Naskah Publikasi sept

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KECAMATAN LAWEYAN,
KECAMATAN SERENGAN, DAN KECAMATAN PASAR KLIWON
KOTAMADYA SURAKARTA

Artikel Publikasi Ilmiah

Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana Sains

Disusun oleh:
Yan Bagus Muhammad Ferdiansah
M0410068

PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KECAMATAN LAWEYAN,
KECAMATAN SERENGAN, DAN KECAMATAN PASAR KLIWON

KOTAMADYA SURAKARTA

1)Yan

Bagus Muhammad Ferdiansah, 2)Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D.,
3)Dr. Agung Budiharjo, M.Si.
1)
yhebheferdi@gmail.com, 2) nnsutarno@mipa.uns.ac.id
3)
budiharjo_ag@yahoo.com

Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRAK
Perubahan kawasan perkotaan menyebabkan habitat burung berkurang.
Informasi tentang keanekaragaman burung perkotaan di Kota Surakarta saat ini
masih sangat sedikit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah,
jenis, keanekaragaman burung, dan kemelimpahan burung di Kota Surakarta.
Penelitian dilakukan dengan metode point count atau titik hitung dan
metode jelajah, melalui rute yang telah dibuat dan mencatat jenis burung yang

terlihat di sekitarnya. Pengamatan sampel dilakukan di tiga kecamatan meliputi
Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan dan Kecamatan Pasar Kliwon.
Identifikasi burung dilakukan berdasarkan karakteristik morfologi dengan buku
panduan Jawa dan Bali dari MacKinnon. Analisis data untuk keanekaragaman
jenis burung menggunakan pendekatan deskriptif, dan diperbandingkan di tiga
wilayah tersebut, untuk indeks keanekaragaman burung dihitung dengan rumus
Shannon-Wiener.
Hasil penelitian menunjukan di 3 kecamatan Kota Surakarta ditemukan
sejumlah 1963 burung yang dikelompokkan ke dalam 24 jenis burung masuk ke
dalam 14 famili. Urutan indeks keanekaragaman dari ketiga kecamatan tersebut
meliputi Kecamatan Pasar Kliwon (H’=1,76), Kecamatan Laweyan (H’=1,72),
dan Kecamatan Serengan (H’=1,68).

Kata kunci: Keanekaragaman, Burung, dan Kota Surakarta

THE BIRD DIVERSITY IN LAWEYAN , SERENGAN, AND PASAR
KLIWON SUBDISTRICTS IN SOLO CITY

1)Yan


Bagus Muhammad Ferdiansah, 2)Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D.,
3)Dr. Agung Budiharjo, M.Si.
1)
yhebheferdi@gmail.com, 2) nnsutarno@mipa.uns.ac.id
3)
budiharjo_ag@yahoo.com

Program Study of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Science,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
ABSTRACT
Changes in urban areas cause the habitat of bird is reduced. Information on
the diversity of urban birds in the city of Surakarta is still very few. The purpose
of this study is to determine the bird’s number, type, diversity, and abundance in
the city of Surakarta.
The research was done by application point count method and cruising
method, through the route that has been made and record the kind of birds seen.
Sample observation was conducted in three sub districts, Laweyan, Serengan and
Pasar Kliwon. Birds were identified based on morphological characteristics by
using Java and Bali bird guidebook from MacKinnon. Data for the diversity of
bird species were analyzed descriptively, and compared in the three areas. The

index of bird diversity was calculated by using the formula of Shannon-Wiener.
The research results 1963 birds were found in the three sub districts in
Surakarta City. They were from 24 species and be grouped into 14 families. The
bird diversity indexes were 1.76, 1.72, and 1.68 for Pasar Kliwon, Laweyan and
Serengan sub district.

Keyword : Diversity, Bird dan City of Surakarta

PENDAHULUAN
Burung adalah salah satu makhluk yang memiliki keunikan dan nilai yang
tinggi baik nilai ekologi, ilmu pengetahuan, wisata dan budaya (Bibby et al.,
2004). Banyaknya spesies burung yang sekarang ini menjadi idaman masyarakat
untuk dipelihara dapat menyebabkan semakin berkurang jumlah burung dialam
liar. Keanekaragaman jenis burung yang relatif tinggi tersebut, tidak diikuti
dengan perkembangan daerah dimana burung tersebut berada, termasuk
dikawasan perkotaan (Augusta, 2006).
Kota sebagai pusat aktivitas manusia dalam berbagai hal semakin tidak
memberikan ruang lingkup untuk kehidupan burung. Ancaman pada burung terus
meningkat menyebabkan beragam jenis burung harus dilindungi karena
populasinya sudah terancam punah (near threatened) sampai terancam punah

(endangered) (IUCN, 1994).
Pembangunan kota terutama di Surakarta ini secara terus menerus menurut
perkembangan waktu dan kepadatan penduduk, yang menuntut perubahan ruang
demi terpenuhinya kebutuhan manusia. Peningkatan populasi perkotaan
mengakibatkan perubahan seperti daerah pertanian dan hutan. Penggunaan lahan
untuk tujuan manusia ini dapat mengubah struktur dan fungsi ekosistem sehingga
dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati (Reale et al., 2005).
Pembangunan kerapkali dipandang hanya dari segi komersil. Hal ini
menyebabkan ruang-ruang dianggap tidak dapat memberikan kontribusi ekonomi
secara langsung terhadap pemenuhan kebutuhan manusia dianggap kurang
produktif sehingga ruang tersebut dilakukan upaya konversi lahan. Banyak bagian
lahan yang merupakan habitat alami ditebang, dan dimodifikasi dengan cara yang
ekstrim seperti pada hutan kayu, pertanian tradisional, dan lain-lain (Marzluff,
1997). Perubahan habitat pada daerah perkotaan ini merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan keanekaragaman burung diperkotaan menjadi semakin
berkurang (Shochat et al., 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi spesies dan struktur
masyarakat dalam rangka menciptakan keanekaragaman hayati yang baik
diperlukan dalam perencanaan pembangunan perkotaan, seperti pemberdayaan


masyarakat perkotaan mengenai konsep-konsep ekologi, pengembangan daerah
konservasi di perkotaan, dll (Clergeau et al., 2001).Tekanan terhadap spesies dan
habitat alami akan terus berlanjut bila tidak segera dilakukan studi ilmiah dan
invetarisasi. Informasi akurat dari kegiatan-kegiatan tersebut dibutuhkan sebagai
dasar dalam penyusunan skala prioritas yang layak dijadikan acuan dalam rencana
pelestarian keanekaragaman hayati (Sujatnika et al., 1995).
Penelitian mengenai burung perkotaan ini nantinya dapat dijadikan sebagai
bahan acuan atau referensi dalam pembangunan sebuah daerah perkotaan. Di
daerah Kota Surakarta ini penelitian mengenai burung perkotaan belum banyak
dilakukan, oleh karena itu keanekaragaman jenis burung di Kota Surakarta ini
menarik untuk dikaji lebih.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada tanggal 4 Januari 2016- 1 Februari 2016 di Kota
Surakarta. Pengambilan data lapangan meliputi tiga Kecamatan di Kota Surakarta
meliputi Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan dan Kecamatan Pasar
Kliwon. Pengambilan data meliputi daerah sekitar jalan, gedung dan area yang
terdapat vegetasi seperti taman ataupun ruang terbuka hijau yang biasa digunakan
burung untuk beraktifitas. Pengamatan sampel untuk penelitian dilakukan dengan
metode jelajah. Metode dilaksanakan dengan menjelajahi rute yang telah dibuat

dan mencatat semua jenis burung yang terlihat di sekitar rute tersebut (Hidayat et
al., 1996) dan menggunakan metode point count ( titik hitung). Pengamatan
dilakukan pada pagi hari, antara jam 06.00-08.00 wib dan sore hari jam 15.0017.00 wib. Dalam 1 minggu dilakukan sebanyak 4 kali pengamatan. Data yang
diambil meliputi jumlah dan jenis burung.
Alat yang digunakan berupa teropong binoluker, kamera Digital Single
Lens Reflex (DSLR) Canon tele 70-300mm, kamera prosumer Canon SX410S,
alat tulis, tabel pengamatan dan buku catatan lapangan, tabel pengamatan, dan
buku identifikasi burung-burung di Jawa dan Bali (MacKinnon).. Bahan yang
digunakan meliputi keanekaragaman jenis avifauna diperkotaan

Burung diidentifikasi berdasarkan morfologi. Semua spesies diidentifikasi
dengan mengkroscekkan antara fakta yang diperoleh di lapangan melalui
observasi langsung dengan sumber pustaka yang ada, yaitu buku panduan
lapangan burung-burung Jawa dan Bali dari MacKinnon. Pencatatan data
meliputi: jenis burung dan jumlah burung. Sedangkan untuk mengetahui Indeks
Keanekaragaman burung dihitung dengan rumus Indeks Keanekaan ShannonWiener (Bibby et al., 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keanekaragaman Jenis Burung di Tiga Kecamatan
Berdasarkan hasil pengamatan di tiga kecamatan didapatkan 24 spesies

burung yang termasuk ke dalam 14 famili, dan beberapa di antaranya merupakan
endemik di Jawa. Beberapa famili yang ditemukan dilapangan saat pengamatan
antara lain : Passeridae, Apodidae, Estrildidae, Cuculidae, Alcedinidae, Dicaeidae,
Sylviidae, Nectariniidae, Pycnonotidae, Zosteropidae, Turdidae, Collumbidae,
Sturnidae, dan Hirundinidae.
Dari penelitian ini didapat jenis burung yang dominan di tiga kecamatan
tersebut yaitu gereja erasia (Passer montanus),walet linchi (Collocalia linchi),
kapinis rumah (Apus affinis) dengan presentase perbandingan 3,1%. Selain itu
terdapat jenis-jenis burung lain yang juga teramati di tiga kecamatan tersebut
seperti data yang tersaji pada Tabel 2.
Keanekaragaman spesies burung umumnya berbeda antara habitat satu
dengan lainnya, sehingga ditemukan jenis burung yang berbeda-beda di setiap
kawasan. Perbedaan jenis-jenis burung pada masing-masing pengamatan menurut
Hernowo, et al (1989), apabila kondisi habitat kurang baik dalam mendukung
kehidupan burung seperti kurangnya sumber pakan atau faktor lain (luas area dan
iklim) dapat mempengaruhi keberadaan jenis burung. Menurut Jarulis (2005)
mengatakan bahwa kehadiran jenis burung kemungkinan disebabkan oleh
perbedaan jenis tumbuhan, tingkat kenyaman dan habitat pendukung yang
berdekatan, selanjutnya faktor keamanan dari berbagai bentuk gangguan, struktur


dan komposisi vegetasi dan luas lokasi dapat mempengaruhi jumlah jenis burung
pada suatu kawasan.
Tabel 2. Keberadaan jenis burung di tiga Kecamatan Kotamadya Surakarta
Famili
Nama Ilmiah
Nama Lokal
Kecamatan
A B C
Passeridae
Passer montanus
Gereja erasia

√ √
Apus affinis
Kapinis rumah

√ √
Apodidae
Collocalia linchi
Walet linchi


√ √
Estrildidae
Lonchura leucogastroides
Bondol jawa

√ √
Lonchura maja
Bondol haji
√ √
Lonchura punctulata
Bondol peking
- √

Cuculidae
Cacomantis sepulcralis
Wiwik uncuing

Alcedinidae
Halcyon chloris

Cekakak sungai
- √
Dicaeidae
Dicaeum trochileum
Cabai jawa

√ Sylviidae
Orthotomus ruficeps
Cinenen Kelabu

√ √
Orthotomus sepium
Cinenen jawa

Orthotomus sutorius
Cinenen pisang
- √
Prinia familiaris
Prenjak jawa

Nectariniidae Anthreptes malacensis
Madu kelapa

Cynniris jugularis
Madu sriganti

√ √
Pycnonotidae Pycnonotus goiavier
Merbah cerucuk

√ √
Pycnonotus aurigaster
Cucak kutilang
- √

Zosteropidae Zosterops palpebrosus
Kacamata biasa
- √
Turdidae
Copsychus saularis
Kucica kampung
√ Collumbidae Columba livia
Merpati

√ √
Streptopelia chinensis
Tekukur biasa

√ √
Geopelia striata
Perkutut jawa
√ Sturnidae
Acridotheres javanicus
Kerak kerbau
- √
Hirundinidae Hirundo tahitica
Layang-Layang

Batu
Keterangan :
A. Kecamatan Laweyan
B. Kecamatan Serengan
C. Kecamatan Pasar Kliwon
Kehadiran burung sangat penting dalam menjaga keseimbangan
lingkungan berkaitan dengan berbagai jenis makanannya. Jenis burung pemakan
serangga sangat berperan dalam mengontrol populasi serangga di kota. Burung
mempunyai andil dalam regenerasi pepohonan terutama dalam hal penyebaran biji
dan penyerbukan bunga (Peterson, 1980 dalam Hernowo, 1989). Pada
pengamatan ditemukan burung pemakan serangga dan nektar, seperti dari famili
Sylviidae,

Apodidae,

Zosteropidae,

dan

Hirundinidae.

Semakin

tinggi

keanekaragaman jenis burung pemakan serangga akan membantu pengedalian
hama secara alami. Begitu pula dengan burung pemakan nektar ( nectarivora)
yang mencari makan pada bunga dan burung pemakan buah (frugivora), secara
tidak langsung burung telah membantu penyerbukan dan penyebaran biji.

B.

Kemelimpahan Jenis Burung
Dari hasil pengamatan di 3 kecamatan di Kota Surakarta, diperoleh data

sejumlah 1936 burung, yang dikelompokkan kedalam 24 spesies dengan
kemelimpahan yang berbeda di masing-masing wilayah. Dari data diperoleh
jumlah burung yang ditemukan paling besar berada di Kecamatan Laweyan
dengan jumlah 884 burung, sedangkan kecamatan yang mempunyai jumlah
spesies paling sedikit yaitu Kecamatan Serengan sejumlah 354 burung (Tabel 3).
Adapun jenis burung merpati (Columba livia) juga ditemukan di ketiga
tempat dengan jumlah yang tidak sedikit, diduga kuat burung ini dipelihara
manusia, sehingga burung ini juga adaptif terhadap lingkungan manusia. Burung
yang jumlahnya sedikit merupakan burung yang tidak adaptif terhadap lingkungan
perkotaan, diduga karena mereka tidak dapat bersarang di keramaian perkotaan.
Menurut Hernowo et al. (1989) faktor keamanan dari berbagai bentuk gangguan,
struktur dan komposisi jenis vegetasi dan luas lokasi dapat mempengaruhi jumlah
jenis burung pada suatu kawasan.
Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya nilai H ini adalah kondisi
lingkungan, jumlah jenis dan sebaran individu pada masing-masing jenis
(Alikodra, 1990). Menurut Welty (1988), penyebaran dan populasi burung di
suatu habitat dipengaruhi oleh faktor fisik/lingkungan seperti tanah, air,
temperatur, cahaya matahari dan faktor biologis yang meliputi vegetasi dan satwa
lainnya.
Secara umum keadaan wilayah di beberapa lokasi pengamatan hampir
sama, dengan lingkungan yang dikelilingi oleh gedung perkantoran, hotel,
pemukiman

warga

serta

sedikit

area

keanekaragamannya tidak jauh berbeda (Tabel 3).

vegetasi,

sehingga

indeks

Tabel 3. Jumlah jenis burung dan Indeks Keragaman di 3 kecamatan
No
Nama Ilmiah
Nama Lokal
Jumlah
A
B
1 Passer montanus
Gereja erasia
136
58
2 Collocalia linchi
Walet linchi
431
175
3 Apus affinis
Kapinis rumah 105
35
4 Lonchura
Bondol jawa
32
24
leucogastroides
5 Lonchura maja
Bondol haji
4
6 Lonchura punctulata
Bondol peking 74
7 Cacomantis sepulcralis Wiwik
1
uncuing
8 Halcyon chloris
Cekakak
sungai
9 Dicaeum trochileum
Cabai jawa
12
2
10 Orthotomus ruficeps
Cinenen
5
4
Kelabu
11 Orthotomus sepium
Cinenen jawa
1
12 Orthotomus sutorius
Cinenen
pisang
13 Prinia familiaris
Prenjak jawa
1
14 Anthreptes malacensis Madu kelapa
4
15 Cynniris jugularis
Madu sriganti
17
12
16 Pycnonotus goiavier
Merbah
25
9
cerucuk
17 Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang 4
18 Zosterops palpebrosus Kacamata
biasa
19 Copsychus saularis
Kucica
1
kampung
20 Columba livia
Merpati
21
22
21 Streptopelia chinensis
Tekukur biasa 3
5
22 Geopelia striata
Perkutut jawa
3
23 Acridotheres javanicus Kerak kerbau
24 Hirundo tahitica
Layang12
Layang Batu
884
354
Jumlah Individu
1.721
1.684
H’
Sedang Sedang
Kriteria kemelimpahan
Keterangan :
A. Kecamatan Laweyan
B. Kecamatan Serengan
C. Kecamatan Pasar Kliwon

C
94
336
92
61
28
15
3
3
2
10
17
7
7
16
4
3
698
1.76
Sedang

Berdasarkan urutan indeks keanekaragaman burung (Tabel 3), yang
memiliki indeks keanekaragaman tertinggi yaitu Kecamatan Pasar Kliwon, daerah
ini memiliki lokasi yang baik karena terdapat area pepohonan yang rimbun dan
juga memiliki unsur penunjang lain yaitu adanya lahan terbuka dan dekat dengan
area persawahan juga aliran sungai. Hal ini menyebabkan bertambahnya tingkat
keanekaragaman burung, karena adanya variasi habitat yang berupa daerah
pertanian dan perairan, sehingga pada saat pengamatan dilokasi ini ditemui
burung dari famili Estrildidae, yaitu bondol jawa (Lonchura leucogastroides),
bondol haji (Lonchura maja), dan bondol peking (Lonchura punctulata) yang
merupakan burung pemakan biji-bjian dan burung perairan seperti cekakak sungai
( Halycon chloris ) (Mac Kinnon et al,.1998).
Seperti burung lainnya, sebagian besar burung menggunakan waktu
hariannya untuk mencari makan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk
anggota keluarga burung tersebut. Burung membutuhkan makanan untuk dapat
melakukan aktivitas, karena burung tidak menyimpan makanan kecuali untuk
anaknya. Pada pagi hari burung pergi mencari makan dalam keadaan lapar dan
pulang ke tempat istirahatnya dalam keadaan kenyang. Burung membutuhkan
makanan sekitar sepertiga dari berat tubuhnya ( Hernowo, 1989). Sebagian waktu
harian burung digunakan untuk aktivitas pendukung kehidupannya. Masingmasing burung mempunyai jenis makanan sendiri, yaitu carnivora adalah burung
pemakan daging, frugivora adalah pemakan buah, granivora adalah pemakan bijibijian, insectivora adalah pemakan serangga, nectarivora adalah pemakan nektar,
dan piscivora adalah pemakan ikan (Hadinoto et al., 2012).
Adapun saat pengamatan ditemukan burung yang jarang terlihat di
perkotaan seperti wiwik uncuing (Cacomantis sepulcralis). Keberadaan burung
ini diduga karena keluar dari habitatnya dan kemelimpahannya tidak umum,
karena menurut Mackinon et al (1998) kebiasaan burung ini yang menyukai
hutan, tepi hutan, tumbuhan sekunder, perkebunan dan kebun-kebun pedesaan.
Burung wiwik uncuing memiliki suara yang sangat yang diulang-ulang sepuluh
(10) sampai dua puluh lima kali (25) dengan siulan sedih “wiit” atau ‘pii-wiit”
dengan nada yang makin rendah (Mackinon et al., 1998).

Dalam lingkup konservasi satwa, secara umum status burung di Indonesia
dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu dilindungi, diperhatikan, dan tidak dilindungi
Undang-undangan. Berdasarkan hasil pengamatan dari 24 jenis burung yang
ditemukan di 3 kecamatan kota Surakarta memiliki status IUCN LC (Least
Concern) artinya tidak mengkhawatirkan, namun ada beberapa burung yang
dilindungi menurut UU No.5 Tahun 1990 dan PP No.7 Tahun 1999 yaitu burung
cekakak sungai (Halcyon chloris), burung madu kelapa (Anthreptes malacensis),
burung madu sriganti (Cynniris jugularis), burung cinenen jawa (Orthotomus
sepium), burung cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) dan burung cinenen pisang
(Orthotomus sutorius).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.

Dari 3 kecamatan di Kota Surakata (Kecamatan Laweyan, Kecamatan
Serengan, dan Kecamatan Pasar Kliwon) ditemukan sebanyak 24 jenis
burung yang dikategorikan ke dalam 14 famili.

2.

Dari 3 kecamatan walet linchi sering ditemukan disemua lokasi pengamatan,
sehingga tingkat kemelimpahan pada masing-masing kecamatan memiliki
tingkat kemelimpahan umum.

3.

Indeks keanekaragaman dari 3 kecamatan tersebut tergolong sedang dengan
urutan indeks paling atas yaitu Kecamatan Pasar Kliwon (H’=1,76), diikuti
Kecamatan Laweyan (H’=1,721), dan Kecamatan Serengan (H’=1,684).

4.

Terdapat 6 jenis burung yang dilindungi UU No.5 Tahun 1990 dan PP No.7
Tahun 1999, yaitu burung cekakak sungai (Halcyon chloris), burung madu
kelapa (Anthreptes malacensis), burung madu sriganti (Cynniris jugularis),
burung cinenen jawa (Orthotomus sepium), burung cinenen kelabu
(Orthotomus ruficeps), dan burung cinenen pisang (Orthotomus sutorius).

Saran
1.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada saat musim kemarau untuk
mengetahui perbandingan jenis burung pada saat musim hujan dan musim
kemarau.

2.

Kesadaran masyarakat tentang pentingnya burung bagi ekosistem masih
rendah. Oleh karenanya perlu perhatian dari pihak terkait dalam hal ini
pemerintah setempat.

3.

Pemerintah diharapkan dapat mengupayakan ketersediaan kawasan ideal
untuk habitat burung, sehingga tidak terjadi perburuan yang tidak
bertanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Pusat Antar Universitas
IPB. Bogor.
Bibby, C., M. Jones and S.Marsden. 2000. Teknik-teknik Ekspedisi Lapangan
Survei Burung. Bird life International-Indonesia Program. Bogor.
Bibby, C., Neil D. Burgess. David Hill. 2004. Bird CensusTechniques. The
Cambridge University Press, UK
Clergeau, P,. Jukka Jokimaki,. And Jean Pierre L. Savard.2001. Are Urban Bird
Communities Influenced by the Bird Diversity of adjacent landscape.
Journal of Applied Ecology. 38: 1122-1134.
Hadinoto., Mulyadi,A., dan Siregar, Yi. 2012. Keanekaragaman Jenis Burung di
Hutan Kota Pekanbaru. Jurnal Ilmu Lingkungan. ISSN 1978-5283.
Hernowo, J.B. 1989. Suatu Tinjauan terhadap Keanekaragaman Jenis Burung
dan perananya di Hutan Lindung Bukit Suharto, Kalimantan Timur.
Media Konservasi Vol II. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas
Kehutanan IPB. Bogor.
IUCN Species Survival Commision. 1994. IUCN Red list Categories Prepared by
the 40th meeting of the IUCN Council, Switzerland. Gland.

Mackinnon J, Philips K and B. Van Balen. 1998. Burung-Burung di Sumatera,
Jawa, Bali, dan Kalimantan. Puslitbang Biologi-LIPI/Birdlife Indonesia.
Shochat, eyal., Susannah B, Lerman,. John M. Anderies,. Paige S.Warren,.
Stanley H.Faeth, and Charles H.Nilon. 2010. Invasion, Competition, and
Biodiversity Loss in Urban Ecosystems. BioScience 60:199-208.
Welty, J.C. 1982. 3nd Edition. The Life of Birds. Sounders College Publishing.
Philladelphia.