Luas Panen Produktivitas dan Produksi Pa

Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Sawah dan Ladang
2013
Kabupaten/Kota

Luas Panen

Produktivitas

Produksi

(Ha)

(Kw/Ha)

(Ton)

Kabupaten
01. Pacitan

36
818,00


50,62

186 386,00

02. Ponorogo

66
693,00

60,28

402 047,00

03. Trenggalek

31
136,00

58,73


182 848,00

04. Tulungagung

49
230,00

52,73

259 581,00

05. Blitar

50
577,00

57,24

289 494,00


06. Kediri

51
083,00

55,09

281 392,00

07. Malang

65
597,00

70,81

464 498,00

08. Lumajang


72
552,00

53,36

387 168,00

09. Jember

162
619,00

59,28

964 001,00

10. Banyuwangi

113

609,00

62,18

706 419,00

11. Bondowoso

61
330,00

53,74

329 557,00

12. Situbondo

48
902,00


59,50

290 954,00

13. Probolinggo

59
130,00

52,64

311 258,00

14. Pasuruan

95
594,00

65,30


624 198,00

15. Sidoarjo

29
212,00

61,58

179 873,00

16. Mojokerto

51
420,00

61,50

316 213,00


17. Jombang

72
117,00

59,93

432 173,00

18. Nganjuk

83
983,00

48,44

406 786,00

19. Madiun


75
364,00

61,85

466 125,00

20. Magetan

46
714,00

65,36

305 327,00

21. Ngawi

122
166,00


63,60

776 937,00

22. Bojonegoro

143
302,00

56,28

806 548,00

23. Tuban

80
655,00

62,41


503 395,00

24. Lamongan

144
910,00

58,40

846 275,00

25. Gresik

61
478,00

59,84

367 902,00

26. Bangkalan

46
539,00

63,43

295 178,00

27. Sampang

39
883,00

54,65

217 955,00

28. Pamekasan

25
656,00

57,94

148 663,00

29. Sumenep

31
986,00

64,29

205 636,00

71. Kediri

2
012,00

55,43

11 153,00

72. Blitar

1
616,00

58,11

9 391,00

73. Malang

2
002,00

56,37

11 285,00

74. Probolinggo

2
422,00

49,29

11 939,00

75. Pasuruan

2
472,00

61,20

15 128,00

88
3,00

42,67

3 768,00

77. Madiun

2
541,00

64,64

16 425,00

78. Surabaya

1
987,00

55,65

11 057,00

83
1,00

53,06

4 409,00
12
049 342,00

Kota

76. Mojokerto

79. Batu
Jumlah

Sumber : Dinas
Pertanian Tanaman
Pangan Jawa Timur

2 037
021,00

59.15

SOLUSI, TANTANGAN DAN HARAPAN MASALAH PANGAN
Masalah Pangan di Indonesia
Pembangunan pertanian itu pada dasarnya

adalah pembangunan

manusianya, kondisi sekarang pembangunan pertanian khususnya pangan di
Indonesia saat ini terkendala pada kondisi sumber daya manusia yang mau
bergerak dan mencintai pertanian lagi, dari kondisi yang ada saat ini maka
kegiatan-kegiatan pengembangan pertanian harus kita dukung dengan upayaupaya yang sangat signifikan bisa mengungkit produksi, salah satunya bahwa Pak
Menteri menyatakan bahwa kita harus swasembada pangan dalam 3 tahun ke
depan (Padi, Jagung, Kedelai) kemudian ditambah lagi beberapa komoditas cabai,
bawang, dan holtikultura lainnya serta termasuk juga daging dan tepung. Kondisi
ini tentunya membutuhkan perhatian kita semua salah satu yang dihadapi saat ini
adalah terbatasnya tenaga kerja, yang kedua semakin berkurangnya minat generasi
muda untuk turun kedunia pertanian. Solusi dari Kementrian Pertanian yang
pertama adalah bagaimana menumbuhkan minat generasi muda kembali kepada
dunia pertanian, tentunya pertanian juga harus bisa mengikuti trend atau
perkembangan dunia pertanian di negara-negara maju.
Modernisasi pertanian adalah merupakan jawaban sehingga komitmen
Kementerian Pertanian semenjak Pak Menteri dilantik dalam Kabinet Kerja sudah
mencanangkan bahwa mekanisasi pertanian akan di dorong dalam rangka
menunjang peningkatan produksi pangan kita, bantuan alat dan mesin pertanian
kita harapkan mampu mengatasi kesulitan tenaga kerja baik olah tanah, alat

panen, alat tanam, dan ini semua harus dikelola dalam manajemen usaha yang
menguntungkan. Tidak semata-mata alat ini di investasikan oleh pemerintah
kepada masyarakat hanya untuk mengatasi kesulitan tenaga kerja mengolah tanah,
kesulitan tenaga kerja untuk memanen, untuk menanam tetapi ini dikelola dalam
satu unit usaha yang menguntungkan karena bisnis jasa alat dan mesin pertanian
ini memberikan keuntungan yang saat baik sehingga harapan kita dengan
mekanisasi pertanian ini generasi muda akan mau kembali lagi mencintai
pertaniannya.
Tantangan yang dihadapi ?
Kondisi lahan tidak semuanya bisa didekati dengan alat mesin yang
seragam, ada tanah yang datar ada yang petakan luasnya sangat panjang, ada
berlereng dengan kontur yang petakannya kecil. Mesin pertanian harus
menyesuaikan kondisi alam sumber daya yang ada di Indonesia. Contoh misalnya
untuk daerah pasang surut di Sumatera rawa Lebak arealnya luas petakannya
besar-besar maka alat yang cocok untuk mengolah tanah adalah traktor roda 4.
Kedua mahalnya harga alat dan mesin pertanian, dalam kondisi seperti ini
disinilah negara hadir sehingga Kementerian Pertanian dalam programnya
peningkatan produksi tanaman pangan sudah mengalokasikan anggaran yang
cukup besar untuk investasi di bidang mekanisasi pertanian. Sehingga tahun ini
ada sekitar tidak kurang dari 60.000 alat dan mesin pertanian baik itu alat olah
tanah, alat panen, alat tanam termasuk pompa air itu yang di upayakan oleh
pemerintah. Tentunya pengelolaan alat mesin pertanian melalui unit pelayanan
jasa alat mesin pertanian diharapkan mampu berkembang sehingga pemerintah
tidak seterusnya harus berinvestasi disitu karena ada sektor lain juga yang harus
diperhatikan sehingga dan peraturan entri pertanian no 25, 82, tentang
kelembagaan petani, itu juga sudah menata mengatur tentang kelembagaan yang
mengelola alat dan mesin pertanian kita, mengelola dan mengembangkan
manajemen budidaya bagi usaha kelompok tani kita sehingga semuanya benarbenar terkelola dalam manajemen produksi sistem usaha tani yang ada di setiap
kawasan tanaman pangan.

Harapan pada panen raya ini ?
Panen raya ini adalah merupakan fasilitasi Kementrian Pertanian melalui
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 100 hektar ini merupakan Show
window bagi petani di Purbalingga, harapan kita di sini ada Show window
perkenalan varietas baru, kemudian di sini juga ada segmentasi yang
menggambarkan full mekanisasi untuk budidaya padi dari mulai mengolah tanah
kemudian tanam menggunakan alsintan, penyiangan, panen, itu semua
menggunakan alsintan. Ini kita harapkan mampu menumbuhkan minat masyarakat
dan generasi muda untuk mengembangbangkan usaha. Kemudian ada varietas
baru, dari yang dilihat ada varietas inpari 32 potensi produksi ubinannya sampai
10 ton/ ha.
Kalau ini diangkat dan digemari petani, karena merubah varietas di petani
itu butuh waktu karena frekuensi masyarakat berbeda-beda, ini menjadi bagian
yang kemudian kita harapkan yang 100 ha ini bisa berkembang paling tidak 50%
dari 20976 ha luas bakul lahan sawah di sini itu dalam 3 tahun ke depan sudah
mengadopsi ini, syukur-syukur bisa 100% karena sudah nyata hasilnya.
Proses desiminasi teknologi, proses adopsi teknologi, peran penyuluh kita
yang benar-benar mampu mendampingi petani dan yang paling penting mereka
bisa menjadi teman bicara petani, karena semenjak reformasi petani kita
kehilangan teman bicara, kehadiran penyuluh pertanian dan kemudian Babinsa
seluruh aparat desa tentunya akan menjadi bagian dari upaya yang simultan
dilakukan untuk dinamisasi berkembangnya pertanian khususnya di Kabupaten
Purbalingga dan umumnya di Indonesia, dan seluruh kawasan pembangunan
pertanian di Indonesia.