Stigma Sosial Terhadap Penderita HIV AIDS di Rumah Singgah Moderamen GBKP (Study Deskriptif pada Rumah Singgah Moderamen GBKP )

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, AIDS menjadi agenda
penting baik dikalangan kedokteran maupun kalangan politisi pengambil
keputusan,

pemimpin

agama

dan

masyarakat

dunia

pada

umumnya


(Djoerban,2000). HIV telah menjadi salah satu penyebab utama pandemik yang
mengkhawatirkan dan menjadi sebuah isu yang besar dalam sejarah. Selain
menjadi masalah kesehatan, HIV telah mengancam tatanan ekonomi dan sosial
dibanyak komunitas (SDKI,2012). Dalam bahasa Indonesia orang yang terkena
virus

HIV disebut ODHA (Orang dengan HIV/AIDS). HIV/AIDS

adalah

penyakit medis (medical illness) yang memerlukan pendekatan dari segi
biologis (fisik), psikologik (kejiwaan), sosial dan spiritual (agama) atau yang
dikenal dengan istilah pendekatan holistik “bio-psiko-sosio-spiritual“ dan bukan
dari pendekatan klinis (fisik-biologis) semata.
Kondisi mereka yang terjangkit HIV/AIDS mendesak mereka untuk
melakukan perubahan-perubahan dalam dirinya.Dan apabila

seseorang


telah

dinyatakan mengidap HIV/AIDS maka bukan hanya fisik yang menurun,
namun juga psikis dan sosialnya turut terpengaruh.Kasus HIV/AIDS di
Indonesia pertama kali ditemukan pada tahun 1987 di Bali. Sejak saat itu, jumlah
kasus HIV/AIDS di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2007
tercatat 11.141 kasus HIV/AIDS, sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi
16.110 kasus. Data ini menunjukkan bahwa selama dua tahun terakhir telah terjadi
peningkatan kasus HIV/AIDS sebanyak 69% di Indonesia. Sampai dengan 30 Juni
1

Universitas Sumatera Utara

2010 terdapat 47.157 kasus HIV positif (+) dan 21.770 kasus AIDS yang
dilaporkan oleh 32 provinsi dan 300 kabupaten/ kota di Indonesia.
Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki jumlah kasus HIV/AIDS
cukup tinggi adalah provinsi Sumatera Utara Sedangkan salah

satu daerah


penyebarannya yaitu Kabupaten Karo (Profil Sumut, 2012). Kasus HIV/AIDS di
Kabupaten Karo merupakan masalah yang serius sekaligus memprihatinkan
mengingat cepatnya penyebaran virus ini di wilayah Kabupaten Karo.
Menurut Kadis Kesehatan pada peringatan hari HIV/AIDS se Dunia di
Desa Suka pada Desember 2014 jumlah terinfeksi HIV/AIDS yaitu sebanyak 501
orang sedangkan pada per Maret 2015 jumlah penderita yang terinfeksi
HIV/AIDS mengalami peningkatan menjadi 531 orang (sumber Saban Kemit
Staff Bidang P2M Dinas Kesehatan pada pertemuan Komisi Penanggulangan
AIDS Kabupaten Karo). Dari hasil wawancara terdapat 98 orang ODHA
dampingan Komisi HIV/AIDS & NAPZA GBKP, 95% tertular melalui hubungan
sex dengan orang yang sudah terinfeksi. Sejajar dengan menjamurnya rumahrumah hiburan yang disinyalir berpotensi menjadi tempat penularan HIV/AIDS
dan transaksi Narkoba.
Tabel 1.1
Data Dampingan Komisi Pelayanan HIV/AIDS Dan Napza GBKP di Rumah
Singgah Moderamen GBKP Tahun 2016
NO

KETERANGAN

1.

2.
3.

Mandiri
Tinggal di Rumah Singgah
Meninggal
Total

JENIS KELAMIN
PRIA
WANITA
29
15
9
4
30
11
68
30


JUMLAH
44 Orang
13 Orang
41 Orang
98 Orang

2

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.2
Tabel Berdasarkan Umur
NO
1.
2.
3.
4.

KETERANGAN
0-5 Tahun

5-10 Tahun
20-40 Tahun
40-60 Tahun

JUMLAH
2 Orang
2 Orang
91 Orang
3 Orang
98 Orang

Sumber : Moderamen GBKP
Tahun 2017 ODHA dampingan Komisi HIV/AIDS & NAPZA GBKP
mengalami peningkatan yaitu menjadi 147 jumlah dampingan di Rumah Singgah
Moderamen GBKP. Menurut Kadis Kesehatan Sumut, pertambahan kasus baru di
Sumut cukup tinggi. Setiap bulan, setidaknya ada 100-120 kasus baru yang
ditemukan. Banyaknya temuan ini karena sudah banyak klinik Voluntary
Conseling and Testing (VCT) yang dapat melayani masyarakat untuk konseling
dan memeriksakan diri (Harian Analisa,2014).
Orang dengan HIV AIDS (ODHA) adalah sebutan bagi mereka yang

secara positif di diagnosa terinfeksi HIV. Belum adanya obat untuk
menyembuhkan mereka menjadi suatu ketakutan akan kematian. Obat ARV (Anti
Retro Viral) yang tersedia hanya untuk menghambat penyebaran virus HIV.
Selain ketidakadaan obat untuk menyembuhkan, stigma dan diskriminasi
memperberat keadaan mereka. Masih banyaknya ODHA yang mengalami stigma
dari lingkungannya sehingga merahasiakan status HIV dari keluarga dan
lingkungannya (Haroen dkk,2009).
Stigma berasal dari pikiran seorang individu atau masyarakat yang
memercayai bahwa penyakit AIDS merupakan akibat dari perilaku amoral yang
tidak dapat diterima oleh masyarakat. Stigma adalah prasangka memberikan

3

Universitas Sumatera Utara

label sosial yang bertujuan untuk memisahkan atau mendiskreditkan seseorang
atau sekelompok orang dengan cap atau pandangan buruk. Dalam prakteknya,
stigma mengakibatkan tindakan diskriminasi, yaitu tindakan tidak mengakui
atau tidak mengupayakan pemenuhan hak-hak dasar individu atau kelompok
sebagaimana selayaknya sebagai manusia yang bermartabat. Stigma dan

diskriminasi masih sering terjadi pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
(Kemenkes RI, 2012).
Stigma terhadap ODHA tergambar dalam sikap sinis, perasaan ketakutan
yang berlebihan, dan pengalaman negatif terhadap ODHA. Banyak yang
beranggapan bahwa orang yang terinfeksi HIV/AIDS layak mendapatkan
hukuman akibat perbuatannya sendiri. Hal inilah yang menyebabkan orang
dengan infeksi HIV menerima perlakuan yang tidak adil, diskriminasi, dan stigma
karena penyakit yang di derita. Salah satu kendala dalam pengendalian penyakit
HIV/AIDS adalah stigma dan diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS.
Herek & Capitiano (1999) mengatakan bahwa timbulnya stigma dan
diskriminasi terhadap ODHA disebabkan oleh faktor risiko penyakit ini yang
terkait dengan perilaku seksual yang menyimpang dan penyalahgunaan narkotika
dan obat berbahaya

atau

narkoba. Wan Yanhai (2009) menyatakan bahwa

orang-orang dengan infeksi HIV (HIV positif) menerima perlakuan yang tidak
adil (diskriminasi) dan stigma karena penyakit yang dideritanya.

Secara sosial, ODHA cenderung mendapatkan hukuman sosial atau
stigma negatif oleh masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya tindakan-tindakan
pengasingan, penolakan, diskriminasi, dan

penghindaran

atas

orang

yang

4

Universitas Sumatera Utara

diduga terinfeksi HIV, diwajibkannya uji coba HIV untuk mendapatkan
pekerjaan atau pendidikan, dan penerapan karantina terhadap orang-orang
yang terinfeksi HIV. ODHA sering dihubungkan dengan perilaku negatif
homoseksualitas, biseksualitas, pelacuran, dan penggunaan narkoba melalui

suntikan. Padahal bisa saja ODHA sama sekali tidak tertular melalui perilaku
negatif tersebut melainkan dari transfusi darah atau tertular dari pasangannya
Dengan pengetahuan dan pendidikan yang rendah, stigma dan diskriminasi
terhadap ODHA masih banyak terjadi di masyarakat dan juga adanya penolakkan
untuk bersahabat dengan ODHA. Walaupun tidak sampai terjadi pengusiran
ODHA dari lingkungan, namun masih banyak masyarakat yang enggan
melibatkan ODHA dalam kegiatan masyarakat. Stigma terhadap ODHA adalah
suatu sifat yang menghubungkan seseorang yang terinfeksi HIV dengan nilai-nilai
negatif yang diberikan oleh mereka (masyarakat).
Stigma membuat ODHA diperlakukan secara berbeda dengan orang lain.
Diskriminasi terkait HIV adalah suatu tindakan yang tidak adil pada seseorang
yang secara nyata atau diduga mengidap HIV. Permasalahan yang ditimbulkan
oleh virus HIV ini semakin kompleks meliputi penyebaran, penanggulangan
atau penanganan dan pengobatannya. Sehingga, tidak dapat dipungkiri bahwa
stigma-stigma negatif cenderung melekat pada orang yang menderita HIV
dan AIDS.
Pemahaman yang kurang tentang HIV dan AIDS di masyarakat perlu
diminimalisir agar penanganan HIV dan AIDS bukan dengan memerangi
penderitanya, tetapi memerangi cara penyebarannya, yaitu melalui penggunaan


5

Universitas Sumatera Utara

jarum

suntik, pemakaian

narkoba dan

seks

beresiko tinggi. Bila stigma

masyarakat ataupun lingkungan sekitarnya negatif, beban penderitaan mereka
akan semakin besar dan terakumulasi. Mereka harus mendapat perhatian yang
serius dan dihindari dari kemungkinan berputusasaan dengan melakukan tindakan
bunuh diri. Karena pada dasarnya penyakit ini tidak menular melalui interaksi.
Banyak dari masyarakat yang menganggap siapapun yang sudah terkena
HIV/AIDS harus dijauhi dan kehadirannya pun dalam lingkungan tidak
diinginkan.
Stigma ini terjadi karena disebabkan 3 hal yaitu Pertamaketakutan, semua
tahu HIV/AIDS adalah penyakit infeksi

yang tidak ada obat untuk

menyembuhkannya. Kedua moril, penyakit ini sering terkait dengan seks bebas
dan penyalahhgunaan obat terlarang, kutukan Tuhan karena mereka adalah orangorang yang telah melanggar norma agama Ketiga ketidakacuhan oleh media
massa, adanya ketakutan dan pikiran moril pembaca.
Tingginya stigma dalam masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS
sehingga menyebabkan banyaknya perlakuan diskriminatif baik dalam dalam
pekerjaan, perawatan, pengobatan, pendidikan maupun dalam hal lainnya
(Djoerban,2000). Stigma yang ada dalam masyarakat dapat menimbulkan
diskriminasi.

Diskriminasi

terjadi

ketika

pandangan-pandangan

negatif

mendorong orang atau lembaga untuk memperlakukan seseorang secara tidak adil
yang didasarkan pada prasangka mereka akan status HIV seseorang.
Dalam penelitian Siregar (20012) di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan
Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dimana terdapat suatu pengaruh stigma

6

Universitas Sumatera Utara

kesopanan (tindakan) terhadap penerimaan masyarakat pada ODHA. Masyarakat
setempat masih ada yang beranggapan bahwa ODHA adalah orang yang harus
mendapatkan hukuman sosial sehingga dikeluarkan atau diusir dalam kehidupan
masyarakat. stigma dalam masyarakat dapat menimbulkan suatu diskriminasi.
Diskriminasi terjadi ketika

adanya pandangan-pandangan negatif

mendorong orang atau lembaga untuk mempertahankan seseorang secara tidak
adil yang didasarkan pada prasangka mereka akan status HIV seseorang. Bentuk
lain dari stigma yang berkembang yaitu melalui internalisasi oleh ODHA dengan
persepsi negatif tentang dirinya. Hal ini bisa mendorong terjadinya depresi,
kurangnya penghargaan diri dan keputusasaan. Stigam dan diskriminasi dapat
menghambat terjadinya upaya pencegahan dengan membuat orang takut untuk
mengetahui apakah mereka terinfeksi meneruskan praktek seksual yang tidak
aman karena takut orang-orang akan curiga terhadap status HIV mereka.
Penelitian tentang stigma internal di Bangladesh tahun 2012 tentang
stigma internal pada orang yang hidup dengan HIV/AIDS menunjukan hasil
bahwa prevalensi stigma internal tinggi di Bangladesh dan banyak hal yang harus
dilakukan oleh organisasi yang bekerja untuk ODHA untuk mengurangi
stigma internal. Stigma internal membuat ODHA frustasi dan tertekan, sehingga
menyebabkan penderita enggan untuk mencari perawatan, pengobatan, dan
layanan kesehatan. Akibat dari stigma internal ODHA merasa bersalah, malu, dan
pikiran untuk bunuh diri. ODHA merasakan bahwa penyakit yang diderita adalah
salahnya sendiri, hal ini menyebabkan penurunan kepercayaan diri, kehilangan
motivasi, penarikan dari kontrak sosial, menghindari pekerjaan dan mengabaikan
perencanaan untuk masa depan (UNAIDS, 2011).

7

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian dari International Centre for Research on Women (ICRW)
tahun 2012, menemukan konsekuensi dari stigma terhadap orang dengan HIV
antara lain kehilangan pendapatan, diputusnya pekerjaan, kehilangan keluarga,
kegagalan dalam pernikahan, terhentinya keinginan mempunyai anak, miskin
layanan kesehatan, mundur dari layanan perawatan di rumah, hilangnya
harapan hidup, dan perasaan yang sangat sedih, serta kehilangan reputasi.
Stigma bagi ODHA bukan hanya membuat semakin sulit kehidupan seseorang,
namun berhubungan dengan perkembangan epidemik HIV dan AIDS secara
global.
Kondisi ini

dipicu juga dengan adanya stigma yang terstruktur dari

pemerintah, stigma layanan kesehatan, stigma dalam dunia pekerjaan, stigma
dari rumah tangga dan lingkungan komunitas dan banyaknya hambatan dalam
kehidupan bermasyarakat. Pemerintah melalui Kemenkes telah mencanangkan
tiga zero ukuran penanggulangan HIV-AIDS yaitu: zero kematian karena AIDS;
zero penularan HIV; zero perlakuan diskriminatif terhadap ODHA.
Pada tahun 2006 Kepengurusan Pusat GBKP yang ada di Kabupaten Karo
membentuk Komisi HIV/AIDS dan NAPZA GBKP. Komisi ini dibentuk atas
kepedulian tentang masalah HIV/AIDS yang ada di Tanah Karo. Kegiatan yang
dilakukan yaitu sosialisasi HIV/AIDS. Pada tahun 2009 kegiatan Komisi ini
semakin bertambah yaitu adanya kegiatan pendampingan ODHA dan kerjasama
dengan RS.Adam Malik Medan. Awal mulanya adanya Rumah Singgah
Moderamen GBKP yaitu pada tahun 2011 dengan mengontrak rumah yang berada
di Jalan Petuania Raya Perumahan BS No 36 Kelurahan Namogajah Kec.Medan
Tuntungan (dibelakang Rumah Sakit Adam Malik Medan).

8

Universitas Sumatera Utara

Rumah singgah Moderamen GBKP adalah rumah singgah sementara bagi
ODHA yang sedang menjalani pengobatan ARV. Adapun tujuan awal dari Rumah
Singgah ini yaitu untuk dapat membantu para ODHA dan menyiapkan tempat
tinggal sementara setelah opname di Rumah Sakit tersebut. Namun pada
umumnya mereka yang baru menerima obat ARV akan mengalami banyak efek
samping sehingga mereka harus stinggal di Rumah Singgah yang dekat dengan
Rumah Sakit serta dapat berkonsultasi denga Dokter kapan saja (Moderamen
GBKP, 2014).
Adapun yang menjadi prioritas dari pelayanan tersebut yaitu kegiatan
pencegahan meliputi sosialisasi, edukasi, dan advokasi, kegiatan membantu
meringankan beban para ODHA/OHIDA dengan mendirikan Rumah Singgah bagi
ODHA. Kegiatan di Rumah Singgah Moderamen GBKP meliputi pastoral
counseling kepada ODHA dan OHIDA, pendampingan dan kunjungan dokter
setiap hari sabtu serta kegiatan rutin memberikan kebutuhan beras, susu, vitamin
dan obat-obatan tambahan diluar ARV.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat di rumuskan
permasalah sebagai berikut yaitu Bagaimana stigma masyarakat terhadap
penderita HIV/AIDS di Rumah Singgah Moderamen GBKP ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka yang menjadi
tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana stigma
masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS di Rumah Singgah Moderamen GBKP.

9

Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat sebagi
sumber informasi pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat menambah
wawasan, memberikan informasi serta pemahaman khususnya kajian
sosiologi.
2. Manfaat Praktis
Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat memeberikan masukan
dan manfaat bagi peneliti berupa fakta-fakta temuan dilapangan untuk
meningkatkan daya pemikiran secara kritis dan juga meningkatkan daya
analisis penelitian serata dapat menjadi refrensi penunjang yang dapat
berguna bagi penelitian selanjutnya.
1.5 Defenisi Konsep
Dari uraian-uraian diatas dan berdasarkan tujuan dan permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini, kemudian agar penelitian tetap terfokus dan tidak
menimbulkan penafsiran ganda, maka digunakan beberapa defenisi konsep
sebagai berikut:
1. Stigma
Stigma adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang
karena pengaruh

lingkungannya.

Stigma

disebut

juga

sebagai

pelebelan negatif terhadap seseorang yang dianggap menyimpang dari
norma masyarakat. dan juga prasangka memberikan label sosial yang

10

Universitas Sumatera Utara

bertujuan untuk memisahkan atau mendiskreditkan seseorang atau
sekelompok orang dengan cap atau pandangan buruk.
Dalam prakteknya, stigma mengakibatkan tindakan diskriminasi,
yaitu tindakan tidak mengakui atau tidak mengupayakan pemenuhan
hak-hak

dasar

individu

atau

kelompok sebagaimana

selayaknya

sebagai manusia yang bermartabat. Stigma dan diskriminasi masih
sering terjadi pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) (Kemenkes RI,
2012).
2. Orang Dengan HIV/AIDS
ODHA merupakan penderita penyakit HIV atau AIDS. ODHA
mulai di gunakan untuk menggantikan istilah pengidap penderita dan
istilah

lain

yang

dinilai

kurang

manusiawi.Penderita

HIV/AIDS

merupakan orang yang telah terkena virus HIV/AIDS. Penderita penyakit
ini kebanyakan berakhir dengan kematian sebelum dokter sanggup
mengatasinya.
Orang yang terkena virus ini ditandai dengan keadaan mudah
melemah, depresi, muntah, gangguan menelan dan gangguan indra
pengecapan serta sesak nafas dan menambah buruk asupan nutrisi
sehingga dapat menurunkan berat badan pasien AIDS dengan cepat.
Biasanya tanda dan ciri-ciri orang terkena HIV/AIDS baru akan terlihat
setelah 5-10 tahun setelah ia tertular virus mematikan tersebut.

11

Universitas Sumatera Utara

3. Moderamen GBKP
Moderamen GBKP adalah kepengurusan pusat GBKP (Greja
Batak Karo Protestan), atau yang lebih familiar sebagai Sinode. Sekertariat
berada di Jalan Kapten Pala Bangun No.66 Kabanjahe Sumater Utara.
4. GBKP (Gereja Batak Karo Protestan)
GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) adalah sebuah kelompok
gereja Protestan di Indonesia yang berdiri di Tanah Karo, Sumatera Utara
dan melayani masyarakat Karo. Bidang pelayanan yang ada di GBKP
yaitu bidang Marturia, Koinonia, Diakonia, Personalia/Sumber Daya
Manusia dan Dana dan Usaha. Dalam hal ini pelayanan yang menangani
masalah HIV/AIDS ada dalam bidang Diakonia dengan membentuk
Komisi Pelayanan HIV/AIDS dan NAPZA GBKP.
5. Komisi Pelayanaan HIV/AIDS dan NAPZA GBKP
Suatu lembaga yang dibentuk di Tanah Karo yang dikomandoi
oleh seorang Pendeta yang masih muda. Selain itu Komisi HIV/AIDS
GBKP ini dibentuk atas kepedulian GBKP sudah ada sejak lama, bahkan
sejak data resmi kasus HIV/AIDS belum ada. Namun, pelayanan yang
dilakukan dalam menunjukkan kepedulian tersebut masih pada sosialisasi
yang dilakukan secara terpisah, artinya di setiap persekutuan Kategorial
tingkat Pusat seperti MORIA (Lembaga kaum Ibu), Permata (Lembaga
Pemuda), KA-KR (Lembaga anak dan remaja) terdapat program tentang
pelayanan terhadap masalah HIV/AIDS khusunya dalam bentuk sosialisasi
HIV/AIDS.

12

Universitas Sumatera Utara

Oleh karena setiap lembaga bekerja sendiri-sendiri, maka
muncullah ide untuk menyatukan pelayanan tersebut. Dengan bersatunya
dana dan program, maka diharapkan pelayanan ini akan lebih msaksimal.
Berdasarkan pemikiran inilah maka dibentuk satu unit pelayanan GBKP
yang dinamakan Komisi Pelayanan HIV/AIDS dan NAPZA GBKP
(Moderamen GBKP,2014).
6. Rumah Singgah Moderamen GBKP
Awal mulanya adanya Rumah Singgah Moderamen GBKP yaitu
pada tahun 2011 dengan mengontrak rumah yang berada di Jalan Petuania
Raya Perumahan BS No 36 Kelurahan Namogajah Kec.Medan Tuntungan
(dibelakang Rumah Sakit Adam Malik Medan). Rumah singgah
Moderamen GBKP adalah rumah singgah sementara bagi ODHA yang
sedang menjalani pengobatan ARV.
Adapun tujuan awal dari Rumah Singgah ini yaitu untuk dapat
membantu para ODHA dan menyiapkan tempat tinggal sementara setelah
opname di Rumah Sakit tersebut. Namun pada umumnya mereka yang
baru menerima obat ARV akan mengalami banyak efek samping sehingga
mereka harus stinggal di Rumah Singgah yang dekat dengan Rumah Sakit
tersebut.
7. Pengertian HIV
HIV adalah kependekan dari Human Immunodeficiency Virus.
Virus ini merupakan kelompok retrovirus yaitu kelompok virus yang
mempunyai kemampuan mengkopi cetak materi genetika diri didalam
13

Universitas Sumatera Utara

materi genetika sel-sel yang ditumpanginya (Dep.Kes. RI, 1997). Virus
HIV termasuk golongan virus RNA yaitu virus yang menggunakan RNA
sebagai molekul pembawa informasi genetik (Dep.Kes. RI, 2003).
HIV sangat lemah dan muda mati di luar tubuh manusia. Virus ini
merusak salah satu jenis sel imun yang dikenal dengan sel T helper dan sel
tubuh lainnya, antara lain sel otak, sel usus, dan sel paru. Sel T helper
merupakan

titik

pusat

pertahanan

tubuh,

sehingga infeksi

HIV

menyebabkan daya tahan tubuh menjadi rusak (PPNI, 2004).
8. Pengertian AIDS
AIDS atau Acquired

Immune Deficiency Syndromeadalah

merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan
tubuh oleh virus HIV sehingga pasien AIDS mudah diserang oleh infeksi
opportunistik dan kanker (Dep.Kes. RI, 2003). Secara alamiah sel
kekebalan kita akan dimanfaatkan, bisa diibaratkan seperti mesin fotocopy.
Namun virus ini akan merusak mesin fotocopinya setelah mendapatkan
hasi copy virus baru dalam jumlah cukup banyak, sehingga lama kelamaan
sel kekebalan kita habis dan jumlah virus menjadi sangat banyak
(Runggu,2014)

14

Universitas Sumatera Utara