Profesionalisme Aparat Birokrasi (Studi Di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Bali) Professionalism of Officials Bureaucracy (Studies In Kintamani District, Bangli Regency, Bali)
1 1.2 I Ketut Winaya 1.2 , M.R. Khairul Muluk , Ratih Nurpratiwi
Program Magister Jurusan Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya 2
Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya
Abstrak
Birokrasi pada sektor pemerintahan mencakup bidang tugas yang sangat luas, kompleks dan melibatkan bentuk organisasi yang bersekala besar dengan jumlah personil yang banyak untuk melaksanakan penyelenggaraan negara, pemerintahan, termasuk pelayanan umum dan pembangunan. maka dibutuhkan kemampuan aparatur yang profesional dalam memberikan pelayanan yang baik, adil dan memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara pemerintahan, abdi negara dan abdi masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis profesionalisme aparat birokrasi dilihat dari aspek responsivitas, akuntabilitas, inovasi, kompetensi dan ketrampilan serta faktor – faktor pendukung dan penghambat profesionalisme aparat birokrasi di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Metode analisis penelitian kualitatif ini, memakai model analisis interaktif Miles dan Hiberman. Dengan tahapan –tahapan: (a). Reduksi Data; (b). Penyajian Data; dan Penarikan Kesimpulan/verifikasi. Hasil pembahasan penelitian ini, menunjukan bahwa profesionalisme aparat birokrasi di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli relatif masih rendah dan perlu ditingkatkan. Belum semua jenis pelayanan yang diberikan dapat dilakukan secara profesional dan dapat memuaskan masyarakat sebagai pengguna jasa layanan, masih sebagian dari pelayanan publik yang mampu diselenggarakan secara profesional, responsif, akuntabel, inovatif, sesuai dengan kompetensi dan ketrampilan.
Kata kunci: Akuntabilitas, Inovasi, Kompetensi dan ketrampilan, Profesionalisme Birokrasi, Responsifitas,
Abstract
Bureaucracy at governance sector include wide range duty area, complex and entangle big scale organization structure with much number of personnel to execute management of state, governance, including public service and development, hence required by ability of professional apparatus in giving good service, fair and have responsibility as according to duty and his/her function as organizer of governance, serve state and serve society. Target of this research is to describe and to analyses professionalism of bureaucracy government officer seen from aspect of responsiveness, innovation, accountabilities, competency and skill and also supporter factors and professionalism barrier of bureaucracy government officer in district of Kintamani, sub-province of Bangli. Analyses method of this research qualitative is using interactive analyses model of Miles and Hiberman. With steps: (a) reduce data; (b) presentation of data; and withdrawal of conclusion/ verification. besides, to identify and analyze to things that becoming impeller factor and resistor factor, researcher use analysis strength of field or force field analysis (FFA) developed by Kurt Lewin ( 1951). Result of discussion of this research, indicating that bureaucracy government officer professionalism in district of Kintamani, sub-province of Bangli is still lower relative and require to be improved. Not yet all given service type can be done professionally and can gratify society as service user of service, still some of service of public capable to be carried out professionally is, responsive, accountable, innovative, competency and skill.
Keywords: Issue of decentralization, interest of actors, and policy agenda
PENDAHULUAN seluruh wilayah kekuasaan negara, juga dikenal Pemerintahan suatu negara di tingkat
aparatur birokrasi pemerintahan daerah dengan nasional terdiri atas berbagai satuan kerja,
aneka ragam nomenklatur seperti provinsi, seperti kementrian, departemen, direktorat
kabupaten, kecamatan, kelurahan dan desa. jenderal, badan biro dan sebagainya, sebagian
pemerintahan negara diantaranya memilki satuan – satuan unit kerja di
satuan birokrasi
pemerintahan yang juga dikenal dengan istilah
Alamat korespondensi:
civil service.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, Email
I Ketut Winaya
: ketutwinaya14@yahoo.com masalah yang dihadapi selama ini adalah budaya Alamat : FISIP. Univ.Udayana. Jl. PB. Sudirman Denapasar
malas Bali –malasan dan perilaku kerja aparat
Profesionalisme Aparat Birokrasi (Studi Di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Bali) (Winaya et al.)
dalam melakukan pelayanan antara orang yang dipertanggungjawabkan. Keadaan ini antara lain
birokrasi di Indonesia
kurang
dapat
dikenal, berpenampilan rapi dan pejabat atau berkaitan dengan banyak aspek, seperti posisi
pegawai dibandingkan dengan orang yang tidak rakyat yang lebih rendah dalam penyelenggaraan
dikenal, penampilan kurang rapi dan masyarakat pemerintahan, lembaga pemerintahan yang
biasa. Para aparat birokrasi kecamatan tumpang tindih, sehingga sulit dipisahkan
Kintamani kurang berani mengambil keputusan kedudukan dan wewenang antar instansi,
kepada atasannya (Sekcam, Kepala Seksi atau prosedur kerja yang berbelit – belit dan panjang
Camat),walaupun terkadang persoalan tersebut serta sumber daya aparatur yang kurang
hanya masalah kecil. Hal tersebut menjadi profesional dan kurang bermoral. Keadaan ini
tantangan tersendiri bagi bagi aparat kecamatan satu sama lain
Kintamani khususnya dan Kabupaten Bangli formalisme dan simbolisme dalam birokrasi
umumnya untuk membangun aparatur yang pemerintahan. Upaya untuk membangun budaya
profesional dalam menjalankan tugas dan kerja dari aparat birokrasi dewasa ini telah
instansi penyelenggara menjadi topik pembahasan dalam banyak
fungsinya
sebagai
pelayanan publik.
kesempatan. Berbagai penelitian telah dilakukan Kecamatan memiliki fungsi dan tugas dan
kewenangan yang peningkatan mutu aparatur telah dibuat, namun
beberapa kebijakan
dilimpahkan oleh Bupati dalam penyelenggaraan kondisinya masih tetap belum menunjukan
pemerintahan, pembangunan dan pembinaan tanda –tanda perkembangan yang lumayan[1].
kepada masyarakat dalam wilayah Kecamatan Peran pemerintah yang selama ini sebagai
serta melaksanakan tugas pemerintahan lainnya ruler seharusnya berubah sebagai fasilitator [2],
yang tidak termasuk dalam pelaksanaan tugas dengan
Perangkat Daerah dan atau instansi lainnya. birokrasi yang memperkenalkan paradigma baru
sepuluh prinsip
mewirausahakan
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut sesuai dengan
dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Taun fasilitator bukan sebagi ruler atau patron.
2004 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 126 Walaupun upaya untuk mewujudkan birokrasi
ayat 3 menyebutkan bahwa Kecamatan selain pemerintahan yang responsive, inovative, dan
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada akuntabel dengan memposisikan diri sebagai
ayat (2) camat juga menyelenggarakan tugas fasilitator bukan pekerjaan yang mudah, namun
umum pemerintahan yang meliputi: upaya untuk mewujudkan cita-cita tersebut tetap
a. mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan harus diupayakan demi memberikan pelayanan
masyarakat;
b. ketentraman dan ketertiban umum; memperbaiki citra birokrasi Indonesia yang
yang baik terhadap
publik dan mampu
penerapan dan selama ini banyak menjadi sorotan dan citra
c. mengkoordinasikan
mengkoordinasikan upaya negatif dimata publik (masyarakat).
penegakan
penyelenggaraan peraturan perundang- Di
pemeliharaan SMU/sederajat,
pendidikan aparatur
rata-rata
hanya
d. mengkoordinasikan
sehingga membuat kinerja prasarana dan fasilitas pelayanan umum; aparatur birokrasi menjadi belum maksimal.
penyelenggaraan Aparatur birokrasi di Kecamatan Kintamani
e. mengkoordinasikan
pemerintahan di tingkat dalam memberikan pelayanan publik masih
kegiatan
kecamatan;
f. membina penyelenggaraan pemerintahan disebabkan oleh beberapa hal, masih terbatasnya
mengalami kendala
desa dan/atau kelurahan; sumber daya manusia, yakni tingkat intlektualitas
g. melaksanakan pelayanan masyarakat yang aparatur yang masih rendah, jumlah aparat yang
menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau masih belum memadai dengan jumlah penduduk
dapat dilaksanakan dan luas wilayah. Melihat kenyataan ini,
yang
belum
pemerintahan desa atau kelurahan. diharapkan
Berdasarkan permasalahan-permasalahan dinamika lingkungan kerja, baik internal maupun
tersebut diatas dan mengingat setiap jenis eksternal,
pelayanan birokrasi publik memiliki dinamika masyarakat dan kemajuan teknologi. Aparat di
seperti perubahan
kebutuhan
berbeda dan perlu respon berbeda. Tujuan Kecamatan
penelitian ini adalah mendeskripsikan dan pelayanan kepada masyarakat masih terkesan
menganalisis profesionalisme aparat birokrasi tebang pilih, terdapat perbedaan perlakuan
dilihat dari aspek responsivitas, akuntabilitas,
Profesionalisme Aparat Birokrasi (Studi Di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Bali) (Winaya et al.)
inovasi, kompetensi dan ketrampilan serta faktor dan kebutuhan masyarakat. Responsibilitas –
pelaksanaan kegiatan profesionalisme aparat birokrasi di Kecamatan
faktor pendukung
organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan Kintamani, Kabupaten Bangli.
prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang
METODE PENELITIAN
eksplisit maupun implisit [3]. Metode analisis penelitian kualitatif ini
Birokrasi ideal sesungguhnya dapat dilihat memakai model analisis interaktif Miles dan
dari peningkatan kualitas pelayanan publik yang Hiberman dengan tahapan –tahapan: (a). Reduksi
meliputi aspek responsivitas, akuntabilitas, dan Data, (b). Penyajian Data, dan (c). Penarikan
efisiensi. Aspek responsivitas menghendaki agar Kesimpulan/verifikasi. Dalam
pelayanan publik bisa memenuhi kepentingan difokuskan pada aspek: a. Responsvitas, b.
penelitian
ini
masyarakat. Sedangkan aspek akuntabilitas Akuntabilitas, c. Inovasi,d. Kompetensi dan
mengisyaratkan supaya pelayanan publik lebih ketrampilan d. Faktor –faktor pendukung dan
mengutamakan transparansi dan kesamaan akses penghambat Profesionalisme Aparat Birokrasi di
setiap warga negara. Setiap warga negara berhak Kecamatan
mendapatkan kesamaan akses dalam pelayanan Sedangkan untuk menganalisis apa saja yang
publik yang mereka butuhkan. Proses dan harga menjadi faktor pendukung dan penghambat
publik juga harus dalam profesionalisme aparat birokrasi di
pelayanan-pelayanan
dan didukung oleh kepastian Kecamatan
transparan,
prosedur serta waktu pelayanan. Sedangkan menggunakan analisis Force Field Analysis
aspek efisiensi meliputi pemenuhan pelayanan (Analisis Kekuatan Medan), dari Kurt Lewin
publik yang cepat, serta hemat tenaga. (1951) dengan memberi kategori nilai atau
diwujudkan dengan kekuatan pada masing – masing faktor. Dengan
Responsivitas
menampung aspirasi-aspirasi dari masyarakat penilaian yang diberikan adalah : 5 = Sangat Kuat,
dan ditindak lanjuti dengan merefleksikannya
4 = Kuat, 3 = Cukup Kuat, 2 = Kurang Kuat, dan 1 dari praktek penyelenggaraan pemerintahan dan = Lemah.
pelayanan di Kantor Kecamatan Kintamani dengan program-program usulan dari masyarakat
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang di disampaikan kepada Bupati Bangli yang
Profesionalisme Aparat Birokrasi
akhirnya ditanggapi dengan adanya Dengan berlandaskan pemikiran terhadap
pada
kebijakan penghapusan biaya pembuatan akta permasalahan yang dihadapi oleh aparatur
kelahiran. Hal lain sebagai bentuk wujud nyata birokrasi Indonesia maka sebagai upaya untuk
Kintamani adalah memperbaiki
responsifitas
Kecamatan
diskresi pemrosesan E -KTP, yang dilaksanakan di mengantisipasi perubahan lingkungan maka
Kantor Kecamatan dan desa-desa yang jauh dari diperlukan sebuah pemikiran untuk membangun
pusat kecamatan langsung didatangi oleh aparatur birokrasi Indonesia yang handal,
petugas dari kecamatan.
profesional dan menjunjung tinggi nilai kejujuran Dari hasil temuan tersebut bahwa serta etika profesi dalam menjalankan tugas dan
Kecamatan Kintamani telah mampu menanggapi fungsinya
aspirasi masyarakat dalam hal percepatan pembangunan dan penyelenggara pelayanan
sebagai penyelenggara
kegiatan
sedangkan saran publik.
pemberian
pelayanan,
masyarakat lain yang telah ditampung oleh Mengingat urgensitas peran aparatur
namun belum dalam menyelenggarakan peran dan fungsinya,
Kecamatan
Kintamani
dilaksanakan hingga saat ini adalah penghapusan perlu kiranya dicari dan dirumuskan suatu
perlakuan diskriminatif terhadap masyarakat pendekatan strategis untuk membangun wajah
dalam pemberian pelayanan di Kecamatan baru aparatur profesional yang handal, tanggap,
fasilitasi percepatan inovatif fleksibel dan tidak prosedural dalam
Kintamani
dan
pembangunan di desa desa. memberikan pelayanan dan penyelenggaraan
Berdasarkan indikator diatas dapat ditarik pembangunan.
benang merah bahwa profesionalisme aparat
Responsivitas
khususnya aspek Responsivitas
Kecamatan
Kintamani
responsifitas masih terbentur oleh keberadaan birokrasi untuk mengenali kebutuhan, menyusun
aturan formal yang secara tegas mengatur apa agenda dan prioritas serta mengembangkan
yang menjadi tugas dan fungsi Kecamatan program-program yang sesuai dengan aspirasi
Kintamani, artinya aparat Kecamatan Kintamani
Profesionalisme Aparat Birokrasi (Studi Di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Bali) (Winaya et al.)
lebih mengacu kepada petunjuk atasan dalam sentralistik, otoriter dan tidak transparan, mempermudah masyarakat untuk mendapatkan
akuntabilitas akan hilang dan tidak berlaku. pelayanan yang prima. Fenomena tersebut
Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah melahirkan patologi birokrasi juklak-juknis dan
dalam pelayanan publik menunjukkan standar berorientasi kepada aturan formal (rule-driven
pemerintah dalam professionalism) daripada berorientasi kepada
profesional
aparat
memberikan pelayanan kepada masyarakat. pelayanan.
Kekakuan dalam pemberian layanan terhadap
Akuntabilitas
masyarakat dengan mengabaikan keberadaan Akuntabilitas
konsumen, merupakan kenyataan rumit yang pelayanan publik merupakan suatu ukuran yang
dalam
penyelenggaraan
sering menyertai kebijakan pembuat layanan menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian
(pemerintah), sehingga kondisi ini seakan-akan penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilai-
sudah given dan tidak dapat diubah lagi. Ini akan nilai atau norma eksternal yang ada di
yang serius bagi masyarakat atau yang dimiliki oleh para
membawa
implikasi
ketidakpuasan masyarakat terhadap layanan stakeholder.
Seiring
dengan meningkatnya
pemerintah
tuntutan transparansi
Pada dasarnya pelayanan dapat diukur, diberbagai bidang sektor publik, yaitu suatu
serta
akuntabilitas
oleh karena itu standar pelayanan dapat lembaga dalam menjalankan roda pemerintahan
ditetapkan, baik dari waktu yang diperlukan legitimasinya
maupun hasilnya. Dengan adanya standar masyarakat. Hal tersebut akan menuntut para
ukuran, maka manajemen dapat merencanakan, penyelenggara pemerintahan untuk menjalankan
melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi tugas-tugasnya secara profesional agar tetap
kegiatan pelayanan. Kelancaran pelayanan dapat menjaga kepercayaan yang diberikan oleh
tergantung pada kesadaran para petugas masyarakat sehingga tercermin pemerintahan
terhadap kewajiban yang dibebankan antara lain: yang bersih, responsif dan akuntabel dalam
sistem, prosedur dan metode yang memadai, memberikan pelayanan kepada masyarakat.
pengorganisasian tugas pelayanan yang tuntas, Reformasi merupakan wujud respon
kemampuan atau positif untuk menyikapi krisis multidimensional
pendapatan
pegawai,
keterampilan pegawai dan sarana kerja yang yang memunculkan paradigma baru dalam
memadai.
hal tersebut, maka norma transparansi dan akuntabilitas publik.
penyelenggaraan kehidupan bernegara, terhadap
Sehubungan dengan
pelayanan yang secara umum diharapkan, Tuntutan dan aspirasi masyarakat tentang
diantaranya adalah:
penyelenggaraan pemerintahan, setidaknya telah
pengurusan bagi yang membawa beberapa hal : pertama, reformasi
1. Mudah dalam
berkepentingan.
2. Mendapatkan pelayanan yang wajar. yang lebih demokratis melalui keterlibatan dan
sistem politik untuk menuju kehidupan politik
3. Mendapatkan perlakuan yang sama tanpa partisipasi rakyat dalam proses politik yang
pilih kasih.
menyangkut kepentingan publik; kedua, tuntutan
4. Mendapatkan perlakuan yang jujur dan terus good governance and clean government dalam
terang.
penyelenggaraan negara yang didukung dengan Pelayanan yang baik dan memuaskan akan prinsip dasar kepastian hukum, akuntabilitas,
berdampak positif bagi masyarakat, antara lain: transparansi, keadilan, profesonalisme, dan
masyarakat menghargai dan bangga terhadap demokratis.
pegawai, patuh terhadap aturan pelayanan, Birokrasi dikatakan akuntabel apabila
menggairahkan usaha dalam masyarakat serta mereka dinilai secara objektif oleh orang
peningkatan dan (masyarakat atau melaui wakilnya) dapat
dapat
menimbulkan
pengembangan dalam masyarakat. dipertanggungjawabkan
Pelayanan publik akan dapat terlaksana perbuatan sikap dan sepak terjangnya kepada
segala
macam
dengan baik dan memuaskan apabila didukung pihak kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki
oleh beberapa faktor, antara lain kesadaran itu berasal. Maka dengan demikian akuntabilitas
pimpinan dan pelaksanaan tugas pegawai yang hanya dapat berkembang dalam suatu suasana
aturan yang memadai, yang transparan dan demokratis serta adanya
mantap,
adanya
organisasi dengan mekanisme yang dinamis, kebebasan dalam mengemukakan pendapat.
yang cukup untuk Dalam
pendapatan
pegawai
sistem administrasi
kebutuhan hidup minimum, kemampuan dan keterampilan yang sesuai
Profesionalisme Aparat Birokrasi (Studi Di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Bali) (Winaya et al.)
dengan tugas atau
mengatur secara tegas waktu pelayanan. Akibat dipertanggungjawabkan, dan tersedianya sarana
pekerjaan
yang
dari tidak adanya batasan waktu tersebut adalah pelayanan sesuai dengan jenis dan bentuk tugas
ketidak pastian pelayanan dan dampaknya atau pekerjaan pelayanan.
munculnya kekecewaan pengguna jasa dalam Akuntabilitas penyelenggaraan pelayanan
pelayanan. Tidak adanya batasan waktu yang publik dalam penelitian ini dilihat dari beberapa
tegas tersebut mengakibatkan pelayanan penuh aspek yang meliputi: pertama, acuan pelayanan
dengan ketidak pastian dan dampaknya adalah yang dipergunakan aparat birokrasi dalam proses
akan sangat merugikan pengguna jasa karena penyelenggaraan pelayanan publik. Kedua,
opportunity cost (perhitungan waktu) pelayanan dalam menjalankan tugas pelayanan, seberapa
menjadi mahal.
jauh kepentingan pengguna jasa memperoleh Indikator lain yang dapat digunakan acuan prioritas dari aparat birokrasi.
dalam penyelenggaraan pelayanan publik adalah
Acuan Pelayanan
pelayanan terhadap Pelayanan
tindakan
petugas
masyarakat pengguna jasa yang tidak memenuhi akuntabilitas
pelayanan. Ada beberapa penyelenggaraannya selalu berorientasi kepada
tinggi apabila acuan utama
persyaratan
persyaratan pelayanan yang harus dipenuhi oleh pengguna jasa (costumer). Kepuasan pengguna
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan. jasa harus selalu mendapat perhatian dalam
Penyelenggaraan pelayanan yang akuntabel akan setiap penyelenggaraan pelayanan publik.
selalu berusaha memberikan pelayanan yang Bahwa
terbaik bagi masyarakat pengguna jasa meskipun penyelenggaraan pelayanan publik di Kantor
persyaratan mereka tidak lengkap karena besar Camat Kintamani adalah berbagai aturan dan
kemungkinan ketidak lengkapan persyaratan ketentuan formal yang telah ditetapkan oleh
tersebut bukan semata kesalahan masyarakat Pemerintah yaitu Peraturan Daerah Kabupaten
sebagai pengguna jasa, akan tetapi juga bisa Bangli Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Perubahan
disebabkan oleh kesalahan birokrasi yang kurang Atas Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2000
transparan dalam penyelenggaran pelayanan. Tentang Ritribusi Penggantian Bea Cetak Kartu
Transparansi sangat penting dalam upaya Tanda Penduduk, Kartu Keluarga dan Akte
menciptakan akuntabilitas dalam pelayanan Catatan Sipil, Pada prinsipnya kedua aturan
publik, dengan transparansi masyarakat akan tersebut telah mengatur standart pelayanan
mengetahui standar dan mekanisme pelayanan sebagaimana Keputusan Menteri Pendayagunaan
yang digunakan.sehingga mereka tahu apa yang Aparatur Negara Nomor 63/Kep/MEN/7/2003
seharusnya dilakukan dan dipenuhi untuk Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
pelayanan. Kelengkapan Pelayanan Publik yang sekurang – kurangnya
mendapatkan
persyaratan dalam penyelenggaraan pelayanan meliputi prosedur pelayanan, waktu, biaya,
publik di Kecamatan Kintamani cenderung produk, sarana prasarana, dan kompetensi
peraturan dan prosedur petugas pemberi pelayanan. Hanya saja dalam
mengacu
pada
pelayanan yang telah ditetapkan daripada pelaksanaannya
kepuasan masyarakat.
penyimpangan sehingga belum sepenuhnya
menegakan dan memberikan kepuasan kepada
Komitmen
untuk
melaksanakan peraturan dikalangan birokrasi sebagai pengguna jasa pelayanan seperti , waktu
masyarakat
memang merupakan suatu keharusan, akan penyelesaian,
tetapi komitmen yang berlebihan dan membabi pelayanan yang berbelit – belit, keramahan
buta akan sangat kontra produktif bahkan sangat petugas dan kejelasan informasi. Hal seperti itu
merugikan. Tidak semua kekurangan persyaratan dapat dimaklumi karen apabila dilihat lebih jauh,
mutlak kesalahan kedua acuan pelayanan tersebut maupun acuan
berkas
permohonan
masyarakat pengguna jasa pelayanan tetapi pelayanan
sering juga dilakukan karena keteledoran pelaksanaannya tidak mengatur hal – hal yang
petugas. Hal ini tidak pelu terjadi apabila petugas menjadi sumber ketidak puasan pelayanan
melaksanakan tugasnya secara profesional. seperti
demikian tentu tidak dapat peraturan tersebut baik Perda Nomor 7 Tahun
lamanya waktu
dilepaskan dari sistem penilaian kinerja selama 2004 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
ini. Penialaian kinerja tidak didasarkan pada Nomor 13 Tahun 2000 Tentang Retribusi
pencapaian output dan outcome akan tetapi Penggantian Bea Cetak Kartu Tanda Penduduk,
lebih didasarkan pada ketaatan terhadap Kartu Keluarga dan Akte Catatan Sipil tidak
prosedur dan ketentuan yang berlaku. Reward
Profesionalisme Aparat Birokrasi (Studi Di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Bali) (Winaya et al.)
(penghargaan) diberikan kepada aparat yang pelayanan dan tertundanya proses pelayanan. bekerja sesuai dengan prosedur dan ketentuan,
Sehingga wajar apabila masyarakat yang meskipun output yang dhasilkan sangat kecil,
membutuhkan pelayanan cepat dan akuntabel sedangkan
menjadi tertunda dan harus menunggu lama diberikan
punishment
(hukuman/sanksi)
kepada aparat yang menyalahi untuk mendapatkan pelayanan dikarenakan prosedur dan ketentuan meskipun ia mempunyai
pegawai tidak ada di tempat. kinerja yang baik. Sistem penilaian kinerja
Fenomena tersebut menunjukan bahwa demikian tidak akan memotivasi akan tetapi
sepenuhnya memberikan justru mendemotivasi aparat birokrasi untuk
birokrasi
belum
penghargaan yang layak kepada masyarakat. meningkatkan
Masyarakat masih ditempatkan pada kedudukan mematikan kreativitas dan daya inovasi aparat
yang lemah sehingga kepentingannya sering kali birokrasi. Untuk itu perlu kiranya dilakukan
dipinggirkan oleh kepentingan yang lain bahkan reformasi sistem penilaian kinerja dilingkungan
kepentingan pribadi. Adanya petugas pegawai birokrasi dengan lebih menekankan pada
yang keluar dari tugas dan fungsinya sebagai abdi pekerjaan dibandingkan prosedur.
negara dan masyarakat pada saat jam kerja atau
Prioritas pemenuhan Kepentingan pengguna
dinas kantor merupakan fakta yang membuktikan
Jasa Pelayanan
bahwa kepentingan masyarakat belum menjadi Pelayanan publik yang akuntabel adalah
fokus utama dalam penyelenggaraan pelayanan pelayanan
menempatkan kepentingan masyarakat sebagai Penempatan pemenuhan kepentingan prioritas
organisasi bahkan kepentingan individu diatas pelayanan publik. Berbagai sumber daya yang
utama dalam
penyelenggaraan
kepentingan dan kebutuhan dimiliki
pemenuhan
masyarakat dalam akuntabilitas penyelenggaraan diprioritaskan untuk memenuhi kepentingan
organisasi harus
dicurahkan
dan
pelayanan, menunjukan bahwa birokrasi sebagai pengguna jasa. Dengan memberikan prioritas
abdi masyarakat masih sebatas “ lip service” pada pemenuhan kepentingan masyarakat diatas
belum dijiwai dan dimaknai oleh aparat birokrasi kepentingan
dalam akuntabilitas penyelenggaraan pelayanan memberikan penghargaan terhadap eksistensi
yang lain,
berarti
birokrasi
di Kecamatan Kintamani.
masyarakat sebagai sebagai pengguna jasa Peran pemerintah dalam menyusun sekaligus sebagai principal agent yang harus
akuntabilitasnya harus transparan dan dapat mendapatkan
menyediakan informasi tentang pengelolaan memuaskan dari aparat birokrasi pemerintah.
pembangunan. Tingkat Dalam
program-program
keberhasilannya secara luas yang mudah diakses, publik
penyelenggaraan
pelayanan
diketahui, dan dievaluasi oleh pihak-pihak yang pemenuhan kepentingan/kebutuhan masyarakat
di Kecamatan
Kintamani
prioritas
berkepentingan, seperti masyarakat luas, hal belum sepenuhnya dapat direalisasikan. Berbagai
tersebut untuk perbaikan program dan strategi sumber daya organisasi tidak sepenuhnya
pemerintah kearah yang lebih baik. Sehingga dikonsentrasikan untuk pemenuhan kepentingan
masyarakat juga berpengaruh lain. Banyak aparat pelayanan selain mempunyai
partisipasi
terhadap kemajuan dan keberhasilan pemerintah tugas pokok memberikan pelayanan, juga
di masa yang akan datang. dibebani oleh tugas – tugas lain yang tidak ada
yang ditemukan secara kaitannya dengan tugas – tugas pelayanan.
Informasi
langsung dan melalui berbagai media massa Seperti kegiatan piket/jaga malam dengan
elektronik seringkali kompensasi tidak masuk kerja pada keesokan
cetak
maupun
mengungkapkan berbagai kelemahan pelayanan harinya, dan bagi pegawai yang kebetulan
pemerintah yang mencerminkan ketidakpuasan perempuan harus ikut kegiatan PKK, Dharma
pelayanan tersebut. Wanita, Pembinaan PKK ke Desa dan sebagainya.
masyarakat
terhadap
Pelayanan yang mahal, kaku dan berbelit-belit, Tugas – tugas tersebut belum termasuk
sikap dan tindakan aparat, pelayanan yang suka kegiatan – kegiatan lain yang sering kali dilakukan
menuntut imbalan, kurang ramah, arogan, oleh seorang aparat dalam rangka kepentingan
lambat dan fasilitas pelayanan yang kurang pribadinya atau keluarganya, seperti mengantar
memuaskan dan sebagainya, ini merupakan dan menjemput anak ke sekolah, dan lain
fenomena-fenomena yang kerap kali mewarnai sebagainya. Berbagai tugas dan pekerjaan
proses hubungan antara pemerintah dan sampingan yang dilakukan oleh aparat tersebut
masyarakat berkaitan dengan proses pelayanan berdampak pada terbengkalainya tugas pokok
Profesionalisme Aparat Birokrasi (Studi Di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Bali) (Winaya et al.)
Kecamatan Kintamani, kompleks menuntut adanya suatu pelayanan
Kehidupan masyarakat yang semakin
perhatian
aparatur
pelaksanaan pekerjaan sebatas pengetahuan dan yang semakin berkualitas, yang mana dalam hal
kemampuan yang dimiliki. Kecenderungan yang ini pemerintah sebagai penyedia harus lebih
terjadi dalam dunia birokrasi di Indonesia tanpa intensif didalam memperhatikan pelayanan
terkecuali Kecamatan Kintamani adalah loyalitas tersebut
buta kepada aturan formal dalam menjalankan pemerintah senantiasa menjanjikan pelayanan
karena diberbagai
kesempatan
fungsinya. Kualitas dan yang memuaskan kepada masyarakat, namun
tugas
dan
profesionalisme aparat bukan diukur dari prestasi dalam kenyataannya belum dilaksanankan secara
dan inovasi yang dihasilkan baik secara individu optimal.
maupun secara kelompok. Inovasi dianggap Pelayanan dan kepuasan merupakan
sebagai suatu hal yang menakutkan dan jika tidak dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena
ingin dianggap sebagai aparat yang tidak memiliki dengan adanya kepuasan maka pihak terkait
loyalitas.
dapat saling mengkoreksi sampai dimana Bahwa inovasi dalam lingkungan birokrasi pelayanan yang diberikan apakah bertambah
Kecamatan Kintamani dianggap lebih banyak baik atau buruk. Hal tersebut sangat dipengaruhi
mendatangkan bahaya bagi kesinambungan dan oleh setiap aparat petugas dalam memberikan
peningkatan karier seorang pegawai daripada pelayanan, dengan kata lain pelayanan yang
mendatangkan manfaat. Camat sebagai pejabat dapat memuaskan adalah pelayanan yang
lingkungan Pemerintah dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku
tertinggi
dalam
Kecamatan seharusnya mengambil sikap tegas dan dapat memahami apa yang diminta
terhadap inovasi dan prestasi yang dihasilkan masyarakat akan pelayanan yang transparan dan
inovasi tersebut akuntabel.
mendatangkan peningkatan kinerja organisasi
Inovasi
ataupun belum mendatangkan peningkatan Inovasi merupakan perwujudan dari
kinerja organisasi. Pentingnya kepastian sikap kecakapan yang harus dimiliki oleh aparat
terutama oleh Camat tentang penghargaan yang birokrasi dengan
akan diberikan kepada aparat yang berprestasi jajaran birokrasi untuk menciptakan model kerja
mengandalkan
kreatifitas
dan kegagalan dalam berinovasi dapat dianggap baru yang tujuannya untuk mempermudah
sebagai kewajaran yang dapat diperbaiki akan didalam melaksanakan penyelenggaraan tugas
menumbuhkan iklim kerja wirausaha dimana dan memberikan pelayanan kepada masyarakat ,
aparat akan saling berupaya untuk memberikan
i novasi-inovasi dalam usaha menciptakan model yang terbaik bagi peningkatan kualitas kinerja dan cara kerja baru bagi aparat birokrasi, pada
organisasi. Bahwa inovasi masih merupakan umumnya masih sangat kurang, Inovasi yang
suatu hal dan menjadi momok yang menakutkan lebih jauh berupa penciptaan model kerja baru
jika tidak ingin dianggap sebagai aparat yang atau penggunaan dan pemanfaatan kemajuan
tidak loyal dan taat kepada atasan dan aturan teknologi untuk menambah wawasan pribadi
formal yang ada dimana pada prinsipnnya jajaran para pegawai.
birokrasi ingin melakukan yang terbaik bagi Pemerintah daerah Kabupaten Bangli,
peningkatan pelayanan akan tetapi karena khususnya di Kecamatan Kintamani telah
tersandung oleh keberadaan aturan formal dan menyediakan sarana internet di kecamatan
loyalitas buta kepada atasan dan aturan formal namun perangkat ini jarang digunakan dengan
membuat mereka tidak bisa berbuat banyak di alasan tidak semua pegawai atau parat yang bisa
dalam melakukan inovasi-inovasi pelayanan mengoprasikannya dan jaringan yang belum
terhadap masyarakat.
bagus sehingga tidak bisa diakses. Keterbatasan Kompleksitas dinamis yang dihadapi dan ketersediaan sumber daya aparat yang
administrasi publik, beragam dimensi yang profesional dan tidak adanya atau masih
level governance kurangnya keinginan aparat untuk berinovasi
dituntutnya cara-cara baru menjadi hambatan dan tantangan terbesar bagi
menyebabkan
masalah-masalah publik yang birokrasi di Kecamatan Kintamani didalam
penyelesaian
berbeda antar tempat dan waktu. Cara baru melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai abdi
tersebut diyakini hanya dapat tercapai dengan negara
adanya inovasi dalam administrasi publik. masyarakat.
serta fungsi
pelayanan
terhadap
Dengan demikian, inovasi sangat dibutuhkan Kemajuan teknologi yang hari demi hari
untuk membangun kepemerintahan yang kokoh. terus
Farazmand (2004: 19-20) mengakui hal tersebut
Profesionalisme Aparat Birokrasi (Studi Di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Bali) (Winaya et al.)
dan tuntutan public semakin sebagai berikut: [5]
dan bahkan mengungkap arti penting inovasi
kebutuhan
kompleks. Inovasi di sektor publik juga bisa “Tanpa sistem administratif atau manajerial
rangka meningkatkan yang inovatif dan adaftif, kebijakan inovatif
dilaksanakan
dalam
efisiensi dan mengurangi biaya mengingat pada bisa gagal; kebijakan inovatif tidak akan
dasarnya organsasi sektor publik senantiasa berarti apa – apa tanpa adanya organisasi
menghadapi kelangkaan sumber daya dan dan
keterbatasa anggaran. Inovasi juga dapat mengimplementasikannya;
kapasitas
untuk
dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas implementasi atau administrasi yang jelas,
dan
tanpa
pelayanan dan dampaknya bagi masyarakat tidak ada sound governance. Khususnya di
terutama untuk mengatasi kebijakan sebelumnya jaman globalisasi dan perubahan yang
menampakkan hasil yang cepat. Inovasi kebijakan dan administratif
yang
kurang
memuaskan. Inovasi juga dapat digunakan untuk berisi
mengembangkan penggunaan Information & institusional,
Technology (ICT) untuk teknologi untuk tujuan adaptasi dan
kualitas pelayanan publik, sebagai ide kreatif dan baru yang merubah
meningkatkan
partisipasi masyarakat, serta transparansi [7]. proses
Dengan berdasarkan pemikiran diatas dapat mempermudah
dan struktur governance.
Ini
disimpulkan bahwa inovasi menjadi sangat peningkatan
pembentukan
dan
penting dan mendesak untuk dilakukan guna administratif dan governance, bukan hanya
kapasitas
manajerial,
menghadapi perubahan lingkungan yang dinamis dalam menjaga kinerja tinggi tapi juga
serta pentingnya memberikan insentif bagi proses
birokrasi publik termasuk aparatur yang ada di tantangan jaman globalisasi”.
dalamnya guna menumbuhkan iklim kompetisi Organisasi
yang positif dimana aparat dapat menjalankan mengalami cercaan karena banyak persoalan
tugas dan fungsi organisasi secara giat. yang belum teratasi sementara pada saat yang
Kompetensi dan Ketrampilan
bersamaan tuntutan dan kebutuhan masyarakat
peningkatan kompetensi terus berkembang. Sementara itu, keberanian
Program
sesengguhnya telah menjadi acuan dalam para pejabat untuk berinovasi juga rendah
pengelolaan dan pembinaan Pegawai Negeri Sipil karena insentif rendah yang diperoleh dari
(PNS). Misalnya dalam Undang –undang Nomor inovasinya dan pada saat yang sama resiko besar
43 Tahun 1999 Tentang Pokok – pokok dihadapi jika terjadi kegagalan dalam berinovasi.
Kepegawaian pasal 17 dinyatakan bahwa Dua hal ini tentu merupakan problema yang
“Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu dihadapi oleh pejabat publik. Namun demikian,
berdasarkan prinsip inovasi tetap relevan dan penting digunakan di
jabatan
dilaksanakan
profesionalisme sesuai dengan kompetensi, sektor publik karena fungsi alternatifnya untuk
prestasi kerja dan jenjang pangkat yang mencari solusi baru atas persoalan lama yang tak
ditetapkan untuk jabatan itu, serta syarat kunjung tuntas (new solutions to old problem).
obyektif lainnya tanpa membedakan jenis Inovasi juga merupakan instrument untuk
kelamin, suku, agama, ras atau golongan”. mengembangkan
Kebijakan ini secara eksplisit mendudukan menggunakan sumber daya dan memenuhi
konsep kompetensi sebagai acuan utama untuk kebutuhan secara lebih efektif. Inovasi juga dapat
melakukan pengelolaan dan pengembangan dimanfaatkan untuk mengembangkan strategi
karier Pegawai Negeri Sipil, terutama dalam hal dan tindakan dalam pelayanan publik [6].
promosi dan jenjang karier seorang Pegawai Inovasi di sektor publik dibutuhkan untuk
Negeri Sipil (PNS). Dalam kebijakan pendidikan memberikan
dan pelatihan (diklat) aparatur yang tertuang mencerminkan ketersediaan bagi pilihan-pilihan
dalam PP. No. 101 Tahun 2000, konsep publik
kompetensi juga dijadikan acuan dasar dalam metode pelayanan. Pendekatan tradisional yang
dan menciptakan
keanekaragaman
penyelenggaraan diklat aparatur. Pasal 3, dipengaruhi pendekatan legalistik ketat hanya
misalnya, menegaskan bahwa sasaran diklat akan menciptakan satu pendekatan tunggal
adalah untuk mewujudkan Pegawai Negeri Sipil dalam praktek administrasi publik (onesize- fits-
(PNS) yang memiliki kompetensi yang sesuai all approach). Pendekatan ini tentu sudah
persyaratan jabatan masing – masing, baik itu ketinggalan zaman karena tidak memberikan
kepemimpinan, teknis dan pilihan dalam pelayanan publik sementara
untuk
diklat
fungsional. Disamping itu, pasal 17 menegaskan
Profesionalisme Aparat Birokrasi (Studi Di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Bali) (Winaya et al.)
bahwa kurikulum diklat aparatur mesti disusun dengan latar belakang pendidikan dan berdasarkan atas standar kompetensi jabatan
pelatihan yang dimiliki.
d. Pimpinan unit kerja yang ada dilingkungan Spencer and Spencer (1993) Kompetensi
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sedangkan menurut
Kantor Kecamatan Kintamani Kabupaten didefinisikan sebagai Underlying characteri stic’s
Bangli harus selalu mengadakan evaluasi of an individual which is causally related to
terhadap bawahannya yang telah mengikuti criterion- referenced effective and or superior
program pendidikan dan pelatihan, yaitu performance in a job or situation. Kompetensi
dengan jalan memberikan keleluasaan atau merupakan
kesempatan untuk mengaplikasikan hasil seseorang dan berkaitan dengan efektivitas
yang diperoleh selama mengikuti pendidikan kinerja individu dalam pekerjaannya.
dan pelatihan dalam tugasnya. Hasil evaluasi Dengan memberikan kesempatan kepada
tersebut diharapkan dapat dijadikan input aparatur yang berpotensi untuk mengikuti
meningkatkan mutu daripada program pendidikan dan pelatihan yang sesuai
dalam
program pendidikan dan dengan bidang tugasnya masing-masing, yang
pelaksanaan
pelatihan berikutnya.
e. Pimpinan unit kerja yang ada di lingkungan kerja yang dilakukan oleh Kantor Kecamatan
merupakan salah satu pengembangan motivasi
Kantor Kecamatan Kintamani Kabupaten Kintamani Kabupaten Bangli dalam peningkatan
Bangli dapat melakukan pengawasan dan kinerja aparatur. Masih adanya beberapa
memberikan motivasi terhadap aparatur yang kelemahan terkait dengan pelaksanaan program
telah mengikuti pendidikan dan pelatihan, pendidikan dan pelatihan yang selama ini diikuti
sehingga mereka lebih mandiri dan lebih oleh aparatur Kantor Kecamatan Kintamani
mampu melaksanakan apa yang diperoleh Kabupaten Bangli harus dibenahi, seperti relatif
dalam pendidikan dan pelatihan. rendahnya pemanfaatan atau tindak lanjut
f. Kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki terhadap pegawai yang telah mengikuti program
oleh aparatur melalui program pendidikan pendidikan
dan pelatihan yang telah diikuti dapat optimalnya unsur pendidikan dan pelatihan yang
dan pelatihan
serta
belum
salah satu unsur dimiliki oleh masing-masing aparaturnya sebagai
dijadikan
sebagai
yang utama dalam dasar
pertimbangan
mempromosikan aparatur yang bersangkutan mempromosikan untuk menduduki jabatan
pada jabatan tertentu.
tertentu. Dari kelemahan-kelemahan yang ada Untuk mengetahui keberhasilan program tersebut tentunya akan sangat mempengaruhi
pelatihan yang telah kelancaran
pendidikan
dan
Kantor Kecamatan pendidikan dan pelatihan dimasa mendatang.
Kintamani Kabupaten Bangli perlu melakukan Ada beberapa langkah yang relatif cukup yang
evaluasi secara menyeluruh terhadap peserta dapat diambil oleh Kantor Kecamatan Kintamani
pelatihan dengan kriteria pendapat (persepsi), Kabupaten Bangli untuk peningkatan kinerja
kriteria perubahan sikap, perilaku kerja dan aparatur, yaitu:
kriteria sukses kerja. Dan hal ini di dukung
a. Program pendidikan dan pelatihan harus dengan adanya peran serta atasan dalam didasarkan pada analisis kebutuhan (analisis
sangat dibutuhkan organisasi, analisis jabatan, analisis kualitas
memberikan
motivasi
terutama bagi seorang Pegawai negeri sipil yang aparatur) sehingga dapat didesain program
dituntut untuk bisa profesional dengan kasus pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan
yang ditanganinya
kebutuhan.
Faktor – faktor Pendukung dan Penghambat
b. Membuat desain program pendidikan dan
Profesionalisme Aparat Birokrasi.
pelatihan yang mencakup jenis pelatihan,
1. Faktor Pendukung
tujuan pendidikan yang akan dipakai, materi
a. Kondisi gedung dan tempat kerja
dan metode yang digunakan, kualitas peserta, Kondisi gedung dan tempat kerja sangat kualifikasi pelatih/instruktur, sumber dana
berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang dan waktu yang diperlukan.
diberikan, di Kecamatan Kintamani kondisi
c. Aparatur yang telah mengkuti program gedungnya sudah cukup baik dan tempat pendidikan dan pelatihan dapat dimanfaatkan
kerjanya juga sudah cukup baik, kondisi tersebut atau
berimplikasi kepada kenyamanan pada pemberi menempatkan pegawai yang telah sesuai
ditindak lanjuti,
sehingga
dalam
pelayanan.
Profesionalisme Aparat Birokrasi (Studi Di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Bali) (Winaya et al.)
5. Keamanan. Proses dan produk pelayanan sangat bagus dan sangat luas, dengan kondisi
Kondisi gedung Kecamatan Kintamani
memberikan rasa aman dan gedung seperti ini akan mendukung pegawai
publik
kepastian hukum.
dalam berkerja dan memberikan pelayanan
6. Tanggung jawab. Pimpinan penyelenggara kepada masyarakat. Berdasarkan data-data hasil
pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk penelitan di atas peneliti dapat menyimpulkan
bertanggungjawab atas penyelenggaraan bahwa kondisi kedung dan tempat kerja
dan penyelesaian kecamatan Kintamani sudah cukup baik dan
pelayanan
dalam pelaksanaan bangunannya cukup luas, dan kondisi lingungan
keluhan/persoalan
pelayanan publik.
kantor yang kondusif.
7. Kelengkapan sarana dan prasarana.
b. Fleksibilitas Pegawai Dalam Memberikan
Tersedianya sarana dan prasarana kerja,
peralatan kerja dan pendukung lainnya yang Keberadaan pegawai dalam memberikan
Pelayanan
memadai termasuk penyediaan sarana pelayanan kepada masyarakat di Kecamatan
teknologi telekomunikasi dan informatika Kintamani sangat menentukan kesiapan aparatur
(telematika).
dalam memberikan pelayanan tersebut. Dengan
8. Kemudahan Akses. Tempat dan lokasi serta adanya arahan dari Bapak Camat tentang semua
sarana pelayanan yang memadai, mudah pegawai yang ada di Kecamatan Kintamani bisa
dijangkau oleh masyarakat dan dapat memberikan pelayanan yang profesional kepada
memanfaatkan teknologi telekomunikasi masyarakat, hal ini memberikan kemudahan bagi
dan informatika.
masyarakat dalam melakukan akses pelayanan.
9. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan. Sejauh ini arahan Bapak Camat yang
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, semua pegawai bisa memberikan pelayanan
santun, ramah, serta dengan baik dan berjalalan dengan lancar tidak
sopan
dan
memberikan pelayanan dengan ikhlas. ada keluhan dari pegawai bahkan pegawai bisa
10. Kenyamanan. Lingkungan pelayanan harus berkerja sama dengan baik satu sama lainya,
tertib, teratur, disediakan ruang tunggu tidak ada kecemburuan dalam pemberian
yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang pelayanan tersebut. Adanya arahan dari Bapak
indah dan sehat serta dilengkapi dengan camat bahwa semua pegawai bisa melayani
fasilitas pendukung pelayanan, seperti masyarakat, seharusnya
parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain. ataupun dibekali prinsip-prinsip pelayanan prima.
lebih
ditingkatkan
Sarana dan prasarana merupakan faktor Berdasarkan Surat keputusan MENPAN No.
penentu dalam menentukan kualitas pelayanan 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum
sehingga diharapkan Penyelengaraan Pelayanan Publik, maka prinsip-
kepada
masyarakat,
yang memadai, di prinsip yang perlu diperhatikan dalam upaya
tersedianya
fasilitas
Kecamatan Kintamani sudah cukup sangat meningkatakan kualitas pelayanan publik adalah :
mendukung aktivitas pemberian pelayanan
1. Kesederhanaan. Prosedur pelayanan publik
kepada masyarakat.
tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan Berdasarkan data-data hasil penelitan di mudah dilaksanakan
atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa seluruh
2. Kejelasan aparat yang ada di Kecamatan Kintamani dalam
a. Persyaratan teknis dan administratif memberikan pelayanan kepada masyarakat, pelayanan publik
telah sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-
b. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan masing, dengan memberikan kemudahan akses bertanggungjawab dalam memberikan
dan tidak ada masyarakat yang mengurus pelayanan
pelayanan dengan menunggu terlalu lama. keluhan/persoalan/sengketa
2. Faktor Penghambat
pelaksanaan pelayanan publik
a. Aksesibilitas yang masih rendah
c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata Kantor Camat Kintamani yang berlokasi di cara pembayaran.
Jalan Nusantara, Kabupaten Bangli sangat mudah
3. Kepastian Waktu. Pelaksanaan pelayanan untuk dijangkau oleh masyarakat baik oleh publik dapat diselesaikan dalam kurun
kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. wakrtu yang telah ditentukan.
Namun yang menjadi kendala adalah sulitnya
4. Akurasi. Produk pelayanan publik diterima akses pelayanan bagi desa yang jauh dari pusat dengan benar, tepat dan sah.
kecamatan terutama desa – desa yang ada di di kaki
gunung
yang
akses sarana dan
Profesionalisme Aparat Birokrasi (Studi Di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Bali) (Winaya et al.)
prsarana,seperti jalan belum memadai sehingga
5. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk sangat menyulitkan bagi masyarakat maupun
mengembangkan potensi dan aparat Kecamatan Kintamani dalam melakukan
selalu
kemampuan diri pribadi demi kelancaran akses pelayanan.
pelaksanaan tugas organisasi Dari data-data hasil penelitan di atas
6. Memiliki kemampuan yang tinggi dalam peneliti dapat menyimpulkan bahwa letak
bidang teknik maupun manajemen dan georafis antara desa-desa yang ada dengan jarak
kepemimpinan
kecamatan yang sangat jauh, kondisi jalan yang
7. Memiliki keahlian dan keterampilan yang belum memadai, masih ada yang belum diaspal
tertinggi dalam bidang tugas dan memiliki dan kondisi transportasi yang tidak semuanya
kemampuan alih teknologi bisa menuju kantor kecamatan dengan mudah,
8. Memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi sangat
dan konsisten;
pelayanan di kecamatan Kintamani.
9. Memiliki pola pikir dan pola tindak yang Berdasarkan hasil penelitian bahwa lokasi
sesuai dengan visi, misi dan budaya kerja kantor Kecamatan Kintamani, tidak sesuai
organisasi.
dengan yang dikemukakan oleh[8]. tentang tolak Mengingat latar belakang pendidikan ukur kualitas pelayanan publik telah memenuhi
formal yang dimiliki oleh pegawai Kecamatan kriteria Tangible dan Acces yaitu adanya fasilitas
Kintamani dengan latar belakang keilmuan yang fisik, peralatan, personil dan komunikaksi serta
Hal tersebut masih harus terdapat kemudahan untuk mengadakan kontak
berbeda-beda.
didukung dengan pemberian keterampilan teknis dan pendekatan, hal tersebut di atas ternyata
tambahan yang berhubungan dengan tugas-tugas belum terpenuhi karena sangat susahnya acces
pelayanan melalui Diklat, pelatihan maupun untuk menuju kekecamatan tersebut, terutama
seminar dan keterampilan pelayanan. Sebab bagi desa – desa yang terletak di timur Gunung
pelayanan publik merupakan kombinasi antara Batur.
seni dan ilmu. Untuk mempelajari bagaimana
b. Rendahnya tngkat pendidikan pegawai
menciptakan pelayanan yang bermutu tidak
(kualitas SDM)
cukup dengan hanya memiliki teori atau prinsip, Dari segi kualitas sumber daya manusia