BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapitalisme 2.1.1 Pengertian Kapitalisme - Dampak Jejaring Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Eceran (Studi Korelasi di Kelurahan Padang Bulan, Kota Medan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kapitalisme

2.1.1 Pengertian Kapitalisme Marx (Ritzer, 2003), kapital adalah uang yang menghasilkan banyak uang.

  Dengan kata lain, kapital lebih merupakan uang yang diinvestasikan ketimbang uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia.

  Kapitalisme menurut Max Weber bukan sekadar sebuah nilai atau sikap mental untuk mencari keuntungan secara rasional dan sistematis atau sekadar sebuah sistem produksi yang berorientasi pada pencarian keuntungan. Sementara menurut Karl Marx kapitalisme merupakan sebuah cara produksi dan hubungan dalam proses produksi kemudian menimbulkan berbagai implikasi seperti ekonomi politik, sosial psikologis maupun kultural. Ketika feodalisme mulai memudar, kemudian hadir sistem ekonomi yang kapitalistik, maka yang terjadi kemudian adalah perubahan hubungan antarkelas, mode produksi (mode of production), dan perubahan gaya hidup masyarakat.

  Esensi kapitalisme adalah pemilikan, persaingan, dan rasionalitas. Berbeda dengan feodalisme dimana modal dan sumber pembentukan kelas tergantung pada kepada pemilikan luas lahan dan tradisi, dalam kapitalisme sumber perbedaan dan pembagian kelas adalah modal dan kepemilikan aset industri. Hal ini berdampak buruk bagi kelas proletar yang cenderung teralienasi dan mengalami proses eksploitasi yang menyebabkan posisi mereka benar-benar marginal.

  Esensi lain yang mendasar dari kapitalisme menurut Robert Lekachman dan Borin Van Loon (Suyanto, 2011), antara lain :

  24

  1. Modal adalah bagian dari kekayaan suatu bangsa yang merupakan hasil karya manusia dan karenanya bisa diproduksi berulang kali (reproducible).

  2. Dibawah sistem kapitalisme, suatu perlengkapan modal masyarakat, alat- alat produksinya dimiliki oleh segelintir individu yang memiliki hak legal untuk menggunakan hak miliknya guna meraup keuntungan pribadi.

  3. Kapitalisme bergantung pada sistem pasar, yang menentukan distribusi, mengalokasikan sumber daya dan menetapkan tingkat pendapatan, gaji, biaya sewa, dan keuntungan dari kelas-kelas yang berbeda.

  Waralaba Indomaret merupakan salah satu bentuk aplikatif kapitalisme, dengan kata lain sebuah bisnis ekonomi besar yang mana cara produksi dan hubungan dalam proses produksi menguasai pelaku ekonomi kecil lainnya. Indomaret ditandai sebagai kapitalisme karena secara legal alat-alat produksi dan modal yang besar bahkan tenaga kerja dimiliki oleh pelaku bisnis. Misalnya hak kekayaan intelektual seperti hak paten merek suatu produk dan gedung Indomaret, mesin, serta keseluruhan tenaga kerja dikoordinasikan dan dikendalikan oleh pemilik waralaba Indomaret. Secara signifikan proses tersebut mengindikasikan peminggiran sosial bagi pedagang kecil.

2.1.2 Ciri-Ciri Khusus Ekonomi Kapitalis

  Kapitalis adalah orang-orang yang memiliki alat-alat produksi. Mereka adalah orang yang memberi upah. Sistem kapitalis adalah struktur sosial yang muncul dari dasar hubungan eksplotatif tersebut. Para kapitalis adalah orang- orang yang hidup dari keuntungan kapital mereka melalui eksploitasi proletariat. Adapun karakteristik pokok ekonomi kapitalisme menurut Mandel (2006) adalah sebagai berikut :

  1. Produksi terdiri dari produksi komoditas, yaitu produksi yang bertujuan untuk dijual di pasar. Jika komoditi yang diproduksi tidak terjual diatas harga yang ada, perusahaan kapitalis dan kelas borjuis secara keseluruhan tidak akan mendapatkan nilai lebih yang dihasilkan pekerja melalui komoditi.

  2. Produksi dijalankan dalam kondisi dimana alat produksi dimiliki secara pribadi. Adanya kekuasaan untuk mengatur tenaga produktif (alat produksi dan tenaga kerja) bukan milik kolektif, melainkan terbagi-bagi antara perusahaan-perusahaan yang dikontrol oleh kelompok-kelompok kapitalis yang berbeda (kepentingan individu dan keluarga, perusahaan terbatas dan kelompok-kelompok financial).

  3. Produksi dijalankan untuk sebuah pasar yang tidak terbatas dan dibawah tekanan persaingan. Setiap individu kapitalis (pemilik pribadi, tiap perusahaan atau kelompok kapitalis) berusaha untuk mendapatkan keuntungan terbesar tanpa mempertimbangkan hasil keseluruhan dari keputusan serupa yang diambil oleh perusahaan lain yang beroperasi dalam bidang yang sama. Hal ini dilakukan untuk memperoleh bagian keuntungan terbesar dari keuntungan yang bisa dikeruk dari pasar.

  4. Tujuan produksi kapitalis adalah memaksimalkan keuntungan. Kelas pemilik prakapitalis hidup dari produk surplus sosial, umumnya mengkonsumsi dalam cara yang tidak produktif. Kapitalis harus merendahkan biaya produksi (biaya dan harga) serta menggunakan teknologi mesin yang canggih untuk mendapatkan jumlah kapital yang besar. Karenanya dibawah cambukan kompetisi, kapitalisme diwajibkan untuk mencari maksimalisasi keuntungan agar mengembangkan investasi produktif hingga maksimum.

5. Produksi kapitalis muncul menjadi produk yang tidak hanya untuk memperoleh keuntungan akan tetapi akumulasi kapital.

  Berdasarkan ciri-ciri kapitalisme sebagaimana yang telah dikemukakan diatas maka dapat dijelaskan bahwa Indomaret adalah salah satu contoh dari sekian banyak bentuk Ekonomi Kapitalisme, dimana memproduksi barang yang akan di distribusikan kepada konsumen. Bukan hanya kebutuhan pokok masyarakat akan tetapi kebutuhan tambahan seperti rekreasi dan kenyamanan serta kepuasan juga menjadi basis dalam menjalankan bisnis Indomaret. Dalam menjalankan bisnis Indomaret tidak terlepas dari tekanan persaingan dari pelaku ekonomi lain. Oleh sebab itu, pemilik waralaba Indomaret menggunakan berbagai strategi dalam meraup keuntungan. Seperti merendahkan biaya produksi dan harga jual produk kepada konsumen, membuat promosi dan mengakumulasikan modal melalui ekspansi waralaba keberbagai daerah. Hal ini menjadi fenomena umum bahwa kontrol perusahaan keluarga menjadi modern karena pemilik usaha tidak secara langsung berhubungan dengan buruh akan tetapi melalui manajer Indomaret yang disebut sebagai borjuis minor.

  Dilain pihak Desai (Suyanto, 2011) memberikan gagasan bahwa dasar kekuatan dalam menjalankan waralaba Indomaret adalah sebuah modal produksi. Hal ini juga yang menandai ciri-ciri kapitalisme antara lain : (1). Produksi untuk dijual dan bukannya untuk dikonsumsi sendiri, (2). Adanya pasar dimana tenaga kerja dibeli dan dijual dengan alat tukar upah melalui hubungan kontrak, (3). Penggunaan uang dalam proses tukar menukar yang selanjutnya memberikan peranan yang sistematis kepada bank dan lembaga keungan nonbank, (4). Proses produksi atau proses kerja berada dalam kontrol para pemilik modal atau agen- agen manajerialnya, (5). Kontrol dalam keputusan keuangan berada ditangan pemilik modal, dimana para pekerja tidak ikut serta dalam proses pengambilan keputusan, (6). Berlakunya persaingan bebas diantara pemilik kapital.

2.1.3 Hukum Gerak Kapitalisme

  Modus produksi kapitalis yang berkembang berdasarkan hukum gerak kapitalisme (Mandel, 2006), yaitu sebagai berikut :

  1. Konsentrasi dan sentralisasi kapital dalam kompetisi ikan yang besar menelan ikan yang kecil, perusahaan-perusahaan yang besar mengalahkan yang kecil, yang memiliki sedikit alat yang tidak memperoleh keuntungan dari kemajuan produksi massal, dan tidak dapat menggunakan teknik - teknik yang paling maju dan mahal. Pada waktu yang sama, banyak perusahaan yang hancur oleh kompetisi di serap oleh pesaing mereka yang menang (sentralisasi kapital).

  2. Proletarisasi progresif terhadap populasi pekerja. Sentralisasi kapital membuat jumlah bos-bos kecil yang bekerja atas usaha sediri setiap waktu dihancurkan. Lebih lagi konsentrasi kapital berarti bahwa biaya mendirikan bisnis meningkat secara terus menerus, dan menghalangi mayoritas bourjuis kecil dan seluruh kelas pekerja dari akses kepemilikan industri dan perusahaan komersial yang besar.

  3. Pertumbuhan komposisi organik kapital. Fungsi kapital dibagi menjadi dua yaitu; 1) untuk membeli mesin, bangunan, dan bahan baku. Nilainya tetap sama selama proses produksi, nilai kapital hanya dipertahankan tenaga kerja. Hal ini disebut kapital konstan. 2). Membeli tenaga kerja untuk membayar upah. Marx menyebutnya kapital variabel.

  4. Jika komposisi organik kapital meningkat, keuntungan akan cenderung meningkat. Selain itu, adanya peningkatan nilai lebih dengan kenaikan angka eksploitasi pekerja upahan.

  5. Sosialisasi objektif dari produktif. Seiring dengan berkembangnya sistem kapitalis, ikatan teknik dan sosial saling ketergantungan dan berkembang diantara perusahaan dan sektor industri terus bertambah. Sebagaimana hukum gerak kapitalisme yang dipaparkan diatas mengindikasikan bahwa esensi bisnis adalah memperoleh keuntungan, yaitu melalui konsentrasi dan sentralisasi kapital. Sepertihalnya yang dilakukan oleh waralaba Indomaret. terbukti perkembangan Indomaret semakin pesat hal ini menunjukkan sebagai sebuah investasi yang menarik dan menguntungkan kapitalis. Pada akhirnya minimarket tersebut akan mengusai pasar dan mengalahkan usaha kecil seperti dagangan eceran maupun kelontong yang berada sekitar Indomaret.

2.1.4 Akumulasi Modal

  Kapitalisme adalah suatu paham yang menyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, kapitalis mengembangkan jaringan usaha produksinya dengan memaksimalkan sirkulasi kapital tersebut atau sirkulasi komoditas, yaitu keinginan untuk memperoleh banyak keuntungan dan lebih banyak nilai-surplus melalui ekspansi bisnis. Karl Max menyebutkan hal ini sebagai “hukum akumulasi

  modal kapitalis ”.

  Akumulasi modal adalah proses yang dilakukan oleh para pemilik modal dalam memperbesar faktor produksinya. Dalam buku pertama Kapital, Marx menjelaskan tiga tipe sirkulasi komoditas. Sirkulasi bentuk pertama adalah ciri kapital, yaitu uang→Komoditas→Uang (dengan jumlah yang lebih besar), jika disimpulkan maka formulanya adalah M1-C-M2

  . Operasi ini disebut “ membeli untuk menjual” atau “kapitalisasi nilai lebih” masuk akal hanya jika penjual tersebut membawa nilai tambah atau sebuah nilai lebih. Dalam hal ini M2 merupakan nilai lebih, jumlah peningkatan dalam nilai M. Sedangkan sirkulasi bentuk kedua bukan ciri kapital, yaitu Komoditas→Uang→Komoditas, maka formulanya adalah (C1-M-C2).

  • Dengan demikian perumusan bagi sirkuit kapital uang adalah M

  C...P...C’-M’(money-comodity…production…commodity’-money’). Titik tersebut

  menandakan proses peredaran (sirkulasi) telah diinterupsi, sedangkan

  C’ dan M’

  menandakan peningkatan pada C dan M sebagai hasil nilai-lebih. Nilai lebih dalam bentuk uang ini kemudian bisa dijadikan oleh pemilik modal untuk pembiayaan faktor produksinya, keuntungan untuk konsumsi pribadinya ataupun sebagai modal untuk pengembangan usaha sang pemilik modal yang kemudian awam dikenal dengan akumulasi modal (Engels, 2007).

  Seorang kapitalis mengeluarkan uang (M) untuk merekrut pekerja dan membeli alat-alat produksi, kemudian menjual output yang dihasilkan untuk uang yang cukup untuk menutupi pengeluaran awalnya dan memperoleh keuntungan “nilai-surplus”. Dalam proses ini nilai tampil dalam berbagai-bagai bentuk seperti uang dan nilai melalui input produksi (tenaga kerja, bahan mentah, mesin-mesin dan gedung), setelah memproduksi maka dihasilkan nilai dari hasil komoditi yang diproduksi kemudian komoditi tersebut dijual akhirnya memperoleh nilai uang surplus.

  Adapun hal yang mendasari akumulasi modal yang dilakukan oleh pemilik modal tidak lain lagi karena adanya persaingan bisnis waralaba yang dirangkum dalam Sistem Ekonomi Kapitalis. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Adam Smith, Sistem Ekonomi Liberal Kapitalis adalah sistem ekonomi yang terbentuk dengan sendirinya sebagai akibat persaingan yang sehat antar individu dalam memenuhi kepentingan ekonominya. Sebuah perusahaan akan kalah dalam persaingan apabila produk-produk yang dihasilkannya memiliki kualitas yang kalah bagus dibanding pesaingnya, atau mereka akan gagal mendapatkan keuntungan maksimal apabila kuantitas produksi mereka tidak mampu memenuhi pemintaan pasar. Solusinya adalah akumulasi kapital dalam bentuk teknologi mesin dan perkakas produksi muthakir yang akan meningkatkan kapasitas produksi perusahaan (Suyanto, 2011).

  Marx pada dasarnya berpendapat bahwa struktur dan etos mendorong kapitalis dalam mengarahkan akumulasi pada penumpukan kapital yang lebih banyak lagi. Untuk melakukan ini, kerja merupakan sumber nilai, kapitalis digiring untuk meningkatkan eksploitasi terhadap proletariat (Ritzer, 2003).

  Sementara menurut Karl Marx (Prawironegoro, 2012) menyatakan bahwa dalam masyarakat kapitalis, persaingan yang terjadi antara kapitalis dengan kapitalis lainnnya dalam memperebutkan daerah pemasaran. Persaingan itulah yang mendorong akhirnya akumulasi modal, konsentrasi perusahaan, kesengsaraan proletar, kelebihan produksi dan krisis ekonomi, sosial, dan politik. Salah satu bentuk aplikasi sirkulasi modal Karl Marx adalah melalui ekspansi jaringan Indomaret di berbagai daerah. Dalam proses sirkulasi komoditas juga dipengaruhi harga, yaitu harga barang itu sendiri menjadi tidak sama persis dengan nilainya sendiri.

  Bisnis waralaba Indomaret merupakan salah satu upaya yang dilakukan kaum kapitalis dalam meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan kekuatan modal yang dimiliki kaum kapitalis dengan mudah dapat bekerjasama dengan berbagai sumber produksi, baik perusahaan nasional maupun internasional. Hal ini dilakukan supaya dapat mensuplay produk yang akan dijual digerai Indomaret atau bahkan mampu membeli alat produksi sehingga kaum kapitalis dapat menghasilkan produk dengan label Indomaret. Apabila sebagian nilai-surplus diakumulasi, daya beli yang berkorespondensi dengannya digunakan untuk menambah alat-alat produksi dan perluasan ekonomi kapitalis.

  Secara spesifik, pemilik Indomaret memiliki modal yang besar minimal Rp 500 juta kemudian mensuplay barang dari PT Indomarco Prismatama dan perusahaan multinasional atau nasional lainya seperti, Unilever, Indogrosir dan lainnya. Komoditas tersebut kemudian dikemas dan disusun dengan layout yang menarik dengan berbagai diskon dan harga yang murah yaitu sesuai harga pokok penjualan, selanjutnya didistribusikan kepada konsumen dan pada akhirnya akan memperoleh nilai uang lebih dari komoditas yang dipasarkan tersebut.

2.2 Franchise (Waralaba) Franchise dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah waralaba.

  Franchise bersal dari bahasa Prancis, yang berarti bebas atau bebas dari

  penghambaan atau perbudakan. Dalam konteks ini, Franchise (waralaba) kebebasan yang diperoleh seseorang untuk menjalankan sendiri suatu usaha tertentu di wilayah tertentu. Sehingga pewaralabaan (Franchising) merupakan suatu aktivitas dengan sistem waralaba (franchise) yaitu suatu sistem keterkaitan usaha yang saling menguntungkan antara pemberi waralaba (franchisor) dan penerima waralaba (franchise) (Tunggal, 2004).

  Sedangkan PH Collin (Widjaja, 2002) dalam law dictionary mendefinisikan Franchise sebagai peran nama dagang dalam pemberian waralaba dengan imbalan royalti. Dalam bentuknya sebagai bisnis, waralaba memiliki dua jenis kegiatan :

  1. Waralaba produk dan merek dagang.

  2. Waralaba format bisnis (Fox dalam waralaba atau lisensi, 2002).

  Waralaba produk dan merek dagang adalah bentuk waralaba yang paling sederhana. Dalam waralaba produk dan merek dagang, pemberi waralaba memberi hak penerima waralaba untuk menjual produk yang dikembangkan oleh pemberi waralaba yang disertai dengan pemberian ijin untuk menggunakan merek dagang milik pemberi waralaba. Atas ijin penggunaan merek dagang tersebut biasanya pemberi waralaba memperoleh suatu bentuk pembayaran royalti dimuka, dan selanjutnya pemberi waralaba memperoleh keuntungan melalui penjualan produk yang diwaralabakan kepada penerima waralaba.

  Dalam bentuk ini terdapat hubungan berlanjut, yaitu hubungan kontrak antara pemilik waralaba dan pemegang waralaba. Ini merupakan suatu metode baku dalam melakukan bisnis dengan citra (image) yang melekat pada barang dan jasa. Dalam hal ini, penerima waralaba menyediakan paket yang mencakup pengetahuan (know-how) dari usahanya, prosedur operasional, penyediaan produk, manajemen, cara promosi dan jaringan penjualan. Penerima waralaba pada umumnya membayar sejumlah uang kepada pemberi waralaba, yang berupa penyediaan dana untuk menyiapkan outlet beserta desain interior, membeli bahan baku produksi, membeli peralatan yang diperlukan dan membayar royalti.

  Pemberi waralaba yang sudah mengembangkan produk atau format bisnis yang berhasil dengan mewaralabakan, memperoleh cara untuk melipatgandakan konsep bisnisnya di banyak lokasi geografis tanpa menginvestasikan modal, waktu dan usaha untuk mendirikan outlet milik perusahaannya sendiri. Penerima waralabalah yang mempertaruhkan uangnya. Meskipun pada awalnya pemberi waralaba menerima biaya awal yang kecil dari penerima waralaba, namun pada akhirnya ia mendapatkan hasil yang cukup dari royalti yang berlanjut ditambah lagi hasil dari pembelian pasokan atau produk yang dilakukan penerima waralaba secara terus menerus.

2.2.1 Tipe-Tipe Waralaba

  Mencermati perkembangan dan penggolongan usaha waralaba, menurut Sjahputra (Widjaja, 2002), terdapat beberapa tipe waralaba, antara lain :

  1. Product franchising (trade name-franchising)

  Dalam pengaturan ini, dealer diberi hak untuk mendistribusikan produk untuk pabrikan. Untuk hak tersebut, dealer (franchise/penerima waralaba) membayar fee untuk hak menjual kepada produsen (franchisor/pemberi waralaba).

  2. Manufacturing franchising (Product-distribution franchising).

  Pengaturan ini sering digunakan dalam industri ringan (pepsi, coca-cola).

  3. Business-format franchising (pure comprehensive franchising).

2.2.2 Jenis-Jenis Waralaba

  Sementara itu menurut International Franchise Association (IFA) yaitu Organisasi Waralaba International yang beranggotakan negara-negara di dunia yang berkedudukan di Washington DC, ada empat jenis franchise yang mendasar yang biasa digunakan di Amerika Serikat, yaitu:

  1. Product Franchise Produsen memberikan hak kepada pemilik toko untuk mendistribusikan barang-barang milik pabrik dan mengijinkan pemilik toko untuk menggunakan nama dan merek dagang pabrik. Pemilik toko harus membayar sejumlah biaya atau membeli persediaan minimum sebagai timbal balik dari hak-hak ini.

  2. Manufacturing Franchises

  Jenis franchise ini memberikan hak pada suatu badan usaha untuk membuat suatu produk dan menjualnya pada masyarakat, dengan menggunakan merek dagang dan merek franchisor. Jenis franchise ini seringkali ditemukan dalam industri makanan dan minuman.

  3.Business Oportunity Ventures Bentuk ini mengharuskan pemilik bisnis untuk membeli dan mendistribusikan produk-produk dari suatu perusahaan tertentu. Perusahaan harus menyediakan pelanggan atau rekening bagi pemilik bisnis dan sebagai timbal baliknya pemilik bisnis harus membayarkan suatu biaya atau prestasi sebagai kompensasinya. Contohnya, pengusahaan mesin-mesin penjualan otomatis atau distributorship .

  4. Business Format Franchising Ini merupakan bentuk franchising yang paling populer di dalam praktek, di mana perusahaan menyediakan suatu metode yang telah terbukti kesuksesannya untuk dioperasikan oleh pemilik bisnis dengan menggunakan nama dan merek dagang perusahaan. Dalam hal ini perusahaan menyediakan sejumlah bantuan tertentu kepada pemilik bisnis dengan membayar sejumlah biaya atau royalty. (International Franchise Business Management, 2009).

  Dalam hal ini Indomaret sebagai salah satu waralaba yang merupakan kombinasi dari beberapa bentuk. Dalam artian, Indomaret yang mempunyai lisensi untuk memproduksi barang dengan menggunakan alat-alat produksi kapitalis. Dengan kekuatan modal pebisnis memproduksi barang dengan menggunakan merek dagang Indomaret. Selain itu, Indomaret juga mensuply produk dari perusahaan tertentu kemudian menjualnya kepada masyarakat.

2.2.3 Jaringan Waralaba Indomaret

  Pada umumnya bentuk waralaba yang paling banyak digemari oleh masyarakat adalah waralaba minimarket seperti indomaret, alfamart, alfamidi, post-shop, dan lain-lain. Waralaba Indomaret dalam penelitian ini merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-

  2

  hari dengan luas jangkauan kurang dari 200 m dan persediaan barangnya dikelola oleh PT. Indomarco Prismatama.

  Dalam meningkatkan profitabilitas maka pengusaha akan mengembangkan jaringan waralaba Indomaret hingga keberbagai penjuru daerah. Eksistensi Indomaret yang dikontrol oleh pimpinan pusat. Misalnya dalam hal pengalokasian sumber barang yang akan didistribusikan ke berbagai gerai. Pola Indomaret yang dibedakan berdasarkan kepemilikan tempat usaha atau yang diwaralabakan oleh merek Indomaret. Jalur distribusi yang diterapkan oleh Indomaret ada 2 sistem, yakni langsung dengan pabrik-pabrik besar yang sifatnya nasional maupun internasional dan tidak langsung melalui pusat distribusi yang disebut

  merchandizing , yakni dengan pemasok-pemasok kecil (industri rumah tangga)

  untuk jenis-jenis barang tertentu seperti dijelaskan pada bagan berikut :

  Bagan 2.1

Skema Distribusi Waralaba Indomaret

  Pabrik-pabrik besar

  IRT

  IRT

  IRT (nasional dan internasional)

  Merchandizing

  Indomaret Indomaret Indomaret Indomaret

  Sumber : www.kadin-indonesia.or.id, 2009 Hubungan sosial-ekonomi yang intim antar pemasok dan seluruh elemen Indomaret merupakan sarana untuk mempertahankan serta memperluas jaringan.

  Mulai dari penguasaan atas urusan jual beli bahkan pengeluaran, pemasaran, distribusi, promosi saling membantu dan mendukung sehingga ritel tersebut tetapi eksis dikalangan masyarakat. Keberadaan jaringan sangat penting dalam membangun keberhasilan usaha. Suatu jaringan dapat berfungsi sebagai sumber informasi penting dalam mengeksploitasi peluang-peluang untuk memperoleh keuntungan. Hal ini berdampak positif terhadap hubungan yang terjalin antar individu. Pada penelitian ini, jaringan sosial-ekonomi yang merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari berjalannya bisnis waralaba Indomaret.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Leverage, Dan Profitabilitas Terhadap Integritas Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Perbankan Syariah - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profit Distribution Manajement Pada Unit Usaha Syariah Di Indonesia

0 0 34

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profit Distribution Manajement Pada Unit Usaha Syariah Di Indonesia

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Efektivitas penurunan jumlah bakteri rongga mulut berkumur air rebusan daun sirih 10% dibandingkan dengan obat kumur yang mengandung Cetylpiridinium Chloride (CPC) pada mahasiswa FKG USU

1 2 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng 2.1.2 Pengertian Minyak Goreng - Pengaruh Pengulangan Pemakaian Minyak Goreng Curah Terhadap Kandungan Ion Besi (Fe3+)

0 0 17

Pengaruh Pengulangan Pemakaian Minyak Goreng Curah Terhadap Kandungan Ion Besi (Fe3+)

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Amonia - Studi Pemanfaatan Zeolit Alam Aktif Sebagai Penyerap Ammonia di Dalam Akuarium Sebagai Media Budidaya Ikan Tawar

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Penggunaan Karboksimetil Kitosan Dari Cangkang Belangkas (Tachypleus Gigas) Sebagai Adsorben Untuk Menurunkan Konsentrasi Logam Pb

0 0 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karet Alam - Preparasi dan Karakterisasi Liquid Natural Rubber (LNR) Sebagai Kompatibiliser Untuk Meningkatkan Sifat Mekanik dan Sifat Termal Kompon Karet Alam

0 1 27

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Preparasi dan Karakterisasi Liquid Natural Rubber (LNR) Sebagai Kompatibiliser Untuk Meningkatkan Sifat Mekanik dan Sifat Termal Kompon Karet Alam

0 0 8