Chapter II Analisis Sosiologis Tokoh Utama Dalam Komik “Great Teacher Onizuka” Karya Toru Fujisawa

BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK GREAT TEACHER ONIZUKA
DAN SOSIOLOGI SASTRA

2.1. Konsep Komik
2.1.1. Defenisi Komik

Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak
bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita.
Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat
diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam Koran, dimuat dalam
majalah, hingga berbentuk buku sendiri.
Menurut Scott McCloud dalam buku Understanding Comics bahwa komik
merupakan gambar yang menyampaikan informasi atau menghasilkan respon
estetik pada yang melihatnya. Dapat dikatakan, komik sebagai produk budaya
karena dibuat atas dasar kreasi yang dipersentasikan secara visual.
Pada tahun 1996, Will Eisner menerbitkan buku Graphic Storytelling,
dimana ia mendefinisikan komik sebagai tatanan gambar dan balon kata yang
berurutan, dalam sebuah buku komik. Sebelumnya, ditahun 1986 dalam buku
Comics and Sequential Art, Eisner mendefinisikan teknis dan struktur komik
sebagai sequential art yaitu susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan

sesuatu atau mendramatisasi suatu ide.
Di Jepang komik disebut dengan “manga”. Perkembangan manga di
Jepang tergolong sangat pesat karena ternyata keberadaannya banyak diminati

semua kalangan masyarakat ditambah lagi manga juga memiliki berbagai jenis
genre veriatif dan menarik untuk beragam orang.
Komik merupakan suatu bentuk karya seni yang memilik unsur dalam
penciptaannya. Unsur-unsur yang terdapat dalam komik adalah unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsuk. Menurut Nurgiyantoro (1995 : 23), unsur intrinsik adalah unsurunsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah komik
adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur
intrinsik dalam sebuah komik meliputi tema, alur, latar, penokohan, sudut
pandang penokohan, dan lain-lain.

a. Tema
Tema adalah pokok pikiran atau persoalan yang hendak disampaikan oleh
pengarang kepada pembaca melalui jalinan sebuah cerita yang dibuatnya
(Aminuddin, 2000 : 88). Kata tema sering disamakan dengan pengertian topik,
padahal kedua istilah tersebut mengandung pengertian yang berbeda. Topik dalam
suatu tulisan atau karangan berarti pokok pembicaraan, sedangkan tema itu
tercakup persoalan dan tujuan atau amanat pengarang kepada pembaca.

Berdasarkan pengertian diatas, tema yang diangkat dalam komik “Great
Teacher Onizuka” adalah

mengenai seorang pemuda yang bernama Onizuka

adalah seorang mantan ketua geng motor yang ingin menjadi seorang guru tebaik
karena ia bertemu dengan seorang gadis yang mempunyai pacar seorang guru.
b. Alur (Plot)
Alur atau plot adalah jalan cerita yang berupa peristiwa-peristiwa yang
disusun satu persatu dan saling berkaitan menurut hukum sebab akibat dari awal
sampai akhir (Aminuddin, 2000:89). Alur atau plot merupakan suatu rangkaian

kejadian dalam cerita yang disusun untuk menandai urutan bagian-bagian dalam
keseluruhan fiksi. Dengan demikian alur itu merupakan perpaduan unsur-unsur
yang membangun cerita sehingga merupakan kerangka utama cerita. Menurut
Aminuddin (2000:90) pada umumnya alur pada cerita prosa fiksi disusun
berdasarkan urutan sebagai berikut:
1. Perkenalan, pada bagian ini pengarang menggambarkan situasi dan
memperkenalkan tokoh-tokohnya.
2. Pertikaian, pada bagian ini pengarang mulai menampilkan pertikaian yang

dialami sang tokoh.
3. Perumitan, pada bagian ini pertikaian semakin hebat.
4. Klimaks, pada bagian ini puncak perumitan mulai muncul.
5. Peleraian, pada bagian ini persoalan demi persoalan mulai terpecahkan.
Menurut susunannya, alur terbagi dalam dua jenis yaitu alur maju dan alur
mundur. Alur maju adalah alur yang susunannya mulai dari peristiwa pertama,
peristiwa kedua, ketiga dan seterusnya sampai cerita itu berakhir. Sedangkan alur
mundur adalah alur yang susunannya dimulai dari peristiwa terakhir kemudian
kembali ke peristiwa pertama.
Berdasarkan uraian diatas, alur dalam komik

“GREAT TEACHER

ONIZUKA” adalah komik yang menggunakan alur maju, karena peristiwaperistiwa yang terjadi dalam novel tersebut dimulai saat tokoh Onizuka bertemu
dengan seorang gadis yang bernama Erika, Onizuka menyukai gadis itu tetapi
Erika sudah mempunyai pacar seorang guru, dan hal itulah yang membuat
Onizuka ingin menjadi seorang guru.

c.


Latar (setting)
Latar atau setting adalah penggambaran situasi, tempat, dan waktu serta

suasana terjadinya peristiwa (Aminuddin, 2000:94). Latar atau setting yang
disebut juga sebagai landasan tempat , hubungan, waktu, dan lingkungan sosial
tempat

terjadinya

peristiwa-peristiwa

yang

diceritakan

(Abrams

dalam

Nurgyantoro, 1995:216). Yang menjadi latar di komik Great Teacher Onizuka ini

dibengkel, taman, dan di sekolah tempat Onizuka mengajar.

d. Penokohan
Penokohan adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam
ceritanya dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut (Aminuddin, 2000:92). Tokoh
dalam karya fiksi tidak hanya berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga
berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot dan tema, tokoh juga menepati
posisi strategis sebagai pembawa dan menyampaikan pesan, amanat, moral atau
sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca.
Keberhasilan pengarang menyajikan cerita rekaan atau fiksinya tercermin
melalui pengungkapan setiap unsur cerita tersebut. Rupa, pribadi dan watak sang
tokoh harus tergambar sedemikian rupa sehingga dapat diterima oleh khalayak
ramai. Pengarang melukiskan tokoh melalui imajinasi atau fantasinya dengan cara
berikut ini:
1. Pengarang melukiskan secara langsung bentuk lahir tokoh, misalnya
raut wajah, kepala, rambut dan ukuran tubuh.
2. Pengarang melukiskan jalan pikiran tokoh atau apa yang terlintas dalam
pikirannya.

3. Pengarang melukiskan reaksi tokoh terhadap suatu kejadian.

4. Pengarang melukiskan keadaan sekitar tokoh, misalnya keadaan kamar
dan pekarangan rumah tokoh.
5. Pengarang menggambarkan pandangan seorang terhadap tokoh lain,
misalnya tokoh yang dilukiskannya berwatak keras, sabar atau suka
menolong.
6. Pengarang menciptakan percakapan (dialog) antartokoh tentang pribadi
tokoh lain, misalnya tokoh utama.
Penokohan dalam komik “Great Teacher Onizuka” adalah tokoh utama
yang urakan, pintar, dan kerap kali mengalami perlakuan tidak menyenangkan
dari para murid di kelas ia mengajar. Terdapat tujuh tokoh dalam komik ini yaitu
Onizuka, Ryujii, Erika, Osawa Hidero, Mizuki Nanako, Fuyutsuki Azusa,
Uchiyamada, Sakurai.

e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita
tersebut (Aminuddin, 2000:96). Dengan kata lain posisi pengarang menepatkan
dirinya dalam cerita tersebut, dari titik pandang ini pulalah pembaca mengikuti
jalan ceritanya dan memahami temanya. Terdapat beberapa jenis sudut pandang,
yaitu:
1. Pengarang sebagai tokoh utama. Sering juga posisi yang demikian

disebut sudut pandang orang pertama aktif. Disini pengarang
menuturkan dirinya sendiri.

2. Pengarang sebagai tokoh bawahan atau sampingan. Pengarang ikut
melibatkan diri dalam cerita, akan tetapi ia mengangkat tokoh utama.
Dalam posisi yang demikian itu sering disebut sudut pandang orang
pertama pasif.
3. Pengarang hanya sebagai pengamat yang berada diluar cerita.
Pengarang menceritakan orang lain dalam segala hal.
Dalam hal ini, sudut pandang Toru Fujisawa dalam komik “Great Teacher
Onizuka” hanya sebagai seorang pengarang yang menceritakan orang lain dalam
segala hal. Toru Fujisawa sebagai pengarang yang hanya menjadi pengamat yang
berada diluar cerita.
Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra
itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme
karya sastra (Nurgiyantoro 1995:23). Unsur ekstrinsik merupakan unsur luar
sastra yang mempengaruhi penciptaan karya sastra. Unsur tersebut meliputi latar
belakang pengarang, keyakinan dan pandangan hidup pengarang, adat istiadat
yang berlaku, situasi politik, persoalan sejarah, ekonomi dan pengetahuan agama.
Unsur ini mencangkup berbagai aspek kehidupan sosial yang tampaknya

menjadi latar belakang penyampaian amanat dan tema. Selain unsur-unsur yang
datang dari luar diri pengarang, hal-hal yang sudah ada dan melekat pada
kehidupan pengarang pun cukup besar pengaruhnya terhadap terciptanya suatu
karya sastra.

2.1.2. Setting Cerita Komik Great Teacher Onizuka
Menurut Soemardjo (1999:75-76) setting dalam cerita bukan hanya
sekedar background, artinya bukan hanya menunjukkan tempat kejadian dan
kapan terjadinya tetapi juga sangat erat dengan karakter, tema dan suasana cerita.
Dalam suatu cerita yang baik, setting harus mutlak untuk menggarap tema dan
karakter cerita. Jadi jelas bahwa pemilihan setting dapat membentuk tema dan plot
tertentu.
Latar memberikan pijakan cerita secara pasti dan jelas. Hal ini penting
untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu
yang seolah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca dengan demikian merasa
dipermudah untuk menggunakan daya imajinasinya, disamping dimungkinkan
untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuan tentang latar.
Unsur latar dapat dibedakan yaitu latar tempat, dan latar waktu.
Unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda
dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan

saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Nurgiyantoro,1999:227).

1. Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi tempat terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya sastra fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan
mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin
lokasi tertentu tanpa nama jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama

tertentu haruslah mencerminkan, atau tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan
geografis tempat yang bersangkutan.
Deskripsi tempat secara teliti dan realistis ini penting untuk mengilhami
pembaca seolah-olah hal yang diceritakan itu sungguh-sungguh ada dan terjadi
yaitu di tempat dan waktu seperti yang diceritakan. Adapun latar tempat
terjadinya peristiwa dalam komik “Great Teacher Onizuka” adalah sekolah,
rumah, bengkel.
2. Latar Waktu
Menurur Nurgiyantoro (1995:230), latar waktu berhubungan dengan
masalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra
fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual.
Latar waktu juga harus dikaitkan dengan latar tempat dan latar sosial sebab pada

kenyataannya memang saling berkaitan. Latar waktu dalam komik “Great Teacher
Onizuka” ini dilihat dari tokoh Eikichi Onizuka yang berprofesi sebagai guru,
maka latar waktunya pada saat siang hari

2.2. Budaya Ijime Dalam Masyarakat Jepang
Kata ijimeru artinya adalah sebagai tindakan mengusik, menggoda,
menganiaya dan menyakiti (http://puramoz.blogspot.com/2013/12/pengertianijime-dan-konsep-ijime.html.)

Kata tersebut kemudian berkembang menjadi

sebuah istilah sosial yang digunakan untuk menggambarkan salah satu bentuk
tindakan penganiayaan yang terjadi dalam masyarakat Jepang. Ijime biasanya
terjadi di dalam konteks sekolah, berhubungan dengan teman sebaya baik pelaku
maupun korbannya.

Berbeda dengan tindakan agresif lain yang melibatkan serangan yang
dilakukan hanya dalam satu kali kesempatan dan dalam waktu yang pendek. Ijime
biasanya terjadi secara berkelanjutan selama jangka waktu yang cukup lama,
sehingga korban secara terus-menerus berada dalam keadaan cemas dan
terintimidasi. Ijime dapat berbentuk tindakan langsung maupun tindakan tidak

langsung. Ijime langsung mencakup pelecehan fisik terhadap korbannya,
sementara ijime tidak langsung terdiri atas berbagai strategi yang menyebabkan
targetnya terasing dan terkucil secara sosial.
Para sosiolog Jepang secara sederhana mendefinisikan ijime sebagai
tindakan penganiayaan yang terjadi di dalam kelompok masyarakat Jepang.
Definisi inilah yang membuat masyarakat sering menyamakan ijime dengan
tindakan bullying yang kerap terjadi di negara-negara barat.
Kata bullying, yang juga memiliki arti sebagai tindakan menganiaya,
tidak memberikan batasan yang jelas mengenai bentuk penganiayaan yang
dilakukan sehingga tindakan bullying di negara-negara barat umumnya mengacu
pada segala bentuk tindakan yang bertujuan untuk menyiksa fisik korban.
Definisi ijime yang juga telah dikemukakan oleh Morita memberikan
penekanan pada ide posisi dominan yang berkaitan erat dengan interaksi di dalam
satu grup yang sama. Hal ini berarti korban dan pelaku memiliki hubungan
kekerabatan yang dekat. Korban ijime bisa saja orang-orang yang berada dalam
kelas yang sama, lingkungan pekerjaan yang sama, bahkan tidak jarang masih
merupakan

anggota

keluarga

si

(http://schoolcounselorindonesis.blogspot.com.es/2011/11/konsep-seputarbullyingoleh-esyaanesty.html?m=1).

pelaku.

Hal kedua yang membedakan ijime dengan bullying adalah sasaran utama
dari tindakan ijime bukanlah fisik melainkan mental korban. Inilah yang menjadi
karakteristik dari ijime di Jepang. Tujuan dari tindakan ijime adalah untuk
menjatuhkan mental korban, membuat korban merasa rendah diri dan tidak pantas
berada di dalam suatu kelompok yang sama dengan si pelaku.
Taki (2001:56) menyatakan bahwa berdasarkan hasil survey yang
dilakukan peneliti Jepang banyak disebutkan bahwa ijime dapat terjadi kapanpun,
di sekolah manapun, dan di antara anak-anak manapun. Survey tersebut
menyatakan bahwa ijime tidak dipertimbangkan sebagai tingkah laku spesifik
seorang anak yang “luar biasa” dengan latar belakang yang problematik tetapi
sebagai seorang anak yang biasa. Yang melakukan ijime bukan hanya anak-anak
yang memiliki latar belakang yang berbeda namun anak-anak biasa yang dengan
latar belakang baik dan tidak pernah mendapat perlakuan tidak baik pun bisa
melakukan ijime.

2.3. Biografi Pengarang
Biografi yaitu uraian tentang kehidupan seseorang, baik orang itu masih
hidup atau sudah meninggal. Biografi berisi tentang perjalanan hidup tokoh
tersebut, kehidupan seorang tokoh, deskripsi kegiatan dan prestasi tokoh tersebut,
ekspresi tokoh tersebut, serta pandangan tokoh tersebut. Biografi dalam bahasa
Indonesia berarti riwayat hidup seseorang. Dalam biografi seorang tokoh biasanya
banyak ditemukan suatu pelajaran yang dapat dipakai dalam kehidupan sehari-hari,
mulai dari awal hidup sampai menjelang ajal banyak yang ditarik hikimahnya.
Tujuan dari penulisan biografi ini adalah agar pembaca dan penulis dapat

mengetahui perjalanan hidup seseorang yang dibaca, dapat meneladani dan
mengambil pelajaran dari seseorang untuk dipakai dalam kehidupam sehariharinya, dapat memberikan sesuatu yang berharga pada diri penulis dan pembaca
setelah membacanya, serta penulis dan pembaca dapat meniru cara bagaimana
tokoh tersebut sukses.
Toru Fujisawa adalah seorang mangaka lulusan SMA Kamakura , Toru
Fujisawa sudah memiliki banyak karya, yang semua karyanya tersebut sangat laku
dipasaran di kalangan pencinta manga, karya-karya nya antara lain:
1. GTO (1997-2002, terbit di majalah bulanan Shonen)
2. Rose Hip Rose (2002-2003)
3. TOKKO (2004)
4. Wild Base Ballers (2003 dan masih dalam produksi)
5. Rose Hip Zero (2005 dan masih dalam produksi).
Toru Fujisawa adalah seorang pria kelahiran Hokkaido pada tanggal 12 januari
1967. Toru Fujisawa yang memiliki nama asli Mari Aizawa ini sudah mendapat
banyak penghargaan dari hasil tulisan komiknya.

2.4. Studi Sosiologi Sastra dan Semiotik
Konsep sosiologi sastra didasarkan pada dalil bahwa karya sastra ditulis
oleh seorang pengarang, dan pengarang merupakan makhluk yang mengalami
sensasi-sensasi dalam kehidupan empirik masyarakatnya. Sosiologi sastra berasal
dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari kata Sos (Yunani) yang
berarti bersama, bersatu, kawan, teman, dan Logi (Logos) berarti sabda, perkataan,
perumpamaan. Sastra dari akar kata Sas (Sansekerta) berarti mengarahkan,

mengajarkan, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana.
Merujuk dari definisi tersebut, keduanya memiliki objek yang sama yaitu manusia
dan masyarakat. Meskipun demikian, hakikat sosiologi dan sastra sangat berbeda
bahkan bertentangan secara dianetral.
Sosiologi adalah ilmu objektif kategoris, membatasi diri pada apa yang
terjadi dewasa ini (Das sain) bukan apa yang seharusnya terjadi (Das solen).
Sebaliknya karya sastra bersifat evaluatif, subjektif, dan imajinatif.
Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertolak dari orientasi
kepada semesta, namun bisa juga bertolak dari orientasi kepada pengarang dan
pembaca. Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya sastra dilihat hubungannya
dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan.
Kenyataan disini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang
berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra. Demikianlah,
pendekatan sosiologi sastra menaruh perhatian pada aspek dokumenter sastra,
dengan landasan suatu pandangan bahwa sastra merupakan gambaran atau potret
fenomena sosial. Pada hakikatnya, fenomena sosial itu bersifat konkret, terjadi di
sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasikan. Oleh
pengarang, fenomena itu diangkat kembali menjadi wacana baru dengan proses
kreatif (pengamatan, analisis, interpretasi, refleksi, imajinasi, evaluasi, dan
sebagainya) dalam bentuk karya sastra.
Sastra menyajikan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri
sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan
mencakup hubungan antarmasyarakat dengan orang-orang, antarmanusia,
antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Maka, memandang karya sastra

sebagai penggambaran dunia dan kehidupan manusia, kriteria utama yang
dikenakan pada karya sastra adalah “kebenaran” penggambaran, atau yang hendak
digambarkan. Pengarang merupakan anggota yang hidup dan berhubungan dengan
orang- orang yang berada disekitarnya, maka dalam proses penciptaan karya
sastra seorang pengarang tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya. Oleh karena
itu, karya sastra yang lahir ditengah-tengah masyarakat merupakan hasil
pengungkapan jiwa pengarang tentang kehidupan, peristiwa, serta pengalaman
hidup yang telah dihayatinya. Dengan demikian, sebuah karya sastra tidak pernah
berangkat dari kekosongan sosial. Artinya karya sastra ditulis berdasarkan
kehidupan sosial masyarakat tertentu dan menceritakan kebudayaan-kebudayaan
yang melatarbelakanginya.
Menurut Endraswara (2003:79) sosiologi sastra adalah penelitian yang
terfokus pada masalah manusia, karena sastra sering mengungkapkan perjuangan
umat manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan,
dan intuisi.
Faruk (1994:1) memberi pengertian bahwa sosiologi sastra sebagai studi
ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga
dan proses-proses sosial. Selanjutnya, dikatakan bahwa sosiologi berusaha
menjawab

pertanyaan

mengenai

bagaimana

masyarakat

dimungkinkan,

bagaimana cara kerjanya, dan mengapa masyarakat itu bertahan hidup. Sosiologi
dikatakan memperoleh gambaran mengenai cara-cara menyesuaikan dirinya
dengan dan ditentukan oleh masyarakat-masyarakat tertentu, gambaran mengenai
mekanisme sosialitas, proses belajar secara kultural yang dengannya individu-

individu dialokasikannya pada dan menerima peranan tertentu dalam struktur
sosial itu.
Menurut Laurenson dalam Fananie (2001:133) terdapat tiga perspektif
yang berkaitan dengan sosiologi sastra :
a.

Perspektif yang memandang sastra sebagai dokumen sosial yang didalamnya
merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan;

b.

Perspektif yang mencerminkan situasi sosial penulisnya; dan

c.

Model yang dipakai karya tersebut sebagai manifestasi dari kondisi sosial
budaya atau peristiwa sejarah.
Selain pendekatan sosiologis penulis juga menggunakan teori semiotik.

Menurut Hoed dalam Nurgiyantoro (1995:40) berpendapat bahwa semiotika
adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda adalah suatu yang
mewakili sesuatu yang lain, yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan,
gagasan mata, mulut, bentuk tulisan, warna, bendera, bentuk dan potongan rumah,
pakaian, karya seni, sastra lukis, patung, film, tari, musik, dan lain-lain yang berda
disekitar kehidupan kita. Kemudian menurut Eco dalam Faruk (1999:44) secara
general semiotik dapat didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan
luas objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda. Untuk
memahami suatu teks dalam sebuah karya sastra diperlukan suatu telaah semiotika
sebagai satu ilmu tentang tanda yang dapat dijadikan pendekatan dalam telaah
sastra. Pendekatan semiotika dalam sastra dikenal dengan istilah semiotika sastra.
Semiotika satra bukanlah suatu aliran dan bukan suatu ilmu yang hanya
mempelajari bahasa-bahasa alami yang dipakai dalam sastra tetapi juga sistem
tanda-tanda lainnya untuk menemukan kode-kode dalam teks sebuah karya sastra,

menurut Luxemburg dkk, (1986:45). Semiotika satra lebih mengarah pada caracara untuk membedakan tanda-tanda seperti tanda sastra dengan tanda tipe-tipe
wacana yang lain yang memandang kesusastraan sebagai kegiatan yang
mempersoalkan tipe-tipe yang lain.
2.5. Masalah Sosial
Soekanto (2003:390B) mengatakan bahwa sosiologi menelaah gejalagejala yang wajar seperti norma-norma, kelompok sosial lapisan masyarakat,
lembaga kemasyarakatan, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan serta
perwujudannya. Tidak semua gejala-gejala tersebut berlangsung secara normal
sebagaimana masyarakat bersangkutan. Gejala-gejala yang tidak dikehendaki
merupakan abnormal atau patologis. Gejala abnormal dinamakan masalah sosial,
masalah sosial tersebut erat kaitannya dengan nilai-nilai sosial dan lembaga sosial
yang mencakup pola segi moral,karena untuk dapat mengklarifikasikan suatu
persoalan sebagaimana sosial harus digunakan pemikiran sebagai pengukurnya.
Jadi pada dasarnya, masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan
moral. Masalah tersebut merupakan persoalan, karena menyangkut tata kelakuan
yang immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak.Sebab itulah
masalah-masalah tidak mungkin ditelaah tanpa memperhitungkan ukuran-ukuran
masyarakat mengenai baik, apa yang dianggap baik apa yang dianggap buruk.
Sosiologi menyangkut teori yang hanya dalam batas tertentu menyangkut nilainilai sosial dan moral, yang terpokok adalah aspek ilmiahnya.
Masalah sosial yang dialami oleh tokoh utama dalam komik “Great
Teacher Onizuka” merupakan gambaran yang dialami oleh tokoh utama ketika
berinteraksi

dengan

para

tokoh

pembantu

yang

dibangun

sedemikian

fenomenalnya untuk menjadikan komik tersebut hidup dan memiliki jalan cerita
yang mengesankan.

2.5.1. Interaksi sosial
Menurut Soekanto (2003:71B) suatu interaksi sosial tidak akan mungkin
terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu :
a. Kontak
b. Komunikasi
Kontak merupakan aksi dari individu atau kelompok yang mempunyai
makna bagi para pelakunya dan kemudian ditangkap oleh individu atau kelompok
lain. Makna yang diterima direspon untuk memberikan reaksi. Kontak dapat
terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung melalui gerak
dari filsafat organisme, misalnya melalui pembicaraan, gerak, isyarat. Sedangkan
tidak langsung adalah lewat tulisanatau bentuk-bentuk komunikasi jarak jauh
seperti telepon, chatting dan sebagainya. Komunikasi timbul apabila seorang
individu memberikan tafsiran pada perilaku orang lain. Dalam tafsiran itu baru
seseorang mewujudkan perilaku dimana perilaku tersebut merupakan reaksi
terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain.
Menurut Hall dalam Sunarto (1993:48) dalam interaksi kita tidak hanya
memperhatikan apa yang dikatakan orang lain tetapi juga apa yang dilakukannya.
Komunikasi non-verbal atau bahasa tubuh kita gunakan secara sadar.

Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2003:67B) Interaksi sosial merupakan
hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara
kelompok, maupun antara individu dengan kelompok.
Interaksi yang terjadi dalam komik “Great Teacher Onizuka” merupakan
interaksi yang terjadi antara tokoh utama dan tokoh pembantu lainnya. Antara
Konno Mizuki terhadap teman-teman sekolah.

2.5.2. Diskriminasi Sosial

Menurut Theodorson& Theodorson dalam Suseno (2006:115-116)
diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap perorangan, atau
kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut
khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan kelaskelas sosial. Istilah tersebut biasanya akan untuk melukiskan, suatu tindakan dari
pihak mayoritas yang dominan dalam hubungannya dengan minoritas yang lemah,
sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku mereka itu bersifat tidak bermoral dan
tidak demokrasi.

Diskriminasi sosial merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap
individu

tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang

diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang
biasa dijumpai dalam masyarakat, ini disebabkan karena kecenderungan manusia
untuk membeda-bedakan yang lain.Ketika seseorang diperlakukan secara tidak
adil karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan
kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga

merupakan

dasar

dari

tindakan

diskriminasi.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Diskriminasi).

Terkait dengan kondisi fisik seseorang, Karp dan Yoels dalam Sunarto
(1993:41) mengemukakan bahwa selain ciri yang dibawa sejak lahir seseorang
dari faktor penampilan pun mempengaruhi interaksi. Mereka menyajikan
sejumlah hasil penelitian yang antara lain memperlihatkan bahwa orang yang
berpenampilan fisik menarik lebih mudah memperoleh pasangan dan bahwa orang
yang merasa dirinya tidak menarik mengeluh karena mengalami kesukaran dalam
pergaulan.

Diskriminasi yang terjadi dalam komik Great Teacher Onizuka
merupakan diskriminasi yang terjadi dalam Komik Great Teacher Onizuka adalah
Diskriminasi yang dialami oleh Onizuka karena ia adalah mantan ketua geng
motor maka orang memandang sebelah mata sama Onizuka, dan orang
menganggap ia tidak pantas menjadi seorang guru, walaupun ia merupakan
lulusan dari sekolah guru.

2.5.3. Konflik Sosial

Pribadi ataupun kelompok yang menyadari adanya perbedaan-perbedaan
misalnya dalm ciri-ciri badaniah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola
prilaku dengan pihak lain. Ciri ini dapat memperpajang perbedaan yang ada
hingga menjadi suatu pertikaian ataupun pertentangan (konflik). Pertentangan atau
pertikaian adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha

untuk memenuhi tujan dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan
ancaman dan/ kekerasan.

Sebab atau akar-akar terjadinya konflik antara lain:

1. Perbedaan antara individu- individu
2.

Perbedaan kebudayaan

3. Perbedaan kepentingan
4. Perubahan sosial

Walaupun pertentangan merupakan suatu proses disosiatif yang agak
tajam, akan tetapi pertentangan sebagai salah satu bentuk proses sosial yang
mempunyai fungsi positif dengan masyarakat. Dan pertentangan mempunyai
beberapa bentuk khusus, antara lain:

1. Pertentangan pribadi
2. Pertentangan rasial
3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial
4. Pertentangan politik
5. Pertentangan yang bersifat internasional

Konflik sosial (conflict social) yang notabene adalah kejadian yang
tergolong penting merupakan unsur yang esensial dalam penembangan plot.
Konflik menyaran pada sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi
dan atau dialami tokoh-tokoh cerita. Konflik adalah sesuatu yang dramatik,
mengacu pada pertarungan pada dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan
pada

aksi-saksi

balasan.

Kemampuan

pengarang

untuk

memilih

dan

mengembangkan konflik melalui berbagai peristiwa (baik aksi ataupun kejadian)
akan sangat menentukan kadar kemenarikan, kadar suspense, cerita yang
dihasilkan.

Peristiwa dan konflik biasanya berkaitan erat, dapat saling menyebabkan
satu dengan yang lain, bahkan konflik pun hakikatnya merupakan peristiwa. Ada
peristiwa tertentu yang dapat menimbulkan terjadi konflik. Sebaliknya, karena
terjadi konflik, peristiwa-peristiwa lain bermunculan. Konflik demi konflik yang
disusul oleh peristiwa demi peristiwa akan menyebabkan konflik semakin
meningkat.

Bentuk konflik, sebagai bentuk kejadian, dapat pula dibedakan dalam 2
kategori, konflik fisik dan konflik batin, konflik internal dan konflik eksternal.
Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi diantara seorang tokoh dengan
sesuatu diluar dirinya. Konflik fisik atau disebut juga konflik elemental adalah
konflik yang disebabkan adanya perbenturan antara tokoh dengan lingkungan
alam. Konflik sosial adalh konflik yang disebabkan adanya kontak sosial manusia.
Konflik internal adalah konflik yang terjadi di dalam hati, jiwa seorang tokoh
cerita, Miskah (2010:31).

Konflik sosial yang terdapat dalam komik Great Teacher Onizuka adalah
Onizuka yang awalnya adalah seorang mantan geng motor yang suka melakukan
kejahatan dan suka berkelahi untuk mendapatkan daerah kekuasaan, lalu Onizuka
dan Ryuji temannya keluar dari geng Onizuka tinggal di rumah Ryuji. Suatu hari
ia jumpa sama seorang gadis yang ia sukai, tetapi gadis itu mempunyai pacar
seorang guru, kemudian Onizuka pun bertekad ingin menjadi seorang guru. Tetapi

ia sering ditolak oleh pihak sekolah, karena latar belakangnya adalah seorang
mantan ketua geng motor yang identik dengan kejahatan.

2.6. Kondisi Sosial Sebagai Setting Komik Great Teacher Onizuka

Kondisi sosial dalam masyarakat dapat menyebabkan perubahan yang
terjadi dalam masyarakat, dan adapun kondisi-kondisi sosial yang dapat
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan adalah kondisi-kondisi ekonomi,
teknologis, geografis, atau biologis yang menyebabkan terjadinya perubahanperubahan dalam aspek kehidupan sosial lainnya.
Kondisi sosial sebagai setting dalam komik ini diwujudkan pada saat
seorang tokoh utama yang merupakan seseorang mantan ketua geng motor yang
mengalami masalah sosial dilingkungannya. Terjadinya diskriminasi yang
menyebabkan konflik antara tokoh utama dengan teman, guru dan murid pada saat
sesudah menjadi seorang guru.
Didalam komik ini pengarang menyampaikan bagaimana interaksi tokoh
utama terhadap temannya yang tidak yakin ia menjadi guru. Dan tindakan
diskriminasi yang pihak sekolah lakukan terhadapnya yang merupakan seorang
mantan ketua geng motor.
Lalu pada saat Onizuka diterima menjadi seorang guru ia awalnya tidak
diterima oleh murid-muridnya bahkan ia selalu menjadi bahan bully, tetapi ia
mengajar dan mendidik anak muridnya, dengan caranya sendiri, sehingga anak
murid yang tidak suka sama Onizuka menjadi tunduk dan patuh terhadap Onizuka.