KAJIAN RLIMPUT LAUT Eucheuma cottonii DAN KHITIN DARI CANGKANG CUMI UNTUK KESEHATAN KULIT DENGAN METODE HISTOLOGI

SEMI NA R NASIO NAL KE- I I : HASIL- HASI L PENELITIAN PERI KANAN DAN KELAUTAN
FAKUŁTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DłPONEGORO
KAJIAN RLIMPUT LAUT Eucheuma cottonii DAN KHITIN DARI CANGKANG CUMI UNTUK
KESEHATAN KULIT DENGAN METODE HISTOLOGI
Delianis Pringgenies, Endang Supriyantini dan Sri Murni
PS. IImu Kelautan, Jurusan Kelautan
Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan, Universitas Diponegoro
E-mail. pringgenies@yahoo. com

Abstrak
Rumput taut Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis bahan alami yang dapat digunakan
untuI‹ kosme!ik. Khitin cangkang comi juga diduga berpotensi sebagai banan baku kosmetik. disamping
berpotensi sebagai antibakteri dan antijamur. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektifitas
serbuk rumput taut (Euchema cottonii) dan serbuk cangkang cumi-cumi (Loligo sp.) terhadap kehalusan
kulit tikus putih betina (Rattus norvegicus) dengan metode histology. Pertakuan yang diujikan adalah
K (tanpa pemberian olesan serbuk E.cottonii dan cangkang Loligo sp.), T1 (serbuk E.cottonii 0,
75gr + cangkang Loligo sp. 0,25gr/hari), T2 (serbuk cangkang Loligo sp. 0,7gr + E.cottonii 0,25
g/hari), T3 (serbuk E.cottonii 0,5gr + cangkang Loligo sp. 0,50g/hari), T 4 (serbuk E. cottonii 1g/hari)
dan T5 (cangkang Loligo sp. 1g/hari). Selanjutnya dilakukan histology dan hasil penelitian dianalisis
secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pengolesan serbuk E.cottonii 1gr/hari terlihat hasil
Iebih halus dan paling baik dari ke lima perlakuan. Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa perlakuan

dengan menggunakan serbuk Euchema cottonii memberikan dampak pada kulit tikus putih (R.norvegicus)
lebih halus dan paling baik dibandingkan dangan perlakuan lainnya. Perlakuan 3 (T3) menggunakan (0,50g
serbuk E.cottonii + 0,50gr serbuk cangkang cumi- cumi (Loligo sp.) memberikan dampak pada kulit tikus
pulih (R.norvegicus) yang paling tidak halus dibandingkan dengan perlakuan yang Iain.
Kata Kunci: Cangkang Loligo sp, E.cottonii, Khitin. Kulit, R.norvegicus

Pendahuluan
Dalam era globalisasi. penggunaan akan kosmetik semal‹in bervariasi dan
meningkat. namun banyak kosmetik yang berdampak iritasi pada kulit sehingga
akan merusak struktur kulit. Maka produk kosmetik yang dari bahan alam
merupakan salah satu pilihan dalam mengatasinya Salah satu bahan kosmetik yang
bermanfaat untuk kulit adalah rumput laut. Rumput laut jenis Eucheuma cottonii
merupakan salah satu jenis bahan alam yang dapat digunakan untuk kosmetik serta
salah satu jenis rumput laut yang mengandung serat tinggi dan kandungan vitamin,
sehingga banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku kosmetik, Ekstrak koloid
dari rumput laut (alginat, agar, dan karagenan) dapat disatukan dengan bahanbahan dalam pembuatan kosmetik. Ekstrak ini memberikan rasa lembut di kulit
sebagai pembentuk emulsi, stabilizer. zat pensuspensi dan pengental Rumput laut
mengandung berbagai vitamin konsentrasi tinggi seperti vitamin D, K, Karotenoid.
vitamin B kompleks dan tokoferol Kandungan polisakarida rumput laut yang tinggi
menunjukkan kerja melembabkan dan kerja higroskopik.

Disisi lain, cangkang cumi
berpotensi sebagai bahan khitin yang
mengandung antibakteri dan antijamur yang berfungsi mencegah infeksi, selain itu
khitin juga berpotensi menghaluskan dan melembabkan kulit. Tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui efektifitas serbuk rumput taut (Eucheuma cottonii) dan
serbuk cangkang cumi-cumi (Loligo sp) dengan kosentrasi yang berbeda terhadap
kulit tikus putih betina (Rattus norvegicus)

Bahan dan Metode
Sampel rumput laut dan cangkang cumi-cumi dikoleksi dari Perairan
Karimunjawa. sampel rumput laut dibawa ke Laboratorium Insiitut Bahan Obat
Alam, Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro Semarang. Sampel rumput
laut dan cangkang cumi-cumi segar yang sudah dikoleksi seberat 5kg
dimasukkan kedalam kantong plastlk untuk selanjutnya dibersihkan dengan
menggunakan air bersih sehingga pasir dan kotoran yang menempel hilang
(Gambar 1) Selanjutnya sampel dikeringkan di udara terbuka dengan sinar
matahari tidak langsung sampai kering selama lebih kurang 3 hari. Kemudian
rumput laut dan cangkang cumi- cumi dihaluskan hingga menjadi serbuk halus.

Gambar 1. Rumput laut (a) dan Cangkang cumi (b)


Hewan uji yang digunakan adalah tikus betina putlh Rattus norvegicus yang berjumlaln
18 ekor dan berumur 2 bulan. Hewan uji dibagi dalam enam kelompok secara acak sehingga
didapatkan jumlah sampel untuk tiap-tiap kelompok sebanyak 3 ekor tikus putih R norvegicus.
T1 : Serbuk E cottoni O,75gr + 0,25gr serbuk cangkang Loligo sp
T2 : Serbuk E. cottoni 0,25gr + 0,75gr serbuk cangkang Loligo sp
T3 : Serbuk E cottoni 0,5Ogr + O,50gr serbuk cangkang Loligo sp
T4 : Serbuk E.cottoni 1 g + 0 serbuk cangkang Loligo sp
T5 : Serbuk E.cottoni 0 g + 1 g serbuk cangkang Loligo sp
K
: Serbuk E.cottoni 0 g+ 0 g serbuk cangkang Loligo sp
Kulit hew an uji yang dip ergun akan ad alah kulit bag ian p erutnya yang dicu kur
samp ai t anpa rambut. Kulit tikus selalu diberihkan sebelum diolesi, dan kulit hewan uji
diolesi serbuk sampel tiap pagi hari sel ama 5 minggu. Selanjutnya kulit tikus yang
bagian diolesi dianalisis d e n g a n m et o d e h i st o l o g i d en g a n m en g g u n a kan a cu an
D i s br e y d an R ac k ( 1 9 7 0 ) . H a si l analisis histologi dianalisis secara diskripsi. Secara
sistematik alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. berikut:

Hasil Dan Pembahasan
H a s i l h i s t o l o g i k u l i t p u n g g u n g t i ku s p u t i h ( R .n o r v e g i c u s ) p a d a s em u a

p e r l a k u a n m em p er li h at kan kul i t pu ng gu ng ti ku s t erd ir i d ar i l api san ep i der m i s d an
l ap i san d erm i s. Hasil p e n g a m a t a n p a d a l a p i s a n e p i d e r m i s k u l i t p u n g g u n g
m emperl ih atkan l apisan epid er mis merupakan epitel gepeng berlapis, dengan
b e b e r a p a l a p i s a n y a n g t a m p a k y a k n i : s t r a t u m ko r n eu m , s t r a t u m g r a n u l a su m ,
s t r a t u m s p i n o s u m d a n s t r at u m b a s a l e . P a d a l a p i s a n d e r m i s t amp ak l ap i sa n jar i n g an
i kat yan g t er l et ak d i b aw ah ep i d er m i s d an l ap i san d er m i s t er d i r i d ar i : l api san d erm al
p apil a d an r eti kul ar p ap il a.
Hasil mikroskop cahaya binokuler lapisan epidermis pada kelima
p e r l a k u a n memperlihatkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada lapisan
epidermis dari kelima perl aku an, namu n pad a l apisan d erm is d ar i kel im a
p e r l a k u a n . y a n g m e m p e r l i h a t k a n a d a p er b ed a an ( G a m b ar . 3 ).
Hasi l p en g am at an p ad a kel im a p erl aku an m em p er li h at kan p ad a l ap i san d erm i s
t am p ak ad an ya g r an u l a m el a n i n y an g m en d o m i n a si l ap i san d er m i s . H a si l p e n g am at an
m em p er l i h a t k an d i an t ar a g r an u l a mel an i n p ad a l ap i san d e r m i s, t er d ap at fi l am en
ber ben t u k b en an g h al u s yan g t erd ap at d i ant ar a gr anul a yang satu d en g an yan g lain nya.
Hasi l p en g am at an p ad a kel i m a p er l aku an m em p er l i h at kan g r an u l a m el an i n
m em p u n yai ben t u k bu l at d an lo n jo n g ser t a m em p u n yai u ku r an yan g t i d ak sam a d an
m em p u n yai i n t i yan g ber bed a. Hasi l p en g am at an m em p er l i h at kan p ad a l ap i san d em i s
t am p ak ad an ya ser at kal o g en yang t erlet ak di an t ar a l api san d erm i s l ap i san subkut an .


Ga m b a r 3 . M i kr o g r afi m i kr o sko p c ah a ya bi n o ku l er g r an u l a m el i an i n d an fi l a m en
ku l i t p u n g g u n g t i k u s p e r b e s a r a n ( 2 5 x ) . ( a ) p e r l a k u a n 1 , ( b )
p e r l a k u a n 2 ( c ) p er l a ku an 3 , (d ) p er l a k u an 4 d an , ( e) p e r l a u k a n d an
5 . t er l i h at p er b ed a an bent u k d an u kuran g r an ul a m el ani n p ad a l ap i san
d erm i s.

Berdasarakan hasil penelitian memperlihatkan rumput laut E.cottonii berpotensi
untuk m e n g h a l u s k a n k u l i t s e l a i n s e b a g a i a n t i o k s i d a n . S e c a r a u m u m h a s i l p e r l a k u a n
4 ( T 4 ) m em b er i k an h a si l yan g p al i n g b ai k d i b an d i n g a kn d en g an p er l a ku an 1 (T i ) , 2
(T 2 ), 3 (T 3 , n am u n p erl aku an 2 (T 2) ju g a m em ber i kan h asil yang bai k d ban d i ng kan
d en g an p erl aku an 1 (T1) dan 3 (T3). Hal ini dapat dilihat dari jumlah, ukuran , bentuk dan
sebaran granula melanin pada lapisan dermis kulit punggung tikus putih (Gambar. 2d).
Pad a p erl aku an 4 (T 4) h an n ya m eng gun akan ser bu k rum pu t l au t E.c ottonii t an p a
m en ggun akan bah an campu ran serbu k cang kang cumi - cumi ( Loli go sp .) yang
m an g andu ng serbuk cangkng cumi-cumi. Hal ini diduga karena kandungan senyawa
karagenan rumput laut E.c ott on i i y an g d ap a t m en g h al u s ka n ku l i t . Ri eg er , (2 0 0 0 ) da l am
E r u n g an e t al ., 2 0 0 8 menyatakan bahwa aplikasi polimer hidrofilik karaginan E.cottonii
berperan sebagai humektan dalam kosmetik yang dapat membentuk film pada lapisan atas
permukaan kulit sehingga dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban ku lit.
Lebih lanjut Anggadiredja (2000) menyatakan bahwa penggunaan karagenan dalam

kosmetik tidak hannya untuk pengental produk tetapi dapat membantu terbentuknya kulit
yang sehat, karena rumput laut E.cottonii mempunyai kandungan vitamin C, E dan serat yang
tinggi. Berdasar kan hasil p eneli tian d i duga bahwa vit amin C d an E d apat menghaluskan
kulit dan mencegah pernuan dini. Linder, (1992) dan Dutta-Roy, (1994), menyatakan
bahwa Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang terdiri dari campuran dan
substansi tokoferol (a, b, g, dan d) dan tokotrienol (a, b, g, dan d), Pada manusia a - tokoferol
merupakan vitamin E yang paling penting untuk aktifitas biologi tubuh, Vitamn C dan E
berfungsi sebagai p en angk ap z at r adikal at au antioksid an, pelindung kulit dan
memper bai ki p enuaan din i pad a kulit serta memperbaiki kelembabannya. Vitamin C dan E
bahkan dapat meningkatkan tingkat kekenyalan atau elastitas pada kulit.
Menurut Ong et al., 1995 mekanisme kerja antioksidan yaitu: (a) Berinteraksi
langsung d en g an o k si d an , r ad i k al be b as at au o k si g en t u n g g al . (b ) M en c eg a h
p em b en t u k k an j en i s o ksi g en r eakt i f. (c) M en gu bah jeni s o ksig en r eakt i f m en jad i kur ang
t o ksi k. (d ) M en ceg ah kemampuan oksigen reaktif. (e) Memperbaiki kerusakan yang timbul.
Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa cangkang cumi -cumi (Lipligo sp.)
berpotensi untuk kosmetik dalam menghaluskan kulit, selain berpotensi sebagai antibakteri
dan an t i jam u r . P ad a p er l aku an 2 (T 2 ) m em p er l i h at k an ku l i t l e bi h h al u s d i ban d i n g an
d en g a n perlakuan 1(T1), 3 (T3) dan perlakuan 5 (T5) hal ini dapat dilihat dari jumlah,
ukuran , bentuk d an sebar an gr anul a m el an in p ada l api san dermi s kuli t pu ngg ung t i ku s
pu tih (Gambar 19 b). Pad a p er l aku an 2 (T 2 ) yan g m en g g u n ak an s er bu k can g kan g cu m i cu m i 0 ,7 5 g d a n s ebu k rumput laut E.cottonii 0,25g memperlihatkan bahwa kulit terlihat

halus, dimana granula pada perlakuan ini menyebar hampir keseluruh bagian kulit. Akan
tetapi granula pada perlakuan ini t i d a k m em p u n y ai b en t u k s am a d i b a n d i n g a ka n d en g a n
b a s i l p er l ak u an 4 (T 4 ) . D a r i h a si l t er sebut did ug a bahw a khi tin berpo t en si
m en gh alu skan ku lit . M enurut Knorr (1982 ), kh iti n m empu nyai sifat kem ampu an
m en gi kat air d an mi nyak kar en a t erdap at gu gu s h idro fo bil k d an hidrofilik. Khitin dan
turunannya tergolong dalam karbohidrat yang dapat dipakai sebagai bahan ko sm e t i k kar en a
ber si fat l ar u t d al am ai r d an al ko h o l , m am p u m en g i kat ai r , m en g h am bat evaporasi dan
mampu mengikat parfum tanpa pengadukan. Jumlah air den gan minyak yang dapat diikat
khitin masing masing sebesar 385 % dan 315% (Knorr, 1982). Seidner (1973) juga
m en y at ak an , b ah w a j en i s - jen i s ka r bo h i d r at t er t e n t u d ap at ber fu n g s i se b ag ai
em o l l i en t , pelembab dan emulsifier pada cream perawatan.

Allan e t al., (1984) men y atakan bahwa khiti n d apat m empercep at pr oses
penyembuh an luka bakar, p engobat an dermati tis, p engobat an i nfeksi fungal d an sebagai
bah an kont akl en s yan g l u n ak d an ber si h . Ap l i kasi kh i t i n d al am ko sm et i k kh u su sn ya
d al am cr eam p er aw at an adalah dapat berfungsi sebagai pelembab, membentuk film
pelindung yang jernih, membentuk pada kulit dan bersifat non alergik. Chalmer; (1972).
Blank (1955) di dalam Chalmer (1972) d il apor kan ad anya h ubung an propo r sion al ant ar a
kel em but an d an kel en tur an kul it d eng an k a n d u n g a n a i r . M en u r u t C h al m er s (1 9 7 2 ) j i ka
k e l e m h a b a n l i n g ku n g a n 6 0 % at a u l e b i h , kandungan air pada kulit cukup untuk

mempertahankan kehalusan kulit dengan baik. Tetapi jika kelembaban relatif lebih rendah
pada udara dingin, angin atau udara pan as, lapisan corneum dapat kering.
Epidermis merupakan sel epitel gepeng berlapis, dengan beberapa lapisan
t e r l i h a t jelas. Sel utama pada lapisan epidermis disebut karatinosit. K aratinosit
merupakan pembelahan s e l y a n g t er d ap a t p ad a l ap i s a n e p i d er m i s y a n g p al i n g d al am .
B er d a s ar k an h a si l p e n el i t i an epidermis t erdiri d ari emp at l aipi san yait u lapi san
stratu m korn eu m, s tra tu m g ran ul asu m. stratum spinosum dan stratum basale.
Hasil penelitian pada lapisan epidermis kulit tikus putih (R.norvegicus) pada kelima
perlakuan memperlihatkan tidak ada perbedaan signifikan dari tiap p e r l a k u an . H a l i n i
diduga karena pada lapisan epidermis terjadi proses mitosis sehingga
m en g ak i ba t ka n p e r g an t i an ku l i t b ar u y an g t i d ak d ap at d i l i h at se c ar a vi su a l . Na m u n
l ap i s an ep id erm i s t er sebu t t er di ri d ari 4 l ap i san sep er ti yan g d in yat akan o leh Gr ah am
— B r aw n (200 5 ) bah w a l ap i san ep i der m i s t er d i r i d ar i emp at l ap i san yakn i : l ap i san
st r at u m ko r n eu m , st r at u m g r a n u l a s u m , s t r a t u m s p i n o s u m , d a n s t r a t u m b a s a l e . P a d a
lapisan epidermis terdapat sel langerh ans yang ter dap at p ad a l apisan str atu m
s p i n o s u m . S e l l a n g e r h a n p a l i n g b a n y a k d i t em u kan p ad a l ap i san ep i d er mi s, n am u n
p ad a l ap i san d er m i s ju g a d it em u kan sel lan ge rh an s , akan tetapi jumlahnya lebih sedikit.
Sel lan gerhans terdapat dalam epitel berlapis gep eng dan b i a s an y a t er d ap a t p ad a
r o n g g a m u l u t , e so f ag u s d an vag i n a . Pad a h asi l , sel lan ge rh an s t i d ak t e r l i h a t , i n i
d i d u g a k a r e n a m e n g g u n a k a n p ew a r n a h em a t o s i l i n d a n eo s i n s e h i n g g a i n t i s e l

ber w arn a ben i ng d an t i d ak t erl ih at p ada m i kr o sko p c ah aya bino kul er .
Stratu m korn eu m m erup akan l api san epid erm i s yang p al ing lu ar , yang t erd ir i
d ar i sel m a t i d a n m e m b e n t u k s i s i k s e m a k i n g e p e n g d a n m e n y a t u . P a d a l a p i s a n
s t r a t u m k o r n e u m t er d ap at sel kar a t i n yan g t er su su n t i d ak t er at u r . S el kar at i n
m en g al am i m it o si s d al am l ap i san str atum basal e. B erd asar kan h asil p en el it ian sel yang
m at i p ad a l api san str atum korn eu m tid ak t el i h at . H al i n i d i d u g a k ar en a d al am
p e n e l i t i an i n i m en g g u n a ka n m i kr o s ko p ca h a y a bi n o ku l er yang t id ak d apat m eli hat
l ap i san yang sang at ti pi s d an g ep en g.
Stratu m g ran ul asu m merup akan sel yang t erdiri d ari du a samp ai emp at
lapisan yang b e r b e n t u k p o l i h en d r i s r en d ah at au b el ah a n k et u p a t p i p i h . M e n u r u t
F aw c et t (2 0 0 2 ) s t r at u m g r a n u l a s u m t e r d i r i a t a s t i g a s a m p a i l i m a l a p i s a n y a n g l e b i h
gepeng
dibandingkan
dengan
stratum
spino sum.
Berdasarkan
hasil
m e m p e r l i h a t k a n b a h w a d a l a m l a p i s a n s t r a t u m granulasum terdapat butiran gelap,
ini diduga adalah karatohialin. Hasil peneitian menggunakan m i k r o s k o f i s c a h a y a

binokul er terlihat bahw a gr anul a sebag ai m assa yang berbentu k ti dak ter atur ,
yang berikatan d eng an filamen - fil am en yang terd apat pad a permu kaan str atum
sp ino sum .

S t r a tu m s pi n os u m t er su su n d ar i b e ber ap a l ap i san sel d i a t a s st r at u m b as a l e.
S el stratum spinosum berbentuk polihendris dengan inti bulat atau lonjong dan saling
berhubungan. Pad a p er m u kaan st r ar u m sp i n o su m d ip en u h i o l eh si to p l asm a yan g sal i n g
ber i kat an d en g an sel y a n g t e r d a p a t d i s e b e l a h n y a . B e r d a s a r k a n h a s i l p e n e l i t i a n
memperlihatkan bahwa adanya to njo l an bul at yang sal ing ber ikatan. Ini d idug a
a d a l a h s i t o p l a s m a y a n g t e r d a p a t p a d a p erm ukaan s tratu m s pinosu m, n amu n d al am
h asil p enelit i an in i d ari sito pl asm a t id ak t erlih at d e n g a n j e l a s , h a l i n i d i s e b a b k a n
k a r e n a p a d a p e n e l i t i a n m e n g g u n a k a n m i k r o s k o p c a h a y a binokler.
Stratu m b as al e ad alah lap isan ep i dermis yang paling d alam. L api san i ni
merupakan p em bat as an t ar a l ap i san ep i d er mi s d an d erm i s. S tr at um basal e t er su su n
d ar i l ap i san sel - sel ber pigm en basale, ber ben tuk sil ind ri s. Dal am h asil p enelit i an
t am p ak adan ya l api san str atum basal e, namun tidak t erlihat d engan jel as. Hal i ni diduga
kar en a dalam p en eliti an menggun akan mi kro skop cah aya bino kul er , sehi ngga l ap i san
st ratum basal e t id ak t er lih at d en g an l ejas.
Dermi s ad al ah lapi san yang t erl et ak d i baw ah l ap i san ep id ermi s. M enuru t
Dellm ann d an Br own (199 2) dermi s ad al ah jar ing an i kat yan g t erl etak d i baw ah

ep id ermi s. Ked al am an jar ing an d er m i s t i d a k d a p at d i u ku r , k ar e n a l a p i s a n d e r m i s
m e n y a t u d e n g an l a p i s a n s u b ku t a n t an p a ad an ya bat as yang jel as. Der mi s terd iri d ari
du a l ap i san yaitu : l api san s tratu m papil are d an retiku l ar. Dermi s d an ep id ermi s
sali ng ber ika t an melalaui ton jol an -ton jol an epi d ermi s kebaw ah d a n d e r m i s ke a t a s d a n
d e r m i s m e r u p a k a n b ag i a n y a n g t er b e s a r d ar i ku l i t . D e r m i s b er u p a a n y a m a n anyaman ser at — serat yang saling megikat yang sebagian besar beru pa ser at
k a l o g e n d an s e r a t el a s t i n . S e r a t k al o g e n d a n e l a s t i n m e r u p a n p r o t ei n y a n g t e r b e n a m
p a d a su btan si d asar yan g terdir i d ari mu kopol i sakar id a.
Hasil p en eliti an m emperlih atkan bahw a d alam l api san d ermis terd ap at banyak
granula m el an in . Hal i ni d idug a bahw a sem akin bany ak g ranul a m el an in dalam l ap i san
d erm i s m aka kulit tersebut semakin halus. Pada lapisan dermis terdapat kelenjar kalogen
dan elastin, yang berperan dalam menjaga kelembaban pada kulit.
Ke si m p u la n
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: perlakuan dengan menggunakan
serbuk rumput laut Euchema cottonii memberikan dampak pada kulit tikus putih
(R.norvegicus) lebih h alu s d an p ali n g bai k d i band i ng kan d en g an p er l aku an l ai nn ya.
Per l aku an 3 (T 3 ) d eng an m en g g u n ak a n (0 ,5 0 g s er bu k E .c o tt on i i + 0 , 5 0 s er bu k
c a n g k an g cu m i - cu m i ( L o li g o s p . ) memberikan dampak pada kulit tikus putih
(R.norvegicus) yang paling tidak halus dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

Da ftar Pu staka
Anggadiredja, J. 2000. Pemanfaatan Berkelanjut Biota Laut Alga Makro. Tantangan
Memasuki Abad 21. Orasi Pengukuhan Ahli Penelitian Utama Bidang Kefarmasian
dan Teknologi Pangan .BPPT .Jakarta:7 -12.
Allan, G.G, L.C. Altman, R.E. Bensinger, D.K. Ghosh, Y. Hirobayshi, A.N. Neogi dan S. Neogi.
1984. Biomedical Application of Chitin and Chitosan di dalam J.P. Zikakis Chitin.
Chitosan and Related Enzymes. Academic Press, Inc., New York
Chalmers, L. 1972. Cosmetic materials and the skin. Soap Perfumery and Cosmetics.
XLV(7) : 419.
Dutta-Roy. A.K., M.J. Gorden., F.M, Campbell., G.G., Duthie, & VV.P.T., James., 1994.
Vitamin E Requi r em ent s, Tr an sport , and M et abol i sm: Rol e o f a - Toco ferol-Bi ndi ng
Pro tein s. J. Nutr_ Biochem.. 5 : 562 — 570.
D e l !m a n n H . D , B r o w n E . M 1 9 9 2 . B u ku T ex t Hi s t o l o g y V et er i n ar y . E d k e 3 . Ha r t o n o
R . penerjemah. Jakarta: UI-Press. Him: 592-598.

E ru ng an , C. A., Purw an i ng sih , S ., An i t a. B . S . 2 00 8 . Ap li kasi Kar agi nan d al am
Pem bu at an Skin Lation. Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Knorr, D. 1982. Functional Property of Chitin and Chitosan, Journal Food Science 40 (298).
L i n d er , M .C.,1 9 9 2 . Nu t ri t i o n al B i o ch en i st r y an d M etabo l i sm , Par a kka si A., 1 9 9 2 ,
B i o ki m i a Nutrisi dan Metabolisme. UI Press. Jakarta. Halaman: 201 — 214.

O n g . A S . H. , E . Ni ki , & L . Pa ck er , 1 9 9 5 , N u tri ti on , Li pi ds , an d De se ase . AO C S , P r es s .
Champaign, Illinois, pp: 245 — 253.

Seldner, A. 1978. Glucose derivatives in emollient skin care formulations. Cosmetic &
Toiletries, 93 : 73