Aliran dan Tipologi dalam Filsafat Pendi
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
A.Ranah kajian Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat pendidikan Islam sebagaimana pendapat alSyaibani yang dikutip oleh Ahmad Syar’i menjelaskan bahwa
filsafat pendidikan Islam adalah prinsip-prinsip dan berbagai
kepercayaan yang berasal dari ajaran Islam atau minimal sesuai
dengan jiwa Islam yang mendukung dan memiliki kepentingan
pelaksanaan dan bimbingan dalam bidang pendidikan.
Dalam filsafat Islam juga akan mengkaji tiga pijakan
yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1. Ontologi
Filsafat pendidikan Islam bertitik tolak pada manusia
dan alam (the creature of God). Sebagai pencipta, Tuhan
telah mengatur alam ciptaan-Nya. Pendidikan berpijak dari
human sebagai dasar perkembangan dalam pendidikan.
Seluruh aktivitas hidup dan kehidupan manusia adalah
transformasi pendidikan.1
Yang menjadi dasar kajian filsafat pendidikan Islam di
sini adalah sebagaimana yang tercantum dalam wahyu
mengenai pencipta, ciptaan-Nya, hubungan antara ciptaan
dan pencipta, hubungan antara sesama ciptaan-Nya dan
utusan yang menyampaikan risalah (rasul).
2. Epistemologi
1 Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka
Pirdaus, 2005), 123
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
95
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
Landasan ini merupakan dasar ajaran Islam yaitu alQuran dan al-Hadits. Dari kedua sumber itulah muncul
pemikiran-pemikiran terkait masalah-masalah keislaman
dalam berbagai aspeknya termasuk filsafat pendidikan. Apa
yang tercantum dalam al-Quran dan al-Hadits merupakan
dasar dari filsafat pendidikan Islam.2 Hal ini pada dasarnya
selaras dengan hasil pemikiran para filosof Barat, karena
akal sehat tidak akan bertentangan dengan wahyu. Jika
terjadi ketidakcocokan berarti itu bukan karena kesalahan
wahyu itu, namun itu adalah hasil pikiran yang belum
mampu menjangkau apa yang dimaksudkan oleh landasan
tersebut.
3. Aksiologi
Yang tidak kalah pentingnya adalah kandungan
nilainya dalam bidang pendidikan. Ada tiga hal yang
menjadi nilai dari filsafat pendidikan Islam yaitu:
a) Keyakinan bahwa akhlak termasuk makna yang
terpenting dalam hidup, akhlak di sini tidak hanya
sebatas hubungan antara manusia, namun lebih luas
lagi sampai kepada hubungan manusia dengan segala
yang ada, bahkan antara hamba dan Tuhan.
b) Meyakini bahwa akhlak adalah sikap atau kebiasaan
yang terdapat dalam jiwa manusia yang merupakan
sumber perbuatan-perbuatan yang lahir secara mudah.
2 Ibid,. 124.
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
96
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
c) Keyakinan bahwa akhlak islami yang berdasar syari’at
yang ditunjukkan oleh berbagai teks keagamaan serta
diaktualkan oleh para ulama merupakan akhlak yang
mulia.3
Bertolak dari tiga kajian di atas, setidaknya kita telah
memiliki pandangan dan arah yang akan dilakukan oleh
filsafat pendidikan Islam tersebut.
Aliran-aliran Filsafat Pendidikan Islam4
Terdapat tiga aliran utama dalam pemikiran filosofis
pendidikan Islam5, yaitu: (1) Aliran Agamis-Konservatif, (2)
Aliran Religius-Rasional, dan (3) Aliran PragmatisInstrumental. Penjabaran tentang ketiga aliran tersebut dapat
dilihat berikut ini.
1. Aliran Konservatif (al Muha>fidz})
Aliran
ini
cenderung
bersikap
murni
keagamaan yang mencakup ilmu-ilmu yang
dibutuhkan saat sekarang dan akan membawa
manfaat kelak di Akhirat6. Para pelajar harus
3 Op.cit,. 125.
4 Prof. Dr. H. Abd. Haris, M.Ag. dan Kivah Aha Putra, S.PdI,
Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), 120-131.
5 Muhammad Jawwad Ridha, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan
Islam (Perspektif Sosiologis-filosofis), 74.
6 Ibid,. 75.
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
97
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
mengawali belajarnya dengan mengkaji Al
Qur’an dan Ulumul Qur’an, lalu dilanjutkan
belajar hadi>th, Ulumul Hadi>th, Us}ul Fiqh,
Nah}wu, dan S}araf.
Para ulama yang termasuk dalam kategori
aliran pemikiran pendidikan ini adalah AlGhazali, Zarnuji, Nasiruddin Al-Thusi, Ibnu
Jama’ah, Sahnun, Ibnu Al-Haitami, dan Abdul
Hasan Ali bin Muhammad bin Khalaf (al-Qabisi).
Al-Thusi – sebagaimana dikutip Muhammad
Jawwad Ridha-menganalogikan jeinis ilmu yang
pertama dengan makanan pokok, sedangkan
jenis ilmu yang kedua dianalogikan dengan obat
yang hanya dimakan sewaktu terpaksa. Selain
dua jenis ilmu tersebut, ada pula ilmu yang
hukum
mempelajari
termasuk
fad}i>lah
(keutamaan, anjuran), seperti mempelajari
tentang deatilnya ilmu hitung dan ilmu
kedokteran. Terkait dengan ini, maka ilmu dapat
dipilah menjadi ilmu terpuji dan ilmu yang
tercela.7
Al-Ghazali membagi ilmu-ilmu adat dan ilmu-ilmu
komplementer, termasuk di dalam filsafat, menjadi empat
bidang. Pertama, ilmu ukur dan ilmu hitung. Disiplin ilmu
ini boleh dipelajari dan dilarang apabila membahayakan bagi
yang mempelajarinya karena dapat mengantarkan pada ilmu
7 Op.cit,. 76.
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
98
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
tercela. Kedua, ilmu mantiq (logika), yaitu ilmu yang
berkaitan dengan dalil (argumentasi) dan syarat-syaratnya.
Ketiga, ilmu ketuhanan (teologi), yaitu ilmu yang berisi
tentang kajian eksistensi Tuhan. Keempat, ilmu kealaman.
Sebagian ilmu ini dianggap bertentangan dengan syara’,
agama, dan kebenaran.8 Sebagian lainnya mengkaji tentang
anatomi tubuh, rincian organ-organ, perubahannya.
2. Aliran Religius-Rasional (al-Di>niy al-Aqlany)
Menurut Ridha, aliran ini tidak jauh berbeda dengan
aliran pemikiran tradisionalis-tekstualis (Naqliyyun).
Aliran pemikiran pendidikan ini mengakui bahwa semua
ilmu dan sastra yang tidak mengantarkan pemiliknya menuju
kehidupan akhirat, dan tidak memberikan makna sebagai
bekal di sana, maka ilmu demikian hanya akan menjadi
bumerang bagi si pemilik kelak di akhirat.
Ikhwan al-Shafa adalah salah satu penganut aliran
ini. Batasan ilmu menurut Ikhwan al-Shafa adalah
gambaran tentang sesuatu yang diketahui pada benak (jiwa)
orang yang mengetahui. Lawan dari ilmu adalah kebodohan,
8 Ilmu tentang kealaman yang oleh al-Ghazali dianggap
bertentangan dengan ajaran agama adalah teori asal-usul alam semesta yang
menganggap bahwa alam semesta merupakan sesuatu yang qadi>m.
Keberadaan alam semesta bukan diciptakan dari nol (tidak ada menjadi ada),
tetapi dari sesuatu yang sudah ada (creatio lex divina). Teori ini sebagaiman
yang dikemukakan oleh al Farabi, Ibnu Sina. Teori ini ditentang oleh alGhazali, karena dia meyakini bahwa alam semesta merupakan sesuatu yang
baru, artinya diciptakan oleh allah dari tidak ada menjadi ada (creation ex
nihilo). Lihat al-Ghazali di Ihya’ Ulumuddin.
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
99
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
yaitu tiadanya gambaran yang diketahui pada jiwanya.
Belajar
dan
mengajar
tiada
lain
adalah
mengaktualisasikan hal-hal potensial, melahirkan halhal yang terpendam dalam jiwa.9
Selain Ikhwan al Shafa, yang termasuk aliran ini
antara lain al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Miskawih.
Pergumulan intensif kelompok Ikhwan al-Shafa dengan
pemikiran filsafat Yunani telah memberikan landasan bagi
aliran pendidikannya, yaitu bahwa pangkal segala sesuatu
yang terkait dengan jiwa beserta semua potensinya, serupa
dengan apa yang diutarakan oleh kecenderungan Gnostik.10
3. Aliran Pragmatis (al-Dharai’iy)
Tokoh utama aliran ini adalah Ibnu Khladun.11
Pemikiran Ibnu Khaldun lebih banya bersifat pragmatis dan
lebih berorientasi pada dataran aplikatif-praktis.
Aliran ini merupakan wacana baru dalam pemikiran
pendidikan
Islam.
Apabila
kalangan
konservatif
mempersempit ruang lingkupsekuler di hadapan rasionalitas
Islam dan mengaitkannya secara kaku dengan pemikiran
atau warisan salaf, sedangkan kalangan Rasionalis dalam
9 Muhammad Jawwad Ridha, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan
Islam (Perspektif Sosiologis-filosofis), 78.
10 Menurut Philip K. Hitti, Gnostik adalah kepercayaan aliran
pengetahuan di Yunani dimana seseorang penuntut ilmu bisa mencapai
pengetahuan dengan adanya kilasan cahaya batin. Philip Hitti, Tarikh al
Arab, (Beirut: Tp., 1961); Ibid., 79.
11 Muhammad Jawwad Ridha, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan
Islam (Perspektif Sosiologis-filosofis), 104.
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
100
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
sistem pendidikan (program kurikuler) berpikiran idealistik
sehingga memasukkan semua disiplin keilmuan yang
dianggap substantif bernilai, maka Ibnu Khaldun
mengakomodir ragam jenis keilmuan yang nyata terkait
dengan kebutuhan langsung manusia, baik berupa kebutuhan
spiritual-ruhaniah maupun kebutuhan material-jasmaniah.
B.Pemikiran Filsafat Pendidikan Islam
Pemikiran filosofis pendidikan Islam dapat kita lihat dari
pola pemikiran Islam yang berkembang di dunia saat ini,
terutama dalam menjawab berbagai tantangan dan perubahan
yang selalu terjadi dan akan terjadi pada era modernitas. Ada
empat model pemikiran keislamaman menurut Abdullah (1996)
yang dikutip oleh Muhaimin, yaitu 1. Model Tekstualis Salafi;
2. Model Tradisionalis Madzhabi; 3. Model Modernis; dan 4.
Model Neo-Modernis.
1. Tekstualis Salafi
Aliran ini berusaha untuk memahami ajaran dan nilainilai mendasar yang terkandung dalam al-Qur’an dan asSunnah dan melepaskan diri dari atau kurang
memperhatikan konteks dinamika pergumulan masyarakat
muslim yang mengitarinya baik pada era klasik ataupun
modern. Masyarakat yang diidam-idamkan adalah
masyarakat salaf di era nabi Muhammad saw. dan para
sahabatnya. Landasan pemikiran aliran ini hanya ada dua
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
101
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
yaitu al-Quran dan al-Sunnah dan tanpa menggunakan
pendekatan keilmuan yang lain.12 Dalam menjawab berbagai
tantangan zaman, aliran ini hanya menggunakan al-Quran
dan al-Sunnah. Ini menunjukkan bahwa aliran ini lebih
bersikap regresif dan konservatif.13
Jika kita lihat kepada pemikiran filsafat pendidikan,
ada dua tipe yang lebih dekat dengan aliran tekstualis salafi,
yaitu aliran pendidikan yang termasuk dalam kategori
tradisional (perennialism dan essentialism). Perennialism
menghendaki kembalinya kepada jiwa yang menguasai abad
pertengahan, sedangkan tekstualis salafi menghendaki agar
kembali ke masyarakat salaf (era Nabi dan sahabat). Namun
intinya, kedua aliran ini sama-sama regresif. Adapaun
essentialism menghendaki pendidikan yang bersendikan atas
nilai-nilai yang tinggi, yang hakiki kedudukannya dalam
kebudayaan, dan nilai-nilai ini sampai kepada manusia
tentunya telah teruji oleh waktu. Tektualis Salafi menjunjung
tinggi nilai-nilai salaf dan perlu dilestarikan keberadaannya,
karena masyarakat salaf dipandang sebagai masyarakat yang
ideal.
Dalam konteks pemikiran filsafat pendidikan Islam,
aliran ini menyajikan kajian tentang pendidikan secara
manquly, yakni memahami atau menafsirkan nas-nas tentang
pendidikan dengan nas yang lain, atau dengan mengambil
12 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.
(Jakarta; PT Grafindo Persada, 2005), 88.
13 Ibid,. 89.
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
102
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
pendapat sahabat. Aliran ini berusaha membangun konsep
pendidikan Islam melalui kajian tekstual-lughawi atau
berdasarkan kaidah-kaidah bahasa Arab dalam memahami
al-Quran, hadits Nabi, dan perkataan sahabat, serta
memperhatikan praktik pendidikan pada era salaf, untuk
selanjutnya berusaha mempertahankan dan melestarikan
nilai-nilai tersebut hingga saat ini. Dalam bangunan
pemikiran filsafat pendidikan Islam, model ini dapat
dikategorikan sebagai tipologi perenial-tekstualis salafi dan
sekaligus esensial-tekstualis salafi. Untuk menyederhanakan
model ini, maka dapat kita sebut dengan istilah perenialesensial salafi.
Aliran ini dapat kita lihat sebagaimana yang kita
ketahui dari sejarah bahwa ada golongan-golongan yang
hanya menggunakan al-Quran secara tekstual semata tanpa
melihat konteks. Padahal dalam pendidikan harus dilihat
terlebih dahulu apa yang dibutuhkan anak didik dan
masyarakat secara umum.
2. Tradisionalis Madzhabi<
Aliran ini berupaya memahami ajaran dan nilai
mendasar yang terkandung dalam al-Quran dan al-Sunnah
melalui bantuan khazanah pemikiran Islam klasik, namun
tidak begitu memperhatikan keadaan sosio-historis
masyarakat setempat di mana ia hidup di dalamnya. Hasil
pemikiran para ulama terdahulu dipandang sudah pasti tanpa
melihat sisi historisnya. Masyarakat ideal bagi aliran ini
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
103
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
adalah masyarakat muslim era klasik, di mana menganggap
bahwa semua persoalan agama telah dikupas tuntas oleh
para ulama terdahulu. Mereka bertumpu kepada ijtihad
dalam
menyelesaikan
persoalan-persoalan
tentang
ketuhanan, kemanusiaan, dan kemasyarakatan. Kitab kuning
menjadi rujukan pokok aliran ini.
Aliran ini menonjolkan akan wataknya yang
tradisional dan madzhabi. Tradisional ditunjukkan dalam
bentuk sikap, cara berpikir, dan bertindak yang selalu
berpegang teguh pada nilai, norma, dan adat kebiasaan yang
telah turun temurun dan tidak mudah terpengaruh oleh
situasi sosio historis dengan berubahnya masyarakat dan
zaman. Watak madzhabi dari aliran ini diwujudkan dalam
kecenderungannya mengikuti aliran, pemahaman, atau
doktrin yang dianggap sudah relatif mapan pada masa
sebelumnya.14
Dengan ketradisionalan dan kemadzhabannya, aliran
ini dalam pengembangan pemikiran filsafat pendidikan
Islam lebih menekankan pada pemberian penjelasan dari
materi-materi pemikiran para pendahulunya tanpa adanya
perubahan substansi pemikiran pendahulunya. Pendidikan
Islam dengan model ini berupaya mempertahankan dan
mewariskan nilai, tradisi, dan budaya serta praktik sistem
pendidikan terdahulu dari satu generasi ke generasi
berikutnya tanpa mempertimbangkan konteks perkembangan
zaman yang dihadapinya. Melihat wataknya yang
14 Op.cit,. 90-92.
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
104
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
sedemikian itu, aliran ini juga lebih dekat dengan
perennialism dan essensialism, karena wataknya yang masih
regresif dan konservatif. Aliran ini disebut tipologi perenialesensial madzhabi.
Aliran ini membangun konsep pendidikan Islam
melalui kajian terhadap khazanah pemikiran Islam
terdahulu, baik dalam hal tujuan pendidikan, kurikulum,
hubungan guru murid, metode pendidikan, sampai kepada
lingkungan pendidikan yang dirumuskan.
Berbeda dengan aliran yang pertama, aliran ini lebih
menghargai hasil yang telah diciptakan oleh pendahulunya.
Karena aliran ini masih menganggap dan menggunakan
sistem pendidikan yang digunakan oleh masa sebelumnya
dan hal itu dirasa baik. Namun di sini masih ada sikap
tertutup dari aliran ini yang tidak menerima hal-hal yang
baru, dan menurut hemat penulis, sikap ini yang kurang
bijak karena apapun di dunia ini selalu berubah.
3. Modernis
Aliran modernis berupaya memahami ajaran dan nilai
dasar yang terkandung dalam al-Quran dan al-Sunnah
dengan melihat kepada kondisi dan tantangan sosio-historis
dan kultural yang dihadapi masyarakat muslim kontemporer,
tanpa mempertimbangkan muatan-muatan khazanah
intelektual muslim era klasik. Aliran ini lebih cenderung
untuk selalu maju memasuki teknologi modern. Aliran ini
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
105
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
ingin memahami al-Quran secara langsung dan melompat ke
dunia modern.
Aliran ini lebih cenderung seperti aliran progressivism
dalam aliran filsafat pendidikan, hal ini tercermin dari
wataknya yang ingin bebas dari bayang-bayang masa lalu
dan modifikatif. Dengan wataknya yang demikian, aliran ini
tidak berkepentingan untuk merujuk kepada pemikiranpemikiran terdahulu karena yang dahulu hanya cocok untuk
masa lalu.
Dalam konteks pemikiran filsafat pendidikan Islam,
sikap bebas dan modifikatif ini tidak berarti kebebasan
mutlak tanpa adanya keterikatan. Pendidikan Islam yang
modernis memiliki sikap keterbukaan dan dinamis menuju
ke arah yang lebih maju. Untuk mencapai kemajuan tersebut
diperlukan keterbukaan untuk membaca teori orang lain,
melalui transformasi, akomodasi, dan bahkan adopsi
pemikiran dan temuan ilmu pengetahuan serta teknologi
dalam rangka memajukan sistem pendidikan Islam.
Praktik seperti ini banyak kita temukan pada era ini
terutama di lembaga pendidikan Islam modern. Dalam
pendidikannya telah banyak menggunakan peralatanperalatan modern dan juga menggunakan metode-metode
yang berasal dari luar, namun hal ini tidak membuatnya
kehilangan tujuan utama dari pendidikan Islam tersebut.
4. Neo-Modernis
Aliran pemikiran ini berupaya untuk memahami ajaran
dan nilai dasar yang bersumber dari al-Quran dan al-Sunnah
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
106
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
dengan mengikutsertakan dan mempertimbangkan khazanah
intelektual muslim klasik serta mencermati kesulitan dan
kemudahan yang ditawarkan dunia modern. Jadi aliran ini
selalu mempertimbangkan al-Quran, al-Sunnah, khazanah
klasik, dan pendekatan-pendekatan keilmuan era modern.
Maka dari situlah terkenal ungkapan “memelihara hal-hal
yang baik yang telah ada sambil mengembangkan nilai-nilai
baru yang lebih baik.”
Berdasarkan prinsip-prinsip yang dipakai dan melihat
akhir dari jargon di atas menunjukkan adanya sikap dinamis
dan progresif serta rekonstruktif walaupun tidak bersifat
radikal. Karean itulah, di dalam konteks pemikiran filsafat
pendidikan Islam aliran ini dapat dikategorkan sebagai
tipologi perenial-esentialis kontekstual-falsifikatif.
Aliran ini dipandang sebagai aliran pembaruan yang
mencoba mengintegrasikan secara menyeluruh antara dasardasar Islam, khazanah keislaman klasik, dan hal-hal yang
baru dan baik. Ini merupakan upaya yang luar biasa dalam
pengembangan pendidikan agama Islam yang selalu
berkembang mengikuti perkembangan zaman.
C.
Implikasi Filsafat Pendidikan Islam
Terhadap Pengembangan Kurikulum
Aliran-aliran dalam pemikiran filsafat pendidikan Islam
di atas tentu memiliki implikasi terhadap pengembangan
kurikulum pendidikan agama Islam. Di bawah ini akan
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
107
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
dijelaskan sedikit mengenai implikasi tersebut mulai dari
tipologi perenial-esensialis salafi, tipologi perenial-esensialis
madzhabi, tipologi modernis, tipologi perenial-esensialis
kontekstual-falsifikatif, dan tipologi rekonstruksi sosial
berlandaskan tauhid.
1. Perenial-Esensialis Salafi
Tipologi ini menonjolkan wawasan kependidikan era
salaf (era kenabian dan sahabat). Pendidikan diorientasikan
kepada penemuan dan internalisasi kebenaran masa lalu
yang dilakukan oleh anak didik, menjelaskan dan
menyebarkan warisan salaf melalui inti pengetahuan yang
terakumulasi dan telah berlaku sepanjang masa dan penting
untuk diketahui semua orang.
Pengembangan kurikulum ditekankan pada doktrin
agama, kitab-kitab besar, kembali kepada hal-hal yang
mendasar, serta mata pelajaran kognitif yang ada pada era
salaf. Dalam kurikulum pendidikan agama Islam bidang
akidah dan ibadah khusus (shalat, puasa, zakat, haji, nikah,
dan lain-lain), atau membaca al-Quran yang dimaksudkan
untuk
melestarikan
dan
mempertahankan,
serta
menyebarkan akidah dan amaliah ubudiyah yang benar
sesuai dengan yang dilakukan para salaf.
Metode pembelajaran yang dilakukan melalui ceramah
dan dialog, diskusi, dan pemberian tugas-tugas. Manajemen
kelas diarahkan pada pembentukan karakter, keteraturan,
keseragaman, bersifat kaku dan terstruktur. Evaluasi
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
108
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
menggunakan ujian-ujian objektif terstandarisasi, dan tes
kompetensi barbasis amaliah. Guru memliki otoritas tinggi
yang paham akan kebijakan dan kebenaran masa lalu dan
tentunya ahli dalam bidangnya.
2. Perenial-Esensialis Madhhabi>
Tipologi ini menonjolkan wawasan kependidikan
Islam yang tradisional dan memiliki kecenderuangan untuk
mengikuti aliran, pemahaman atau doktrin serta pemahaman
pemikiran-pemikiran masa lampau yang dianggap sudah
mapan. Pendidikan Islam berfungsi melestarikan dan
mengembangkannya melalui upaya pemberian penjelasan
dan catatan-catatan dan kurang ada keberanian untuk
mengganti substansi materi pemikiran pendahulunya. Di sini
pendidikan Islam lebih dijadikan sebagai upaya untuk
mempertahankan dan mewariskan nilai, tradisi, dan budaya
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Pendidikan berorientasi pada upaya murid untuk
menemukan dan menginternalisasi kebenaran-kebenaran
sebagai hasil interpretasi ulama pada masa klasik.
Menjelaskan dan menyebarkan warisan ajaran, nilai-nilai,
dan pemikiran para pendahulu yang dianggap mapan secara
turun temurun. Pengembangan kurikulum ditekankan pada
doktrin-doktrin dan nilai agama yang tertuang dalam karya
ulama tedahulu mengenai hal-hal yang esensial serta mata
pelajaran kognitif yang ada pada masa klasik. Sama seperti
aliran sebelumnya namun aliran ini hanya memberikan
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
109
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
penjelasan atas pemikiran pendahulunya dan dianggap
menyeleweng jika tidak sesuai dengan pendapat
pendahulunya. Metode yang digunakan adalah ceramah,
dialog, perdebatan dengan tolok ukur pandangan imam
madzhab, dan pemberian tugas. Manajemen dan lain
sebagainya sama dengan aliran sebelumnya.
3. Modernis
Tipologi pendidikan Islam aliran ini bersifat bebas,
modifikatif, progresif, dan dinamis dalam menghadapi dan
merespon tuntutan dan kebutuhan dari lingkungannya,
sehingga pendidikan Islam berfungsi sebagai upaya
melakukan rekonstruksi pengalaman yang terus menerus.
Pendidikan agama Islam diorientasikan pada upaya
memberikan keterampilan dan alat-alat kepada anak didik
yang bisa digunakan untuk berinteraksi dengan
lingkungannya yang selalu berubah demi menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang terjadi yang dilandasi
dengan nilai-nilai universal.
Pengembangan kurikulum ditekankan pada penggalian
problematika yang dihadapi oleh peserta didik, untuk
selanjutnya dilatih dan diajarkan untuk memecahkan
masalah tersebut perspektif ajaran dan nilai-nilai agama
Islam. Metode yang digunakan adalah cooverative learning,
metode proyek, dan metode ilmiah. Manajemen kelas lebih
diarahkan pada pemberian kesempatan kepada peserta didik
untuk berpartisipasi dan aktif dalam pembelajaran. Evaluasi
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
110
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
lebih banyak menggunakan evaluasi formatif. Peranan guru
di sini sebagai fasilitator dan pengatur pembelajaran.
4. Perenial-Esensialis Kontekstual-Falsifikatif
Aliran ini mengambil jalan tengah antara kebali ke
masa lalu dengan jalan melakukan kontekstualisasi serta uji
falsifikasi dan mengembangkan wawasan kependidikan
Islam masa sekarang dengan berbagai perubahan yang ada.
Tujuan pendidikan agama Islam berorientasi pada
penemuan dan internalisasi kebenaran masa lalu pada masa
klasik, menyebarkan warisan ajaran, dan nilai salaf yang
dianggap mapan, dan pemberian keterampilan kepada anak
didik untuk menghadapi segala bentuk perubahan. Untuk
lebih jelas, tujuan aliran ini adalah melestarikan nilai
ila>hiyyah
dan
insa>niyah
sekaligus
menumbuhkembangkannya dalam konteks perkembangan
iptek dan perubahan sosio kultural.
Pengembangan kurikulum ditekankan pada pelestarian
doktrin-doktrin, nilai-nilai agama sebagaimana tertuang
dalam kitab terdahulu yang bersifat esensial. Di lain itu juga
ditekankan pada penggalian problematika yang ada di
masyarakat dan dialami oleh anak didik, kemudian dilatih
untuk menyelesaikannya sesuai dengan nilai universal.
Metode yang digunakan dalam hal-hal yang bersifat
doktrin adalah ceramah dan dialog, diskusi atau perdebatan,
dan pemberian tugas. Manajemen kelas lebih kepada
pembentukan karakter, keteraturan, keseragaman, sesuai
tatanan, dan teratur dalam menjalankan tugas. Evaluasi
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
111
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
bersifat objektif dan terstandarisasi, atau tes essay, tes
diagnostik, dan tes kompetensi berbasis amaliah. Guru
berperan sebagai figur yang memiliki otoritas tinggi dan ahli
dalam bidangnya.
5. Rekonstruksi Sosial Berlandaskan Tauhid
Model ini cocok untuk diterapkan pada masyarakat
yang berkeinginan dan potensial untuk maju, dan pada
masyarakat yang warganya bersifat individualis. Menurut
tipologi ini, pendidikan agama Islam bertujuan untuk
meningkatkan kepedulian dan kesadaran peserta didik akan
masalah-masalah yang dihadapi oleh umat manusia, yang
merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemeluk agama
Islam untuk memecahkan masalah da’wah bi al-ha>l, baik
yang terkait dengan masalah sosial, ekonomi, budaya, dan
lainnya, serta mengajarkan keterampilan untuk memecahkan
semua problem tersebut agar dapat berpartisipasi dalam
melakukan perbaikan dan amr ma’ru>f nahi> munkar,
sehingga dapat terwujud suatu tatanan masyarakat baru yang
lebih baik.
Dalam hal ini, peserta didik dibekali kemampuan
untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang berkembang
di masyarakat untuk selanjutnya dijadikan sebagai tema
proyek kajian, melek berpikir kritis, strategi dan teknik
berhubungan dengan masyarakat, bekerja secaka kelompok,
toleran, dan cara kerja untuk berpartisipasi dalam
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
112
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
pembangunan dan pengembangan masyarakat menuju
tatanan yang lebih baik.
Kurikulum memusatkan pada masalah-masalah sosial
dan budaya yang dihadapi masyarakat, dan diharapkan anak
didik dapat menyelesaikan masalah tersebut melalui konsep
dan pengetahuan yang telah dimiliki. Manajemen dalam
pembelajaran ini tidak terlalu terikat pada kelas, tetapi lebih
banyak di luar kelas, tidak membedakan jenis kelamin dan
ras, serta membangun masyarakat. Interaksi guru dan murid
lebih bersifat dinamis, kritis, progresif, terbuka, bahkan
bersikap
proaktif,
dan
antisipatif,
tetapi
juga
mengembangkan nilai-nilai kooperatif fan kolaboratif,
toleran, serta komitmen pada hak dan kewajiban asasi
manusia. Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam
menekankan pada evaluasi formatif, dengan asumsi bahwa
setiap peserta didik memiliki kemampuan untuk tumbuh dan
berkembang lebih maju, serta memiliki kemampuan untuk
membangun masyarakat yang lebih baik dengan
memerankan ilmu dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masyarakat.
Bagan Aliran- Aliran Dalam Filsafat Pendidikan Islam.
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
113
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
Aliran Konservatif (al
Muha>fidz})
Aliran ini bergumul dengan persoalan
pendidikan cenderung bersikap murni
keagamaan.
(Tokoh utama : al-Ghazali)
Aliran ReligiusRasional (alDi>niy alAqlany)
Dalam hal tujuan
pendidikan yang
agamis, aliran ini
mirip dengan aliran
konservatif, tetapi
dari segi
pergumulan
keilmuan, aliran ini
lebih terbuka
terhadap berbagai
pemikiran yang
lebih maju, terutama
pemikiran filosofis
Yunani
(Tokoh utama :
Ikhwan al-Shafa)
ALIRANALIRAN
DALAM
FILSAFAT
PENDIDIK
AN ISLAM
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
Aliran Pragmatis
(al-Dharai’iy)
Aliran ini berpijak
pada orientasi
praktis-pragmatis
(‘amaliy); belajar
ilmu harus
berorientasi pada
pengamalan ilmu
tersebut
(Tokoh utama :
Ibnu Khaldun)
Teori “ilmu untuk
ilmu” kurang
disetujui oleh
aliran ini
114
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
D.
Daftar Pustaka
Djumransjah, M. Filsafat Pendidikan, Malang: Bayumedia
Publishing, 2006
Gandhi, Teguh Wangsa. Madzhab-Madzhab Filsafat
Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013
Haris, Abdul dan Kivah Aha Putra. Filsafat Pendidikan Islam,
Jakarta: Amzah, 2012
Maksum Ali. Pengantar Filsafat, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012
Maunah, Binti. Landasan Pendidikan. Yogyakarta: TERAS,
2009
Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam Jakarta; PT Grafindo Persada, 2005
Muhmidayeli. Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Refika
Aditama, 2011
Syar’i, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka
Pirdaus, 2005
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
115
http://al-islamk.blogspot.com
A.Ranah kajian Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat pendidikan Islam sebagaimana pendapat alSyaibani yang dikutip oleh Ahmad Syar’i menjelaskan bahwa
filsafat pendidikan Islam adalah prinsip-prinsip dan berbagai
kepercayaan yang berasal dari ajaran Islam atau minimal sesuai
dengan jiwa Islam yang mendukung dan memiliki kepentingan
pelaksanaan dan bimbingan dalam bidang pendidikan.
Dalam filsafat Islam juga akan mengkaji tiga pijakan
yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1. Ontologi
Filsafat pendidikan Islam bertitik tolak pada manusia
dan alam (the creature of God). Sebagai pencipta, Tuhan
telah mengatur alam ciptaan-Nya. Pendidikan berpijak dari
human sebagai dasar perkembangan dalam pendidikan.
Seluruh aktivitas hidup dan kehidupan manusia adalah
transformasi pendidikan.1
Yang menjadi dasar kajian filsafat pendidikan Islam di
sini adalah sebagaimana yang tercantum dalam wahyu
mengenai pencipta, ciptaan-Nya, hubungan antara ciptaan
dan pencipta, hubungan antara sesama ciptaan-Nya dan
utusan yang menyampaikan risalah (rasul).
2. Epistemologi
1 Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka
Pirdaus, 2005), 123
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
95
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
Landasan ini merupakan dasar ajaran Islam yaitu alQuran dan al-Hadits. Dari kedua sumber itulah muncul
pemikiran-pemikiran terkait masalah-masalah keislaman
dalam berbagai aspeknya termasuk filsafat pendidikan. Apa
yang tercantum dalam al-Quran dan al-Hadits merupakan
dasar dari filsafat pendidikan Islam.2 Hal ini pada dasarnya
selaras dengan hasil pemikiran para filosof Barat, karena
akal sehat tidak akan bertentangan dengan wahyu. Jika
terjadi ketidakcocokan berarti itu bukan karena kesalahan
wahyu itu, namun itu adalah hasil pikiran yang belum
mampu menjangkau apa yang dimaksudkan oleh landasan
tersebut.
3. Aksiologi
Yang tidak kalah pentingnya adalah kandungan
nilainya dalam bidang pendidikan. Ada tiga hal yang
menjadi nilai dari filsafat pendidikan Islam yaitu:
a) Keyakinan bahwa akhlak termasuk makna yang
terpenting dalam hidup, akhlak di sini tidak hanya
sebatas hubungan antara manusia, namun lebih luas
lagi sampai kepada hubungan manusia dengan segala
yang ada, bahkan antara hamba dan Tuhan.
b) Meyakini bahwa akhlak adalah sikap atau kebiasaan
yang terdapat dalam jiwa manusia yang merupakan
sumber perbuatan-perbuatan yang lahir secara mudah.
2 Ibid,. 124.
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
96
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
c) Keyakinan bahwa akhlak islami yang berdasar syari’at
yang ditunjukkan oleh berbagai teks keagamaan serta
diaktualkan oleh para ulama merupakan akhlak yang
mulia.3
Bertolak dari tiga kajian di atas, setidaknya kita telah
memiliki pandangan dan arah yang akan dilakukan oleh
filsafat pendidikan Islam tersebut.
Aliran-aliran Filsafat Pendidikan Islam4
Terdapat tiga aliran utama dalam pemikiran filosofis
pendidikan Islam5, yaitu: (1) Aliran Agamis-Konservatif, (2)
Aliran Religius-Rasional, dan (3) Aliran PragmatisInstrumental. Penjabaran tentang ketiga aliran tersebut dapat
dilihat berikut ini.
1. Aliran Konservatif (al Muha>fidz})
Aliran
ini
cenderung
bersikap
murni
keagamaan yang mencakup ilmu-ilmu yang
dibutuhkan saat sekarang dan akan membawa
manfaat kelak di Akhirat6. Para pelajar harus
3 Op.cit,. 125.
4 Prof. Dr. H. Abd. Haris, M.Ag. dan Kivah Aha Putra, S.PdI,
Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), 120-131.
5 Muhammad Jawwad Ridha, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan
Islam (Perspektif Sosiologis-filosofis), 74.
6 Ibid,. 75.
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
97
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
mengawali belajarnya dengan mengkaji Al
Qur’an dan Ulumul Qur’an, lalu dilanjutkan
belajar hadi>th, Ulumul Hadi>th, Us}ul Fiqh,
Nah}wu, dan S}araf.
Para ulama yang termasuk dalam kategori
aliran pemikiran pendidikan ini adalah AlGhazali, Zarnuji, Nasiruddin Al-Thusi, Ibnu
Jama’ah, Sahnun, Ibnu Al-Haitami, dan Abdul
Hasan Ali bin Muhammad bin Khalaf (al-Qabisi).
Al-Thusi – sebagaimana dikutip Muhammad
Jawwad Ridha-menganalogikan jeinis ilmu yang
pertama dengan makanan pokok, sedangkan
jenis ilmu yang kedua dianalogikan dengan obat
yang hanya dimakan sewaktu terpaksa. Selain
dua jenis ilmu tersebut, ada pula ilmu yang
hukum
mempelajari
termasuk
fad}i>lah
(keutamaan, anjuran), seperti mempelajari
tentang deatilnya ilmu hitung dan ilmu
kedokteran. Terkait dengan ini, maka ilmu dapat
dipilah menjadi ilmu terpuji dan ilmu yang
tercela.7
Al-Ghazali membagi ilmu-ilmu adat dan ilmu-ilmu
komplementer, termasuk di dalam filsafat, menjadi empat
bidang. Pertama, ilmu ukur dan ilmu hitung. Disiplin ilmu
ini boleh dipelajari dan dilarang apabila membahayakan bagi
yang mempelajarinya karena dapat mengantarkan pada ilmu
7 Op.cit,. 76.
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
98
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
tercela. Kedua, ilmu mantiq (logika), yaitu ilmu yang
berkaitan dengan dalil (argumentasi) dan syarat-syaratnya.
Ketiga, ilmu ketuhanan (teologi), yaitu ilmu yang berisi
tentang kajian eksistensi Tuhan. Keempat, ilmu kealaman.
Sebagian ilmu ini dianggap bertentangan dengan syara’,
agama, dan kebenaran.8 Sebagian lainnya mengkaji tentang
anatomi tubuh, rincian organ-organ, perubahannya.
2. Aliran Religius-Rasional (al-Di>niy al-Aqlany)
Menurut Ridha, aliran ini tidak jauh berbeda dengan
aliran pemikiran tradisionalis-tekstualis (Naqliyyun).
Aliran pemikiran pendidikan ini mengakui bahwa semua
ilmu dan sastra yang tidak mengantarkan pemiliknya menuju
kehidupan akhirat, dan tidak memberikan makna sebagai
bekal di sana, maka ilmu demikian hanya akan menjadi
bumerang bagi si pemilik kelak di akhirat.
Ikhwan al-Shafa adalah salah satu penganut aliran
ini. Batasan ilmu menurut Ikhwan al-Shafa adalah
gambaran tentang sesuatu yang diketahui pada benak (jiwa)
orang yang mengetahui. Lawan dari ilmu adalah kebodohan,
8 Ilmu tentang kealaman yang oleh al-Ghazali dianggap
bertentangan dengan ajaran agama adalah teori asal-usul alam semesta yang
menganggap bahwa alam semesta merupakan sesuatu yang qadi>m.
Keberadaan alam semesta bukan diciptakan dari nol (tidak ada menjadi ada),
tetapi dari sesuatu yang sudah ada (creatio lex divina). Teori ini sebagaiman
yang dikemukakan oleh al Farabi, Ibnu Sina. Teori ini ditentang oleh alGhazali, karena dia meyakini bahwa alam semesta merupakan sesuatu yang
baru, artinya diciptakan oleh allah dari tidak ada menjadi ada (creation ex
nihilo). Lihat al-Ghazali di Ihya’ Ulumuddin.
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
99
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
yaitu tiadanya gambaran yang diketahui pada jiwanya.
Belajar
dan
mengajar
tiada
lain
adalah
mengaktualisasikan hal-hal potensial, melahirkan halhal yang terpendam dalam jiwa.9
Selain Ikhwan al Shafa, yang termasuk aliran ini
antara lain al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Miskawih.
Pergumulan intensif kelompok Ikhwan al-Shafa dengan
pemikiran filsafat Yunani telah memberikan landasan bagi
aliran pendidikannya, yaitu bahwa pangkal segala sesuatu
yang terkait dengan jiwa beserta semua potensinya, serupa
dengan apa yang diutarakan oleh kecenderungan Gnostik.10
3. Aliran Pragmatis (al-Dharai’iy)
Tokoh utama aliran ini adalah Ibnu Khladun.11
Pemikiran Ibnu Khaldun lebih banya bersifat pragmatis dan
lebih berorientasi pada dataran aplikatif-praktis.
Aliran ini merupakan wacana baru dalam pemikiran
pendidikan
Islam.
Apabila
kalangan
konservatif
mempersempit ruang lingkupsekuler di hadapan rasionalitas
Islam dan mengaitkannya secara kaku dengan pemikiran
atau warisan salaf, sedangkan kalangan Rasionalis dalam
9 Muhammad Jawwad Ridha, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan
Islam (Perspektif Sosiologis-filosofis), 78.
10 Menurut Philip K. Hitti, Gnostik adalah kepercayaan aliran
pengetahuan di Yunani dimana seseorang penuntut ilmu bisa mencapai
pengetahuan dengan adanya kilasan cahaya batin. Philip Hitti, Tarikh al
Arab, (Beirut: Tp., 1961); Ibid., 79.
11 Muhammad Jawwad Ridha, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan
Islam (Perspektif Sosiologis-filosofis), 104.
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
100
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
sistem pendidikan (program kurikuler) berpikiran idealistik
sehingga memasukkan semua disiplin keilmuan yang
dianggap substantif bernilai, maka Ibnu Khaldun
mengakomodir ragam jenis keilmuan yang nyata terkait
dengan kebutuhan langsung manusia, baik berupa kebutuhan
spiritual-ruhaniah maupun kebutuhan material-jasmaniah.
B.Pemikiran Filsafat Pendidikan Islam
Pemikiran filosofis pendidikan Islam dapat kita lihat dari
pola pemikiran Islam yang berkembang di dunia saat ini,
terutama dalam menjawab berbagai tantangan dan perubahan
yang selalu terjadi dan akan terjadi pada era modernitas. Ada
empat model pemikiran keislamaman menurut Abdullah (1996)
yang dikutip oleh Muhaimin, yaitu 1. Model Tekstualis Salafi;
2. Model Tradisionalis Madzhabi; 3. Model Modernis; dan 4.
Model Neo-Modernis.
1. Tekstualis Salafi
Aliran ini berusaha untuk memahami ajaran dan nilainilai mendasar yang terkandung dalam al-Qur’an dan asSunnah dan melepaskan diri dari atau kurang
memperhatikan konteks dinamika pergumulan masyarakat
muslim yang mengitarinya baik pada era klasik ataupun
modern. Masyarakat yang diidam-idamkan adalah
masyarakat salaf di era nabi Muhammad saw. dan para
sahabatnya. Landasan pemikiran aliran ini hanya ada dua
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
101
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
yaitu al-Quran dan al-Sunnah dan tanpa menggunakan
pendekatan keilmuan yang lain.12 Dalam menjawab berbagai
tantangan zaman, aliran ini hanya menggunakan al-Quran
dan al-Sunnah. Ini menunjukkan bahwa aliran ini lebih
bersikap regresif dan konservatif.13
Jika kita lihat kepada pemikiran filsafat pendidikan,
ada dua tipe yang lebih dekat dengan aliran tekstualis salafi,
yaitu aliran pendidikan yang termasuk dalam kategori
tradisional (perennialism dan essentialism). Perennialism
menghendaki kembalinya kepada jiwa yang menguasai abad
pertengahan, sedangkan tekstualis salafi menghendaki agar
kembali ke masyarakat salaf (era Nabi dan sahabat). Namun
intinya, kedua aliran ini sama-sama regresif. Adapaun
essentialism menghendaki pendidikan yang bersendikan atas
nilai-nilai yang tinggi, yang hakiki kedudukannya dalam
kebudayaan, dan nilai-nilai ini sampai kepada manusia
tentunya telah teruji oleh waktu. Tektualis Salafi menjunjung
tinggi nilai-nilai salaf dan perlu dilestarikan keberadaannya,
karena masyarakat salaf dipandang sebagai masyarakat yang
ideal.
Dalam konteks pemikiran filsafat pendidikan Islam,
aliran ini menyajikan kajian tentang pendidikan secara
manquly, yakni memahami atau menafsirkan nas-nas tentang
pendidikan dengan nas yang lain, atau dengan mengambil
12 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.
(Jakarta; PT Grafindo Persada, 2005), 88.
13 Ibid,. 89.
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
102
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
pendapat sahabat. Aliran ini berusaha membangun konsep
pendidikan Islam melalui kajian tekstual-lughawi atau
berdasarkan kaidah-kaidah bahasa Arab dalam memahami
al-Quran, hadits Nabi, dan perkataan sahabat, serta
memperhatikan praktik pendidikan pada era salaf, untuk
selanjutnya berusaha mempertahankan dan melestarikan
nilai-nilai tersebut hingga saat ini. Dalam bangunan
pemikiran filsafat pendidikan Islam, model ini dapat
dikategorikan sebagai tipologi perenial-tekstualis salafi dan
sekaligus esensial-tekstualis salafi. Untuk menyederhanakan
model ini, maka dapat kita sebut dengan istilah perenialesensial salafi.
Aliran ini dapat kita lihat sebagaimana yang kita
ketahui dari sejarah bahwa ada golongan-golongan yang
hanya menggunakan al-Quran secara tekstual semata tanpa
melihat konteks. Padahal dalam pendidikan harus dilihat
terlebih dahulu apa yang dibutuhkan anak didik dan
masyarakat secara umum.
2. Tradisionalis Madzhabi<
Aliran ini berupaya memahami ajaran dan nilai
mendasar yang terkandung dalam al-Quran dan al-Sunnah
melalui bantuan khazanah pemikiran Islam klasik, namun
tidak begitu memperhatikan keadaan sosio-historis
masyarakat setempat di mana ia hidup di dalamnya. Hasil
pemikiran para ulama terdahulu dipandang sudah pasti tanpa
melihat sisi historisnya. Masyarakat ideal bagi aliran ini
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
103
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
adalah masyarakat muslim era klasik, di mana menganggap
bahwa semua persoalan agama telah dikupas tuntas oleh
para ulama terdahulu. Mereka bertumpu kepada ijtihad
dalam
menyelesaikan
persoalan-persoalan
tentang
ketuhanan, kemanusiaan, dan kemasyarakatan. Kitab kuning
menjadi rujukan pokok aliran ini.
Aliran ini menonjolkan akan wataknya yang
tradisional dan madzhabi. Tradisional ditunjukkan dalam
bentuk sikap, cara berpikir, dan bertindak yang selalu
berpegang teguh pada nilai, norma, dan adat kebiasaan yang
telah turun temurun dan tidak mudah terpengaruh oleh
situasi sosio historis dengan berubahnya masyarakat dan
zaman. Watak madzhabi dari aliran ini diwujudkan dalam
kecenderungannya mengikuti aliran, pemahaman, atau
doktrin yang dianggap sudah relatif mapan pada masa
sebelumnya.14
Dengan ketradisionalan dan kemadzhabannya, aliran
ini dalam pengembangan pemikiran filsafat pendidikan
Islam lebih menekankan pada pemberian penjelasan dari
materi-materi pemikiran para pendahulunya tanpa adanya
perubahan substansi pemikiran pendahulunya. Pendidikan
Islam dengan model ini berupaya mempertahankan dan
mewariskan nilai, tradisi, dan budaya serta praktik sistem
pendidikan terdahulu dari satu generasi ke generasi
berikutnya tanpa mempertimbangkan konteks perkembangan
zaman yang dihadapinya. Melihat wataknya yang
14 Op.cit,. 90-92.
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
104
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
sedemikian itu, aliran ini juga lebih dekat dengan
perennialism dan essensialism, karena wataknya yang masih
regresif dan konservatif. Aliran ini disebut tipologi perenialesensial madzhabi.
Aliran ini membangun konsep pendidikan Islam
melalui kajian terhadap khazanah pemikiran Islam
terdahulu, baik dalam hal tujuan pendidikan, kurikulum,
hubungan guru murid, metode pendidikan, sampai kepada
lingkungan pendidikan yang dirumuskan.
Berbeda dengan aliran yang pertama, aliran ini lebih
menghargai hasil yang telah diciptakan oleh pendahulunya.
Karena aliran ini masih menganggap dan menggunakan
sistem pendidikan yang digunakan oleh masa sebelumnya
dan hal itu dirasa baik. Namun di sini masih ada sikap
tertutup dari aliran ini yang tidak menerima hal-hal yang
baru, dan menurut hemat penulis, sikap ini yang kurang
bijak karena apapun di dunia ini selalu berubah.
3. Modernis
Aliran modernis berupaya memahami ajaran dan nilai
dasar yang terkandung dalam al-Quran dan al-Sunnah
dengan melihat kepada kondisi dan tantangan sosio-historis
dan kultural yang dihadapi masyarakat muslim kontemporer,
tanpa mempertimbangkan muatan-muatan khazanah
intelektual muslim era klasik. Aliran ini lebih cenderung
untuk selalu maju memasuki teknologi modern. Aliran ini
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
105
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
ingin memahami al-Quran secara langsung dan melompat ke
dunia modern.
Aliran ini lebih cenderung seperti aliran progressivism
dalam aliran filsafat pendidikan, hal ini tercermin dari
wataknya yang ingin bebas dari bayang-bayang masa lalu
dan modifikatif. Dengan wataknya yang demikian, aliran ini
tidak berkepentingan untuk merujuk kepada pemikiranpemikiran terdahulu karena yang dahulu hanya cocok untuk
masa lalu.
Dalam konteks pemikiran filsafat pendidikan Islam,
sikap bebas dan modifikatif ini tidak berarti kebebasan
mutlak tanpa adanya keterikatan. Pendidikan Islam yang
modernis memiliki sikap keterbukaan dan dinamis menuju
ke arah yang lebih maju. Untuk mencapai kemajuan tersebut
diperlukan keterbukaan untuk membaca teori orang lain,
melalui transformasi, akomodasi, dan bahkan adopsi
pemikiran dan temuan ilmu pengetahuan serta teknologi
dalam rangka memajukan sistem pendidikan Islam.
Praktik seperti ini banyak kita temukan pada era ini
terutama di lembaga pendidikan Islam modern. Dalam
pendidikannya telah banyak menggunakan peralatanperalatan modern dan juga menggunakan metode-metode
yang berasal dari luar, namun hal ini tidak membuatnya
kehilangan tujuan utama dari pendidikan Islam tersebut.
4. Neo-Modernis
Aliran pemikiran ini berupaya untuk memahami ajaran
dan nilai dasar yang bersumber dari al-Quran dan al-Sunnah
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
106
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
dengan mengikutsertakan dan mempertimbangkan khazanah
intelektual muslim klasik serta mencermati kesulitan dan
kemudahan yang ditawarkan dunia modern. Jadi aliran ini
selalu mempertimbangkan al-Quran, al-Sunnah, khazanah
klasik, dan pendekatan-pendekatan keilmuan era modern.
Maka dari situlah terkenal ungkapan “memelihara hal-hal
yang baik yang telah ada sambil mengembangkan nilai-nilai
baru yang lebih baik.”
Berdasarkan prinsip-prinsip yang dipakai dan melihat
akhir dari jargon di atas menunjukkan adanya sikap dinamis
dan progresif serta rekonstruktif walaupun tidak bersifat
radikal. Karean itulah, di dalam konteks pemikiran filsafat
pendidikan Islam aliran ini dapat dikategorkan sebagai
tipologi perenial-esentialis kontekstual-falsifikatif.
Aliran ini dipandang sebagai aliran pembaruan yang
mencoba mengintegrasikan secara menyeluruh antara dasardasar Islam, khazanah keislaman klasik, dan hal-hal yang
baru dan baik. Ini merupakan upaya yang luar biasa dalam
pengembangan pendidikan agama Islam yang selalu
berkembang mengikuti perkembangan zaman.
C.
Implikasi Filsafat Pendidikan Islam
Terhadap Pengembangan Kurikulum
Aliran-aliran dalam pemikiran filsafat pendidikan Islam
di atas tentu memiliki implikasi terhadap pengembangan
kurikulum pendidikan agama Islam. Di bawah ini akan
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
107
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
dijelaskan sedikit mengenai implikasi tersebut mulai dari
tipologi perenial-esensialis salafi, tipologi perenial-esensialis
madzhabi, tipologi modernis, tipologi perenial-esensialis
kontekstual-falsifikatif, dan tipologi rekonstruksi sosial
berlandaskan tauhid.
1. Perenial-Esensialis Salafi
Tipologi ini menonjolkan wawasan kependidikan era
salaf (era kenabian dan sahabat). Pendidikan diorientasikan
kepada penemuan dan internalisasi kebenaran masa lalu
yang dilakukan oleh anak didik, menjelaskan dan
menyebarkan warisan salaf melalui inti pengetahuan yang
terakumulasi dan telah berlaku sepanjang masa dan penting
untuk diketahui semua orang.
Pengembangan kurikulum ditekankan pada doktrin
agama, kitab-kitab besar, kembali kepada hal-hal yang
mendasar, serta mata pelajaran kognitif yang ada pada era
salaf. Dalam kurikulum pendidikan agama Islam bidang
akidah dan ibadah khusus (shalat, puasa, zakat, haji, nikah,
dan lain-lain), atau membaca al-Quran yang dimaksudkan
untuk
melestarikan
dan
mempertahankan,
serta
menyebarkan akidah dan amaliah ubudiyah yang benar
sesuai dengan yang dilakukan para salaf.
Metode pembelajaran yang dilakukan melalui ceramah
dan dialog, diskusi, dan pemberian tugas-tugas. Manajemen
kelas diarahkan pada pembentukan karakter, keteraturan,
keseragaman, bersifat kaku dan terstruktur. Evaluasi
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
108
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
menggunakan ujian-ujian objektif terstandarisasi, dan tes
kompetensi barbasis amaliah. Guru memliki otoritas tinggi
yang paham akan kebijakan dan kebenaran masa lalu dan
tentunya ahli dalam bidangnya.
2. Perenial-Esensialis Madhhabi>
Tipologi ini menonjolkan wawasan kependidikan
Islam yang tradisional dan memiliki kecenderuangan untuk
mengikuti aliran, pemahaman atau doktrin serta pemahaman
pemikiran-pemikiran masa lampau yang dianggap sudah
mapan. Pendidikan Islam berfungsi melestarikan dan
mengembangkannya melalui upaya pemberian penjelasan
dan catatan-catatan dan kurang ada keberanian untuk
mengganti substansi materi pemikiran pendahulunya. Di sini
pendidikan Islam lebih dijadikan sebagai upaya untuk
mempertahankan dan mewariskan nilai, tradisi, dan budaya
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Pendidikan berorientasi pada upaya murid untuk
menemukan dan menginternalisasi kebenaran-kebenaran
sebagai hasil interpretasi ulama pada masa klasik.
Menjelaskan dan menyebarkan warisan ajaran, nilai-nilai,
dan pemikiran para pendahulu yang dianggap mapan secara
turun temurun. Pengembangan kurikulum ditekankan pada
doktrin-doktrin dan nilai agama yang tertuang dalam karya
ulama tedahulu mengenai hal-hal yang esensial serta mata
pelajaran kognitif yang ada pada masa klasik. Sama seperti
aliran sebelumnya namun aliran ini hanya memberikan
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
109
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
penjelasan atas pemikiran pendahulunya dan dianggap
menyeleweng jika tidak sesuai dengan pendapat
pendahulunya. Metode yang digunakan adalah ceramah,
dialog, perdebatan dengan tolok ukur pandangan imam
madzhab, dan pemberian tugas. Manajemen dan lain
sebagainya sama dengan aliran sebelumnya.
3. Modernis
Tipologi pendidikan Islam aliran ini bersifat bebas,
modifikatif, progresif, dan dinamis dalam menghadapi dan
merespon tuntutan dan kebutuhan dari lingkungannya,
sehingga pendidikan Islam berfungsi sebagai upaya
melakukan rekonstruksi pengalaman yang terus menerus.
Pendidikan agama Islam diorientasikan pada upaya
memberikan keterampilan dan alat-alat kepada anak didik
yang bisa digunakan untuk berinteraksi dengan
lingkungannya yang selalu berubah demi menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang terjadi yang dilandasi
dengan nilai-nilai universal.
Pengembangan kurikulum ditekankan pada penggalian
problematika yang dihadapi oleh peserta didik, untuk
selanjutnya dilatih dan diajarkan untuk memecahkan
masalah tersebut perspektif ajaran dan nilai-nilai agama
Islam. Metode yang digunakan adalah cooverative learning,
metode proyek, dan metode ilmiah. Manajemen kelas lebih
diarahkan pada pemberian kesempatan kepada peserta didik
untuk berpartisipasi dan aktif dalam pembelajaran. Evaluasi
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
110
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
lebih banyak menggunakan evaluasi formatif. Peranan guru
di sini sebagai fasilitator dan pengatur pembelajaran.
4. Perenial-Esensialis Kontekstual-Falsifikatif
Aliran ini mengambil jalan tengah antara kebali ke
masa lalu dengan jalan melakukan kontekstualisasi serta uji
falsifikasi dan mengembangkan wawasan kependidikan
Islam masa sekarang dengan berbagai perubahan yang ada.
Tujuan pendidikan agama Islam berorientasi pada
penemuan dan internalisasi kebenaran masa lalu pada masa
klasik, menyebarkan warisan ajaran, dan nilai salaf yang
dianggap mapan, dan pemberian keterampilan kepada anak
didik untuk menghadapi segala bentuk perubahan. Untuk
lebih jelas, tujuan aliran ini adalah melestarikan nilai
ila>hiyyah
dan
insa>niyah
sekaligus
menumbuhkembangkannya dalam konteks perkembangan
iptek dan perubahan sosio kultural.
Pengembangan kurikulum ditekankan pada pelestarian
doktrin-doktrin, nilai-nilai agama sebagaimana tertuang
dalam kitab terdahulu yang bersifat esensial. Di lain itu juga
ditekankan pada penggalian problematika yang ada di
masyarakat dan dialami oleh anak didik, kemudian dilatih
untuk menyelesaikannya sesuai dengan nilai universal.
Metode yang digunakan dalam hal-hal yang bersifat
doktrin adalah ceramah dan dialog, diskusi atau perdebatan,
dan pemberian tugas. Manajemen kelas lebih kepada
pembentukan karakter, keteraturan, keseragaman, sesuai
tatanan, dan teratur dalam menjalankan tugas. Evaluasi
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
111
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
bersifat objektif dan terstandarisasi, atau tes essay, tes
diagnostik, dan tes kompetensi berbasis amaliah. Guru
berperan sebagai figur yang memiliki otoritas tinggi dan ahli
dalam bidangnya.
5. Rekonstruksi Sosial Berlandaskan Tauhid
Model ini cocok untuk diterapkan pada masyarakat
yang berkeinginan dan potensial untuk maju, dan pada
masyarakat yang warganya bersifat individualis. Menurut
tipologi ini, pendidikan agama Islam bertujuan untuk
meningkatkan kepedulian dan kesadaran peserta didik akan
masalah-masalah yang dihadapi oleh umat manusia, yang
merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemeluk agama
Islam untuk memecahkan masalah da’wah bi al-ha>l, baik
yang terkait dengan masalah sosial, ekonomi, budaya, dan
lainnya, serta mengajarkan keterampilan untuk memecahkan
semua problem tersebut agar dapat berpartisipasi dalam
melakukan perbaikan dan amr ma’ru>f nahi> munkar,
sehingga dapat terwujud suatu tatanan masyarakat baru yang
lebih baik.
Dalam hal ini, peserta didik dibekali kemampuan
untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang berkembang
di masyarakat untuk selanjutnya dijadikan sebagai tema
proyek kajian, melek berpikir kritis, strategi dan teknik
berhubungan dengan masyarakat, bekerja secaka kelompok,
toleran, dan cara kerja untuk berpartisipasi dalam
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
112
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
pembangunan dan pengembangan masyarakat menuju
tatanan yang lebih baik.
Kurikulum memusatkan pada masalah-masalah sosial
dan budaya yang dihadapi masyarakat, dan diharapkan anak
didik dapat menyelesaikan masalah tersebut melalui konsep
dan pengetahuan yang telah dimiliki. Manajemen dalam
pembelajaran ini tidak terlalu terikat pada kelas, tetapi lebih
banyak di luar kelas, tidak membedakan jenis kelamin dan
ras, serta membangun masyarakat. Interaksi guru dan murid
lebih bersifat dinamis, kritis, progresif, terbuka, bahkan
bersikap
proaktif,
dan
antisipatif,
tetapi
juga
mengembangkan nilai-nilai kooperatif fan kolaboratif,
toleran, serta komitmen pada hak dan kewajiban asasi
manusia. Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam
menekankan pada evaluasi formatif, dengan asumsi bahwa
setiap peserta didik memiliki kemampuan untuk tumbuh dan
berkembang lebih maju, serta memiliki kemampuan untuk
membangun masyarakat yang lebih baik dengan
memerankan ilmu dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masyarakat.
Bagan Aliran- Aliran Dalam Filsafat Pendidikan Islam.
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
113
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
Aliran Konservatif (al
Muha>fidz})
Aliran ini bergumul dengan persoalan
pendidikan cenderung bersikap murni
keagamaan.
(Tokoh utama : al-Ghazali)
Aliran ReligiusRasional (alDi>niy alAqlany)
Dalam hal tujuan
pendidikan yang
agamis, aliran ini
mirip dengan aliran
konservatif, tetapi
dari segi
pergumulan
keilmuan, aliran ini
lebih terbuka
terhadap berbagai
pemikiran yang
lebih maju, terutama
pemikiran filosofis
Yunani
(Tokoh utama :
Ikhwan al-Shafa)
ALIRANALIRAN
DALAM
FILSAFAT
PENDIDIK
AN ISLAM
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
Aliran Pragmatis
(al-Dharai’iy)
Aliran ini berpijak
pada orientasi
praktis-pragmatis
(‘amaliy); belajar
ilmu harus
berorientasi pada
pengamalan ilmu
tersebut
(Tokoh utama :
Ibnu Khaldun)
Teori “ilmu untuk
ilmu” kurang
disetujui oleh
aliran ini
114
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/aliran-dantipologi-dalam-filsafat.html
http://al-islamk.blogspot.com
D.
Daftar Pustaka
Djumransjah, M. Filsafat Pendidikan, Malang: Bayumedia
Publishing, 2006
Gandhi, Teguh Wangsa. Madzhab-Madzhab Filsafat
Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013
Haris, Abdul dan Kivah Aha Putra. Filsafat Pendidikan Islam,
Jakarta: Amzah, 2012
Maksum Ali. Pengantar Filsafat, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012
Maunah, Binti. Landasan Pendidikan. Yogyakarta: TERAS,
2009
Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam Jakarta; PT Grafindo Persada, 2005
Muhmidayeli. Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Refika
Aditama, 2011
Syar’i, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka
Pirdaus, 2005
Aliran & Tipologi Filsafat Pendidikan Islam
115