Perlindungan Hukum Terhadap Investor pada Daerah Tertinggal Ditinjau dari Undang-UndangNomor 25 Tahun 2007

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia

merupakan

negara

yang

sedang

berkembang,

yang

pembangunannya terus mengalami perkembangan yang diwujudkan dalam
pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia dimana terdapat banyak hambatan dan tantangan dalam
pelaksanaannya yang datang dari berbagai aspek. Salah satu hambatannya adalah

kesalahan dalam kebijakan pembangunan Indonesia selama ini adalah orientasi
pembangunan yang selalu tertumpu pada daerah tertentu.1
Setiap usaha penanaman modal (investasi) harus diarahkan kepada
kesejahteraan masyarakat. Artinya, dengan adanya investasi yang ditanamkan para
investor dapat meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia.2 Investasi juga bisa
dipakai sebagai alat untuk pemerataan baik pemerataan antar daerah, antar sektor
dan antar perorangan. Investasi sebagai alat pemerataan ini tentu saja tidak bisa
dibiarkan berjalan sendiri atau dibiarkan berjalan menuruti mekanisme pasar tetapi
harus ada intervensi pemerintah. Misalnya saja pemerintah bertujuan untuk
memperkecil ketimpangan ekonomi antar dua daerah (daerah yang satu maju dan
yang satu tertinggal). Maka ketimpangan itu bisa diatasi salah satunya dengan
mengarahkan investasi ke daerah yang tertinggal. Caranya ada bermacam-macam,
misalnya memberi insentif pembebasan pajak bagi investor yang bersedia
berinvestasi di daerah yang tertinggal, mempermudah izin investasi di daerah
1

Devi Puspita Sari, Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi di Indonesia dapat
diwujudkan mealui peningkatan Investasi dan Perluasan Pasar, melalui https://devipuspitasari.
wordpress.com/ ,(diakes tanggal 6 Januari 2016).
2

Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada, 2008),hlm. 10-11.

Universitas Sumatera Utara

tertinggal agar investor tertarik menanamkan modalnya di sana, dan banyak
kebijakan lain. Indonesia pada skala nasional dan juga provinsi serta kabupaten dan
kota di Indonesia pada skala regional masih membutuhkan investasi yang besar
karena masih menghadapi berbagai masalah perekonomian, seperti pengangguran,
kemiskinan dan lain-lain.3
Pembentukan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal merupakan produk hukum yang merespon perkembangan tersebut. UndangUndang ini didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal
yang kondusif sehingga Undang-Undang Penanaman Modal mengatur hal-hal yang
dinilai penting, antara lain terkait dengan cakupan undang-undang, kebijakan dasar
penanaman modal, bentuk badan usaha, perlakuan terhadap penanam modal,
bidang usaha, serta keterkaitan pembangunan ekonomi dengan para pelaku
ekonomi kerakyatan yang diwujudkan dalam pengaturan mengenai pengembangan
penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, hak, kewajiban
dan tanggungjawab penanam modal serta fasilitas penanaman modal, pengesahan
dan perizinan, koordinasi kelembagaan, penyelenggaran urusan penanaman

modal.4
Penanaman
perekonomian

modal

nasional,

harus

menjadi

meningkatkan

bagian

dari

pertumbuhan


penyelenggaraan

ekonomi

nasional,

menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan,
meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong

3

Prasetyo, Perekonomian Indonesia, melalui https://punyaprasetyo.wordpress.com/ ,
(diakses tanggal 18 Januari 2016).
4
Monica Nunik Gayatri, Prinsip Keadilan Dan Kepastian Hukum Dalam Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Terhadap Pemberian Insentif Bagi Investor
Asing (Tinjauan terhadap Kepentingan yang Dilindungi dalam Undang-Undang Penanaman
Modal), Penulisan karya Ilmiah (Surakarta :Universitas Sebelas Maret, 2010), hlm. 5.

Universitas Sumatera Utara


pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat
dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing. Perkembangan investasi
asing sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia karena keberadaan negara asing
memberikan dampak positif dalam pembangunan bangsa dan negara sehingga
pemerintah Indonesia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendatangkan
investor asing. Para investor asing yang datang ke Indonesia akan membawa dolar.
Dengan dolar yang dibawanya tersebut, akan dapat membiayai sejumlah proyek di
Indonesia. Proyek yang diinvestasikan oleh investor akan memberikan pengaruh
yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan.5
Upaya mencapai tingkat kesejahteraan merupakan wujud implementasi dari
pemerataan pembangunan khususnya daerah tertinggal. Oleh karena itu, perlu
strategi pembangunan daerah tertinggal sebagai langkah nyata yang terpadu dan
terarah pada daerah dengan kondisi sosial, budaya, ekonomi, keuangan daerah,
aksesibilitas, serta ketersediaan infrastruktur yang masih tertinggal. Kondisi
tersebut pada umumnya terdapat pada daerah yang secara geografis terisolir dan
terpencil atau jauh dari jangkauan fasilitas ibu kota kabupaten. Sebaliknya
diperlukan perhatian khusus pada daerah yang secara ekonomi memiliki potensi
untuk maju, namun mengalami ketertinggalan sebagai akibat terbatasnya
kemampuan memanfaatkan potensi, atau akibat terjadinya konflik sosial maupun

politik. Dalam kaitannya dengan percepatan pembangunan tersebut, maka perlu
suatu kesamaan persepsi dan visi antara berbagai elemen pemangku kepentingan
(stakeholders) di daerah dengan pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian
Negara Pembangunan Daerah Tertinggal yang memiliki fungsi fasilitas,

5

Fahmi Wibawa, Praktis Perizinan Usaha Terpadu, (Jakarta: Grasindo, 2014), hlm. 47.

Universitas Sumatera Utara

koordinasi, sinkronisasi dan akselerasi pembanguan daerah tertinggal.6Masuknya
pemodal asing bagi perekonomian Indonesia merupakan tuntutan keadaan baik
ekonomi maupun politik Indonesia. Alternatif penghimpunan dana pembagunan
perekonomian Indonesia melalui investasi modal secara langsung jauh lebih baik
dibandingkan dengan penarikan dana international lainnya seperti pinjaman luar
negeri.7Dibukanya peluang bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di
Indonesia, maka dengan sendirinya dibutuhkan perangkat hukum untuk mengatur
pelaksanaannya, agar investasi yang diharapkan memberikan keuntungan yang
besar dan meningkatkan perekonomian Indonesia.8

Bagi daerah, menarik investor menjadi lebih penting karena kebutuhan
dampak langsung dan tak langsung bagi masyarakat daerah tersebut. Mata rantai
seperti inilah yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Oleh karena itu
seharusnya unsur pemerintahan didaerah berlomba, disamping juga bekerja sama
untuk menarik investasi ini, baik itu swasta asing maupun domestik.9
Invetasi asing sebagai salah satu sumber pembiayaan dalam pembangunan
terutama untuk membangun infrastruktur di daerah tertinggal dan perbatasan.
Pembangunan infrastruktur utama seperti jalan, jembatan listrik, telepon dan air
minum merupakan kunci pembukaan isolasi daerah tertinggal. Terbukanya isolasi
daerah tertinggal akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat

6

Anugrah Martua Manik, Iznilah Hestovani, Novita Kusuma Ningrum, Dewi Sartika
Simangunsong, Strategi Pembangunan Daerah Tertingal Dan Dampaknya Terhadap Keuangan
Daerah, Makalan Pengelolaan Daerah Tertinggal, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Jambi,
2015.
7
Eko Budi, Implikasi UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman modal terhadap
Peningkatan Investasi di Provinsi Jambi, melalui http://ditpolairdajambi.blogspot.co.id

/2015/01/implikasi-uu-no-25-tahun-2007-tentang.html, (diakses tanggal 16 Februari 2016).
8
Muharyanto, Hukum Penanaman Modal Asing, melalui http://muharyanto.blogspot.co.id
/2009/04/blog-post.html, (diakses tanggal 17 februari 2016).
9
Murtir Jeddawi, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,Kajian Beberapa Perda
Tentang Penanaman Modal, (Yogyakarta : UII Press, 2005), hlm. 48.

Universitas Sumatera Utara

setempat karena dengan dibukanya akses tersebut maka kegiatan perekonomian
akan berjalan lancar dan pendapatan perkapita masyarakat serta pendapatan daerah
juga akan meningkat.10
Dibutuhkan keseriusan pemerintah dalam upaya perlindungan investor
asing di Indonesia terutama masalah keamanan, fasilitas, peraturan tenaga kerja,
dan khususnya perlindungan hukum terhadap investor pada daerah tertinggal.
Perlindungan yang dapat diberikan oleh pemerintah kepada para investor asing
yakni dengan memperbaiki tatanan ketentuan peraturan perundang - undangan
penanaman modal serta pelaksanaan dari ketentuan perundang - undangan tersebut,
memperbaiki fasilitas dan pelayanan penanaman modal, memberikan jaminan

keamanan investasi, dan mengendalikan pelaksanaan penanaman modal.
Dengan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis
dalam bentuk skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Investor
pada Daerah Tertinggal Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007.”

B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana peran investor dalam mengembangkan sektor ekonomi dalam
negeri dan daerah?
2. Bagaimana kedudukan hukum investor dan perlunya investor menanamkan
modal dalam pembangunan daerah tertinggal?

10

Edy Suadi Hamid, Ekonomi Indonesia dari Sentralisasi ke Desentralisasi, (Yogyakarta
: UII Press, 2005), hlm. 160-165.

Universitas Sumatera Utara


3. Apa saja perlindungan atau bentuk-bentuk perlindungan yang diberikan
bagi para investor menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui peran investor dalam mengembangkan sector ekonomi
dalam negeri dan daerah
b. Untuk mengetahui kedudukan hukum investor dan perlunya investor
menanamkan modal dalam pembangunan daerah tertinggal
c. Untuk mengetahui perlindungan atau bentuk-bentuk perlindungan yang
diberikan bagi para investor menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun
2007.
2. Manfaat penelitian
Manfaat penulisan yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Secara Teoritis
Secara Teoritis, pembahasan terhadap perlindungan hukum terhadap
investor yang akan dibahas akan menimbulkan pengertian baru bagi

pembaca tentang perlindungan hukum terhadap investor pada daerah
tertinggal ditinjau dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007.
2. Secara Praktis
Pembahasan ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pembaca
terutama bagi para penanam modal di Indonesia, juga sebagai bahan bagi

Universitas Sumatera Utara

para akademisi dalam menambah wawasan dan pengetahuan di bidang
investor menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007.

D. Keaslian Penulisan
Untuk mengetahui keaslian penulisan, sebelum melakukan penulisan
skripsi berjudul Perlindungan Hukum Terhadap Investor pada Daerah Tertinggal
Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007. Pada dasarnya belum pernah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya, meskipun ada beberapa penelitian terdahulu
yang memiliki keterkaitan dengan judul penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu
yang pernah dilakukan tersebut sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh D. Susilawati, Tahun 2014, Mahasiswa
Fakultas Hukum Departemen Hukum Ekonomi, Program kekhususan Hukum
Ekonomi Universitas Sumatera Utara dengan judul “Analisis Hukum Terhadap
Pengaturan Kawasan Ekonomi Khusus dalam Kaitannya”.
Pokok masalah dari penelitian adalah:
a. Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus?
b. Bagaimana Kewajiban Badan Usaha Pengelola dalam mengelola Kawasan
Ekonomi Khusus?
c. Bagaimana Hubungan Badan Usaha Pengelola dengan Pemerintah Provinsi
dan Kabupaten/Kota dalam Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus?
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ronal L.H. Sirait, Tahun 2008, Mahasiswa
Fakultas Hukum Departemen Hukum Ekonomi, Program kekhususan Hukum

Universitas Sumatera Utara

Ekonomi

Universitas

Sumatera

Utara

dengan

judul

“Kewajiban

Tanggungjawab Penanaman Modal Berdasarkan Undang-Undang No.25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal”.
Pokok masalah dari penelitian adalah:
a. Apa yang menjadi hak-hak penanaman modal berdasarkan UndangUndang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal?
b. Apa yang menjadi kewajiban-kewajiban penanaman modal berdasarkan
Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal?
c. Apa

yang

menjadi

tanggungjawab

penanaman

modal

menurut

berdasarkan Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal?
Pada dasarnya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti tersebut di
atas tidak sama dengan penelitian ini, baik dari segi judul maupun pokok
permasalahan yang dibahas. Oleh karena itu secara akademik penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan keasliannya.

E. Tinjauan Kepustakaan
1. Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum adalah adanya upaya melindungi kepentingan
seseoang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak
dalam kepentinganya tersebut. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa salah satu
sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah memberikan perlindungan
(pengayoman) kepada masyarakat. Oleh karena itu, perlindungan hukum terhadap

Universitas Sumatera Utara

masyarakat tersebut harus diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum.11
Lebih lanjut Setiono menyatakan perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya
untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa
yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan
ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya
sebagai manusia.12 Menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan kegiatan
untuk melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidahkaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya
ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama manusia.13
2. Investasi Langsung
Investasi adalah kegiatan mengalokasikan atau menanamkan sumberdaya
(resources) saat ini (sekarang), dengan harapan mendapatkan manfaat dikemudian
hari (masa datang).14Investasi langsung adalah investasi pada assets atau faktor
produksi untuk melakukan usaha (bisnis).15Investasi langsung merupakan bentuk
investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisi perusahaan.16
Investasi secara langsung selalu dikaitkan adanya keterlibatan secara
langsung dari pemilik modal dalam kegiatan pengelolaan modal. 17 Dalam
penanaman modal secara langsung, pihak investor langsung terlibat dalam kegiatan

11

Soetjipto Rahardjo, Permasalahan Hukum Di Indonesia, (Bandung: Alumni, 1983), hlm.

121.
12

Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), (Surakarta; Magister Ilmu Hukum Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2004) hlm. 3.
13
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, (Surakarta;
magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003), hlm. 14.
14
Henry Faizal Noor, Investasi : Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan
Ekonomi Masyarakat, (Jakarta : PT Indeks, 2009), hlm. 4
15
Ibid., hlm. 10.
16
Salim HS & Budi Sutrisno, Op.Cit, hlm. 38.
17
Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal: Tinjauan terhadap Pemberlakuan
UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, (Jakarta: PT. Raharja Grafindo Persada, 2007),
hlm. 12.

Universitas Sumatera Utara

pengelolaan usaha dan bertanggung jawab secara langsung apabila terjadi suatu
kerugian.18
Modal dalam negeri adalah bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia
termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki oleh Negara maupun
swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia, yang
disisihkan/disediakan guna menjalankan sesuatu usaha sepanjang modal tersebut. 19
Kehadiran penanaman modal atau investasi swasta yang memunculkan banyaknya
industry ternyata membawa akibat lain yakni, nasib buruh pada permulaan
dipacunya pertumbuhan industri keadaannya sangat menyedihkan.20
Definisi “penanam modal” dalam UU Penanaman Modal juga mencakup
badan non usaha dan Negara sebagai badan hokum, sehingga seharusnya yang
dimaksud penanam modal adalah perseorangan atau badan hukum tertentu yang
diperbolehkan melakukan penanaman modal berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, baik berupa penanaman modal dalam negeri maupun
penanaman modal asing.21Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan oleh
perusahaan swasta nasional atau perusahaan milik Negara. Perusahaan swasta
nasional dapat berupa perusahaan perseorangan, persekutuan bukan badan hukum
dan/atau badan hukum yang didirikan berdasaran hukum yang berlaku di
Indonesia.22

18

N. Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia Dalam Menghadapi
Era Global, (Malang: Bayumedia Publishing, 2003), hlm. 11.
19
I.G.Rai Widjaya, Penanaman Modal : Pedoman Prosedur mendirikan dan menjalankan
perusahaan dalam rangka PMA dan PMDN, (Jakarta : Pradnya Paramita, 2005), hlm. 23.
20
Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta : Penerbit Kencana,
2007), hlm. 5.
21
David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia, (Jakarta :
Kencana, 2013), hlm. 23.
22
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya
Bakti, 2002), hlm. 312.

Universitas Sumatera Utara

Ketika melakukan kegiatan penanaman modal diperlukan suatu bentuk
badan usaha. Pilihan bentuk badan usaha akan mempengaruhi terhadap
pengembangan usaha, bentuk pertanggung jawaban, akses permodalan, pembagian
keuntungan, pembubaran perusahaan, dan lain-lain. Penanaman dalam negeri
dalam melakukan investasi dapat membentuk badan hukum atau tidak berbadan
hukum. Untuk mengatasi perbedaan penafsiran tersebut, maka harus dilihat pada
pengertian yang tercantum dalam Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang
Penananam Modal (selanjutnya disebut dengan UU PM). Pada bagian Penjelasan
umum alinea kelima UU PM disebutkan "Undang-undang ini mencakupi semua
kegiatan penanaman modal langsung di semua sektor" Selanjutnya, pada Pasal 2
disebutkan, “ketentuan dalam Undang-Undang ini berlaku bagi penanaman modal
di semua sektor di wilayah negara Republik Indonesia”. Sementara itu, pada
Penjelasan Pasal 2 UU PM menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
“penanaman modal di semua sektor di wilayah negara Republik Indonesia” adalah
penanaman modal langsung dan tidak termasuk penanaman modal tidak langsung
atau portofolio.23
Penanaman modal dalam negeri memberikan peranan dalam pembangunan
ekonomi di negara-negara sedang berkembang, hal ini terjadi dalam berbagai
bentuk. Modal Investasi mampu mengurangi kekurangan tabungan dan melalui
pemasukan peralatan modal dan bahan mentah, dengan demikian menaikkan laju
pemasukan modal. Selain itu tabungan dan investasi yang rendah mencerminkan
kurangnya modal di negara keterbelakangan teknologi. Bersamaan dengan modal
uang dan modal fisik, modal Investasi yang membawa serta keterampilan teknik,

23

Suparji, Pengaturan Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta : UAI Press, 2013), hlm.

1-4.

Universitas Sumatera Utara

tenaga ahli, pengalaman organisasi, informasi pasar, teknik-tekink produksi maju,
pembaharuan produk dan lain-lain. Selain itu juga melatih tenaga kerja setempat
pada keahlian baru. Semua ini pada akhirnyaakan mempercepat pembangunan
ekonomi Negara terbelakang.24
3. Daerah Tertinggal
Secara umum yang dimaksud dengan Daerah Tertinggal adalah daerah
kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang
dibandingkan daerah lain dalam skala nasional. Pengertian daerah tertinggal
sebenarnya multi-interpretatif dan amat luas. Meski demikian, ciri umumnya antara
lain: tingkat kemiskinan tinggi, kegiatan ekonomi amat terbatas dan terfokus pada
sumberdaya alam, minimnya sarana dan prasarana, serta kualitas SDM yang
rendah. Daerah tertinggal merupakan daerah yang terisolir dari pembangunan yang
sedang berjalan. Tidak hanya secara fisik mereka tertinggal namun juga dari cara
berpikir masyarakatnya .25
Suatu daerah ditetapkan sebagai Daerah Tertinggal berdasarkan kriteria
perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
kemampuan keuangan daerah, aksesibiltas dan karakteristik daerah. 26 Suatu daerah
dikategorikan sebagai daerah tertinggal, karena beberapa faktor penyebab, yaitu: 27
a. Secara geografis daerah tertinggal relatif sulit dijangkau karena letaknya atau
faktor geomorfologis;

24

Sendaru Giana, Investasi dan Penanaman Modal, melalui http://sendarusgiana.
blogspot.co.id /2012/05 /investasi- dan-penanaman-modal.html, (diakses tanggal 7 Januari 2016).
25
Derman, Daerah Tertinggal, melalui http://dernewblogadres.blogspot.co.id.html,
(diakses tanggal 7 Januari 2016).
26
Ibid., Pasal 2 ayat (1)
27
http://kemendesa.go.id/hal/300027/183-kab-daerah-tertinggal, (diakses tanggal 7
Januari 2016).

Universitas Sumatera Utara

b. Beberapa daerah tertinggal tidak memiliki potensi atau terbatas sumberdaya
alamnya;
c. Tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta
kelembagaan adat yang belum berkembang;
d. Keterbatasan prasarana dan sarana yang menyebabkan masyarakat di daerah
tertinggal mengalami kesulitan melakukan aktivitas ekonomi dan sosial;
e. Terganggunya kegiatan pembangunan sosial dan ekonomi akibat keterisolasian
daerah secara fisik, seringnya mengalami konflik sosial dan bencana alam.

F. Metode Penelitian
Dalam Dalam skripsi ini untuk membahas masalah sangat membutuhkan
adanya data dan keterangan yang dapat dijadikan bahan analitis. Untuk
mendapatkan dan mengumpulkan data dan keterangan tersebut penulis
menggunakan metode sebagai berikut.
1. Spesifikasi Penelitian
Tipe penelitian hukum yang dilakukan adalah yuridis normatif yakni
penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau
norma-norma dalam hukum positif mengenai perlindungan hukum terhadap
investor pada daerah tertinggal. Hal ini ditempuh dengan melakukan penelitian
kepustakaan walaupun penelitian ini tidak lepas pula dari sumber lain selain
sumber kepustakaan, yakni penelitian terhadap media massa ataupun dari
internet. Oleh karena tipe penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif
maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan.
Pendekatan tersebut melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan
yang berhubungan dengan investor pada daerah tertinggal.

Universitas Sumatera Utara

2. Bahan Penelitian
Materi dalam skripsi ini diambil dari data sekunder seperti dimaksud dibawah
ini :
a. Bahan Hukum Primer
Berbagai bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan di
bidang hukum perdata yang mengikat, antara lain Undang-Undang No. 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Peraturan Presiden Nomor 39
Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang
Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal,
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.14 Tahun
2015 tentang Pedoman dan Tata cara Izin Prinsip Penanaman Modal dan
Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014 tentang Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan-bahan yang berkaitan erat dengan bahan hukum primer dan dapat
digunakan untuk menganalisis dan memahami bahan hukum primer yang
ada. Semua dokumen yang dapat menjadi sumber informasi mengenai
perlakuan dan pemberian fasilitas kepada penanam modal, seperti hasil
seminar atau makalah dari pakar hukum, Koran, majalah, kasus-kasus
yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini, dan juga sumbersumber lain yakni internet yang memiliki kaitan erat dengan
permasalahan yang dibahas.

Universitas Sumatera Utara

c. Bahan Hukum Tertier, yaitu mencakup kamus bahasa untuk pembenahan
tata Bahasa Indonesia dan juga sebagai alat bantu pengalih bahasa
beberapa istilah asing.
3. Teknik Pengumpulan Data
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan
melakukan penelitian kepustakaan atau yang lebih dikenal dengan studi
kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan
data yang terdapat dalam buku-buku literatur, peraturan perundangundangan, majalah, surat kabar, hasil seminar, dan sumber-sumber lain
yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.
4. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan
deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan secara
menyeluruh tentang apa yang menjadi pokok permasalahan. Kualitatif yaitu
metode analisa data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang
diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya kemudian dihubungkan
dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga diperoleh
jawaban atas permasalahan yang diajukan.

G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa
sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang
dapat digambarkan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Bab I Pendahuluan merupakan gambaran umum yang berisi tentang Latar
Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian
Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan.
Bab II peranan investor dalam pengembangan sektor ekonomi dalam
negeri dan daerah. Berisikan tentang Investasi di Indonesia dan Daerah terdiri dari
Investasi dan Landasan Yuridis ataupun Dasar Hukum Penanaman Modal di
Indonesia, Peran, Fungsi, Tujuan, Syarat-syarat dan Prosedur dalam Melakukan
Penanaman Modal di dalam negeri, Keadaan Umum dan Kendala-kendala dalam
melakukan Penanaman Modal di Indonesia dan Daerah, Investor dan Perlindungan
Terhadapnya terdiri dari Peran dan Tanggungjawab Investor, Wewenang dan
Tanggungjawab Investor dalam Turut serta membangun Perekonomian di
Indonesia maupun daerah, Perlindungan bagi Investor apabila Mengalami
Kerugian Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 dan Pengaruh
Penanaman Modal yang dilakukan oleh Investor dalam Pengembangan Masyarakat
Lokal.
Bab III kedudukan hukum investor dalam pembangunan pada daerah
tertinggal. Berisikan tentang Daerah Tertinggal, Syarat, Ciri-ciri maupun hal-hal
dikategori sebagai daerah Tertinggal, Dampak dari Keterlambatan dalam
Pembangunan Daerah Tertinggal, Kedudukan hukum investor dan Perlunya
Investor menanamkan modalnya dalam Pembangunan daerah tertinggal.
Bab IV perlindungan hukum terhadap investor pada daerah tertinggal. Bab
ini berisi tentang Peran Investor dalam Pembangunan Daerah Tertinggal,
Perlindungan Hukum bagi Investor apabila mengalami kerugian pada saat maupun
setelah melakukan pembangunan pada daerah tertinggal ditinjau dari Undang-

Universitas Sumatera Utara

undang Nomor 25 tahun 2007 dan beberapa peraturan pendukung lainnya dan
Perlindungan Hukum atas Modal yang dikeluarkan oleh Investor ditinjau dari
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 dan

beberapa peraturan pendukung

lainnya.
Bab V Kesimpulan dan Saran merupakan bab penutup dari seluruh
rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berisikan kesimpulan yang dibuat
berdasarkan uraian skripsi ini, yang dilengkapi dengan saran-saran.

Universitas Sumatera Utara