Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Atraumatic Care di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara

BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Atraumatic care merupakan bentuk keperawatan terapeutik yang diberikan
oleh tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak, melalui
penggunaan tindakan yang dapat mengurangi distres fisik maupun distres
psikologis yang dialami anak maupun orang tuanya (Supartini, 2014). Atraumatic
care adalah perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak maupun
keluarga (Hidayat, 2012). Pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan
stres fisik dan psikologis ini dialami anak dan orang tua pada saat menjalani
hospitalisasi (Supartini, 2014).
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang
direncanakan atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,
menjalani terapi dan perawatan sampai anak di pulangkan kembali ke rumah
(Supartini, 2014). Sebuah survei di Amerika menunjukkan pada tahun 2012
jumlah anak usia dibawah 17 tahun yang dirawat di rumah sakit di Amerika
sebanyak 5,9 juta anak atau 7.928 per 100.000 penduduk, dengan lama perawatan
rata-rata tiga sampai empat hari (Agency for Healthcare Research and Quality,
2014). Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2010 dalam Apriany (2013)
menyatakan bahwa angka kesakitan anak di Indonesia di daerah perkotaan
menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak

14,91%, usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 tahun sebesar 8,13%, dan
angka kesakitan anak usia 0-21 tahun apabila dihitung dari keseluruhan jumlah

Universitas Sumatera Utara

penduduk adalah 14,44%, dan diperkirakan di Indonesia 35 per 1000 anak
menjalani hospitalisasi (Sumarko, 2008 dalam Purwandari, 2009).
Ketidaktahuan anak dan keluarga terhadap pengalaman dan situasi yang
baru akibat hospitalisasi menyebabkan anak dan keluarga mengalami stres (Potts
& Mandleco, 2007). Selain itu anak membutuhkan perawatan yang spesial
dibanding pasien lain, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk merawat anak-anak
20%-45% melebihi waktu untuk merawat orang dewasa (Aidar, 2011).
Hospitalisasi pun sering kali membingungkan, kompleks, dan berlebihan
bagi anak dan keluarga mereka (Kyle & Carman, 2014). Sehingga, perawat
sebagai salah satu pemberi pelayanan kesehatan yang senantiasa berhubungan
dengan pasien, dalam memberikan asuhan pada anak yang mengalami
hospitalisasi harus berfokus pada atraumatic care, yaitu dengan intervensi
meminimalkan stresor, memaksimalkan manfaat hospitalisasi, memberi dukungan
psikologis pada anggota keluarga, dan mempersiapkan anak sebelum dirawat di
rumah sakit (Wong, et al., 2009).

Atraumatic

care

bermanfaat

untuk

mencegah

masalah

psikologis

(kecemasan) dan mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan pada anak
yang di hospitalisasi (Hidayat, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Rini dan
koleganya (2013) membuktikan bahwa terdapat korelasi kuat antara penerapan
atraumatic care dengan penurunan tingkat kecemasan pada anak yang menjalani
hospitalisasi. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Breving
dan koleganya (2015) membuktikan bahwa penerapan atraumatic care


Universitas Sumatera Utara

berpengaruh menurunkan kecemasan saat pemasangan infus pada anak yang
menjalani hospitalisasi.
Hal berbeda diungkapkan oleh Bolin (2011) tentang hubungan penerapan
atraumatic care dalam pemasangan infus terhadap penurunan tingkat kecemasan
pada anak yang menjalani hospitalisasi, menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara penerapan atraumatic care dalam pemasangan infus terhadap
respon kecemasan pada anak. Hal tersebut dapat disebabkan karena pelaksanaan
atraumatic care yang kurang baik. Amalia (2013) juga mengungkapkan bahwa
perilaku perawat dalam melakukan atraumatic care pada perawatan anak sebagian
besar (54,5%) berperilaku negatif.
Perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang
merupakan hasil bawaan dari berbagai faktor internal maupun eksternal. Faktor
eksternal yang mempengaruhi perilaku diantaranya adalah fasilitas, sedangkan
faktor internal yang mempengaruhi perilaku adalah pengetahuan dan sikap
(Notoadmodjo, 2010). Penelitian Amalia (2013) menyatakan bahwa perilaku
perawat dalam melaksanakan atraumatic care dipengaruhi oleh umur, jenis
kelamin, pendidikan, lama kerja dan pendapatan.

Penelitian yang dilakukan Pantulu (2010) terhadap perawat di Gorontalo
menunjukkan bahwa pengetahuan perawat terhadap atraumatic care mayoritas
cukup (55,2%) dan sikap perawat terhadap atraumatic care di Gorontalo juga
mayoritas cukup (69,0%). Widodo (2005 dalam Silalahi, 2013) mengemukakan
teori adaptasi, apabila tingkat pengetahuan baik setidaknya dapat mendorong
untuk mempunyai sikap dan perilaku yang baik pula, serta tersedianya fasilitas

Universitas Sumatera Utara

juga akan mendukung terbentuknya perilaku atau pelaksanaan suatu tindakan
yang diinginkan, khususnya disini adalah pelaksanaan atraumatic care.
Rumah sakit umum Cut Meutia Aceh Utara merupakan rumah sakit tipe B
milik Pemerintah Kabupaten Aceh Utara. Rumah sakit ini juga merupakan salah
satu rumah sakit yang menyediakan pelayanan keperawatan anak, dari hasil studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti pada Januari 2016 di ruang rawat inap anak
terhadap 10 orang keluarga pasien mereka menyatakan bahwa kurangnya
komunikasi perawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan terhadap
anak, lambatnya kinerja perawat dalam melakukan tindakan, dan kurangnya
informasi yang diberikan perawat kepada keluarga tentang penyakit anak selama
dirawat di rumah sakit umum Cut Meutia Aceh Utara. Hal tersebut menunjukkan

bahwa, pelaksanaan atraumatic care di rumah sakit umum Cut Meutia Aceh Utara
masih belum terlaksana dengan baik. Hal ini juga didukung oleh data yang
diperoleh peneliti dari buku dokumentasi pasien bahwa jumlah pasien yang
pulang atas permintaan sendiri (PAPS) selama tahun 2015 adalah 501 pasien dari
keseluruhan pasien yang dirawat selama tahun 2015 sebanyak 1675 pasien.
KepMenKes Nomor 129/MenKes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal
rumah sakit menjelaskan bahwa pulang atas permintaan sendiri adalah pulang
paksa atau pulang atas permintaan pasien atau keluarga pasien sebelum
diputuskan boleh pulang oleh dokter yang merawat.
Irawati (2014) menyatakan bahwa keandalan, ketanggapan, dan perhatian
berpengaruh terhadap pasien pulang atas permintaan sendiri di Rumah Sakit
Advent Kota Medan. Daya tanggap merupakan faktor yang paling dominan

Universitas Sumatera Utara

terhadap pasien pulang atas permintaan sendiri, artinya pasien yang menyatakan
daya tanggap rumah sakit kurang baik mempunyai peluang untuk pulang atas
permintaan sendiri 5,179 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang
menyatakan daya tanggap rumah sakit baik. Ketanggapan dan perhatian di ruang
anak terkait erat dengan atraumatic care. Pelaksanaan atraumatic care yang

kurang optimal menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi banyaknya pasien
pulang atas permintaan sendiri (PAPS) di rumah sakit umum Cut Meutia Aceh
Utara.
Perawat yang bekerja diruang rawat inap anak rumah sakit umum Cut Meutia
Aceh Utara sebanyak 28 perawat. Pada studi pendahuluan peneliti juga melakukan
wawancara dengan 3 orang perawat yang bekerja di ruang rawat inap anak rumah
sakit umum Cut Meutia Aceh Utara, mereka mengatakan bahwa atraumatic care
telah dilaksanakan di rumah sakit tersebut, namun belum secara optimal. Hal
tersebut disebabkan karena banyak faktor, diantaranya fasilitas yang kurang
mendukung untuk pelaksanaan atraumatic care.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan atraumatic care di rumah
sakit umum Cut Meutia Aceh Utara.
2. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan atraumatic care di
rumah sakit umum Cut Meutia Aceh Utara?

Universitas Sumatera Utara


3. Tujuan penelitian
3.1 Tujuan umum
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan atraumatic care di rumah sakit umum Cut Meutia
Aceh Utara.
3.2 Tujuan khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi karakteristik responden penelitian.
b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan atraumatic
care berdasarkan faktor internal (pengetahuan dan sikap) di rumah sakit
umum Cut Meutia Aceh Utara.
c. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan atraumatic
care berdasarkan faktor eksternal (fasilitas) di rumah sakit umum Cut
Meutia Aceh Utara.
4. Manfaat penelitian
4.1 Pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan yang
berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan sebagai informasi bagi
institusi pendidikan.
4.2 Praktek keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan
kepada perawat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
atraumatic care dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak.

Universitas Sumatera Utara

4.3 Penelitian keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi
tambahan yang berguna bagi pengembangan penelitian keperawatan berikutnya
terutama yang berhubungan dengan atraumatic care.

Universitas Sumatera Utara