Stigma Sosial Terhadap Penderita HIV AIDS di Rumah Singgah Moderamen GBKP (Study Deskriptif pada Rumah Singgah Moderamen GBKP ) Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian pendekatan kualitatif
dengan metode deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan format deskriptif
bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi,
berbagai fenomena realitas sosial yang ada dalam masyarakat objek penelitian
(Bungin, 2007:68). Pendekatan kualitatif bertujuan untuk memahami secara lebih
mendalam lagi permasalahan yang akan diteliti.
Bogan dan Taylor mendefenisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata (baik tulisan
maupun lisan) dan pelaku yang dapat diamati. Metode penelitian kualitatif ini
dipilih karena dapat menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti
dengan responden serta lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan pola-pola
nilai yang dihadapi. Pada penelitian, peneliti ini mencoba menggambarkan
bagaimana stigma masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS.
3.2. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian, Lokasi penelitian di Perumahan Sb Jln. Petunia Raya
No.36 Kelurahan Namogajah Kec. Medan Tuntungan. Adapun alasan peneliti
untuk memilih lokasi penelitan ini karena pada tempat tersebutlah di buat Rumah
Singgah bagi penderita HIV/AIDS sehingga adanya kemudahan bagi peneliti

untuk menuju lokasi tersebut.

22

Universitas Sumatera Utara

3.3 Unit Analisis dan Informan
3.3.1 Unit Analisis
Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek
penelitian

keseluruhan

unsur

yang

menjadi

fokus


penelitian

(Bungin,2007). Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini
adalah seluruh Pengurus Lembaga Komisi Pelayanan HIV/ADIS dan
NAPZA GBKP.
3.3.2 Informan
Informan adalah subjek yang memahami objek penelitian sebagai
pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin,
2007:78). Informan ditentukan dengan teknik purposive sampling,
purposive sampling yang dimaksud adalah digunakan pada penelitianpenelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat
populasi dalam menentukan sampel penelitian.
Berdasarkan pengetahuan maka unit-unit populasi yang dianggap
“kunci“ diambil sebagai sampel peneliti. Yang menjadi informan dalam
penelitian ini yaitu Pengurus rumah singgah, penderita HIV/AIDS,
masyarakat sekitar Lokasi rumah singgah.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini
peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:


23

Universitas Sumatera Utara

3.4.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber
informan yang ditemukan di lapangan. Adapun langkah-langkah dalam
pengumpulan data primer adalah dengan cara:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain
pancaindra seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. Karena itu metode
observasi adalah pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun
data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan (Bungin, 2007:118).
2. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dan informan atau yang di wawancarai, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin,2007:11). Informan
adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh pewawancara

yang diharapkan menguasai atau memahami data dan informasi dari
suatu objek penelitian.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah sebuah data yang di peroleh secara tidak
langsung dari objek penelitian atau sumber data. Peneliti menggunakan
dengan cara dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan metode untuk
menelusuri data historis sebagai besar data yang tersedia adalah berbentuk

24

Universitas Sumatera Utara

surat-surat, catatan harian, laporan dan sebagainya. Kumpulan data
berbentuk tulisan ini di sebut dokumen dalam arti luas termaksuk artefak,
foto, tape, flashdisk, dan sebagainya (Bungin, 2007:125.
3.5. Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan suatu tahap proses pengelolaan data yang
dimulai dari tahap mengedit data sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti
kemudian diolah secara deskriptif berdasarkan apa yang terjadi dilapangan.
Menganalisis data menunjuk pada kegiatan mengorganisasi data kedalam

susunan-susunan tertentu dalam rangka perinterpretasian.
3.6 Jadwal Kegiatan
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan

Kegiatan

Bulan ke1

2

3

4

5

6

7


8

9

Pra Proposal
Penyususnan Proposal Penelitian
Seminar Proposal Penelitian
Revisi Proposal
Penelitian Lapangan
Pengolahan Data
Bimbingan Skripsi
Sidan Meja Hijau

25

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah singgah Moderamen GBKP merupakan rumah sementara bagi
penderita HIV/AIDS. Rumah Singgah ini terletak di Medan (berada di belakang
Rumah Sakit Adam Malik Medan). Alasan Rumah Singgah ini dibuat dibelakang
Rumah Sakit Adam Malik agar penderita HIV/AIDS mudah untuk melakukan
kontrol dan berobat. Kecamatan Medan Tuntungan adalah salah satu dari
21 kecamatan di kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia.
Kecamatan Medan Tuntungan berbatasan dengan

Kabupaten Deli

Serdang di sebelah Barat, Medan Johor di Timur, Kabupaten Deli Serdang di
Selatan dan Medan Selayang di Utara. Sebagian besar penduduk di Kecamatan
ini adalah suku-suku pendatang seperti: Tionghoa, Minang, Batak, Aceh dan Jawa
sedangkan suku asli Suku Melayu Deli 40%. Luas Wilayah : 21,58 Km2.
Kecamatan Medan Tuntungan memiliki luas wilayah 20.680 Km2 dengan jumlah
penduduk 68.887 jiwa (Sumber : BPS Kota Medan 2007).
Kecamatan Medan Tuntungan terdiri dari 9 kelurahan yaitu :
1. Kelurahan Namo Gajah
2. Kelurahan Simpang Selayang
3. Kelurahan Mangga

4. Kelurahan Sida Mulyo
5. Kelurahan Lau Cih
6. Kelurahan Tanjung Selamat

26

Universitas Sumatera Utara

7. Kelurahan Baru Ladang Bambu
8. Kelurahan Kemenangan Tani
9. Kelurahan Simalingkar B

Medan Tuntungan
Kecamatan

Peta lokasi Kecamatan Medan Tuntungan

Negara

Indonesia


Provinsi

Sumatera Utara

Kota

Medan

Luas

20,68 km²

Kepadatan

3.174,32 (2001)

Desa/kelurahan

9


Kelurahan Namogajah awalnya berasal dari Namu Gajah dalam bahasa
Karo memiliki arti lubuk gajah. Disebut lubuk gajah karena aliran Sungai

27

Universitas Sumatera Utara

Belawan (tepatnya di Jalan Petunia Raya) yang melintas di tempat itu, merupakan
lokasi pemandian gajah. Menurut Pasang Purba, pada 1940- 1950, rombongan
gajah liar masih sering menikmati Sungai Belawan karena sungai sangat dalam
dan lebar. Namun, memasuki 1960-an, gajah-gajah liar tersebut sudah jarang
terlihat mandi di sana.
Kelurahan Namo Gajah dulunya merupakan kawasan hutan yang masih
terdapat habitat gajah liar. Tapi kemudian, hutan itu dibuka dan dijadikan sebagai
lahan

pertanian,

gajah-gajah


tersebut

naik

hingga

ke

kawasan

hutan

Sibolangit.Lubuk Gajah tersebut sudah tidak berbekas lagi karena sungai,
lubuknya akan sulit bertahan seiring perkembangan lingkungan. Salah satu
kenangan yang dibuat adalah pemberian nama kelurahan. Tapi dari dulu,
masyarakat di sana memang menyebutnya sebagai Namu Gajah.
4.2 Sejarah Terbentuknya Komisi Pelayanan HIV/AIDS dan Napza GBKP
Kepedulian GBKP terhadap masalh HIV/AIDS sudah ada sejak dulu
bahkan sejak data mengenai kasus HIV/AIDS sudah ada. Namun, pelayanan yang
dilakukan dalam menunujukkan suatu kepedulian tersebut masih berkisar pada
sosialisasi yang dilakukan masih secara terpisah, artinya dalam setiap persekutuan
kategorial tingkat pusat seperti MORIA (lembaga kaum ibu), PERMATA
(lembaga pemuda), KA-KR (lembaga anak dan remaja) terdapat suatu program
tentang pelayanan terhadap masalah HIV/AIDS khususnya dalam bentuk
sosialisasi HIV/AIDS. Oleh karena itu setiap lembaga bekerja sendiri-sendiri,
maka muncullah suatu ide untuk menyatukan pelayanan tersebut.

28

Universitas Sumatera Utara

Dengan bersatunya dalam program, maka diharapkan pelayanan ini akan
dapat lebih maksimal. Berdasarkan pemikiran inilah maka dibentuk satu unit
pelayanan di GBKP

yang dinamakan Komisi HIV/AIDS dan Napza

GBKP.Komisi ini pada awalnya bekerja dengan baik, kegiatan yang masih
terpusat pada sosialisasi berjalan dengan lancar. Namun, oleh kurangnya dana,
maka kegiatan tersebut sempat terhenti, bahkan Komisi HIV/AIDS tidak aktif lagi
dalam beberapa tahun.
Namun berdasarkan undangan dari UEM (United Evangelical Mission)
tentang pelatihan HIV/AIDS, maka GBKP dituntut untuk segera mengaktifkan
kembali Komisi HIV/AIDS dengan membentuk Komisi Pelayanan HIV/AIDS dan
Napza GBKP pada tahun 2006 yang diketuai oleh Alm dr. Petrus Tarigan dan
beranggotakan 7 orang. Dalam hal pendanaan, seluruh kegiatan biaya Komisi ini
diberikan oleh UEM sejumlah Rp. 60.000.000, akan tetapi 2 tahun kemudian dana
tersebut dikurangi menjadi Rp. 30.000.000 karenaprogram kerja Komisi ini masih
berkisar pada sosialisasi HIV/AIDS.
Kegiatan Komisi terus berjalan walaupun dengan danayang terbatas.
Komitmen yang ada setiap pengurus Komisi membuat dana bukanlah menjadi
hambatan untuk tetap melakukan pelayanan. Selain dari UEM, Komisi HIV/AIDS
terus berusaha mencari sumber dana yang lain. Tanpa henti, Komisi meminta
Moderamen untuk menyediakan subsidi bagi Komisi yang berasal dari kas umum
GBKP dan mencari dana melalui donatur-donatur yang peduli akan pelayanan
terhadap masalah HIV/AIDS.

29

Universitas Sumatera Utara

Komisi mulai melakukan pendampingan kepada ODHA pada tahun 2009,
namun pendampingan ini dilakukan masih sebatas mengunjungi ke rumah ODHA.
Pada tahun 2010, kerjasama Komisi dengan Rumah Sakit Adam Malik semakin
meningkat, dan banyak jemaat GBKP yang sudah mengetahui keberadaan Komisi
HIV/AIDS. Oleh karena itu, semakin banyak ODHA yang menghubungi Komisi
HIV/AIDS untuk mencari informasi tentang HIV/AIDS dan mencari bantuan
ataupun dukungan.
4.2.1 Visi Misi Komisi Pelayanan HIV/AIDS dan Napza GBKP
A. Visi
Menghargai kemanusiaan.
B. Misi
1. Memberikan pemahaman yang benar bahwa semua manusia berharga baik
yang terinfeksi HIV maupun yang tidak melalui sosialisasi HIV, pelatihan,
dan kampanye kepada seluruh masyarakat.
2. Mencegah dan menghilangkan stigma, isolasi dan diskriminasi terhadap
ODHA dan OHIDA melalui pendekatan dan pendampingan kepada
masyarakat umum.
3. Melayani ODHA dan OHIDA secara menyeluruh melalui Rumah Singgah.
4. Memberdayakan ODHA dan OHIDA melalui pelatihan dan keterampilan
sebagai peningkatan ekonomi.
4.2.2 Program Komisi Pelayanan HIV/AIDS dan Napza GBKP
A. Jangka Pendek
1. Melakukan sosialisasi HIV/AIDS kepada masyarakat dan jemaat.
2. Melakukan pelatihan-pelatihan tentang HIV/AIDS.

30

Universitas Sumatera Utara

3. Melakukan pelayanan ke Rumah Singgah secara rutin.
4. Melakukan advokasi dan pendekatan kepada Pemerintah.
B. Jangka Menengah
1. Membentuk tenag-tenaga relawan HIV/AIDS yang pada akhirnya akan
menjadi rekan sekerja Komisi HIV dalam melakukan berbagai kegiatan.
2. Mencari lahan untuk pembangunan rumah singgah yang permanen milik
GBKP.
C. Jangka panjang
Membangun rumah pelayanan terhadap ODHA yang dilengkapi klinik,
dan fasilitas-fasilitas yang mendukung pelayanan Rumah Singgah dan rumah
perawatan yang lengkap.
4.2.3 Kepengurusan Komisi Pelayanan HIV/AIDS dan Napza GBKP
1. Ketua

: Pt. Tuah Bastari Barus

2. Sekretaris

: Pdt. Monalisa br Ginting S.SI (Toel)

3. Bendahara

: Janvri Ginting SE

4. Anggota

: 1. Ir. Haslinda Sinulingga
2. Jonsarep Tarigan, SKM
3. dr. Novel Ginting
4. dr. Emminiate br Singarimbun
5. dr. Tuah Barus

4.3 Gambaran Rumah Singgah Moderamen GBKP
Rumah Singgah Moderamen GBKP adalah rumah singgah sementara
bagi ODHA yang sedang menjalani pengobatan ARV. Awal mulanya didirikan

31

Universitas Sumatera Utara

Rumah Singgah tersebut berawal dari 1 kasus anak berumur 2 tahun yang sudah
terinfeksi HIV/AIDS. Dimana orangtuanya sudah meninggal dunia dan anak
tersebut diasuh oleh neneknya.
Orangtua anak tersebut berasal dari Kec.Tigajumpa, dimana kondisi
anak tersebut sangat memprihatinkan. Salah seorang tetangga nenek tersebut
memberitahu keadaan si anak kepada Komisi HIV/AIDS GBKP. Akhirnya anak
tersebut dibawa ke Rumah Sakit dan diperiksa oleh seorang Dokter namun dokter
tersebut curiga dengan kondisi anak tersebut akhirnya Dokter menghubungi
Komisi HIV/AIDS, dimana Dokter yang merawat si anak adalah Ketua dari
Komisi HIV/AIDS GBKP yaitu Dokter Petrus di Berastagi.
Dokter tersebut memberitahu informasi mengenai anak tersebut dan
keesokan harinya Komisi HIV/AIDS GBKP langsung mengunjungi dan sepakat
untuk mengurus segala surat-surat yang dibutuhkan supaya anak tersebut segera
mendapatkan pertolongan di Rumah Sakit Adam Malik. Setelah sampai di Rumah
Sakit anak tersebut di Opname dan pada saat itu kondisi anak sudah parah
sehingga dibuat seseorang untuk mendampingi si anak agar merasa nyaman.
Namun 2 hari kemudian, anak tersebut dibawa lari dari Rumah Sakit oleh
neneknya dan kembali ke kampung mereka. Informasi tersebut tidak langsung di
ketahui oleh Komisi HIV/AIDS GBKP, beberapa hari setelah kejadian tersebut
Komisi menerima informasi bahwa pasien tersebut melarikan diri dari Rumah
Sakit.
Akhirnya Komisi HIV/AIDS GBKP datang ke kampung pasien tersebut
tetapi mereka tidak menerima kedatangan Komisi jadi melalui Dokter yang

32

Universitas Sumatera Utara

merawat si pasienlah mendatangi mereka. Alasan mereka lari dari Rumah Sakit
yaitu ternyata Nenek tersebut tidak mempunyai uang untuk memenuhi kebutuhan
mereka selama di Rumah Sakit walaupun biaya pengobobatan dan opname pasien
gratis.
Pada akhirnya setelah tim menerima informasi tersebut maka beberapa
hari kemudian pasien meninggal dunia. Pengalaman ini sangat berarti bagi Komisi
HIV/AIDS GBKP. Setelah kejadian tersebut akhirnya Komisi mencari informasi
dan sepakat untuk membentuk Rumah Singgah dan memberanikan diri untuk
mengontraknya. Namun hal itu tidak masuk dalam anggaran, tapi mencari bantuan
kepada teman-teman agar dapat membantu biaya untuk Rumah Singgah dan pada
akhirnya tim mengontrak rumah di daerah Adam Malik pada tahun 2011 yang
hanya ada rumahnya saja belum ada fasilitas didalamnya namun sedikit demi
sedikit akhirnya tercukupilah semua, jadi ada yang memberi bantuan berupa
bantal, kasur, kompor dan itu dilakukan dari pengalaman anak tersebut.
Rumah singgah yang aman, nyaman, makanan yang bergizi sudah
disiapkan oleh tim karena obat-obatan pemerintah yang siapkan, jadi bagian dari
tim yaitu menyiapkan rumah yang nyaman, penataan dan betul-betul menjadi
rumah yang sehat. Dimana makanan disediakan oleh Komisi dan melibatkan
ODHA seperti buang sampah, mengepel, menyapu, masak dll. Rumah ini adalah
rumah ODHA, rumah tersebut sama dengan greja yang harus dijaga dan
dipelihara. Dalam membentuk 1 Rumah Singgah, sebenarnya tim tidak
mempunyai apapun, tidak mempunyai persiapan, tidak punya konsep yang sudah
baku dan bagus pada saat itu tim melakukan sebisa mungkin agar dapat
membentuk Rumah Singgah untuk penderita HIV/AIDS.

33

Universitas Sumatera Utara

Karena kepolosan itulah, tim mencari rumah yang lebih bagus, lebih
besar di sekitar Rumah Sakit dan akhirnya tim mendapatkannya rumah yang
bagus sekali, sehat sekali dan luas sekali tetapi pada akhirnya mereka didemo
masyarakat setempat padahal semuanya sudah dipersiapkan karena awalnya
masyarakat senang tapi setelah sebulan berjalan akhirnya didemo dan harus
keluar. Pada saat itu rumah sudah ditata seperti semi rumah sakit, sudah membuat
tempat krem, wastapel, plat dan juga lemari obat.
Awal mulai adanya Rumah Singgah Moderamen GBKP yaitu pada
tahun 2011 dengan mengontrak sebuah rumah yang berada di Perumahan SB Jln.
Petuania Raya No.36 Kelurahan Namogajah Kecamatan Medan Tuntungan (di
belakang Rumah Sakit Adam Malik Medan). Rumah singgah ini didirikan atas
usulan dari Komisi Pelayanan HIV/AIDS dan NAPZA GBKP. Pada tahun 2011
Komisi HIV/AIDS mengontrak sebuah rumah yang beralamatkan di Perumahan
SB Jln. Petunia Raya No.36 Kelurahan Namogajah Kecamatan Medan Tuntungan
(di belakam RSU.Adam Malik), namun pada saat itu pertambahan jumlah ODHA
semakin banyak, dimana pada setiap harinya terdapat pertambahan jumlah ODHA
itu sekitar 20 orang, maka Komisi HIV/AIDS dan Napza GBKP mencari rumah
yang lebih besar lagi agar dapat menampung semua ODHA.
Rumah singgah yang berada di Petunia Raya ini sudah tidak memadai
lagi dalam menampung semua ODHA maka pada bulan Oktober tahun 2013
Rumah Singgah tersebut berpindah kerumah yang lebih besar dengan mengontrak
sebuah rumah yang ada di Jln. Bunga Law Gang Bunga Law No.1 Medan
Tuntungan yang letaknya tidak jauh dari Rumah Sakit Adam Malik Medan.

34

Universitas Sumatera Utara

Rumah yang berada di Jalan Bunga Law tersebut sangat besar dan halaman yang
luas sehingga dapat menampung banyak ODHA.
Pertengahan bulan Desember tahun 2013 Rumah Singgah Moderamen
GBKP yang berada di Jalan Bunga Law ditutup, hal ini dikarenakan masyarakat
sekitar Rumah Singgah tersebut tidak menerima dan menolak keberadaanODHA
di daerah tempat tinggal mereka, hal ini terkai dengan stigma dan juga
diskriminasi terhadap ODHA. Komisi HIV/AIDS dan Napza GBKP sudah
berusaha melakukan sosialisasi dan advokasi kepada aparat pemerintah dan
masyarakat setempat, tetapi tidak berhasil juga. Akhirnya pada bulan Desember
tahun 2013 Komisi HIV/AIDS dan Napza GBKP memutuskan untuk
memindahkan ODHA ke Berastagi dan mendapat tempat di Gedung KWK Jalan
Udara No.64 Berastagi.
Jumlah ODHA yang tinggal di Rumah Singgah Moderamen GBKP
Berastagi sampai bulan Juni tahun 2014 berjumlah 7 orang, 4 orang laki-laki dan
3 orang wanita dengan usia 25 sampai dengan 45 tahun, sedangkan beberapa
ODHA diantaranya memilih untuk pulang ke kampung mereka masing-masing
dan juga ada yang ke rumah saudaranya untuk sementara waktu.
Seiring dengan berjalannya waktu, banyak ODHA yang mengalami
kesulitan untuk berobat jalan ke Rumah Sakit Adam Malik Medan, hal itu
disebabkan karena jarak dari rumah mereka membutuhkan biaya perjalanan yang
besar, padahal mereka sedang mengikuti terapi ARV yang mengharuskan ODHA
berobat jalan (kontrol) 1x sebulan. Hal inilah yang membuat Komisi HIV/AIDS
dan Napza GBKP kembali lagi ke Rumah Singgah semula yang pertama yaitu di

35

Universitas Sumatera Utara

Perumahan SB Jl. Petuani Raya No.36 Kelurahan Namogajah Kecamatan Medan
Tuntungan (di belakang Rumah Sakit Adam Malik medan), hanya saja Rumah
Singgah Moderamen GBKP yang ada di Medan dikhususkan bagi ODHA yang
kondisinya masih lemah dan yang baru mengikuti terapi ARV.
Berkurangnya jumlah ODHA yang tinggal di Rumah Singgah tersebut
dikarenakan beberapa diantara mereka sudah bisa pulang ke kampung masingmasing dimana kelurga susah dapat menerima mereka kembali dan karenakondisi
yang sudah lebih sehat dan CD4 sudah diatas 400. Fasilitas yang ada di Rumah
Singgah Moderamen GBKP yang di Medan yaitu ada 11 kamar tidur, 2 kamar
mandi, 1 dapur, ruang tamu, 1 TV dan halaman rumah.
4.3.1 Pelayanan di Rumah Singgah antara lain :
1. Menyediakan kebutuhan makanan sehari-hari seperti nasi, lauk pauk,
sayur, susu.
2. Memberikan pelayanan konseling pastoral seminggu sekali.
3. Memberikan kegiatan keterampilan seperti membuat sabun cair dan
membuat alat peraga untuk anak-anak (boneka).
4. Pendampingan ODHA.
4.3.2 Program di Rumah Singgah yaitu :
1. Pemenuhan nutrisi yang sehat
2. Pendampingan
3. Pemberdayaan
4. Pelayanan karakter
5. Pastoral (konseling, ibadah)

36

Universitas Sumatera Utara

4.3.3 Adapun sumber Dana Rumah Singgah Moderamen GBKP diperoleh
dari :
1.UEM (Unoted Evangelical Mission) Jerman
2. Moderamen GBKP
3. Donatur
4.3.4Syarat-syarat ODHA yang dapat tinggal di Rumah Singgah Moderamen
GBKP adalah :
1. ODHA yang menjalani terapi ARV

dan tempat tinggalnya jauh dari

Medan. Biasanya mereka yang baru menerima ARV dan harus
menjalankan penyesuaian. Jadi harus tinggal di sekitar Rumah Sakit Adam
Malik.
2. ODHA yang ditolak oleh keluarga atau masyarakat karena tingginya
stigma dan diskriminasi.
3. Odha yang berasal dari keluarga tidak mampu atau ekonomi lemah karena
ODHA membutuhkan asupan gizi yang tinggi.
Rumah Singgah Moderamen GBKP tidak memandang suku, agama dan
latarbelakang ODHA. Kehadiran Rumah Singgah ini sangat membantu ODHA
yang mengalami penolakan dari keluarga dan lingkungannya.
4.4 Profil Informan
4.4.1. Masyarakat setempat
1.P br. surbakti
Ibu P br. Surbakti merupakan salah satu warga yang tinggal di kelurahan
Lau Cih tetapi membuka rumah makan di depan Rumah Sakit Adam Malik. Ibu
ini berumur 43 tahun beragama Kristen Protestan sudah berumahtangga dan

37

Universitas Sumatera Utara

memiliki soerang anak laki-laki pekerjaan ibu ini merupakan seorang dokter gigi.
Menurut ibu ini penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang menular
lama kelamaan bisa membuat kematian.
Penyakit tersebut dapat menular dengan cara melalui hubungan seks
berganti-ganti dan jarum suntik dan sampai sekarang belum ada obat yang
ditemukan yang bisa meyembuhkan penyakit HIV/AIDS tersebut namun hanya
ada obat untuk antibiotik pencegah rasa sakit . Ibu ini mendapat informasi melalui
buku, tv, media elektronik. Menurutnya sebaiknya ODHA tersebut jangan dijauhi
tetapi seharusnya diberikan motivasi agar mereka tidak merasa terpuruk dengan
keadaanya dan memberikan semangat serta menerima keadaanya. Mungkin
mereka yang melakukan hal tersebut karena telah menyimpang dari norma agama
dan masyarakat. Dulu di keluarga informan ada yang terkena HIV/AIDS tetapi
sudah meninggal dunia.
Ibu ini tidak melarang untuk bergaul dengan ODHA tetapi setidaknya
menjaga jarak tetapi mungkin komunikasi dikurangi. Mengikuti penyuluhan atau
seminar di tempat-tempat lain seperti dari Rumah Sakit, Gereja itu sangat penting
karena dengan begitunya pengetahuan kita akan HIV/AIDS akan lebih baik.
Untuk membangun suatu wadah atau rumah singgang untuk mereka, ibu tersebut
sangat mendukung karena menurutnya dengan begitunya mereka dapat ditampung
di Rumah Singgah tersebut seperti yang ada di sekitar tempat saya yaitu Lau Cih.
Dan masyarakat yang belum memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS pasti akan
jaga jarak karena takut tertular.

38

Universitas Sumatera Utara

2. B.I Tarigan
Informan ini adalah seorang pelajar SMA yang berusia 15 tahun tinggal di
sekitar Adam Malik dan beragama Kristen Protestan. HIV/AIDS itu merupakan
penyakit yang menular dan berbahaya dan kebanyakan orang menghindari
penderita tersebut. Seseorang dapat terkena melalui jarum suntik, air liur, nyamuk.
Menurutnya tertular dari nyamuk itu pada saat nyamuk menggigit orang yang
telah positif HIV/AIDS dan setelah itu menggigit kita maka kita akan tertular.
Pengetahuan yang didapatnya dari buku, internet dan juga dari sekolah. Penyakit
tersebut sangat berbahaya karena jika seseorang melakukan hubungan seks
berganti-ganti akan mudah untuk tertular. Kita masih bisa tetap berteman dengan
mereka dan memberikan mereka nasehat agar tidak melakukan hal yang
menyimpang yang dapat membahayakan dirinya.
Perilaku tersebut dapat terjadi karena menyimpang dari norma agama dan
norma masyarakat jika iman seseorang kuat maka tidak akan mungkin melakukan
hal terlarang seperti itu dan disekitar lingkungan informan ada yang sudah terkena
HIV/AIDS. Menurutnya sikap dan perlakuan yang diberikan biasa saja setidaknya
hal tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran kedepannya agar tidak
melakukannya. Kita tidak boleh memberikan stigma dan diskriminasi terhadap
mereka, tidak menghindari mereka dan tidak masalah jika bertegur sama dengan
mereka dan mengunjungi mereka karena mereka juga manusia. Walaupun
berdekatan dengan ODHA informan tersebut merasa nyaman tetapi harus bisa
jaga jarak.

39

Universitas Sumatera Utara

Walaupun ODHA tinggal disekitar lingkungan mereka ,tidak ada hak bagi
mereka untuk melarangnya tinggal di tempat itu tetapi seharusnya merasa kasihan.
Dan informan tersebut sangat setuju jika dibuat sebuah wadah untuk mereka
karena hal itu berguna untuk keluarga ODHA dan juga ODHA tersebut.
3. D Tarigan, MTH
Bapak ini berumur 45 tahun bertempat tinggal didepan Rumah Sakit Adam
Malik sudah berumah tangga dan beragama Kristen Protestan. HIV/AIDS ialah
salah satu penyakit yang mematikan namun secara perlahan, lahirnya penyakit ini
diawali dari penyebaran virus sama seperti namanya

HIV,Human Immuno

Deficiency Virus , yaitu virus yang menyerang penurunan daya tahan tubuh dan
AIDS adalah kepanjangan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yaitu
kumpulan berbagai gejala penyakit sebagai akibat menurunnya sistem dan fungsi
kekebalan tubuh oleh virus.
Penularan virus ini melalui hubungan darah, dan pada umumnya seperti
hubungan intim baik secara sehat (hubungan suami-isteri) maupun tidak sehat
(berganti-ganti pasangan), melalui suntik yang dipakai secara bergantian baik
pada rumah sakit ataupun yang dilakukan para pelaku Narkotika. Bagi pria
umumnya bisa juga terinfeksi melalui cukur kumis yang sudah terinfeksi virus
tersebut. Menurutnya bahwa penularannya melalui hubungan darah tersebut tidak
terlalu berbahaya karena kita dapat menghindarinya.
Apabila kita meragukannya kita dapat chek up ke rumah sakit (apabila
seorang ingin melakukan hubungan intim), dan sebaiknya tidak memakai barangbarang umum seperti cukuran, gosok gigi secara bergantian. Maka tidak

40

Universitas Sumatera Utara

sepantasnya

menghindari mereka, justru sebaliknya semestinya memberikan

perhatian penuh, agar kiranya batin mereka tidak juga ikut terluka dan juga
memberikan simpatik terhadap ODHA. Perilaku tersebut tidak bisa dikatakan
karena diakibatkan menyimpangnya dari norma agama dan norma masyarakat
karena tidak semua prilaku menyimpang berhadapan dengan hubungan darah.
Orang dengan HIV/AIDS memang perilaku menyimpang tapi tidak
semuanya, perlu diketahui bahwa ada juga ODHA yang tidak menyimpang,
misalnya istri yang tidak mengetahui bahwa suaminya terkena hal tersebut. Tidak
ada larangan bagi keluarga untuk bergaul dengan mereka selagi masih terkendali.
Dan mereka itu berhak mendapatkan suatu pekerjaan apalagi alangkah baiknya
mereka dapat bekerja diinstansi yang memberikan tunjangan kesehatan.
Walaupun berdekatan dengan ODHA itu tidak masalah mereka juga sama
dengan kita merasakan letih saat berdiri lama, yang haus dalam kekeringan terik
matahari. Juga perlu diketahui mereka tidak ada bedanya dengan manusia yang
lainnya. Menurut informan tersebut baik juga jika mendirikan rumah singgah atau
wadah tempat tinggal bagi mereka karena dengan begitunya mereka menjadi
merasa nyaman dan akan mendapatkan perhatian.
4. J br. Pandia
Salah satu informan yang berusia 23 tahun beragama Kriten Protestan
bertempat tinggal di Tuntungan tapi kesehariannya berdagang didepan Rumah
Sakit Adam Malik dan belum berumah tangga. Menurutnya bahwasanya penyakit
HIV/AIDS merupakan penyakit kelamin yang dikarenakan berganti-ganti

41

Universitas Sumatera Utara

pasangan dan sering ke club. Penyakit tersebut sangat menular karena sampai saat
ini belum ada yang dapat menyembuhkan penyakit berbahaya tersebut.
Sebaiknya untuk kebaikkan bagi diri kita, harus menjauhi atau
menghindari ODHA dan mengurangi interaksi dengan mereka serta melarang
keluarga untuk bergaul dengan ODHA. Dan perilaku itu karena menyimpang dari
norma-norma yang ada karena pria yang “jajan” diluar meskipun beragama
kurang dalam memaknai norma tersebut. Tidak ada rasa nyaman apabila
berdekatan dengan ODHA dan tidak setuju jika ada yang membuat wadah tempat
tinggal mereka di lingkungan tempat tinggal informan.
5. Y br Sembiring
Informan tersebut berusia 23 tahun beragama kristen protestan bertempat
tinggal di jl. BungaNcole dan belum berumahtangga. Penyakit HIV/AIDS adalah
penyakit yang bisa mematikan semua organ tubuh manusia. Penyakit HIV/AIDS
juga semacam virus yang sangat mematikan dan hingga saat ini penyakit tesebut
belum ditemukan obatnya. Cara penularan dari penyakit HIV/AIDS dengan
hubungan seksual dan bisa menular dengan suntik yang dipakai penderita
HIV/AIDS sehingga penyakit tersebut sangat berbahaya. Tidak boleh menjauhi
penderita apalagi mengasingkan dan mengucilkan mereka dari lingkungan tempat
tinggal.
Seharusnya tidak perlu menjauhkan diri dengan penderita, walaupun
penyakit tersebut menular tetapi menularnya hanya jika darah HIV/AIDS terkena
dengan tubuh kita atau juga melalui sikat gigi yang di pakai penderita. Jika hanya
mengobrol dan berbicar dengannya kita tidak akan terkena. Dalam berinteraksi

42

Universitas Sumatera Utara

dengan penderita, tidak ada larangan tetapi banyak keluarga yang melarang
karena menurut mereka penyakit HIV/AIDS suatu penyakit yang mengerikan
tetapi sebenarnya penderita tersebut juga membutuhkan motivasi, nasehat dan
dukungan dari orang-orang disekitarnya. Dan sangat setuju jika dibuat suatu
rumah singgah bagi penderi karena mereka akan mendapatkan perawatan dari
orang-orang yang peduli dengannya dan tidak merasa dibedakan dengan orang
yang lain. Serta tidak ada hak seseorang untuk mendiskriminasi dan memberikan
stigma negatif bagi penderita tetapi hal tersebut dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran agar tidak melakukan yang sama dengan mereka.
6. ....br Ginting
Informan ini berumur 23 tahun beragama Kristen Protestan bertempat
tinggal di BungaNcole. Menurutnya HIV/AIDS merupakan penyakit yang sangat
berbahaya dan juga penyakit menular. Hal tersebut dikarenakan penyakit tersebut
tidak dapat disembuhkan. Cara penularannya bisa melalui jarum suntik, air susu
ibu, air liur, tato dan juga melalui hubungan seks. Sikap br Ginting ini terhadap
penderita HIV/AIDS yaitu akan menjauhi, menjaga jarak dengan penderita dan
tidak bergaul dengan mereka serta akan melarang keluarga untuk berinteraksi
dengan penderita HIV/AIDS tersebut.
Hal itu dapat dikatakan menyimpang dari norma-norma yang ada karena
lingkungan yang buruk dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Misalnya jika
ditempat tinggal seseorang ada bar, diskotik, rumah remang-remang maka suatu
saat seseorang akan terjerumus dan mempergunakannya ke hal yang tidak baik.
Dari hal itulah seseorang itu akan dapat terkena HIV/AIDS. Informan sangat tidak

43

Universitas Sumatera Utara

setuju jika disekitar tempat tinggalnya dibuat rumah singgah bagi penderita
HIV/AIDS karena takut si penderita akan berkeliaran di sekitar tempat tinggalnya
dan berdampak buruk bagi masyarakat setempat. Dan dampak dari stigma dan
diskriminasi itu akan mempengaruhi mereka juga terlebih keluarga si penderita,
maka dengan begitunya keluarga mereka akan dikucikan dari masyarakat serta
akan mendapatkan perlakuan yang berbeda dengan sebelumnya.
7. D br. Ginting
Adalah masyarakat yang berusia 28 tahun beragama Kristen Protestan dan
pekerjaan sebagai seorang guru disalah satu sekolah. HIV/AIDS merupakan
sejenis penyakit seksual yang diakibatkan oleh sebuah jenis virus yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh, penularannya dapat melalui kontak darah dan
hubungan seks. Penyakit tersebut sangat menular karena penyakit tersebut sangat
mematikan dan saampai saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya.
Sikap informan terhadap penderita akan bertindak biasa saja, tidak merasa
perlu mengucilkan mereka, tetap berhubungan baik, dan mungkin memberikan
dukungan untuk penderita agar bertobat dan berobat. Dan dilingkungan tempat
tinggal informan tidak ada masyarakat yang terkena HIV/AIDS, informan tidak
melarang sanaksaudara untuk bergaul dengan penderita HIV/AIDS tetapi
alangkah baiknya jika tidak melakukan kontak darah dan hubungan seksual.
Kita tetap harus menjaga hubungan baik dengan mereka seperti
selayaknya

di

dalam

hubungan

bermasyarakat.

Dan

juga

jika

masih

memungkinkan bagi mereka untuk bekerja maka sangat baik jika mereka juga
bekerja agar kebutuhan mereka tercukupi.

44

Universitas Sumatera Utara

Informan ini merasa biasa saja walaupun berdekatan dengan penderita
karena penyakit itu tidak akan menular jika hanya dengan berdekatan atau kontak
kulit serta tidak keberatan jika mereka tinggal disekitar tempat tinggal informan
karena menurutnya mereka juga memilik hak yang sama dengan kita di dalam hal
bermasyarakat. Dan juga mereka harus kuat di dalam menghadapi penyakit yang
di deritanya, mereka butuh dukungan moril dari keluarga, kerabat, masyarakat dan
jika memungkinkan sebaiknya dibuat rumah singgah atau wadah bagi mereka
untuk tinggal.
Informan tidak akan mendiskriminasi ODHA tetapi jika ada masyarakat
yang melakukan itu maka jelas akan berdampak buruk baginya. Dampak buruk
tersebut akan menimbulkan kesenjangan sosial dan ketidaknyamanan orang-orang
yang tinggal di sekelilingnya.
8. A br. Tarigan
Informan ini berusia 22 tahun beragama Kristen dan pekerjaannya
berjualan. HIV/AIDS adalah penyakit yang sangat berbahaya karena dapat
menular kepada siapapun. Penularan HIV/AIDS dapat melalui hubungan seks
bebas, dari alat kontrasepsi. Penyakit itu sangat berbahaya karena orang yang
telah tertular HIV akan meninggal dunia. Sikap informan terhadap penderita akan
membuat jarak kepada orang yang terkena HIV dan tidak akan melakukan seks
bebas.
Menurutnya hal itu karena menyimpang dari norma agama dan masyarakat
karena ODHA adalah salah satu yang melakukan hubungan seks bebas di
kalangan masyarakat. Untuk itu harus lebih berhati-hati dalam bergaul dan jaga

45

Universitas Sumatera Utara

jarak agar tidak sampai tertular. Informan tidak melarang keluarga untuk bergaul
dengan mereka selagi keluarga masih bisa menjaga diri agar tidak tertular
penyakit HIV/AIDS. Dan setiap orang berhak mendapatkan pekerjaan terutama
bagi ODHA. Sama sekali tidak keberatan jika ada penderita tinggal di sekitar
tempat tinggal selama penderita dijaga dan dirawat dengan baik agar tidak tertular
kepada orang lain. Dan selagi masyarakat menerima ODHA tidak masalah jika
dibentuk suatu wadah tempat tinggal mereka di lingkungan sekitar.
9. Marga Situmorang
Berusia 29 tahun beragama Islam bertempat tinggal disamping Adam
Malik, sudah berumahtangga dan pekerjaanya sebagai pedagang. HIV/AIDS
adalah penyakit yang datang akibat penyimpangan seks yang tertular atau akibat
dari penyalahgunaan obat-obat terlarang. Penyakit ini bukan penyakit tertular
karena HIV/AIDS tetular ketika seseorang melakukan hubungan seks yang
menyimpang dan itu mungkin perilaku yang menyimpang dari norma agama dan
norma masyarakat. Sikap dari informan tersebut akan menjauh sejauh-jauhnya,
kebiasaan baik akan hilang jika kebiasaan buruk dilakukan.
Tetapi sebaiknya penderita HIV/AIDS diobati, direhabilitasi dan diberikan
semangat. Informan ini melarang keluarga untuk bergaul dengan penderita dan
juga menyuruh ODHA untuk menjauhi keluarga dari informan tersebut. Tidak ada
rasa keberatan walaupun penderita tinggal disekitar tempat tinggal informan
karena tidak ada hak seseorang untuk mendemonya. Serta setuju kalaupun dibuat
rumah singgah bagi mereka karena dengan begitu mereka akan aman dari stigma
dan diskriminasi masyarakat. Menurutnya jika seseorang memberikan stigma dan

46

Universitas Sumatera Utara

diskriminasi maka bisa mempengaruhi kepribadiaannya, merubah karakternya,
dan merasa tidak ada gunanya untuk bertahan hidup.
10. Mina
Ibu Mina ini berusia 18 tahun beragama Islam bertempat tinggal di
Perumahan SB di belakang Rumah Sakit Adam Malik dan membuka Rumah
Makan di samping Adam Malik. HIV/AIDS adalah penyakit yang bisa menular
dimana cara penularannya bisa melalui gonta ganti pasangan, hubungan seks, dan
jarum suntik. Sehingga penyakit itu dikatakan penyakit yang sanga berbahaya
dikarenakan sampai sekarang belum ada obat untuk menyembuhkan penyakit
tersebut.
Informan akan menjauhi penderita HIV/AIDS dan tidak nyaman jika
berdekatan dengan penderita HIV/AIDS tetapi di sisi lain merasa kasihan karena
masa depan mereka sudah hancur, didiskriminasi oleh masyarakat setempat dan
juga di mata masyarakat mereka adalah orang-orang yang tidak baik dan telah
melanggar norma-norma yang ada. Ibu mina ini melarang keluarga untuk bergaul
dengan mereka dan tidak mengijinkan untuk berinteraksi dengan penderita.
Informan ini menyarankan penderita untuk berobat agar dapat mengurangi
penyakit tersebut. Mereka masih berhak untuk mendapatkan pekerjaan kembali
tetapi itu tergantung dari perusahaan itu sendiri, mau menerima mereka atau tidak.
Alangkah bergunanya bagi mereka jika dibuat rumah singgah bagi mereka semua
agar mereka tidak menularkan nya kepada masyarakat yang lain.

47

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1. Data Informan berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Agama dan
Pekerjaan
No

Nama

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

P br. S
B.I T
DT
J br.P
Y br. S
Ginting
D br.G
A br.T
Situmora
ng
Mina

10.

Jenis
Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki

Usia

Agama

Pekerjaan

43 Tahun
15 Tahun
45 Tahun
23Tahun
23 Tahun
23 Tahun
28 Tahun
22 Tahun
29 Tahun

Kristen Protestan
Kristen Protestan
Kristen Protestan
Kristen Protestan
Kristen Protestan
Kristen Protestan
Kristen Protestan
Kristen Protestan
Islam

Dokter Gigi
Pelajar SMA
Dosen
Berdagang
Mahasiswi
berdagang
Guru
Berjualan
Pedagang

Perempuan

18 Tahun Islam

Berjualan

Sumber : olahan data peneliti, 2017.
4.4.2. Pendamping atau pengurus di Rumah Singgah
1. Pdt. Monalisa br Ginting, S.Si (Teol)
Informan ini adalah seorang Pendeta yang berumur 33 tahun beragama
Kristen Protestan bertempat tinggal di jalan Udara, sudah berumah tangga dan
mempunyai 2 orang anak dan sebagai pastoral pelayanan khusus bagi HIV/AIDS.
Menurutnya bahwa HIV/AIDS merupakan jika HIV itu virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia sedangkan AIDS yaitu kumpulan dari beberapa
gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV. Pencegahan HIV/AIDS dapat
dilakukan dengan cara yang pertama dengan adanya informasi yang baik dan
cepat

diterima masyarakat

kedua,

berdasarkan

faktor penularan,

tidak

menggunakan narkoba suntik dan memastikan bahwa kita yang menerima
transfusi darah steril dari HIV/AIDS. Misalnya jika ada cangkok organ maka
dipastikan terlebih dahulu bebas dari HIV/AIDS. Dulu pernah ada seorang yang

48

Universitas Sumatera Utara

terkena HIV/AIDS di sekitar lingkungan tempat tinggal berjenis kelamin laki-laki
dan sudah berumah tangga tetapi sekang sudah meninggal dunia.
Sikap ibu ini terhadap ODHA sebenarnya biasa saja karena menurutnya
tidak ingin membuat sesuatu yang spesial supaya penderita tidak merasa bahwa
dirinya berbeda dengan yang lain. Karena masalah HIV/AIDS saat ini bukan lagi
sesuatu yang khusus lagi cuma yang bersangkutan dengan ODHA tersebut yang
masih menutup diri dan hal itu mungkin disebabkan karena pemahaman yang
belum pas.
Perlakuan yang diberikan sama seperti yang belum tertular, menghargai
mereka namun yang membedakan hanya di mereka ada virus HIV di kita tidak
ada selebih itu tidak ada masalah. ODHA berhak untuk mendapatkan pekerjaan
karena tidak ada yang bisa menghalangi mereka untuk bekerja, sejauh mereka
semangat, punya kesempatan silahkan saja untuk bekerja.
Di Rumah Singgah fokusnya lebih ke pemulihan, karena setelah mereka di
Opname di Rumah Sakit Adam Malik Medan akan ada gejala-gejala yang dialami
jadi mereka tidak mungkin untuk pulang kampung karena kampung mereka
semua jauh jadi disediakanlah tempat yaitu Rumah Singgah bagi ODHA. Jadi
kegiatan yang dilakukan hanya untuk pemulihan agar mereka bisa cepat sehat
selanjutnya ada juga pembinaan rohani dan pembinaan-pembinaan karakter.
Pembinaan-pembinaan yang dilakukan ada yang dilakukan perbulan dan
ada juga perminggu. Namun kegiatan perhari itu dilakukan tidak formal tapi jika
ada seseorang yang harus dibina khusus akan dilakukan tetapi tidak secara
keseluruhan hal itu dilakukan karena jarak mereka yang jauh. Yang terlibat dalam

49

Universitas Sumatera Utara

kegiatan ini semua dari Komisi HIV/AIDS di tambah dari orang-orang yang
memberikan sumbangan, donatur-donatur tetapi mereka jarang datang langsung
untuk bertemu dengan penderita karena mereka memberi sumbangan lewat
Komisi, di transfer lewat rekening. Tetapi ada juga sebagian dari mereka misalnya
pada saat hari Natal, orang-orang yang memberi sumbangan tersebut mengundang
ODHA ke tempat mereka dan menghadiri acara mereka.
Pendampingan di Rumah Singgah tersebut dilakukan oleh tim
pendamping dan ada jugadirekrut dari mereka (ODHA). Pendamping yang
mendampingi penderita ada dua orang yang yaitu Perisma Tarigan atau disebut
dengan “Bunda Prisma” dan satu orang dari ODHA itu sendiri yaitu Elvi atau
disebut “Kak Elvi”. Prisma itu bertanggungjawab atas masalah kesehatan mereka,
pendampingan, obat-obatan, persoalan-persoalan pribadi dll. Sedangkan elvi di
angkat sebagai staf semacam ibu asrama bagi ODHA yang lain seperti mengatur
makanan, mengecek apa yang perlu disediakan di rumah, bahkan juga perannya
sangat penting.
ODHA dinyatakan sembuh tergantung gejala yang di deritanyamisalnya
TB (Tubercle bacillius)sudah parah itu kemungkinan akan lama untuk sembuh
tetapi jika TB (Tubercle bacillius) tidak terlalu parah pasti cepat proses
penyembuhannya dan juga tergantung semangat dari dirimereka masing-masing.
TB (Tubercle bacillius) merupakan penyakit menular yang umum dan dalam
banyak kasus mematikan, mengganggu sistem kekebalan tubuh yang bertugas
untuk melawan infeksi yang menyerang tubuh. Usaha menyerang infeksi ini dapat
melemahkan sistem kekebalan dan menyebabkan kematian terhadap ODHA.
Penyakit

ini

disebabkan

oleh

berbagai

strain

mikobakteria,

umumnya

50

Universitas Sumatera Utara

Mycobacterium tuberculosis atau MTbc. Dulu ada pasien yang berasal dari
Ajimbelang bernama Heri, selama dirawat di Rumah Singgah hingga beberapa
bulan perkembangan dan perubahannya luar biasa, semangatnya luar biasa dan
sekarang Heri sudah sehat dan berat badannya juga bertambah jadi jika seseorang
mengalami perubahan seperti Heri maka perkembangan dan pemulihannya juga
akan cepat.
Kegiatan yang diberikan Komisi Moderamen GBKP terhadap ODHA,
sudah dilakukan mulai bulan Februari, mereka sudah diberdayakan untuk menjadi
tenaga perawat, merawat ODHA yang opname di Rumah Sakit Adam Malik.
Sebelum mereka merawat pasien mereka sudah diberikan pelatihan, tipe-tipe
dasar merawat pasien ODHA. Misalnya keluarga dari pasien tersebut sibuk, maka
mereka bisa merawat sesama merekatidak tergantung terhadap keluarga, dan pada
kesempatan itulah dipergunakan tenaga perawat tersebut karena tidak mungkin
menyalahkan keluarga mereka yang sibuk dengan aktifitas masing-masing.
Sebelumnya telah banyak dari mereka yang sudah bekerja, mereka dilatih
bagaimana cara merawat pasien, apa yang dibutuhkan pasien dan apa yang perlu
dijaga agar pasien secepatnya sembuh. Selain itu pemberdayaan yang dilakukan
Komisi yaitu membuat alat peraga anak sekolah minggu tetapi omsetnya kecilkecilan dan hanya antar GBKP saja. Ada satu orang yang sudah profesional dan
dianggap sudah bisa menjadi tenaga perawat yang profesional, pelayanannya juga
sudah bagus yaitu Mak Gian. Mak Gian tinggal sendiri di sekitar Rumah Sakit
Adam Malik dan sudah banyak memiliki pasien untuk dirawat di Rumah
Sakitdengan cara seperti itulah mereka diberdayakan.

51

Universitas Sumatera Utara

Apalagi Prisma mempunyai jaringan atau hubungan baik ke Adam Malik
jadi jika ada pasien yang datang maka akan langsung dirawat dan diberikan
pendekatan serta konseling. Dengan adanya kegiatan tersebut pasti bisa
mengurangi stigma negatif dari masyarakat walaupun mungkin sedikit lambat.
Walaupun ada keluarga datang dan menyerahkannya begitu saja agar ODHA
merawat dirinya sendiri tanpa dipedulikan maka pada saat itulah tim akan
mendampinginya. Tim tidak ingin memutuskan ikatan persaudaraan, harus tetap
menjaga komunikasi dengan pihak keluarga, melakukan perjumpaan-perjumpaan
dengan

pihak

keluarga,

hal

tersebut

dilakukan

agar

keluarga

tidak

mendiskriminasi dan memberikan stigma yang negatif terhadap keluarga yang
sudah terkena HIV/IDS. Keluarga akan dibekali bagaimana cara menjaga
kesehatan, memahami kondisi ODHA, dan setelah semuanya sehat, sembuh dan
selesai berobat serta dapat kembali kekehidupan yang normal, tidak akan ada lagi
masalah walaupun mereka sudah terkena HIV.
Dukungan dari gereja sudah pasti ada karena dengan GBKP membentuk
Komisi Pelayanan HIV/AIDS dalam menyiapkan dana, membutuhkan dukungan
yang luar biasa dan dukungan dari masyarakat hal tersebut sangat membantu
kehidupan para ODHA. Jika program secara keseluruhan dapat dikatakan berjalan
setengah-setengah, sebenarnya jemaat merasa penting tetapi dipengaruhi oleh
ketidakepedulian dari masyarakat itu sendiri. Selanjutnya dukungan dari
Pemerintah dapat dibagi dua yaitu khusus masalah Pemerintah Kabupaten Karo,
dukungan dari Pemerintah setempat sangat kurang mendukung karena hanya
bergerak masing-masing, misalnya Pemerintah dengan RSUnya, Pemerintah
dengan Dinas Kesehatannya.

52

Universitas Sumatera Utara

Komisi sudah berusaha untuk menjallin kerjasama tapi tidak mendapatkan
respon, Komisi tidak mengetahui apa yang menjadi penyebabnya, dan tidak ingin
menduga-duga penyebab dari hal tersebut. Sebelumnya Komisi sudah pernah
melakukan rapat dengan DPRD Kabupaten Karo, jadi ada beberapa rekomendasi
yang sudah ditawarkan di RDP (Rapat Dengan Pendapat), rekomendasirekomendasi tersebut nantinya akan dilakukan oleh DPRD Kabupaten Karo tetapi
sudah 2 tahun berlalu tidak ada satu pun yang dilaksanakan termasuk penutupan
cafe, rumah remang-remang, penginapan-penginapan yang tidak ada izinnya.
Sedangkan di tingkat Provinsi sudah berjalan dengan baik dan sudah lama terjalin
kerjasama,sedangkan diKabupaten Karo SK (Surat Keputusan) sudah dikeluarkan
oleh KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) tetapi kinerjanya sama sekali tidak
ada.
Kegiatan yang bisa dilakukan untuk dapat menghilangkan stigma negatif
dari masyarakat yaitu sosialisasi, karena sosialisasi itu yang terutama. Sosialisasi
harus dijalankan tidak bisa diberhentikan dan harus dilakukan secara
berkesinambungan dan dilakukan terhadap orang-orang yang peduli. Jika hanya
Jemaat GBKP yang melakukannya tidak akan berhasil, akan lambat prosesnya.
Seharusnya pemerintah juga ikut berpartisipasi, gereja dan agama yang lain, dari
kelompok-kelompok lain yang ada di masyarakat juga harus semua dapat
bekerjasama dan mensosialisasikan bahwa HIV/AIDS itu bukan penyakit yang
gampang penularanya sehingga tidak perlu melakukan pendiskriminasian,
memberikan stigma negatif karena siapa saja bisa terkena, justru yang diinginkan
atau diharapkan dengan mengasihi mereka, mereka akan lebih menghargai orang
lain.

53

Universitas Sumatera Utara

Ada selalu prinsip yang dilihat bahwa “dendam” di mereka cukup tinggi.
Jadi ketika seseorang memusuhi mereka maka “dendam” mereka akan semakin
tinggi dan niat mereka untuk menularkannya akan menjadi tinggi. Tetapi ketika
seseorang mengasihi mereka , mereka akan berkata “cukup virus itu di aku saja,
jangan ada lagi yang tambah”. Karena mereka sudah melihat kasih yang
diberikan, seandainnya semua masyarakat dapat melakukan itu tentunya
penularan akan terus berkurang.
Komisi biasanya mengadakan kegiatan khususnya di lingkungan gereja,
masyarakat dan membuat pelatihan-pelatihan kader serta media. Untuk
melakukan kegiatan tersebut banyak mendapatkan hambatan, hambatan yang
pernah dialami yaitu terjadi di wilayah Berastagi, sebelumnya telah disepakatan
bahwa akan diadakan kegiatan sosialisasitetapi tidak ada seorangpun yang datang
pada kegiatan tersebut. Hal ini dikarenakan ketidakpedulian

dari masyarakat

tersebut yang menghambat berjalannya suatu kegiatan, atau karena budaya kita
budaya tabu atau ada anggapan sejauh itu tidak ada di keluarga saya, maka saya
aman-aman saja. Hambatan selanjutnya yaitu banyak pemerintah yang tidak
memfasilitasi dan tidak merespon kegiatan tersebut. Namun Komisi terus
berusaha agar dapat menghilangkan stigma negatif dari masyarakat. Keterlibatan
Komisi didalam Rumah Singgah tersebut sangat bermanfaat bagi penderita
HIV/AIDS karena Komisi melakukan pendampingan, pastoral, kecukupan nutrisi
dan pemberdayaan di Rumah Singgah Moderamen GBKP.
Stigma negatif yang banyak diterima ODHA yaitu menganggap kelakuan
ODHA tidak baik, tukang jajan, pasti mereka orang pasaran yang perilakunya
tidak benar, pasti mereka tukang selingkuh, orang yang keras kepala dan

54

Universitas Sumatera Utara

melakukan hubungan seks gonta ganti pasangan. Misalnya pada saat Komisi
meminta bantuan kepada masyarakat, masyarakat berkata untuk apa mereka
diberikan bantuan, itukan karena tingkahlaku mereka sendiri, karena perbuatan
mereka sendiri, mereka sendiri yang melakukannya, itulah stigma yang muncul
dari masyarakat.
Salah satu yang menyebabkan hal tersebut terjadi yaitu karena kurangnya
pemahaman yang benar di masyarakat. Sehingga hal tersebut membawa dampak
bagi ODHA, dimana ODHA menerima stigma yang negatif maka mereka akan
berpikir dan merasa terpuruk jadi ketika mereka menderita dengan kondisi
tersebut dan dicap buruk oleh masyaraka, dengan bergumul dengan HIV maka
mereka akan semakin stres. Stigma dan diskriminasi lebih mematikan daripada
virus HIVnya. Karena virus HIV dengan meminum ARV akan aman dan bisa
dikendalikan tetapi jika stigma dan diskriminasi dari masyarakat bagaimana
mereka menghadapinya, mereka akan menjadi rapuh, tak berdaya maka seseorang
harus kuat menghadapinya dan selalu diberikan dukungan. Hal tersebutlah yang
menyebabkan seseorang tidak ingin membuka statusnya(open status) kepada
masyarakat dan hanya orang-orang tertentu yang berani open status karena ketika
mereka akan membuka status tidak hanya dirinya yang akan terancam tetapi
keluarganya juga akan ikut terancam dan dikucilkan.
2. Perisma Tarigan
Informan ini merupakan salah seorang pendamping yang ada di Rumah
Singgah Moderamen GBKP. Menurutnya HIV/AIDS merupakan virus yang
melemahkan daya tahan tubuh, penyakit tersebut dapat dicegah dengan jika

55

Universitas Sumatera Utara

seseoran melakukan hubungan seks maka pakailah kondom, tetapi lebih baiknya
jika tidak melakukan hal tersebut jikalau belum menikah dan jika ingin menikah
maka sebaiknya masing-masing pasangan cek HIV/AIDS agar tidak terinfeksi,
jika salah satu dari pasangan telah positif maka akan dapat dicegah serta jangan
mencoba memakai jarum suntik yang sudah beka