Transliterasi Naskah No : 07.8, Koleksi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1

Kepustakaan yang relevan

1.1.1

Transliterasi
Transliterasi merupakan salah satu tahap/langkah dalam penyuntingan

teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah
lama dalam sastra Indonesia dan sastra daerah sebagian besar ditulis dengan
huruf Arab atau huruf daerah. Dalam rangka penyuntingan teks yang ditulis
dengan huruf Arab atau huruf daerah

itu perlu terlebih dahulu teks itu

ditransliterasikan ke huruf lain.
Transliterasi adalah penggantian atau pengalihan huruf demi huruf dari
abjad yang satu ke abjad yang lain. Misalnya, pengalihan huruf dari huruf ArabMelayu ke huruf Latin atau dari huruf Jawa ke huruf Latin atau sebaliknya

(Djamaris 2002:19).
Transliterasi didefinisikan sebagai pemindahan dari satu tulisan ke
tulisan lain; transliterasi lebih disukai daripada transkripsi yang hanya menyalin
dari satu tempat ke tempat lain (Robson 1994:24).
Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad
yang satu ke abjad yang lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001)
Ketiga pengertian transliterasi diatas memiliki makna yang sama,
sehingga dapat disimpulkan bahwa transliterasi adalah pengalihan huruf dari
satu huruf ke huruf yang lain. Ada dua tugas pokok peneliti filologi dalam
transliterasi ini, yaitu tugas pokok pertama ialah menjaga kemurnian bahasa
22

Universitas Sumatera Utara

lama dalam naskah khususnya penulisan kata. Penulisan kata yang menunjukkan
ciri ragam bahasa lama dipertahankan bentuk aslinya, tidak disesuaikan
penulisannya dengan penulisan kata menurut Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD), supaya data mengenai bahasa lama dalam naskah itu tidak hilang. Tugas
pokok kedua ialah menjanjikan teks sesuai dengan pedoman ejaan yang berlaku
sekarang. Hal ini dilakukan agar pembaca dapat dengan mudah memahami isi

naskah.

1.1.2

Naskah
Yang dimaksud dengan naskah disini adalah semua bahan tulisan tangan

peninggalan nenek moyang yang ditulis pada kertas, lontar, kulit kayu, dan
rotan. Tulisan tangan pada kertas itu biasanya dipakai pada naskah-naskah yang
berbahasa Melayu dan yang berbahasa Jawa. Lontar banyak dipakai pada
naskah-naskah berbahasa Jawa dan Bali, kulit kayu, bambu dan tulang biasa
digunakan pada naskah-naskah berbahasa Batak. Dalam bahasa Latin, naskah ini
disebut codex, dalam bahasa Inggris disebut manuscript, dan dalam bahasa
Belanda disebut handscrift.
Naskah merupakan perbendaharaan pikiran dan cita-cita para nenek
moyang kita. Dengan mempelajari naskah-naskah itu kita bisa mendekati dan
menghayati pikiran serta cita-cita yang dulu menjadi pedoman kehidupan
mereka (Robson 1994:3)

23


Universitas Sumatera Utara

Baried (1977:20) mengatakan bahwa naskah merupakan tulisan tangan
yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya
bangsa masa lampau.
Naskah adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan (Kamus Besar
Bahasa Indonesia).
Naskah
mengandung isi bermacam-macam, diantaranya
naskah
mengandung unsur peristiwa penting dalam sejarah, sikap dan pikiran serta
perasaan masyarakat, ide kepahlawanan, sikap bawahan terhadap atasan dan
sebaliknya. Ada pula naskah yang menguraikan sistem pemerintahan, tata
hukum, adat istiadat, kehidupan keagamaan, ajaran moral, perihal pertunjukan
beserta segenap peralatannya (Darusuprapta 1995:137).
Dari ketiga pengertian naskah diatas, dapat disimpulkan bahwa naskah
ialah tulisan tangan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, sebagai
hasil budaya pada masa lampau.
Mengingat bahan naskah seperti tersebut di atas, jelaslah bahwa naskah

itu tidak dapat bertahan beratus-ratus tahun tanpa pemeliharaan yang cermat dan
perawatan yang khusus sebagaimana dapat kita jumpai diluar negeri.
Pemeliharaan naskah agar tidak cepat rusak dapat dilakukan dengan cara
mengatur suhu udara tempat naskah itu disimpan,sehingga naskah tidak cepat
lapuk, melapisi kertas-kertas yang sudah lapuk dengan kertas yang khusus untuk
itu sehingga kertas bisa kuat kembali, dan menyemprot naskah-naskah itu dalam
jangka waktu tertentu dengan bahan kimia yang dapat membunuh bubuk-bubuk
yang memakan kertas itu.
Cara lain yang dilakukan untuk memelihara naskah ini adalah memotret
naskah itu halaman demi halaman dalam bentuk makrofilm maupun mikrofilm.

24

Universitas Sumatera Utara

Usaha ini cukup banyak dilakukan. Dapatlah dibayangkan bahwa apabila
naskah-naskah tidak dirawat dengan cermat akan cepat sekali hancur dan tidak
bernilai lagi sebagai warisan budaya nenek moyang.
Semua teks di dalam naskah itu dianggap sebagai hasil sastra lama atau
sastra tradisional dan isi naskah itu bermacam-macam. Isi naskah itu ada yang

tidak dapat digolongkan

dalam karya sastra seperti undang-undang, adat-

istiadat, cara membuat obat, dan cara membuat rumah. Sebagian besar isi naskah
dapat digolongkan dalam karya sastra dalam pengertian khusus, seperti ceritacerita dongeng, legenda, mite, pantun, syair, dan gurindam.

2.2 Teori Yang Digunakan
2.2.1 Filologi
Filologi berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari dua kata philos dan
logos. Philos artinya cinta dan logos artinya kata, ilmu. Jadi, secara harafiah
filologi berarti ‘cinta kata’ atau cinta kata-kata. Ada beberapa pendapat ataupun
batasan tentang filologi yang dapat dipakai sebagai acuan pada penelitian ini.
Baried (1985:2) mengatakan, “filologi merupakan sebuah studi yang
diperlukan untuk satu upaya yang dilakukan terhadap peninggalan masa
lampau”.
August (dalam Friska 2014:11) mengatakan, “Filologi berarti ilmu
pengetahuan tentang segala sesuatu yang pernah diketahui orang”.
Mario (dalam Friska 2014:11) mengatakan, “Filologi merupakan ilmu
studi bahasa yang ilmiah seperti yang disandang oleh linguistik pada masa


25

Universitas Sumatera Utara

sekarang dan apabila studinya dikhususkan kepada teks, teks tua filologi
memperoleh pengertian semacam ilmu linguistik historis”.
Dari ketiga pengertian filologi di atas, dapat disimpulkan bahwa filologi
adalah ilmu pengetahuan yang dikhususkan kepada teks terhadap peninggalan
masa lampau. Penelitian filologi secara khusus berfokus pada teks dan naskah.
Penelitian filologi yang berfokus pada teks disebut kritik teks atau tekstologi.
Penelitian filologi yang berfokus pada naskahnya atau bahan yang digunakan
untuk menuliskan teks itu disebut kodekologi.
Pengertian filologi ini kemudian berkembang dari pengertian cinta pada
kata-kata menjadi cinta pada ilmu. Filologi tidak hanya sibuk dengan kritik teks,
serta komentar penjelasannya, tetapi juga ilmu yang menyelidiki kebudayaan
suatu bangsa berdasarkan naskah. Objek yang dikaji tetap sama, yaitu naskah.
Dari penelitian filologi, kita dapat mengetahui latar belakang agama, adatistiadat, dan pandangan hidup suatu bangsa sesuai dengan isi naskah.
Untuk dapat mengetahui


isi naskah dengan baik, penulis harus

mengetahui dan memahami metode penelitian yang harus digunakan dalam
menelaah suatu naskah. Dalam meneliti sebuah naskah, penulis pun harus
memperhatikan metode yang tepat yang dapat digunakan dalam menganalisis
suatu teks. Oleh karena itu, tulisan ini disusun dengan tujuan untuk memberikan
pemahaman tentang metode-metode atau langkah-langkah yang digunakan oleh
penulis dalam upaya penelitian suatu naskah.

26

Universitas Sumatera Utara

Penulis menggunakan beberapa tahap metode untuk mendapatkan hasil
analisis yang baik dalam menelaah naskah. Yaitu, penulis melakukan
pengumpulan naskah, kemudian melakukan kritik teks dan merekonstruksi teks.

2.2.2 Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian filologi ada beberapa macam
sesuai dengan tahapan/proses penelitian. Tahap pertama ialah pengumpulan data

yang berupa inventarisasi naskah. Data penelitian filologi berupa naskah-naskah.
Pengumpulan data itu dilakukan dengan metode studi pustaka. Sumber data
penelitian ini adalah katalogus naskah yang terdapat di berbagai perpustakaan
universitas dan museum.
Di samping katalogus, sumber data lain adalah buku atau daftar naskah
yang terdapat di perpustakaan, museum, instansi lain yang menaruh perhatian
terhadap naskah.
Metode pengumpulan data yang kedua adalah metode studi lapangan
(field research). Naskah tidak hanya tersimpan di perpustakaan atau museum,
tetapi juga terdapat di kalangan masyarakat. Ada segolongan orang yang
menganggap naskah sebagai benda yang sangat berharga, benda pusaka
sehingga benda itu dikeramatkan. Untuk itu, naskah disimpannya baik-baik dan
tidak boleh dibaca oleh sembarang orang. Untuk membaca naskah itu kadangkadang disertai upacara-upacara tertentu. Naskah yang sering dianggap benda
keramat atau sangat berharga itu diantaranya naskah yang berisi silsilah

27

Universitas Sumatera Utara

keturunan, naskah berisi mantera, naskah berisi cara membuat obat-obatan, dan

naskah keagamaan.
Ada kalanya naskah tersimpan di tempat-tempat pendidikan, seperti
pesantren, serta tempat-tempat acara kesenian. Tokoh masyarakat atau
budayawan ada kalanya juga menyimpan naskah-naskah ini.

2.2.3

Metode Kritik Teks
Metode kritik teks adalah sebuah metode untuk menafsirkan naskah

dengan memperhatikan bagian-bagian suatu teks secara mendalam. Metode
kritik teks ini dibagi menjadi metode intuitif, objektif, gabungan, landasan, dan
edisi naskah tunggal, namun metode yang digunakan ialah metode edisi naskah
tunggal sehingga yang dijelaskan penulis adalah metode edisi naskah tunggal.
Metode Edisi Naskah Tunggal
Apabila hanya ada naskah tunggal dari suatu tradisi sehingga
perbandingan tidak mungkin dilakukan, dapat ditempuh dua jalan, yaitu :
a. Edisi Diplomatik, yaitu menerbitkan satu naskah seteliti-telitinya tanpa
mengadakan perubahan. Edisi diplomatik yang baik adalah hasil
pembacaan


yang teliti oleh seorang pembaca

yang ahli dan

berpengalaman. Dalam bentuknya yang paling sempurna, edisi
diplomatik adalah naskah asli direproduksi fotografis. Hasil reproduksi
fotografis itu disebut juga faksimile. Dapat juga penyunting membuat
transliterasi setepat-tepatnya tanpa menambahkan sesuatu dari segi

28

Universitas Sumatera Utara

teoritis, metode ini paling murni karena tidak ada unsur campur tangan
dari pihak editor. Namun, dari segi praktis kurang membantu pembaca.
b. Metode Standar, yaitu menerbitkan naskah dengan membetulkan
kesalahan-kesalahan kecil dan ketidakjegan, sedang ejaannya disesuaikan
dengan ketentuan yang berlaku. Diadakan pembagian kata, pembagian
kalimat, digunakan huruf besar, pungtuasi, dan diberikan pula komentar

mengenai kesalahan-kesalahan teks. Pembetulan yang tepat dilakukan
atas dasar pemahaman yang sempurna sebagai hasil perbandingan
dengan naskah-naskah sejenis dan sezaman. Semua perubahan yang
diadakan dicatat ditempat yang khusus agar selalu dapat diperiksa dan
diperbandingkan dengan bacaan naskah sehingga masih memungkinkan
penafsiran lain oleh pembaca. Segala usaha perbaikan harus disertai
pertanggungjawaban

2.2.4

dengan

metode

rujukan

yang

tepat.

Rekonstruksi Teks
Berdasarkan pengertian bahwa salah satu bacaan salah, maka yang salah

ini dibetulkan menurut bacaan yang benar, yang terdapat dalam naskah-naskah
lain. Apabila terdapat perbedaan bacaan dalam jumlah naskah yang sama
sehingga tidak ada bacaan mayoritas yang

dianggap benar, pembetulan

dilakukan berdasarkan pengetahuan dari sumber lain sehingga bacaan yang satu
dibetulkan dengan mengikuti bacaan yang lain.
Bacaan yang terdapat dalam sebuah naskah dipandang sebagai bacaan
arketip. Akan tetapi, bacaan boleh dibetulkan berdasarkan pengetahuan dari
29

Universitas Sumatera Utara

sumber lain supaya mendekati bacaan asli yang ‘hipotesis’. Teks yang sudah
direkonstruksikan atau di pugar dipandang paling dekat dengan teks yang ditulis
pengarang.

30

Universitas Sumatera Utara