Tinjauan Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Bank Dengan Jaminan Personal Guarantee Pada Pt.Bank Bri (Persero), Tbk Wilayah Medan

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT BANK

A. Pengertian Kredit dan Jenis-jenisnya Menurut Ketentuan Undang-Undang
Perbankan Indonesia
Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahasa latin, credere,
yang berarti kepercayaan. Misalkan, seorang nasabah debitur yang memperoleh
kredit dari bank adalah tentu seseorang yang mendapat kepercayaan dari bank.Hal
ini menujukan bahwa yang menjadi dasar pemberian kredit oleh bank kepada
nasabah debitur adalah kepercayaan.Hal ini menunjukan bahwa yang menjadi
dasar pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur adalah kepercayaan.
Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau
badan usaha untuk menjamin uang untuk membeli berbagai kebutuhan dan produk
dan akan membayarnya kembali pada jangka waktu yang telah diperjanjikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah
pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau
pinjaman sampai batas jumlah tertentuyang diizinkan oleh bank atau badan lain.
Dalam Pasal 1 butir 11 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyatakan bahwa:
“Kredit adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pengertian diatas menunjukan bahwa prestasi yang wajib
dilakukan oleh debitur atas kredit yang diberikan kepadanya adalah tidak
semata-mata melunasi utangnya tetapi juga disertai dengan bunga sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. 57
Untuk

mencegah terjadinya

kredit

bermasalah dikemudian

hari,

penilaian suatu bank untuk memberikan persetujuan terhadap suatu permohonan

kredit dilakukan dengan berpedoman kepada Formula 4P dan 5C. Formula 4P
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Personality
Dalam hal ini pihak bank mencari data secara lengkap mengenai kepribadian
si pemohon kredit, antara lain mengenai riwayat hidupnya,pengalamannya
dalamberusaha, pergaulan dalam masyarakat, dan lain-lain.Halinidiperlukan
untukmenentukanpersetujuankredityangdiajukan oleh pemohon kredit.
2. Purpose
Selainmengenaikepribadian(personality)daripemohonkredit,bankjuga
mencaridatatentangtujuanataupenggunaankredittersebutsesuailineof
bussineskreditbankyangbersangkutan.
3. Prospect
Dalam hal ini bank harus melakukan analisis secara cermat dan mendalam
tentangbentuk
apakah

usahayang

usahayangakandilakukanolehsipemohonkredit.Misalnya,
dijalankan


oleh

pemohon

kredit

mempunyai

prospekdikemudianhariditinjaudariaspekekonomi dan kebutuhan masyarakat.
57

Hermansyah, 2005, Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Prenada Media,

hal. 55.

Universitas Sumatera Utara

4. Payment
Bahwa


dalam

penyalurankredit,bankharusmengetahuidenganjelas

mengenaikemampuandaripemohonkredituntukmelunasikreditdalam
jumlahdanjangkawaktuyang ditentukan. 58
Mengenai formula 5C dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Character
Bahwacalon

nasabahdebitormemilikiwatak,moral,dansifat-sifatpribadi

yangbaik.Penilaianterhadapkarakterinidilakukanuntukmengetahui
tingkatkejujuranintegritas,dankemauandaricalonnasabahdebitoruntuk
memenuhikewajibandanmenjalankan usahanya. Informasi ini dapat diperoleh
oleh bank melalui riwayat usaha, dan informasi usaha-usaha yang sejenis.
2. Capacity
Yangdimaksud dengan capacity dalam hal ini adalah kemampuan calon
nasabah debitor untuk mengelola kegiatan usahanya dan mampu melihat

prospektif masa depan, sehingga usahanya akan dapat berjalan dengan baik
dan memberikan keuntungan, yang menjamin bahwa ia mampu melunasi
utang kreditnya dalam jumlah dan jangka waktu yang telah ditentukan.
Pengukuran kemampuan ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan,
misalnya pendekatan materil, yaitu melakukan penilaian terhadap keadaan
neraca, laporan rugi laba, dan arus kas (cash flow) usaha dari beberapa tahun
terakhir. Melalui pendekatan ini, tentu dapat diketahui pula mengenai tingkat
solvabilitas,
58

likuiditas,

dan

rentabilitas

usaha

serta


tingkat

Ibid, hal. 63-64

Universitas Sumatera Utara

resikonya.Padaumumnyauntuk menilai capacity seseorang didasarkan pada
pengalamannya dalam dunia bisnis yang dihubungkan dengan pendidikan dari
calon nasabah debitor, serta kemampuan dan keunggulan perusahaan dalam
melakukan persaingan usaha dengan pesaing lainnya.
3. Capital
Dalam hal ini bank harus terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap modal
yang dimiliki oleh pemohon kredit. Penyelidikan ini tidaklah semata-mata
didasarkan pada besar kecilnya modal, akan tetapi lebih difokuskan kepada
bagaimana distribusi modal ditempatkan oleh pengusaha tersebut, sehingga
segala sumber yang telah ada dapat berjalan secara efektif.
4. Collateral
Collateral adalah jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yang
merupakan sarana pengaman (back up) atas resiko yang mungkin terjadi atas
wanprestasinya nasabah debitor di kemudian hari,


misalnya kredit

macet.Jaminan ini diharapkan mampu melunasi sisa utang kredit baik utang
pokok maupun bunganya.
5. Condition of Economy
Bahwa dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi secara umum dan
kondisi sektor usaha pemohon kredit perlu memperoleh perhatian dari bank
untuk memperkecil resiko yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh kondisi
ekonomi tersebut. Dalam masyarakat yang modern, perjanjian dapat dibuat
secara lisan maupun secara tulisan. Perjanjian merupakan salah satu kerangka
hukum

perdata

dikalangan

pakar

yang


menimbulkan

berbagai

Universitas Sumatera Utara

pandangan.Terdapat banyaksekali istilah dan pengertian mengenai hukum
perjanjian. Secara yuridis, Pasal 1313 KUHPerdata menyebutkan“suatu
perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Dari ketentuan pasal ini
jelaslah bagi kita bahwa persetujuan yang bersifat sepihak, yaitu persetujuan
yang hanya menimbulkan kewajiban pada satu pihak saja. Suatu Perjanjian
adalah semata-mata suatu persetujuan yang diakui oleh hukum. Persetujuan ini
merupakan kepentingan yang pokok dalam dunia usaha, dan menjadi dasar
dari kebanyakan transaksi dagang, seperti jual-beli barang, tanah, pemberian
kredit, asuransi,pengangkutan barang, pembentukan organisasi usaha, dan
sebegitu jauh menyangkut tenaga kerja. 59
Syarat sah suatu perjanjian agar dapat dikatakan suatu perjanjian yang sah
sesuai dengan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan:

1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya;
Yang dimaksud kata sepakat adalah bahwa kedua subjek yang membuat
perjanjian itu harus sepakat atau setuju mengenai hal-hal pokok dari suatu
perjanjian yang mereka sepakati.
2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian;
Sesorang itu harus benar-benar mempunyai kewenangan dalam membuat
suatu perjanjian dengan pihak lainnya. Dan harus bertanggung jawab atas
akibat dari perjanjian yang dibuat.

59

Ibid, hal. 64-65.

Universitas Sumatera Utara

3. Mengenai suatu hal tertentu;
Pasal 1333 KUHPerdata menyatakan bahwa paling sedikit yang menjadi
obyek perjanjian harus dapat ditentukan oleh jenisnya, baik benda berwujud
atau benda tidak berwujud.
4. Suatu sebab yang halal;

Sebab disini diartikan sebagai isi atau tujuan dari pada suatu perjanjian.
Melalui syarat ini, maka hakim dapat mengawasi perjanjian tersebut.
Perjanjian kredit merupakan perjanjian pendahuluan (pactum de contrahendo).
Dengandemikian

perjanjian

ini

mendahuli

perjanjian

hutang-piutang

(perjanjian pinjam-mengganti).Sedang perjanjian hutang-piutang merupakan
pelaksanaan dari perjanjian pendahuluan atau perjanjian kredit. 60

B. Jenis-jenis Kredit dan Fungsi Kredit serta Pihak-pihak Perjanjian Kredit
Kredit terdiri dari beberapa jenis yang bila dilihat dari berbagai

pandangan.Dalam hal ini jenis kredit tidak dapat dipisahkan dari tujuan
pembangunan.Awalnya kredit diberikan dengan landasan kepercayaan murni
terhadap nasabah.Dengan perkembangan zaman maka ada pula perkembangan
mengenai kredit sehingga kredit memliki unsur-unsur yang membuatnya memiliki
landasan dan berkembanglah pembagian mengenai kredit ini.
Suatu kredit mencapai fungsinya, baik bagi debitur, kreditur maupun
masyarakat, apabila secara sosial ekonomis membawa pengaruh yang lebih
baik.Bagi pihak debitur dan kreditur, mereka sama-sama memperoleh keuntungan
dan juga mengakibatkan tambahan penerimaan negara dari pajak, serta membawa
dampak kemajuan ekonomi yang bersifat mikro maupun makro.61
60
61

H. Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Andi, Yogyakarta, 2005, hal. 29.
Mohhammad Djumhana, Op.Cit, hal. 232.

Universitas Sumatera Utara

C. Tujuan dan Fungsi Kredit serta Pihak-pihak Perjanjian Kredit
Tujuan kredit diberikan tidak terlepas dari misi dari bank tersebut.
Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut:
1. Mencari keuntungan
Yaitubertujuanuntukmemperolehhasildaripemberiankredittersebut.
Hasiltersebutterutamadalambentukbungayangditerimaolehbanksebagai
balasjasadanbiayaadministrasikredityang

dibebankan

kepada

nasabah.Keuntunganinipentinguntukkelangsunganhidupbank.Jikabankyangter
us-menerusmenderitakerugian,makabesarkemungkinanbanktersebut
akandilikuidasi(dibubarkan).
2. Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan
dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana
tersebut,makapihakdebitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan
usahanya.
3. Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak
perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti
adanya peningkatan pembangunan diberbagai sektor.62
Menurut pendapat H. Budi di dalam bukunya “Hukum Jaminan Keperdataan”,
disebutkan bahwa kredit dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan
mempunyai fungsi sebagai berikut:
62

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2010,

hal. 100.

Universitas Sumatera Utara

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Meningkatkan daya guna uang;
Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang;
Meningkatkan daya guna dan peredaran uang;
Sebagai salah satu stabilitas ekonomi;
Meningkatkan kegairahan usaha;
Meningkatkan pemerataan pendapat; dan
Meningkatkan hubungan internasional. 63

D. Para Pihak-pihak Perjanjian Dalam Kredit
Para pihak dalam kredit pada dasarnya hanya ada dua, yaitu pihak kreditur
(bank) dan pihak debitur. Namun masalahnya akan menjadi lain apabila barang
jaminan diberikan oleh pihak ketiga yang turut serta menandatangani perjanjian
kredit (hutang-piutang) atau Personal Guarantee diberikan oleh pihak ketiga.
Jadi disini pihak ketiga bertindak sebagai penjamin. 64
Para pihak yang ada dalam suatu perjanjian kredit antara lain:
1. Pihak Kreditur atau Bank
Menurut kamus istilah hukum Fockema Andrea, yang dimaksud
dengan Bank ialah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan
perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada
perusahaan dalam menerima dan memberikan uang daridan kepada pihak
ketiga.Berhubung dengan adanya cek yang hanya dapat diberikan kepada
banker sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau lembaga
yang dalam pekerjaanya secara teratur menyediakan uang untuk pihak
ketiga. 65

63

H. Budi Untung, Op.Cit, hal. 4.
Ibid, hal. 3
65
Ibid, hal. 13

64

Universitas Sumatera Utara

Dalam Pasal 1 butir 2 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan
menyatakan bahwa biasanya Pihak Kreditur adalah Bank.“Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat bank”.
SesuaiPasal 5 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang
perubahanatasUndang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan, bank
terbagi dalam dua jenis yaitu:
a) BankUmum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensionaldan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Umum dapat
mengkhususkan diri untuk melaksanakan atau memberikan perhatian yang
lebih besar pada kegiatan tertentu.
b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatan tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Pihak Debitur atau Nasabah
Debitur atau sipihak berhutang atau nasabah adalah pihak yang mengadakan
pinjaman ke bank dengan menggunakan jaminan. Debitur adalah pihak yang
berhutang ke pihak lain, biasanya dengan menerima sesuatu dari kreditur yang
dijanjikan debitur untuk dibayar kembali pada masa yang akan datang 66.
Didalam Undang-Undang Perbankan dimuat tentang jenis dan pengertian
nasabah. Dalam Pasal 1 angka 17 disebutkan bahwa pengertian nasabah yaitu
pihak yang menggunakan jasa bank. Jenis-jenis nasabah bank ada 2, yakni:
66

http://accounting-bank.blogspot.com/2011/03/debitur-dan-kreditur.html diakses pada hari
Minggu Pada 20 Oktober 2016 pukul 23:24 WIB.

Universitas Sumatera Utara

a) Nasabah Penyimpan, yakni nasabah yang menempatkan dananya di bank
dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang
bersangkutan.
b) Nasabah Debitur, nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah atau yang dipersamakan dengan
itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. 67
3. Pihak Penjamin atau Personal Guarantee
Penjamin atau Personal Guarantee adalah jaminan seorang pihak
ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si
debitor. Yang dimaksud dengan penjamin adalah pihak ketiga yang bukan
merupakan debitur, bisa saja orang perorangan atau korporasi yang berbadan
hukum maupun tidak berbadan hukum dengan mengadakan perjanjian dengan
pihak kreditur agar ia menjadi penjamin dalam pelunasan hutang debitur
kepada

kreditur

apabila

debitur

tersebut

melakukan

wanprestasi.

Tujuanadanya penjamin adalah untuk menjamin agar hutang yang telah
diberikan kreditur kepada debitur dapat terjamin pengembaliannya.

E. Pengaturan Kredit Perbankan dan Manajemen Kredit
1. Pengaturan Kredit
Pemberian kredit merupakan kegiatan utama bank yang mengandung
risiko yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan kelangsungan usaha bank.
Namun mengingat sebagai lembaga intermediasi, sebagian besar dana bank
67

Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2000, hal. 32-33.

Universitas Sumatera Utara

berasal dari dana masyarakat, maka pemberian kredit perbankan banyak dibatasi
oleh ketentuan undang-undang dan ketentuan Bank Indonesia. UU Perbankan
telah mengamanatkan agar bank senantiasa berpegang pada prinsip kehati-hatian
dalam melaksanakan kegiatan usahanya, termasuk dalam memberikan kredit.
Selain itu, Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan juga menetapkan peraturanperaturan dalam pemberian kredit oleh perbankan. Beberapa regulasi dimaksud
antara lain adalah regulasi mengenai Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan
Kebijaksanaan Perkreditan Bank bagi Bank Umum, Batas Maksimal Pemberian
Kredit, Penilaian Kualitas Aktiva, Sistem Informasi Debitur, dan pembatasan
lainnya dalam pemberian kredit. Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan
Kebijaksanaan Perkreditan Bank bagi Bank Umum.
Sebagaimana telah dikemukakan,bank dalam melakukan kegiatan usaha
terutama dengan menggunakan dana masyarakat yang dipercayakan kepada bank.
Pemberian kredit merupakan kegiatan utama bank yang mengandung risiko yang
dapat berpengaruh pada kesehatan dan kelangsungan usaha bank, sehingga dalam
pelaksanaannya bank harus berpegang pada azas-azas perkreditan yang sehat guna
melindungi dan memelihara kepentingan dan kepercayaan masyarakat. Agar
pemberian kredit dapat dilaksanakan secara konsisten dan berdasarkan azas-azas
perkreditan yang sehat, maka diperlukan suatu kebijakan perkreditan yang tertulis.
Berkenaan dengan hal tersebut, Bank Indonesia telah menetapkan ketentuan
mengenai

kewajiban

kebijakanperkreditan

bank
bank

umum

untuk

berdasarkan

memiliki

pedoman

dan

melaksanakan

penyusunan

kebijakan

perkreditan bank dalam SK Dir BI No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan SK Dir BI tersebut, Bank Umum wajib memiliki kebijakan
perkreditan bank secara tertulis yang disetujui oleh dewan. Komisaris bank
dengan sekurang-kurangnya memuat dan mengatur hal-hal pokok sebagai berikut:
a. prinsip kehati-hatian dalam perkreditan;
b. organisasi dan manajemen perkreditan;
c. kebijakan persetujuan kredit;
d. dokumentasi dan administrasi kredit;
e. pengawasan kredit.
Kebijakan perkreditan bank dimaksud wajib disampaikan kepada Bank
Indonesia.Dalam pelaksanaan pemberian kredit dan pengelolaan perkreditan bank
wajib mematuhi kebijakan perkreditan bank yang telah disusun secara konsekuen
dan konsisten.
2. Batas Maksimum Pemberian Kredit dan Manajemen Kredit
Salah satu penyebab dari kegagalan usaha bank adalah penyediaan dana
yang tidak didukung dengan kemampuan bank mengelola konsentrasi penyediaan
dana secara efektif. Dalam rangka mengurangi potensi kegagalan usaha bank
maka bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit,
antara lain dengan melakukan penyebaran (diversifikasi) portofolio penyediaan
dana melalui pembatasan penyediaan dana, baik kepada pihak terkait maupun
kepada pihak bukan terkait. Pembatasan penyediaan dana adalah persentase
tertentu dari modal bank yang dikenal dengan batas maksimum pemberian kredit
(BMPK). BMPK mendapatkan dasar pengaturan dalam UU Perbankan.

Universitas Sumatera Utara

Pengaturan tersebut selanjutnya dijabarkan oleh Bank Indonesia dalam
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum
Pemberian Kredit Bank Umum. Berdasarkan PBI tersebut, BMPK adalah
persentase maksimum penyediaan dana yang diperkenankan terhadap modal bank.
Tujuan ketentuan BMPK adalah untuk melindungi kepentingan dan kepercayaan
masyarakat serta memelihara kesehatan dan daya tahan bank, dimana dalam
penyaluran dananya,

bank

diwajibkan mengurangi risiko

dengan cara

menyebarkan penyediaan dana sesuai dengan ketentuan BMPK vide Pasal 1
angka 2 PBI No. 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit
Bank Umum yang telah ditetapkan sedemikian rupa sehingga tidak terpusat pada
peminjam dan/atau kelompok peminjam tertentu. Penyediaan dana dalam
kerangka BMPK tidak hanya berupa kredit, tetapi meliputi seluruh portofolio
penyediaan dana yaitu penanaman dana bank dalam bentuk:
a. kredit;
b. surat berharga;
c. penempatan;
d. surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali;
e. tagihan akseptasi;
f. darivatif kredit (credit derivative);
g. transaksi rekening administratif (seperti guarantee, letter of credit, standby
letter of credit);
h. tagihan derivatif;
i.

potential future credit exposure;

j.

penyertaan modal;

k. penyertaan modal sementara;

Universitas Sumatera Utara

Bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan huruf a
sampai dengan huruf k.
Seluruh portofolio penyediaan dana kepada pihak terkait dengan bank
dapat dilakukan paling tinggi 10% dari modal bank. Untuk penyediaan dana
kepada seorang peminjam yang bukan merupakan pihak terkait dengan bank
dapat dilakukan paling tinggi 20% dari modal bank. Sementara, penyediaan dana
kepada satu kelompok peminjam yang bukan merupakan pihak terkait dapat
dilakukan paling tinggi 25% dari modal bank. Peminjam digolongkan sebagai
anggota suatu kelompok peminjam apabila peminjam mempunyai hubungan
pengendalian dengan peminjam lain baik melalui hubungan kepemilikan,
kepengurusan dan/atau keuangan. Sementara, pihak terkait adalah peminjam
dan/atau kelompok peminjam yang mempunyai keterkaitan dengan bank
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 PBI No. 7/3/PBI/2005.Bank wajib memiliki
dan menata-usahakan daftar rincian pihak terkait dengan bank dan dilaporkan
kepada

Bank

Indonesia.Pengecualian

diberlakukan

terhadap

perusahaan-

perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan/atau Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) yang tidak diperlakukan sebagai kelompok peminjam sepanjang
hubungan tersebut semata-mata disebabkan karena kepemilikan langsung
pemerintah Indonesia. Selain itu penyediaan dana bank kepada BUMN untuk
tujuan pembangunan dan mempengaruhi hajat hidup orang banyak dapat
dilakukan paling tinggi sebesar 30% dari modal bank.

Universitas Sumatera Utara

Kemudian dapat ditambahkan bahwa pengambilalihan (negosiasi) wesel
ekspor berjangka dikecualikan dari peritungan BMPK sepanjang wesel ekspor
berjangka diterbitkan atas dasar letter of credit berjangka yang sesuai dengan
Uniform Customs and Practice for Documentary Credits (UCP) yang berlaku,
dan telah diaksep oleh Prime Bank.Bank yang melakukan pelanggaran BMPK
dan atau pelampauan BMPK dikenakan sanksi penilaian tingkat kesehatan
bank sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
Pelanggaran BMPK adalah selisih lebih antara persentase BMPK yang
diperkenankan dengan persentase penyediaan dana terhadap modal bank pada saat
pemberian penyediaan dana. Sementara, pelampauan BMPK adalah selisih lebih
antara persentase BMPK yang diperkenankan dengan persentase penyediaan dana
terhadap modal bank pada saat tanggal laporan dan tidak termasuk pelanggaran
BMPK sebagaimana dimaksud di atas. Penyediaan dana oleh Bank dikategorikan
sebagai pelampauan BMPK apabila disebabkan oleh:
a. penurunan modal bank;
b. perubahan nilai tukar;
c. perubahan nilai wajar;
d. penggabungan usaha dan atau perubahan struktur kepengurusan yang
menyebabkan perubahan pihak terkait dan atau kelompok peminjam;
perubahan ketentuan.
Dalam hal terjadi pelanggaran BMPK dan atau pelampauan BMPK,
bank wajib menyusun dan menyampaikan rencana tindakan (action plan) untuk
penyelesaiannya yang setidaknya memuat langkah-langkah untuk penyelesaian

Universitas Sumatera Utara

pelanggaran BMPK dan atau pelampauan BMPK serta target waktu penyelesaian
sesuai dengan ketentuan dalam PBI No. 7/3/PBI/2005. Bank yang menyampaikan
action plan untuk pelanggaran BMPK setelah batas akhir waktu sampai dengan
14 (empat belas) hari kerja setelah batas akhir waktu tersebut, dikenai sanksi
berupa kewajiban membayar sebesar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) per
hari kerja keterlambatan. Sementara, bank yang menyampaikan action plan untuk
pelampauan BMPK setelah batas akhir waktu sampai dengan 14 (empat belas)
hari kerja setelah batas akhir waktu tersebut, dikenai sanksi berupa kewajiban
membayar

sebesar

Rp.1.000.000,00

(satu

juta rupiah)

per

hari kerja

keterlambatan. Selanjutnya bank juga diwajibkan untuk menyampaikan laporan
pelaksanaan action plan masing-masing untuk pelanggaran BMPK dan
pelampauan BMPK kepada Bank Indonesia paling lambat 14 (empat belas) hari
kerja setelah realisasi action plan. Bank yang menyampaikan laporan pelaksanaan
action plan setelah batas akhir waktu sampai dengan 14 (empat belas) hari kerja
setelah batas waktu tersebut, dikenai sanksi berupa kewajiban membayar sebesar
Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari kerja keterlambatan. Bank yang tidak
menyelesaikan pelanggaran BMPK dan atau pelampauan BMPK sesuai dengan
action plan. Setelah diberi peringatan 2 (dua) kali oleh Bank Indonesia dengan
tenggang waktu 1 (satu) minggu untuk setiap teguran, dikenai sanksi administratif
sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat (2) UU Perbankan, antara lain berupa:
a. pencantuman anggota pengurus, pegawai bank, pemegang saham dalam daftar
pihak-pihak yang mendapat predikat tidak lulus penilaian kemampuan dan
kepatutan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku;

Universitas Sumatera Utara

b. pembekuan kegiatan usaha tertentu, antara lain tidak diperkenankan untuk
ekspansi penyediaan dana; dan atau
c. larangan untuk turut serta dalam rangka kegiatan kliring. Selain itu, terhadap
Dewan Komisaris, Direksi, pegawai bank, pemegang saham maupun pihak
terafiliasi lainnya dapat dikenai sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal
49 ayat (2) huruf b, Pasal 50 dan Pasal 50 A UU Perbankan.
Pasal 52 UU Perbankan:
“(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47, Pasal 47 A, Pasal 48, Pasal 49, dan Pasal 50 A, Bank Indonesia
dapat menetapkan sanksi administratif kepada bank yang tidak memenuhi
kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini, atau Pimpinan
Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank yang bersangkutan. (2) Sanksi
administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), antara lain adalah:
a. denda uang;
b. teguran tertulis;
c. penurunan tingkat kesehatan bank;
d. larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring;
e. pembekuan kegiatan usaha tertentu, baik untuk kantor cabang tertentu maupun
untuk bank secara keseluruhan;
f. pemberhentian pengurus bank dan selanjutnya menunjuk dan mengangkat
pengganti sementara sampai Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat
Anggota Koperasi mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan Bank
Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

3. Penilaian Kualitas Aktiva
Kondisi dan karakteristik dari aset perbankan nasional pada saat ini
maupun di waktu yang akan datang masih tetap dipengaruhi oleh risiko kredit,
yang apabila tidak dikelola secara efektif akan berpotensi mengganggu
kelangsungan usaha bank. Pengelolaan risiko kredit yang tidak efektif antara lain
disebabkan kelemahan dalam penerapan kebijakan dan prosedur penyediaan dana,
termasuk penetapan kualitasnya, kelemahan dalam mengelola portofolio aset bank,
serta kelemahan dalam mengantisipasi perubahan faktor eksternal yang
mempengaruhi kualitas penyediaan dana. Untuk memelihara kelangsungan
usahanya, bank perlu meminimalkan potensi kerugian atas penyediaan dana,
antara lain dengan memelihara eksposur risiko kredit pada tingkat yang memadai.
Berkaitan dengan hal tersebut, pengurus bank wajib menerapkan manajemen
risiko kredit secara efektif pada setiap jenis penyediaan dana serta melaksanakan
prinsip kehati-hatian yang terkait dengan transaksi-transaksi dimaksud.
Hal di atas diatur dalam PBI No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas
Aktiva Bank Umum.PBI tersebut mewajibkan bank (dalam hal ini Direksi)
untuk menilai, memantau dan mangambil langkah-langkah yang diperlukan
agar kualitas Aktiva (meliputi Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif)
senantiasa baik. Aktiva Produktif adalah penyediaan dana Bank untuk memperoleh
penghasilan, dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank,
tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual
kembali (reverse

repurchase agreement),

tagihan

derivatif,

penyertaan,

berlaku bagi bank, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 3 (tiga)
tahun dan paling lama 8 (delapan) tahun serta denda sekurang-kurangnya

Universitas Sumatera Utara

Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp.100.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah).” Pasal 50 UU Perbankan: “Pihak Terafiliasi yang dengan
sengaja tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan
ketaatan bank terhadap ketentuan dalam Undang-undang ini dan ketentuan
peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank, diancam dengan
pidana penjara sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling lama 8 (delapan)
tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
dan paling banyak Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).” Pasal 50 A
UU Perbankan: “Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang dengan
sengaja tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan
ketaatan bank terhadap ketentuan dalam Undang-undang ini dan ketentuan
peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank, diancam dengan
pidana penjara sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling lama 8 (delapan)
tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
dan paling banyak Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).”
Transaksi rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya
yang dapat dipersamakan dengan itu. Sementara, Aktiva Non Produktif adalah
aset bank selain Aktiva Produktif yang memiliki potensi kerugian, antara lain
dalam bentuk agunan yang diambil alih. Dalam Pasal 5 PBI No. 7/2/PBI/2005
diatur bahwa bank wajib menetapkan kualitas yang sama terhadap beberapa rekening
Aktiva Produktif yang digunakan untuk membiayai 1 (satu) debitur, hal ini juga
berlaku untuk Aktiva Produktif yang diberikan oleh lebih dari 1 (satu) bank
(termasuk penyediaan dana yang diberikan secara sindikasi). Dalam hal terdapat

Universitas Sumatera Utara

perbedaan penetapan kualitas Aktiva Produktif, maka kualitas masing-masing
Aktiva Produktif mengikuti kualitas Aktiva Produktif yang paling rendah.
Ketentuan untuk menetapkan kualitas yang sama tersebut di atas juga berlaku
terhadap Aktiva Produktif yang digunakan untuk membiayai proyek yang sama
(vide Pasal 6 PBI No. 7/2/PBI/2005). Termasuk dalam pengertian ‘proyek yang sama’
antara lain apabila: terdapat keterkaitan rantai bisnis secara signifikan dalam
proses produksi yang dilakukan oleh beberapa debitur. Keterkaitan dianggap
signifikan antara lain apabila proses produksi di suatu entitas tergantung pada
proses produksi entitas lain, misalnya adanya ketergantungan bahan baku dalam
proses produksi. Kelangsungan cash flow suatu entitas akan terganggu secara
signifikan apabila cash flow entitas lain mengalami gangguan. Penetapan kualitas
kredit dilakukan dengan melakukan analisis terhadap faktor penilaian yang
meliputi prospek usaha, kinerja debitur dan kemampuan membayar. Penilaian
terhadap prospek usaha meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai
berikut:
a. potensi pertumbuhan usaha;
b. kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan;
c. kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja;
d. dukungan dari grup atau afiliasi; dan Vide Pasal 1 angka 3 PBI No.
7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum
Upaya yang dilakukan debitur dalam rangka memelihara lingkungan
hidup, sementara penilaian terhadap kinerja debitur meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

a. perolehan laba;
b. struktur permodalan;
c. arus kas; dan
d. sensitivitas terhadap risiko pasar.
Kemudian penilaian terhadap kemampuan membayar meliputi penilaian
terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. ketepatan pembayaran pokok dan bunga;
b. ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan debitur;
c. kelengkapan dokumentasi kredit;
d. kepatuhan terhadap perjanjian kredit;
e. kesesuaian penggunaan dana; dan
f. kewajaran sumber pembayaran kewajiban.
Penetapan kualitas kredit dilakukan dengan melakukan analisis terhadap
faktor penilaian (prospek usaha, kinerja debitur, dan kemampuan membayar)
dengan mempertimbangkan komponen-komponendi atas.Penetapan kualitas kredit
dilakukan dengan mempertimbangkan signifikansi dan materialitas dari setiap
faktor penilaian dan komponen serta relevansi dari faktor penilaian dan komponen
terhadap debitur yang bersangkutan. Berdasarkan penilaian itu, kualitas kredit
ditetapkan menjadi: Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan,
atau Macet. Untuk mengantisipasi potensi kerugian,

bank wajib membentuk

Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) terhadap Aktiva Produktif dan Aktiva Non
Produktif.PPA meliputi cadangan umum dan cadangan khusus untuk Aktiva
Produktif, dan cadangan khusus untuk Aktiva Non Produktif.Cadangan umum

Universitas Sumatera Utara

sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan paling kurang sebesar 1 % (satu
perseratus) dari Aktiva Produktif yang memiliki kualitas Lancar. Semantara,
cadangan khusus ditetapkan paling kurang sebesar:
a. 5% (lima perseratus) dari Aktiva dengan kualitas Dalam Perhatian Khusus
setelah dikurangi nilai agunan;
b. 15% (lima belas peseratus) dari Aktiva dengan kualitas Kurang Lancar setelah
dikurangi nilai agunan;
c. 50% (lima puluh peseratus) dari Aktiva dengan kualitas Diragukan setelah
dikurangi nilai agunan;
d. 100% (seratus perseratus) dari Aktiva dengan kualitas Macet setelah dikurangi
nilai agunan;
Penggunaan nilai agunan sebagai faktor pengurang dalam perhitungan
PPA hanya dapat dilakukan untuk Aktiva Produktif. Agunan yang dapat
diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan PPA ditetapkan sebagai
berikut:
a. Surat Berharga dan saham yang aktif diperdagangkan di Bursa Efek di
Indonesia atau memiliki peringkat investasi dan diikat secara gadai;
b. tanah, rumah tinggal dan gedung yang diikat dengan hak tanggungan;
c. pesawat udara atau kapal laut dengan ukuran di atas20 (dua puluh) meter
kubik yang diikat dengan hipotek; dan atau
d. kendaraan bermotor dan persediaan yang diikat secara fidusia.

Universitas Sumatera Utara

Untuk kredit bermasalah, salah satu upaya untuk meminimalkan potensi
kerugian pada kredit bermasalah tersebut adalah bahwa bank juga dapat
melakukan restrukturisasi kredit untuk debitur yang mengalami kesulitan
pembayaran pokok dan atau bunga kredit namun masih memiliki prospek usaha
yang

baik

dan

mampu

memenuhi

kewajiban

setelah

dilakukan

restruktuirisasi.Bank dilarang melakukan restrukturisasi kredit dengan tujuan
hanya untuk menghindari penurunan penggolongan kualitas kredit, peningkatan
pembentukan PPA, atau penghentian pengakuan pendapatan bunga secara
akrual.Untuk itu bank wajib memiliki kebijakan dan prosedur tertulis mengenai
restrukturisasi kredit yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kebijakan manajemen risiko bank.
Untuk eksposur penyediaan dana yang sudah tidak memiliki prospek
usaha dan kemampuan membayar atau telah dikatagorikan Macet serta bank telah
melakukan berbagai upaya untuk memperoleh kembali penyediaan dana tersebut,
bank dapat melakukan hapus buku atau hapus tagih.
Hapus buku adalah tindakan administratif bank untuk menghapus buku
penyediaan dana yang memiliki kualitas Macet dari neraca sebesar kewajiban
debitur tanpa menghapus hak tagih bank kepada debitur. Sedangkan hapus tagih
adalah tindakan bank menghapus kewajiban debitur (tagihan kepada debitur)
yang tidak mungkin lagi diselesaikan oleh debitur.

F. Manajemen Kredit dan Pinjaman
Manajemen kredit dan pinjaman merupakan hal yang penting untuk
diketahui seiring dengan perkembangan perekonomian dan sumber-sumber
penyedia dana yang berperan untuk membiayai berbagai kegiatan bisnis dan usaha

Universitas Sumatera Utara

baik yang baru dimulai maupun yang sedang ingin dikembangkan menjadi lebih
besar. Untuk itulah bank mempunyai peranan yang penting dalam menggerakkan
perekonomian suatu daerah dan negara. Namun sesuai dengan UU Nomor 7 tahun
1992 mengenai perbankan disebutkan bahwa kredit yang diberikan atau
disalurkan oleh Bank akan mengandung resiko, oleh karena itu dalam
pelaksanaannya bank haruslah dapat memperhatikan dan mempertimbangkan
asas-asas perkreditan yang berlaku dan sehat.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Secara Cross Collateral (Studi Di PT. Bank Mandiri (Persero), TBK Cabang Medan Imam Bonjol

27 370 166

Tinjauan Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Bank Dengan Jaminan Personal Guarantee ( Study Pada Bank BRI KCP Willem Iskandar )

5 57 82

Tinjauan Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Bank Dengan Jaminan Personal Guarantee Pada Pt.Bank Bri (Persero), Tbk Wilayah Medan

2 13 108

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBERIAN KREDIT BANK DENGAN JAMINAN PERSONAL GUARANTEE PADA BMT IBADI Tinjauan Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Bank Dengan Jaminan Personal Guarantee Pada BMT Ibadi Kabupaten Tegal.

0 3 18

PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Bank Dengan Jaminan Personal Guarantee Pada BMT Ibadi Kabupaten Tegal.

0 2 9

Tinjauan Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Bank Dengan Jaminan Personal Guarantee Pada Pt.Bank Bri (Persero), Tbk Wilayah Medan

0 1 9

Tinjauan Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Bank Dengan Jaminan Personal Guarantee Pada Pt.Bank Bri (Persero), Tbk Wilayah Medan

0 0 1

Tinjauan Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Bank Dengan Jaminan Personal Guarantee Pada Pt.Bank Bri (Persero), Tbk Wilayah Medan

0 0 16

Tinjauan Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Bank Dengan Jaminan Personal Guarantee Pada Pt.Bank Bri (Persero), Tbk Wilayah Medan Chapter III V

0 0 56

Tinjauan Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Bank Dengan Jaminan Personal Guarantee Pada Pt.Bank Bri (Persero), Tbk Wilayah Medan

0 0 2