KONSEP BEST PRACTICES IMPLEMENTASI UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK NO 142008

KONSEP BEST PRACTICES IMPLEMENTASI UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK NO 14/2008

Winda Hardyanti

Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur winda86@gmail.com

Abstrak

Keberadaan informasi publik yang terbuka dan pemenuhan hak masyarakat untuk mengakses informasi pemerin- tah yang diperuntukkan untuk publik merupakan ciri penting pemerintahan demokratis yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat. Pelibatan dan tanggung jawab kepada rakyat sebagai pemegang mandat hanya bisa dilakukan melalui keterbukaan yang ditandai salah satunya melalui penyediaan akses informasi pemerintah. Undang-Undang No 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) menjamin hak masyarakat untuk mendapatkan akses informasi dan mendorong keterbukaan pada badan publik atau pemerintah. Seluruh informasi tentang aktivitas badan publik, selain yang dikecualikan Undang-Undang, sejak UU tersebut disahkan, wajib dibuka kepada masyarakat. Masyarakat pun kini bisa mengawasi dan memantau aktivitas badan publik. Melalui keterbukaan informasi, masyarakat diharapkan dapat mendorong transparansi dan akuntabilitas badan publik, dan lebih jauh lagi berpartisipasi aktif dalam perumusan kebijakan yang berkaitan dengan kepentingan publik (Mendel,2004) Sesuai dengan amanat UU KIP, setelah dua tahun ditetapkan, maka badan publik di seluruh Indonesia wajib melaksanakan pengelolaan dan pelayanan informasi agar masyarakat dapat mendapatkan akses seluas-luasnya dengan cara yang mudah dan terjangkau. Namun, implementasi UU KIP dalam keseharian kegiatan layanan pub- lik lembaga pemerintah bukan hal yang mudah. Penelitian ini bermaksud untuk meneliti sejauh mana implementasi atau penerapan UU KIP. Tahun 2014 ini adalah tepat enam tahun sejak UU Keterbukaan Informasi Publik disahkan. Harapannya tentu kota dan kabupaten khususnya di Jawa Timur sudah mampu mengimplementasikan UU ini dengan sebaik-baiknya.Sehingga perwu- judan masyarakat yang mendambakan good governance bisa terpenuhi haknya untuk memperoleh informasi dari badan publik yang diinginkan. Penelitian ini akan mengambil dua kota sebagai subyek penelitian yaitu implemen- tasi UU KIP di Pemerintah Kota Malang dan di Kota Kediri. Metodologi yang digunakan adalah menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing kota baik Kediri maupun Malang, masing-masing me- miliki best practices dalam mengimplementasikan UU KIP no 14/2008. Best practices yang dilakukan adalah melakukan pemahaman holistik terhadap UU KIP 14/2008. Selain itu juga mengupayakan optimalisasi imple- mentasi transparansi, akuntabilitas dan partisipasi publik dengan baik. Adapun hambatan yang sering menjadi kendala dalam pelaksanaan meliputi keterbatasan kuantitas dan kualitas SDM, tidak ada standar informasi publik yang jelas, gangguan kestabilan jaringan dan masih lemahnya koordinasi antara satuan kerja.

Keywords: informasi publik, komunikasi publik, good governance

Abstracts

The existence of public information open and the fulfillment of the public’s right to access government information intended for the public is an important characteristic of democratic government that upholds the sovereignty of the people. Involvement and responsibility to the people as a mandate holder can only be done through the open- ness that characterized one of them through the provision of access to government information. Act No. 14 of 2008 on Public Information (UU KIP) guarantees the right of people to gain access to information and encourage openness in public or government agencies. All information about the activities of public bodies,

WACANA Volume XIV No. 4. November 2015, Hlm. 297 - 400

other than those excluded Act, since the Act was passed, shall be open to the public. Communities are now able to supervise and monitor the activities of public bodies. Through disclosure of information, the public is expected to encourage transparency and accountability of public bodies, and further to actively participate in the formulation of policies relating to the public interest (Mendel, 2004) In accordance with the mandate of UU KIP, after two years is set, then the public agencies throughout Indonesia are required to implement management and information services so that people can gain access to the widest in

a way that is easy and affordable. However, implementation of the Freedom of Information Law in the everyday activities of the public services of government agencies is not an easy thing. This study intends to examine the extent to which the implementation or application of the Freedom of Information Law. 2014 This is exactly six years since the Law on Public Information was passed. The hope of cities and coun- ties, for the best, especially in East Java has been able to implement this law in the best embodiment. In orther, people who crave good governance can be met right to obtain information from public bodies is desirable. This study will take two cities as research subjects, namely the implementation of Freedom of Information Law in the City Government of Malang and Kediri. The methodology used is descriptive qualitative approach with case study method and observation. The results showed that each of the cities both Kediri and Malang, each having best practices in implementing the Freedom of Information Law No. 14/2008. Best practices done is to conduct a holistic understanding of the Free- dom of Information Law 14/2008. It also sought to optimize the implementation of transparency, accountability and public participation well. The barriers are often a constraint in the implementation include limited quantity and quality of human resources, there is no clear standard of public information, interference and network stabil- ity is still weak coordination between work units.

Keywords: public information, public communication, good governance eterbukaan informasi publik merupakan satu UU ini menjadi dasar penyediaan informasi pemerintah

publik yang baik dan efektif menjadi satu prasyarat K gan peraturan undang-undang.

hal yang penting jika ingin mewujudkan sistem untuk masyarakat, tentunya terkait informasi-informasi pemerintahan yang demokratis. Komunikasi yang diperbolehkan untuk diketahui publik sesuai den-

penting jika ingin masyarakat terpenuhi haknya untuk Sesuai dengan amanat UU KIP, setelah dua tahun memperoleh informasi-informasi publik. Negara dalam ditetapkan, maka badan publik di seluruh Indonesia hal ini sudah mengaturnya dalam UU Keterbukaan In- wajib melaksanakan pengelolaan dan pelayanan infor- formasi Publik atau UU KIP No.14 tahun 2008.

masi agar masyarakat dapat mendapatkan akses seluas- Keberadaan informasi publik yang terbuka dan luasnya dengan cara yang mudah dan terjangkau. Na- pemenuhan hak masyarakat untuk mengakses infor- mun, implementasi UU KIP dalam keseharian kegiatan masi pemerintah yang diperuntukkan untuk publik layanan publik lembaga pemerintah bukan hal yang merupakan ciri penting pemerintahan demokratis yang mudah. menjunjung tinggi kedaulatan rakyat. Tanggung jawab

Terhitung dua tahun setelah disahkan tahun 2008, kepada rakyat sebagai pemegang mandat hanya bisa yakni sepanjang 2009-2010, UU KIP ini telah disosial- dilakukan melalui keterbukaan yang ditandai salah sa- isasikan terkait implementasi perundangan dan aturan tunya melalui penyediaan akses informasi pemerintah. pelaksananya di berbagai daerah, tak terkecuali di Jawa

Seiring dengan era reformasi, tepat tanggal 30 April Timur. Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga termasuk 2008, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sebagai pelopor dalam implementasi UU KIP melalui menetapkan Undang-Undang Keterbukaan Informasi pembentukan Komisi Informasi Provinsi Jawa Timur Publik no 14 tahun 2008. Jika ditilik dari sejarah awal, yang terbentuk tahun 2010. Komisi ini bertanggung- aturan mengenai akses informasi publik itu bertajuk jawab terhadap penyusunan panduan, mediasi dan pen- “Kebebasan Memperoleh Informasi”, namun setelah gawasan praktik pengelolaan serta layanan informasi melalui diskusi di kalangan anggota dewan, akhirnya publik. Dari latar belakang diatas, penelitian ini ber- disepakati nama undang-undang tersebut diganti men- maksud untuk meneliti sejauh mana implementasi atau jadi Undang-Undang “Keterbukaan Informasi Publik”. penerapan UU KIP. Tahun 2014 ini adalah tepat enam

Winda Hardyanti , KONSEP BEST PRACTICES IMPLEMENTASI U.

tahun sejak UU Keterbukaan Informasi Publik disah- si, pemerintah adalah pelayan yang bertugas melayani, kan. Harapannya tentu kota dan kabupaten khususnya menampung dan menjalankan kepentingan publik. Hal di Jawa Timur sudah mampu mengimplementasikan itu sesuai definisi penyelenggaraan tugas pemerintahan UU ini dengan sebaik-baiknya.Sehingga perwujudan dan pembangunan dari “government” (pemerintah) masyarakat yang memimpikan good governance bisa menuju “governance” (pemerintahan). Ada sejumlah terpenuhi haknya untuk memperoleh informasi dari pendekatan yang digunakan dalam menyebut tata ke- badan publik yang diinginkan. Penelitian ini akan men- lola pemerintahan yang baik dan demokratis, salah sa- gambil dua kota sebagai samplenya yaitu implementasi tunya adalah good governance dan menjalankan komu- UU KIP di Kota Malang dan di Kota Kediri. Alasan nikasi publik yang baik. pemilihan pemerintah Kota Malang sebagai subyek

Ada lima prinsip utama yang dikemukakan oleh Rek- penelitian adalah karena Kota Malang sudah memiliki sodiputro dalam rangka membangun governance, yaitu petugas PPID dalam pelaksanaan tugasnya sedangkan adanya (1) fairness, yang seringkali disebut kewajaran di sisi lain Pemerintah Kota Kediri belum memiliki prosedural; (2) transparancy atau keterbukaan sistem; satuan tugas PPID dalam rangka implementasi UU ini. (3) disclosure atau pelengkap kinerja; (4) accountibil- Dua kondisi yang berbeda ini menjadi salah satu alasan ity atau pertanggungjawaban publik dan (5) responsi- penting mengapa penelitian ini mengambil dua sudut bility atau kepekaan menangkap aspirasi masyarakat yang berbeda terkait implementasi UU KIP.

luas (Reksodiputro, 2000).

Di sisi lain, United Nations Development Programme

Hasil Penelitian Terdahulu

(UNDP) (1997) merumuskan karakteristik atau pilar

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh FISIP Uni- tata kelola pemerintahan yang baik yaitu partisipasi versitas Indonesia terkait implementasi UU KIP no (participation), landasan hukum (rule of law), keter- 14/2008 di Lombok Barat menyebutkan bahwa perlu bukaan (transparency), keandalan (responsiveness), ada sosialisasi di kalangan daerah perihal pentingnya kebersamaan (consensus orientation), kesetaraan (eq- UU ini (https://id.berita.yahoo.com/ui-teliti-implemen- uity), efektifitas dan efisiensi (efffectiveness and effi- tasi-uu-kip-di-lombok-09213451.html).

ciency), akuntabilitas (accountability), dan visi masa Selain itu dalam penelitian tersebut UI hanya beru- depan (strategic vision). paya untuk menemukan kendala namun belum ke arah

Lembaga Administrasi Negara (2007) mendefinisi- menemukan konsep best practicesnya. Tim peneliti dari kan good governance dalam dua pengertian atau ori-

UI juga hanya menggunakan pemda-pemda yang be- entasi, pertama nilai-nilai yang dapat meningkatkan lum memiliki PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional) Dokumentasi) sedangkan dalam penelitian ini juga kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan menekankan pada bagaimana konsep best practices sosial. Dan kedua, aspek-aspek fungsional dari pemer- dari pemerintah, tak hanya pemerintah kota yang me- intah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugas- miliki PPID namun juga yang belum memiliki PPID.

nya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Poin penting dari UU Keterbukaan Informasi Publik

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik atau “good adalah menyediakan akses seluas-luasnya mencakup governance” mensyaratkan adanya pelibatan seluruh akses yang murah, cepat, tepat waktu, utuh, akurat, dan elemen, baik yang ada dalam intern birokrasi maupun dengan cara yang sederhana. Selain itu UU KIP juga di masyarakat. Paradigma manajemen pembangunan bermaksud mewadahi untuk menciptakan informasi modern menempatkan masyarakat dan swasta sebagai proaktif, artinya badan publik mengumumkan infor- aktor strategis dalam pengelolaan kebijakan publik ber- masi publik tanpa harus dengan permohonan. Peny- sama pemerintah dengan prinsip kemitraan (Widodo, elesaian sengketa yang cepat, kompeten, dan indepen- 2001). den juga menjadi fokus perhatian dari UU ini artinya

Momentum gelombang perubahan ke lima melalui sengketa informasi publik diselesaikan dengan cepat Open Government ini sesungguhnya merupakan aku- oleh komisi yang independen (Komisi Informasi) serta mulasi dari berbagai upaya nasional untuk mengem- adanya pengenaan sanksi bagi penghambat akses infor- bangkan good governance khususnya penerapan ket- masi publik.

erbukaan informasi publik, bisa juga disebut sebagai Pemahaman mengenai penyediaan layanan infor- upaya komunikasi publik, agar terwujud transparansi masi pemerintah tidak bisa dihilangkan dari konsep pemerintah dan partisipasi masyarakat terjadi secara penyelenggaraan pemerintah yang baik (good governe- optimal dalam seluruh proses pemerintahan. nance). Dalam negara yang menganut prinsip demokra-

Semua aspek tersebut bisa berlangsung dengan baik,

WACANA Volume XIV No. 4. November 2015, Hlm. 297 - 400

dibutuhkan beberapa hal mendasar yng menjadi pra- undang-undang ini mengatur pemenuhan kebutuhan syarat terbentuknya keterbukaan informasi publik yaitu informasi yang terkait dengan kepentingan publik. keterbukaan yang memungkinkan publik dapat men- Kehadiran UU KIP sekaligus memberikan penegasan gakses dan memanfaatkan kebijakan pemerintah. Itu bahwa keterbukaan informasi publik bukan saja meru- artinya masyarakat harus memiliki kebebasan untuk pakan bagian dari hak asasi manusia secara univer- mengakses informasi publik. Arti penting keterbukaan sal, namun juga merupakan constitutional rights seb- dan aktivitas komunikasi juga ditegaskan dalam Un- agaimana dinyatakan dalam Pasal 28F UUD NRI 1945 dang-Undang No 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan bahwa “setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan Informasi Publik. Setiap lembaga publik wajib me- memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi nyediakan, memberikan, dan/atau menerbitkan infor- dan lingkungan sosialnya”. masi publik, tanpa terkecuali. Selain itu setiap lembaga

Dalam praktik, konsepsi tata pemerintahan yang publik wajib membangun dan mengembangkan sistem baik, sangat erat kaitannya dengan reformasi birokra- informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi si, penegakan hukum, peningkatan kualitas pelayanan publik secara baik, efisien sehingga dapat diakses se- publik, perubahan pola pikir, pola sikap, dan pola tin- cara mudah oleh warga negara.

dak, menjadi lebih produktif, efisien dan efektif dalam setiap aktivitas pelayanan publik, termasuk penyediaan

Implementasi Keterbukaan Informasi Publik sesuai informasi.

UU No.14/2008

Membuka informasi yang boleh dikonsumsi oleh Undang undang Nomor 14 tahun 2008 mengenai Ket- publik adalah kewajiban bagi pemerintah dan badan erbukaan Informasi Publik (KIP) yang berlaku pada ta- publik. Tujuan pengembangan transparansi atau keter- hun 2010 merupakan sebuah fase terbaik dimana lem- bukaan informasi di setiap negara adalah memastikan baga pemerintah kini diharuskan membuka informasi bahwa lembaga publik akan lebih akuntabel dan kredi- kepada publik. Berdasarkan undang-undang ini, per- bel dengan menyediakan informasi dan dokumen ses- mintaan informasi dari publik harus ditanggapi dalam uai permintaan publik (Bolton, 1996). waktu 17 hari. Sejalan dengan kewarganegaraan yang

Oleh karena itu perlu adanya transparansi dari pemer- lebih aktif dan reformasi birokrasi yang terus sedang intah terkait keterbukaan informasi publik karena secara berlangsung, Undang-undang KIP menjadi sebuah do- fundamental, sebuah informasi adalah milik publik, rongan besar bagi terlaksananya Open Government di bukan milik pemerintah atau badan publik. Meskipun Indonesia.

demikian, pemerintah memang harus mampu menjaga Pada dasarnya keterbukaan bukan hal asing dalam keseimbangan antara menutup informasi dan kepentin- literatur dan referensi penyelenggaraan birokrasi di gan publik. Meskipun pada akhirnya kepentingan pub- Indonesia. Di awal tahun 1990-an pernah berkembang lik yang seharusnya diutamakan. konsep good governance sebagai mekanisme penge-

Sebagai salah satu layanan publik, penyediaan in- lolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang melibat- formasi merupakan salah satu bidang kewenangan dan kan pengaruh negara dan non-pemerintah dalam suatu tanggung jawab penting pemerintah. Oleh karena itu, usaha kolektif. Governance mengakui bahwa didalam kualitas pelayanan merupakan tujuan atau nilai penting masyarakat terdapat banyak pusat pengambilan kepu- yang harus dijaga agar dapat memenuhi harapan dan tusan yang bekerja pada tingkat yang berbeda (Ganie- hak masyarakat sebagai pengguna layanan (Wening- Rochman, 2002).

sih, 2006 atau Sedarmayanti, 1999). Kebebasan informasi atau keterbukaan informa-

Mendel juga menjelaskan bahwa dalam setiap regu- si ini diharapkan menjadi spirit demokratisasi yang lasi yang berkaitan dengan kebebasan atau keterbu- menawarkan kebebasan sekaligus tanggung jawab. kaan informasi selalu memuat hak setiap orang untuk Kebebasan informasi, selain harus bisa mendorong memperoleh informasi, kewajiban badan publik me- akses publik terhadap informasi secara luas juga harus nyediakan dan melayani permintaan informasi secara mampu memberikan pilihan langkah yang jelas bagi cepat dan tepat waktu, biaya ringan (proporsional), dan pemerintah dalam mengambil suatu kebijakan secara cara sederhana, adanya pengecualian informasi bersifat strategis. Undang-Undang No.14 Tahun 2008 tentang ketat dan terbatas, serta kewajiban badan publik untuk Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) merupakan membenahi sistem dokumentasi dan pelayanan infor- awalan penting bagi perkembangan demokrasi di Indo- masi (Mendel, 2008). nesia.

Pengalaman Inggris mengembangkan keterbukaan Sebagai sebuah bentuk freedom of information act, informasi (kebebasan informasi), beberapa aspek yang

Winda Hardyanti , KONSEP BEST PRACTICES IMPLEMENTASI U.

menjadi sorotan adalah (1) landasan legalitas, yang diakan dan menyebarluaskan informasi kepada publik. mencakup perlindungan hak asasi manusia, pengelo- Kebijakan itu selaras dengan pemenuhan hak masyara- laan dan kerahasiaan data atau informasi; (2) persiapan kat atas informasi publik dimana lembaga pemerintah implementasi, yang mencakup penetapan staf, infra- wajib untuk memberikan pemenuhan atas layanan in- struktur, rencana aksi, sistem pengelolaan dokumen formasi tersebut (Widodo, 2003). dan pelatihan, serta; (3) pelaksanaan yang mencakup

penggunaan media elektronik, sistem akses, dan pen- Pentingnya Komunikasi Publik

gelolaan permintaan informasi (Smith, 2004). Komunikasi publik adalah pertukaran pesan dengan Tidak ada satu pun negara yang mampu menjamin sejumlah orang yang berada dalam sebuah organisasi stabilitas politik dan tertib sosial secara berkesinamb- atau yang di luar organisasi, secara tatap muka atau ingan, kecuali sistem tersebut difasilitasi dengan jami- melalui media. Namun dalam bagian ini yang akan nan kebebasan informasi. Akan tetapi menurut Epin dibahas hanyalah tatap muka di antara organisasi dan Saipudin ( Saipudin, 2012) realitas di lapangan tentu lingkungan eksternalnya. Brooks menguraikan tipe ko- tidak semua daerah mampu menerapkan UU no 14 ta- munikasi public ini sebagai monological karena hanya hun 2008 secara seksama. Pelbagai informasi yang dis- seorang yang biasanya terlibat dalam mengirimkan ampaikan oleh badan publik belum seluruhnya dapat pesan kepada public. diakses oleh masyarakat, khususnya terkait dengan pe-

Kualitas yang membedakan komunikasi organisasi nyelenggaraan program-program pemerintah yang me- publik ini dengan komunikasi interpersonal dan komu- merlukan kontribusi masyarakat. Informasi mengenai nikasi kelompok kecil adalah: proyek-proyek pemerintah seringkali hanya dapat diak-

Komunikasi publik berorientasi kepada si pembicara ses oleh golongan-golongan tertentu saja yang nota- atau sumber. Sedangkan pada komunikasi interpersonal bene merupakan komunitasnya.

dan kelompok kecil terdapat hubungan timbal balik di Kebijakan Penyediaan Informasi Publik

antara si pembicara dengan si penerima yang terlibat. Howlett dan Ramesh (1995:153) mendefinisikan

Pada komunikasi organisasi publik, si pembicara men- implementasi sebagai langkah pelaksanaan kebijakan dominasi hubungan. setelah suatu kebijakan ditetapkan. Secara lebih rinci

Pada komunikasi publik melibatkan sejumlah besar dinyatakan, “setelah suatu masalah publik diangkat penerima tetapi pada komunikasi intepesonal biasanya menjadi agenda kebijakan, beberapa alternatif pem- hanya 2 orang dan komunikasi kelompok kecil tidak ecahan masalah telah diajukan, dan setelah ditetapkan lebih 5 – 7 orang penerima. satu diantara beberapa alternatif tersebut, maka langkah

Pada komunikasi publik kurang terdapat interaksi berikutnya tinggal melaksanakan keputusan yang telah antara si pembicara dengan pendengar. Hal ini men- diambil. Langkah pelaksanaan inilah yang disebut seb- jadikan kurangnya interksi secara langsung antara si agai langkah implementasi kebijakan, yang merupakan pembicara dengan si pendengar lebih-lebih bila pen- bagian dari siklus kebijakan.”

dengarnya makin banyak.

Fredrickson (1994:20) menyatakan kebijakan seb- Bahasa yang digunakan dalam komunikasi public agai suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang lebih umum supaya dapat dipahami oleh pendengar.Tu- diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah juan umum dari komunikasi public adalah untuk mem- dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya beri informasi kepada sejumlah besar orang mengenai hambatan-hambatan tertentu sambil mencari peluang- organisasi misalnya mengenai aktivitas-aktivitas or- peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasa- ganisasi dan hasil produksi organisasi. Selain itu komu- ran yang diinginkan. Sedangkan komponen-komponen nikasi publik juga bertujuan untuk menjalin hubungan dalam kebijakan tersebut adalah: (1) kebijakan publik, antara organisasi dengan masyarakat di luar organisasi. (2) tuntutan kebijakan, (3) keputusan kebijakan, (4) Tujuan-tujuan tersebut berhubungan satu sama lain dan pernyataan kebijakan, dan (5) hasil kebijakan. Wibawa sulit untuk dipisahkan. dkk. (1994) menambahkan bahwa keseluruhan peneta-

Menurut Dwijowijoto (2004) komunikasi penting pan kebijakan baru bisa mulai apabila tujuan dan sasa- bagi organisasi pemerintah karena kedudukan pemer- ran yang semula bersifat umum telah diperinci, program intah sebagai institusi yang memegang wewenang “pe- telah dirancang dan juga sejumlah dana telah dialoka- maksa” kepada masyarakat dalam menciptakan tata sikan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran tersebut.

kehidupan yang berkeadilan dan berperikemanusiaan. Kebijakan layanan informasi secara konseptual Namun demikian, tradisi sistem demokrasi menga- merupakan upaya menjalankan tugas layanan menye- manatkan fungsi penyeimbang melalui penyediaan

WACANA Volume XIV No. 4. November 2015, Hlm. 297 - 400

sistem komunikasi publik yang terbuka. Sistem yang Dokumen yang terkumpul berupa: (a) surat keputu- memungkinkan pertukaran informasi publik, sehingga san di tingkat pemerintah pusat dalam bentuk instruksi dapat berlangsung dialektika dalam menemukan kesa- Presiden, keputusan Presiden, ataupun surat keputusan maan visi dan kepentingan (Perini, 2006).

Menteri yang berkaitan dengan kebijakan penyediaan informasi pemerintah, (b) manuskrip atau transkrip

Pendekatan dan Metode Penelitian

pertemuan dan laporan tertulis lainnya, serta dokumen Metode kajian menggunakan studi kasus untuk yang dimiliki oleh lembaga pemerintah di lokasi kajian, mendapatkan uraian dan penjelasan komprehesif men- (c) dokumen administrasi, misalnya proposal, laporan genai berbagai aspek seorang individu, suatu kelom- kemajuan dan dokumen intern lainnya yang dimiliki pok, suatu komunitas, atau suatu situasi sosial. Menu- lembaga pemerintah di lokasi kajian, (d) hasil kajian rut Arifin (1994) sifat metode yang berorientasi kasus atau evaluasi resmi terhadap subjek kajian dan (e) klip- adalah holistik.

ing berita, artikel di media massa, dan surat pembaca Metode ini menganggap kasus sebagai entitas menye- yang berkaitan dengan penerapan kebijakan penye- luruh dan bukan sebagai kumpulan bagian-bagian. Jadi diaan informasi pemerintah. Hal itu dilakukan sesuai hubungan antara bagian-bagian dalam keseluruhan itu dengan panduan yang diberikan oleh Moleong (1994) dipahami dalam konteks keseluruhan dan yang kedua atau Yin (1993). juga dipahami sebagai perkiraan. Studi kasus yang di-

Rekaman Arsip (Yin, 1993) yang berupa (a) data pen- gunakan adalah studi kasus partikularistik, artinya studi gakses atau pengguna kebijakan penyediaan informasi kasus yang dilakukan berfokus pada situasi, kejadian, pemerintah selama kajian dilakukan, yang didapatkan program atau fenomena. Pendekatan kajian ini meng- dari sumber sekunder, (b) bagan organisasi, anggaran gunakan studi kasus (case study), yakni inkuiri empiris organisasi pengelola kebijakan penyediaan informasi dengan memanfaatkan multisumber bukti.

pemerintah, (c) peta dan karakteristik geografis lokasi Dari awal penjajagan yang luas peneliti menuju lebih kajian yang didapatkan dari sumber sekunder, (d) daftar

terarah ke pengumpulan data dan analisa beberapa hal nama stakeholders sebagai acuan dasar untuk penelu- yang perlu diperhatikan menurut Bogdan dan Biklen rusan data yang didapatkan dari setiap pelaksana lay- (1990: 78-80) adalah informan penting, yakni orang- anan, (e) data survei atau sensus yang berkaitan dengan orang yang mempunyai pemahaman mendalam men- proses kebijakan penyediaan informasi pemerintah; (f) genai apa yang terjadi, sampling waktu, yang sangat catatan harian, daftar kontak personal kebijakan penye- berkaitan dengan ketersediaan dokumen dan data pen- diaan informasi pemerintah didapatkan ketika menelu- dukung lain.

suri data yang ada melalui wawancara. Subyek Penelitian

Wawancara diarahkan untuk mengungkap kebijakan Lokasi kajian dilakukan di lingkungan Pemerintah dan persepsi para birokrat pelaksana layanan dan pen- Kota Malang dan Pemerintah Kota Kediri Adapun lem- gambil keputusan sekaligus mencari tahu tentang pola baga pemerintah yang akan diteliti, lihat tabel 1.

koordinasikerja sama antarlembaga publik; pola jar- ingan hubungan antar stakeholders, termasuk jaringan-

Teknik Pengumpulan Data

nya terhadap kalangan akademisi dan media massa. Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini meng-

Pengamatan langsung (Yin, 1993:112-113) dilakukan gunakan teknik dokumentasi dan wawancara. Berbagai dengan cara mendatangi lokasi pelayanan publik dan jenis dan sumber data yang dikumpulkan untuk men- mengamati prosedur pelayanan. Data yang dikumpul- jawab permasalahan penelitian ini dapat dikelompok- kan dan dicatat berupa perilaku pelayanan, kondisi ban- kan menjadi enam kategori (Yin, 1993).

gunan, dukungan sarana dan prasarana serta jaringan

Tabel 1. Sumber Data dan Lokasi Kajian

Lembaga

Alasan

Humas Pemerintah Kota • menjadi pelayan informasi dan garda depan hubungan dengan

media massa

Dinas Kominfo/Badan Kominfo • menjadi pelaksana dan regulator yang berkaitan dengan kebi-

jakan komunikasi dan informasi

Winda Hardyanti , KONSEP BEST PRACTICES IMPLEMENTASI U.

infrastruktur yang digunakan dalam melayani publik, kehumasan dan pemberitaan pemerintah kota daerah. dan foto dokumentasi kegiatan pelayanan publik.

Termasuk penyusunan dan penyediaan naskah sambu- (5) Perangkat fisik berupa peralatan teknologi tan walikota dan wakil walikota. informasi dan komunikasi yang digunakan dalam Berdasarkan Peraturan Walikota Malang Nomor 44 melakukan pelayanan ataupun untuk mengakses pelay- Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan anan publik, seperti komputer, dan teknologi seluler Tata Kerja Sekretariat Daerah, Bagian Humas Kota (Yin, 1993:117-118) juga merupakan hal-hal yang dia- Malang, Bagian Humas juga menangani pelayanan mati dan dicatat oleh peneliti. Tujuannya ialah untuk sandi dan telekomunikasi, inventarisasi dan dokumen- memberikan gambaran lebih jelas dan memadai men- tasi kegiatan kepala daerah dan sekretaris daerah serta genai proses kebijakan penyediaan informasi pemerin- pengelolaan dan pengembangan perpustakaan dinas. tah.

Lahirnya UU KIP sebenarnya adalah sebuah lang- kah maju dari suatu negara yang kurang dari 20 tahun

melaksanakan reformasi dan sekaligus menjalankan Teknik analisis data yang digunakan dalam kajian ini demokrasi. Apalagi jika dilihat dari sisi kontennya, adalah analisis model interaktif yang dikembangkan menunjukkan adanya kemauan eksekutif dan legisla- oleh Miles dan Huberman (1992) yang terdiri dari tiga tif untuk membuat badan atau lembaga publik lebih komponen analisis, yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian transparan dan bertanggung jawab dalam menjalankan data, dan (3) menarik kesimpulan. Reduksi data kasar tugas-tugasnya. Konsekuensinya penguatan bidang dilakukan secara terus-menerus selama proses kajian kesekretariatan sebagai bidang yang menangani do- berlangsung. Selanjutnya, dibuatkan ringkasan data kumentasi dan kearsipan secara eksplisit mendapat dan dilakukan pengodean (coding) berdasarkan tema perhatian yang lebih besar. Dikatakan demikian, se- penting atau pola yang ditemukan sebagai bahan rekon- bab data informasi yang akan disebarluaskan kepada struksi data kasus (Moleong, 1994). Jadi setelah data publik berada di bidang ini. Meskipun demikian, UU diperoleh peneliti akan melakukan pemilahan data den- KIP bukannya tidak memiliki kelemahan. Paling tidak gan melakukan reduksi bagian-bagian yang sesuai den- terdapat dua sisi kelemahan, yaitu sisi substansial dan gan pertanyaan penelitian lalu peneliti akan melakukan implementatif. analisis terhadap data dan menarik kesimpulan dengan

Teknik Analisis Data

Di pemerintah Kota Malang, pemahaman terhadap mengaitkan pada teori atau konsep yang sudah tersedia. keterbukaan informasi publik sudah cukup bagus. Hal Penyajian data dilakukan dengan cara mengorgan- ini terbukti dengan pemahaman narasumber bahwa isasikan dan mendokumentasikan data yang terkumpul suatu undang-undang yang terbit intinya memberikan (Yin, 1993). Data yang tersusun itu kemudian diamati kesempatan kepada publik memanfaatkan memperoleh untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian-ba- informasi seluas-luasnya tentang pemerintah sesuai ko- gian yang merupakan kecenderungan umum. Selanjut- ridor yang berlaku. Dalam KIP terdapat hak masing- nya, informasi yang ditemukan ditata dan diklasifikasi masing baik publik atau badan publik. Di Kota Malang, serta digabungkan sehingga padu dan bersistem berupa pembentukan PPID diawali pada 19 November 2010 paparan naratif, tabel, dan gambar. Penyajian data se- yang ditandai dengan adanya Peraturan Wali Kota No cara naratif menggunakan kutipan langsung ataupun ti-

50 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelayanan Infor- dak langsung. Kutipan langsung yang perlu diperjelas, masi Publik. PPID terbentuk pertama kali pada bulan dijelaskan sesuai dengan konteksnya.

Mei 2011. Jumlah anggota disesuaikan dengan seluruh SKPD yang ada, yakni ada 48 anggota.

Hasil dan Pembahasan

Sistem tupoksi PPID meliputi pembagian tugas Selain Dinas Kominfo, layanan informasi juga dis- pelaksanaan keterbukaan informasi publik terbagi elenggarakan oleh Bagian Hubungan Masyarakat dalam PPID kota yang dipimpin oleh Kepala Dinas In- Sekretariat Kota Malang, Visi layanan humas adalah fokom (ex officio), PPID satuan pendidikan (diknas), Terjalinnya Kemitraan Pemerintah Kota Malang yang PPID BUMD,dan dibawahnya ada PPID pembantu Harmonis, Luas dan Mantap. Akses situs layanan in- (melaksanakan layanan dan informasi di wilayah kerja

formasi mengenai bidang kehumasan diakses dalam masing-masing). Keberadaan Bagian Humas Pemkot http://humas.malangkota.go.id/. Sesuai dengan Per- merupakan PPID pembantu di lingkungan sekretari- aturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Organisasi at kota Malang. Program-program PPID melakukan dan Tata Kerja Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan pengembangan website, memuat informasi yang wajib Perwakilan Rakyat Daerah Dan Staf Ahli melaksanakan diumumkan secara berkala, ditampilkan pada masing-

WACANA Volume XIV No. 4. November 2015, Hlm. 297 - 400

masing subdomain. Narasumber mengakui saat ini kabupaten di Jawa Timur juga mulai mensosialisasikan pengelolaan website pemerintah kota ditangani lang- UU ini. Kota Kediri sebagai salah satu kota di Jawa sung oleh Badan Informasi Publik. Selain program Timur pun menyambut baik kebijakan menerapkan UU website, juga ada sosialisasi ke lingkungan masyarakat Keterbukaan Informasi Publik no.14/2008 tersebut. kelurahan, mahasiswa, keluarga sadar hukum dilaku-

Ada sejumlah saluran yang digunakan untuk mem- kan sosialisasi UU KIP. Bentuk sosialisasinya dalam fasilitasi keterbukaan informasi publik di Kota Kediri. bentuk diseminasi langsung ke masyarakat dan diun- Diantaranya ada program SURGA (Suara Warga), web- dang ke Dinas Kominfo. Masyarakat awalnya hanya site pemerintah www.kedirikota.go.id, tabloid Humas mengerti secara sepintas bahwa mereka berhak untuk Pemkot Kediri, Majalah Barometer Kota Kediri dan dapat semua informasi, padahal berdasar UU KIP ada Radio Internal Pemkot Kediri. batasan-batasan.

Awal tahun 2009, perwakilan Pemkot Kediri mengi- Sasaran utama layanan keterbukaan informasi pub- kuti sosialisasi UU KIP di Jawa Timur. Namun mutasi lik adalah badan publik, karena diminta tidak diminta jabatan yang sering terjadi menyebabkan implementasi badan publik harus menyampaikan informasi pada UU ini tidak optimal. Petugas yang ditugaskan mengi- publik. Sedangkan sasaran kedua adalah masyarakat. kuti sosialisasi PPID mengalami proses mutasi. Akibat- Dalam melakukan pelayanan publik Bidang Informasi nya, transfer knowledge tidak berjalan secara maksi- Publik tidak menempatkan staf secara khusus, melain- mal. Pada waktu itu Pemkot Kediri mendisposisikan kan melibatkan seluruh staf secara bergantian sebagai tugas pengawalan UU KIP ini ke Dishubkominfo. Na- petugas Desk Layanan.

mun proses hingga tahun 2014, implementasi UU KIP Hambatan yang muncul dalam pelaksanaan UU KIP ini tidak berjalan maksimal. adalah dalam hal penyiapan SDM PPID, secara struk-

Akhirnya sejak 2014, Humas Pemkot berinisiatif un- tural dijabat oleh pejabat yang secara fungsi menan- tuk mengambil alih pelaksanaan UU KIP ini. Meski gani informasi, namun dalam aplikasinya pada pelay- tanpa payung hukum berupa SK atau Perda, Humas anan desk layanan informasi publik yang disediakan Pemkot menginisiasi untuk mensinergikan keterbukaan oleh Pemkot Malang, tidak terdapat petugas khusus. informasi publik ini dengan program-program humas. Meskipun help desk sudah ada, namun petugas yang Jika pada umumnya program humas adalah program bertanggungjawab secara khusus belum ada. Meski- yang berkaitan dengan komunikasi internal instansi pun demikian sosialiasai (pelatihan) tentang KIP sudah maka sesuai UU KIP ini, maka keterbukaan informasi dilakukan, sosialisasi diadakan dengan mengundang publik ini perlu direalisasikan secara lebih efektif. langsung perwakilan masyarakat seperti dari LSM, per-

Dishubkominfo Kota Kediri seharusnya menjadi angkat desa dan unsur-unsur masyarakat lainnya.

leading sector dalam penerapan UU ini. Namun karena Hambatan lainnya adalah terjadinya tumpang tindih beberapa faktor, keterlibatan Dishubkominfo tidak op- pembagian peran antara badan informasi publik dan timal. Salah satu yang menjadi kelemahan dalam im- humas pemkot. Hal ini terjadi karena kurangnya koor- plementasi UU KIP adalah tidak adanya Badan Infor- dinasi dengan humas pemkot. Misalnya dalam pengelo- masi Publik yang mengatur secara khusus dan menjadi laan content web, Kepala BIP memahami bahwa humas koordinator PPID dari seluruh satuan kerja. Di semua hanya mengurus kegiatan walikota dan BIP mengup- dinas di lingkup pemkot Kediri masing-masing telah load content informasi secara keseluruhan. Setiap ta- memiliki PPID, meski tidak semuanya memiliki petu- hun, BIP mengadakan lima kali sosialisasi program gas khusus. Di Bagian Humas misalnya, petugas yang yang memiliki tema. Misal terkait informasi publik ten- menjabat dan memiliki wewenang mirip PPID adalah tang narkoba, HIV Aids dan BPJS. Ada kalanya sosia- kasubag pelayanan media dan informasi. Kasubag ini lisasi semacam ini juga dilakukan oleh humas pemkot. menjadi garda terdepan jika ada keluhan dari masyara-

Mengingat evaluasi terhadap kebijakan yang tertu- kat atau ada kebutuhan untuk penyampaian informasi ang dalam undang-undang ini penting untuk dilakukan, ke publik. Humas Pemkot memiliki sejumlah program maka berdasarkan hasil kajian di Kota Kediri, ditemu- yang diakui merupakan cara untuk mewujudkan ket- kan sejumlah fakta menarik terkait dengan implemen- erbukaan informasi kepada publik. Program-program

tasi UU Keterbukaan Informasi Publik. UU Keterbu- tersebut diantaranya adalah:

kaan Informasi Publik no 14/2208 yang dikenal dengan Program SURGA (Suara Warga) UU KIP telah mulai diterapkan semenjak UU tersebut

Program SURGA ini adalah semacam aplikasi terpa- disahkan. Sekitar tahun 2009, sejumlah kota dan kabu- du yang bisa dipasang melalui android dan bisa diak- paten di Indonesia tak terkecuali pemerintah kota dan ses melalui internet dan SMS. Jadi warga yang ingin

Winda Hardyanti , KONSEP BEST PRACTICES IMPLEMENTASI U.

menyampaikan keluhan bisa langsung memanfaatkan Mojoroto pada tanggal 25 Februari 2015. Selanjutnya aplikasi ini untuk menyampaikan aspirasinya. Aplikasi Kopitahu bergeser ke timur menuju Kelurahan Dan- ini tersambung ke seluruh SKPD, jadi apabila ada kelu- dangan dan Kelurahan Jamsaren. Begitu seterusny ber- han yang terkait dengan salah satu SKPD bisa langsung gilir dari kelurahan ke kelurahan. dihubungkan oleh humas dan ditangani dengan efek-

Kopitahu Mas Abu ini diadakan sebulan dua kali. tif oleh SKPD tersebut. Menariknya, aplikasi SURGA Waktunya pun tidak pasti, insidental namun secara rutin ini juga terhubung langsung dengan walikota. Jika 1 dilaksanakan setiap bulan. Program ini diadakan secara x 24 jam, keluhan tidak diatasi oleh SKPD yang ber- bergilir di masing-masing kelurahan. Walikota akan sangkutan maka arsip keluhan tersebut akan terhubung menentukan waktu kapan Kopitahu ini dilaksanakan. langsung secara otomatis bisa dipantau langsung oleh Biasanya ketika aktivitas walikota lebih longgar, maka walikota.

H-1 walikota akan menyiapkan tim untuk mengadakan Oleh karena itu meski tidak semua satker memiliki Kopitahu. Selain mendengarkan keluhan dan aspirasi PPID khusus, namun tugas PPID diemban langsung dari warga, program ini juga dimanfaatkan untuk men- oleh bagian kesekretariatan. Jika di humas petugas mi- sosialisasikan informasi publik sekaligus sosialiasi pro- rip PPID ini diemban oleh kasubbag pelayanan media gram pemerintah. dan informasi, namun jika di SKPD lain akan diemban

Sosialisasi melalui Web, Tabloid, Majalah Internal oleh kesekretariatan atau jika tidak ada kesekretariatan “Barometer”, dan Radio maka otomatis wewenang ini ada pada kasubag Tata

Dalam menjalankan fungsi penyediaan informasi bagi Usaha. Bahkan tak jarang, masyarakat langsung men- masyarakat, Kota Kediri juga memiliki www.kediriko- datangi kantor humas untuk meminta informasi atau ta.go.id sebagai portal informasi kegiatan pemerintah memberikan keluhan dan aspirasinya.

Kota Kediri. Portal ini menjadi pusat informasi secara Berdasarkan UU KIP No. 14/2008 tentang Keterbu- online Pemerintahan Kota Kediri. Di dalamnya ter- kaan Informasi Publik bahwa setiap informasi publik dapat : (1)Informasi kegiatan pemerintahan yang selalu bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap peng- diupdate setiap hari. (2) Informasi harga barang kebutu- guna informasi publik dan setiap informasi publik ha- han pokok dan cuaca. (3)Profil Kota dan Pemerintahan rus dapat diperoleh setiap pemohon informasi publik Kota Kediri. (4)LPSE, layanan lelang elektronik . (5) dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan cara Informasi kegiatan pemerintah dan sosialisasi program sederhana. Pemkot Kediri melalui program SURGA ini pemerintah kota. (6) fitur SURGA (Suara Warga). (7) berupaya untuk mewujudkan layanan informasi yang fitur Prodamas. (8)fitur berita terkait ekonomi, pemuda, cepat, tepat waktu, berbiaya ringan serta sederhana.

kesehatan, tenaga kerja, pendidikan. Kota Kediri juga menerbitkan Tabloid secara rutin

Kopitahu Mas Abu

sebulan sekali dan majalah internal bernama Barometer Salah satu program Kota Kediri dalam memfasilitasi yang terbit setiap tiga bulan sekali. Selain itu juga me- layanan keterbukaan informasi publik adalah melalui miliki radio pemerintah. Informasi publik secara rutin program Kopitahu. Program Kopitahu adalah semacam juga disampaikan melalui tabloid, web, majalah dan ra- forum sarasehan insidental yang diadakan oleh Wa- dio. Misal jika ada penurunan jumlah keluhan/aspirasi likota. Kopitahu diambil dari filosofi kopi yaitu minu- yang masuk baik melalui aplikasi SURGA ataupun man wajib ketika ada acara kumpul-kumpul atau lese- melalui saluran lainnya, Humas akan segera melaku- han dan tahu goreng yang merupakan makanan favorit kan sosialisasi berulang terkait program yang berkaitan warga Kediri karena Kediri terkenal sebagai Kota Tahu. dengan cara mengakses informasi publik. Mas Abu adalah panggilan akrab warga terhadap Wa-

Konsep best practices Penerapan kebijakan keterbu- likota Kediri Abubakar,SE, karena usianya yang relatif kaan informasi publik di Kota Malang dan Kota Kediri muda, maka sesuai kebiasaan masyarakat Kediri yang memang memberi pengaruh yang signifikan terhadap memanggil orang yang lebih muda dengan sebutan pengambilan kebajikan lanjutan yang dilakukan oleh “Mas”, maka sarasehan aspirasi bersama walikota ini pemerintah. Dengan adanya keterbukaan informasi den- diberi nama Kopitahu Mas Abu.

gan publik, masyarakat bisa langsung mengakses infor- Kopitahu merupakan program rutin yang diadakan masi, menyampaikan keluhan dan memperoleh tang- oleh Pemkot Kediri. Walikota Kediri bersama semua gapan atau respon yang serius dari pemerintah secara pimpinan satker mengunjungi warga dan bertukar cepat, tepat dan berbiaya ringan serta sederhana. Hal pikiran menyerap aspirasi masyarakat. Kopitahu ini ini juga mempengaruhi langkah-langkah pemerintah pertama kali diadakan di Kelurahan Pojok Kecamatan dalam pembuatan kebijakan seiring dengan banyaknya

WACANA Volume XIV No. 4. November 2015, Hlm. 297 - 400

masukan dari masyarakat. Menguatnya transparansi dapat disebutkan bahwa, prinsip transparasi paling ti- menjadi salah satu indikasi menguatnya implementasi dak dapat diukur melalui sejumlah indikator seperti : good governance di lembaga yang bersangkutan.

a. mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan Untuk mengetahui best practices dalam implemen- standarisasi dari semua proses-proses pelayanan publik tasi keterbukaan informasi publik ini maka perlu dipa-

b. mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertan- hami terlebih dahulu implementasi transparansi publik, yaan publik tentang berbagai kebijakan dan pelayanan implementasi akuntabilitas dan implementasi partisi- publik, maupun proses-proses didalam sektor publik. pasi publik. Pada dasarnya transparansi adalah prinsip

c. mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang penyebaran informasi maupun penyimpangan tindakan untuk memperoleh informasi tentang penyelengga- aparat publik didalam kegiatan melayani raan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan,

Implementasi akuntabilitas meliputi bagaimana se- proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil- buah instansi memahami adanya mekanisme pertang- hasil yang dicapai. Transparansi berarti ada kebijakan gungjawaban publik secara reguler. Dalam instansi terbuka bagi pengawasan. Keterbukaan informasi di- pemerintah, selama ini pertanggung jawaban publik harapkan akan menghasilkan persaingan politik yang terbatas pada pertanggungjawaban keuangan di akhir sehat, toleran, dan kebijakan dibuat berdasarkan pada masa anggaran. Padahal implementasi akuntabilitas preferensi publik. Prinsip ini memiliki 2 aspek, yaitu membutuhkan adanya mekanisme di tengah program (1) komunikasi publik oleh pemerintah, dan (2) hak seperti misalnya ada masukan (feed-back) dari ma- masyarakat terhadap akses informasi.

syarakat dan adanya mekanisme pelaporan reguler Loina Lalolo Krina dalam bukunya mengatakan (bulanan) yang disampaikan kepada masayarakat baik prinsip-prinsip transparansi itu sangat sulit dilakukan secara langsung maupun melalui media. Berikutnya jika pemerintah tidak menangani dengan baik kiner- adalah adanya mekanisme penanganan pengaduan dan janya. Manajemen kinerja yang baik adalah titik awal keluhan dan adanya komitmen untuk menangani pen- dari transparansi. Komunikasi publik menuntut usaha gaduan dan keluhan tersebut berdasarkan waktu yang afirmatif dari pemerintah untuk membuka dan mendis- telah disepakati secara efektif. eminasi informasi maupun aktivitasnya yang relevan.

Implementasi partisipasi publik perlu dilibatkan tidak Transparansi harus seimbang dengan kebutuhan akan hanya ketika mereka menjadi “konsumen akhir” dari kerahasiaan lembaga maupun informasi-informasi sebuah program. Namun masyarakat dilibatkan mulai yang mempengaruhi hak privasi individu. Karena dari tahapan perencanaan, pelaksanaan dan pemantau- pemerintahan menghasilkan data dalam jumlah besar, an suatu program. Hal ini dilakukan agar masyarakat maka dibutuhkan petugas informasi professional, bu- bisa merasa terlibat langsung, dan merasa memiliki kan untuk membuat dalih atas keputusan pemerintah, program tersebut. Mekanisme kontrol yang dilakukan tetapi untuk menyebarluaskan keputusankeputusan pun akan lebih efektif. yang penting kepada masyarakat serta menjelaskan ala-

Dalam implementasi UU KIP no 14/2008 di Kota san dari setiap kebiijakan tersebut. (Krina,2003:39)

Malang, konsep best practice yang mereka terapkan Peran media juga sangat penting bagi transparansi adalah pemahaman terhadap UU KIP no 14/2008 men- pemerintah, baik sebagai sebuah kesempatan untuk jadi salah satu hal yang sangat penting untuk dimiliki. berkomunikasi pada publik maupun menjelaskan ber- Dengan pemahaman yang memadai terkait dengan bagai informasi yang relevan, juga sebagai “watchdog” keterbukaan informasi publik, memudahkan pejabat atas berbagai aksi pemerintah dan perilaku menyim- pengelola tahu apa yang harus dilakukan dan paham pang dari para aparat birokrasi. Jelas, media tidak akan apa yang tidak boleh dilakukan. Mereka pun mampu dapat melakukan tugas ini tanpa adanya kebebasan memilah mana informasi yang boleh diketahui publik pers, bebas dari intervensi pemerintah maupun penga- dan mana yang tidak boleh. Pemahaman holistik men- ruh kepentingan bisnis.

jadi salah satu kunci yang dimiliki oleh Dinas Kominfo Keterbukaan membawa konsekuensi adanya kontrol Kota Malang dalam menerapkan UU ini di lingkungan yang berlebih-lebihan dari masyarakat dan bahkan oleh instansinya. Hal ini terlihat dalam program-program media massa. Karena itu, kewajiban akan keterbukaan PPID di Kota Malang yang sudah disusun, diantaranya harus diimbangi dengan nilai pembatasan, yang men- adalah melakukan pengembangan website, dan memuat cakup kriteria yang jelas dari para aparat publik ten- informasi yang wajib diumumkan secara berkala. In- tang jenis informasi apa saja yang mereka berikan dan formasi ini ditampilkan dalam bentuk subdomain dan pada siapa informasi tersebut diberikan. Secara ringkas memiliki subdomain masing-masing. Selain program

Winda Hardyanti , KONSEP BEST PRACTICES IMPLEMENTASI U.

website, juga ada sosialisasi ke lingkungan masyarakat kelurahan, mahasiswa, keluarga sadar hukum dilaku- kan sosialisasi UU KIP. Bentuk sosialisasinya adalah berupa diseminasi langsung ke masyarakat. Masyara- kat datang ke acara sosialisasi tersebut atas undangan Kominfo.

Subjek penelitian paham bahwa ada batasan-batasan terkait informasi publik yang harus diekspose atau ti- dak, masyarakat yang awalnya hanya mengerti secara sepintas bahwa mereka berhak untuk dapat semua in- formasi, padahal berdasar UU KIP ada batasan-batasan. Legalitas pelaksanaan program di Kota Malang pun su- dah memadai. Ada SK dan perda yang ditetapkan dan dijalankan oleh petugas yang mendapat amanah terse- but. Secara payung hukum dan legal formal, pelaksa- naan UU KIP di Kota Malang relatif tidak ada kendala.

Dari sisi implementasi partisipasi publik, Pemkot Malang melibatkan perwakilan masyarakat dari mas- ing-masing kecamatan dan juga unsur masyarakat dari LSM untuk ikut terlibat dalam manajemen program, dalam hal ini program yang berkaitan dengan keter- bukaan informasi publik. Meskipun tidak melibatkan tokoh akademisi, namun indikasi adanya keterlibatan unsur masyarakat ini menjadi satu poin penting dalam implementasi partisipasi publik. Sedangkan dalam hal implementasi akuntabilitas, ada saluran untuk penan- ganan pengaduan dan keluhan publik. Di Kota Malang, mekanisme penanganan keluhan berlaku dalam tujuh hari kerja. Mereka juga secara pro aktif menyampai- kan informasi publik melalui saluran komunikasi yang dimiliki, seperti melalui website, majalah, maupun me- lalui desk layanan informasi.