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya.

4.3 Pembahasan

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan model Numbered Head Together dan alat peraga model rangka segitiga pada siswa kelas V SD Negeri 01 Tengaran Semester II Tahun

  Pelajaran 2014/2015. Hasil belajar siswa meningkat karena model pembelajaran dari pembelajaran konvensional yang banyak di dominasi oleh guru, di ubah menjadi pembelajaran kooperatif dimana siswa dapat belajar berkelompok dengan teman satu kelasnya dengan membentuk kelompok. Dalam kelompok ini siswa dapat bekerja sama menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. Proses pembelajaran menggunakan model Numbered Head Together (NHT) dengan berbantuan alat peraga sangat menarik bagi siswa dan guru. Meskipun pada awal dimulainya pembelajaran menggunakan model ini banyak siswa yang bingung, tapi setelah di ulang ke pertemuan berikutnya siswa sangat antusias dalam melaksanakan proses pembelajaran.

  Perbedaan perlakuan sebelum dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan terletak pada model yang digunakan dalam pembelajaran. Sebelum dilakukan tindakan guru cenderung melakukan proses pembelajaran dengan ceramah sedangkan setelah dilakukan tindakan guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantu alat peraga. Berdasarkan kegiatan dilapangan, pembelajaran yang dilaksanakan sebelum dilakukan tindakan adalah berpusat pada guru. Siswa hanya memperhatikan guru menjelaskan materi. Interaksi antar siswa sedikit sehingga siswa telihat belajar secara individual. Pembelajaran saat dilakukan tindakan adalah dengan menggunakan model pembelajaran NHT berbantu alat

  

peraga . Siswa yang dulunya pasif dapat berinteraksi dengan teman lain dan saling

bekerja sama selama kegiatan pembelajaran, selain itu siswa tampak lebih antusias.

  Siswa merasa menikmati pembelajaran karena terciptanya suasana yang menyenangkan Berdasarkan hasil analisis di atas telah dibahas secara menyeluruh mulai dari kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2 mengenai model Numbered Head Together

  (NHT) dengan berbantuan alat peraga yang dilaksanakan oleh guru mata pelajaran matematika dengan standar kompetensi memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar untuk siswa kelas V SDN Tengaran 01. Telah dibuktikan bahwa penerapan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan berbantuan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari persentase ketuntasan hasil belajar matematika dimana presentase ketuntasan hasil belajar sebelum dilakukan tindakan lebih rendah jika dibandingkan dengan persentase ketuntasan setelah dilakukan tindakan. Ketuntasan klasikal hasil belajar matematika dapat tercapai setelah dilakukan tindakan, tepatnya pada siklus kedua. Pada siklus 2 ditemukan salah satu siswa yang belum tuntas, setelah ditelusuri penyebabnya siswa tersebut mengalami kendala pada membedakan jaring

  • – jaring dan ciri- ciri . Peningkatan bukan hanya terjadi pada ketuntasan hasil belajar matematika tetapi juga peningkatan kualitas pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari keaktifan dan peran serta siswa didalam pembelajaran, dengan menggunakan model pembelajaran NHT berbantu alat peraga siswa menjadi lebih aktif didalam pembelajaran. Temuan tersebut sejalan dengan Hamalik (2003), dimana mengartikan aktivitas belajar sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran, dimana siswa bekerja atau berperan aktif dalam pembelajaran, sehingga dengan demikian siswa tersebut memperoleh pengetahuan, pengalaman, pemahaman dan aspek-aspek lain tentang apa yang ia lakukan. Mulyasa (2002),
tidaknya sebagian peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya diri yang tinggi. Slavin (2009) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran yang memungkinkan para siswa bekerja dalam kelompok- kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.

  Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh sukeni (2013) yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi operasi bilangan bulat Kelas V SDN Tondokerto. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Tondokerto Jaken Pati.

Dokumen yang terkait

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Standar Pengelolaan Kelas Berdasarkan Kurikulum 2013 di KB/TK Xaverius Marsudirini 78 Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018

0 0 18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Standar Pengelolaan Kelas Berdasarkan Kurikulum 2013 di KB/TK Xaverius Marsudirini 78 Salatiga Tahun Ajaran

0 7 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Yang Signifikan antara Pendekatan Saintifik Metode Discovery dengan Metode Inquiry terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Tahun Pelajaran 2014-2015

0 0 42

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen Operasional Pelabuhan Menggunakan COBIT 5 pada PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Panjang, Lampung

0 6 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Sistem Informasi Akademik Berbasis Web Menggunakan PHP: Studi Kasus Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Buku Cerita Bergambar sebagai Media Pembelajaran Sejarah Asal-Usul Tradisi Pasola

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerka Sistem Informasi / Teknologi Informasi pada Perusahaan Manufaktur Berbasis Manfaat Bisnis Menggunakan Framework Val-IT: Studi Kasus PT. Purinusa Eka Persada

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model Numbered Head Together (NHT) dan Alat Peraga Model Rangka Segitiga Siswa Kelas V SD Negeri Karang Duren

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model Numbered Head Together (NHT) dan Alat Peraga Model Rangka Segitiga Siswa Kelas V SD Negeri Karang Duren 03 KecamatanTengaran Kabupaten Semarang

0 0 15

BAB III Metode penelitian 3.1 Subjek , Tempat, dan Waktu Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model Numbered Head Together (NHT) dan Alat Peraga Model Rangka Segitiga Siswa

0 0 27