Hubungan tentang pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi umur 0-6 bulan yang berkunjung ke R.S.U. Mitra Sejati Medan

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Anatomi Payudara

Gambar 2.1 : Gambaran anatomi payudara
(Sumber

:

http://voer.edu.vn/c/anatomy-and-physiology-of-the-female-

reproductive-sistem/948ed3b1/45383770 )
Bagian-bagian payudara terdiri dari:
1. Pabrik ASI (alveoli)
a) Berbentuk seperti buah anggur
b) Dindingnya terdiri dari sel-sel yang memproduksi ASI jika

dirangsang oleh hormon prolaktin
2. Saluran ASI (lactiferous duct)
Berfungsi untuk menyalurkan ASI dari pabrik ke gudang
3. Gudang ASI (lactiferous sinus)
Tempat penyimpanan ASI yang terletak dibawah areola.
4. Otot polos (myoepitel)
Otot yang mengelilingi pabrik ASI yang berkontraksi jika dirangsang
hormon oksitoksin (Ari, 2009).

Universitas Sumatera Utara

5

2.2.

Fisiologi laktasi

Selama masa kehamilan, hormon estrogen dan progesteron menginduksi
perkembangan alveoli dan duktus laktiferous di dalam payudara, serta
merangsang produksi kolostrum. Produksi ASI tidak berlangsung sampai masa

sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon estrogen menurun ini memungkinkan
naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI.
Pelepasan ASI dibawah kendali neuro-endokrin. Rangsangan sentuhan
pada payudara (bayi menghisap) akan merangsang produksi oksitoksin yang
menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Proses ini disebut sebagai “reflex
prolaktin” atau milk production reflects.
Hisapan bayi memicu pelapasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus
ke sinus laktiferous. Hisapan merangsang produksi oksitoksin oleh kelenjar
hypophysis anterior. Oksitoksin memasuki darah dan memyebabkan kontraksi selsel mioepitel yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus laktiferous. Kontraksi
sel-sel ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus laktiferous menuju
sinus laktiferous, tempat ASI disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam
sinus tertekan keluar ke mulut bayi (Chloe, 1996).

2.3

Air Susu Ibu (ASI)

2.3.1

Pengertian ASI

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan natural yang pertama untuk bayi.

ASI mengandungi semua jumlah energi dan nutrisi yang diperlukan oleh bayi
(Lucen et all, 2012).
Menurut Hala (2013), ASI terdiri dari vitamin, zat antibodi dan mineral
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi untuk enam bulan
pertama dan tidak ada cairan lain atau makanan yang diperlukan.
Pada ASI biasa (matur), komposisinya adalah protein, lemak, vitamin, zat
besi, zat anti infeksi, laktoferin, lisozim serta taurin. ASI mulai ada kira-kira pada
hari ke – 3 atau ke – 4 setelah kelahiran bayi dan kolostrum berubah menjadi ASI
yang matur kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir (Ari, 2009).

Universitas Sumatera Utara

6

2.3.2

Pengertian ASI eksklusif
Yang dimaksud dengan ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa


makanan dan minuman pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula), yang
dimulai sejak bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan. Komposisi ASI sampai
dengan 6 bulan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, meskipun
tanpa tambahan makanan atau produk minuman pendamping (Ari, 2009).
Pada laporan kesihatan Riskesdas 2013, persentase proses mulai menyusu
pada anak umur 0 – 23 bulan menurut provinsi, Indonesia menunjukkan bahwa
persentase pemberian ASI saja dalam 24 jam terakhir semakin menurun seiring
meningkatnya umur bayi dengan persentase terendah pada bayi umur 6 bulan
(30.2%).
2.3.3

Pengertian Kolostrum
Menurut Hala (2013), kolostrum merupakan cairan kental warna

kekuning-kuningan yang pertama disekresi setelah bayi lahir dan kolostrum
direkomendasikan oleh WHO sebagai makanan yang paling unggul untuk bayi
baru lahir.
Kolostrum yang kaya akan protein, mineral, dan antibodi. Kolostrum
berubah menjadi ASI yang matur kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir (Ari, 2009).

2.3.4

Komposisi Gizi ASI

1. Protein
Menurut Ari (2009), protein ASI paling rendah, berkisar 1,3g/ml pada
bulan pertama dengan rata-rata 1,15g/100 ml dihitung berdasarkan total nitrogen x
6,25. ASI mengandung whey protein dan casein. Casien adalah protein yang sukar
dicerna dan whey protein adalah protein yang membantu menyebabkan isi
pencernaan bayi menjadi lebih lembut dan mudah dicerna oleh usus bayi.
Rasio

whey-casein yang tinggi pada ASI membantu pencernaan bayi

dengan pembentukan hasil pencernaan yang lebih lembut dan mengurangi waktu
pengosongan gaster bayi. Rasio casein : whey pada ASI adalah 60:40, sedangkan
pada susu sapi dan susu formula adalah 20:80 dan 18:12. Di sini tampak bahwa
casein dalam ASI hanya separuh dari susu sapi.

Universitas Sumatera Utara


7

Menurut Gerald et al (1991), protein yang terdapat di susu ASI
diklasifikasikan ke dua kelompok by Jenness, yang organ dan spesis spesifik
(casein, alpha-lactalbumin, beta-lactoalbumin dan lactoferin) ; dan yang spesis
spesifik tapi bukan organ spesifik (albumin, immunoglobulin dan transferrin).
Alpha-lactalbumin telah diidentifikasikan sebagai satu komponen enzim yang
akan mensintesa laktosa.
2. Lemak
Lemak ASI terdiri dari trigliserida (98-99%) yang dengan enzim lipase
akan terurai menjadi trigliserol dan asam lemak. Enzim lipase tidak hanya
terdapat pada sistem pencernaan bayi, tapi juga dalam ASI. Lemak ASI lebih
mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. Salah satu keunggulan lemak
ASI adalah kandungan asam lemak esensial, docosahexaenoic acid (DHA) dan
arachnoic acid (AA) yang berperan penting dalam pertumbuhan otak sejak
trimester I kehamilan sampai 1 tahun usia bayi.Yang merupakan asam lemak
esensial sebenarnya adalah kelompok Omega-3 yang dapat diubah menjadi DHA
dan Omega-6 yang dapat diubah menjadi AA.
Konsentrasi lemak meningkat dari 2.0 g/ 100 ml pada kolostrum menjadi

sekitar 4 – 4,5 g/ ml pada 14 hari setelah persalinan. Kadar lemak jenuh adalah
42% dan tidak jenuh adalah 57% (Ari, 2009).
3. Vitamin
Menurut Gerald et al (1991), Pada ASI, Vitamin A terdapat pada pelbagai
bentuk, retinol, retinyl esters, dan beta-carotene. Jumlah vitamin A pada ASI
matur adalah 40µg/100 pada golongan ibu Swedish yang ternutrisi baik. Jumlah
Vitamin K pada susu ASI yang matur adalah 15µg/ liter. Vitamin D pada susu
ASI adalah sejumlah 0,5µ/ liter.
Vitamin yang larut dalam air seperti Vitamin C, asam nikotinik, B12, B1
(thiamin), B2 (riboflavin), B6 (piridoksin) sangat dipengaruhi oleh makanan ibu,
namun untuk ibu dengan status gizi normal, tidak perlu diberi suplemen (Ari,
2009).

Universitas Sumatera Utara

8

4. Zat Besi
Menurut Ari (2009), meskipun ASI mengadung sedikit zat besi (0.5-1.0
mg/liter), namun bayi yang menyusui jarang terkena anemia. Bayi lahir dengan

cadangan zat besi dan zat besi dari ASI diserap dengan baik (>70%) dibandingkan
dengan penyerapan 30% dari susu sapi dan 10% dari susu formula.
Ada bukti menyatakan bahwa asam folat yang terdapat pada ASI lebih
mudah untuk diabsorpsi. Pada 35 bayi yang disusui, plasma dan jumlah folat sel
darah merah lebih tinggi berbanding yang diberi susu formula (Gerald et al,
1991).
5. Zat anti Infeksi
ASI mengandungi anti infeksi terhadap berbagai macam penyakit, seperti
penyakit saluran pernafasan atas, diare, dan penyakit saluran pencernaan. ASI
sering disebut “darah putih” yang mengandung enzim, immunoglobulin, dan
leukosit. Leukosit terdiri atas fagosit 90% dan limfosit 10%, yang meskipun
sedikit tetap dapat memberikan efek protektif yang signifikan terhadap
bayi.Immunoglobulin merupakan protein yang dihasilkan oleh sel plasma sebagai
respon terhadap adanya imunogen atau antigen (zat yang menstimulasi tubuh
untuk memproduksi antibodi). Ada 5 macam Immunoglobulin : IgA, IgM, IgD,
dan IgG. Dan kelimanya, secretory IgA (sIgA) disekresi oleh makrofag (disintesa
dan disimpan dalam payudara), yang berperan dalam fungsi antibodi ASI melalui
alur limfosit (lymphocyte pathway). Antibodi IgA yang terbentuk dalam payudara
ibu (melalui ASI) setelah ibu terdedah pada antigen disaluran pencernaan dan
saluran pernafasan disebut BALT. (bronchus associated immunocompetent

lymphoid tissue) dan GALT (gut associated immunocompetent lymphoid tissue).
Bayi baru lahir mempunyai cadangan IgA sedikit dan karena itulah ia sangat
memerlukan tambahan proteksi sIgA dalam ASI terhadap penyakit infeksi.
6. Laktoferin
Laktoferin banyak dalam ASI (1-6 mg/ml ), tapi tidak terdapat dalam susu
sapi. Laktoferin bekerja sama dengan IgA untuk menyerap zat besi dari
pencernaan sehingga menyebabkan terhindarnya suplai zat besi yang dibutuhkan
organisme patogenik seperti Eschericia Coli (E.Coli) dan Candida Albicans.

Universitas Sumatera Utara

9

7. Faktor Bifidus
Faktor bifidus dalam ASI meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dalam
usus bayi (Lactobacillus Bifidus) yang melawan pertumbuhan bakteri patogen
(seperti Shigela, Salmonela dan E.Coli), yang ditandai dengan pH rendah (5-6),
bersifat asam, dari tinja bayi.
8. Lisozim
Lisozim termasuk whey protein yang bersifat bakteriosidal, antiinflamasi

dan mempunyai kekuatan beberapa ribu kali tinggi dari susu sapi. Lisozim dapat
melawan serangan E.Coli dan Salmonela, serta lebih unik dibandingkan dengan
antibodi lain karena jika yang lain menurun maka kadar lisozim akan meningkat
di ASI setelah bayi berumur diatas 6 bulan- saat bayi sudah mulai diberikan
makanan pendamping ASI (MP-ASI). Oleh karena itu, kemungkinan terkena
infeksi semakin tinggi.
9. Taurin
Taurin adalah asam amino dalam ASI yang terbanyak kedua dan tidak
terdapat dalam susu sapi. Berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan
penting dalam maturasi otak bayi. Karena itu, susu formula bayi kebanyakkan
berusaha menambah taurin di dalam formulanya (Ari, 2009).
2.3.5

Volume ASI
Menurut Muhammad (2013), pada bulan bulan terakhir kehamilan sering

ada sekresi kolostrum pada payudara ibu hamil. Setelah persalinan, apabila bayi
mulai menghisap payudara, maka produksi ASI bertambah secara cepat. Dalam
kondisi normal ASI diproduksi sebanyak 10-100 cc pada hari-hari pertama.
Produksi ASI menjadi konstan setelah hari ke 10 sampai hari ke 14. Bayi yang

sehat akan mengkonsumsi sebanyak 700-800 cc ASI perhari, namun kadangkadang ada yang mengkonsumsi kurang dari 600 cc / bahkan hampir 1 liter / hari
dan tetap menunjukkan tingkat pertumbuhan yang sama. Keadaan kurang gizi
pada ibu pada tingkat yang berat baik pada ibu hamil maupun menyusui dapat
pengaruh volume ASI. Produksi ASI menjadi lebih sedikit yaitu hanya berkisar
antara 500 – 700 cc pada 6 bulan pertama usia bayi. 400 – 600 cc pada bulan
kedua dan 300 – 500 cc pada tahun kedua usia anak.

Universitas Sumatera Utara

10

2.4.

Manfaat ASI

2.4.1

Pada bayi
Menurut penelitian Sheila dan Timothy (2003) tentang manfaat pemberian

ASI, dinyatakan bahwa bayi yang diberi ASI mendapat kelebihan nutrisi dan
perkembangan yang meningkatkan kesihatan seumur hidup. Bayi yang diberi ASI
menunjukan daya tahan yang kuat terhadap penyakit infeksi dan sistem imun yang
kuat berbanding yang diberi susu formula.
Penelitian berulang kali menunjukan kurangnya penyakit infeksi pada bayi
yang mendapat ASI. Penjelasannya menunjukan meningkatnya daya tahan
terhadap penyakit dijumpai pada biologi ASI. Apabila ibu yang menyusui terkena
agen

infeksi,

sistem

imun

yang

matur

pada

ibu

akan

menproduksi

immunoglobulin A [ S-IgA], senyawa yang melawan penyakit primer dalam
sistem imun manusia. Substansi ini disekresikan kedalam ASI dan dikonsumsi
oleh bayi. Sistem imun pada bayi juga akan memproduksi S-IgA, namun sistem
imun anak yang berumur kurang dari 2 tahun belum matur yang kadang kala tidak
dapat mencegah penyakit. Konsumsi dari S-IgA dari ibu bukan saja memberikan
daya tahan yang aktif terhadap penyakit, ia juga menstimulasi produksi S-IgA
yang berlebihan pada bayi yang akan meningkatkan respon imun pada bayi yang
diberi ASI berbanding susu formula.
Gastroenteritis, kelompok dari penyakit pencernaan yang mempunyai
simptom primer seperti diare terjadi dalam jumlah yang kurang pada bayi yang
disusui ASI dan tidak parah bagi yang terjadi. Howie, Forsyth, Ogstan, Clark dan
du V Florey (1990) telah melakukan studi menilai penyakit gastrointestinal pada
bayi di Dundae, UK. Prevelansi penyakit gasrointestinal antara bayi yang diberi
ASI eksklusif (bayi tidak mendapat nutrisi sampingan hingga 13 minggu umur)
adalah 2,1 %, manakala 19,5 % yang diberi susu formula menderita diare.
Satu lagi infeksi pada bayi yang sering, otitis media atau infeksi telinga,
juga didapat kurang pada bayi yang diberi ASI menurut Arizona-based cohort
study. Data mengambarkan respon dosis dengan kurang resiko infeksi pada bayi
yang diberi ASI eksklusif untuk jangka waktu yang lama, mencapai puncaknya
61 % kurang resiko pada bayi yang diberi ASI eksklusif hingga 6 bulan.

Universitas Sumatera Utara

11

Satu studi akan faktor resiko untuk antibiotik resisten pneumonia
menampakan pemberian ASI melindungi bayi dari penyakit infeksi ini. Studi
case-control ini dianalisa tentang angka terjadi antibiotik resisten pneumonia
untuk bayi umur 2 – 59 bulan di Amerika Utara. Pemberian ASI membuktikan
menjadi faktor pelindungi bayi dari invasive pnemoccocal diseases antara umur 211 bulan, resikonya berkurang sebanyak 73 %.
Efek pelindung pemberian ASI terhadap infeksi juga sampai saluran kemih
merujuk satu studi pada bayi umur sampai 6 bulan. Penelitian ini adalah studi case
control dengan peserta dari Hospital dari Medical School of Naples, di Italy. Studi
menemukan pernah disusui mengurangi resiko bayi tertular Infeksi Saluran Kemih
(ISK) sebanyak 62%.
2.4.2

Pada ibu

a. Pemberian ASI membantu ibu untuk memulihkan diri dari proses
persalinannya. Pemberian ASI selama berberapa hari pertama membuat
rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambatkan perdarahan
(hisapan pada putting susu merangsang dikeluarkanya hormon oksitoksin
alami yang membantu kontraksi rahim)
b. Wanita yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih/ turun berat
badannya dari berat badan yang bertambah masa kehamilan
c. Ibu yang menyusui, yang menstruasinya belum muncul kembali akan kecil
kemungkinan untuk menjadi hamil (kadar prolaktin yang tinggi akan
menekan hormon FSH dan ovulasi)
d. Pemberian ASI adalah cara terbaik bayi ibu untuk mencurahkan kasih
sayangnya kepada buah hatinya (Ari, 2009).
2.5

Cara Menyusui yang benar

2.5.1. Posisi ibu dan bayi yang benar
a. Berbaring Miring
Ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu
merasakan nyeri atau lelah. Ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang
melahirkan atau operasi sesar. Yang harus diwaspadai dari teknik ini adalah
pertahankan jalan napas bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu.

Universitas Sumatera Utara

12

b. Duduk
Untuk posisi menyusui dengan duduk, ibu dapat memilih beberapa posisi tangan
dan bayi yang paling nyaman.


The football Hold
Pegang bayi disamping ibu dengan kaki di blakang ibu, dan bayi terselip
dibawah lengan ibu, seolah-olah ibu sedang memang bola. Ini adalah
posisi terbaik untuk ibu yang melahirkan dengan operasi caesar atau ibuibu dengan payudara besar. Posisi ini memerlukan bantal untuk
menompang tubuh bayi.



The cradle
Posisi ini sangat baik untuk bayi baru lahir. Pastikan punggung ibu benarbenar mandukung untuk posisi ini. Jaga bayi diperut ibu, sampai kulit bayi
dan kulit ibu saling bersentuhan. Biarkan tubuh bayi menghadap ke arah
ibu, dan letakkan kepala bayi di siku ibu.



The Cross Cradle Hold
Satu lengan mendukung tubuh bayi dan yang lain mendukung kepala,
mirip dengan posisi dudukan tetapi ibu memiliki kontrol lebih besar atas
kepala bayi. Posisi menyusui ini bagus untuk bayi prematur atau ibu
dengan putting payudara kecil.



Saddle Hold
Cara yang menyenangkan untuk menyusui dengan posisi duduk dan akan
baik jika sedang flu atau sakit telinga. Caranya bayi duduk tegak dengan
kaki mengangkangi ibu sendiri (Ari, 2009).

Setelah selesai menyusui, payudara harus dikosongkan dan ASI dapat
disimpan dalam suhu ruangan sampai 8 jam. Jika disimpan dalam lemari
pendingin dapat bertahan 1 hingga 2 minggu. Jika disimpan dalam freezer dapat
bertahan hingga 6 bulan. Cara pemberiannya dengan menghangatkan ASI dalam
botol atau wadah yang direndamkan ke dalam air hangat yang suhu kurang lebih
50ºC (Chloe, 1996).

Universitas Sumatera Utara

13

2.5.2


Tanda–tanda pelekatan yang benar.
Tampak areola masuk sebanyak mungkin. Areola bagian atas tampak
lebih banyak terlihat



Mulut bayi terbuka lebar



Bibir atas dan bawah terputar keluar



Dagu bayi menempel pada payudara



Gudang ASI termasuk dalam jaringan yang masuk



Bayi menyusu pada payudara, bukan putting susu

2.5.3. Tanda bayi cukup ASI


Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya jernih sampai
kuning muda



Bayi disusui setiap 2 jam, siang dan malam hari dengan lama menyusui 10
– 15 menit di setiap payudara



Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan ‘berbiji’



Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun, dan tidur cukup.



Bayi setidaknya menyusui 10 – 12 kali dalam 24 jam



Payudara ibu terasa kosong dan lembut setiap kali selesai menyusui



Bayi bertambah berat badannya (Ari, 2009).

2.6

Pertumbuhan Bayi

2.6.1

Pengertian pertumbuhan bayi
Menurut Suganda (2002), Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan

jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan
struktur tumbuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Jadi bersifat kuantitatif
sehingga dengan demikian dapat kita ukur dengan mempergunakan satuan
panjang atau satuan berat.

2.7

Gizi untuk tumbuh kembang bayi
Menurut Soetjiningsih (2002) , dalam membahas makanan bayi/anak, ASI

merupakan

makanan bayi yang utama dan alami yang sudah dikenal sejak

Universitas Sumatera Utara

14

manusia itu ada. ASI dengan komposisi yang unik diciptakan sesuai dengan
kebutuhan tumbuh kembang bayi manusia. Hal ini karena ASI mempunyai
banyak keunggulan, seperti : kandungan gizi yang lengkap dan sesuai dengan
kebutuhan bayi; ASI mengandung bermacam- macam zat anti baik yang selular
maupun yang humoral,sehingga morbiditas dam moralitas bayi yang minum ASI
lebih rendah dari pada yang minum susu formula; memdekatkan hubungan ibu
dan bayi, sehingga menimbulkan perasaan aman bagi bayi,yang penting untuk
mengembangkan dasar kepercayaaan; mengurangi angka kejadian karies gigi dan
malokulsi rahang; ASI mengandung enzim enzim yang membantu mencerna
makanan, dan juga enzim yang berfungsi anti bakteri seperti lisozim,katalase dan
peroksidase; ASI mengandung hormon – hormon misalnya ACTH, TRH, TSH.
EFG, prolaktin, kortikosteroid, prostagalandin dan lain-lain.
Pada umunya dianjurkan pemberian ASI eksklusif sampai bayi umur 6
bulan, tetapi harus diperhatikan pertumbuhan bayi pada periode tersebut, karena
tidak semua ibu memproduksi sejumlah ASI yang cukup. Pemberian ASI
dianjurkan sampai anak umur 2 tahun, dimana saat itu diharapkan anak ssudah
bias makan dengan baik.
Diet ibu mempengaruhi kandungan nutrient dalam ASI; contoh : diet ibu
yang rendah vitamin A dan DHA, mengakibatkan kandungan vitamin A dan DHA
pada ASI juga rendah.
Keberhasilan

perkembangan

bayi

ditentukan

oleh

keberhasilan

pertumbuhan dan perkembangan otak. Jadi dapat dikatakan bahwa nutrisi, selain
mempengaruhi pertumbuhan, juga mempengaruhi perkembangan otak. Sampai
umur 6 bulan ASI adalah makanan yang ideal untuk bayi baik ditinjau dari segi
kesihatan fisik maupun pskis.
ASI mempunyai kadar laktosa tinggi yang diperlukan otak bayi.
Pertumbuhan otak manusia lebih cepat dan lebih besar dibandingkan dengan otak
jenis makhluk hidup yang lainnya. Karenanya memerlukan zat-zat yang sesuai
untuk mendorong pertumbuhan otaknya dengan sempurna. Pada umumnya
kebutuhan energi adalah bayi rata –rata : 110 kkalori/ kg/ kg BB/ hari (Suganda,
2002).

Universitas Sumatera Utara

15

2.8

Antropometri

2.8.1

Pengertian Antropometri
Menurut Supariasa (2002), antropometri berasal dari kata anthropos dan

metros yang berarti ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dar tubuh. Secara
umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Dari sudut pandang gizi, maka
antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh, dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
masukan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola
pertumbuhan fisik, dan proposi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air
dalam tubuh.
Pengukuran antropometri yang umum dilakukan pada kelompok anak balita
adalah sebagai berikut :
1. Berat badan
Ukuran ini merupakan yang terpenting, dipakai pada setiap kesempatan
memeriksa kesehatan anak pada setiap kelompok umur. Berat badan
merupakan hasil pertambahan seluruh jaringan tulang, otot, lemak, cairan
tubuh, dan lainnya. Ukuran ini merupakan indikator tunggal yang terbaik pada
waktu ini untuk keadaan gizi dan tumbuh kembang anak.
2. Tinggi badan
Ukuran ini merupakan ukuran antropometri kedua yang terpenting. Perlu
diketahui bahwa nilai tinggi badan meningkat terus, walaupun laju-tumbuh
berubah dari pesat pada masa bayi muda kemudian melambat dan menjadi
pesat lagi pada masa remaja. Tinggi badan hanya menyusut pada usia lanjut.
Oleh karena itu, nilai tinggi badan dipakai untuk dasar perbandingan seperti
nilai berat dan lingkaran lengan atas.
3. Lingkaran kepala
Ukuran ini dipakai untuk mengevaluasi pertumbuhan otak dan karena laju
tumbuh pesatnya pada anak berusia 3 tahun hanya 1 cm dan hanya meningkat 5
cm sampai usia remaja/dewasa maka dapat dikatakan bahwa manfaat
pengukuran lingkar kepala ini hanya terbatas sampai usia 3 tahun, kecuali
untuk kasus tertentu.

Universitas Sumatera Utara

16

2.8.2

Parameter Penilaian Pertumbuhan Fisik
Untuk menilai pertumbuhan fisik anak sering digunakan ukuran-ukuran

antropometri yang dibedakan menjadi 2 kelompok yang meliputi (Soetjiningsih,
2010) :
a. Tergantung umur (age dependence)
i.

Berat badan menurut umur (BB/U)

ii.

Panjang badan menurut umur (PB/U)

iii.

Lingkaran kepala menurut umur (LK/U)

iv.

Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U)

b. Tidak tergantung umur
i.

Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

ii.

Lingkar lengan atas menurut tinggi badan (LLA/TB)

Ukuran-ukuran ini dikonversikan oleh KeMenKes RI dengan baku rujukan WHO
2005. Kategori dan ambang batas status gizi anak adalah sebagai mana terdapat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

Sumber : Standrar antropometri penilaian status gizi anak, Menteri Kesehatan
RI, 2010

Universitas Sumatera Utara

17

2.8.3 Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik untuk melihat keadaan
gizi dan laju pertumbuhan fisik anak. Keuntungan indikator ini adalah sensitifitas
terhadap perubahan yang sedikit, pengukuran obyektif dan dapat diulangi, dapat
digunakan timbangan relatif murah serta mudah dan tidak memerlukan banyak
waktu.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik, keseimbangan
antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, kemungkinan
perkembangan berat badan lebih cepat atau lambat dari keadaan normal
(Supariasa, 2002).
Tabel 2.2 Berat Badan (Kg) Menurut Umur Anak Laki-Laki Umur 0-6 Bulan

Sumber : Standrar antropometri penilaian status gizi anak, Menteri Kesehatan RI,
2010

Tabel 2.3 Berat Badan (Kg) Menurut Umur Anak Perempuan Umur 0-6
Bulan

Sumber : Standrar antropometri penilaian status gizi anak, Menteri Kesehatan RI,
2010

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI DENGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOTENGAH KABUPATEN JEMBER

0 4 29

Hubungan Pemberian MP-ASI Dini Dengan Status Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember

2 31 19

Hubungan tentang pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi umur 0-6 bulan yang berkunjung ke R.S.U. Mitra Sejati Medan

2 14 66

PERBEDAAN STATUS GIZI BAYI UMUR 0-6 BULAN ANTARA BAYIYANG MENDAPATKAN ASI DENGAN BAYI YANG MENDAPATKANASI DAN SUSU FORMULA DI KELURAHAN DUKUH Perbedaan Status Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan Antara Bayi Yang Mendapatkan ASI Dengan Bayi Yang Mendapatkan ASI Dan S

0 2 18

PERBEDAAN STATUS GIZI BAYI UMUR 0-6 BULAN ANTARA BAYI YANGMENDAPATKAN ASI DENGAN BAYI YANG MENDAPATKAN ASI DAN Perbedaan Status Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan Antara Bayi Yang Mendapatkan ASI Dengan Bayi Yang Mendapatkan ASI Dan Susu Formula Di Kelurahan Duk

0 1 13

Hubungan tentang pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi umur 0-6 bulan yang berkunjung ke R.S.U. Mitra Sejati Medan

0 0 12

Hubungan tentang pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi umur 0-6 bulan yang berkunjung ke R.S.U. Mitra Sejati Medan

0 0 2

Hubungan tentang pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi umur 0-6 bulan yang berkunjung ke R.S.U. Mitra Sejati Medan

0 0 3

Hubungan tentang pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi umur 0-6 bulan yang berkunjung ke R.S.U. Mitra Sejati Medan

0 0 2

Hubungan tentang pengetahuan pemberian ASI dengan status gizi bayi umur 0-6 bulan yang berkunjung ke R.S.U. Mitra Sejati Medan

0 0 17