BOOKLET BAZAAR JFFF 2017 BAHASA INDONESIA

BONUS BAZAAR SEPTEMBER 2017
TIDAK DIJUAL TERPISAH

pertalian
tren &
teknOlOGi
mOde
dalam

+ 100

tampilan
fOOd
festival:

Bangga
Kuliner
Indonesia

Menuju Era
Inovasi Budaya


editor's

letter

ngka 14 bukanlah sesuatu yang kecil untuk
sebuah penyelenggaraan dan sebanyak itulah Jakarta Fashion & Food Festival telah
dilaksanakan hingga tahun 2017 ini. Event tahunan yang diselenggarakan oleh
Summarecon dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta ini kembali menjadi wadah bagi para pengusaha
mode dan kuliner untuk menunjukkan karya berkualitas dengan mengangkat budaya
Nusantara. Busana dan makanan menjadi dua elemen yang menyatukan berbagai
kalangan dan semua ini berlangsung di Summarecon Kelapa Gading.
Ada beberapa hal yang berbeda tahun ini, walaupun tidak mengurangi
kemeriahannya. Dengan adanya pembangunan LRT, Gading Nite Carnival tahun ini tidak
dilaksanakan di sepanjang jalan Boulevard. Namun hal ini tidak mengurangi antusiasme para
pengunjung, karena prosesi opening ceremony-nya pun cukup memukau, dengan pemukulan
jimbe sebagai seremonial pembukaan, atraksi tarian tradisional, musik keroncong yang
menampilkan Endah Laras, dan pertunjukan kembang api. Ditambah lagi,
tahun ini Food Festival berlangsung selama satu bulan penuh, yaitu dari

tanggal 7 April hingga 7 Mei 2017, sehingga para pengunjung mendapat
kesempatan lebih lama untuk menikmati aneka masakan Nusantara yang lezat
dan beragam.
Di bidang mode sendiri Fashion Festival tetap menjadi daya tarik utama
keseluruhan acara ini. Deretan desainer busana, mulai dari desainer senior
hingga generasi baru, menampilkan karya mereka baik di Ballroom Harris
Hotel & Conventions Kelapa Gading maupun di The Forum Mal Kelapa
Gading 3. Belum lagi Fashion Village yang telah menjadi hub bagi produkproduk mode berunsur Nusantara, berhasil menawarkan berbagai pilihan
berkualitas bagi para fashion aficionado ibu kota. Tidak hanya itu, Jakarta Fashion & Food
Festival juga menjadi ajang untuk mencari talenta-talenta baru melalui kompetisi Next Young
Promising Designers dan Gading Model Search.
Keseluruhan acara tersebut kami rangkum dalam laporan lengkap
di halaman-halaman berikut ini, berikut foto-foto yang memanjakan
mata. Semoga keseluruhan kisah dan karya yang kami tampilkan
dapat menjadi inspirasi bagi Anda. Selamat menikmati!
Salam,
Redaksi

24. Mendeskripsikan Bunga
25. Pemaparan Modestwear

26. Geliat Talenta Muda
28. Kolaborasi Artistik
30. Sakralnya Perjalanan
Sang Lurik
32. Hikayat Daratan Tiongkok
34. Mengunjungi Sisi Religi
36. Napak Tilas
38. Jalinan Benang Budaya
40. Sinergi Tenun Favorit
42. Orkestra
Glamorama Mode
44. Misi Modernisasi
46. Last Resort
54. Earth Of Mankind
3. Editor's Letter

62. Apresisasi dan Kontribusi

5. Restorasi Kekayaan


64. Mengukir Asa

Budaya

66. Keabadian Tenun Sutra

6. Semarak Gaya Hidup

67. Mengabdi Pada Negeri

8. Melukis Ibu Kota

68. Pakar Aksesori Tanah Air

9. Ekspresi Akulturasi

69. Perayaan Penuh Rasa

10. Rangkuman Mode


70. Diversitas Budaya

Dalam Negeri

73. Dialek Kuliner

11. Regenerasi Tampilan

74. Eksposisi Selera Terbaik

Kontemporer

77. A Fine Taste

12. Kurasi Talenta

78. Lari Menghampiri

13. Sinergi Baru


Keju dan Wine

Panggung Mode

80. Party People

14. Parade Pesona

82. Terpaut Timur

16. Arahan Maskulin
18. Tendensi Mode
20. Presentasi & Kurasi Mode
22. Konfigurasi Mode
Religius

COVER
Cover Design: Abiprasiasti
Fotografi oleh Stanley Allan - PPF Photo
Busana: House of Irsan

Model: Michelle Agnes (Wynn Models Face Icon JFFF 2017)
Makeup: Ike Riani Hartono menggunakan
PAC Martha Tilaar
Hair: Kiefer Lippens
Editor Fashion: Chekka Riesca

Lulu Lutfi Labibi

restorasi

FOTO: COURTESY OF JFFF 2017;
MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

kekayaaN bUdaya
Proyeksi masing-masing pelakon fashion
Tanah Air mengenai preservasi budaya
dipaparkan lewat bermacam lini desain penuh
infusi elemen, selagi tetap mengedepankan
kualitas berpresisi tinggi.


fashion

NeWs

se M a r a k

gaya

hidUp
KOMPOSISI TRADISI
Lini siap pakai Pop U melansir
rangkaian busana batik
bergaya santai dan kasual yang
merangkul pasar remaja pria dan
wanita. Motif tradisional yang
seluruhnya dikerjakan dengan
tangan mengalami modernisasi
melalui kemasan siap pakai.
Salah satu highlight yang
dibawakan adalah aplikasi motif

kawung sebagai salah satu motif
batik tertua di Indonesia dalam
potongan kemeja dan jaket yang
sporty. VA

sEntuhan pOp aRt
Pelopor fashion untuk ukuran besar di Indonesia kembali
memperkenalkan koleksi terbaru yang terinspirasi dari
gaya seniman Pop Art dunia. Dengan mengadaptasi karya
dari seniman Andy Warhol, Roy Lichtenstein dan Damien
Hirst, label MySize menampilkan berbagai kemeja dan
blus yang colorful dan berkarakter, melalui pemakaian
aksen manik dan draperi, serta varian motif yang identik
dengan karya Pop Art. SG

FOTO : COURTESY OF JFFF 2017; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

Perhelatan Jakarta
Fashion & Food Festival
2017 turut dimeriahkan

oleh sejumlah acara yang
menampilkan rangkaian
produk gaya hidup yang
menarik.

SUMMER SONG
Sebagai salah satu
department store
besar di Indonesia,
Sogo tentu tidak mau
ketinggalan untuk turut
memeriahkan perhelatan
JFFF 2017. Kali ini,
Sogo menampilkan
rangkaian koleksi busana
musim panas yang sarat
akan warna-warna cerah
yang segar. Melalui
peragaan busana ini,
Sogo memberikan

inspirasi padu-padan
bagi khalayak yang
ingin pergi berlibur dan
menikmati hangatnya
musim panas. CR

playful
stagE
Panggung Jakarta
Fashion & Food Festival
2017 kembali marak
seiring berjalannya
peragaan busana dari
Kidz Station Indonesia.
Barisan model berusia
balita hingga remaja
berparade menggunakan
label kenamaan seperti
Levi’s, Osh Kosh B’gosh,
dan Carter’s yang
bernuansa playful dan
meriah dengan sentuhan
kontemporer. SG

KEMASAN DINAMIS
Tupperware kembali meramaikan acara Jakarta
Fashion & Food Festival 2017 dengan merilis
koleksi wadah makan terbaru asal Amerika
dengan seleksi palet berona terang. Jajaran
model wanita, pria, dan remaja berparade
menjinjing kontainer ramah lingkungan dengan
desain modular yang ringan dan stylish. SG

fashion

NeWs

MelUkis

ibU kota
Persembahan para desainer di bawah naungan
Dekranasda Provinsi DKI Jakarta sebagai
implementasi cinta akan kekayaan budaya.

Nita
Seno
Adji

Segose

Adji

TEKS: BUNGBUNG MANGARAJA; FOTO: MUHAMMAD ALI; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

Ganang Mamikat

M

engagumi Jakarta tak hanya dari
lanskap kota yang penuh gedung
pencakar langit, atau sekadar
glamorama para individu semata. Mari
melihat lebih jauh akan budaya yang
kaya pesona. Misalnya, kain batik
dan kebaya yang menjadi ikon serta dicintai para noni-noni
Belanda di Batavia – julukan bagi Jakarta dahulu — dan
kini mulai berevolusi seiring perkembangan kultur.
Untuk tetap melestarikan kekayaan budaya dan
nuansa autentiknya, para desainer di bawah naungan
Dekranasda Provinsi DKI Jakarta mempersembahkan
serangkaian koleksi teranyar bertajuk Beautiful
Jakarta pada perhelatan Jakarta Fashion & Food
Festival 2017. Pada kesempatan kali ini beragam
label dimulai dari Anthony Bachtiar, Segose
milik Niken Ayu, Roemah Kebaya, sampai Rumah
Batik Wijaya oleh Ratri WK, kembali mengambil
motif-motif ikonis yang sempat diluncurkan
Dekranasda Provinsi DKI Jakarta beberapa
tahun lalu. Motif tersebut di antaranya dominasi
bentuk, seperti kupu-kupu, daun sirih, dan daun
semanggi.
Tampilannya pun beragam, seakan beralih ke
nuansa yang lebih trendi. Misalnya saja Ganang
Mamikat muncul dalam rupa kasual penuh warna,
teknik drapery, diikuti perpaduan antara nuansa
gypsy dan pelesir. Sementara Anthony Bachtiar
fasih dalam mengelaborasi office wear, baik berwujud
mini dress atau jumpsuit berhias ragam motif flora, seperti
daun semanggi dengan warna-warni yang lebih berani.
Pelbagai opsi busana malam pun turut menyemarakkan
panggung di The Forum, Mal Kelapa Gading 3, tersebut
semisal label Dara Baro yang menekankan pada perpaduan
batik bermotif flora. Sedangkan Segose tampil dengan ragam
Nita Seno gaun panjang dan cape dengan motif alam dan flora. n

ekspresi

akUltUrasi
Kompleksitas motif dalam variasi warna
berani mampu memberi nuansa atraktif bagi
keelokan batik yang diusung delapan label di
bawah naungan Pemerintah & Dekranasda
Kota Pekalongan.

TEKS: BUNGBUNG MANGARAJA; FOTO: MUHAMMAD ALI; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

k

emunculan ragam batik dalam wujud yang
lebih modern tak hanya menjadi bukti
bahwa kain negeri berlaku sebagai
medium bagi perancang mode
Tanah Air dalam mengekspresikan
kepiawaiannya mengolah busana,
namun juga sebagai implementasi rasa cinta pada
pesona kekayaan budaya setempat. Terbukti dari
presentasi delapan desainer lokal di bawah naungan
Pemerintah & Dekranasda Kota Pekalongan dalam
pergelaran Jakarta Fashion & Food Festival 2017. Presentasi
bertajuk Harmonies of Pekalongan ini menggandeng Batik
Preketek, Batik Genes, Batik Alaiba, Qonita Batik, Batik
Fusso, Batik Lombok Ijo, Batik Asti, serta Batik Dannis yang
mengusung keindahan batik Pekalongan dengan berbagai
format busana.
Batik Genes, misalnya. Label ready-to-wear ini menyuguhkan
opsi office look dengan pola rancang minimalis, seperti
padanan shift dress dan bolero berhias tiga motif atau
lebih pada satu tampilannya. Kemudian, gaya smart
casual pun turut menghiasi presentasi yang berlangsung
di The Forum, Mal Kepala Gading 3, tersebut
seperti Batik Dannis, Batik Fusso juga Batik Alaiba.
Ketiganya menyuguhkan ragam tent dress maupun
shirt dress yang mengangkat motif autentik
Pekalongan, semisal geometris atau yang biasa
disebut jlamprang, burung garuda, berbagai
macam tumbuhan, serta kupu-kupu dalam rona
cerah khas daerah pesisir Jawa.
Dominasi kaum adam pun menjadi bahasan menarik
pada presentasi kali ini. Tampak dari jukstaposisi
gaya yang memaksimalkan tampilannya menjadi lebih
menarik tanpa menanggalkan spirit maskulin. Sebut saja
permainan motif batik Pekalongan dalam varian warna
berani yang diusung tiga label, mulai dari Batik Preketek,
Batik Fusso serta Batik Alaiba. n

fashion

NeWs

raNgkUMaN Mode

dalaM Negeri
Konsisten dalam mempromosikan mode Nusantara,
Fashion Village kembali membawa kreasi lokal dalam ragam eksplorasi.

Ragam
booth yang
menawarkan
pilihan produk
di Fashion
Village

TEKS: ARDHANA UTAMA; FOTO: COURTESY OF JFFF 2017

J

akarta Fashion & Food Festival kembali
menggelar Fashion Village tahun ini untuk
merangkum dan merayakan tradisi Indonesia
yang majemuk. Sejumlah 93 tenant mode
tergabung dalam booth di sepanjang koridor
lantai dasar Mal Kelapa Gading. Event ini
merupakan segmen reguler setiap tahun yang menyatukan
kekayaan budaya bangsa berwujud produk lokal berkualitas.
Deretan koleksi siap pakai ini merupakan bagian dari
Fashion Festival dan tahun ini memasuki edisi yang ke-14.
Selain sebagai ajang untuk transaksi bisnis antara penjual
dan pembeli, Fashion Village juga merupakan media untuk
memperluas distribusi bisnis lewat konsep tradeshow.
Pengunjung dapat dengan mudah memiliki koleksi pakaian
dan aksesori sekaligus memperoleh akses untuk melihat koleksi para desainer Indonesia yang memiliki
kesatuan komitmen, yaitu menonjolkan berbagai unsur kekayaan budaya bangsa.
Hadir koleksi terbaru busana siap pakai kreasi para
desainer terkemuka, desainer independen, serta perancang
muda dari berbagai institusi pendidikan mode ternama
yang meramaikan Fashion Village. Nama-nama tersebut
antara lain Carmanita, Ghea Panggabean, Andreas Odang,
Stella Rissa, dan Ivan Gunawan. Kreasi lain juga tak
kalah menariknya, seperti penampilan sejumlah produk
rumah batik yang memproduksi kain tulis dan cetak, serta
kemunculan pendatang baru yang turut membawa semangat
muda seperti Pop U. Hingga saat ini, Fashion Village
senantiasa menjadi pengantar tren mode nasional terbaru
dan memperkenalkannya ke masyarakat luas. n

regeNerasi

taMpilaN
koNteMporer
Estetika dan interpretasi
baru terhadap tren masa kini
diterjemahkan oleh enam label
modern garapan anak bangsa.

ALEX[A]LEXA
Lewat permainan antar elemen seperti
tulle, ruffles, dan hardware berbasis
metal, koleksi bertajuk Sweet Rebel
lansiran Alex[a]lexa berhasil menjadi
kombinasi sempurna antara nuansa
feminin dan sporty. Infusi gaya juga
diperlihatkan oleh penggunaan material
layaknya katun, linen, dan denim, yang
diaplikasikan pada enam tampilan
bersiluet longgar.

k

edinamisan gaya hidup
belakangan ini menjadi alasan
dari kemunculan sejumlah label
fashion yang masih terbilang
baru. Tanda pagar (#) OOTD
yang terus bermunculan
di Instagram pun menjadi inspirasi utama di balik
presentasi bertajuk serupa pada ajang Jakarta Fashion
& Food Festival 2017. Sentuhan tren anyar pada
busana siap pakai dinarasikan dengan sempurna oleh
enam pemain baru yang siap untuk mengukuhkan
nama mereka di industri mode Indonesia.

OLINE WORKROBE

TEKS: ARINTA WIRASTO; FOTO: SAEFFIE ADJIE BADAS; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

Sesuai dengan namanya, koleksi
Structured dari Oline Workrobe memperlihatkan rangkaian desain dengan
benang merah yang terfokus pada detail
berstruktur. Mengedepankan ornamen
patchwork pada masing-masing tampilan, koleksi yang didominasi oleh palet
monokrom dengan sentuhan merah ini
berhasil menjadi simbol dari gaya hidup
dinamis masa kini.

STUDIO MORAL
Sebagai bentuk persembahan terhadap
tren mode yang tengah menduduki
panggung fashion, Studio Moral hadir
dengan deretan tampilan asimetris
berpalet netral. Koleksi ini fokus pada
padu padan berkonsep layer di atas
busana berpotongan asimetris. Meski
berkonsep kasual, material berkualitas
tinggi berhasil mengelevasi keseluruhan
tampilan sang pemakai.

LICK STUDIO
Hadir sebagai angin
segar di industri mode
Indonesia, Lick Studio
mempresentasikan
deretan busana yang
lekat akan sentuhan
playful dengan
interpretasi terkini
akan busana bertema
countryside. Berhiaskan
detail layaknya hem
asimetris, lengan
beraksen bubble, motif
gingham, serta ruffles,
koleksi bernama Fresh
Egg ini berhasil menarik
perhatian semua tamu
yang hadir malam itu.
ATS THE LABEL
ATS The Label hadir sebagai lambang
esensi kasual dengan sentuhan
kontemporer yang tepat untuk wanita
modern dengan aktivitas padat. Kali
ini, mereka hadir melalui kolaborasi
bersama Laura Basuki untuk merangkai
satu koleksi yang mampu menarasikan
elegansi dari sang pemakai walaupun
dibalut tampilan kasual. Palet bernuansa
netral turut memberi esensi manis
keseluruhan koleksi ini.

CALLA ATELIER
Tendensi rancangan simpel yang acap kali menjadi fokus desain
kebanyakan label tidak menjadi hambatan untuk berkreasi dengan
sesuatu yang beda. Calla Atelier berhasil mematahkan faham ini
dengan membuat suatu lini desain yang fokus akan konsep feminin
lewat motif bertema flora. Konsep ini juga turut diaplikasikan pada
koleksi terbaru mereka yang terinspirasi budaya timur. n

fashion

NeWs

kUrasi taleNta
Saksikan para persona muda dalam mewujudkan
impiannya untuk menjadi model profesional.

TEKS: VERRA KUSUMAMENGGALA; FOTO: COURTESY OF JFFF 2017; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

12

s

elain memperkenalkan talenta dalam industri busana,
perhelatan Jakarta Fashion & Food Festival juga
tak ketinggalan menggali potensi baru dalam ranah
modeling. Inilah perhelatan Gading Model Search
(GMS), sebuah agenda tahunan yang telah terbukti
melahirkan model-model berprestasi dan mampu
melenggang di peragaan busana nasional maupun internasional. Sebut
saja salah satunya Bunga Jelitha Ibrani, pemenang GMS 2005 yang
terpilih sebagai Puteri Indonesia 2017. Nantinya, ia juga akan membawa
nama Indonesia di ajang Miss Universe 2018 mendatang.
Proses awal GMS sendiri sudah melalui rangkaian audisi di
Summarecon Mal Bekasi, Summarecon Mal Serpong, dan La
Piazza Summarecon Kelapa Gading di bawah pengawasan para
juri andal, hingga terpilih 10 finalis wanita dan 10 finalis pria yang
akhirnya memasuki babak final pada 7 April lalu. Tahun ini, Artika
Whulandary Beauty Camp yang didirikan oleh Artika Sari Devi dan
Whulandary membekali mereka dengan ilmu modeling dan pelajaran
kepribadian, sehingga para finalis dapat menghadapi babak grand
final sebaik mungkin.
Pada puncak acara tersebut, para finalis terlihat anggun dan gagah
mengenakan busana khas Indonesia seperti kebaya dan batik sembari
menjawab pertanyaan dari para dewan juri. Mereka yang duduk di
bangku juri antara lain Whulandary Herman (Puteri Indonesia 2013 dan
Top 16 Miss Universe 2013), Musa Widyatmodjo (Fashion Designer),
Mel Ahyar (Fashion Designer), Shantica Warman (Editor in Chief
Majalah), Hari Samsidin (Brand Kosmetik), Artika Sari Devi (Puteri
Indonesia 2004 dan Top 15 Miss Universe 2005 sekaligus mentor
finalis), Sanjay Mulani (Casting Director MD Entertainment) dan Cut
Meutia (Deputy Chairman JFFF).
Mengenai hasil pengumumannya, masih sama seperti
tahun lalu. Para finalis harus bersabar dan menunggu
hingga tanggal 18 April untuk mengetahui pemenang
GMS 2017 yang diumumkan bersamaan dengan
pembukaan peragaan busana Trendology di Harris Hotel
& Conventions Kelapa Gading.
Malam itu mereka tampil mengenakan busana apik dari
desainer Musa Widyatmodjo untuk finalis perempuan, dan
Abee Indonesia untuk finalis laki-laki. Akhirnya beberapa
nama terpilih sebagai pemenang, di antaranya M. Diego
Afisyah yang meraih juara favorit, Zakky Maulana dan Rizkho
Maulida B sebagai juara ketiga, Lie Boentaran Jaya Setiadji
dan Kiki Jatmiko Putri pemenang juara kedua. Sedangkan
Para pemenang GMS 2017
penghargaan tertinggi atau juara pertama diraih oleh M. Ario
bersama Bapak. Soegianto Nagaria.
Prakoso dan Grethaniela. n

siNer g i barU

p a N g g U Ng
Mode
Para desainer muda unjuk
kepiawaian meramu estetika tenun
dalam modernitas gaya urban.

s

TEKS: BUNG BUNG MANGARAJA; FOTO : SAEFFIE ADJIE BADAS; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

Fiona H. D

Katherine
Sumanto

ebagai salah satu tuan rumah perhelatan
fashion di Indonesia, Jakarta Fashion &
Food Festival (JFFF) turut menjadi medium
bagi desainer muda untuk mengembangkan
talenta serta membuktikan kepiawaiannya
dalam hal merancang busana lewat satu
program yang diusung, yaitu Next Young Promising
Designers (NYPD).
Sebanyak 10 desainer terpilih ikut serta dalam ajang
tahunan yang sudah empat kali terselenggara ini. Di
tahun 2017, bekerja sama dengan perkumpulan
Cita Tenun Indonesia (CTI), NYPD mengangkat
tema Embracing Handwoven The Indonesian
Heritage yang mewajibkan para finalis berkreasi
menggunakan kain tenun Nusantara.
Penyisihan kompetisi tersebut berlangsung
ketat dari para juri, mereka di antaranya
Koestriastuti selaku Pengurus Bidang
Pelatihan dan Pengembangan CTI; desainer
senior Chossy Latu; Ria Lirungan sebagai
Pemimpin Redaksi majalah Harper’s Bazaar
Indonesia; model senior Dhanny Dahlan,
serta Haryo Raharjo Putro selaku Fashion
Committee JFFF. Tapi pada akhirnya
mereka harus mencetuskan tiga nama
terbaik yang nantinya didaulat menjadi
generasi baru di dunia mode.
Juara pertama diraih oleh Fiona H. D dalam tajuk
Nature Handwoven yang memberi tiga opsi menarik
Prasetyo
untuk rancangan ready-to-wear. Kemudian, Prasetyo
Nugroho
Nugroho berhasil meraih peringkat kedua dengan
koleksi bertajuk Bird of Paradise, sebuah koleksi
yang memadukan look berpotongan tegas dan sarat
nuansa klasik, diikuti varian warna gelap serta permainan motif
unggas. Sementara posisi ketiga diraih oleh Katherine Sumanto yang
mengadopsi gaya jalanan, tabrak pola, dan motif ke dalam koleksi
yang diberi nama Banyoe Biroe.
Melalui ajang NYPD, intensi dalam hal menjaga kelestarian kain
Nusantara melalui kreasi akan produk lokal menjadi harapan besar
bagi generasi muda Indonesia. n

beauty

NeWs

kiprah WaNita cerdas

parade
pesoNa

Rangkaian acara kecantikan yang berlangsung
selama Jakarta fashion & food festival 2017.
Oleh Tim Bazaar

ajang pesona
bertaleNta
Sebelum gelaran Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF) 2017 dimulai,
Sariayu Martha Tilaar untuk lini Putih Langsat sudah melakukan kunjungan
ke beberapa kampus di Indonesia guna melakukan kampanye bertema
#GapaiCerahMomenmu. Acara dengan tajuk
Brightspiration Got Talent tersebut ingin mencari
individu muda yang berbakat dalam bidang musik,
kemudian para finalisnya akan unjuk gigi di dalam
rangkaian acara JFFF 2017. Alika Islamadina sebagai
salah satu jurinya menunjuk satu pemenang yang tidak
hanya unggul bernyanyi dan memainkan alat musik,
namun juga memiliki paras sehat serta bercahaya. Turut
hadir Julian Jacob yang membuat The Forum Mal Kelapa
Gading 3 semakin meriah. EA

FOTO: MUHAMMAD ALI, MUHAMMAD RIZKY, GANES, COURTESY OF JFFF 2017,
MARTHA TILAAR GROUP, MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

14

Biokos Caring Colours rutin menggelar talkshow Beauty Without Worry –
Woman’s Talk pada setiap pergelaran acara Jakarta Fashion & Food Festival.
Masih mengambil lokasi di The Forum Mal Kelapa Gading 3, talkshow bertajuk
Healthy Skin & Happy Spending tersebut mengundang beberapa pembicara,
seperti Tantri dari band Kotak dan penasihat keuangan, Anisa Sagita. Acara ini
juga dimeriahkan dengan suguhan lagu dari penyanyi Shae dan Christi Colondam.
Pada kesempatan yang sama, Biokos Caring Colours memberi highlight satu
produk yang wajib dimiliki oleh para wanita, yaitu Automatic Eyeliner dengan
pilihan warna hitam atau cokelat. EA

eksamen kecantikan
Puspita Martha International
Beauty School rutin menggelar
ujian di tengah The Forum Mal
Kelapa Gading 3 saat JFFF
berlangsung. Pada tahun 2017,
sekolah tata rias dan rambut
tersebut kembali mengajak puluhan
muridnya untuk melakukan Exam
on Stage yang dinilai langsung
oleh lima orang juri. Mereka
adalah Pinkan Tilaar (Direktur
Puspita Martha International
Beauty School), Lucia Tan (Senior
Makeup Director Puspita Martha),
S.B Wahyudi (Creative Director
Martha Tilaar Group), Jemmy
Lowolang (Professional Makeup Trainer Puspita Martha),
dan Yonki Pitoi (Professional Hairdresser). Ujian kali
ini ditujukan bagi para murid kelas Tata Rias Pengantin
Daerah dan Bridal Make Up International. EA

JUrNal pac

AKSI KONTUR
PAC Martha Tilaar ingin memeriahkan euforia teknik
contouring dengan merilis kosmetik terbaru dengan
tajuk Contouring Kit. Satu palet berisi delapan pilihan,
di antaranya empat warna bertekstur creamy untuk
metode shading dan highlight. Sedangkan empat warna
lainnya yang lebih powdery berfungsi sebagai soft
contour atau blusher. EA

WADAH DIGITAL
PAC Martha Tilaar juga meluncurkan komunitas
kecantikan yang dinamai PAC MUAster Community.
Langkah ini merupakan wadah yang diperuntukkan
bagi sesama perias agar dapat saling berkomunikasi,
mempelajari teknik, dan keahlian baru. Pada situs www.
pacmuaster.com tersebut, tersedia kesempatan untuk
memperlihatkan hasil karya masing-masing, hingga
mengintip tren kecantikan paling anyar. AW

fashion

NeWs

arahaN MaskUliN
Enam desainer Tanah Air membuktikan bahwa pria pun wajib tampil
prima dalam segala suasana.
IVAN
GUNAWAN

YUDHISTIRA
Warna-warna vibran
menjadi ide rancangan
serta padu-padan yang
disuguhkan Yudhistira,
seakan menjadi ajakan
sang desainer pada
pria untuk tampil
berani. Misalnya saja
menyematkan warna jingga
maupun biru cerah pada
padanan kasual
sekalipun office
wear. Selain itu,
eksistensi motif
tenun turut
dihadirkan
dalam
wujud
yang
lebih
eklektik.

YOYO PRASETYO
Sesuai tajuk
presentasinya,
Urban Hype, Yoyo
Prasetyo mengusung
euphoria urban
dalam corak hitam
dan abu-abu yang
menguasai sembilan
tampilannya. Maka tak
heran jika aksi cut-off
dan laser-cut turut
serta mendominasi,
di samping padupadannya yang
eksentrik.

DEFRICO AUDY
Presensi tenun secara
gamblang dihadirkan
Defrico Audy melalui
label Autte. Tampak
dari varian jaket maupun
suit yang tampil modis
dengan padanan terkini
tanpa menghilangkan
unsur maskulinnya.

FAHMI HENDRAWAN
Lain halnya dengan Fahmi
Hendrawan. Di bawah label
ready-to-wear Fatih Raya, suguhan
busana pria bernapas Islami diramu
dengan nuansa maskulin, berpadu
motif grafik dan warna cerah yang
terkoordinasi secara apik, pada opsi gamis,
misalnya. Padanan jogger pants dan
kemeja bermotif dengan varian collar,
seperti stand dan mandarin collar menjadi
opsi yang atraktif dari kreasinya.

ILHAM BAHARI
Mengangkat songket dalam rangkaian koleksi bertajuk Blue,
Ilham Bahari memadu corak emas dari kain tradisional dalam 10
varian kemeja yang membuatnya tampak stand out, walau dalam
intensitas biru cerah yang mengemuka.

TEKS: BUNG BUNG MANGARAJA; FOTO: RICHARD GARTODUS; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

Identik dengan
nuansa flamboyan,
sekalipun merujuk
pada koleksi
menswear-nya,
Ivan Gunawan
menyemarakkan
tampilan pria
dengan tabrak motif
batik, alur garis juga
warna vibran ke
dalam 12 koleksi
dari label Jajaka
yang ia luncurkan
di The Forum, Mal
Kelapa Gading 3.

face

icoN

terpaUt

tiMUr
Paras eksotis menjadi bekal dan modal utamanya dalam berkarya.

TEKS: VERONICA ARVIANA; FOTO: DOK. BAZAAR; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

J

akarta Fashion & Food Festival (JFFF) tahun ini boleh saja tampil tanpa parade karnaval
meriah yang sudah menjadi ciri khas pembukaannya. Tetapi agenda lainnya masih tetap
konsisten, seperti penunjukan satu
orang model sebagai Face Icon.
Kali ini, wanita dengan paras khas
Timur Indonesia didaulat sebagai
perwakilan untuk pekan mode dan kuliner
yang kini memasuki tahun ke-14. Bernama
lengkap Michelle Agnes Samantha Tahalea,
perempuan muda ini mewarisi darah campuran
Ambon, Manado, Jerman, dan Austria dari
kedua orangtuanya.
Sosoknya memang sudah tidak asing lagi
di media cetak maupun di atas panggung.
Pasalnya, ia mengawali kariernya di dunia
modelling Tanah Air sejak sembilan tahun silam
dan telah membawakan busana untuk peragaan
desainer sekelas Biyan hingga Auguste
Soesastro. Kepribadian yang menyenangkan
juga menghantarkannya meraih gelar The Most
Fun Fearless Female 2016 yang diadakan oleh
majalah Cosmopolitan.
Michelle yang mengagumi sosok supermodel
Gisele Bundchen, kerap tampil dengan
busana yang sederhana dan nyaman dalam
kesehariannya. Siluet tubuh tinggi semampai
dan warna kulit eksotis kadang dibalut kemeja
atau T-shirt berukuran maksi dan celana
high waist, dengan anting berdesain unik.
Prestasinya pun mendapat pengakuan di ranah
internasional. Akhir tahun lalu, ia berhasil
membawa pulang Model Star Awards di ajang
Asia Model Awards 2016 yang diselenggarakan
di Korea.
Dalam kurun waktu lima tahun mendatang,
Michelle yang memiliki hobi traveling dan sudah bepergian ke tujuh negara ini, bercita-cita menjadi
seorang ibu dan wanita pebisnis yang masih bepergian keliling dunia mengunjungi dua destinasi
impiannya, yaitu Islandia dan Peru. n

parade

18

shoW

teNdeNsi

Mode

Empat desainer muda Indonesia didaulat untuk
menampilkan karya-karya terdepan mereka
dengan rangkaian desain bernuansa kontemporer.
Oleh Chekka Riesca

r

anah fashion Indonesia memiliki
begitu banyak talenta-talenta
berpotensi yang senantiasa
aktif berpartisipasi dalam
perkembangan industri itu
sendiri. Salah satunya adalah
industri busana ready-to-wear yang selalu menjadi
incaran khalayak ramai, berkat kepraktisannya
untuk dipakai sehari-hari serta desainnya yang
bernuansa fashion forward sehingga menjadikan
penampilan pemakainya terlihat lebih stylish. Untuk
itu JFFF menggandeng empat desainer dan label
kebanggaan Tanah Air yang membawa semangat
jiwa muda untuk mempresentasikan hasil rancangan

FOTO: COURTESY OF JFFF 2017; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

Natalia Kiantoro

Barli Asmara

mereka lewat agenda bertajuk Trendology.
Acara Trendology ini telah menjadi bagian tak
terpisahkan dari keseluruhan agenda JFFF setiap
tahunnya. Dan pada tahun 2017 ini JFFF menggandeng
nama-nama seperti Natalia Kiantoro, Purana by Nonita
Respati, Opi Bachtiar, dan Barli Asmara. Mereka dipilih
untuk merepresentasikan desainer muda yang menjadi
bagian dari perkembangan tren mode Indonesia, dan
senantiasa menyuguhkan konsep berbusana yang
segar dan sarat akan kesan modern.
Lewat koleksinya yang berjudul State of Mind,
Natalia Kiantoro menghadirkan permainan
jukstaposisi feminin dan maskulin, serta garis gaya
yang tegas dan lembut ke dalam koleksinya. Teknik
lasercut pun dipilih sebagai aksen dekoratif yang
sarat dengan unsur modern. Sedangkan koleksi
yang disuguhkan oleh Purana by Nonita Respati,
lebih mengangkat gaya yang santai dan effortless
dengan permainan motif dan paduan warna netral
maupun terang. Dilengkapi dengan aksesori
penunjang seperti topi lebar rajut bambu, aksesori
kaya warna dari label aksesori Massicot, serta
sepatu bergaya sporty dari Marnova, koleksi yang
dinamai Dotsy Bitsy ini pun berhasil membuai para
hadirin dengan imaji suasana berlibur yang sungguh
rileks dan menyenangkan.
Opi Bachtiar memilih untuk merepresentasikan
wanita kosmopolitan dan memadukannya dengan
unsur semangat hippie yang diasosiasikan dengan
semangat akan kebebasan. Mengangkat tajuk
Kozmic, Opi Bachtiar menawarkan koleksi bersiluet
longgar dengan menggunakan material seperti
katun, wooly crepe, katut linen, dan tulle. Diperkaya
permainan warna monokromatis dengan sentuhan
warna neon sebagai aksen penuh kejutan, nuansa
modern pun terasa begitu kental mewarnai koleksi
Opi Bachtiar kali ini.
Lain lagi dengan Barli Asmara yang menawarkan
koleksi berpalet monokromatis dengan citra feminin
yang tangguh, luwes, serta seksi secara bersamaan.
Sesuai dengan judul koleksi yang dipilihnya, Jambi
Kain Negeriku, Barli mengolah kain Nusantara
menjadi rancangan modern yang elok dan berselera
internasional. Melalui koleksi ini, Barli jelas memiliki
caranya sendiri untuk menarasikan esensi sensualitas
seorang perempuan secara berkelas dan elegan.
Keempat desainer dan label yang telah
memamerkan hasil karyanya di tengah peragaan
busana Trendology mampu menunjukkan karakter
rancangannya masing-masing. Kekuatan seperti
inilah yang menjadikan mereka sebagai kreator
fashion yang distingtif. n

Purana by
Nonita Respati

Opi Bachtiar

MENGUTIP MEMOAR
Setiap tahun penyelenggaraannya, Jakarta
Fashion & Food Festival turut menjadi
media bagi desainer muda Tanah Air dalam
menyuarakan kreativitasnya. Seperti Tities
Sapoetra yang kembali memukau para
penikmat fashion lewat sebuah presentasi
bertajuk Folketales. Dalam kesempatan ini,
Tities mengajak Anda untuk larut ke dalam
memoar semasa ia kecil, ketika kekagumannya
akan keelokan burung bangau begitu besar.
Ia mengaku pertama kali mengagumi burung
bangau ketika melihat gambarannya pada
sebuah kalender usang di masa itu, yang kini
kemudian diterjemahkan ke dalam ragam kimono,
gaun pendek, slip dress hingga opsi menswear
dengan motif bangau yang mendominasi.
Sesekali tampak aksen flora dengan palet
keunguan berpadu embellishment pemanis
busana yang kebanyakan bernuansa putih bersih
tersebut. BM

preseNtasi &

kUr a s i M od e

Berikut sederet pergelaran yang wajib Anda
simak untuk inspirasi gaya.

Bersamaan dengan presentasi
Tities Sapoetra, Soko
Wiyanto turut melansir koleksi
teranyar di panggung yang
sama. Bertajuk Whispers,
Soko menyuguhkan opsi
gaun malam sebagaimana
ciri khas setiap koleksinya,
namun dalam material dan
teknik yang berbeda. Hal
tersebut tampak dari pilihan
material utama, seperti bahan
techno-sport berwujud
neoprene atau karet sintetis.
Material tersebut dikemas
dalam format elegan dengan
padanan warna gelap dan
injeksi kilap, aplikasi ruffle
berukuran besar, hingga
volume yang extravagant
sehingga memberikan impresi
dramatis juga atraktif. BM

Soko Wiyanto

FOTO: EDDY SOFYAN, INSAN OBI; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

EkspOsisi glamOR

EkspOsisi batik

FOTO: RICHARD GARTODUS, MUHAMMAD RIZKY; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

Adopsi gaya urban memberi napas
baru dalam sejumlah presentasi
koleksi teranyar, seperti persembahan
label Tinamee arahan Christina Liem
yang berkolaborasi dengan Raudha
Ibrahim dari Rajjas Batik. Keduanya
menyuguhkan sederet rancangan
bernuansa smart casual juga office
wear bagi pria dan wanita. Untuk
musim ini, motif batik klasik menjadi
primadonanya, yaitu kawung di samping
motif lain hasil pembaruan. Dimulai
dari presensi para model wanita dalam
balutan kimono dress, blus berpadu
celana kulot maupun rok midi, hingga
jumpsuit berhias motif kawung dalam
palet putih dan indigo. Kemudian,
Christina menghadirkan motif ganggang
dengan warna kecokelatan juga hitam
sebagai opsi baru bagi kaum muda,
dan hal serupa pun dijumpai pada divisi
menswear. BM

Mahadevi

Hikmat
Fashion

Dharmesta

Alfons Lee
Madame
Rabbit

Handy
Hartono

INTERPRETASI MODERNITAS
Winod

The Catwalk Fashion Gallery hadir sebagai wujud
inisiasi perkenalan label dan desainer yang baru bergelut
di bidang fashion. Kedelapan label yang bernaung di
bawah retail berkonsep mini department store tersebut
berkesempatan untuk melansir koleksi teranyar mereka
pada ajang Jakarta Fashion & Food Festival bulan April
silam. Tampilan modest, kasual, tradisional, hingga
adibusana besutan Hikmat Fashion, Handy Hartono,
Mahadevi, Madame Rabbit, Winod, Melia Wijaya, Alfons
Lee, dan Dharmesta pun berlalu lalang menghiasi
presentasi bertajuk Sense of Expression ini. AW

Melia
Wijaya

parade

shoW

koNfigUrasi

Mode religiUs

Transformasi lini busana modestwear siap pakai untuk
beragam aktivitas. Oleh Arinta Wirasto & Ardhana Utama

b

ukan hanya berperan sebagai atribut utama dari wanita berhijab, busana tertutup atau
yang kerap disebut modestwear sedang menjadi gelagat yang mencuat di kancah mode.
Pasalnya, modestwear telah mendominasi industri perdagangan Indonesia lewat besarnya
jumlah label dan desainer baru yang terus bermunculan dengan bermacam konsep. Jakarta
Fashion & Food Festival sebagai wadah unjuk karya bagi para pelaku fashion Tanah Air
pun turut berkontribusi pada fenomena ini dengan memfasilitasi sejumlah desainer modestwear dalam
mempersembahkan koleksi mereka.

Lewat sebuah koleksi bertajuk Flores
Tanahku, Itang Yunasz selaku pelakon
senior di industri mode Indonesia
menghantarkan satu koleksi yang
didominasi oleh tenun Flores.
Autentisitas desain bukan hanya berasal
dari motif yang digunakan, namun juga
dari digunakannya pewarna alam pada
keseluruhan tampilan. Dengan palet coklat
dan merah, siluet oversized, serta kantong
beraksen kargo, koleksi ini sukses menjadi
narasi akan gaya bohemian ethnic yang
diusung. Di samping intrikasi detail pada
proses digarapnya, koleksi busana siap
pakai ini tetap diperuntukkan bagi pribadi
dinamis dengan segenap aktivitasnya.

FOTO: DOK. BAZAAR; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

ITANG YUNASZ

OKI SETIANA DEWI
Kiprah Oki Setiana Dewi di bidang
fashion mungkin masih terbilang
singkat, namun perempuan yang
juga berkarier sebagai aktris ini
berhasil membuktikan keahlian
mendesainnya di pergelaran
JFFF 2017. Lewat brand OSD,
ia mematahkan paham bahwa
perempuan berhijab panjang
selalu tampil konvensional tanpa
opsi untuk mengeksplorasi sisi
kreatif mereka. Koleksi berpalet
merah, hitam, dan putih ini digarap
di atas material sifon dan jacquard
serta sematan brokat dan payet
pada masing-masing busana
untuk mempertahankan impresi
elegan yang ingin ditampilkan.

ANNIESA HASIBUAN
Desainer yang pernah tampil di
pergelaran New York Fashion
Week ini mempresentasikan
karyanya di ajang Jakarta
Fashion & Food Festival lewat
enam tampilan ekstravagan.
Tajuk Drama yang dipilih untuk
koleksi ini pun dirasa tepat
sebagai proyeksi desainnya.
Lewat ornamen penuh intrikasi
detail layaknya kristal Swarovski,
sequin, dan foiling, koleksi
berpalet hitam ini sukses menjadi
perkawinan antara elemen kasual
dengan busana formal tanpa
terlihat berlebihan. Presisi tinggi
dalam pengerjaan turut terlihat
dari pemilihan bahan serta siluet
pada masing-masing tampilan.

parade

shoW

MeNdeskripsikaN

bUNga

Terjemahan inspirasi bunga dari para desainer hijab.

p

ergelaran busana
Floraison m erupakan
persembahan enam
anggota APPMI yang
berkreasi dengan
gagasan bunga.
Mereka adalah Kursien Karzai, Ayu
Dyah Andari, Gita Orlin, Chintami
Atmanagara, Errin Ugaru, dan Qonita
Gholib. Meski bertajuk sama, masingmasing desainer memiliki interpretasi
yang beragam dalam desainnya. Kursien
Karzai menceritakan metamorfosis bunga
sejak berbentuk butiran biji. Ada pula Ayu
Dyah Andari yang mengambil inspirasi
bunga blue sage. Cerita romantis
menjadi pilihan Chintami Atmanagara
lewat warna pastel, kontras dengan Errin
Ugaru yang mendaulat nuansa muram
sebagai tumpuan koleksinya. Qonita
Gholib mendaulat batik bunga sebagai
fokus koleksi, sementara Gita Orlin
menggunakan bunga untuk bercerita
lewat motif warna-warni. n

Errin Ugaru

Qonita

Ayu Dyah

Kursien

Orlin

TEKS: ARDHANA UTAMA, FOTO: HADI CAHYONO, EVAN PRADITYA;
MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

Chintami
Atmanagara

peMaparaN MODESTWEAR
Sederet tren teranyar dari nama-nama prominen di industri modestwear

M

eski zaman sudah bergeser ke arah yang
lebih modern, masih saja ada pernyataan
yang bersirkulasi di muka publik bahwa atribut
hijab dapat menghalangi kebebasan bergerak
sang pemakai. Rangkaian koleksi busana siap
pakai yang dikurasi untuk sebuah presentasi

bertajuk Spring/ Summer by Indonesia Modest Fashion Designer hadir
untuk mematahkan paham tersebut. Indonesia Modest Fashion Designer
sendiri merupakan wadah bagi desainer muslim wanita yang sudah
menunjukan eksistensi dan prestasi melalui sejumlah pergelaran seni
di dalam dan luar negeri. Sembilan label Indonesia pun melansir koleksi
yang diperuntukkan untuk wanita karir dengan segudang aktivitas.

DESAIN EXTRAVAGANT

TEKS: ARINTA WIRASTO, FOTO: DOK. BAZAAR; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

Pada kesempatan ini, Jilani dan Mardha
mempersembahkan lini desain penuh
warna dengan tema color blocking yang
diimplementasikan pada hampir seluruh
tampilan dengan warna vibran layaknya
oranye, biru, pink, dan merah. Presentasi
kedua dari Ratu Anita dan Alisa Listiawaty
hadir dengan konsep extravagant yang
diaplikasikan pada satu lini busana penuh
intrikasi detail seperti rumbai, patchwork,
serta turban sebagai aksesori pemanis.
Ratu
Anita

Mardha

Nina
Nugroho

Novita Sari

Ethnicant
by Jeny
Tjahyawati

Tuty
Adib

MOTIF FLORA

KEANGGUNAN SIMPLISTIS

Segala sesuatu yang berbau flora
atau bunga kembali mendominasi
tren mode hijab di Indonesia,
seperti diperlihatkan oleh
pemakaian motif yang populer
di era ‘80an tersebut oleh
dua label lokal. Ethnicant
mempersembahkan lini pakaian
yang terinspirasi dari indahnya
musim semi, seperti warna pastel
yang digunakan pada ornamen
embroidery 3D. Sedangkan,
Novita Sari hadir lewat koleksi
bertajuk Beauty Blossom yang
terdiri dari siluet klasik layaknya
Ratu Anita
perempuan di era Victoria guna
mengelevasi keseluruhan tampilan.

Koleksi dari Lia Afif, Tuty Adib, dan
Nina Nugroho turut meramaikan
pergelaran malam itu lewat
rangkai tampilan berpalet
netral dan monokromatis
bagi pengguna hijab yang
memilih tampilan simplistis.
Lia Afif menghadirkan koleksi
berpotongan gamis atau abaya
dengan warna netral cenderung
gelap seperti hijau olive dan
beige berhiaskan elemen
manik. Nina Nugroho tampil
beda dengan koleksi yang
diperuntukkan untuk wanita
kantoran berpalet biru tua,
putih, dan hitam. n

Alisa
Listiawaty

Jilani

Lia Afif

parade

shoW

gel iat t al eN ta MUd a
Ajang bergengsi sebagai wadah yang tepat
bagi para insan muda di industri mode Indonesia untuk
menampilkan potensi terpendam mereka.

INSTITUT KESENIAN JAKARTA (IKJ)
Kontribusi IKJ pada Jakarta Fashion & Food Festival tahun ini
difokuskan untuk memupuk kemampuan wiraswasta mahasiswa
mode, dari cara memasarkan produknya, hingga belajar mengamati
tren yang sedang berlangsung dalam pekan tersebut. Institusi ini
menampilkan show bertema I Mode yang terdiri dari karya sembilan
mahasiswa yang menganut beragam identitas. Hasilnya adalah
koleksi dengan inspirasi arsitektur, cerita suku tradisional, kostum
olahraga, hingga teknik color blocking yang mengisi keragaman
panggung Summarecon Mal Kelapa Gading. AU

TEKS: ARDHANA UTAMA, CHEKKA RIESCA, BUNGBUNG MANGARAJA, ARINTA W.;
FOTO: COURTESY OF JFFF 2017; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

SPARKS FASHION ACADEMY
Rancangan busana ready-to-wear bernuansa modern dan urban
terasa begitu kental pada pentas peragaan koleksi lima murid yang
menimba ilmu fashion design di sekolah mode Sparks Fashion
Academy. Pengolahan cutting asimetris hingga permainan pilihan
material yang wearable untuk dikenakan di iklim tropis, menjadikan
karya-karya para desainer muda dari Sparks Fashion Academy
seolah siap diluncurkan ke khalayak ramai. CR

LASALLE COLLEGE
Para murid dari LaSalle College
Jakarta, mengajak Anda sejenak
berpelesir ke Maroko untuk
menikmati keindahan ornamen
interiornya yang ditranslasi dalam
rupa puluhan busana. Mulai dari
dekorasi rumbai, aplikasi crochet
berbagai rupa, aksentuasi motif dan
grafis yang berbalut warna-warna
cerah yang menggoda, serta padu
padan bernapas streetstyle. BM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Mengangkat tajuk Berlayar, para
mahasiswa dari Universitas Negeri
Jakarta menyuguhkan kreasi busana
kasual maupun eveningwear. Inspirasi
kali ini hadir dari keindahan alam
Nusantara, khususnya pesona pesisir
yang terbentang dari Sabang hingga
Merauke. Tampak deretan busana yang
mengadopsi unsur modern, mulai dari
potongannya yang asimetris, permainan
warna vibran, padu-padan modestwear
hingga aplikasi beading dan embroidery
untuk mengelevasi tampilan simpel yang
tengah digandrungi. BM

ESMOD JAKARTA
Di panggung yang sama, para pelajar dari
ESMOD Jakarta menampilkan kreasi yang
tak kalah impresif dalam tiga tema berbeda,
yaitu Pure White, Psychedelic, dan Neo
Smoking. Dimulai dari Pure White yang
menjadikan kemeja putih sebagai inspirasi
utama dalam proses perancangannya.
Sepuluh kemeja putih tersebut tampak
lebih modern berkat teknik drappery,
gubahan sleeve yang atraktif, hingga
potongan asimetris. Selanjutnya tema
Psychedelic yang memainkan motif dan
grafik warna-warni dalam sajian berbagai
busana bernapas urban, contohnya gaun
dengan tampilan hologram, potongan
asimetris dan motif yang saling bertumpuk.
Sebagai penutup, barisan suit serba hitam
menguasai tema Neo Smoking yang
inspirasinya hadir dari mendiang Yves
Saint Laurent. BM

kol a b o ra s i arti s ti k

Terdepan dalam
mengusung estetika,
Dulux yang populer
sebagai produsen cat
dekoratif dinding pun
bekerja sama dengan
dunia mode.

Diana Couture

Lotuz

Oka Diputra

TEKS: GUSTI ADITYA, FOTO: INSAN OBI; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

s

ebagai produsen
cat dekoratif dinding
prestisius, Dulux
memperkenalkan
kreasi terbarunya
Dulux Ambiance™
ColourMotion melalui cara yang tidak
konvensional. Sebab pada pergelaran
Jakarta Fashion & Food Festival tahun
ini, mereka turut tampil mengajak
beberapa kreator mode dan interior
untuk berkolaborasi. Melalui efek
terbaru ini, Jun de Dios selaku Director
dari PT ICI Paints Indonesia bercerita
jika Dulux ingin memberikan opsi
baru kepada para pemilik rumah agar
dapat mempersonalisasikan rumahnya
sehingga mampu merefleksikan
kepribadian personal, sekaligus juga
bereksperimen dengan warna. Para
desainer yang diajak berkolaborasi
antara lain desainer fashion: Lotuz, Oka
Diputra, dan Diana Couture; desainer
aksesori: Grace Liem dan Charlotte
Chen; serta desainer interior Christina
Suwardi yang membuat pop-up booth
spesial untuk pengalaman dan inspirasi
langsung.
Eksekusinya pun tampil memukau,
rangkaian busana yang dramatis dan
glamor didaulat oleh Diana Couture.
Sedangkan melalui kreasi tangan Oka
Diputra, penikmat mode diajak untuk
menyaksikan busana-busana yang
eklektik dan tetap terlihat sensual
berkat potongan yang memeluk
tubuh. Berbeda dengan Lotuz yang
nampaknya ingin rangkaian kreasinya
dapat berjalan seirama dengan aktivitas
sehari-hari. Rupanya, kolaborasi kali
ini mampu memberikan inspirasi
terbaik bagi kreativitas praktisi fashion
melalui efek terbaru Dulux Ambiance™
ColourMotion. n

TEKS: VERONICA ARVIANA; FOTO: COURTESY OF JFFF 2017;
MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

Ghea Panggabean

traNsisi

tradisi

Karakter konvensional dalam kemasan kotemporer
tanpa mengesampingkan elemen asli.

runway

report

sakralNya

perJ alaNaN

30

saNg lUrik

a

pakah makna perjalanan
bagi Lulu Lutfi Labibi?
Menurutnya,
perjalanan
merupakan
rangkaian
upaya yang dilakukan untuk
upaya preservasi motif lurik
yang kerap diabaikan di muka publik. Inisiasi
perkenalan lurik sendiri telah dilakukan Lulu
Lutfi Labibi dalam rentan waktu lima tahun
terakhir melalui peremajaan motif ke arah
yang lebih modern, menyesuaikan dengan
besarnya obsesi pasar akan segala sesuatu
yang bernuansa kontemporer. Tidak main-main,

desainer asal Yogyakarta ini turut menggaet
pengrajin lurik ATBM (alat tenun bukan mesin)
untuk mempertahankan autentisitas rancangan
yang dihasilkannya.
Selain proses pengenalan, hubungan personal
dengan setiap lurik yang dianggap sebagai
anak sendiri oleh sang desainer juga menjadi
alasan utama di balik pemilihan Perjalanan
sebagai tema utama presentasi yang digelar
di Jakarta Fashion & Food Festival, April silam.
Lulu kemudian menarasikan upaya preservasi
yang dilakukannya dalam wujud eksplorasi motif
yang terbagi menjadi lima sekuens berbeda,

FOTO: EVAN PRADITYA; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

Cara Lulu Lutfi Labibi melakukan preservasi corak
tradisional diwujudkan lewat sebuah koleksi bertajuk
perjalanan. Oleh Arinta Wirasto

masing-masing diberi nama sesuai filosofi di
baliknya, yaitu Lurik Alur Tekun, Duka Luruh,
Reda Gulana, Damai Hati,dan Baur Rupa.
Presentasi pun dikemas dengan unsur syahdu
yang sesuai dengan citra label ini, mulai dari

film pendek yang diputar sebagai prolog hingga
koleksi busana yang ditampilkan. Sebuah kursi
berukuran mini diletakkan di tengah panggung
yang menjadi titik pusat untuk mengambil
atensi para tamu. Koleksi yang terdiri dari 42
tampilan ini mengusung warna netral seperti
hitam, biru tua, putih, dan merah yang berguna
sebagai penerang di antara palet redup lainnya.
Sementara, siluet dari sebagian besar tampilan
difokuskan pada draping serta padu padan
yang disesuaikan dengan cita rasa masa kini,
seperti layering dan aksentuasi cut out untuk
menciptakan impresi seksi tanpa mengurangi
sakralnya makna dari lurik itu sendiri. Di akhir
pergelaran, para model menduduki kursi tadi
sebagai wujud epilog apik yang menutup
rangkaian presentasi. n

32

hik a ya t

d ar at aN t ioNgk ok

s

ekali lagi pembuktian bahwa daratan Tiongkok tak akan pernah usai menjadi sumber
inspirasi datang dari Danny Satriadi. Pada pergelaran tunggalnya kali ini di panggung
Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF) 2017, ia turut menerangkan melalui karyanya
bahwa batik akan selalu mampu disandingkan dengan elemen apapun, termasuk
ornamen Oriental. Melalui label Arkamaya by Danny Satriadi, lahirlah sebanyak 35
tampilan busana siap pakai bagi pria dan wanita dalam kemasan yang modern. Lini
keduanya ini merupakan wujud konsistensinya dalam memajukan pesona kain tradisional, sehingga
nuansa etnik modern akan senantiasa tampil dalam kreasinya.
Tak terkecuali di koleksi terbarunya untuk musim Spring/Summer 2018 ini, rangkaian busana yang
bertajuk Valiant menghadirkan batik cap kontemporer Cirebonan dan kain digital printing. Namun, ia
menyuntikkan inspirasi dari Dinasti Zhou, tepatnya di bawah pemerintahan Wu Zetian, sosok pemimpin
wanita yang dikenal dengan sebutan Empress Wu. Wanita yang memimpin di tahun 690-705 ini juga

FOTO : RICHARD GARTODUS; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

Kolaborasi antara dua elemen kuat hadir dalam balutan
yang saling menyempurnakan. Batik Cirebonan dan
elemen Oriental berpadu indah di tangan Danny Satriadi.
Oleh Gusti Aditya

diketahui sebagai satu-satunya wanita yang memimpin sebuah
kekaisaran dalam sejarah China. Meski seorang wanita, ia tetap
memerintah dengan berani, tegas, dan cerdas, sampai akhirnya
mampu membawa Dinasti Zhou ke masa kejayaan.
Maka, karakter tersebut pun diaplikasikan ke potongan-potongan
busana yang terbagi ke dalam empat babak peragaan. Gaya
berbusana bertumpuk-tumpuk hadir dengan mengusung warna dan
motif khas China, yang dipresentasikan ke deretan karya bersiluet
lebih sederhana, modern, dan clean. Untuk menyemarakkannya,
Danny mengajak seorang ilustrator muda untuk berkolaborasi, yaitu Bernadet Putri. Melalui tangannya,
lahirlah motif digital printing yang didominasi oleh motif burung dan bunga krisan. Hal ini tentu
bukan tanpa alasan, sebab di filosofi China, burung merepresentasikan kecantikan, keberuntungan,
kebaikan, ketenangan, kebajikan, serta mengarah kepada kedamaian dan pencerahan. Sedangkan
bunga krisan dianggap mampu melambangkan kegembiraan, kasih sayang, persahabatan, dan
membawa energi kehidupan.
Ciri khas label Arkamaya by Danny Satriadi juga tetap menyajikan eksistensinya di koleksi Valiant, yaitu
transfer paper. Teknik ini menggunakan potongan kertas tipis yang dilapisi wax dan pigmen. Kemudian
gambar dicetak di atas kertas ini, setelah itu kertas ditekan ke atas material kain. Selain teknik ini, juga
hadir pesona bordir, patchwork, dan aplikasi yang terdiri dari kancing dan pita. Sedangkan pemilihan
warnanya jatuh pada gradasi pastel, misalnya di babak pertama hadir warna-warna hijau pastel, lalu
beralih ke warna pink dan peach pastel di babak kedua. Di babak ketiga, datang dominasi biru muda,
dan diakhiri oleh nuansa warna navy yang menutup pergelarannya. n

FOTO: HADI CAHYONO; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

Berikut lembaran baru karya Ivan Gunawan.
Oleh Ardhana Utama

FOTO: ANDREW; MAKEUP & HAIR: PAC MARTHA TILAAR

34

M e N gU N J U N g i s i s i r e l i gi

p

eragaan busana muslim
perdana Manjha Hijab by
Ivan Gunawan diadakan
pada bulan April lalu dalam
perhelatan Jakarta Fashion &
Food Festival, menampilkan
22 koleksi karya desainer multitalenta tersebut.
Iklim bisnis mode tiga tahun belakangan ini
memiliki atmosfer yang menjanjikan untuk
busana muslim dan modest wear dibanding sebelumnya, sehingga ranah baru ini
cukup ideal untuk ditinjau sebagai perluasan bisnis mode. Momen tersebut juga
merupakan saat yang tepat untuk menampilkan koleksi busana muslim ke hadapan
penggemarnya, sebab bertepatan dengan bulan Ramadhan yang berlangsung
selama Juni tahun ini. Tajuk koleksi perdananya adalah Romantic Hijab Culture
yang digelar di grand ballroom Harris Hotel & Conventions Kelapa Gading.
Manjha Hijab by Ivan Gunawan memiliki karakter royal dengan pengerjaan
yang lebih de