Fase Kehidupan Dunia yang Sementara

  

KHOTBAH JUMAT

Fase Kehidupan Dunia yang Sementara

هلسسسرأ .هسسلك نيدسسلا ىلع هرسسهظيل قسسحلا نيدو ىدسسهلاب هلوسسسر لسسسرأ ىذسسلا ه دسدحلا نا

كيرسسش ل هدسسحو ل لا هلا ل نا دهشأ .اريند اجارسو هنذاب ل ىلا ايعادو اريذنو اريشب

مهللا .اردسسق ةيربلا عفرا .هلوسر و هدبع اددحد نا دهشاو .أرخذ هئاقلل اهدعا ةداهش .هل

.دسسعب اسسدأ .اريسسثك اديلسسست ملسسسو هباحسسصأو هسسلأ ىلعو ددحد انديس ىلع كرابو ملسو لص

  

ِلا َوسسْدَ ْلا يِف ٌرُثاسسَكَت َو ْمُكَنْيَب ٌرُخاسسَفَت َو ٌةَني ِز َو ٌوْهَل َو ٌبِعَل اَيْنُدلا ُةاَي َحْلا اَدَنَأ اوُدَلْعاسانلا اهيأايف

يِف َو ۖ اسسًداَطُح ُنوسسُكَي َمُث ا ًًرَف ْسسصُد ُها َرسسَتَف ُجيِهَي َمُث ُهسسُتاَبَن َراَفُكْلا َبَجْعَأ ٍثْيَغ ِلسسَثَدَك ۖ ِد َل ْوَ ْلا َو

ِروُرُغْلا ُعاَتَد َلِإ اَيْنُدلا ُةاَي َحْلا اَد َو ۚ ٌنا َو ْض ِر َو ِ َل َنِد ٌة َرِف ْغَد َو ٌديِدَش ٌباَذَع ِة َرِخ ْلا

  Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah Marilah kita bersama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Yang Maha Kuasa dengan mementingkan segala perintah-Nya dan mengalahkan urusan dunia. Sungguh urusan dunia itu hanyalah bersifat sementara.

  

ۖ ِد َل ْوَ ْلا َو ِلا َوسسْدَ ْلا يِف ٌرُثاسسَكَت َو ْمُكَنْيَب ٌرُخاسسَفَت َو ٌةسسَني ِز َو ٌوسسْهَل َو ٌبِعَل اَيْنُدسسلا ُةاسسَيَحْلا اسسَدَنَأ اوُدَلْعا

ٌباَذسسَع ِة َرِخ ْلا يِف َو ۖ اًداَطُح ُنوُكَي َمُث ا ًًرَفْصُد ُها َرَتَف ُجيِهَي َمُث ُهُتاَبَن َراَفُكْلا َب َجْعَأ ٍثْيَغ ِلَثَدَك

ِروُرُغْلا ُعاَتَد َلِإ اَيْنُدلا ُةاَي َحْلا اَد َو ۚ ٌنا َو ْض ِر َو ِ َل َنِد ٌة َرِف ْغَد َو ٌديِدَش

  

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang

melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan

tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan

para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian

menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta

keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

  Imam Najmuddin an-Nasafi menafsirkan bahwa setiap fase kehidupan tersebut akan dilalui oleh manusia selama delapan tahun.

  Pertama La'ibun secara bahasa berarti sebuah permainan. Permainan merupakan kata yang menunjuk pada tidak adanya keseriusan. Dalam bahasa Indonesia keseharian 'mainan' adalah anonim dari 'beneran'. Dengan kata lain, bahwa kehidupan di dunia ini bukanlah sesuatu yang beneran, tapi hanya bohongan. Rumah di dunia adalah rumah-rumahan, kawin di dunia adalah kawin-kawinan dan begitulah seterusnya.

  Jika diterapkan penafsiran Imam Najmuddin dalam ayat ini, maka fase la'ibun ada fase pertama dari kehidupan manusia selama berumur 1-8 tahun yang berisikan permainan. Lihat saja anak-anak kita yang tidak terlalu banyak berpikir dalam usia tersebut. Bahkan begitu pentingnya permainan hingga diciptakanlah berbagai macam kelompok bermain (playgroup). Hal ini persis dengan apa yang dikatakan oleh Imam ar-Razi dalam tafsirnya Mafatihul Ghaib, bahwa la'ibun merupakan karakter anak-anak yang tidak pernah memikirkan manfaat dari apa yang dilakukannya, karena semua itu hanya sekedar permainan. Jama'ah Jum'ah Rahimakumullah Kedua lahwun adalah sifat lalai yang terdapat dalam diri manusia, lalai karena tidak terbiasa berpikir panjang atau sengaja tidak mau berpikir panjang. Apa yang dilakukan selalu menurut tuntutan hawa nafsu. Tawuran, kebut-kebutan semua dilakukan tanpa ada pertimbangan, asal hati senang maka kakipun melangkah. Inilah sifat yang melanda anak manusia dalam fase kedua kehidupannya, ketika remaja berumur 9-16 tahun. Ketiga zinatun, bahwa dunia ini adalah perhiasan semata. Dunia seisinya tidak lebih dari asesoris kehidupan. Imam ar-Razi mengatakan bahwa fase ini banyak menerpa kaum hawa. Ketika umur telah mulai menginjak tujuh belas tahu, maka mulailah perempuan itu menyadari akan keperempuanannya. Mulailah apa yang disebut dengan masa kedewasaan. Diantara tanda-tandanya adalah berlama-lama di depan kaca. Mematut muka, merias diri, memperbesar apa yang sekiranya masih kecil dan berusaha memperbesarkannya.

  Begitu juga dengan masalah penampilan, fase kehidupan ini (17-24 tahun), anak manusia selalu ingin tampil mengagumkan. Motor harus ada, HP harus seri terbaru, kuliah harus diperguruan tinggi. Padahal jika dipikir lebih dalam, semua tuntutan itu hanya semakin menjauh dari subtansi kehidupan. Tidak peduli pengetahuan yang didapat, yang penting universitas yang terkenal. Tidak peduli dengan pantas atau tidak yang penting tampil keren dan mempesona. Sungguh semua itu adalah dalil betapa kehidupan dunia ini adalah asesoris belaka. Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah Keempat, tafakhurun baynakum artinya dunia menjadi tempat untuk saling bermegah- megahan, dunia menjadi media saling menyombongkan diri, atau dalam bahasa jawa disebut 'anggak-anggakan'. Baik saling menyombongan kepunyaan maupun ke'turunan'. Biasanya dalam fase ini antara umur 25-32 tahun anak manusia mulai mencari jati dirinya. Dalam pencarian itulah ada kalanya dia membanggakan nasabnya, atau membanggakan milik ayahnya hanya sekedar ingin terlihat lebih di antara sesama.

  Kelima takatsurun fil amwal, bahwa dunia ini adalah tempat memperbanyak harta dan keturunan. Inilah puncak dari fase kehidupan manusia ketika berumur 33 tahun dan seterusnya. Pada saat-saat inilah kita melihat semangat yang menggebu dalam diri manusia untuk berbisnis menumpuk harta Bahkan juga masa memanjakan anak dan keluarga. Maka janganlah heran jika para koruptor itu didominasi oleh orang orang muda yang ingin menumpuk harta.

  Keenam takatsurun fil aulad, fase ini merupakan kelanjutan dari fase sebelumnya. Jika menuruti pendapat Iman Najmuddin an-Nasafi, maka umur empat puluh ke atas adalah masa yang wajar seseorag mulai memperhatikan kepentingan anak dan cucu-cucunya. Memabanggakan dan terlalu memikirkan kehidupan mereka. Seolah tidak tega jika melihat anak dan cucu itu terlantar hidupnya, maka diteruskanlah fase sebelumnya, sehingga para berkorupsi demi anak cucu dan bernepotisme menjalin jejaring yang kuat untuk mempertahankan kekayaan dan kehidupannya.

  Maka menjadi tidak aneh, ketika kesempatan berkumpul dengan sesama dalam reoni keluarga atau reoni kawan lama yang akan dipertanyakan adalah berapa jumlah anak dan cucunya. Inilah, keadaan hidup di dunia. Jikalau kita tidak sekedar sadar diri niscaya kita akan terhanyut dalam arus yang makin menjauhkan hidup ini dari subtansinya. Semakin tersibukkanlah kita dengan remeh temeh keduniawian yang tidak ada putusnya, dunia bakagikan candu yang tidak mudah dihentikan.

  Hadirin Jama'ah Jum'ah yang Dimuliakan Allah Maka, begitulah remeh temeh perjalanan hidup di dunia dan betapa sebenatarnya kehidupan ini, sehingga ditamsilkan dalam ayat ini bagaikan umur tumbuhan yang tersiram , tumbuh, berbuah lalu hancur tak berbekas.

  اًداَطُح ُنوُكَي َمُث ا ًًرَفْصُد ُها َرَتَف ُجيِهَي َمُث ُهُتاَبَن َراَفُكْلا َبَجْعَأ ٍثْيَغ ِلَثَدَك

seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu

menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.

  Oleh karena itulah sungguh beruntung mereka yang mengerti dan menyadarinya, lalu membenahi langkah dalam kehidupannya.

  

ِمْيِك َحْلاِ رْكذسسلا َو ِتَاسسيلْا َنِد ِهسسْيفِ اسسَدبِ ْمُكاَيإ َو يِنَعَفَن َو ِمْي ِظَعلْا ِنآ ْرسسُقلْا ْيِف ْمُكَل َو ْيِل ُل َك َراسسَب ُمْيِلَعلْا ُعْيِدَسلا َوُه ُهَنإ ُهَت َوَلِت ْمُكْنِد َو يِنِد َلَبَقَت َو Khutbah II

  

ُل َو ُل َلِا َهسسَلِا َل ْنَا ُدَه ْسسشَا َو .ِهسسِناَنِتْدِا َو ِهسسِقْيِف ْوَت َىلَع ُهسسَل ُرْك ُسسشلا َو ِهِنا َسسس ْحِا َىلَع ِه ُدْد َحْلَا

ِلَص َمُهللا .ِهِنا َو ْض ِر َىلِا ىِعاَدلا ُهُل ْوُس َر َو ُهُدْبَع اًدَد َحُد اَنَدِيَس َنَا ُدَهْشَا َو ُهَل َكْي ِرَش َل ُهَد ْح َو

ا ًرْيثِك اًدْيِل ْسَت ْمِلَس َو ِهِباَحْصَا َو ِهِلَا ىَلَعِو ٍدَدَحُد اَنِدِيَس ىَلَع

  

َأَدسسَب ٍرْدَاِب ْمُكَرَدَا ًل َنَا ا ْوُدَلْعا َو ىَهَن اَدَع ا ْوُهَتْنا َو َرَدَا اَدْيِف َلاوُقَتِا ُساَنلا اَهُيَا َايَف ُدْعَب اَدَا

آسسي ىِبَنلا َىلَع َن ْوُل َسسصُي ُهسسَتَكِئ َد َو َل َنِا ىَلَاسسعَت َلاسسَق َو ِه ِسسسْدُقِب ِهِتَكِئ َدِب ىَنسَث َو ِهِسْفَنِب ِهْيِف

ِهسسْيَلَع ُل ىَل َسسص ٍدَدَحُد اَنِدِيَس ىَلَع ِلَص َمُهللا .اًدْيِلْسَت ا ْوُدِلَس َو ِهْيَلَع ا ْوُلَص ا ْوُنَدآ َنْيِذَلا اَهُيَا

ِنَع َمُهًللا َض ْرا َو َنْيِب َرسسَقُدلْا ِةسسَكِئ َد َو َكِل ُسسسُر َو َكِئآيِبْنَا ىَلَع َو ٍدَد َحُد َانِدِي َسسس ِلآ ىَلَع َو ْمِلَس َو

يِعِباسسَت َو َنْيِعِباَتلا َو ِةَباَح َسسصلا ِةَيِقَب ْنَع َو ىِلَع َو ناسسَدْثُع َورَدُع َو ٍرْكَب ىِبَا َنْيِد ِسسشاَرلا ِءاسسَفَلُخلْا

َنْيِدِحا َرسسسلا َم َح ْرَا اسسسَي َكسسسِتَد ْح َرِب ْمُهَعَد اَنَع َض ْرا َو ِنْيِدسسسلا ِم ْوَيىسسسَلِا ٍنا َسسسس ْحِاِب ْمُهَل َنْيِعِباَتلا

  

َمُهللا ِتا َوسسْدَلْا َو ْمُهْنِد ُءآسسي ْحَلَا ِتاَدِل ْسسسُدلْا َو َنْيِدِل ْسسسُدلْا َو ِتاسسَنِد ْؤُدلْا َو َنْيِنِد ْؤسسُدْلِل ْرِف ْغا َمُهللَا

ْنَد ْر ُسسصْنا َو َةَيِد ِح َوُدلْا َكَداسسَبِع ْر ُسسصْنا َو َنْيِك ِر ْسسشُدلْا َو َك ْر ِسسشلا َلِذَأ َو َنْيِدِل ْسسسُدلْا َو َمَلْسِلْا َزِعَا

.ِنْيِدسسلا َم ْوسسَي ىَلِا َكسسِتاَدِلَك ِلسسْعا َو ِنْيِدسسلاَءاَدْعَا ْرِدَد َو َنْيِدِل ْسسسُدلْا َلَذَخ ْنَد ْلُذ ْخا َو َنْيِدلا َرَصَن

اسسَد َو اسسَهْنِد َرسسَهَظ اَد َن َحِدلْا َو ِةَنْتِفلْا َء ْوُس َو َن َحِدلْا َو َل ِزَلَزلا َو َءاَب َولْا َو َءَلَبلْا اَنَع ْعَفْدا َمُهللا

َاسسنِتآ اَنَب َر . َنْيِدَلاَعلْا َب َر اَي ًةَدآع َنْيِدِلْسُدلْا ِناَدْلُبلْا ِرِئاَس َو ًةَصآخ اَيِسْيِنوُدْنِا اَنِدَلَب ْنَع َنَطَب

اسسَنَل ْرسسِف ْغَت ْمَل ْنِا َواَن َسسسُفْنَا اسسَنْدَلَظ اسسَنَب َر . ِراَنلا َباَذَع اَنِق َو ًةَنَسَح ِةَرِخلْا ىِف َو ًةَنَسَح اَيْنُدلا ىِف

ىِذ ِءآسستْيِإ َو ِنا َسسس ْحِلْا َو ِلْدسسَعلْاِب اسسَنُرُدْأَي َل َنِا ! ِلَداَبِع . َنْي ِر ِسسساَخلْا َنِد َنَن ْوسسُكَنَل اسسَنْدَح ْرَت َو

َمْي ِظَعلْا َلاوُرُك ْذا َو َن ْوُرَكَذسسسَت ْمُكَلَعَل ْمُكُظِعَي ي ْغَبلْا َو ِرسسسَكْنُدلْا َو ِءآسسسش ْحَفلْا ِنَع ىَهْنَي َو َىب ْرسسسُقلْا

  ْرَبْكَا ِل ُرْكِذَل َو ْمُك ْد ِزَي ِهِدَعِن َىلَع ُه ْوُرُكْشا َو ْمُك ْرُكْذَي