Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perhatian terhadap penyakit tidak menular (PTM) semakin hari semakin
meningkat. Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri
banyak berperan terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi,
urbanisasi, dan industrialisasi yang memicu meningkatnya PTM yang ditandai
dengan meningkatnya frekuensi kejadiannya pada masyarakat, baik di negara
maju maupun di negara berkembang. Peningkatan PTM berdampak negatif pada
bidang ekonomi dan produktivitas suatu bangsa, pengobatan PTM yang seringkali
memakan waktu yang lama dan memerlukan biaya yang besar. Selain itu, salah
satu dampak PTM adalah kecacatan termasuk kecacatan permanen. Perubahan
pola hidup manusia pada akhirnya akan meningkatkan prevalensi penyakit tidak
menular, khususnya penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif yang dimaksud
ialah hipertensi, penyakit jantung koroner (PJK), kanker, diabetes mellitus (DM)
yang hari ke hari cenderung akan terus meningkat (WHO, 2014).
World Health Organization (2014) menyebutkan bahwa DM sebagai
“epidemi global yang besar”, artinya telah terjadi penyebarluasan DM di seluruh
negara di dunia (WHO, 2014). DM adalah gangguan kesehatan yang berupa
kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah ataupun
resistensi insulin. Keadaan ini ditandai dengan ketidakmampuan organ

menggunakan insulin, sehingga insulin tidak bisa berfungsi optimal dalam
mengatur metabolisme glukosa (Bustan, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Internasional Diabetes Federation (IDF atau badan khusus yang
menangani kasus diabetes dunia) menyatakan bahwa DM telah menjadi penyebab
dari 5 juta kematian di tahun 2015. IDF memperkirakan bahwa saat ini sebanyak
193 juta orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap DM karena tidak pernah
memeriksakan dirinya sehingga terancam berkembang progresif menjadi
komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan. Pada tahun 2015, Cina
merupakan negara yang memiliki penduduk dengan penderita DM tertinggi
dengan proporsi 1,5% sementara Indonesia menduduki peringat ketujuh dengan
proporsi 0,1% (IDF, 2015).
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif dengan sifat
kronis yang dalam perjalanannya akan terus meningkat baik prevalensi maupun
keadaan penyakit itu mulai dari tingkat awal atau yang beresiko DM sampai pada
tingkat lanjut atau terjadi komplikasi.
Diabetes mellitus merupakan beban kesehatan masyarakat yang cukup
berat mengingat bahwa diabetes tidak bisa disembuhkan tetapi bisa dikendalikan

atau dicegat (diperlambat). Upaya pengendalian DM akan merupakan bagian
keseharian seumur hidup seorang penderita karena harus mengendalikan asupan
karbohidrat dan gizi lainnya. Penyakit DM juga sangat rentan terhadap
komplikasi. Keadaan lanjut ini bisa terjadi karena pasien merasa tidak sakit
sehingga tidak peduli atau melalaikan pengobatan dan perawatan. Hal ini juga
akan mengakibatkan terlambat mengunjungi dokter untuk mendapatkan diagnosis
dan pengobatan. Komplikasi dari penyakit DM berat dan bersifat terminal
(diakhiri dengan kematian) diikuti dengan manifestasinya pada kelompok-

Universitas Sumatera Utara

kelompok tertentu cukup lebih berat (misalnya pada kelompok ibu hamil atau
berat badan rendah/underweight).
Di negara maju sebagian besar orang yang terkena DM adalah mereka
yang sudah pensiun sedangkan di negara-negara berkembang yang paling sering
terkena adalah kelompok umur antara 35 sampai dengan 64 tahun (WHO, 2014).
Data dari IDF pada tahun 2015 mencatat bahwa jumlah penderita DM pada
kelompok umur 20 – 79 tahun di dunia adalah 415 juta jiwa dimana jumlah kasus
di kawasan Pasifik Barat termasuk Indonesia sebesar 153,2 juta jiwa (IDF, 2015).
Di tahun 2025, IDF juga memperkirakan prevalensi penderita diabetes di India

8% – 10%, Cina 4% – 6%, dan Indonesia 75 tahun 13,2% dan lebih sedikit pada usia 15 – 24 tahun 1,1% (Riskesdas,
2013). Prevalensi tertinggi diabetes pada umur ≥15 tahun menurut diagnosis
dokter/gejala hasil riskesdas tahun 2013 adalah provinsi Sulawesi Tengah (3,7%)
sedangkan yang terendah adalah provinsi Lampung (0,8%). Provinsi dengan
kenaikan prevalensi terbesar adalah Sulawesi Selatan yaitu 0,8% pada tahun 2007

Universitas Sumatera Utara

menjadi 3,4% pada 2013 sedangkan provinsi dengan penurunan prevalensi
terbanyak adalah Papua Barat yakni 1,4% pada tahun 2007 menjadi 1,2% pada
2013. Proporsi penduduk usia ≥15 tahun dengan DM di perkotaan adalah 6,8%
dan di pedesaan 7%. Data dari Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa 6,9%
penduduk usia ≥15 tahun menderita diabetes (Riskesdas, 2013).
Di Indonesia DM tipe 2 merupakan penyebab kematian pada PTM sekitar
2,1% dari seluruh penyebab kematian. Diperkirakan sekitar 90% kasus di seluruh
dunia tergolong DM tipe 2. Jumlah DM tipe 2 semkain meningkat pada kelompok
umur dewasa (Perkeni, 2011).
Pada tahun 2013 proporsi DM di Sumatera Utara berdasarkan diagnosa
dokter atau munculnya gejala 2,3%. Proporsi DM yang pernah di diagnosa dokter
1,8% dan proporsi yang belum pernah di diagnosa dokter namun dalam satu bulan

terakhir mengalami gejala polifagia, polidipsia, poliuria, dan berat badan menurun
0,5%. Dapat disimpulkan bahwa 0,5% orang yang mengalami gejala DM belum
memeriksakan dirinya ke dokter sehingga memiliki risiko terjadinya komplikasi
akibat terlambat dalam mencari pengobatan (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun
2007, DM merupakan salah satu penyakit yang terdaftar pada sepuluh prevalensi
PTM di Provinsi Sumatera Utara dan menempati urutan ketujuh terbesar dengan
prevalensi 1,2%. Prevalensi penyakit DM tertinggi di Sumatera Utara terdapat di
Kabupaten Pakpak Barat (1,6%) dan terendah terdapat di Kabupaten Tapanuli
Utara (0,2%).

Universitas Sumatera Utara

Tingginya prevalensi DM sejalan dengan tingginya komplikasi dari DM
itu sendiri. Di Indonesia sendiri komplikasi kronik dari DM ini terdiri atas
neuropati (60%), penyakit jantung koroner (20,5%), ulkus diabetik (15%),
retinopati diabetik (10%), dan nefropati (7,1%) (Hastuti, 2008). Berdasarkan
penelitian Tarigan (2011) di RSU Herna Medan tahun 2009 – 2010 terdapat 134
penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap. Proporsi penderita DM yang
mengalami komplikasi yaitu yang mengalami ulkus diabetik (26,1%), hipertensi

(15,7%), nefropati diabetik (13,4%), TB paru (12,8%), hipoglikemia (6,7%),
stroke (6,7%), neuropati diabetik (5,2%), hiperglikemia (4,5%), PJK (3,7%),
dyspepsia (3,7%), dan retinopati diabetik (1,5%).
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Dr. R. M. Djoelham Binjai, diketahui jumlah penderita
DM tipe 2 dengan komplikasi yang rawat inap adalah pada tahun 2014 – 2015
sebanyak 148 orang. Berdasarkan data di atas maka perlu dilakukan penelitian
tentang karakteristik penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang rawat inap di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. R. M. Djoelham Binjai tahun 2014 –
2015.
1.2 Perumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita DM tipe 2 dengan komplikasi
yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. R. M. Djoelham
Binjai tahun 2014 – 2015.

Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. R. M. Djoelham
Binjai tahun 2014 – 2015.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi
berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan,
dan pekerjaan).
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi
berdasarkan jenis komplikasi.
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi
berdasarkan kategori komplikasi.
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi
berdasarkan jenis pengobatan.
e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi
berdasarkan sumber biaya.
f. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita DM tipe 2 dengan
komplikasi.
g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi
berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
h. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur penderita DM tipe 2 dengan
komplikasi berdasarkan jenis kelamin.


Universitas Sumatera Utara

i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur penderita DM tipe 2 dengan
komplikasi berdasarkan kategori komplikasi.
j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin penderita DM tipe 2
dengan komplikasi berdasarkan kategori komplikasi.
k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi pekerjaan penderita DM tipe 2 dengan
komplikasi berdasarkan kategori komplikasi.
l. Untuk mengetahui perbedaan proporsi kategori komplikasi penderita DM tipe
2 dengan komplikasi berdasarkan pengobatan.
m. Untuk mengetahui perbedaan proporsi kategori komplikasi penderita DM tipe
2 dengan komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
n. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan kategori
komplikasi.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Dr. R. M. Djoelham Binjai untuk mengetahui distribusi proporsi
penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang rawat inap sehingga dapat
membuat suatu perencanaan untuk tindakan pengobatan yang lebih lanjut.

2. Sebagai suatu pengalaman dan pengetahuan yang dapat menambah wawasan
penulis tentang permasalahan DM tipe 2 dengan komplikasi dan sarana dalam
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).
3. Sebagai referensi dan sumber informasi bagi pihak lain yang ingin melakukan
penelitian tentang DM tipe 2 dengan komplikasi.

Universitas Sumatera Utara