Analisis Tingkat Kesejahteraan Nelayan di Kampung Nelayan Seberang Kecamatan Medan Belawan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesejahteraan
2.1.1 Pengertian Kesejahteraan
Menurut definisinya kesejahteraan sosial dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan, kesejahteraan sosial sebagai
suatu kegiatan atau pelayanan dan kesejahteraan sosial sebagai ilmu (Suud, 2006).
Menurut Suharto (2006:3) kesejahteraan sosial juga termasuk sebagai suatu proses
atau usaha terencana yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-lembaga sosial,
masyarakat maupun badan-badan pemerintah untuk meningkatkan kualitas
kehidupan melalui pemberian pelayanan sosial dan tunjangan sosial.
2.1.2 Indikator Kesejahteraan
Kehidupan yang didambakan oleh semua manusia di dunia ini adalah
kesejahteraan. Kesejahteraan meliputi seluruh bidang kehidupan manusia. Mulai
dari ekonomi, sosial, budaya, iptek, hankamnas, dan lain sebagainya. Bidangbidang kehidupan tersebut meliputi jumlah dan jangkauan pelayanannya.
Pemerintah memiliki kewajiban utama dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
rakyatnya. Sehingga perlu memperhatikan indikator kesejahteraan itu. Adapun
indikator tersebut diantaranya adalah : (a) Jumlah dan pemerataan pendapatan; (b)
pendidikan yang semakin mudah untuk dijangkau; (c) kualitas kesehatan yang
semakin meningkat dan merata; (d) rumah atau tempat tinggal layak huni.


6

Universitas Sumatera Utara

2.2 Konsep Kemiskinan
Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau kelompok orang tidak
mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembang
kehidupan yang bermatabat (Bappenas, 2004). Hak-hak dasar antara lain (a)
terpenuhinya

kebutuhan

pangan,

(b)

kesehatan,

pendidikan,


pekerjaan,

perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, (c)
rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, (d) hak untuk
berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik. (Badan Pusat Statistik).
Menurut teori konservatif, kemiskinan berasal dari karakteristik khas
orang-orang miskin. Seseorang menjadi miskin bukan hanya karena masalah
mental atau tiadanya kesempatan untuk sejahtera, tetapi juga karena adanya
prespektif masyarakat yang menyisihkan dan memiskinkan orang.
Menurut Edi Suharto, tipologi kemiskinan dapat dikategorikan pada
empat dimensi utama, yakni kemiskinan absolut, kemiskinan relative, kemiskinan
kultural, dan kemiskinan struktural.
Pertama, kemiskinan absolut adalah keadaan miskin yang diakibatkan
oleh ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang dalam memenuhi
kebutuhan pokoknya, seperti untuk makan, pakaian, pendidikan, kesehatan,
transportasi, dll. Penentuan kemiskinan absolut ini biasanya diukur melalui “batas
kemiskinan” atau “garis kemiskinan” (poverty line), baik yang berupa indikator
tunggal maupun komposit, seperti nutrisi, kalori, beras, pendapatan, pengeluaran,
kebutuhan dasar, atau kombinasi beberapa indikator. Untuk mempermudah
pengukuran, indikator tersebut biasanya dikonversikan dalam bentuk uang


7

Universitas Sumatera Utara

(pendapatan atau pengeluaran). Dengan demikian, seseorang atau sekelompok
orang yang kemampuan ekonominya berada dibawah garis kemiskinan
dikategorikan sebagai miskin secara absolut.
Kedua, kemiskinan relatif adalah keadaan miskin yang dialami individu
atau kelompok dibandingkan dengan “kondisi umum” suatu masyarakat. Jika
batas kemiskinan misalnya Rp. 30.000 perkapita per bulan, seseorang yang
memiliki pendapatan Rp. 75.000 perbulan secara absolut tidak miskin, tetapi jika
pendapatan rata-rata masyarakat setempat adalah Rp. 100.000, maka relatif orang
tersebut dikatakan miskin.
Ketiga, kemiskinan kultural mengacu pada sikap, gaya hidup, nilai
orientasi sosial budaya seseorang atau masyarakat yang tidak sejalan denga etos
kemajuan (modernisasi). Sikap malas, tidak memiliki kebutuhan berprestasi
(needs for achievement), fatalis, berorientasi ke masa lalu, tidak memiliki jiwa
wirausaha adalah beberapa karakteristik yang menandai kemiskinan kultural.
Keempat, kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh

ketidakberesan atau ketidakadilan struktur, baik struktur politik, sosial, maupun
ekonomi yang tidak memungkinkan seseorang atau sekelompok orang untuk
menjangkau sumber-sumber penghidupan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.
Proses dan praktik monopoli, oligopoli dalam bidang ekonomi misalnya,
melahirkan mata rantai “pemiskinan” yang sulit dipatahkan. Sekuat apapun
motivasi dan kerja keras seseorang, dalam kondisi struktural demikian, tidak akan
mampu melepaskan diri dari belenggu kemiskinannya, karena aset yang ada serta
akses terhadap sumber-sumber telah sedemikian rupa dikuasai oleh segolongan

8

Universitas Sumatera Utara

orang tertentu. Para petani tidak memiliki tanah sendiri atau hanya memiliki
sedikit tanah, para nelayan yang tidak memiliki perahu, para pekerja yang tidak
terampil (unskilled labour), termasuk kedalam mereka yang berada dalam
kemiskinan struktural.
Indikator kemiskinan yang ditetapkan menurut Badan Pusat Statistik
adalah kemampuan seseorang dalam memenuhi khususnya kebutuhan pangan
minimal sebesar 2.100 kalori/hari/orang atau sekitar Rp. 35.000 per kapita per

bulan kemudian kemampuan memenuhi basic needs atau kebutuhan dasar seperti
pakaian, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, rasa aman, partisipasi
sosial politik, dll. Idnikator dari BPS ini juga dipandang masih terlalu rendah
karena pendapatan sebesar itu tentunya hanya “cukup” untk memenuhi kebutuhan
“sangat dasar”. Dengan batas kemiskinan yang rendah ini, sangat dimaklumi jika
banyak penduduk yang sebenarnya masih dalam kategori miskin, misalnya
pendapatan Rp. 36.000 per kapita per bulan terangkat menjadi kelompok “tidak
miskin” atau “agak miskin” (nearly poor).
2.3 Pengertian Nelayan dan Penggolongan Nelayan
Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya
tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan
ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah
lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (imron 2003)
Adapun menurut Pasal 1Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 tahun
1964 tentang Bagi Hasil Perikanan (LNRI No. 97 tahun 1964, TLN No. 2690),
pengertian nelayan dibedakan menjadi dua yaitu: nelayan pemilik dan nelayan

9

Universitas Sumatera Utara


penggarap. Nelayan pemilik ialah orang atau badan hukum yang dengan hak
apapun berkuasa atas sesuatu kapal atau perahu yang dipergunakan alam usaha
penangkapan ikan dan alat-alat penangkapan ikan. Nelayan penggarap ialah
semua orang yang sebagai kesatuan dengan menyediakan tenaganya turut serta
dalam usaha penangkapan ikan di laut.
Sesungguhnya, nelayan bukanlah suatu entitas tunggal, mereka terdiri
dari beberapa kelompok. Dilihat dari segi pemilikan alat tangkap, nelayan dapat di
bedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan
nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang berkerja dengan alat
tangkap milik orang lain. Sebaliknya, nelayan juragan adalah nelayan yang
memiliki alat tangkap yang di oprasikan oleh orang lain. Ada pun nelayan
perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan sendiri, dan dalam
pengoprasiannya tidak melibatkan orang lain.
Menurut Ensiklopedi Indonesia (1990) yang dikatakan nelayan adalah
orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara
langsung (seperti penebar dan pemakai jaring) maupun secara tidak langsung
(sepeti juru mudi perahu layar, nahkoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapal,
juru masak kapal penangkap ikan), sebagai mata pencaharian.
Merujuk kepada definisi tersebut, rumah tangga yang kegiatan utamanya

bukan menangkap ikan, tatapi menggunakan ikan sebagai bahan proses produksi
bukan dikategorikan sebagai rumah tangga nelayan. Dengan demikian, para
pedagang ikan sekalipun hidup ditepi pantai juga tidak tergolong kepada kategori
nelayan. Nelayan berada dengan petani tambak. Perbedaan yang mendasar adalah

10

Universitas Sumatera Utara

nelayan memanfaatkan wilaya pesisir sebagai tempat bekerja, sedangkan petani
tambak mengelola ikan dan produk perikanan lainnya (elfrindi, 2022).
2.4 Konteks Masyarakat Nelayan
Kehidupan nelayan khususnya dan masyarakat desa pantai umumnya
sangat memperihatinkan. Selama ini mereka adalah nelayan tradisional yang
memakai perahu motor dan alat-alat yang sangat sederhana. Di samping itu,
nelayan sumatra utara pada hakikatnya adalah buruh nelayan yang tidak memiliki
alat produksi. Untuk meningkatkan pendapatan dan kemakmuran keluarga
nelayan,baik nelayan tradisional maupun buruh nelayan haruslah diberi
kesempatan untuk memiliki sarana dan peralatan penangkapan yang modern dan
efektif.

Menurut Kusnadi (2003) ada dua sebab yang menyebabkan kemiskinan
nelayan, yaitu sebab yang bersifat internal dan bersifat eksternal. Kedua sebab
tersebut saling berinteraksi dan melengkapi. Sebab kemiskina yang bersifat
internal berkaitan erat dengan kondisi internal sumber daya manusia nelayan dan
aktivitas kerja mereka. Sebab-sebab internal ini mencakup masalah : (1)
keterbatasan kualitas sumber daya manusia nelayan, (2) keterbatasan kemampuan
modal usaha dan teknologi penangkapan, (3) hubungan kerja (pemilik
perahunelayan buruh) dalam organisasi penangkapan yang dianggap kurang
menguntungkan nelayan buruh, (4) kesulitan melakukan diversifikasi usaha
penangkapan, (5) ketergantungan yang tinggi terhadap okupasi melaut, dan (6)
gaya hidup yang dipandang boros sehingga kurang berorientasi ke masa depan.

11

Universitas Sumatera Utara

Adapun penyebab kemiskinan nelayan dan terhambatnya pembangunan
pada daerah pantai (dahuri dkk,2001) sebagai berikut.
a) Desa pantai pada umumnya terisolasi
b) Sarana pelayanan dasar termasuk prasarana fisik masih terbatas.

c) Kondisi lingkungan kurang terpelihara sehingga kurang memenuhi
persyaratan kesehatan
d) Air bersih dan sanitasi jauh dari mencakupi
e) Keadaan perumahan umumnya masih jauh dari layak huni
f) Keterampilan yang dimiliki penduduk umumnya terbatas pada masalah
penangkapan ikan sehingga kurang mendukung diversifikasi kegiatan
g) Pendapat penduduk rendah karena teknologi yang dimiliki tidak
mendukung penangkapan ikan dalam skala besar
h) Peralatan yang dimiliki terbatas pada perahu dayung dan jala saja sehingga
hasil tangkapannya pun kecil/sedikit
i) Permasalahan modal karena langkanya lembaga keunangan/kredit yang
melayani

atau

berada

di

desa-desa


pantai

mempersulit

usaha

pengembangan
j) Waktu dan tenaga yang tersita untuk kegiatan penangkapan ikan cukup
besar sehingga kurang mempunyai kesempatan untuk mencari usaha
tambahan maupun memperhatikan keluarga (sore pergi ke laut, pagi pagi
kembali mendarat, siang hari dipakai isitirahat mengembalikan tenaga dan
menyiapkan diri beserta alat-alat kerja untuk menghadapi tugas ke laut
sorenya)

12

Universitas Sumatera Utara

k) Kurang pengetahuan tentang pengelola kehidupan ikan maupun siklus

hidup biota laut, sehingga pencarian tempat-tepat ikan berkumpul, jenisjenis ikan dan lain-lain hanya berdasarkan pengalaman dan instink saja.
Selanjutnya Mulyadi (2007) mengatakan bahwa sesungguhnya, ada dua
hal utama yang terkandung dalam kemiskinan,

yaitu

kerentanan

dan

ketidakberdayaan. Dengan kerentanan yang dialami, orang miskin akan
mengalami kesulitan untuk menghadapi situasi darurat. Ini dapat dilihat pada
nelayan perorangan misalnya, mengalami kesulitan untuk membeli bahan bakar
untuk keperluan melaut. Hal ini disebabkan sebelumnya tidak dapat digunakan
untuk keperluan yang mendesak. Hal yang sama juga dialami oleh nelayan buruh,
mereka

merasa

tidak

berdaya

dihadapan

para

juragan

yang

telah

mempekerjakannya, meskipun bagi hasil yang diterimanya dirasakan tidak adil.
Keterbatasan pemilikan aset adalah ciri umum masyarakat nelayan yang
miskin, hal ini tergambar dari kondisi rumah. Rumah nelayan terleteak dipantai,
dipinggir jalan kampung umumnya merupakan bangunan non permanen atau semi
permanen, berdinding bambu, berlantai tanah, ventilasi rumah kurang baik
sehingga sehari-hari bau anyir ikan menyengan dan meskipun siang hari, didalam
rumah cukup gelap, sementara juru mudi atau juragan jauh lebih baik berbentuk
permanen (Siswanto, 2008).
2.5 Pengertian Pendapatan, Pendidikan dan Kesehatan
2.5.1 Pengertian Pendapatan
Pengertian pendapatan menurut Ilmu Ekonomi adalah nilai maksimum
yang dapat dikonsumsi seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan

13

Universitas Sumatera Utara

keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian
pendapatan menurut Ilmu Ekonomi menitikberatkan pada total kuantitatif
pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pengertian
pendapatan menurut Ilmu Ekonomi adalah jumlah harta kekayaan awal periode
ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang
dikonsumsi.

Pengertian

pendapatan

menurut

Ilmu

Ekonomi

menutup

kemungkinan perubahan lebih dari total kekayaan badan usaha pada awal periode
dan menekankan pada jumlah nilai statis pada akhir periode. Secara sederhana,
pengertian pendapatan menurut Ilmu Ekonomi adalah jumlah kekayaan awal
periode ditambah perubahan penilaian yang bukan diakibatkan perubahan modal
dan utang.
2.5.2 Pengertian Pendidikan
Menurut Mahmud Yunus pendidikan adalah suatu usaha dengan sengaja
dipilih untuk mempengaruhi dan membantuanak yang bertujuan untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan
bisa mengantarkan anak kepada tujuan dan cita-citanya yang paling tinggi. Agar
memperoleh kehidupan yang bahagia dan apa yang dilakukannya dapat
bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya.
Sedangkan menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 pendidikan merupakan
suatu usaha yang dilakukan secara sadr dan terencana untuk mewujudkan suasana
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan
potensi yang ada dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
kepribadian yang baik, pengendalian diri, berakhlak mulia, kecerdasan, dan

14

Universitas Sumatera Utara

keterampilan yang diperlukan oleh dirinya sendiri dan masyarakat. Menurut
Todaro (1998:476) bahwa pendidikan memiliki pengaruh positif terhadap promosi
pertumbuhan ekonomi. Bahwasannya tersedianya tenaga-tenaga kerja terampil
dan terdidik sebagai syarat penting berlangsungnya pembangunan ekonomi secara
berkesinambungan sama sekali tidak perlu diragukan
2.5.3 Pengertian Kesehatan
Pengertian sehat menurut WHO adalah “Health is a state of complete
physical, mental and social well-being and not merely the absence of diseases or
infirmity”. Sehat adalah kondisi normal seseorang yang merupakan hak hidupnya.
Sehat berhubungan dengan hukum alam yang mengatur tubuh, jiwa, dan
lingkungan berupa udara segar, sinar matahari, santai, kebersihan serta pikiran,
kebiasaan dan gaya hidup yang baik.Selama beberapa dekade terakhir, pengertian
sehat masih dipertentangkan oleh para ahli dan belum ada kata sepakat dari para
ahli

kesehatan

maupun

tokoh

masyarakat

dunia.AkhirnyaWorld

Health

Organization (WHO)membuat defenisi universal yang menyatakan bahwa
pengertian sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan
sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan.
Kesehatan

bersifat

menyeluruh

dan

mengandung empat

aspek.

Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara
lain sebagai berikut:

15

Universitas Sumatera Utara

a) kesehatan fisik, terwujud apabila seseorang tidak merasa dan mengeluh sakit
atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tamoak sakit. Semua
organ tubuh berfungdi normal tau tidak mengalami gangguan.
b) kesehatan mental (jiwa), mencakup 3 komponen yakni pikiran, emosional,,
dan spiritual.
c)kesehatan sosial, terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang
lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agamaatau
kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran
dan menghargai.
d) kesehatan dari aspek ekonomi, terlihat bila seseorang (dewasa) produktif,
dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat
menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi
mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan)
dengan sendirinya btasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok
tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan
yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau
mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan
lainnya bagi usia lanjut.
2.6 Hubungan Antara Tingkat Pendapatan, Pendidikan, dan Kesehatan
Terhadap Kesejahteraan
Prabawa (1998) mengungkapkan bahwa setinggi apapun tingkat
pendapatan yang diperoleh seorang kepala keluarga dalam rumah tangganya, pada
akhirnya kesejahteraan akan banyak ditentukan oleh penadapatan per kapita.

16

Universitas Sumatera Utara

Besarnya pendapatan perkapita selain ditentukan oleh total pendapatan yang
diterima, juga oleh seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan dari kepala
keluarga yang bersangkutan. Tidak semua anggota keluarga dalam rumah tangga
bekerja produktif sehingga menjadi beban tanggungan. Banyaknya jumlah
anggota keluarga akan mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan per kapita dan
besarnya konsumsi keluarga. Oleh karena itu, jumlah anggota keluarga atau besar
keluarga akan memberi dorongan bagi rumah tangga bersangkutan untuk lebih
banyak menggali sumber pendapatan lainnya.
Pendidikan juga berpengaruh terhadap kesejahteraan,hasil penelitian Megawangi
(1994) membuktikan bahwa tingkat pendapatan dan pendidikan

suami

berhubungan nyata positif dengan kebiasaan merencanakan anggaran biaya.
Dengan

demikian,

kemampuan

melihat ke depan

dengan

mengadakan

perencanaan biaya dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi penduduk, dan
semakin banyak anggota rumah tangga cenderung semakin sulit merencanakan
biaya. Rumah tangga yang dikepalai oleh seseorang dengan pendidikan rendah
cenderung lebih miskin dibandingkan dengan rumah tangga yang dikepalai oleh
mereka yang berpendidikan tinggi. Adapun dampak yang ditimbulkan dari
rendahnya tingkat pendidikan terhadap pembangunan adalah:
1. Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan tenaga
ahli dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan jumlah
penduduk Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga
ahli yang sangat diperlukan dalam pembangunan.

17

Universitas Sumatera Utara

2. Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima
hal-hal yang baru. Hal ini nampak dengan ketidakmampuan masyarakat
merawat hasil pembangunan secara benar, sehingga banyak fasilitas umum
yang rusak karena ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat.
Selain pendidikan dan pendapatan, kesehatan juga memiliki hubungan
terhadap kesejahteraan. Karena jika keluarga tersebut memiliki kesehatan yang
baik maka pengeluaran untuk biaya pengobatan akan sedikit dibandingkan dengan
keluarga yang memiliki kesehatan yang buruk.
2.7 Kerangka Pemikiran

Tingkat Pendapatan (X1)

Tingkat Pendidikan (X2)

Kesejahteraan
Masyarakat (Y)

Tingkat Kesehatan (X3)

Kondisi Perumahan dan
Fasilitas yang dimiliki (X4)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.8 Penelitian Terdahulu
Dari penelitian yang dilakukan oleh Dennis Andersen Hutagalung dengan
judul skripsi Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan di Kota Sibolga
menunjukkan bahwa masyarakat nelayan di Kota Sibolga pada umumnya
18

Universitas Sumatera Utara

memiliki tingkat kesejahteraan yang tergolong rendah atau miskin. Hal ini
ditunjukkan dengan tingkat pendapatan yang masih rendah dan pengeluaran
rumah tangga yang cukup besar serta kondisi perumahan yang belum layak.
Pada penelitian yang kedua oleh Eko Sugiharto dengan judul Tingkat
Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Desa Benua Baru Hilir Berdasarkan Indikator
Badan Pusat Statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut Badan Pusat
Statistik indikator bahwa 15% responden diklasifikasikan keluarga dengan tingkat
kesejahteraan yang tinggi dan 85% diklasifikasikan keluarga dengan tingkat
kesejahteraan menengah.
2.9 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2011:70), hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena,
jawaban yang diberikan melalui hipotesis baru didasarkan teori, dan belum
menggunakan fakta. Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan
pengamatan, atau pengamatan dengan teori. Hipotesis mengemukakan pernyataan
tentang harapan peneliti mengenai hubungan-hubungan antara variabel-variabel
dalam persoalaan. Oleh sebab itu rumusan masalah penelitian ini biasanya disusun
dalam kalimat pernyataan.
Dugaan sementara dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh positif tingkat pendapatan terhadap kesejahteraan
masyarakat.

19

Universitas Sumatera Utara

2. Terdapat pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap kesejahteraan
masyarakat.
3. Terdapat pengaruh

positif

tingkat

kesehatan

terhadap

kesejahteraan

masyarakat.
4. Terdapat pengaruh positif kondisi rumah terhadap kesejahteraan masyarakat.

20

Universitas Sumatera Utara